• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH

Standar Kompetensi :

3. Memahami Sejarah Nabi Muhammad

SAW Periode Madinah

Kompetensi Dasar :

3.1. Mendeskripsikan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan

ekonomi dan perdagangan

3.2. Mengambil hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui

kegiatan ekonomi dan perdagangan di kaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang

3.3. Meneladani semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah

Indikator :

3.1.1. Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian masyarakat

Madinah

3.1.2. Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian

masyarakat Madinah

3.2.3. Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian

masyarakat Madinah

3.2.1. Menjelaskan hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat Madinah

3.2.2. Menjelaskan keterkaitan misi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah dengan perkembangan

dakwah sekarang

3.3.1. Menjelaskan semangat perjuangan Nabi di Madinah

3.3.2. Menjelaskan semangat perjuangan para Sahabat di Madinah

3.3.3. Menunjukkan semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah

A. Madinah Sebelum Kedatangan Islam

Sebelum Islam da tang, kota Madinah bernama kota Yatsrib. Penduduknya terdiri dari dua golongan

besar yang sering bertikai dan berperang, yaitu:

1. Golongan bangsa Yahudi yang terdiri dari :

a.Bani Qainuqa

b.Bani Quraizah

c.Bani Nazir

2. Golongan bangsa Arab yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.

Kota Yatsrib termasuk daerah subur dan pusat pertanian serta merupakan jalur perdagangan ramai

yang menghubungkan antara Yaman di selatan dan Syiria di Utara.

Proses Masuknya agama Islam ke Madinah dan Hijrahnya Nabi ke Madinah

Ketika Nabi masih berada di Mekkah, banyak dari penduduk Yatsrib sering melaksanakan Ibadah Haji

ke kota Mekkah. Kesempatan ini digunakan oleh Nabi untuk mengajak penduduk Yatsrib yang datang

ke Mekkah untuk masuk Islam

Akhirnya, setiap orang Yatsrib yang datang ke Mekkah menyatakan masuk Islam. Bahkan, pada tahun

621 M Nabi menemui rombongan haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang di bukit aqabah dan

melakukan perjanjian. Perjanjian ini disebut “Perjanjian Aqabah I” yang isinya:

1. Penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi

2. Rela berkorban harta dan jiwa

3. Tidak akan menyekutukan Allah

4. Tidak membunuh dan berdusta

5. bersedia membantu menyebarkan Islam

B. Usaha-usaha Yang Dilakukan Rosululloh Setelah Berada Di Madinah

1. Mendirikan Masjid

Masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi di Madinah adalah Masjid Nabawi.

▸ Baca selengkapnya: sebutkan dua contoh sikap kepedulian nabi muhammad saw terhadap lingkungan sekitar

(2)

Sahl bin Amr dan Suhail bin Amr.

Pendirian masjid ini dimaksudkan selain sebagai pusat Ibadah dan dakwah Islam,

namun juga berperan sebagai tempat bermusyawarah kaum Muslimin, tempat

untuk mempersatukan kaum Muslimin, bahkan dijadikan sebagai pusat

pemerintahan.

Di salah satu penjuru masjid disediakan tempat tinggal untuk orang-orang miskin

yang tidak mempunyai tempat tinggal, mereka dinamai Ahlus-Suffah.

Selanjutnya, dimulailah pembangunan jalan raya di sekitar masjid, sehingga

lama-kelamaan tempat itu menjadi pusat kota dan pemukiman serta perniagaan.

Pesatnya pembangunan di sekitar masjid Nabawi menyebabkan banyak pendatang

dari luar Madinah.

2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshor

Cara ini dilakukan Nabi untuk mengokohkan persatuan Umat Islam di Madinah.

Persaudaraan ini didasarkan atas persaudaraan seagama dan bukan atas dasar

kesukuan.

Sebagai contoh, Nabi mempersaudarakan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid

bekas budaknya, Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, dan Umar bin

Khattab bersaudara dengan 'Itban bin Malik Al-Khazraji.

Kaum Muhajirin kemudian banyak yang menjadi pedagang dan petani. Di

antaranya Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, sedangkan Umar bin Khottob

dan Ali bin Abi Tholib menjadi petani.

3. Membuat perjanjian damai antara Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi

Perjanjian damai ini dilakukan untuk menciptakan rasa damai dan tenteram bagi

masyarakat Madinah, baik yang Muslim atau yang bukan Muslim. Dari sini maka

Nabi membuat peraturan-peraturan yang disebut dengan “Piagam Madinah” yang

isinya antara lain:

1. Kaum Muslim dan Yahudi akan hidup berdampingan dan bebas menjalankan

agamanya masing-masing.

2. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka yang lain wajib membantu.

3. Apabila terjadi perselisihan antara keduanya, penyelesaian diserahkan kepada

Nabi Muhammad SAW selaku pemimpin tertinggi di Madinah.

4. Dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa asas, yaitu: asas kebebasan

beragama, asas persamaan, asas keadilan, asas perdamaian dan asas musyawarah.

4. Meletakkan Dasar-dasar Pemerintahan, Ekonomi dan Kemasyarakatan

Dalam bidang pemerintahan diterapkan prinsip musyawarah (demokrasi), yaitu

dalam memutuskan masalah harus bermusyawarah terlebih dahulu.

Dalam bidang ekonomi diterapkan asas koperasi, yaitu tiap-tiap Muslim harus

saling membantu.

(3)

perbedaan pangkat, harta dan keturunan, harus mengasihi dan memelihara anak

yatim, menyantuni janda-janda.

Dengan demikian, maka berdirilah kota Madinah sebagai kota terbesar di Jazirah

Arab dengan kemegahan yang ditampilkannya.

Pada masa ini, masyarakat Muslim berkembang menjadi masyarakat besar dan

menjadi pusat untuk kegiatan perekonomian, perdagangan dan pertanian.

C. Perjuangan Nabi Muhammad SAW Dan Para Sahabat Di Madinah

Sejak hijrah ke Madinah, selama kurang lebih 10 tahun, Nabi dan para sahabatnya

berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa mengenal lelah, dan tidak pernah

putus asa.

Kebanyakan penduduk Madinah, terutama suku Aus dan Khazraj, menerima

dakwah Nabi tersebut.

Akan tetapi, dalam perjalanan dakwahnya, Nabi menemui rintangan, khususnya

dari orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan keberhasilannya.

Salah seorang Yahudi Munafik yang tidak senang adalah Abdullah bin Ubay. Ia

selalu melaporkan kegiatan Nabi di Madinah kepada kaum kafir Quraisy di Mekkah,

sehingga pada masa-masa kemudian terjadilah banyak peperangan dengan kaum

kafir Quraisy Mekkah.

Beberapa Peperangan Yang Terjadi Ketika Nabi Berada Di Madinah :

1. Perang Badar

Perang ini terjadi di dekat sumber mata air milik seorang bernama Badar pada

tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H bertepatan 5 Januari 623 M.

Dalam perang ini pasukan Islam hanya berjumlah 313 orang yang dipimpin oleh

Nabi Muhammad SAW, sedangkan pihak kafir Quraisy berjumlah 1000 orang yang

dipimpin oleh Abu Sufyan.

Perang ini dimenangkan oleh umat Islam dengan korban tewas sebanyak 14 orang

Muslim dan 70 orang kafir termasuk Abu Jahal.

2. Perang Uhud

Perang ini berlangsung pada bulan Sya’ban tahun 3 H bertepatan bulan Januari

625 M di sebuah perbukitan bernama Uhud.

Pasukan Islam pimpinan Nabi pada awalnya berjumlah 1000 orang, tetapi 300

orang membelot karena hasutan Abdullah bin Ubay. Sedangkan pasukan kafir

Quraisy berjumlah 3000 orang yang dipimpin Abu Sufyan dan istrinya Hindun.

Perang ini pada awalnya hampir dimenangkan oleh umat Islam, tetapi karena

pasukan Islam meninggalkan posisi perang untuk mengambil harta rampasan

perang (ghanimah), akhirnya pasukan Islam mengalami kekalahan.

(4)

3. Perang Khandaq

Perang terjadi di sebelah utara Madinah pada bulan Syawal 5 H atau Maret 627 M.

Perang Khandaq ini disebut juga perang Ahzab.

Dalam perang ini, pasukan musuh berjumlah 10.000 orang yang dipimpin Abu

Sufyan, sedangkan pasukan Islam hanya berjumlah 3000 orang pimpinan Nabi dan

Ali bin Abi Tholib.

Atas usul dari Salman Al-Farisi (orang Persia), pasukan Islam membuat parit

mengelilingi perbatasan kota Madinah. Akibat adanya parit ini, pasukan kafir

Quraisy mengalami kekalahan.

Selain empat perang di atas, ada beberapa peperangan lagi yang terjadi antara

umat Islam dengan kaum kafir yaitu:

1. Perang Khaibar

2. Perang Mu’tah

3. Perang Tabuk.

Di Samping Peperangan, Nabi Dan Para Sahabatnya Juga Melakukan beberapa

usaha dan berhasil dengan baik Dalam Menghadapi Kaum Kafir, Yaitu:

1. Mengadakan Perjanjian Hudaibiyah dengan orang-orang Kafir Qurays di Mekkah.

Perjanjian ini berlangsung pada bulan Zulkaidah tahun 6 H atau 628 M di daerah

Hudaibiyah.

Asal mula terjadinya perjanjian ini adalah adanya keinginan kaum Muhajirin untuk

beribadah haji dan menengok saudara mereka di Mekkah yang selama enam tahun

tidak bertemu.

Akan tetapi keinginan ini dihalangi oleh kaum Kafir Quraisy.

Maka Nabi pun berangkat dengan kaum Muhajirin untuk pergi ke Mekkah,

sesampainya di Hudaibiyah dicegatlah Nabi dan para pengikutnya oleh kaum

Quraisy.

Dari sinilah kemudian lahirlah perjanjian Hudaibiyah.

Isi Perjanjian Hudaibiyah :

1. Umat Islam dan kaum kafir Quraisy tidak boleh saling serang selama 10 tahun.

2. Nabi dan pengikutnya tidak diperkenankan beribadah haji pada tahun ini.

3. Kaum Muslim wajib mengembalikan orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi di

Madinah, sedangkan kaum kafir Quraisy tidak wajib mengembalikan orang Madinah

yang menjadi pengikut mereka.

4. Setiap orang diberi kbebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi atau kaum

Kafir Quraisy.

2. Fathul Makkah (penaklukan kota Mekkah)

Fathu Makkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H atau Januari 630 M.

Sebab utama terjadinya fathu Makkah adalah kaum Kafir Quraisy melanggar

perjanjian Hudaibiyah dan menyerang kaum Muslim yang ada di Mekkah.

(5)

yang masuk Islam termasuk pemimpin kafir Quraisy Abu Sufyan ikut masuk Islam.

Saat itulah turun Qur’an Surat An Nashr ayat 1-5

Ketika terjadi fathul Makkah ini, Nabi berpidato di hadapan masyarakat yang isinya

:

1. Barang Siapa yang menutup pintu rumahnya, rapat- rapat maka ia aman.

2. Barang siapa yang masuk ke Masjdil Haram, maka ia aman.

3. Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman.

D. Hikmah Dan Teladan Dari Misi Nabi Muhammad Saw Dalam Membangun

Masyarakat Madinah

Melakukan hijrah (pindah) ke tempat yang dianggap lebih memberi harapan untuk

mengembangkan masyarakat Islam yang lebih maju merupakan suatu kemestian

yang harus dilakukan.

Nabi melakukan Hijrah ke Madinah adalah untuk menyusun kekuatan dan menarik

banyak pengikut agar dakwah Islam berjalan sesuai yang diharapkan dan

masyarakat Islam semakin kokoh.

Dari hijrah ini, Nabi berhasil membangun masyarakat Islam menuju pada

kemajuan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik di bidang sosial, ekonomi maupun

politik.

Keberhasilan yang telah dicapai ini memerlukan perjuangan yang panjang dan

kadang harus dilakukan dengan cara kekerasan (jihad atau berperang). Dengan

demikian, hikmah dan teladan yang dapat diambil dan ditiru dari perjuangan Nabi di

Madinah tersebut di antaranya adalah:

Hikmah Dan Teladan Yang Dapat Diambil Dan Ditiru Dari Perjuangan Nabi Di

Madinah Tersebut Di Antaranya Adalah:

1. Ketabahan dalam menerima cobaan

Nabi Muhammad SAW dan para sahabat melakukan hijrah ke Madinah merupakan

akibat dari kekejaman kaum kafir Quraisy terhadap kaum Muslimin.

Mereka pergi berhijrah dengan meninggalkan segala yang ada di Mekkah, antara

lain sanak famili, harta benda dan juga kampung halaman.

Rasa berat pada diri kaum Muslimin meninggalkan kampung halaman ternyata

sirna oleh keimanan mereka yang kuat dan kecintaan yang tulus terhadap Nabi

Muhammad SAW.

Mereka tabah dan ikhlas dalam menerima cobaan ini. Oleh karena itu, apapun

keadaannya, situasinya apakah senang atau susah, iman harus senantiasa melekat

di hati kita.

2. Cerdas dalam mengambil keputusan

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki kecerdasan y luar biasa dalam

mengambil keputusan dan tindakan.

Hal itu terbukti ketika beliau mampu menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar

menjadi satu saudara.

(6)

Islam, sehingga dalam tempo yang relatif singkat masyarakat Muslim Madinah

dikagumi oleh bangsa lainnya.

Dalam bidang ekonomi dan perdagangan, Nabi Muhammad SAW menerapkan asas

koperasi, yakni menganjurkan kaum Muslim di Madinah agar memperhatikan nasib

saudaranya, tidak serakah dan tidak mempraktekkan sistem riba dalam transaksi

perdagangan.

Bahkan, dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada

tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara

lain berisi:

1. larangan untuk riba dan menganiaya.

2. Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik.

3. Persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan.

3. Gigih dan istiqamah dalam berjuang

Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mendapatkan perlawanan dan

tekanan yang sangat berat dari kaum kafir Quraisy Mekkah dan orang-orang Yahudi

dalam mensyi’arkan dakwah Islam di Madinah.

Bahkan, ada beberapa peperangan yang dilalui Nabi Muhammad SAW dan para

sahabat seperti perang Badar, Uhud dan Khandaq, ketika mereka berada di

Madinah.

Meskipun kaum Muslim di Madinah masih sangat minim dan kekuatan mereka

tidak seimbang dibanding kekuatan kaum kafir Quraisy yang begitu besar, baik

dalam hal jumlah tentara maupun persenjataan, namun semangat juang

mempertahankan agama dan dakwah Islam tetap kokoh tak tergoyahkan dalam

jiwa-jiwa mereka.

Akhirnya kaum Muslim di Madinah mampu mengimbangi kekuatan kaum kafir di

Mekkad dan orang-orang Yahudi di Madinah.

e. Hubungan Antara Misi Nabi Muhammad Di Madinah Dengan Perkembangan

Masyarakat Islam Masa Sekarang

Keterkaitan antara misi dakwah Nabi Muhammad SAW dengan perkembangan

masyarakat Islam sekarang dapat kita lihat dari beberapa aspek, antara lain :

1. aspek politik pemerintahan.

2. aspek sosial kemasyarakatan.

3. aspek ekonomi.

1. Aspek Politik Pemerintahan

Nabi Muhammad SAW selain menjadi pemimpin agama, beliau juga menjadi

pemimpin pemerintahan. Dalam kepemimpinannya, beliau mengedepankan

kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan keluarganya.

Selain itu, beliau juga menggunakan sistem musyawarah atau demokrasi dan

berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara di masyarakat dengan tidak

membedakan golongan, suku bahkan perbedaan agama.

(7)

Sebagai contoh negara kita memberlakukan kebebasan berpendapat, menghargai

dan toleran terhadap semua agama yang dianut oleh masyarakat.

Akan tetapi, apabila kita lihat kenyataan sekarang ini banyak di antara para

pemimpin negara, terutama negara berpenduduk mayoritas Muslim, tidak mampu

melaksanakan sistem musyawarah secara maksimal sebagaimana yang dilakukan

Nabi Muhammad SAW di Madinah.

Mereka masih tergantung pada kepentingan pribadi dan golongan sehingga

banyak terjadi gejolak di masyarakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa para

pemimpin Muslim di berbagai negara kurang memahami dan kurang meneladani

sifat dan sikap kepemimpinan Nabi dalam membangun masyarakat.

2. Aspek Sosial Kemasyarakatan.

Penduduk Muslim Madinah pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

memiliki rasa persaudaraan dan persatuan yang kuat.

Mereka tidak membedakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, bahkan tidak

membeda-bedakan rasa persatuan dengan penganut agama lain.

Rasa persaudaraan sesama Muslim di Madinah tercermin dalam kehidupan

sehar-hari, di antara mereka tidak ada perselisihan ataupun permusuhan.

Jika ada salah satu warga Muslim yang sakit, maka Muslim lain menjenguknya.

Begitu juga jika ada Muslim yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari,

maka Muslim lain yang mampu membantunya dengan penuh rasa ikhlas.

Selain itu, budaya silaturahmi merupakan kebiasaan yang tertanam dalam warna

kehidupan penduduk Muslim Madinah

Apabila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Muslim sekarang ini, khususnya

di Indonesia, dapat kita jumpai berbagai tradisi yang mencerminkan kebudayaan

yang berkembang pada masa Nabi Muhammad di Madinah, Seperti :

1.Tradisi silaturahmi.

2.Tradisi gotong royong dalam membangun sarana ibadah atau masjid.

3.Tradisi menjenguk orang sakit dan membantu orang yang terkena musibah.

3. Aspek Ekonomi.

Pada tahun-tahun awal, pemerintahan Islam di Madinah hampir tidak memiliki

sumber memasukan ataupun pengeluaran.

Seluruh tugas pemerintahan dilaksanakan kaum muslimin secara bergotong

royong dan sukarela.

Mereka memperoleh pendapatan dari bebagai sumber yang tidak terikat. Akan

tetapi ketika masyarakat Muslim Madinah sudah tentram dan kuat, maka pada

waktu itu kewajiban membayar zakat dan pajak mulai dijalankan sebagai sumber

pendapatan negara.

Pajak pada masa itu dipungut semata berdasarkan standar cukup atau

berdasarkan kadar kebutuhan negara.

(8)

sistem koperasi. Sistem ekonomi ini dimaksudkan untuk membantu penduduk

Muslim di Madinah yang miskin dan lemah.

Masyarakat Muslim Madinah yang rata-rata berprofesi sebagai pedagang dan

petani sangat antusias dan menerima dengan senang hati ajakan Nabi Muhammad

SAW tersebut.

Akhirnya para pedagang dan petani Muslim dengan kesadaran sendiri mau

mengeluarkan zakat dan pajak demi terwujudnya masyarakat Madinah yang maju

secara ekonomi.

Di samping ajakan untuk membayar zakat dan pajak, Nabi Muhammad SAW juga

melarang masyarakat Muslim Madinah melakukan praktek riba dan penipuan dalam

melakukan kegiatan ekonomi.

Apabila dikaitkan dengan perkembangan masyarakat Muslim sekarang,

ajakan-ajakan Nabi Muhammad SAW di bidang ekonomi tersebut ternyata masih berjalan

dan dapat kita jumpai di berbagai negara berpenduduk mayoritas Muslim.

Sebagai contoh, kewajiban membayar zakat, khususnya zakat fitrah, masih rutin

dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Muslim.

Akan tetapi, banyak juga kita jumpai di masyarakat Muslim sekarang yang masih

mempraktekkan sistem riba dalam kegiatan ekonomi, khususnya perdagangan.

Banyak di antara para pedagang yang terlalu tinggi mengambil keuntungan

sehingga merugikan pembeli.

Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan ajaran sunnah

Nabi ini membuktikan bahwa masih banyak orang-orang Muslim sekarang yang

tidak mengenal perilaku dan akhlak Nabi Muhammad SAW.

- See more at:

http://komed45.blogspot.com/2011/08/sejarah-nabi-muhammad-saw-periode.html#sthash.0Pk91hA1.dpuf

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan

garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ini terjadi pada 12 Rabi`ul Awwal tahun pertama Hijrah, yang

bertepatan dengan 28 Juni 621 Masehi. Hijrah adalah sebuah peristiwa pindahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah atas

perintah Allah, untuk memperluas wilayah penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu sendiri.

(9)

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan

Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi

Muhammad SAW. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat.

Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta

mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk

menggantikan Nabi SAW menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.

Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari

kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua

Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.

Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW

dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2

ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut

Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.

Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka

beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah

masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.

Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya.

Menurut perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab

itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan

rombongan.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris

di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang isinya:

Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ'i (celah-celah bukit). Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi,

Wahai orang yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah

dan menginap di rumahnya.

Tetapi Nabi SAW hanya berkata,

"Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya."

Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan

demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu

Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya.

Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah an-Nabî (kota nabi). Orang sering pula menyebutnya Madînah al-Munawwarah (kota

(10)

Terbentuknya Negara Madinah

Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan

dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu masyarakat baru.

Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang

yang hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin).

Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan individu-individu dari golongan Anshar.

Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far bin Abi Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan

demikian diharapkan masing-masing orang akan terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang

semacam ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan

persaudaraan berdasarkan keturunan.

Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu tempat pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah

masjid, tempat untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah, yang juga dapat digunakan sebagai pusat kegiatan untuk

berbagai hal, seperti belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang muncul dalam masyarakat, musyawarah, dan transaksi dagang.

Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun bersama-sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini

kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al-Anshari.

Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal

Nabi SAW dan keluarganya.

Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab

Islam juga masih terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar

stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.

Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Mîsâq Madînah atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain

mengenai kebebasan beragama, hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban negerinya, kehidupan sosial,

persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi kepala pemerintahan di Madinah.

Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan

Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negaranya. Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan

Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka takut kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan membalas

kekejaman yang pernah mereka lakukan. Mereka juga khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu atau dikuasai oleh kaum

muslimin.

Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan itu, Nabi SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar

kota, baik langsung di bawah pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli ke pesisir L. Merah.

(11)

membawa pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian ke Buwat dengan membawa 200

orang Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan Bani Mudij.

EkspedEsi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW sebagai aksi-aksi siaga dan melatih kemampuan calon pasukan yang memang

mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah dimaksudkan

sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.

Perang Badar

Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang

ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini

berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.

Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah.

Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal,

panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas

dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan

itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima

perjanjian yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.

Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan

dengan tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari

orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan

juga.

Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin

hubungan dengan Nabi SAW karenan melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan semata.

Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi

SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

Perang Uhud

Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan karena keinginan balas dendam orang-orang

Quraisy Mekah yang kalah dalam perang Badr. Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa 3.000 ekor

unta dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh ratus orang di antara mereka memakai baju besi.

Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang. Perang pun berkobar. Prajurit-prajurit Islam dapat memukul

mundur pasukan musuh yang jauh lebih besar itu. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.

(12)

mereka dan turun untuk mengambil harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan pos mereka

dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh

untuk segera melancarkan serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan. Mereka terjepit, dan

satu per satu pahlawan Islam berguguran. Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita

tidak benar yang diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka mengendurkan serangan untuk kemudian

mengakhiri pertempuran itu.

Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada.

Perang Khandaq

Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang

mengungsi ke Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu

beberapa suku).

Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin

membuat parit pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit.

Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya.

Pengepungan ini cukup membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi terputus. Suasana

kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.

Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan mengadakan pengepungan, persediaan makanan

pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan

kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri

masing-masing tanpa suatu hasil.

Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.

Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.

Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW

memimpin langsung sekitar 1.400 orang kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya perang.

Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk berperang.

Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang

kaum muslimin masuk ke Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.

Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah,

yang isinya antara lain:

(13)

2.

Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia harus dikembalikan. Tetapi bila ada pengikut Muhammad

SAW yang menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak harus mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.

3.

Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak Muhammad SAW maupun dengan pihak Quraisy.

4.

Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah pada tahun tsb, tetapi ditangguhkan sampai tahun berikutnya.

5.

Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang Quraisy harus keluar lebih dulu.

6.

Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya, dan tidak

boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.

Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana

menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.

Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :

Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam

dapat tersebar ke luar.

Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan memperoleh dukungan yang besar, karena orang-orang Quraisy

mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa Arab.

Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang

dilakukan kaum muslimin, disamping juga melihat kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.

Di Sisi Lain

Keberhasilan dakwah di madinah tak terlepas dari sosok sahabat nabi, yang bernama MUSH'AB BIN 'UMAIR. Beliau adalah salah satu

sahabat nabi. Sebelum masuk hidayah tertanam didadanya, beliau adalah seorang pemuda tampan, anak seorang bangsawan dan

hartawan. pemuda yang menjadi buah bibir warga mekah, khususnya para wanita. Ia lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh

dalam lingkungannya. Sampai akhirnya hidayah Allah datang kepada beliau, dan beliau masuk islam dalam usia yang masih muda, sekira

24 tahun berbagai kesenangan dunia serta kekayaannya ia tinggalkan demi memilih islam sebagai agamanya.

Seorang Mush'ab yang memilih hidup miskin dan sengsara demi Islam sebagai tuntunan hidupnya Pemuda ganteng itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya

yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Sampai akhirnya Nabi Muhammad mengutus beliau sebagai sebagai duta dakwah pertama ke

madinah. Sejarah mengisahkan betapa Al-Amin mempercayakan kepadanya. Mush'ab dipilih menjadi seorang utusan. Seorang duta pertama dalam Islam. Ada amanah indah

yang harus segera ia tunaikan. Tugasnya mengajarkan tentang Islam kepada kaum Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di Aqabah. Sebuah misi yang

tentu saja tidak mudah. Saat itu telah 12 orang kaum Anshar yang beriman.

Tak lama berselang, Allah yang maha besar, memperlihatkan hasil usaha sungguh sungguh dari seorang Mushaib. Berduyun-duyun

manusia berikrar mengesakan Allah dan mengakui Rasulullah sebagai utusan Allah. Jika saat ia pergi ada 12 orang golongan kaum Anshar

yang beriman, maka pada musim haji selanjutnya umat muslim Madinah mengirim perwakilan sebanyak 70 orang laki-laki dan 2 orang

(14)

Usaha gigih yang diperbuat Mushab membuat Benih benih islam tersemai dengan subur di madinah kesungguhan Mus‘ab bin Umair dalam

berdakwah. Setiap hari dalam hidupnya senantiasa memberikan konstribusi baru bagi Islam di dalam dakwah dan jihad yang dilakukannya.

Beliau adalah dai pertama dalam Islam di kota Madinah. Di tangannyalah sebagian besar penduduk Madinah berhasil diislamkan. Dia

adalah peletak pertama fondasi Negara Islam Madinah. Dia adalah kontributor sesungguhnya bagi Islam dan jamaah kaum Muslim.

STRATEGI DAKWAH DI MADINAH

Beberapa strategi dirangka khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi berpandukan kepada arahan dan tindakan

Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan baginda terhadap ide-ide daripada para sahabat baginda.

A. PEMBINAAN MASJID

Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w setibanya baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan

Islam yang menghubungkan manusia dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat Islam atas

keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.

Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali sebagai ‘mirbad’ dan meratakannya sebelum

menggali lubang untuk diletakkan batu-batu sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut.

Batu-batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.

Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar.

Di dalamnya, dibina sebuah mimbar untuk Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah. Terdapat ruang muamalah

yang dipanggil ‘sirda’untuk pergerakan kaum muslimin melakukan aktiviti kemasyarakatan.[2] Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi

dakwah baginda bagi menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat perbincangan di kalangan Rasulullah s.a.w

dan para sahabat tentang masalah ummah.

B. MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN

Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai platform mempersatukan persaudaraan di dalam Islam.

Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini membuktikan

kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka tanpa mengira pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut

memadamkan api persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz.[3]

C. PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH

Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu

perlembagaan khusus yang menjaga kepentingan semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam yang dikenali

sebagai Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di bawah naungan Islam.

Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang,

kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak

mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah

(15)

Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah

sebagai model Negara Islam yang adil, membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.

D. STRATEGI KETENTERAAN

Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan perjuangan Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi

ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni oleh pihak lawan khususnya puak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara tindakan

strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini

berlaku dalam peperangan Badar, Rasulullah s.a.w telah mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib, Saad Ibnu Waqqash

dan Zubair Ibn Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4] Maklumat penting musuh memudahkan pasukan tentera Islam

bersiap-sedia menghadapi mereka di medan perang.

RasUlullah s.a.w turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara

firman Allah Taala bermaksud:

“Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu

menginginkan bahawa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar

dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (Surah al-Anfal: 7)

Rasulullah s.a.w turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam merangka strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam

peperangan Badar, baginda bersetuju dengan cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan agar baginda

menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air boleh diperolehi dengan mudah untuk tentera Islam dan haiwan

tunggangan mereka. Dalam perang Khandak, Rasulullah s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang berketurunan Parsi

berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan tentera Islam berjaya dalam semua peperangan dengan pihak musuh.

E. PEMBERIAN COP MOHOR

Rasulullah s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan – kerajaan luar seperti kerajaan Rom dan Parsi bagi mengembangkan

risalah dakwah. Semua surat dan watikah diletakkan cop yang tertulis kalimah la ila ha illahlah wa ana Rasullah[5] Tujuannya adalah untuk

menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w sebagai utusan Allah dan Nabi di akhir zaman. Dalam watikahnya, baginda turut menyeru agar

mereka menyembah Allah dan bersama-sama berjuang untuk Islam sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah. Kebanyakan watikah baginda

diterima baik oleh kerajaan-kerajaan luar.

Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :

Nabi mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada Kaisar Humuz, Raja Parsi yang bunyinya sebagai berikut

:

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi Muhammad Rasulullah kepada Kaisar penguasa Parsi. Semoga

sejahtera kepada sesiapa sahaja yang mengikut pimpinan Allah dan beriman kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi tidak ada Tuhan selain

(16)

“Saya mengajak anda dengan ajakan Allah kepada umat manusia dan untuk memperingatkan manusia yang masih hidup, bahawa siksaan

akan ditimpakan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam dan hendaklah menerimanya. Jika anda menolaknya, maka berdosalah bagi

penyembah api.”[6]

F. HUBUNGAN LUAR

Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini terbukti melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para

dutanya ke negara-negara luar bagi menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu termasuklah

Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merakamkan bahawa Saad Ibn Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah.

Sejak itu, Islam bertebaran di negeri Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada

kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu Talib kepada Raja Habsyah.[7]

Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam selepas kewafatan Rasulullah s.a.w. Sebagai

contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam

di Baitul Maqdis. Penjajahan dan penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah paling berkesan di seluruh

dunia.

KESIMPULAN

Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai Negara Islam pertama menjadi nadi pergerak

dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada pemerintahan

Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan

perancangan Islam dalam menegakkan kalimah Tauhid.

Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya mencerdaskan masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat

yang cerdas, menyejahterakan sosial ekonomi umat dan masyarakat dengan asas keadilan dan pemerataan, serta penegakan nilai

etik-moral dan norma hukum yang tegas. Pendeknya, Nabi Muhammad SAW berhasil membangun kesalehan ritual yang paralel dengan

kesejahteraan material, ketaatan individual yang seiring dengan kepatuhan sosial, dan terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang

seimbang dengan keberkahan ukhrawiah yang kekal.

Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan dakwah jauh lebih cepat dan

berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode Mekkah. Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam

berhasil membangun tata peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat

perkembangannya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah :

A. Pengorbanan

o Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu menyanggupi

untuk menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau kemudian

tidur dan mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat heroik

(17)

kelangsungan hidup Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam

o Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata

“ Biar saya yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada binatang buas atau binatang

berbisa didalam sana, saya rela mati, biar anda meneruskan perjuangan dan dakwah anda”.

Lagi sebuah epik kepahlawanan dan pengorbanan yang luar biasa. Kemudian dalamsebuah

cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak Allah, beliau selamat dalam peristiwa itu.

B. Keyakinan dan Tawakal

ketika berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa,

kemudian terucap kata-kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang memiliki

keyakinan dan sikap tawakal yang demikian sempurna “ La Tahzan, innallah ma ana –

jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”

C. Kebersamaan

Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi

Thalib yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan

konon ada seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu

Bakar selama mereka berada dalam gua – yang menurut seorang ulama, ini menggambarkan

sebuah kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan, sebagai salah satu

syarat “keberhasilan”, seperti kemudian digambarkan bagaimana proses Hijrah ini adalah

menjadi tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.

D. Kondisi yang Kondusif

Sebagaimana diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib –

Mengecam, menjadi Madinah – Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah proses

keberhasilan tidak akan dicapai ketika orang-orang yang berada didalamnya saling

mengecam satu sama lain, kritik yang tidak konstruktif, asal ganti dan lebih mementingkan

kepentingan golongan dan pribadinya semata. Penggantian nama menjadi Madinah

menyimbolkan bahwa keberhasilan hanya akan dicapai dalam tata kehidupan yang beradab,

ada sopan santun dan etika ketika hendak menyampaikan pendapat, kritik dan masukan, ada

tata aturan yang mesti dipenuhi oleh orang-orang beradab, yang kemudian dibuktikan dalam

sejarah masa kini, bahwa dimanapun, tidak akan pernah bisa mencapai keberhasilan, ketika

individu-individu yang terlibat dalam proses itu saling mengecam bahkan tak jarang

menyebarkan fitnah-fitnah keji. Sebaliknya, sebuah kondisi yang “beradab”, yang

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diperoleh dosis yang digunakan pada semua pasien dilapangan adalah 1x 30 mg/hari, seharusnya dosis lansoprazol diberikan sesuai dengan fungsi hati

Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan. dimaksud pada ayat (1) meliputi

Alat ini digunakan untuk mengukur jarak dan untuk membandingkan alat ukur uji dengan alat standard berbasis ATmega dan ditampilkan pada LCD 2x16 yang telah

Dari uraian di atas peneliti tertarik sekali untuk melakukan penelitian di dalam kelas dari masalah yang ada, dengan judul Peningkatkan Aktivitas dan

sebesar 80,56% dengan kategori baik. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Kooperatif Tipe TGT. Aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan

Hasil peDeliliaD ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya dimana terdapat hubungan antara jurnlah rokok yang dihisap pel hari dedgan kejadian

Metode pembelajaran yang diterapkan dalam KBM disesuaikan dengan jenis materi pelajaran, karakter siswa, dan alokasi waktu yang tersedia. Penggunaan Media

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa team attachment (ikatan tim) yang diukur dengan daya tarik (attraction) dan pemusatan (centrality) berpengaruh terhadap sponsor