• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan buku pop-up cerita rakyat Nyai Anteh penunggu bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan buku pop-up cerita rakyat Nyai Anteh penunggu bulan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Retno Ayu Yulyani Suryana Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Kelahiran : Bandung, 19 Juli 1990 Status Marital : belum menikah

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Komp. Margaasih Indah Jl. Jatiwangi Blok D 10 no.14a

40215- Kab. Bandung Nomor Telepon : 0857 23 585 219

Email : eno19only@yahoo.com

Pendidikan Formal

 1996 -2002: SD NEGERI UTAMA 2  2002-2005 : SMP NEGERI 3 CIMAHI  2005-2008 : SMU NEGERI 1 CIMAHI

 2008-sekarang : Program Sarjana (S-1) Desain Komunikasi Visual UNIKOM

Pengalaman organisasi

 Ketua OSIS SMP NEGERI 3 CIMAHI periode 2003-2004  Bendahara HIMA DKV periode 2009-2010

 Divisi umum acara Bussiness Forum of Visual Comunication Design “Road to Entrepreneur” tahun ajaran 2011-2012

Pengalaman kerja

 Divisi Objek Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung 16 Maret 2011- 16 Mei 2011

Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya.

(3)
(4)
(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU

POP-UP

CERITA RAKYAT

NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011-2012

Oleh:

Retno Ayu Yulyani S. 51908297

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan beragam cerita rakyat yang berasal dari berbagai daerahnya karena Indonesia terdiri atas begitu banyak provinsi. Cerita rakyat merupakan cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa.

Daerah provinsi Jawa Barat memiliki beberapa cerita rakyat, diantaranya cerita Sangkuriang yang terkenal dengan gunung Tangkubanparahu, Lutung Kasarung, Talaga Warna, Situ Bagendit dan masih banyak lagi. Namun cerita tentang Nyai Anteh Penunggu Bulan pada generasi sekarang kurang populer dibandingkan dengan Sangkuriang dan cerita rakyat lainnya. Dari sekian buku cerita rakyat yang ditemukan dalam penelitian, sangat jarang buku yang menyuguhkan cerita nyai Anteh.

Nyai Anteh dipercaya keberadaannya oleh orang tua – orang tua dahulu yang berlatarbelakang budaya Sunda sebagai seorang nenek yang tinggal dibulan. Pernyataan seperti itu dikaitkan dengan fenomena alam yang terlihat saat datang bulan purnama. Dihubungkan dengan legenda Nyai Anteh, bercak hitam yang tampak pada permukaan bulan dipercaya sebagai bayangan Nyai Anteh yang sedang duduk bersama kucing peliharaan kesayangannya. Cerita tentang seorang nenek yang tinggal dibulan bersama seekor kucing itu sering dituturkan para

orang tua kepada anaknya saat malam dengan bulan purnama, “Tuh tingali aya nini Anteh di bulan.”, dalam bahasa Indonesia berarti, “Itu lihat ada nenek Anteh

(7)

Sebutan untuk tokoh Anteh sendiri beragam, ada yang menyebutkan nyai atau nyi (sebutan untuk wanita), dan nini yang dalam bahasa Indonesia berarti nenek.

Harini (2009) mengemukakan bahwa cerita nini Anteh ini termasuk foklor lisan (h.2). Dalam Ensiklopedia Sunda (seperti dikutip Harini, 2009, h.2), dijelaskan bahwa Nini Anteh adalah sebuah dongeng yang menceritakan bahwa bercak hitam yang tampak pada permukaan bulan purnama itu adalah seorang nenek yang tiada henti menenun. Nenek tersebut disebut Nini Anteh. Ia selalu ditemani kucing kesayangannya, Candramawat.

Namun pada saat ini cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan kurang populer dimata anak-anak, dibandingkan dengan cerita-cerita rakyat Jawa Barat lainnya. Cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan sebagai foklor lisan sudah jarang ditemukan tergantikan dengan media-media informasi yang lebih modern seiring berkembangnya zaman. Akan tetapi media-media informasi yang ada pada saat ini jarang yang menyajikan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan.

Cerita rakyat sebaiknya dikenalkan sejak dini kepada anak-anak, yang masih dalam masa pembelajaran karena tidak sedikit cerita rakyat yang mengandung pesan moral. Sama halnya yang terdapat dalam cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan. Sebagai contoh, ketika pertemanan antara nyai Anteh dengan Sang putri dihadapkan pada sebuah konflik nyai Anteh tetap setia pada Sang putri dan berusaha menghindari masalah yang akan datang lebih rumit demi kebaikan hubungan pertemanan mereka. Hal ini dapat dijadikan sebagai cerminan anak-anak dalam menjalin pertemanan dalam kehidupan sehari-hari.

(8)

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut;

1. Cerita rakyat Nyai Anteh Penunggu Bulan kurang populer dibandingkan dengan cerita rakyat Jawa Barat lainnya di kalangan masyarakat khususnya anak-anak.

2. Anak-anak belum tahu makna yang terkandung dalam cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan. Didalamnya terdapat pesan moral positif yang dapat disampaikan kepada anak-anak.

3. Cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan sebagai foklor lisan sudah jarang ditemukan tergantikan dengan media-media informasi yang lebih modern seiring berkembangnya zaman.

4. Media-media informasi yang ada saat ini jarang yang menyajikan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan.

5. Cerita rakyat Nyai Anteh Penunggu Bulan saat ini tidak dikenalkan kepada anak sejak dini oleh para orang tua.

I.3 Fokus Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat difokuskan masalah:

(9)

I.4 Tujuan Perancangan

(10)

BAB II

CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

II.1 Cerita Rakyat Sebagai Bagian dari Foklor

Danandjaja (seperti dikutip, Supendi 2010) Foklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Foklor memiliki beberapa bentuk (Agung-Listiyani, 2009, h.14), yakni; 1. Foklor lisan adalah foklor yang berbentuk murni lisan.

Yang termasuk sebagai foklor lisan antara lain;

a. ungkapan tradisional, seperti peribahasa atau pepatah b. puisi rakyat, seperti pantun

c. bahasa rakyat, seperti logat, julukan, gelar kebangsawanan, dan sebagainya

d. pertanyaan tradisional, seperti teka-teki

e. cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dongeng.

2. Foklor sebagian lisan adalah foklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan seperti kepercayaan rakyat atau takhayul, permainan rakyat, tarian rakyat, adat istiadat, pesta rakyat dan sebagainya. 3. Foklor bukan lisan (nonverbal foklor) adalah foklor yang berbentuk bukan

lisan walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan seperti arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian, serta perhiasan khas setempat.

(11)

Cerita rakyat menurut Yus Rusyana (seperti dikutip Harini, 2009, h10) diklasifikasikan kedalam mite, mitos, legenda, dan dongeng.

1. Mite

Mite menurut Yus Rusyana (seperti dikutip Harini, 2009, h.10) adalah cerita tradisional, peristiwa yang dibayangkannya berupa peristiwa masa lalu, sudah tidak diketahui lagi kapan peristiwa itu terjadi, para pelaku terdiri atas manusia suci atau manusia yang mempunyai kekuatan supranatural.

Menurut Agung-Listiyani (2009) “Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita” (h.14). Sedangkan menurut KBBI (2011) “Mite adalah cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal ajaib, dan umumnya di tokohi oleh dewa”(h.921).

Dapat disimpulkan bahwa mite adalah cerita pada masa lalu yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh orang yang menuturkan cerita tersebut.

2. Mitos

Agung-Listiyani (2009) mengemukakan bahwa “mitos adalah cerita suatu bangsa atau suku bangsa mengenai dewa-dewa (yang biasanya mengandung cerita asal muasal)”(h.14).

(12)

Dapat disimpulkan bahwa mitos adalah cerita tradisional mengenai dewa-dewa, kisah asal muasal penciptaan alam atau makhluk hidup lainnya dengan cara-cara gaib.

3. Dongeng

Yus Rusyana(seperti dikutip Harini, 2009, h.10) mengemukakan bahwa

“dongeng adalah cerita tradisional yang pelakunya dibayangkan seperti dalam kehidupan sehari-hari, perbuatan yang dilakukan oleh pelaku kebanyakan perbuatan biasa. Akan tetapi mengandung juga perbuatan yang mengandung keajaiban, latar tempat tejadinya peristiwa adalah latar yang dikenal sehari-hari. Oleh masyarakat pemiliknya dongeng tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang benar-benar pernah terjadi atau sebagai suatu kepercayaan”.

Sedangkan menurut KBBI (2011) “dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh)”(h.340).

Dapat disimpulkan dongeng adalah cerita atau kisah yang dituturkan bukan berdasarkan kejadian yang pernah terjadi, hanya berupa rekaan karena pelaku dalam cerita hanya sebatas dibayangkan seperti dalam kehidupan sehari-hari dan didalamnya terdapat penggalan cerita yang mengisahkan suatu keajaiban yang dialami oleh sang tokoh cerita.

4. Legenda

(13)

mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.

Dapat disimpulkan legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang dianggap benar-benar terjadi dan mengandung hal-hal gaib namun tidak dianggap suci.

Agung-Listiyani (2009) mengemukakan bahwa legenda dibagi menjadi beberapa macam yaitu:

a. Legenda Keagamaan, contohnya legenda Wali Songo

b. Legenda tentang alam gaib, contohnya legenda tentang makhluk halus seperti sundel bolong, genderuwo, dan sebagainya.

c. Legenda Perorangan, contohnya cerita Panji, Calon Arang, Jayaprana, dan sebagainya

d. Legenda setempat, erat hubungannya dengan suatu tempat seperti legenda Sangkuriang, Nyai Roro Kidul, Legenda asal mula Rawa Pening. (h.14)

II.2 Cerita Rakyat Nyai Anteh Sebagai Legenda

Cerita Nyai Anteh yang ditemukan dalam penelitian merupakan bagian dari foklor lisan dan termasuk dalam klasifikasi cerita rakyat legenda. Karena kisah mengenai Nyai Anteh ini dianggap benar-benar terjadi oleh orang tua zaman dahulu, namun tidak dianggap suci. Supriatna (2006) mengemukakan bahwa “legenda terbentuk karena tradisi lisan masyarakat sebagai hasil rekonstruksi ingatan serta khayalan tentang lingkungan tempat tinggal mereka. Walaupun sulit dibuktikan kebenaran isinya, legenda dapat dikritisi oleh sejarawan sebagai salah satu sumber sejarah untuk menggambarkan kebudayaan daerah yang diteliti.”(h.16)

(14)

yang terdapat pada permukaan bulan saat purnama merupakan bayangan Nyai Anteh. Dalam Ensiklopedia Sunda (seperti dikutip Harini, 2009, h.2), dijelaskan bahwa Nini Anteh adalah sebuah dongeng yang menceritakan bahwa bercak hitam yang tampak pada permukaan bulan purnama itu adalah seorang nenek yang tiada henti menenun.

II.3 Cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan

Dalam mencari data mengenai cerita Nyai Anteh penunggu bulan, ditemukan beberapa versi cerita. Namun pada penelitian ini hanya akan dibahas satu versi cerita saja. Berikut adalah sinopsis cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan menurut buku ‘101 Cerita Nusantara’ dan buku ‘Ni Anteh Pergi ke Bulan’, serta beberapa sumber cerita dari blog Tatang M.Amirin (29 Oktober 2011);

Pada zaman dahulu, di Jawa Barat terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Pakuan. Disana hidup dua orang gadis remaja yang sama-sama cantik. Yang satu bernama Endahwarni dan yang satu lagi bernama Anteh. Endahwarni merupakan seorang putri pewaris kerajaan. Sedangkan Anteh hanyalah seorang anak dayang kesayangan ratu, Nyai Dadap. Anteh diangkat menjadi dayang pribadi putri Endahwarni. Selain itu, Anteh suka menjahitkan pakaian Sang putri.

Suatu hari putri Endahwarni akan dijodohkan dengan seorang putra Adipati Kadipaten Wetan, Anantakusuma. Putri Endahwarni sangat meyukai pangeran Anantakusuma yang sangat gagah dan tampan. Namun ternyata Anantakusuma lebih menaruh hati kepada Anteh. Putri Endahwarni yang mengetahui hal tersebut sangat kecewa dan merasa cemburu dan sakit hati kepada Anteh. Anteh pun kemudian diusirnya keluar istana.

(15)

Bertahun kemudian, Putri Endahwarni merasa menyesal telah mengusir Anteh dan mencari-cari Anteh. Akhirnya mereka bertemu. Putri Endahwarni meminta Anteh untuk kembali ke istana. Anteh telah dibuatkan rumah ditaman istana untuk dia tinggali bersama keluarganya dan dia diangkat menjadi penjahit istana.

Di istana Anteh bertemu kembali dengan Pangeran Anantakusuma yang ternyata telah menikah dengan Sang Putri. Namun tak disangka ternyata Anantakusuma masih menyimpan perasaan yang sama kepada Anteh.

Suatu malam dengan bulan purnama, Anteh yang sedang bersama kucing kesayangannya Candramawat diberanda rumahnya didatangi Anantakusuma. Disana dia kembali menyatakan perasaannya kepada Anteh. Anteh berusaha menyadarkan pangeran bahwa perbuatannya itu salah. Namun, pangeran tidak peduli dengan perkataan Anteh. Anteh kemudian berdoa kepada Tuhan agar ia dilindungi dan bisa terlepas dari Anantakusuma. Seketika sinar bulan menyelimuti tubuhnya dan mengangkatnya ke bulan. Sejak saat itu Anteh tinggal dibulan bersama sang kucing.

II.4 Hal – hal Positif yang Dapat Diteladani dari Cerita Nyai Anteh

Pada cerita nyai Anteh terdapat beberapa konflik yang dapat diambil beberapa hal positif yang bisa menjadi teladan diantaranya;

1. Putri Endahwarni berteman baik dengan Anteh sejak mereka masih anak-anak walaupun Anteh hanya anak seorang dayang. Sikap putri Endahwarni yang tidak memilih-milih teman dapat dijadikan teladan oleh anak-anak.

(16)

3. Salah satu sikap yang perlu diteladani dari Anteh adalah ketika dia diusir oleh Sang putri, Anteh tidak begitu saja menyerah dan putus asa. Di kampung halamannya, Anteh bekerja sebagai penjahit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta keluarga.

4. Sifat kesetiaan pun muncul pada konflik ketika setelah pangeran Anantakusuma lama tidak bertemu dengan Anteh, ternyata pangeran masih tetap menyukai Anteh meskipun dia telah menikah dengan putri Endahwarni. Dan sebaliknya pangeran berlaku tidak setia kepada istrinya, putri Endahwarni. Tetapi Anteh tetap setia kepada sang putri, setia dengan pertemanan yang telah dijalin sejak lama.

5. Ketika Anteh merasa tersudut karena bingung dengan pangeran Anantakusuma yang menyatakan perasaannya sedangkan Anteh tidak mau mengkhianati putri Endahwarni, Anteh berdoa kepada Tuhan untuk meminta perlindungan dan pertolongan. Hal ini memperlihatkan bahwa Anteh orang yang taat kepada Tuhannya dan sangat mempercayai Kebesaran Tuhan.

Cerita nyai Anteh sebagai legenda dimasyarakat mempunyai peranan yang penting sebagaimana menjadi aset sastra bertutur yang diwariskan secara turun temurun. Cerita nyai Anteh menjadi sebuah warisan dari pengalaman orang tua terdahulu yang kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya.

Menurut Kuntowijaya (seperti dikutip Supriatna, 2006) “tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau masyarakat. Namun kesejarahan tradisi lisan hanya sebagian dari isi tradisi lisan itu sendiri. Selain mengandung kejadian-kejadian sejarah, tradisi lisan juga mengandung nilai-nilai moral, keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra.” (h.12)

(17)

II.5 Pengetahuan Anak-anak Terhadap Cerita Nyai Anteh

Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan anak terhadap cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan, maka dilakukan survei dengan menyebar kuisioner kepada anak-anak yang tinggal dikawasan pemukiman Margaasih, Kabupaten Bandung. Kuisioner disebar di 3 wilayah RW dari 11 RW yang terdapat dikawasan pemukiman tersebut. Pada penelitian ini diambil pendapat 50 anak sebagai sampel dari jumlah populasi sebanyak 498 anak dengan kelompok umur 9-13 tahun, menurut data statistik penduduk yang bersumber dari kantor Kelurahan Margaasih Kabupaten Bandung.

Setelah dilakukan survei dengan menyebar kuisioner kepada 50 anak sebagai sampel penelitian, dapat disimpulkan sebagian besar dari anak-anak tersebut tidak mengetahui cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan. Cerita Sangkuriang atau Gunung Tangkubanparahu merupakan cerita rakyat Jawa Barat yang jauh lebih populer dikalangan anak-anak dibandingkan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan.

tidak tahu cerita rakyat Jawa Barat

Gambar II.1

(18)

10%

Dari 50 anak yang dimintai pendapat, hanya 5 anak yang mengetahui cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan. Cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan jarang didongengkan kepada anak-anak. Buku-buku cerita yang tersedia pun jarang yang menyajikan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan. Hal ini merupakan salah satu faktor pengetahuan anak terhadap cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan sangat minim.

Dari kelompok anak yang mengetahui cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan, diketahui mereka mengenal cerita Nyai Anteh yaitu dari guru disekolah, orang tua, buku cerita dan internet.

20%

60% 20%

Persentase Pengetahuan Anak Terhadap Cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan Dari Media

Buku cerita

Guru atau orang tua (foklor lisan) Internet

Gambar II.2

Persentase Pengetahuan Anak Terhadap Cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan

Gambar II.3

(19)

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa foklor lisan yang menyampaikan cerita Nyai Anteh ternyata masih berjalan sampai sekarang meskipun pada persentase yang minim. Begitu pula dengan media cetak, buku cerita sama jarangnya yang menyuguhkan cerita Nyai Anteh.

Setelah melihat hasil survei, dari sedikit anak yang mengetahui cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan, mereka sudah cukup tahu jalan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan ini walaupun ada sedikit perbedaan dalam menyebutkan nama salah satu tokoh yang terdapat dalam cerita. Misalnya ada yang menyebutkan putri Endahwarni sebagai putri Indahwarni.

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas, maka perlu dirancang sebuah media informasi untuk menyampaikan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan agar masyarakat khususnya anak-anak menjadi tahu cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan dan menambah pengetahuan mereka akan cerita rakyat Jawa Barat. Diharapkan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan dapat menjadi populer seperti cerita rakyat Jawa Barat lainnya.

II.6 Target Audiens

Masyarakat yang menjadi target audiens untuk menerima media informasi mengenai cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan ini adalah anak-anak. Segala bentuk rancangan media informasi cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan ini akan disesuaikan dengan;

1. Demografis

(20)

Anak-anak yang dipilih sebagai target audiens ini tergolong pada kelas sosial menengah keatas dikaitkan dengan kemampuan daya beli orang tua dalam memilih media informasi untuk anak-anak mereka.

Target audiens penerima media informasi ini relatif terbuka bagi siapa saja tidak terkait dengan suku bangsa tertentu Sunda atau non Sunda, walaupun cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan ini berasal dari budaya Sunda, karena cerita rakyat merupakan refleksi dari sebuah kebudayaan masyarakat.

2. Geografis

Secara geografis target audiens ditujukan kepada anak-anak yang bertempat tinggal di kawasan pemukiman wilayah perkotaan di provinsi Jawa Barat.

3. Psikografis

Secara psikografis anak penerima media informasi ini merupakan anak yang aktif (dalam pengertian suka membaca) juga imajinatif. Dan anak-anak pada usia 9-13 tahun seperti yang telah disebutkan pada bagian demografis sudah masuk pada tahapan mengenali karakter maupun tata nilai yang terkandung dalam cerita.

Menurut Jean Piaget (seperti dikutip Ermawan, 2011) tahapan perkembangan psikologi anak dapat dibagi dalam 4 kelompok (h.13)yaitu:

a. Periode sensori-motor (usia 0–2 tahun) b. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun) c. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

d. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

(21)

a. Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya (dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk).

b. Penghilangan sifat Egosentrisme, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).

(22)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BUKU POP-UP CERITA RAKYAT NYAI ANTEH PENUNGGU BULAN

III.1 Strategi Perancangan III.1.1 Pendekatan Komunikasi

1. Tujuan Komunikasi

Dirancangnya buku cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan bertujuan untuk menyampaikan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan kepada masyarakat khususnya anak-anak agar menjadi tahu cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan.

2. Materi Komunikasi

Materi yang disampaikan dalam buku ini adalah cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan yaitu ilustrasi cerita asal mula Nyai Anteh bisa sampai ke bulan beserta narasinya dan berusaha menyampaikan pesan moral yang terkandung didalam cerita ini.

3. Pendekatan Komunikasi Visual

Agar cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan dapat tersampaikan kepada anak-anak ini dilakukan pendekatan komunikasi secara visual, yaitu mengilustrasikan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan dengan pendekatan ilustrasi menggunakan unsur-unsur visual budaya Sunda tradisional. Digunakannya unsur-unsur visual budaya Sunda ini dikarenakan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan merupakan cerita rakyat yang berasal dari tanah Sunda.

4. Pendekatan Komunikasi Verbal

(23)

seperti dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan bahasa yang sederhana ini ditujukan agar memudahkan anak dalam memahami cerita yang disampaikan.

Penuturan alur cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan disampaikan dengan pola cerita berurutan dari awal sampai akhir cerita, tidak ada adegan flashback

(kilas balik).

III.1.2 Strategi Kreatif

Untuk meyakinkan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan berasal dari budaya Sunda, maka semua penggambaran unsur-unsur visual akan disesuaikan dengan latar belakang kebudayaan Sunda tradisional seperti, latar tempat, pakaian tokoh, properti dan sebagainya.

Pada cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan terdapat dua latar tempat yaitu kerajaan Pakuan dan pedesaan. Untuk memperlihatkan suasana kerajaan Pakuan yang bertempat di tanah Sunda, maka akan dimunculkan artefak kerajaan Sunda, seperti pada gerbang kerajaan dan suasana dalam istana kerajaan. Kemudian pada pedesaan, ilustrasinya akan memperlihatkan pemukiman bernuansa daerah Sunda seperti bentuk rumah rakyat biasa serta lingkungan alam sekitarnya.

Untuk lebih memperkuat pendekatan komunikasi visual cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan ini para tokoh yang terdapat dalam cerita akan ditampilkan dengan pakaian yang memperlihatkan hirearki masyarakat Sunda lengkap dengan properti yang digunakan pada kalangan kerajaan maupun kalangan rakyat biasa.

(24)

III.1.3 Strategi Media

Media yang dapat menciptakan kesan ruang ataupun kedalaman seperti yang telah dipaparkan pada strategi kreatif yaitu dengan buku pop-up.

Ann Montanaro (seperti dikutip Dzuanda, 2009, h.1) buku pop-up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi.

Dalam hal ini anak-anak sebagai pembaca tidak hanya sekedar membaca, tetapi dapat merasakan kesan ruang atau kedalaman yang tercipta dari tampilan pop-up

tersebut. Hal ini bertujuan untuk memperkuat kesan ruang atau kedalaman yang akan tercipta dari ilustrasi pada adegan tersebut.

III.2 Konsep Visual III.2.1 Format Desain

Format desain buku cerita bergambar pop-up Nyai Anteh Penunggu Bulan ini berukuran 25cm x 20cm dan ketika buku dibuka akan berukuran 25cm x 40 cm.

Sumber:http://yesterville.blogspot.com/2009/08/what-my-dad-kept.html (22 April 2012)

(25)

Buku dibuka dari bawah ke atas. Format buku dirancang dengan ukuran seperti ini agar pada halaman isi tersedia bidang yang cukup luas untuk diisi dengan materi yang akan disampaikan namun tetap praktis saat penyimpanan.

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Ilustrasi akan ditampilkan secara penuh di tiap halaman namun dominan pada halaman bagian atas. Ilustrasi berbentuk pop-up akan ditempatkan ditengah bentangan halaman. Namun pada halaman dasar menampilkan ilustrasi tempat dan waktu suatu adegan cerita. Narasi cerita ditempatkan pada bagian bawah halaman. Sedangkan nomor halaman diletakkan disudut kanan bawah halaman.

Tata letak visual ini memberikan kesan seimbang terlihat dari relasi antara bidang dengan penempatan objek-objek visual yang terdapat didalamnya.

Gambar III.2 Tata letak (layout)

Area ilustrasi & pop-up

Narasi cerita

(26)

III.2.3 Tipografi

Jenis huruf yang digunakan pada buku cerita bergambar Nyai Anteh Penunggu Bulan ini adalah;

1. Judul buku

Jenis huruf yang digunakan pada judul utama merupakan jenis tulisan tangan yang berbentuk seperti kain selendang. Pembuatan huruf ini karena tokoh utama dalam cerita ini yaitu Nyai Anteh yang suka menenun kain.

Kemudian pada judul lanjutan digunakan huruf ‘Airstream’. Pemilihan jenis huruf ini dikarenakan mempunyai struktur yang mirip dengan konsep jenis huruf pada judul utama. Dibedakannya jenis huruf pada judul lanjutan agar pembaca tidak kesulitan membaca karena jenis huruf pada judul utama termasuk pada jenis huruf dekoratif yang mempunyai tingkat keterbacaan yang agak rumit bila diaplikasikan pada teks yang cukup panjang.

Penunggu Bulan

QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG

Quick Brown Fox Jumps Over The Lazy Dog

quick brown fox jumps over the lazy dog

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 . , -

_ : ; ‘ “ ? ! /

\ (

)

Pada sub judul digunakan huruf ‘Kristen ITC’. Dipilihnya jenis huruf ini karena bentuk hurufnya tidak terlalu formal namun tingkat keterbacaan tidak rumit yang bertujuan untuk menginformasikan daerah asal cerita.

(27)

2. Teks cerita

Jenis huruf yang digunakan pada narasi cerita adalah ‘Kristen ITC’. Huruf ini termasuk jenis huruf tulisan tangan. Dipilihnya jenis huruf ini karena bentuk hurufnya tidak terlalu formal namun tingkat keterbacaan tidak rumit apabila diaplikasikan pada narasi cerita. Hal ini untuk memudahkan anak-anak dalam membaca. Jenis huruf ini digunakan pula pada penomoran halaman.

QUICK BROWN FOX JUMPS OVER THE LAZY DOG

Quick Brown Fox Jumps Over The Lazy Dog

quick brown fox jumps over the lazy dog

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9. , - _ : ; ‘ “ ? ! / \ ( )

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi pada cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan akan digambarkan dengan gaya visual kartun. Marianto (seperti dikutip Ermawan, 2011, h.16) kartun adalah penggambaran sesuatu secara sederhana atau dengan cara yang dilebih-lebihkan.

Pemilihan ilustrasi dengan kartun disesuaikan dengan target audiens yang menyukai penggambaran kartun. Anak-anak pada usia ini cenderung menyukai

Gambar III.3 Contoh Ilustrasi Kartun

(28)

buku cerita yang disertai dengan ilustrasi, bukan buku yang menyajikan cerita dengan murni tulisan. Buku dengan ilustrasi akan menjadi lebih menarik dalam penyajiannya. Dengan adanya ilustrasi, anak-anak pun akan terbantu dalam memahami cerita dengan sifat mereka yang imajinatif.

Ilustrasi yang digunakan adalah ilustrasi semirealis. Pemilihan pemakaian ilustrasi semirealis ini agar tidak menimbulkan kesan berat pada cerita ketika disuguhkan kepada anak-anak.

Gaya ilustrasi yang digunakan menyadur dari gaya wayang golek dan pemanfaatan unsur-unsur motif Sunda dan senjata khas Sunda tradisional. Pemilihan gaya serta pemanfaatan unsur budaya Sunda tradisional ini agar ilustrasi cerita khas dengan budaya tradisional Indonesia, karena cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan merupakan cerita asli budaya Indonesia khususnya dari budaya Sunda.

Sumber :http://uunhalimah.blogspot.com/2009/01/kujang-senjata-tradisional-orang-sunda.html/ (24 April 2012)

Gambar III.5 Kujang Gambar III.4 Contoh Motif Sunda

Sumber :http://rumahtami.wordpress.com/2011/10/18/mengenal-batik-part-4-batik-garutan-/batik-sunda-motif-merak-ngibing/

(29)

Gambar III.6 Karakter Putri Endahwarni Sumber:

http://1.bp.blogspot. com/_hTuzFIrLQ5Q/TMOdGkUpkBI/AAAAAAAABs/Z4z5SY8PHsc/s1600/ Sunda+Siger.jpg (8 Mei 2012)

h t t p : / / 2 . bp.blogspot.com/_oPp W W L o2 h u w / S I 0 p w CReLtI/AAAAAAAAAQM/ j VMtdMH1 3mo/s 3 2 0 / KRK%2B%283%29.JPG (5 Mei 2012)

http://yptravel.com/sites/assets/picture/wayanggolek_0. jpg?1331519235 (13 Mei 2012)

(30)

Gambar III.8 Karakter Pangeran Anantakusuma Sumber: http://1.bp.blogspot.

com/_hTuzFIrLQ5Q/TMOdGkUpkBI/AAAAAAAABs/Z4z5SY8PHsc/s1600/ Sunda+Siger.jpg (8 Mei 2012)

Gambar III.9 Setting Kerajaan Pakuan

Sumber : http://kelinciplayboy.wordpress.com/2011/10/09/legenda-sunda/ (5 Mei 2012)

Gambar III.10 Setting Singgasana Raja

(31)

Ilustrasi cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan dibuat dengan perpaduan teknik manual dan digital, sketsa dibuat secara manual kemudian sketsa manual mengalami proses retouching secara digital sehingga garis yang dihasilkan merupakan hasil vektor. Teknik digital dilakukan pula pada proses pewarnaan.

III.2.5 Warna

Warna yang digunakan dalam ilustrasi buku cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan ini adalah warna-warna analog yang dapat menghasilkan kombinasi warna yang selaras. Kemudian digunakan pula warna-warna kontras untuk beberapa aksen visual dalam ilustrasi seperti konsep warna yang terdapat pada motif batik sunda.

Gambar III.13 Contoh warna analog Gambar III.12 Contoh motif batik Sunda Gambar III.11 Rumah di pedesaan

(32)

Warna kontras digunakan pula pada warna teks pemaparan cerita, sedangkan pada warna background teks dibuat gradasi untuk memudahkan pembaca dalam membaca.

Pada tingkat kecerahan akan disesuaikan dengan warna yang disukai oleh target audiens yaitu warna-warna yang memberikan kesan ceria mengingat psikografis anak-anak yang dipilih sebagai target audiens merupakan anak-anak yang aktif.

Gambar III.14 Contoh warna kontras

(33)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Media Utama

Media utama untuk menyampaikan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan ini adalah buku cerita bergambar pop-up. Ilustrasi yang terdapat dalam buku ini memiliki bagian pop-up pada setiap halaman.

Media Utama : Buku Cerita Bergambar Pop-up

Ukuran : 25cm x 20cm

Material : Art paper 260gr Teknis produksi : Cetak Offset Sparasi

Jilid : Hardcover laminasi glossy

IV.1.1 Cover

COVER DEPAN

Pada cover depan terdapat ilustrasi yang menggambarkan langit malam dengan bulan purnama. Pada bulan purnama terdapat siluet sesosok wanita yang sedang

(34)

duduk dengan seekor kucing. Siluet tersebut menggambarkan sosok tokoh utama dalam cerita ini yaitu Nyai Anteh.

Judul buku bertuliskan ‘Nyai Anteh Penunggu Bulan’. Kemudian pada sub judul

bertuliskan ‘Cerita Rakyat dari Jawa Barat’ dan keterangan nama ilustrator.

Disamping kanan cover terdapat informasi jenis buku yaitu ‘Seri Pop-up’. Gambar IV.2 Cover Depan

Gambar IV.3 Bagian cover depan 1

(35)

Gambar IV.6 Bagian halaman prancis

COVER BELAKANG

Pada cover belakang terdapat ilustrasi seperti yang terdapat pada cover depan. Pada bagian atas cover terdapat judul buku kemudian pada bagian tengah halaman diisi dengan penggalan cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan.

IV.1.2 Isi Halaman

Setelah cover depan terdapat halaman prancis. Pada halaman ini hanya terdapat judul buku dan nama ilustrator pada bagian tengah halaman. Kemudian di ikuti logo penerbit pada bagian bawah halaman.

Gambar IV.5 Cover belakang

Judul buku

Logo penerbit Nama

(36)

Gambar IV.7 Bagian halaman isi 1

Gambar IV.8 Bagian halaman isi 2

Pada halaman isi ilustrasi terletak pada ¾ bagian atas termasuk pop-up. Narasi cerita terletak pada bagian bawah halaman dan nomor halaman terdapat disudut kanan bawah halaman.

Pada salah satu halaman isi terdapat bagian pop-up yang dapat digerakkan oleh pembaca. Halaman ini merupakan klimaks dari cerita.

Ilustrasi dan pop-up

Narasi cerita

Nomor halaman

(37)

Kemudian pada halaman akhir sebelum cover belakang merupakan halaman redaksi. Pada halaman ini terdapat judul buku kemudian ilustrator, layouter, desainer cover, serta keterangan penerbit dan hak cipta.

Bagian buku : Halaman isi

Ukuran : 40cm x 25cm

Material : Art paper 260gr dilapisi karton tebal 2mm Jumlah halaman : 10 halaman bukaan

Teknis produksi : Cetak offset sparasi

VI.2 Teknis Proses Pembuatan Buku Pop-up

Proses pembuatan buku pop-up Nyai Anteh Penunggu Bulan ini diawali dengan proses pembuatan visual ilustrasi dari adegan-adegan yang akan dimuat disetiap halamannya berikut latar tempat dan waktu yang sedang berlangsung dalam cerita. Pertama dibuat sketsa visual secara manual yang mengacu pada beberapa referensi visual serta untuk menentukan gaya ilustrasi visual.

(38)

Sketsa manual kemudian dipindai kedalam komputer dan mengalami proses

retouching secara digital dengan menggunakan software Adobe Ilustrator CS5

sehingga garis-garis yang dihasilkan merupakan hasil vektor.

Gambar IV.10 Referensi gambar wanita Sunda zaman dahulu

Sumber : http://menjawabdenganhati.files.wordpress.com/2011/11/wanita-sunda.jpg (25 Mei 2012)

Gambar IV.11 Referensi gambar gaya ilustrasi wayang golek

(39)

Setelah sketsa selesai kemudian dilakukan proses pewarnaan secara digital menggunakan software Adobe Photoshop CS5.

Setelah semua visual halaman isi selesai sampai tahap pewarnaan kemudian semua visual kebutuhan buku pop-up dicetak dengan material art paper 260gsm sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kemudian semua hasil cetak disusun

Gambar IV.12 Sketsa karakter Nyai Anteh

(40)

dan dilakukan perancangan bagian pop-up halaman dengan teknik lipatan dan kuncian.

IV.3 Kemasan

Kemasan untuk buku cerita pop-up Nyai Anteh Penunggu Bulan ini berupa kotak untuk menyimpan buku. Ilustrasi yang terdapat pada kotak kemasan ini disesuaikan dengan ilustrasi yang terdapat pada cover depan maupun cover belakang buku. Pada bagian tengah atas dari kotak kemasan terdapat ruang untuk mempermudah dalam mengeluarkan buku dari kotak kemasan. Ruang ini dibentuk menyerupai ujung kain seperti konsep pada tipografi judul buku.

(41)

Ukuran kotak kemasan : 25,8cm x 4,2cm x 20,8 cm

Material : karton tebal 2mm,

cover manila laminasi glossy Teknis produksi cover : cetak offset sparasi

IV.4 Media Pendukung

Media untuk mendukung media utama buku pop-up Nyai Anteh Penunggu Bulan ini antara lain:

1. Poster

Poster ini merupakan media yang memuat informasi mengenai buku pop-up

cerita Nyai Anteh Penunggu Bulan. Pada poster ini ilustrasinya menggambarkan suasana langit malam dengan bulan purnama. Pada bulan purnama terdapat siluet sesosok wanita yang sedang duduk dengan seekor kucing. Siluet tersebut menggambarkan sosok tokoh utama dalam cerita ini yaitu Nyai Anteh. Kemudian terdapat objek melengkung bewarna kuning merupakan kain yang terjulur dari bulan dan bersamaan dengan kain terdapat beberapa visual tampilan pop-up yang terdapat di dalam buku. Beberapa tampilan pop-up ini bertujuan untuk menginformasikan isi buku kepada pembaca.

(42)

Gambar IV.17 Stand display buku

Media pendukung : Poster

Ukuran : A3

Material : Artpaper 190gsm

Teknis produksi : Cetak offset sparasi

2. Stand Display Buku

Stand display buku ini merupakan media yang berfungsi sebagai tempat memajang buku pop-up Nyai Anteh Penunggu Bulan yang diletakkan di toko buku. Pada stand display buku ini terdapat salah satu ilustrasi yang terdapat di dalam buku berikut konsep pop-up pada halaman tersebut dengan memanfaatkan bidang dan ruang yang tersedia. Hal ini ditujukan untuk lebih menarik perhatian konsumen.

Media pendukung : Stand display buku

Ukuran : 100cm x 60cm x 180cm

(43)

Gambar IV.18 Point of purchase

POP

3. Point of purchase (POP)

POP merupakan media yang dirancang untuk diletakkan pada tempat yang dilalui banyak orang. POP yang dirancang sebagai media pendukung buku

pop-up Nyai Anteh Penunggu Bulan ini termasuk dalam POP jenis tanda.

Pada POP terdapat ilustrasi siluet Nyai Anteh pada bulan seperti yang terdapat pada cover media utama. POP ini dibentuk bulat seperti bulatan bulan. POP diletakkan pada stand display buku atau rak buku lain yang memuat buku pop-up Nyai Anteh Penunggu Bulan.

Media Pendukung : point of purchase (POP)

Ukuran : diameter 18cm

Material : Artpaper 260gsm

Teknis produksi : digital printing (print laser), laminasi glossy

4. Mini X-Banner

(44)

Gambar IV.19 Mini X-Banner

Media Pendukung : Mini X-Banner

Ukuran : 24,8 cm x 40 cm

Material : Flexi German

Gambar

Gambar II.2
Gambar III.1 Contoh gambar buku pop-up
Gambar III.2 Tata letak (layout)
Gambar III.3 Contoh Ilustrasi Kartun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memperbanyak buku-buku cerita rakyat yang dikemas secara lebih menarik agar anak-anak dapat lebih tertarik untuk membaca sehingga anak-anak dapat lebih

Ramayana berasal dari kata Rama dan Ayana yang berarti “ Perjalanan Rama”, adalah sebuah cerita dari india yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Dan

1.1 Latar Belakang Pada perkembangan anak usia empat sampai enam tahun, anak harusnya mulai belajar untuk melakukan kontak sosial dengan orang lain, sehingga pada usia selanjutnya,

Oleh karena itu, dengan adanya media buku pop up edukasi dalam memberikan sebuah cerita yang berisi edukasi mengenai pengenalan organ tubuh untuk anak, dinilai sangat

Agar aktifitas yang dilakukannya lebih bermanfaat maka dari itu dengan membiasakan anak – anak membaca buku pop up cerita dongeng Cindelaras, yang diharapkan anak –

Menyajikan buku cerita bergambar dengan gambar menarik dengan visual yang diminati anak-anak sekarang dengan menonjolkan sifat-sifat dari karakter utama dalam cerita

Gambar 3.8 Diagram hasil pembagian angket pada anak SDN Cibogo yang berumur 6 sampai 8 tahun mengenai ketertarikan anak terhadap buku cerita rakyat Indonesia ……… 19. Gambar

Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa untuk menciptakan buku cerita yang menarik bagi anak- anak, maka diperlukan pengertian akan bagaimana anak-anak berpikir,