• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Informasi Cerita Rakyat Nyai Dasima Dari Suku Betawi Melalui Buku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Informasi Cerita Rakyat Nyai Dasima Dari Suku Betawi Melalui Buku"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DATA RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Risky Yulia Utami Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 9 Januari 1993 Jenis Kelamin : Perempuan - Program Studi Desain Komunikasi Visual

Bandung, Agustus 2016

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN INFORMASI CERITA RAKYAT NYAI DASIMA DARI SUKU BETAWI MELALUI BUKU

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2015-2016

oleh:

Risky Yulia Utami NIM. 51912076

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat Ilmu dan Iman serta Rahmat dan Hiadayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan perancangan tugas akhir yang berjudul ‘Perancangan Informasi Cerita Rakyat Nyai Dasima dari Suku Betawi Melalui Buku’.

Selama pembuatan laporan perancangan ini penulis tentunya mengalami kesulitan dan hambatan tetapi, dengan bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang terkait kesulitan tersebut dapat teratasi, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi, bantuan material maupun non material, serta kasih sayang dan dukungan kepada penulis.

3. Rektor Universitas Komputer Indonesia, Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, yang telah membina lembaga (tempat) penulis menimba ilmu pengetahuan selama ini.

4. Dekan Fakultas Desain, Prof. Dr. Primadi Tabrani yang telah memberikan bantuan (moril maupun materil) selama proses studi di Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Irwan Tarmawan, M.Ds selaku pembimbing yang sudah membimbing selama proses pembuatan laporan dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Kepada keluarga tercinta khususnya untuk kakak Devi Yudha Damara, Susi Herliani, dan Uus Rusyana yang selalu memberikan semangat serta doanya kepada penulis.

7. Seluruh Dosen Desain Komunikasi Visual yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya selama kuliah.

(7)

iv 9. Dan semua pihak yang telah membantu perancangan tugas akhir ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga dengan adanya laporan perancangan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang terkait. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, maka segala kritik dan saran sangat diharapkan agar menjadi lebih baik.

Sekali lagi penulis sampaikan terimakasih sedalam-dalamnya semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan dicatat sebagai pahala dan dilipat gandakan balasannya oleh Allah SWT. Amin.

Bandung, 2 Agustus 2016 Penulis,

(8)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. INFORMASI CERITA RAKYAT NYAI DASIMA DARI SUKU BETAWI II.1 Informasi... 4

II.1.1 Informasi Menurut Para Ahli ... 4

II.1.2 Jenis-jenis Informasi ... 5

II.1.3 Ciri-ciri Informasi ... 6

II.1.4 Funsi Informasi ... 6

II.1.5 Media Informasi ... 6

II.2. Cerita Rakyat ... 7

II.2.1 Jenis-jenis Cerita Rakyat ... 8

II.2.2 Fungsi Cerita Rakyat ... 13

II.3 Betawi ... 14

(9)

viii

II.3.2 Kebudayaan Suku Betawi... 16

II.4 Gambaran Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 17

II.4.1 Hal Yang Menarik Pada Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 19

II.4.2 Lokasi Tempat Terjadinya Peristiwa Nyai Dasima ... 19

II.4.3 Transformasi Cerita Rakyat Nya Dasima ... 21

II.4.4 Nilai Terkandung dalam Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 24

II.5 Mandatory ... 27

II.6 Analisa ... 28

II.7 Khalayak Sasaran Perancangan ... 30

II.8 Analisa Masalah dan Solusi... 31

BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1.1 Strategi Perancangan ... 33

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan... 33

III.1.1.1 Target Audiens ... 33

III.1.1.2 Consumer Insight dan Consumer Journey ... 34

III.1.2 Strategi Komunikasi ... 38

A. Tujuan Komunikasi ... 39

B. Pendekatan Komunikasi ... 39

C. Sifat Pesan ... 41

D. Gaya Pesan ... 41

E. Materi Pesan ... 41

F. Statement Problem ... 41

G. Key Word dan Key Visual ... 41

H. Copy Writing ... 43

I. Story Line Cerita Rakyat Nyai Dasima ... 44

III.1.3 Strategi Kreatif ... 45

III.1.4 Strategi Media ... 47

III.1.5 Strategi Distribusi... 49

III.1.5.1 Pertimbangan Distribusi ... 51

III.2 Konsep Visual ... 51

(10)

ix

III.2.2 Tata Letak (layout) ... 52

III.2.3 Jenis Huruf ... 52

III.2.4 Warna ... 53

III.2.5 Studi Karakter ... 54

III.2.6 Properti ... 58

III.2.7 Setting ... 59

BAB IV. TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA IV.1 Proses Teknis Media Utama ... 61

IV.1 Media Utama ... 65

IV.2 Media Pendukung ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

78 DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ardan, S.M. (2013). Nyai Dasima. Jakarta: Masup Jakarta

Sutabri, Tata. (2008) Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : Andipublisher Endraswara, Suwardi. (2005). Tradisi Lisan Jawa. Yogyakarta: Narasi Kosasih, Engkos. (2006). Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Rampan, Korrie. (2014). Teknis Menulis Cerita Rakyat. Bandung: Yrama Widya. Effendy, Onong Uchjana (1984), Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja. Bandung : Rosda.

Sumber Artikel Internet

Dinas Komunikasi informatika & kehumasan provinsi DKI Jakarta. (2010).

Betawi.suku.http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3842/Betaw

i-Suku . (Diakses pada 1 Desember 2015).

Manggalani, Ukirsari. (2014). Kepopuleran Nyai Dasima dari Legenda Sampai kuliner.

(12)

1 BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Cerita rakyat adalah cerita pada masa silam yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa (Rampan, 2014 : 1). Cerita rakyat sendiri bisa berupa dongeng atau mitos, legenda atau asal mula suatu tempat atau kejadian, epos atau cerita yang mengandung sifat kepahlawanan, dan fabel atau cerita binatang. Cerita rakyat juga dapat memberi banyak hikmah atau nilai-nilai yang dapat diambil, bahkan relevan dengan kehidupan sekarang, cerita rakyat masih bertahan hingga kini.

Salah satu cerita rakyat yang ada di Indonesia adalah cerita rakyat dari suku Betawi yaitu “Nyai Dasima”. Penggambaran karakter tokoh Nyai Dasima adalah seorang perempuan korban struktur sosial pada jaman kolonial yang ingin mengembalikan posisi dirinya yang terkesan rendah, mempertahankan jati diri seorang perempuan dan juga harga diri yang berontak terhadap jeratan hidup pernyaian (S.M. Ardan, 2013:1). Pada cerita rakyat Nyai Dasima ini juga terdapat kisah-kisah menarik seputar permasalahan manusia yang cenderung masih terjadi sampai sekarang, seperti perbedaan etnis atau ras, perselingkuhan, diskriminasi pada perempuan, pengaruh sikap, keirihatian, penistaan dan juga pembunuhan. Hal hal tersebut secara implisit memosisikan cerita Nyai Dasima sebagai cerita yang bisa dialami pada jaman seperti sekarang. Dari cerita rakyat Nyai Dasima pesan moral yang dapat diambil adalah kesabaran seorang Nyai Dasima meskipun Nyai Dasima sudah direndahkan oleh bangsa Asing. Nilai-nilai baik seperti itulah dapat dijadikan pelajaran oleh generasi-generasi muda khusunya perempuan.

(13)

2 tersebut dapat dengan mudah menyerap bahkan dapat ditiru oleh kalangan remaja saat ini. Dan berdasarkan survei yang dilakukan di Jakarta dan Bekasi pada 25 Desember 2015 sampai dengan 3 Januari 2016 untuk mengetahui seberapa banyak masyarakat yang mengetahui cerita rakyat dari suku Betawi Nyai Dasima, maka survei dilakukan dengan bertanya kepada 50 pelajar Jakarta dan 50 pelajar Bekasi, 60,9% mengatakan tidak mengetahui cerita rakyat Nyai Dasima. Upaya dalam memperkenalkan Nyai Dasimapun bermacam-macam mulai dari komik, teater, film bahkan sampai sinetron yang sempat ditayangkan disalah satu stasiun Tv Swasta. Namun, upaya tersebut sudah sangat lama sekitar tahun 1933-2009.

Maka dibutuhkan media untuk menginformasikan pesan-pesan yang ada pada cerita Nyai Dasima, media tersebut salah satunya adalah buku yang akan ditambahkan visualisasi agar lebih menarik. Sehingga selain akan menimbulkan rasa ingin tahu, remaja juga dapat melihat langsug penggambaran pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita Nyai Dasima melalui ilustrasi yang ditampilkan melalui buku. Maka diharapkan selain untuk memperkenalkan Nyai Dasimanya sendiri juga buku ini mampu membangun kesadaran masyarakat terhadap pesan-pesan yang tekandung sehingga pesan-pesan tersebut dapat dijadikan pengetahuan serta wawasan tentang Budaya dan moral.

I.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, terdapat beberapa poin yang akan dibahas dari beberapa masalah yang muncul, yaitu :

1. Sebagian masyarakat tidak mengetahui pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita Nyai Dasima.

2. Cerita Rakyat Nyai Dasima kurang dikenal di daerah Jawa Barat khusunya pada pelajar daerah Bekasi dan sebagian dari pelajar Jakarta sendiri belum mengetahui tentang keberadaan cerita rakyat Nyai Dasima.

3. Visualisasi dalam memperkenalkan Nyai Dasima dalam media buku saat ini masih kurang.

(14)

3 Bagaimana menginformasikan pesan-pesan moral yang ada pada cerita rakyat Nyai Dasima kepada generasi muda?

I.4 Batasan Masalah

Dalam perancangan ini terdapat masalah yang dibahas untuk membatasi permasalahan agar tidak meluas, batasan perancangan dimulai dari pembahasan cerita yang ditulis versi S.M. Ardan dan perancangan dibatasi hanya pada informasi-informasi terkait pesan-pesan moral pada cerita rakyat Nyai Dasima yang dibuat lengkap dengan tampilan visual yang realis dan tidak membosankan untuk pelajar di daerah Jakarta dan Bekasi sehingga pelajar memiliki minat untuk untuk membaca dan memahami cerita rakyat Nyai Dasima.

I.5 Tujuan dan Manfaat Perancangan

1. Memberikan pengetahuan tentang pesan moral yang terkandung dalam cerita rakyat Nyai Dasima melalui ilustrasi antar tokoh serta memberikan gambaran perwatakan.

(15)

4 BAB II. INFORMASI CERITA RAKYAT NYAI DASIMA DARI SUKU BETAWI

II.1 Informasi

Informasi adalah sekumpulan data atau fakta yang diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi komunikan atau penerima. Data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna dan dapat memberikan keterangan atau pengetahuan. Dengan demikian yang menjadi sumber informasi adalah data. Informasi bisa menjadi fungsi penting dalam membantu mengurangi rasa cemas pada seseorang. Menurut pendapat Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak memiliki informasi dapat memengaruhi atau menambah pengetahuan terhadap seseorang dan dengan pengetahuan tersebut bisa menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang itu akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

II.1.1 Informasi Menurut Para Ahli

Adapun definisi-definisi informasi menurut para ahli adalah sebagai berikut : 1. Abdul Kadir (2002: 31); McFadden dkk (1999) mendefinisikan informasi

sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.

2. Azhar Susanto (2004:46) dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi, menyatakan bahwa informasi adalah hasil pengolahan data yang memberikan arti dan manfaat.

3. Burch dan Strater menyatakan bahwa informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan.

(16)

5 II.1.2 Jenis-jenis Informasi

Menurut Tata Sutabri (2008) dalam bukunya yang berjudul SISTEM INFORMASI MANAJEMEN menjelaskan bahwa jenis-jenis informasi adalah sebagai berikut :

1. Informasi berdasarkan fungsi dan kegunaan. Informasi jenis ini antara lain adalah :

 Informasi untuk menambah pengetahuan, misalnya: peristiwa-peristiwa, pendidikan, kegiatan selebritis.

 Informasi untuk mengajari pembaca (informasi edukatif), misalnya makalah yang berisi tentang cara berternak itik, artikel tentang cara membina persahabatan, dan lain-lain.

 Informasi berdasarkan format penyajian, yaitu informasi yang dibedakan berdasarkan bentuk penyajian informasinya. Misalnya: informasi dalam bentuk tulisan (berita, artikel, esai, resensi, kolom, tajuk rencana, dan lain-lain).

2. Informasi berdasarkan format penyajian, Informasi jenis ini, antara lain berupa tulisan teks, karikatur, foto, ataupun lukisan abstrak.

3. Informasi berdasarkan lokasi peristiwa, adalah informasi berdasarkan lokasi peristiwa berlangsung, yaitu informasi dari dalam negeri dan informasi dari luar negeri.

4. Informasi berdasarkan bidang kehidupan adalah informasi berdasarkan bidang-bidang kehidupan yang ada, misalnya pendidikan, olahraga, musik, sastra, budaya, dan iptek.

5. Berdasar penyampaian:

(17)

6  Informasi yang diperoleh berdasarkan permintaan.

II.1.3 Ciri-Ciri Informasi

Adapun ciri-ciri informasi yang berkualitas, yaitu :

1. Informasi harus Relevan, yang artinya informasi tersebut mempunyai manfaat oleh pemakainya.

2. Informasi harus Akurat, yang artinya informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya.

3. Tepat pada waktunya, yang artinya informasi yang diterima tidak boleh terlambat.

4. Konsisten, yang artinya informasi yang diterima sesuai dengan datanya tidak mengalami perubahan yang tidak benar.

II.1.4 Fungsi Informasi, diantaranya:

Dan adapun fungsi dalam informasi adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan pengguna.

2. Mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan. 3. Menggambarkan keadaan sesuatu hal atau peristiwa yang terjadi. II.1.5 Media-media Informasi

Menurut Cangara dalam bukunya PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. Adapun macam-macam media informasi dan kelebihan serta kekurangannya adalah sebagai berikut: (137-141).

 Media elektronik:

(18)

7 Kelebihan media informasi elektronik: sudah dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua panca indera, bias menampilkan gerak dan suara, sebagai alat diskusi dapat diulang-ulang.

Kekurangan media informasi elektronik : biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik, perlu alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, perlu terampil dalam pengoperasiannya.

 Media cetak:

Media cetak adalah kumpulan berbagai media informasi yang dibuat (diproduksi) dan disampaikan kepada khalayak sasaran (pembaca) melalui tulisan (cetakan) dan seringkali disertai gambar sehingga dapat dilihat dan dibaca. Contoh media informasi cetak adalah flyer (selebaran), surat kabar, majalah, tabloid, jurnal, poster, brosur, foto, buku dan lain-lain.

Kelebihan media informasi cetak adalah tahan lama atau bersifat jangka panjang, mencakup banyak orang, biaya tidak mahal, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, menambah keinginan belajar.

Kekurangan media informasi cetak: media ini tidak dapat menggunakan efek suara dan gerak, mudah terlipat.

II.2 Cerita Rakyat

(19)

8 berbagai alat pembantu pengingat, nyanyian, permainan anak-anak, peribahasa, cerita, teka-teki, isyarat dan sebagainya yang dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.

Cerita rakyat atau folklor mencakup segala keyakinan, mitos, legenda, serta adat istiadat yang dijaga oleh suatu bangsa secara turun-menurun. Pada masa lampau, cerita rakyat itu hidup di dunia lisan. Dengan demikian, penyebarannya sangat lambat dan sangat sulit dilakukan secara autetik, karena sangat tergantung pada juru kisah. Semakin cerdas juru kisah, semakin melestarikan kisah-kisah yang ada. Upaya penyimpanan dalam bentuk tulisan yang dipublikasikan dalam bentuk buku sangat dibutuhkan sebagai alat bantu.

II.2.1 Jenis-jenis Cerita Rakyat

Ada berbagai jenis cerita rakyat yang hidup dalam lingkungan penatur di dalam sejumlah masyarakat tertentu. Jenis-jenis itu lahir dan hidup di dalam masyarakat, dan keberadaanya ditentukan oleh dua hal.

Pertama, cerita rakyat yang dibawa oleh orang-orang terterntu seperti musafir, pedagang, penyebar agama, serdadu, dan lain-lain yang datang dari sumber-sumber cerita rakyat seperti Mesir Kuno, Yunani Kuno, Maya, Romawi, dan sebagainnya. Masyarakat setempat kemudian mengadaptasinya menjadi cerita rakyat. Itu sebabnya, kadang cerita rakyat di suatu daerah mirip dengan cerita rakyat di daerah lainnya karena setiap daerah mengadaptasi sesuai dengan kemampuan akulturasi masyarakat setempat (Rampan, 2014 : 15).

(20)

9 1. Mite

Mite atau mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mite tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti di kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Karena itu, dalam mite sering ada tokoh pujaan yang dipuji dan atau sebaliknya, ditakuti. Disisi lain, pemahaman atas cerita yang bernuansa mitos seringkali diikuti dengan adanya penghormatan yang dimanifestasikan ke dalam wujud pengorbanan (Endraswara, 2005 : 163). Salah satu contoh cerita rakyat berjenis mite/mitos adalah sang ratu pantai selatan Nyai Roro Kidul.

Gambar II.1 Nyai Roro Kidul

(Sumber : http://www.nyairorokidul.com/wp-content/uploads/2014/06/ac-1024x677.jpg diakses pada 6/12/2015)

2. Legenda

(21)

10 dianggap keramat seperti tokoh mite. Tokoh-tokoh kepahlawanan sering muncul dalam legenda tertentu dan legenda ini sering pula dianggap sebagai fakta sejarah yang pernah terjadi (Endraswara, 2005 : 164). Contoh dari cerita berjenis legenda adalah cerita Wali Songo.

Gambar II.2 Cerita Wali Songo

(Sumber : http://www.atlaswalisongo.com/wp-content/uploads/2015/06/islam-nusantara.jpg diakses pada 6/12/2015)

3. Dongeng

(22)

11 Gambar II.3 Cerita Aji Saka

(Sumber : http://img08.deviantart.net/9be4/i/26/2/6/b/aji_saka___7_by_v3lv3l.jpg diakses pada 7/12/2015)

4. Fabel

Fabel adalah cerita rakyat yang berkisah tentang binatang. Para binatang hidup dan beraktivitas seperti manusia. Para binatang dapat berbicara, bekerja, berperasaan, bertabiat, tak berbeda dari manusia sehari-hari. Tiap-tiap negara memiliki tokoh binatang yang tertentu sebagai pelaku utama fabel. Di Indonesia tokoh utama itu adalah pelanduk atau kancil. Binatang ini digambarkan sebagai makhluk yang cerdik (Rampan, 2014 : 32).

Gambar II.4 Cerita Kancil

(Sumber : http://dongengceritarakyat.com/wp-content/uploads/2015/02/Cerita-Rakyat-Fabel-Kancil-Menyebrangi-Sungai-dengan-menginjak-Buaya.jpg diakses

pada 6/12/2015) 5. Sage

(23)

12 sangat terikat dengan unsur sejarah karena ada fakta sejarahnya (Rampan, 2014 : 39).

Gambar II.5 Ciung Wanara

(Sumber : https://www.kaorinusantara.or.id/wp-content/uploads/2015/05/cuing-wanara.jpg diakses pada 7/12/2015)

6. Cerita Berbingkai

Cerita rakyat adalah kisah yang ditandai oleh peristiwa, perbuatan, pengalaman, penderitaan, kebahagian seseorang yang terjadi pada masa lalu. Di dalam cerita rakyat itu terdapat jenis cerita berbingkai. Maksudnya di dalam sebuah cerita terdapat cerita yang lain. Dengan demikian, cerita pertama merupakan bingkai cerita kedua, cerita kedua merupakan bingkai cerita ketiga, dan cerita ketiga merupakan bingkai cerita keempat dan seterusnya (Rampan, 2014 : 69). Contoh cerita berbingkai adalah cerita 1001 Malam.

Gambar II.6 1001 Malam

(24)

13 II.2.2 Fungsi Cerita Rakyat

Sebagaimana diketahui bersama, cerita rakyat adalah milik suatu kebudayaan kolektif yang diwariskan secara turun-menurun. Dan adapun fungsi cerita rakyat menurut Korrie Layun Rampan dalam buku TEKNIK MENULIS CERITA RAKYAT adalah sebagai berikut :

 Cerita rakyat sebagai pelipur lara (Rampan, 2014 : 14). Didalam pelipur lara selalau dikisahkan cerita percintaan yang berseluk-beluk dengan masuknya orang ketiga sebagai pengganggu dan terjadilah pengalaman-pengalaman pahit yang merujuk pada resolusi kisah. Pendengar atau pembaca pun ikut berbahagia karena mendapat hiburan yang sehat (Rampan, 2014 : 15).

 Fungsi cerita rakyat selanjutnya adalah sebagai sarana pendidikan. Sebagaian besar cerita rakyat berisi kisah-kisah yang memperlihatkan tokoh-tokoh teguh dalam pendidikan, berbudi pekerti luhur, jujur, setia, beriman, memiliki sifat-sifat kesatria, arif dan bijaksana. Tujuannnya untuk memberi teladan yang baik agar diikuti dan ditiru oleh masyarakat pendukungnya .

 sebagai kritik sosial atau protes sosial. Dalam sejumlah cerita rakyat, sifat-sifat kritik sosial ini muncul karena ketidakpuasaan masyarakat atas situasi atau suasana tertentu yang ada pada zamannya (Rampan, 2014 : 1). Kebanyakan cerita jenis ini menggunakan tokoh-tokoh jenaka, orang-orang dungu, tokoh binatang. Makhluk gaib, serta pohon dan tumbuhan yang berperan sebagai pengkritik.

(25)

14 penyampaian hal-hal yang demikian, sehingga sesuatu yang mungkin akan menimbulkan kualat dapat dinyatakan di dalam sintaksis-sintaksis cerita rakyat yang memikat. Bahkan, hal-hal yang dianggap tabu dan bertentangan dengan susila dapat dinyatakan dengan indah di dalam kisah-kisah cerita rakyat.

II.3 Betawi

Gambar II.7 Masyarakat Suku Betawi

(Sumber: http://www.orbitdigital.net/sites/default/files/styles/panopoly_image.jpg diakeses pada 7/12/2015)

(26)

15 penghuni Kota Jakarta, dan pendukung kebudayaan baru itu menyebut dirinya "Orang Betawi" (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 1). Orang asing yang datang sejak awal adalah orang Portugis, Cina, Belanda, Arab, India, Inggris, dan Jerman. Unsur-unsur budaya kelompok etnik atau bangsa itu berasimilasi dan melahirkan budaya baru yang tampak dalam bahasa, kesenian, kepercayaan, cara berpakaian, makan, dan lain-lain.

II.3.1 Sejarah Suku Betawi

Sebutan suku, orang, kaum Betawi, muncul dan mulai populer ketika Mohammad Husni Tamrin mendirikan perkumpulan "Kaum Betawi" pada tahun 1918. Meski ketika itu "penduduk asli belum dinamakan Betawi, tapi Kota Batavia disebut "negeri" Betawi. Sebagai kategori "suku" dimunculkan dalam sensus penduduk tahun 1930. Asal mula Betawi terdapat berbagai pendapat, yang mengatakan berasal dari kesalahan penyebutan kata Batavia menjadi Betawi. Ada pula cerita lain, yaitu pada waktu tentara Mataram menyerang Kota Batavia yang diduduki oleh Belanda, tentara Belanda kekurangan peluru. Belanda tidak kehilangan akal, Belanda mengisi meriam-meriamnya dengan kotoran mereka dan menembakkan meriam-meriam itu ke arah tentara Mataram sehingga tersebar bau tidak enak, yakni bau kotoran orang-orang Belanda. Sambil berlarian tentara Mataram berteriak-teriak: Mambu tai! Mambu tai! Artinya bau tahi! bau tahi! Dari kata mambu tai itulah asal mula nama Betawi (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 4).

(27)

16 misalnya musik Gambang Kromong, tari Cokek dan teater Lenong. Bagian Selatan meliputi Jakarta Timur, Selatan, Bogor, dan Bekasi yang sangat dipengaruhi kuat oleh kebudayaan Jawa dan Sunda (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 6).

II.3.2 Kebudayaan Suku Betawi

Kebudayaan Betawi merupakan sebuah kebudayaan yang dihasilkan melalui percampuran antar etnis dan suku bangsa, seperti Portugis, Arab, Cina, Belanda, dan bangsa-bangsa lainnya. Kebudayaan Betawi mulai terbentuk pada abad ke-17 dan abad ke-18 sebagai hasil proses asimilasi penduduk Jakarta yang majemuk. Menurut Umar Kayam, kebudayaan Betawi ini sosoknya mulai jelas pada abad ke-19. Yang dapat disaksikan, berkenaan dengan budaya Betawi diantaranya bahasa logat Melayu Betawi, teater (topeng Betawi, wayang kulit Betawi), musik (gambang kromong, tanjidor, rebana), baju, upacara perkawinan dan arsitektur perumahan.

Berdasarkan pemakaian logat bahasa, budaya Betawi dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1. Betawi Pesisir, termasuk Betawi Pulo 2. Betawi Tengah/Kota

3. Betawi Pinggir

(28)

17 dan kesenian. Dalam kesenian, pengaruh budaya Cina tercermin, misalnya pada irama lagu, alat dan nama alat musik, seperti kesenian Gambang Rancak. Kehadiran berbagai anggota suku bangsa ditandai adanya nama-nama kampung atau tempat di Jakarta yang menunjukkan asal mereka, misalnya ada Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Makasar, Kampung Jawa, Kampung Ambon. Di antara kelompok-kelompok etnik tersebut di atas, kelompok etnik Melayu menempati kedudukan yang cukup penting, meskipun jumlah mereka relatif sedikit dibandingkan oleh orang Bali, Bugis, Cina dan lain-lain. Pengaruh Melayu menjadi penting karena peranan bahasanya (Dinas Komunikasi informatika & kehumasan pemprov DKI Jakarta, 2010: 16).

II.4 Gambaran Cerita Rakyat Nyai Dasima

Gambar II.8 Ilustrasi Nyai Dasima

(Sumber : http://1.bp.blogspot.com/_8isAxDpsZ74/RfLbBj0iD/nyai+dasima.jpg diakses pada 7/12/2015)

(29)

18 Meskipun sebagai seorang inggris yang kakek moyangnya telah lama menetap dan tersohor di Hindia Belanda, juga berpengalaman menjadi redaktur dalam tiga surat kabar besar di Bandung dan Batavia. (Pengadilan, Bintang Betawi, dan Pantjaran Warta), bagi Ardan sulit sekali untuk setuju dengan kenyataan bahwa perjumpaan Francis dengan cerita pembunuhan Nyai Dasima pada 1813 yang di tengah masyarakat Batavia telah menciptakan model perempuan sekaligus orang Betawi yang mempuyai pengaruh luas.

(30)

19 II.4.1 Hal Yang Menarik Pada Cerita Rakyat Nyai Dasima

Berdasarkan pemahaman studi literatur dari bebarapa artikel majalah, Di dalam cerita rakyat Nyai Dasima terdapat hal-hal yang menarik. Beberapa hal yang menarik dalam cerita rakya Nyai Dasima, diantaranya yaitu :

 Tokoh-tokohnya digambarkan sebagai masyarakat suku Betawi dari kalangan ’orang pinggiran’.

 Latar sosial dan budayanya memperlihatkan lingkungan Betawi di Jakarta seperti Kwitang.

 Bahasa dalam penyampaian cerita Nyai Dasima menggunakan bahasa Betawi. Pada cerita rakyat Nyai Dasima nilai budaya sangat kental.

 Tema cerita berkisar di kesulitan kehidupan sehari-hari.

Hal-hal menarik seperti inilah yang membuat cerita rakyat Nyai Dasima perlu di lestarikan sehingga warisan budaya cerita rakyat tidak hilang..

II.4.2 Lokasi Tempat Terjadinya Peristiwa Cerita Rakyat Nyai Dasima

Peristiwa atau kejadian yang ada pada cerita rakyat Nyai Dasima terjadi di beberapa wilayah daerah Jakarta berikut adalah lokasi-lokasi terjadinya peristiwa cerita rakyat Nyai Dasima. Menurut Bascom (Dananjaya, 1991 : 50), legenda adalah prosa rakyat yang dianggap pernah benar-benar terjadi, ditokohi manusia, tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang dikenal saat ini. Demikian pula dengan cerita “Nyai Dasima” ini. Sebagian masyarakat Betawi, terutama masyarakat Betawi Kwitang sebagai pemilik cerita ini menganggap bahwa tokoh Nyai Dasima pernah hidup. Anggapan itu dilatar belakangi pula dengan adanya tempat-tempat dalam “Nyai Dasima” yang dapat dilihat hingga saat ini.

(31)

20 Gambar II.9 Gereja Immanuel

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

 Gedung Pancasila (Gedung Departemen Luar Negri) awalnya hanyalah sebuah hutan belukar dengan rawa-rawa. Tahun 1648 mulai berubah setelah tempat itu didiami penduduk.

(32)

21  Jembatan Kwitang (depan toko buku Gunung Agung), tempat dibunuhnya

Nyai Dasima dan mayatnya dibuang di kali ciliwung (Dananjaya, 1991 : 50).

Gambar II.11 Kali Ciliwung (Sumber : Dokumentasi pribadi)

II.4.3 Transformasi Cerita rakyat Nyai Dasima

Adanya transformasi-transformasi cerita yang berlatar belakang kebudayaan Betawi ini menunjukkan minat yang besar dari masyarakat pada cerita ini. Tidak heran jika cerita ini begitu populer hingga mengalami lintas budaya. Sekalipun banyak bentuk tampilan Nyai Dasima, namun tidak menyurutkan peredaran cerita ini sebagai cerita rakyat Betawi. Kepopuleran nama Nyai Dasima bertransformasi menjadi sajian bentuk. Berawal dari sebuah nama, Nyai Dasima “turun tanah” menjadi bentuk film, serial, sinetron, tarian, serta beragam syair, puisi, dan lagu. Popularitas nama Nyai Dasima turut memeriahkan jagad raya hiburan Tanah Air. Berikut adalah beberapa media yang sudah pernah dilakukan untuk mengenalkan cerita rakyat Nyai Dasima dari tahun 1933-2009 :

(33)

22 Gambar II.12 Teater Nyai Dasima (Sumber :

http://satulingkar.com/images/20140616111344unnamed-25.jpg diakses pada 3/04/2015)

Gambar II.13 Poster Teater Nyai Dasima (Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-fPjQV6yf374/UQnTF4uYALI/AAAAAAAAANs/KtIoQ9r8Ksw/s1600/pamflet.j

(34)

23  Cerita rakyat Nyai Dasima dalam sebuah Film

Cerita rakyat Nyai Dasima difilmkan pada tahun 1929. Karena meraih sukses besar kemudian di buat kelanjutan Nyai Dasima II dan pembalasan Nancy. Selanjutnya cerita Nyai Dasima di filmkan kembali para pribumi pada 1940. Ketika telah merdeka, cerita Nyai Dasima itupun tidak kehilangan daya tariknya sekalipun naif dan ini bukan karena cerita itu ditulis oleh Francis, tetapi karena dari panggung bangsawan ke Stambul cerita Nyai Dasima ditampilkan pada panggung rakyat gaya baru, yaitu lenong, tonil, dan sandiwara tanpa dikenal orang siapa Francis itu.

Gambar II.14 Film Nyai Dasima (Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-KnPyzAaOzVI/TiF95rludSI/AAAAAAAAFMM/e5aKC6art3Y/s1600/Nurcellmo

vies.jpg diakses pada 3/04/2015  Cerita rakyat Nyai Dasima dalam sebuah Komik

Dua komikus veteran Indonesia, Mansyur Daman dan Kusnadi Omkus

(35)

24 Gambar II.15 Komik Nyai Dasima (Sumber :

https://www.kaorinusantara.or.id/wp-content/uploads/2015/02/nyai-dasima.jpg diakses pada 3/04/2015

II.4.4 Nilai-nilai Terkandung Dalam Cerita Rakyat Nyai Dasima

1. Nilai Moral

(36)

25 Di dalam cerita ini diceritakan Bang Puase adalah seorang preman yang mau melakukan apa saja asal mendapatkan uang, termasuk membunuh. Dari tokoh Bang Puase inilah dapat diketahui bahwa moral yang dimiliki oleh Bang Puase itu tidak baik. Mendapatkan uang dengan cara yang tidak baik, seperti membunuh yang dilakukan oleh Bang Puase pada akhirnya akan tidak baik pula.

Wak Lihun yang di dalam novel ini diceritakan memiliki kepribadian yang baik, yaitu rajin beribadah dan taat kepada agamanya. Hal-hal yang baik seperti inilah yang dapat di tiru dan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari tokoh Samiun dapat di lihat bahwa Samiun adalah seorang suami yang tidak bisa bersikap adil dan memberikan kasih sayang yang sama dengan kedua istrinya. Awalnya Samiun sangat menginginkan Nyai Dasima menjadi seorang istri mudanya. Sebagai seorang suami dia tidak bisa melindungi Nyai Dasima dari kejahatan Hayati (istri pertama). Dari kejadian Samiun ini, dapat di ambil sebuah nilai yang sangat penting bagi seorang laki-laki, yaitu jika memang merasa tidak bisa bersikap adil janganlah memiliki dua orang istri.

2. Nilai religius

Nilai yang berkaitan dengan kepercayaan yang dianut. Nilai religius dapat di lihat dari tokoh Wak Lihun, Wak Lihun taat terhadap agama dan rajin beribadah ke masjid. Di dalam cerita ini juga dijelaskan bahwa ilmu memelet itu tidak diperbolehkan oleh agama.

3. Nilai Estetika

Nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan dalam karya sastra (tentang bahasa, alur, tema). Penggunaan bahasa betawi dalam cerita ini menjadikan cerita ini lebih indah.

4. Nilai Sosial

(37)

26 Sudah seharusnya sebagai manusia saling menasehati satu sama lain. Jika ada yang akan melakukan sesuatu yang tidak baik. Hal inilah yang dilakukan Wak Lihun kepada Samiun, ketika Samiun menyuruh Wak Lihun untuk memelet Dasima agar jatuh hati dan mau menikah dengannya. Mengancam dalam lingkungan sosial merupakan suatu perbuatan yang tidak baik. Perbuatan mengancam dalam cerita ini digambarkan oleh tokoh Bang Puase yang suka meminta segala sesuatu dengan cara memaksa, Dulo atau Samiun meminta uang setoran. Dalam kehidupan bermasyarakat seharusnya saling menolong dan memberi terhadap sesama yang membutuhkan, bukan malah meminta dengan cara mengancam.

Bermain ceki (berjudi) merupakan salah satu perbuatan yang melanggar norma dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat. Di dalam kehidupan bermasyarakat orang yang berjudi akan di anggap sebagai orang yang tidak baik. Dan orang yang melakukannya akan dijadikan bahan gunjingan lingkungan masyarakat.

Poligami atau mempunyai dua orang istri dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu aib bagi keluarganya. Orang yang melakukan poligami juga akan mendapat sorotan yang tidak baik bagi lingkungan masyarakatnya. Selain itu, masyarakat akan selalu menggunjing yang melakukan poligami. Masyarakat seakan ingin mengetahui segala sesuatu tentang keluarga yang melakukan poligami tersebut. Dan bagi istri kedua yang mau di poligami juga tidak kalah mendapat sorotan bagi lingkungan masyarakatnya. Karena, dimanapun perempuan tidak mau jika harus di poligami atau di nomor duakan.

5. Nilai Budaya

(38)

27 budaya dari masyarakat Betawi. Karena dijaman sekarang, penggunaan Bahasa Betawi sudah mulai hilang. Masyarakat malu menggunakan Bahasa Betawi, karena logatnya yang ceplas-ceplos.

Perbedaan ras, suku, bangsa, dan cinta menimbulkan diskriminasi yang sangat kental pada cerita ini. Diskriminasi seolah sudah menjadi budaya pada jaman tersebut, dimana pada jaman tersebut penduduk pribumi dipandang rendah oleh bangsa putih. Penduduk pribumi diperlakukan dengan seenaknya, ditempatkan hanya sebatas “bini piara” dan dijauhkan dari keluarganya. Di beri pakaian dan perhiasan yang mahal yang indah, namun tetap dibiarkan dalam kebodohan dan total keberadaannya semata diperuntukan sebagai objek penyaluran hasrat seksual bangsa putih.

II.5 Mandatory

Adapun upaya dalam memperkenalkan cerita rakyat Nyai Dasima dilakukan oleh Lembaga kebudayaan betawi (LKB) yang dibentuk berdasarkan usul dan pemikiran dari kalangan masyarakat Betawi, yang diselenggarakan oleh dinas kebudayaan Betawi. Namun Tujuan berdirinya LKB adalah membantu Pemerintah Daerah Khusus Ibu kota Jakarta dalam penelitian, penggalian, pengembangan dan pemeliharaan nilai-nilai budaya tradisional Betawi. LKB sendiri kerap membuat acara bedah buku dengan judul ‘Diskusi buku Nyai Dasima’ dengan beberapa sejarawan salah satu adalah JJ Rizal yaitu pengantar buku Nyai Dasima.

Gambar II.16 Diskusi Buku Nyai Dasima

(Sumber : http://media.nationalgeographic.co.id/daily/640/0/2014041523/b/foto-telusuri-kepopuleran-nyai-dasima-dari-legenda-sampai-kuliner.jpg diakses pada

(39)

28 Kemudian dari komunitas bambu komunitas yang berdiri dalam bidang penerbitan buku-buku bertema budaya, sastra dan humaniora yang di pelopori JJ Rizal ikut memperkenalkan masyarakat pada cerita rakyat Nyai Dasima melalui ‘Wisata Masup Jakarta : Pelisir Nyai Dasima’ yang tujuannya untuk memberi pengetahuan sejarah kepada masyarakat atas peristiwa tragis yang dialami Nyai Dasima “Bini Piare” tuan putih kolonial di Batavia pada 1813.

Gambar II.17 Wisata Masup Jakarta Nyai Dasima

(Sumber : http://pena.komunitasbambu.com/direktori/uploads/2014/03/dasima-3.jpg diakses pada 26/12/2015)

II.6 Analisa

(40)

29 Pertanyaan : Pernahkah anda mendengar cerita rakyat Nyai Dasima ?

Gambar II.18. Pertanyaan 1 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

Dari grafik pertanyaan kuesioner nomor 1, menyatakan bahwa 35 masyarakat pernah mendengar cerita rakyat dari suku Betawi dan 13 masyarakat tidak pernah mendengar sama sekali cerita rakyat dari suku Betawi.

Pertanyaan : Apakah anda tahu cerita rakyat Nyai Dasima ?

Gambar II.19. Pertanyaan 2 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

(41)

30 Pertanyaan : Dari ketiga cerita rakyat dari Betawi ini, manakah cerita rakyat yang anda tidak tahu?

Gambar II.20. Pertanyaan 3 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

Dari grafik pertanyaan kuesioner nomor 3 dan dari ketiga pilihan cerita rakyat yang sama-sama berasal dari suku Betawi yaitu Si Jampang Jagoan Betawi, Nyai Dasima, dan Si Pitung menyatakan 17 masyarakat tidak mengetahui cerita dari suku Betawi yaitu ‘Si Jampang Jagoan Betawi’ , 4 masyarakat menyatakan tidak ahu cerita rakyat dari suku Betawi yaitu ‘Si pitung’ dan 26 masyarakat menyatakan tidak mengetahui cerita rakyat dari ‘Nyai Daisma’. Ini semakin membuktikan bahwa dari ketiga pilihan cerita rakyat yang sama-sama berasal dari suku Betawi, cerita rakyat Nyai Dasimalah yang kurang dikenal oleh masyarakat khusunya masyarakat suku Betawi itu sendiri.

Pertanyaan : Apakah cerita rakyat Nyai Dasima perlu di informasikan kembali ?

Gambar II.21. Pertanyaan 4 kuesioner cerita rakyat Nyai Dasima ( Sumber : kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Dasima, pada 4-01-2016)

(42)

31 II.7 Khalayak Sasaran Perancangan

Nilai-nilai dalam cerita rakyat tidak hanya terbatas pada masyarakat pemilik/pendukung suatu cerita, tetapi juga oleh masyarakat lain secara lebih luas. Menurut hasil survei yang telah dilakukan, bahwa secara garis besar masyarakat menyikapi cerita rakyat secara berbeda-beda. Masyarakat modern atau masyarakat pada saat ini adalah masyarakat yang menempatkan mesin dan teknologi pada posisi yang sangat penting dalam kehidupan saat ini sehingga mempengaruhi ritme kehidupan dan norma-norma. Hubungan antar manusia telah digantikan dengan kehadiran media dan barang-barang elektronik.

pembentukan karakter dan orientasi anak tidak lagi pada orang tua, tetapi pada pusat-pusat kekuasaan baru yang mengendalikan sistem sosial dan moral, seperti televisi, internet, dan handphone (Abdullah, 2006: 59).

Dengan mengenali karakter- karakter masyarakat pada saat ini secara baik, dapat mempersiapkan strategi yang tepat agar proses pewarisan nilai-nilai dari nenek moyang tetap berlangsung. Khusus untuk masyarakat modern yang dinamis memerlukan penyampaian, penyajian isi, dan sarana yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hidup dalam lingkungan yang multikultur, masyarakat cenderung memilih sumber-sumber global sebagai penuntun tindakan sosial. Maka dari itu sebagai generasi muda harus membangun strategi menjadikan cerita rakyat sebagai bagian dari sumber-sumber global itu.

Sosialisasi cerita rakyat dengan demikian harus mendapatkan perhatian besar dari semua pihak agar cerita rakyat menjadi warisan kebudayaan yang mampu mengarahkan masyarakat menjaga keterikatan sosial secara mandiri.

II.8 Analisis Masalah dan Solusi

(43)

nilai-32 nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat Nyai Dasima. Perancangan ini akan bermanfaat untuk masyarakat khususnya generasi muda karena generasi muda dapat mengenal dan mengetahui perjalan hidup Nyai Dasima yang sebagai penduduk pribumi selalu di rendahkan oleh bangsa asing tetapi Nyai Dasima begitu sabar, berani dan taat terhadap suaminya, hal-hal baik seperti ini yang dapat juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga cerita rakyat Nyai Dasima sangat penting untuk dilestarikan sebagai salah satu pengetahuan warisan kebudayaan bangsa yang terancam punah karena perkembangan teknologi, komunikasi, dan jumlah penutur yang makin menyurut jumlahnya. Dari hasil analisis ini diharapkan pula dapat memberikan pelajaran bagi perkembangan kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan tradisional Betawi.

(44)

33 BAB III. STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang dibuat adalah penyampaian informasi mengenai pesan moral yang ada pada kisah Nyai Dasima yang merupakan cerita berjenis fiksi yang sempat terkenal di kalangan suku Betawi. Untuk itu dibutuhkan solusi dengan membuat media sebagai alat penyampaian informasi mengenai khusus pesan moral yang ada pada cerita Nyai Dasima yang diolah kedalam sebuah buku ilustrasi agar penyampaiannya menjadi lebih menarik, juga berisikan informasi mengenai tempat-tempat bersejarah, tradisi-tradisi pada masa Nyai Dasima hingga pengenalan tokoh-tokoh Nyai Dasima.

III.1.1 Khalayak Sasaran Perancangan

III.1.1.1 Target Audiens

Target Audiens dari media informasi buku ilustrasi tentang cerita Nyai Dasima ini adalah sebagai berikut:

(45)

34 remaja masih memperoleh uang saku dari orang tua yang kisarannya Rp 20.000-50.000 ribu/hari. Sebagian besar uang saku itu dihabiskan untuk keperluan sehari-hari, seperti membeli minuman dan makanan ringan (snack). Pengeluaran untuk handphone juga tergolong salah satu yang terbesar, khususnya bagi wanita. Setiap

bulan, remaja wanita menghabiskan 50.000-60.00,- Rupiah untuk membeli vocer handphone.

C. Geografis

Cerita rakyat Nyai Dasima ini sendiri terjadi di ibu kota Indonesia yaitu Jakarta. Dimana di kota tersebut banyak penduduk baru yang bertujuan untuk mencari mata pencaharian, maka dari itu penyebaran cerita rakyat Nyai Dasima sendiri dilakukan di Jakarta dan Jawa Barat agar pendatang baru yang menetap di Jakarta dan masyarakat Jawa Barat dapat mengetahui informasi tentang cerita Nyai Dasima.

III.1.1.2 Consumer Insigh dan Consumer Journey

Consumer insight adalah proses mencari tahu secara lebih holistic tentang latar

belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya (Amalia, 2009, p25 - 26). Target perancangan buku informasi ini adalah remaja yang berusia 17-20 tahun yang dikategorikan remaja akhir khusunya remaja perempuan yang gemar membaca baik buku fiksi maupun nonfiksi. Remaja perempuan dipilih karena diantara laki-laki dan perempuan biasanya perempuanlah yang menyukai buku bacaan yang bertemakan drama karena pada perancangan media informasi ini buku dibuat dramatis. Berikut insight dari target audiens:

 Suka membaca  Drama

Consumer Journey dilakukan oleh remaja perempuan yang bernama Berliana

(46)

teman-35 temannya yang berpendapat bahwa tidak pernah tahu cerita dari suku Betawi selain Si Pitung. Berikut aktivitas remaja tersebut dari pagi hingga malam:

(47)

36 Tabel III.1 Consumer Journey dan Connsumer Insight yang telah diolah

(48)

37

Indikator Consumer

(49)

38 III.1.2 Strategi Komunikasi

Komunikasi adalah penyampaian pesan dari komuikator kepada komunikan sedangkan strategi komunikasi sendiri merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management) untuk mencapai suatu tujuan (Effendy, 1986 : 84). Dalam berkomunikasi dibutuhkan strategi agar penyampian pesan dapat dimengerti oleh komunikan yang dituju. Maka dari itu strategi komunikasi yang dilakukan pada perancangan cerita rakyat Nyai Dasima yaitu dengan menggunakan teori dari ilmuan politik asal Amerika Serikat yang bernama Harold D. Lasswell dengan cara menjawab pertanyaan berikut:

Who (Siapa)

Lembaga kebudayaan Betawi (LKB) yang bekerjasama dengan Komunitas Bambu merupakan lembaga dan komunitas yang akan menginformasikan cerita Nyai Dasima.

Say Whats (Bicara apa)

Maka yang akan disampaikan dalam perancangan ini adalah informasi yang berisi penggalan kisah yang hanya berupa pesan moral terkait ruang, waktu dan karakter

(50)

39 tokoh. Pesan moral seperti ahlak atau budi pekerti baik buruk dalam kisah Nyai Dasima.

In Which Channel (Pada saluran mana)

Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan utama dibutuhkan media yang bersifat informatif. Dan media yang informatif salah satunya adalah buku, karena buku adalah salah satu media yang sangat efektif yang dapat diakses oleh masyarakat umum dan juga buku bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa ada keterbatasan waktu untuk membacanya lagi selain itu didalam buku berisi ilustrasi dengan teks yang akan menjelaskan dari ilustrasi tersebut.

To Whom (Kepada siapa)

Penyampian informasi cerita Nyai Dasima ini disampaikan kepada remaja khususnya pelajar yang berada di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

With What Effect (Dengan pengaruh apa)

Maka dari itu dengan adanya penyampaian informasi ini, setidaknya generasi muda jadi tahu akan keberadaan kisah Nyai Dasima dan dari pesan moral yang sudah disampaikan dapat dijadikan renungan dan ilmu pengetahuan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

A. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi perancangan informasi cerita rakyat Nyai Dasima ini antara lain adalah mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk memahami makna yang terkandung dalam cerita Nyai Dasima.

B. Pendekatan Komunikasi

Agama

(51)

40 Pendekatan komunikasi yang dilakukan dalam penyampaian informasi ini melalui Agama dan gaya hidup karena ketiganya berhubungan dengan moral yang akan dibahas dalam menyampaikan pesan moral Nyai Dasima.

Agama

Pendekatan komunikasi dimulai dari sisi agama khususnya agama islam karena pada cerita ini agama islam juga sangat ditonjolkan sehingga banyak pesan-pesan atau nasihat dari sisi agama yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan-pesan tersebut diambil dari hadits yang sudah ada dan ini bisa jadi bagian pengetahun agama untuk masyarakat khususnya remaja saat ini.

Gaya hidup

Pada pesan moral Nyai Dasima ini sendiri ini beberapa tokoh menunjukkan gaya hidup yang baik dan kuang baik, dan ini dapat dijadikan pelajaran bagi masyarakat untuk dapat memilah-milih mana yang baik dan mana mana yang kurang baik serta diberi gagasan bahwa yang baik harusnya ditiru sedangkan yang kurang baik ada kalanya ditinggalkan.

Pendekatan komunikasi secara visual

Berdasarkan dari pendekatan melalui agama dan gaya hidup maka pendekatan visual pada perancangan media informasi ini dilakukan dengan ilustrasi dan Gaya visual yang realis sehingga pesan-pesan moral yang disampaikan dapat terlihat nyata dan mampu membuat masyarakat sadar akan isi pesan moral yang terkandung.

Pendekatan komunikasi secara verbal

(52)

41 Bahasa pendukung agar kesan budaya pada penyampaian informasi ini tetap terasa.

C. Sifat Pesan

Penyampain informasi pesan moral Nyai Dasima disampaikan dengan serius dan dramatis karena materi pesan menyangkut moral maka perlu adanya keseriusan dalam penyampaian agar masyarakat sadar akan apa yang terjadi pada cerita Nyai Dasima.

D. Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam perancangan media buku ini menggunakan gaya bahasa persuasif yaitu ajakan atau bujukan dan gaya bahasa deskriptif dengan menggunakan bahasa indonesia yang dipadukan dengan bahasa Betawi. Gaya bahasa tersebut mudah dipahami tanpa menghilangkan unsur kebudayaan yang aslinya.

E. Materi Pesan

 Pengenalan karakter yang ada pada cerita Nyai Dasima.

 Penjelasan tentang nilai moral-nilai moral yang ada pada cerita Nyai Dasima  Anotasi bahasa Betawi

F. Problem Statement

Berdasarkan identifikasi masalah bahwa Nyai Dasima kurang dikenal dan banyak yang tidak tahu tentang nilai yang terkandung dalam cerita maka perlu ada media dalam menginformasikan pean moral Nyai Dasima sesuai pada rumusan masalah. Maka dari itu media buku ilustrasi adalah sebagai solusi dalam menginformasikan cerita Nyai Dasima. Berikut materi pesan yang akan disampaikan dalam perancangan media informasi ini adalah:

G. Key word Key Visual Cinta

(53)

42 Keyvisual :

Tragedy

Keyword : Pembunuhan, pemerkosaan, bom, borgol.

Keyvisual :

Pengorbanan

Keyword :

(54)

43 H. Copy Writing

Pada judul buku maka dibuat :

Headline : Cinta, Tragedi dan Pengorbanan

Cinta : Dimana pada pesan moral ini terdapat cinta yang harus dikejar sesulit apapun cinta maka harus didapatkan seperti pada tokoh Samiun yang mengejar cinta Nyai Dasima.

Tragedi : Namun yang ada bukanlah cinta yang tulus tapi justru tragedi dari mulai dianggap rendah oleh bangsa lain hingga dibunuh.

Pengorbanan : pengorbanan seorang Nyai Dasima dimana Nyai Dasima harus tinggal seorang diri dalam keadaan yang jauh dari orang tua, teman bahkan bangsanya sendiri hidup diantara orang-orang yang selalu menghinannya.

Subheadline : Sepenggal Renungan Kisah Nyai Dasima

Subheadline ini menjelaskan bahwa pada buku ini menceritakan beberapa penggal

(55)

44 I. Story Line Cerita rakyat Nyai Dasima

1. Masa kehidupan Nyai Dasima dengan orang inggris (masa Nyai Dasima sebagai istri simpanan)

- Tentang kekayaan yang di berikan orang inggris kepada Nyai Dasima

- Tentang diskriminasi terhadap orang pribumi (Nyai Dasima) yang dianggap rendah

- Penghinaan dan penyiksaan Tuan Edward kepada Nyai Dasima

- Kesepian karena tinggal sendiri dengan orang asing dan jauh tidak diakui orang tuanya.

2. Karena seringnya mengantar jemput Nancy anak dari Nyai Dasima dan Tuan Edward maka muncul rasa ketertarikan pada Nyai Dasima, rasa ketertarikan Samiun dimulai dari :

- Melihat kecantikan dan kekayaaan Nyai Dasima Upaya samiun untuk mendapatkan Nyai Dasima

- Meminta bantuan kepada Wak lihun untuk memelet Nyai Dasima Alasan lain Samiun ingin menikahi Nyai Dasima karena - Samiun tidak mempunyai anak dari Hayati

- Hayati yang berprilaku tidak baik (seperti sering bermain judi dibanding mengurusi suaminya)

3. Tindakan Nyai Dasima dengan alasan mau menikahi Samiun - Karena tidak kuat disiksa oleh Tuan Edward

- Karena samiun baik dan walaupun tukang delman samiun tetap pekerja keras - Ada saran dari orang dalam sehingga Nyai Dasima mau menikah

- Nyai Dasima dilepaskan oleh Tuan Edward dan di beri harta namun anaknya harus tetap ikut dengan Tuan Edward

- Nyai Dasima menikah dengan Samiun dan menjadi istri kedua samiun

4. Kehidupan saat Samiun mempunyai 2 istrinya

(56)

45 - Mendapatkan ketidak adilan dari Samiun

- Berusaha tetap tabah

- Walaupun begitu Nyai Dasima tetap senang karena ia hidup bersama bangsanya sendiri.

- Ketika Nyai Dasima sedang sendiri dan tiba-tiba ada bang Pause yang bersembunyi dibelakang rumah

5. Karena balas dendam karena sudah ditinggalkan, kemudian Tuan edward menyuruh bang pause (premang kwitang) untuk membunuh Nyai Dasima - Tuan Edward dan Bang Pause melakukan perencanaan pembunuhan Nyai

Dasima

- Nyai Dasima lari-lari dikejar dibunuh dengan goloknya bang Pause dan seketika Nyai Dasimapun tewas.

- Mayatnyapun di buang ke kali ciliwung.

6. Ending

- Bang Pause berhasil ditangkap dan disergap oleh 8 polisi

- Karena turut bertanggung jawab atas kejadian pembunuhan Nyai Dasima Bang Samiunpun ikut di penjara.

III.1.3 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan dalam perancangan buku informasi ini adalah dengan menggunakan tahap AISAS yaitu akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest (minat), Search (cari), Action (tindakan), Share (berbagi).

Attention (Perhatian)

Membuat media buku informasi untuk membangun kesadaran pada masyarakat khususnya pelajar dengan menggunakan kalimat-kalimat persuatif (ajakan) yang serius dan dramatis untuk buku sedangkan untuk media pendukung menggunakan kalimat-kalimat yang menyisipan bahasa-bahasa Betawi .

(57)

46 - Cinta tragedy dan pengorbanan

- Sepenggal renungan kisah Nyai Dasima Pendukung :

- Nyok kite same-Same liat kisah Nyai Dasime - Peristiwa berdarah

- Ade bonusnye

Interest (Minat)

Mengajak masyarakat untuk mau melihat pesan moral yang ada pada cerita Nyai Dasima dengan cara membuat packaging dari material dupleks yang seolah-olah berbentuk pintu dengan ditambahkan tali sehingga dari packaging sudah terlihat dramatis dan dapat menibulkan rasa ingin tahu masyarakat tentang buku cerita Nyai Dasima.

Search (Cari)

Buku informasi cerita rakyat Nyai Dasima ini bisa didapatkan di beberapa toko buku seperti di Gramedia atau di acara pameran-pameran buku yang diselenggarakan di Jakarta dan Jawa Barat sesuai target audiens yang dituju, buku ini juga nantinya dapat diakses diperpustakaan-perpustakaan daerah.

Action (Tindakan)

Mengubah prilaku atau sekedar mau mambaca dan memahami beberapa pesan-pesan moral yang dapat dijadikan renungan atau pembelajaran dalam berprilaku sehari-hari khususnya perempuan. Dibuatnya buku sebagai salah satu upaya menginformasikan pesan-pesan tersebut yang dibuat dengan visual yang klasik agar masyarakat dapat merasakan sentuhan moral dan pesan-pesan moral ini juga dapat dijadikan sebagai pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab.

Share (Bagi)

(58)

47 untuk memperkenalkan Nyai Dasima terlebih berkaitan dengan Attention dan interest menarik perhatian serta minat dalam masyarakat agar mau memahami pesan-pesan yang terkandung dalam kisah Nyai Dasima.

III.1.4 Strategi Media

Strategi media yang digunakan untuk penyampaian buku ilustrasi yang berupa informasi tentang kisah Nyai Dasima ini adalah menggunakan metode Grafis vector. Penggunaan Grafis vector disesuaikan oleh target audiens yaitu remaja agar menarik minat untuk melihat serta membacanya. Adapun kelebihan menggunakan ilustrasi Grafis vector yaitu:

 Gambar Vector dapat di ubah dalam ukuran dan bentuk tanpa menurunkan kualitas tampilannya dan gambar objek dapat diatur baik detail dan warnanya.  Dapat dicetak pada resolusi tertinggi pada printer.

 Pengaruh daya Tarik masyarakat dengan Vector sangat kuat sehingga masyarakat berminat untuk melihat atau membaca.

(59)

48 A. Media Utama

Media utama yang akan dibuat adalah media berupa buku ilustrasi. Pengambilan buku dipilih karena media ini lebih efektif dibanding media yang berbasis elektonik seperti komputer karena penyampaian informasi dengan media elektonik membutuhkan tambahan alat dan tambahan biaya dari listrik hingga internet. Dan juga komputer hanya terdapat pada masyarakat menengah keatas dan menurut hasil survei tidak sesuai dengan target audiens yang dituju. Selain lebih efektif buku juga bisa disimpan dengan kurung waktu yang lama dan lebih praktis serta buku dapat menjadi suatu koleksi yang eksklusif sebagai koleksi. maka dalam pemilihan media buku ini diharapkan dapat menjadi solusi dan menjawab permasalahan yang ada. Buku dibuat dengan teknik digital printing.

B. Media Pendukung

Media pendukung berfungsi sebagai pelengkap media utama dengan tujuan agar penyampaian dari media utama dapat diaplikasikan dengan media pendukung. Media pendukung tersebut antara lain adalah:

 Poster

Poster juga mempunyai cangkupan yang luas sehingga dapat di tempatkan di tempat umum dan ruang terbuka.

 Stiker

Stiker sangat praktis dan efektif, dapat ditempelkan dimana saja sehingga memperluas jangkauan dari pesan kampanye yang ingin disampaikan.

X-Banner

X-Banner, penyampaian informasi berbentuk banner dengan penyangga x. Akan ditempatkan bersama dengan keberadaan buku dan memberikan informasi yang lebih jelas mengenai kegiatan promosi buku yang dilakukan.

Id- Card

Tanda pengenal diberikan kepada pengunjung pameran dan digunakan pada panitia-panitia penyelenggara sebagai identitas untuk mengenalkan cerita Nyai Dasima.

(60)

49 Pembatas buku masih berkaitan dengan media utama, pembatas buku berguna saat pembaca menandai dimana halaman terakhir dibaca. Berbentuk persegi panjang menjadikan pembatas buku ini tidak rentan rusak.

Flyer

Flyer dibuat untuk memberitahu dan sekaligus sebagai alat pendekatan yang

persuasif.

III.1.5 Strategi Distribusi

Strategi distribusi untuk menyalurkan produk kepada konsumen dan memaksimalkan promosi yang dilakukan melalui beberapa cara penjualan:

(61)

50 Tabel III.2 Jadwal Penyebaran Media

(62)

51 III.1.5.1 Pertimbangan Dasar Distribusi

Berdasarkan pertimbangan distribusi media utama ini yaitu buku informasi dijual seharga Rp. 85.000,- perhitungan ini sudah disesuaikan dengan biaya promosi, biaya produksi dan juga sudah disesuaikan dengan uang saku target audiens yang dituju.

III.2. Konsep Visual

Kesan kuno dan klasik digunakan dalam pembuatan buku ilustrasi ini agar lebih mendalami pesan moral yang akan disampaikan dalam kisah Nyai Dasima, dibuat dengan sketsa manual, setelah di vector kemudian gambar dilanjutkan dengan vector dan pewarnaan dengan teknik desain komputer atau Digital Painting.

III.2.1 Format Karya

Buku ilustrasi yang dibuat sebagai media utama perancangan media informasi buku cerita Nyai Dasima ini berukuran 24 cm x 24 xm Ukuran tersebut telah disesuaikan dengan konsep visual yang telah ditentukan, dan untuk isi buku, digunakan kertas Art Paper tebal dengan print laser. Dengan ukuran demikian diharapkan menjadi buku yang menarik, eksklusif dan menjadi media informasi yang tersampaikan kepada target audiens.

(63)

52 III.2.2 Tata Letak (Layout)

Tata letak dalam perancangan media informasi ini bergaya klasik, layout pun dibuat dengan diberi teksture dengan tujuan buku ilustrasi ini memberi kesan kuno sehingga terdapat nilai estetika pada sebuah layout. Namun susunan tulisan juga dibuat rapi agar tingkat keterbacaan lebih baik.

Gambar III.4 Layout Nyai Dasima Sumber : Dokumentasi Pribadi

III.2.3 Jenis Huruf

Dalam pembuatan buku ilustrasi yang bertemakan dramatis, klasik dan kuno, maka digunakan beberapa jenis huruf yang sesuai dengan tema klasik. Maka dari itu huruf yang digunakan adalah “FUTURA” sebagai judul buku. yaitu “cinta, tragedy dan pengorbanan” huruf tersebut dipilih karena selain tegas juga meimiliki tingkat keterbacaan yang jelas.

Futura

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwyz

(64)

53

- Dan untuk body teks dalam cerita dan manual book menggunakan jenis huruf Century Gothic agar tingkat keterbacaan jelas.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUFWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstufwxyz

0123456789

- Font tambahan menggunakan Birmingham dan digunakan juga untuk logo Nyai Dasima.

Birmingham

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUFWXYZ 0123456789

III.2.4 Warna

(65)

54 Gambar III.5 Palet Warna

Sumber : Dokumentasi Pribadi

III.2.5 Studi Karakter

Karakter yang akan dimunculkan pada buku ilustrasi adalah tokoh sentral (utama) dan tokoh peripheral (pendukung) dari kedua jenis tokoh tersebut masing-masing mempunyai sisi pesan moral tersendiri yang baik dan tidak baik sehingga masyarakat dapat memilah-milih sendiri untuk dijadikan pelajaran dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokohnya antara antara lain:

(66)

55 Gambar III.6 Referensi Nyai Dasima None Jakarta

(Sumber: https://akihikoyuuri.files.wordpress.com/2015/06/img_5016.jpg.jpg diakses pada 04/06/2016)

2. Tuan Edward : Seorang laki-laki berkebangsaan Inggris yang keras dan angkuh

Gambar III.7 Referensi Tuan Edward Kolonial Inggris (Sumber: http://angintopan.heck.in/files/multatuli.jpg. diakses pada

04/06/2016)

(67)

56 Gambar III.8 Referensi Bang Samiun Iko Uwais

(Sumber: http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/16232/big/iko-uwais-2-131012c.jpgdiakses pada 04/06/2016)

4. Hayati : Seorang istri dari Samiun dia jahat dan suka bermain judi

Gambar III.9 Referensi Hayati

(68)

57 5. Bang Pause : Seorang preman asal kwitang yang sangat jahat suka

mengancam, memalak dan melakukan apa saja demi mendapatkan uang.

Gambar III.10 Referensi Bang Pause (Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/-Sa8cmlNBgz4/VDeS4yD7QUI/AAAAAAAAApY/tPXDGbwgqeg/s1600/Ta mpilan%2Bpalang%2BPintu%2B(1).JPG diakses pada 04/06/2016) 6. Wak Lihun : Seorang dukun namun bukanlah dukun yang jahat melainkan

sosok yang ahli agama wak salihun suka membawa tasbih.

Gambar III.11 Referensi Wak Lihun ustadz Guntur Bumi

(Sumber: http://www.wowkeren.com/images/photo/guntur_bumi.jpg diakses pada 04/06/2016)

(69)

58 Gambar III.12 Referensi Mak Buyung

(Sumber:

http://sewabusanabetawi.com/uploads/sidemenu/kebaya%20encim.jpg 04/06/2016)

III.2.6 Properti

Dalam pembuatan buku ilustrasi yang sudah ditentukan, maka properti disesuaikan dengan dengan tema klasik, vintage seperti menambahkan ornament-ornamen yang terkesan klasik, seperti kain batik Jakarta bercak darah agar terlihat dramatis , dan logo

Gambar III.13 Referensi kain batik Jakarta

(70)

59 Gambar III.14 Brush Dokumentasi Pribadi

III.2.7 Setting

(71)

60 Gambar III.15 Rumah adat kebaya Jakarta

(Sumber: http:

(72)

61

BAB IV. TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

IV.1. Proses Teknis Media Utama

Teknis pembuatan buku informasi ini, menggunakan teknik manual dan digital.

Dengan menggunakan program Adobe Illustrator CS6 dan photoshop Untuk

proses produksi buku informasi ini dilakukan beberapa tahapan yaitu:

- Tahap Sketsa Awal

(73)

62

Gambar IV.1 : Sketsa Cerita Nyai Dasima : Dokumentasi Pribadi

-Tahap Eksekusi Visual

Eksekusi visual adalah tahap dimana dilakukannya proses visual. Proses eksekusi visual dilakukan dengan cara tracing dari sketsa.

Gambar IV.2 : Tracing Cerita Nyai Dasima : Dokumentasi Pribadi -Tahap Perancangan

Selanjutnya tahap perancangan adalah tahap yang paling penting untuk membuat

buku informasi dan yang akan dibuat sesuai dengan konsep klasik yang telah

ditetapkan. Langkah pertama proses perancangan ini adalah mengolah

(74)

63

rupa maka tahap selanjutnya adalah mengatur tata letak serta penambahan

tipografi, logo, halaman dan elemen visual yang lain.

Gambar IV.3 : Menentukan Layout Cerita Nyai Dasima : Dokumentasi Pribadi -Tahap Akhir

Tahap akhir adalah tahapan perwujudan buku informasi cerita rakyat Nyai Dasima

ini dan media-media pendukung yang telah ditentukan dan melalui

tahapan-tahapan sebelumnya. Berikut ini adalah media-media yang telah melalui proses

(75)

64

(76)

65 IV.1.1 Media Utama

- Buku Informasi cerita rakyat Nyai Dasima

Gambar IV.5 : Cover dan Halaman Belakang Buku : Dokumentasi Pribadi Buku Informasi ukuran : 24 cm x 24 cm

Material : BW 250 Gr, Hard Cover Laminasi Doff Teknis produksi : Digital printing

(77)

66

Gambar IV.6 : Halaman Awal Buku : Dokumentasi Pribadi

(78)

67

Gambar IV.8 : Halaman 6,7,8,9 Buku : Dokumentasi Pribadi

(79)

68

Gambar IV.10 : Halaman 14,15,16,17 Buku : Dokumentasi Pribadi

(80)

69 IV.1.2 Media Pendukung

A. Tahap Informasi - Flyer

Gambar IV.12 : Flyer : Dokumentasi Pribadi - Flyer : A5 (14,8 cm x 21,0 cm)

- Material : Art Paper 150 Gr - Teknis produksi : Digital Printing

- Poster

Gambar IV.13: Desain Poster : Sumber : Dokumentasi Pribadi

(81)

70 - Id Card

Gambar IV.14: Desain Id Card : Sumber : Dokumentasi Pribadi Id Card : 13.5 cm x 10 cm

Material : Art Paper 260 Gr Teknis produksi : Digital Printing

B. Tahap pengingat - Pembatas buku

Gambar IV.15 Desain Pembatas Buku : Sumber : Dokumentasi Pribadi Pembatas buku : 19 cm x 5 cm

(82)

71 - Pin

Gambar IV.16 : Pin : Dokumentasi Pribadi Pin : Diameter 4,5 cm dan 5,5

(83)

72 - Gantungan kunci

Gambar IV.17 : Gantungan Kunci : Dokumentasi Pribadi Gantungan Kunci : Diameter 4,5 cm dan 5,5

Material : Laminasi Glossy Teknis produksi : Digital Printing

- Stiker

Gambar IV.18 : Stiker : Dokumentasi Pribadi Stiker : 5 cm x 9 cm

(84)

73 - Baju

Gambar IV.19 Desain Baju Sumber : Dokumentasi Pribadi Baju : L

Material : Kain katun Teknis produksi : Print - Tote Bag

Gambar IV.20 : Desain Tote bag Sumber : Dokumentasi Pribadi Tote Bag : 41 cm x 34 cm

Material : Kain

(85)

74 - Packaging

Gambar IV.21 : Desain Packaging Sumber : Dokumentasi Pribadi Packaging : 25x25x4 cm

Gambar

Gambar  II.9 Gereja Immanuel  (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Gambar  II.11 Kali Ciliwung (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Gambar  II.13 Poster Teater Nyai Dasima (Sumber :  http://3.bp.blogspot.com/- fPjQV6yf374/UQnTF4uYALI/AAAAAAAAANs/KtIoQ9r8Ksw/s1600/pamflet.jpg diakses pada 3/04/2015
Gambar  II.14 Film Nyai Dasima (Sumber :  http://4.bp.blogspot.com/-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan solusi Desain Komunikasi Visual (DKV) melalui perancangan desain stiker digital LINE cerita rakyat Jawa Barat diharapkan dapat mengenalkan kembali cerita rakyat Jawa

Pesan utama yang akan disampaikan adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang Cerita Rakyat Roro Jonggrang beserta makna cerita dan Mitos yang terkandung

bahasa yang terlalu kaku pada penulisan teks membuat generasi muda Makassar merasa tidak asik saat membacanya. 3) Huruf/tipografi: pada tipografi penelitian dilakukan

kaum muda terhadap cerita rakyat semakin berkurang dan bidang DKV dapat banyak. membantu menyelesaikan

Dimana baiknya cerita tersebut dijadikan sebagai buku cerita bergambar supaya generasi muda mengetahui asal mula cerita kedatangan Cheng Ho di Pelabuhan Simongan, Semarang

yang menarik sesuai dengan target perancangan. Dimulai dari cerita hingga menentukan visualisasi karakter dengan tujuan kreatif yaitu untuk mengenalkan cerita rakyat

Ada banyak pesan moral dan nilai-nilai luhur bangsa yang terkandung dalam cerita rakyat, khususnya cerita rakyat dari Aceh, dengan membaca cerita rakyat anak

Dengan kemungkinan tersebut, didesain sebuah buku anak artistik yang mengangkat cerita rakyat bersumber dari Suku Asmat dengan memperkenalkan seni kertas untuk