• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ISI 2.1 Keselamatan Kerja dan Peraturan Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II ISI 2.1 Keselamatan Kerja dan Peraturan Hukum"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ISI

2.1 Keselamatan Kerja dan Peraturan Hukum

Sejak tahun 1875, beberapa undang-undang Parlemen Inggris telah disahkan untuk memberikan kepastian bagi sandra-sandra minimum kondisi keselamatan kerja diseluruh lokasi industri. Beberapa undang-undang tersebut merupakan suatu upaya untuk menciptakan dan memperbaiki standar-standar kesehamatan, kesehatan dan kesejateraan pekerja da Undang-undang lainnya juga diperlukan kareja kemajuan dibidang teknologi membawah dampak dan bahaya ke dalam industri.

Undang-undang yang pertama yang muncul pada tahun 1875 yang berhubungan dengan keelamatn kerja adalah Undang-undang Bahan Peledak (Explosive Act), yang mengontrol penggunaan dan penyimpangan bahan-bahan peledak. Kemudia muncul Undang-undang lain yakni pada tahun 1920 yaitu Undang-Undang-undang Tenaga Kerja Wanita, Remaja dan Anak-anak, Undang-undang Zat Radioaktif tahun 1948, Undang-undang Pertambangan dan Sumber Bahan tahun 1954, Undang-undang Keselamatan, Kesehatan dan Kesejateraan Agrikultur ditahun 1956, Undang-undang Pabrik tahun 1961 dan lain sebagainya, Undang-undang Perkatoran, Pertokoan dan Jalan Kereta api tahun 1963 dan puncaknya adalah Undang-undang Kesehatan dan Keselamat Kerja tahun 1974.

Dari undang-undang dan filosofi yang ada memperlihatkan bawah setiap orang yang bekerja memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan baik majikan, pekerja atau wiraswasta. Semua mempunyai tanggung jawab yang sama.

Sejauh yang dapat diterapkan, seorang pengusaha (majikan) harus menyediahkan:

(2)

2. Penanganan, penyimpangan dan pangakutan barang yang aman;

3. Informasi dan pelatihan;

4. Tempat dan akses untuk bekerja yang aman; 5. Sebuah lingkungan yang aman dan sehat.

Seorang pekerja harus mendapatkan perlindungan yang layak untuk keselamatan dirinya dan orang lain yang bekerja bersamanya, serta memastikan bahwa mereka mematuhi undang-undang dan bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Baru-baru ini, keikutsertaan Inggris dalam Perjanjian Roma, tentang Arahan Kesehatan dan Keselamatan dari EU (Uni Eropa) ditetapkan sebagai peraturan di Inggris. Tidak hanya berupa petunjuk atau persyaratan umum seperti yang terdapat di dalam Undang-undang Kesehatan dan Keselamatan Kerja tahun 1974, tetapi mengkhususkan kepada suatu teknik ‘penilaian resiko’ sebagai metode yang memastikan keamanan lokasi kerja dan keamanan prosedur/aturan kerja. Beberapa peraturan yang penting dalam produk jalan adaah sebagai berikut:

1. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1992 yang memberikan prinsip-prinsip umum tujuan dan pelaksanaan ‘penilaian resiko’.

2. Lokasi kerja (Kesehatan, Keselamatan dan Kesejarteraan ) tahun 1992 yang meliputi persyaratan-persyaratan Kesehatan dan Keselamatan ditempat kerja, seperti gedung, kantor, bengkel, dan alin sebagainya.

3. Persyaraan dan Penggunaan Peralatan Kerja tahun 1992 dan tahun 1998 yang meliputi persyaratan keamanan peralatan kerja dan keamanan didalam penggunaannya.

4. Alat Pelindung Seseorang Saat Bekerja tahun 1992 ketentuan ini mensyaratkan majikan/pimpinan supaya menyediahkan Personal Protective Equiment (PPE), serta pelatihan tentang cara pemakaiannya, jika resiko tidak dapat dikontrol dengan cara lain.

(3)

kesehatan pekerja mereka pada saat menaikan atau menangani beban.

6. Konstruksi (Desain dan Manajemen) tahun 1994 ditunjukan untuk semua proyek konstruksi yang memerlukan pertimbangan kesehatan dan keamanan yang diujikan sebelum proyek dimulai. Untuk itu seorang pengawas keamana harus ditunjuk dan metode keamanan kerja yang direncanakan tertera pada surat perjanjian atau kontrak.

7. Konstruksi (Kesehatan, Keselamatan dan Kesejateraan) tahun 1996 pengganti undang-undang konstruksi sebelumnya, khususnya Peraturan Konstruksi tahun 1961.

8. Operasional Pengangkatan dan Perlengkapan Pengakatan tahun 1998 berhubungan dengan ketetapan susunan untuk mengangkat, menempatkan dan memindahkan beban ke tempat (kerja).

Sehingga perusahaan-perusahaan besar perlu menunjuk petugas-petugas keselamatan (safety officers) yang bertugas memberi nasihat pada pimpinan dan pekerja-pekerja tentang semua aspek keselamatan di tempat kerja.

2.2 Keselamatan Kerja di Jalan Raya

Dari sekian banyak aspek, ada 5 aspek keselamatan yang perlu dipertimbangkan ketika membuat peringatan atau membuat kajian resiko (risk assessments) di lokasi jalan yaitu:

1. Keselamatan publik yang melakukan perjalanan.

2. Proteksi terhadap pekerja proyek jalan dari publik yang melakukan perjalanan.

3. Keselamatan pekerja dari bahaya-bahaya potensial di lokasi tertentu.

4. Keselamatan operator terhadap kegiatan-kegiatan lain.

(4)

2.2.1 Keselamatan pekerja dari bahaya-bahaya potensial di

lokasi tertentu.

Informasi yang lengkap mengenai hal ini dimuat di dalam Regulasi Konstruksi (Kesehatan, Keselamatan dan Kesejateraan) tahun 1996 yang lebih kengkap lagi pada Regulasi Konstruksi (Perancangan dan Manajemen) tahun 1994.

(a) Peraturan Umum

Untuk mencegah pekerja dari keselakaan (jatuh);

1. Menjaga lokai proyek dengan rapi dan menjaga pembuangan sampah dengan baik, menyimpan material secara teknis dan tepat, serta menempatkan rute melewatkan lokasi secara jelas.

2. Menyediahkan rel atau pegangan tangan pada tangan dan setapak yang melintasi parit.

3. Memagari atau menutup semua bagian yang terbuka baik di lantai-lantai, lubang di tanah dan bahaya-bahaya sejenis lainnya.

4. Menyediahkan penerangan yang cukup pada tangga-tangga, lorong-lorong, dan jalur akses lainnya.

5. Menggunakan tangga konstruksi yang baik dan benar-benar aman, di mana perlu dipasang sistem perancah (scaffolding) yang cocok untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan secara aman dari atas tanah maupun dari bangunannya.

6. Periksa, apakah telah tersediah dengan baik alat pengamman, seperti guardrails/rel pengaman, pelindung kaki, rel/pengaman tangan dan penutup lubang-lubang di lantai.

Untuk mencegah kecelakaan (kejatuhan) akibat material konstruksi 1. Pastikan, apakah material-material konstruksi benar-benar

disimpan dengan baik da apakah tidak mudah ditiup angin atau tertutup dengan lainnya.

(5)

dipasang di atas jalur/lorong yang biasa digunakan. Sediahkan helm pengaman.

3. Material-material konstruksi hendaknya tidak dilempar ke bawah dari tempat yang tinggi. Turunkan pelan-pelan atau sediahkan saluran luncur (chute).

4. Pipa-pipa harus ditempatkan dengan sudut 45° terhadap aliran parit dan cukup jauh di belakang untuk mencegah pipa-pipa jatuh ke dalam gaian.

Pencegahan cedera kepala (akibat kecelakaan di lokasi kerja)

Di lokasi kerja dan resiko bahaya terhadap cedera kepala, yang disebabkan oleh kejatuhan benda, hantaman benda keras, atau benturan kepala dengan benda-benda lain, karena itu Regulasi Konstruksi (Pelindung Kepala) tahun 1989 diperkenalkan dengan kewajiban memakai pelindung kepala yang aman saat berada di atas bangunan konstruksi dimana diperkirakan ada resiko kepala yang terluka. Pimpinan harus menjamin bahwa para pekerja memakai pelindung kepala yang ama ketika sedang sibuk terlibat di dalam pekerjaan penggalian, berada di dekat bangunan yang diperbaiki, di dekat mesin/ pabrik dengan letupan yang berbahaya dan bekerja di atas alat peranca. Dengan demikian pekerja yang berada di lokasi yang berhaya, misalnya petugas peranca, disyaratkan untuk memakai pelindung kepala yang aman. Di area tertentu yang berada di lokasi proyek dapat dirancang aturan yaitu ‘wajib memakai tutup kepala yang aman’, dengan demikian penberiab rambu-rambu atau tanda sesuai di mana semua orang yang berada di tempat itu perlu untuk memakai tutup kepala (helm) yang aman.

(b) Listri di lokasi pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan peningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan hasil belajar siswa ranah pengetahuan dan keterampilan

Pengecualian dari instrumen ekuitas tersedia untuk dijual, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan

Dengan kata lain jumlah ikatan rangkap yang masih terdapat pada produk mempengaruhi sifat karet alam siklis yang dihasilkan.. Disamping itu bobot molekul juga berpengaruh

Hal ini membuktikan bahwa penggunaan konsentrasi media 75% MS memberikan pengaruh positif untuk pertumbuhan yang optimal terhadap eksplan dari tunas nenas

Seluruh Jemaat Sektor Pelayanan I s/d XI diundang hadir dalam Ibadah pembukaan Kegiatan Pelayanan tahun 2017 yang dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Januari

Dengan bantuan teknologi Augmented Reality (AR) bisa jadi alternative dalam penyampaian tools keselamatan kerja dan rambu-rambu keselamatan kerja kepada seluruh pekerja

Selain rambu yang harus diperhatikan adalah kelengkapan pengendara yaitu helm, apabila terjadi pelanggaran dalam arti melanggar rambu atau tidak memakai helm maka

Seperti telah disebutkan di atas, pada masa pemerintahan raja Karangasem ke IV, yang di perintah oleh tiga orang bersaudara yaitu I Gusti Anglurah Wayan Karangasem, I