ANALISIS KELAYAKAN UKURAN PANJANG DERMAGA
DAN TINGKAT PELAYANAN PELABUHAN
PENYEBERANGAN SIBOLGA
( Study Kasus )
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh
BOYMA P. SINAGA
070404045
BIDANG STUDI TRANSPORTASI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Transportasi laut merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi nasional yang merupakan titik atau node dimana pergerakan barang dan atau penumpang dengan menggunakan moda laut akan dimulai, diakhiri atau transit. Untuk tercapainya sistem yang efektif dan efisien sangat dipengaruhi oleh ukuran dermaga dan tingkat pelayanan pelabuhan laut. Sekarang ini, aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Sibolga cukup tinggi seiring meningkatnya kunjungan kapal kargo milik PT Meratus Lines yang mengangkut peti kemas. Selain itu kapal dari Korea Selatan yang mengangkut barang-barang untuk kebutuhan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Sarulla Kabupaten Tapanuli Utara juga menggunakan jasa pelabuhan Sibolga. Bukan hanya itu, semen padang yang sebelumnya diangkut melalui pelabuhan Belawan sekarang ini melalui pelabuhan sibolga. Dengan melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan analisa terhadap ukuran dermaga apakah masih layak digunakan berdasarkan ukuran kapal yang melakukan tambat didermaga sekarang ini serta bagaimana pelayanan pelabuhan penyeberangan sibolga terhadap kapal dan muatannya, baik orang maupun barang berdasarkan fasilitas darat pelabuhan.
Penelitian ini menggunakan metode Berth Occupation Ratio (BOR) dalam menentukan berapa persen tingkat pemakaian dermaga pada pelabuhan penyeberangan Sibolga. Untuk tingkat pelayanan pelabuhan sibolga itu sendiri didasarkan pada fasilitas darat pelabuhan yang dilihat dari kondisi sebenarnya fasilitas darat yang disediakan pihak pelabuhan kemudian membandingkannya dengan standart fasilitas yang dikeluarkan oleh menteri perhubungan. Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan dalam metode ini diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data dari PT. PELINDO-I dan dari penelitian langsung dilapangan.
Berdasarkan nilai maksimum BOR yang diperoleh dari simulasi
Perhitungan Berth Occupation Ratio ( BOR ) Atau Kebutuhan Dermaga dalam
satu periode bulan pada bulan mei yang mewakili bulan-bulan lainnya dalam tahun 2013 adalah 114,78 %, Sama sekali tidak layak karena panjang dermaga yang tersedia saat ini sangatlah kecil sehingga harus ditambah panjangnya yang sebelumnya memiliki panjang 103,5 meter menjadi 300 meter dengan asumsi jumlah dermaga sebanyak satu buah. Melalui perhitungan ukuran panjang kapal, ukuran kapal yang memenuhi untuk sandar didemaga adalah 45 meter kebawah dan juga tidak boleh lebih dari satu kapal untuk melakukan sandar secara bersamaan. Berdasarkan perhitungan fasilitas darat sesuai peraraturan menteri perhubungan dengan kondisi fasilitas darat dipelabuhan sibolga, fasilitas dipelabuhan sibolga harus diperbaiki dan ukurannya harus ditambah.
Kata kunci : Berth Occupation Ratio ( BOR ), Ukuran dermaga, Tingkat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan penulis kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkat, rahmat, anugerah dan juga kesehatan sehingga Tugas
Akhir dengan judul “Analisa Kelayakan Ukuran Panjang Dermaga Dan Tingkat
Pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Sibolga” dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu kelengkapan persyaratan guna
menempuh ujian sarjana di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
Banyak lika-liku yang dihadapi mulai dari awal penyusunan Tugas Akhir
ini sampai dengan terselesaikannya, dan disadari penuh bahwa selama proses
tersebut banyak sekali bantuan dari berbagai pihak baik materi, motivasi, dan
segala bentuk dukungan lain yang diterima sehingga semangat untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini dapat terjaga. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam
memberikan masukan sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai.
2. Bapak Prof.Dr.Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, untuk segala perhatian
yang diberikan pada kami mahasiswa tingkat akhir.
3. Bapak Medis S. Surbakti, ST. MT dan Bapak Yusandy Aswad, ST.MT
selaku Dosen Pembanding, yang telah memberikan masukan dan waktu
4. Bapak/Ibu staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, terkhusus di bidang
Transportasi atas segala kritikan beserta masukan yang diberikan pada saat
seminar proposal diadakan.
5. Terkhusus kepada keluarga terkasih, Orang Tua saya M. Sinaga dan S.
Hutabarat, ke-tiga saudara penulis Harhary Sukarna Sinaga, Muliantry
Razoki Sinaga, dan Intan Lorenz Sridewi Sinaga serta keponakan penulis
Ratumiar Sinaga untuk setiap dukungan dan doa yang tak henti-hentinya.
6. Buat sahabat-sahabat penulis Markus Branly Siregar, Dedi G.
Simanjuntak, Doan A. Siahaan, Jefferey Doni Bakara, Deddy Jhon Jonatan
Gultom, Andreas Siahaan, Bekro Sitepu, Alpin Rico Simanjuntak, Edwin
Pranata Simanjuntak, Ruben Bangun, Doan Sinurat, Ramot david
Siallagan, Samuel Pasaribu, Suhardi Lim, Marlina Silitonga, Sri Irianti
Pinem, Firdayni Tumangger, Afriyanti Sembiring, Reynelda Siahaan,
David Siburian, Joshua Lumban Gaol, Daniel Septian Pasaribu, Riveldi
alhafizh, Ikhsan azhari lubis, Ricky ramadhan, M. tri utomo, Maulidi
alkahfi, Zul henry tanjung, Sutan bajora dan semua teman-teman angkatan
2007, terima kasih atas semangat dan bantuan kalian selama ini.
7. Buat adik-adik angkatan penulis Fransiskus Pinem, Andre Syahputra
Manurung, Agave Yonatan Simanullang, Dice Dachi, Mien Sugandhi
Sinaga Oktavia Sinaga, Imaniar Sinaga, Muhammad Taufik, Ary Pinem,
Prisquila sembiring, Yesika Stefany Simanungkalit dan semua adik-adik
8. Buat abang-kakak, teman-teman dan adik-adik UKM Keluarga Mahasiswa
Katolik santo albertus magnus, terima kasih atas dukungan, doa, serta
semua semangat yang selama ini diberikan.
9. Kepada abang-kakak, teman-teman dan adik-adik santo yoseph
engeneering, terima kasih atas semua doa, semangat, serta dukungan yang
tiap saat diberikan.
10.Kepada semua orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu
per satu namanya, terima kasih banyak buat dukungannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu diharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para
pembaca.
Medan, Maret 2014
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum ... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi ... 10
2.2 Pelabuhan ... 12
2.2.1 Klasifikasi Pelabuhan ... 13
2.2.1.1 Ditinjau dari segi penyelenggaraannya ... 15
2.2.1.2 Ditinjau dari segi pengusahaannya ... 16
2.2.1.3 Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional ... 17
2.2.1.4 Ditinjau dari segi penggunaannya ... 17
2.2.1.5 Ditinjau dari letak geografisnya ... 19
2.3 Dermaga ... 28
2.3.1 Ukuran dermaga ... 33
2.3.2 Tingkat pemanfaatan dan pelayanan dermaga ... 34
2.4 Tingkat pelayanan pelabuhan ... 38
2.5 Kapal ... 40
2.5.1 Ukuran kapal ... 40
2.5.2 Jenis kapal ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum ... 45
3.2 Lokasi studi ... 48
3.3 Pengumpulan data sekunder ... 48
3.4 Analisis ... 50
4.2.5 Waktu rata-rata kedatangan kapal per hari... 68
4.2.5.1 Waktu pelayanan kapal selama didermaga ... 70
4.2.5.2 Tonnage per ship (jumlah tonase barang yang dikerjakan/diangkut untuk seluruh kapal) ... 73
4.2.8 Tingkat pemanfaatan dermaga ... 81
4.3 Fasilitas darat ... 82
4.4 Simulasi Perhitungan Berth Occupation Ratio ( BOR ) Atau Kebutuhan Dermaga ... 90
4.5 Kinerja operasional pelabuhan ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 101
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 Aktifitas produksi barang ... 4
TABEL 1.2 Aktifitas kapal ... 4
TABEL 1.3 Aktifitas penumpang naik maupun turun ... 5
TABEL 4.1 Ukuran kapal dilokasi studi ... 56
TABEL 4.2 Jenis-jenis kapal dilokasi studi ... 60
TABEL 4.3 Waktu bongkar muat kapal ... 65
TABEL 4.4 Jumlah Rata-Rata Kedatngan Kapal Per Hari ... 69
TABEL 4.5 Waktu tiba dan waktu berangkat kapal ... 71
TABEL 4.6 Fasilitas Darat Pelabuhan ... 82
TABEL 4.7 Ratio Penggunaan Dermaga ... 90
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Jenis-jenis dermaga ... 33
GAMBAR 2.2 Dimensi dermaga ... 34
GAMBAR 3.1 Peta lay out pelabuhan sibolga ... 49
GAMBAR 4.1 Kapal yang bertambat didermaga sibolga ... 55
GAMBAR 4.2 Kegiatan bongkar kapal ... 67
GAMBAR 4.3 Lay out pelabuhan sibolga ... 75
GAMBAR 4.4 Dimensi Ukuran Dermaga ... 76
GAMBAR 4.5 Terminal penumpang ... 87
GAMBAR 4.6 Lapangan penumpukan ... 87
GAMBAR 4.7 Tempat peribadatan pelabuhan ... 88
GAMBAR 4.8 Fasilitas kesehatan pelabuhan ... 88
GAMBAR 4.9 Areal parkir kendaraan ... 89
ABSTRAK
Transportasi laut merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi nasional yang merupakan titik atau node dimana pergerakan barang dan atau penumpang dengan menggunakan moda laut akan dimulai, diakhiri atau transit. Untuk tercapainya sistem yang efektif dan efisien sangat dipengaruhi oleh ukuran dermaga dan tingkat pelayanan pelabuhan laut. Sekarang ini, aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Sibolga cukup tinggi seiring meningkatnya kunjungan kapal kargo milik PT Meratus Lines yang mengangkut peti kemas. Selain itu kapal dari Korea Selatan yang mengangkut barang-barang untuk kebutuhan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Sarulla Kabupaten Tapanuli Utara juga menggunakan jasa pelabuhan Sibolga. Bukan hanya itu, semen padang yang sebelumnya diangkut melalui pelabuhan Belawan sekarang ini melalui pelabuhan sibolga. Dengan melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan analisa terhadap ukuran dermaga apakah masih layak digunakan berdasarkan ukuran kapal yang melakukan tambat didermaga sekarang ini serta bagaimana pelayanan pelabuhan penyeberangan sibolga terhadap kapal dan muatannya, baik orang maupun barang berdasarkan fasilitas darat pelabuhan.
Penelitian ini menggunakan metode Berth Occupation Ratio (BOR) dalam menentukan berapa persen tingkat pemakaian dermaga pada pelabuhan penyeberangan Sibolga. Untuk tingkat pelayanan pelabuhan sibolga itu sendiri didasarkan pada fasilitas darat pelabuhan yang dilihat dari kondisi sebenarnya fasilitas darat yang disediakan pihak pelabuhan kemudian membandingkannya dengan standart fasilitas yang dikeluarkan oleh menteri perhubungan. Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan dalam metode ini diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data dari PT. PELINDO-I dan dari penelitian langsung dilapangan.
Berdasarkan nilai maksimum BOR yang diperoleh dari simulasi
Perhitungan Berth Occupation Ratio ( BOR ) Atau Kebutuhan Dermaga dalam
satu periode bulan pada bulan mei yang mewakili bulan-bulan lainnya dalam tahun 2013 adalah 114,78 %, Sama sekali tidak layak karena panjang dermaga yang tersedia saat ini sangatlah kecil sehingga harus ditambah panjangnya yang sebelumnya memiliki panjang 103,5 meter menjadi 300 meter dengan asumsi jumlah dermaga sebanyak satu buah. Melalui perhitungan ukuran panjang kapal, ukuran kapal yang memenuhi untuk sandar didemaga adalah 45 meter kebawah dan juga tidak boleh lebih dari satu kapal untuk melakukan sandar secara bersamaan. Berdasarkan perhitungan fasilitas darat sesuai peraraturan menteri perhubungan dengan kondisi fasilitas darat dipelabuhan sibolga, fasilitas dipelabuhan sibolga harus diperbaiki dan ukurannya harus ditambah.
Kata kunci : Berth Occupation Ratio ( BOR ), Ukuran dermaga, Tingkat
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Umum
Transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) dari
kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah
tercermin pada peningkatan intensitas transportasinya. Disamping transportasi
memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki
peran yang sangat penting terhadap aspek lainnya. seperti sosial, tata guna lahan
atau kewilayahan, politik, keamanan dan budaya. Pembangunan sarana dan
prasarana transportasi dengan tingkat prioritas tinggi harus dilaksanakan
pemerintah, agar pelayanannya dapat terjangkau sampai kesemua wilayah
khususnya wilayah yang terpencil dan terisolir yang tingkat aksebilitas
transportasinya sangat rendah.
Transportasi laut merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi
nasional yang memegang peranan penting dan strategis dalam mobilitas
penumpang, barang, dan jasa baik didalam negeri maupun ke dan dari luar negeri.
Disamping itu sebagai urat nadi kehidupan bidang ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan serta sebagai sarana untuk meningkatkan dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat mengingat indonesia merupakan negara
kepulauan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau yang tersebar diseluruh
nusantara. Sehubungan dengan peranan tersebut, sudah selayaknya apabila bangsa
Indonesia memiliki sarana dan prasarana transportasi laut yang tangguh dan
Pelabuhan laut yang merupakan salah satu sub sistem transportasi laut
adalah merupakan titik atau node dimana pergerakan barang dan atau penumpang
dengan menggunakan moda laut akan dimulai, diakhiri atau transit. Selain itu
pelabuhan laut berperan besar dalam pencapaian sistem transportasi laut yang
efektif dan efisien, untuk tercapainya sistem yang efektif dan efisien sangat
dipengaruhi oleh kinerja dan tingkat pelayanan pelabuhan laut yang
menghubungkan jaringan transportasi darat dan laut. Kinerja maksimal dari
pelabuhan tersebut hanya dapat dicapai jika pelabuhan tersebut didukung oleh
fasilitas yang memadai, sumber daya manusia yang profesional dan sistem
manajemen yang baik.
Berkaitan dengan peranan pelabuhan laut tersebut maka Pelabuhan
Sibolga yang terletak di Kabupaten Tapanuli Tengah, Kotamadya Sibolga,
Propinsi Sumatera Utara adalah merupakan salah satu pelabuhan laut yang
berperan penting bagi lalu lintas transportasi laut untuk mobilitas penumpang,
barang dan jasa dari atau ke Kota Sibolga-Pulau Nias, demikian pula untuk
mobilisasi penumpang, barang dan hewan ke luar Propinsi Sumatera Utara yang
dilakukan secara terjadwal setiap hari.
I.2 Latar belakang
Kota Sibolga sudah sejak lama dikenal sebagai pintu gerbang kegiatan
ekspor dan impor berbagai komoditas. Sejak dijadikan daerah otonom tahun 1956,
Kota Sibolga mengandalkan Pelabuhan Laut Sibolga dan potensi perairannya
sebagai sumber kehidupan penduduk. Kegiatan utama pelabuhan ini selain
luar kota sibolga seperti; pulau Nias (gunung sitoli dan teluk dalam), Aceh,
Padang, dan pada hari besar (hari raya idul fitri, Natal dan tahun baru) juga
melayani penyeberangan kepulau Jawa dan Kalimantan. Dari tahun ke tahun,
jumlah masyarakat yang melakukan penyeberangan ataupun bongkar muat barang
dari atau ke kota sibolga terus meningkat dan terjadwal setiap hari. Pertumbuhan
perekonomian kota sibolga yang semakin meningkat juga membuat semakin
tingginya barang maupun hasil perkebunan dan pertanian masuk ataupun keluar
Kota sibolga.
Pelabuhan sibolga memiliki luas 68.358 m2 dengan posisi dermaga kargo
pada koordinat 010.43’.44,80” – 010.43’.45,65” LU dan 980.46’.57,70” –
98046’.59,72” BT dengan batas-batas daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan
seluas ± 3.573,5 Ha pada koordinat dimulai dari 010.43’.10” – 010.43’.02” LU
dan 980.43’.41” – 98043’.12” BT.
Sekarang ini, aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Sibolga cukup tinggi
seiring meningkatnya kunjungan kapal kargo milik PT Meratus Lines yang
mengangkut peti kemas untuk keperluan logistik bagi PT Agincourt Resources
Martabe, perusahaan pertambangan emas di Batangtoru, Tapsel. Selain itu kapal
dari Korea Selatan yang mengangkut barang-barang untuk kebutuhan
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Sarulla
Kabupaten Tapanuli Utara juga menggunakan jasa pelabuhan Sibolga. Bukan
hanya itu, kegiatan bongkar dan muat di Pelabuhan Sibolga juga semakin
meningkat dengan kegiatan bongkar semen yang berasal dari Pelabuhan Teluk
Bayur Padang. Sebelumnya semen padang yang beredar di Kota Siantar dan
Sibolga telah menjadi pelabuhan tujuan masuknya semen ke Kota Siantar dan
sekitarnya.
Aktifitas bongkar muat barang maupun orang, arus kunjungan kapal
dipelabuhan Sibolga dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Aktifitas produksi barang
* Sumber: PT. (Persero) PELINDO – I *satuan ton
Tabel 1.2 Aktifitas kapal
*satuan GRT. 1 Grt =2,83 m3 = 100ft3 *GRT ( Gross Register Tons ) *
*Sumber: PT. (Persero) PELINDO – I
0
Tabel 1.3 Aktifitas penumpang naik maupun turun
Sumber: PT. (Persero) PELINDO – I *satuan orang
Dari tahun 2007 sampai tahun 2013 jumlah produksi bongkar muat barang
bertambah sekitar 32,994%. Tetapi untuk arus penumpang terjadi penurunan
sebesar 9,813%. Dari data yang tercatat terjadi ketidakstabilan arus penumpang
tiap tahunnya. Sehingga perlu dilihat pelayanan yang diberikan pihak PELINDO
terhadap pemakai jasa pelabuhan sibolga. Khusus untuk arus kunjungan kapal
juga terjadi penurunan dalam satuan call tetapi mengalami peningkatan dalam
satuan GRT. Meningkatnya arus kapal dalam satuan GRT sebesar 4,932%
menandakan ukuran kapal yang melakukan tambat didermaga pelabuhan juga
semakin besar.
Dengan melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan analisa terhadap ukuran
dermaga apakah masih layak digunakan berdasarkan ukuran kapal yang
melakukan tambat didermaga sekarang ini serta perlu adanya optimalisasi sub
sektor transportasi laut yang pada gilirannya akan mendorong perubahan positif
pada sektor yang lain. Untuk melihat sudah sejauh mana optimalisasi pelabuhan
penyeberangan sibolga, maka perlu dilakukan analisa kelayakan ukuran dermaga
dan tingkat pelayanan pelabuhan sibolga tersebut.
I.3 Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok bahasan
dalam penelitian ini adalah:
Menganalisa kelayakan ukuran dermaga terutama untuk mengatur skenario
hubungan antara besarnya permintaan (demand) dengan kapasitas sarana
dan prasarana (supply) yang ada.
Bagaimana pelayanan pelabuhan penyeberangan sibolga terhadap kapal
dan muatannya, baik orang maupun barang berdasarkan fasilitas darat
pelabuhan.
I.4 Batasan masalah
Kajian ini dititik beratkan sesuai dengan tujuan penelitian agar
pembahasan tidak melebar, diberikan batasan-batasan masalah yang meliputi
hal-hal berikut ini :
1. Penelitian ini dilakukan pada semua jenis kapal yang melakukan
kunjungan dipelabuhan sibolga.
2. Penelitian ini membahas bagaimana pelayanan pelabuhan sibolga
berdasarkan fasilitas darat, waktu putaran kapal dan tingkat
I.5 Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :
• Untuk menganalisa ukuran dermaga saat ini dengan jumlah dan
dimensi kapal yang melakukan tambat didermaga pelabuhan
sibolga.
• Untuk melihat sejauh mana tingkat pelayanan pelabuhan terhadap
kapal dan muatan (barang maupun orang) yang dilihat dari waktu
putar kapal, jumlah kunjungan kapal, fasilitas darat dan perairan
pelabuhan serta waktu pelayanan barang maupun orang untuk
meminimalisasi terjadinya efek negatif sehingga produktifitas dari
pelabuhan dapat ditingkatkan.
I.6 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengusaha angkutan serta
dinas terkait untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan
pelayanannya.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai saran untuk pengambilan
keputusan atau kebijakan dimasa yang akan datang dalam
I.7 METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini
adalah studi kasus, dengan mendapatkan data dari lapangan dan instansi terkait
dan mengumpulakan keterangan dari buku atau jurnal serta masukan dari dosen
pembimbing.
Adapun teknik pembahasan yang dilakukan adalah:
1. Studi literature yaitu mengumpulkan kajian literature yang
berhubungan dengan tugas akhir ini, yang bersumber dari buku serta
referensi jurnal sebagai pendekatan teori maupun sebagai
perbandingan untuk mengkaji penelitian ini.
2. Survei awal, meliputi identifikasi permasalahan yang cukup mendasar,
dalam arti urgent untuk dilakukan perbaikan, sehingga usaha
peningkatan kinerja pelayanan yang baik kepada masyarakat dapat
tercapai secara bertahap. Survei awal ini akan digunakan sebagai dasar
untuk merancang survei yang lebih detail.
3. Lokasi dan Populasi.
Studi ini mengambil lokasi di pelabuhan peyeberangan Sibolga,
Kabupaten Tapanuli Tengah. Sedangkan Populasi yang dimaksud
semua armada laut yang melakukan kegiatan penyeberangan.
4. Pengumpulan data-data yang diperlukan, dalam hal ini jumlah
dermaga, panjang dermaga, tingkat pemanfaatan dermaga, jumlah
kunjungan kapal, waktu tunggu kapal dan muatan, fasilitas darat dan
I.8 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB. I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
batasan masalah, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB. II Tinjauan pustaka
Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian.
BAB. III Metodologi penelitian
Bab ini membahas tentang cara pengumpulan data, sumber data dan
cara penganalisisan yang di buat di dalam mencapai tujuan tugas akhir ini.
BAB. IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini menbahas tentang hasil penelitian dan menganalisis data yang
diperoleh dari penelitian.
BAB V Kesimpulan dan saran
Menyimpulkan hasil-hasil yang didapat dari penelitian dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Transportasi
Transportasi atau pengangkutan merupakan suatu proses pergerakan atau
perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan suatu sistem transportasi tertentu untuk maksud dan tujuan tertentu.
Pergerakan atau perpindahan barang atau manusia terjadi akibat adanya perbedaan
tingkat utilitas, baik itu berupa nilai tempat (place utility) maupun nilai waktu
(time utility). Transportasi merupakan salah satu sarana untuk memperlancar roda
perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, dalam rangka
memantapkan perwujudan wawasan nusantara meningkatkan serta mendukung
pertahanan dan keamanan Negara yang selanjutnya dapat mempererat hubungan
antar bangsa. Pentingnya transportasi itu tercermin pada penyelenggaraannya
yang mempengaruhi semua aspek kehidupan Bangsa dan Negara serta semakin
meningkatnya kebutuhan jasa transportasi bagi mobilitas orang dan barang dalam
negeri maupun luar negeri. Di samping itu, bagi pertumbuhan daerah yang
memiliki potensi sumber daya alam yang besar tetapi belum berkembang, dalam
upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya.
Siregar (1995) menjelaskan bahwa transportasi merupakan suatu
pelayanan yang dirancang untuk melayani masyarakat dengan menghubungkan
lokasi-lokasi yang banyak dan tak menentu jumlahnya, dimana aktivitas-aktivitas
berdiri sendiri, namun merupakan bagian dari social ekonomi yang mengarah
pada suatu daerah, wilayah dan atau suatu bangsa.
Misi transportasi adalah penghantaran dengan sempurna supply
jaring-jaring yang dimaksudkan untuk pergerakan manusia maupun barang. Didalam
jarring-jaring tersebut terdapat prasarana angkutan serta terminal, dimana terjadi
proses perpindahan angkutan dari suatu moda ke moda lainnya. Jaring-jaring itu
dapat berupa fisik seperti jalan raya, jalan kereta api atau bersifat navigasional
seperti jalur laut dan udara. Sistem transportasi dapat dianalisis pada
keberadaannya, mobilitas dan efisiensinya dalam pengertian :
(1) Keberadaannya berarti terdapat dimana-mana pada saat yang sama
termasuk besarnya aksesibilitas pada system, rute yang langsung antara
titik-titik akses tersebut dan kemampuan untuk menangani
bermacam-macam lalu lintas.
(2) Mobilitas dapat didefinisikan sebagai kuantitas lalu lintas yang dapat
ditangani kapasitas system dan kecepatan menyeluruh, dimana lalu lintas
tersebut bergerak.
(3) Efisiensi ditunjukkan oleh indikator berkurangnya beban biaya tertentu /
khusus dan biaya tak langsung, dampak lingkungan dan energy, keandalan
dan kenyamanannya.
Menyadari pentingnya peran serta transportasi tersebut, angkutan laut
sebagai salah satu moda transportasi diperairan harus ditata dalam satu kesatuan
system transportasi nasional yang terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan
jasa transportasi yang seimbang sesuai dengan tingkat kebutuhan dan dan
kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu,
nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, polusi rendah dan efisien.
II.2 Pelabuhan
Triatmodjo (1996) mengemukakan bahwa dalam bahasa Indonesia dikenal
dua istilah yang berhubungan dengan arti pelabuhan yaitu Bandar dan Pelabuhan.
Kedua istilah tersebut sering tercampur aduk sehingga sebagian orang
mengartikannya sama. Sebenarnya arti kedua istilah tersebut berbeda.
Bandar (harbor) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap
gelombang dan angina untuk berlabuhnya kapal-kapal. Bandar ini hanya
merupakan daerah perairan dengan bangunan-bangunan yang diperlukan
pembentukannya, perlindungan dan perawatan, seperti pemecah gelombang, jetty
dan sebagainya, dan hanya merupakan tempat bersinggahnya kapal untuk
berlindung, mengisi bahan bakar, reparasi dan sebagainya. Suatu estuari atau
muara sungai dengan kedalaman air memadai dan cukup terlindung untuk
kapal-kapal memenuhi kondisi Bandar.
Pelabuhan (port) adalah derah perairan yang terlindung terhadap
gelombang yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga
dimana kapal dapat bertambat untuk melakukan bongkar muat barang maupun
orang, kran-kran untuk bongkar muat, gudang laut (transito), dan tempat-tempat
penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan gudang-gudang dimana
barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu
dengan rel kereta api, jalan raya, atau saluran pelayaran darat. Dengan demikian
daerah pengaruh pelabuhan bias sangat jauh dari pelabuhan tersebut.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelabuhan merupakan
bandar yang dilengkapi bangunan-bangunan untuk pelayanan muatan dan
penumpang seperti dermaga, tambatan, dengan segala perlengkapannya. Jadi
suatu pelabuhan juga merupakan bandar tetapi suatu Bandar belum tentu suatu
pelabuhan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pelabuhan adalah tempat yang
terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi
yang digunakan sebagai tempat bersandar,berlabuh, naik turun penumpang
dan/bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan mitra dan
antar moda transportasi. Sedangkan kepelabuhanan adalah meliputi segala sesuatu
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan
ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan
berlayar, serta tempat perpindahan intra dan/atau antar moda.
II.2.1 Klasifikasi Pelabuhan
Klasifikasi pelabuhan ditinjau dari beberapa sudut antara lain :
1) Dari sudut pemungutan jasa :
Yaitu pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang sesuai kondisi,
kemampuan dan pengembangan menurut hokum pemerintahan.
b. Pelabuhan yang tidak diusahakan
Yaitu pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang sesuai dengan
kondisi, kemampuan dan pengembangan potensinya masih menonjol
sifat overheld zerg dan atau yang belum ditetapkan sebagai pelabuhan
yang diusahakan.
c. Pelabuhan otonom
Yaitu pelabuhan yang diberi wewenang untuk mengatur diri sendiri.
2) Dari sudut teknis
a. Pelabuhan alam (natural and protected harbor)
Pelabuhan ini merupakan suatu daerah yang menjurus kedalam (inlet),
yang terlindungi oleh suatu pulau, jazirah atau terletak sedemikian
rupa sehingga navigasi dan berlabuhnya kapal dapat dilakukan.
b. Pelabuhan buatan (Artivical Harbour)
Pelabuhan buatan merupakan suatu daerah yang dibuat manusia
sedemikian rupa, sehingga terlindung terhadap ombak, badai ataupun
arus sehingga kapal dapat memungkinkan kapal dapat merapat.
c. Pelabuhan semi alam (semi Natural Harbour)
Pelabuhan ini merupakan kombinasi dari pelabuhan alam dan
pelabuhan buatan.
a. Pelabuhan laut
Pelabuhan yang terbuka untuk semua jenis perdagangan dalam
maupun luar negeri yang menganut undang-undang pelayaran
Indonesia.
b. Pelabuhan pantai
Pelabuhan yang terbuka untuk semua jenis perdagangan dalam negeri.
4) Dari sudut jenis pelayaran kepada kapal dan muatannya
a. Pelabuhan laut (Major Port)
Pelabuhan yang melayani kapal-kapal besar dan merupakan pelabuhan
dan pembagi muatan.
b. Pelabuhan cabang (Feeder Port)
Pelabuhan yang melayani kapal-kapal kecil yang mendukung
pelabuhan utama. (Soedjono, 1985 : 54-65)
Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang tergantung
pada sudut tinjauan yakni dari segi penyelenggaraannya, pengusahaannya, fungsi
dalam perdagangan nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak
geografisnya.
II.2.1.1 Ditinjau dari segi penyelenggaraannya
1. Pelabuhan Umum.
Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan
masyarakat umum. Penyelenggaraan pelabuhan umum dilakukan oleh pemerintah
dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik Negara yang
negara yang diberikan wewenang mengelola pelabuhan umum. Keempat badan
usaha milik negara itu adalah PT (persero) Pelabuhan Indonesia I berkedudukan
dimedan, Pelabuhan Indonesia II berkedudukan dijakarta, Pelabuhan Indonesia III
berkedudukan di surabaya dan Pelabuhan Indonesia IV yang berkedudukan di
ujung pandang.
2. Pelabuhan Khusus
Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan diri sendiri guna
menunjang kegiatan tertentu. Pelabuhan ini tidak boleh diprgunakan untuk
kepentingan umum. Kecuali dalam keadaan tertentu dengan ijin pemerintah.
Pelabuhan khusus dibangun oleh suatu perusahaan baik pemerintah maupun
swasta, yang berfungsi untuk prasarana pengiriman hasil produksi perusahaan
tersebut.
II.2.1.2 Ditinjau dari segi pengusahaannya
1. Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan fasilitas-fasilitas
yang diperlukan kapal yang memasuki pelabuhan untuk kelakukan kegiatan
bongkar muat barang, menaikan-turunkan penumpang serta kegiatan lainnya.
2. Pelabuhan yang tidak diusahakan
Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgah kapal tanpa fasilitas
bongkar muat, bea cukai, dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabuhan
II.2.1.3 Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan
internasional
1. Pelabuhan laut
Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal
berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai
dikunjungi oleh kapal-kapal samudera.
2. Pelabuhan pantai
Pelabuhan pantai ialah pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan
dalam negeri dan oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal berbendera
asing. Kapal asing dapat masuk kepelabuhan ini dengan meminta ijin terlebih
dahulu.
II.2.1.4 Ditinjau dari segi penggunaannya
1. Pelabuhan ikan
Pada umumnya pelabuhan ikan tidak memerlukan kedalaman yang besar,
karena kapal-kapal motor yangdigunakan untuk menangkap ikan tidak besar. jenis
kapal ikan yang digunakan biasanya bervariasi dari yang sederhana berupa jakung
maupun kapal motor. Jukung adalah perahu yang dibuat dari kayu dengan lebar
sekitar satu meter dan panjang 6-7 meter. Pelabuhan ikan dibangun disekitar
daerah perkampungan nelayan dan harus dilengkapi dengan pasar lelang, pabrik
atau gudang es, persediaan bahan bakar dan juga tempat yang cukup luas untuk
2. Pelabuhan minyak
Untuk keamanan, pelabuhan minyak harus diletakkan agak jauh dari
keperluan umum. Pelabuhan minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau
pangkalan yang harus dapat menahan kekuatan vertikal yang besar, melainkan
cukup membuat jembatan perancah atau tambahan yang dibuat menjorok kelaut
untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. bongkar muat dilakukan
dengan pipa-pipa dan pompa-pompa.
3. Pelabuhan barang
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk
bongkar muat barang. Pelabuhan dapat berada dipantai atau estuary dari sungai
besar. daerah perairan harus cukup tenang sehingga memudahkan bongkar muat
barang. Pelabuhan barang ini biasa digunakan pemerintah untuk pelabuhan niaga
atau perusahaan swasta untuk keperluan transport hasil produksinya seperti baja,
aluminium, pupuk, batu bara, minyak dan sebagainya.
4. Pelabuhan penumpang
Pelabuhan penumpang tidak jauh berbeda dengan pelabuhan barang.
Pelabuhan barang dibelakang terdapat gudang-gudang sedangkan untuk pelabuhan
penumpangdibangun stasiun penumpang yang melayani segala kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan kebutuhan orang bepergian. Untuk kelancaran
keluar masuknya penumpang dan barang, sebaiknya jalan masuk dan keluar
dipisahkan. Penumpang melalui lantai atas dengan menggunakan jembatan
5. Pelabuhan campuran
Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang
dan barang, sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan bisanya tetap terpisah.
6. Pelabuhan militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat dari kapal-kapal perang dan agar letak
bangunannya cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hamper sama
dengan pelabuhan barang. Hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada
pelabuhan barang letak atau kegunaan bangunan harus seefisien mungkin,
sedangkan untuk pelabuhan militer, bangunan-bangunan pelabuhan harus
dipisah-pisahkan yang letaknya agak berjauhan.
II.2.1.5 Ditinjau menurut letak geografisnya
Menurut letak geografisnya, pelabuhan dapat dibedakan menjadi
pelabuhan alam, semi alam, atau buatan.
1. Pelabuhan alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindungi dari badai
dan gelombang secara alam, misalnya oleh sebuah pulau, jazirah, atau terletak
diteluk, estuary dan muara sungai. Estuari adalah bagia dari sungai yang
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada saat pasang air laut masuk ke hulu
sungai. Saat pasang tersebut air sungai dari hulu terhalang dan tidak bias langsung
dibuang kelaut. Dengan demikian diestuari terjadi penampungan air dalam jumlah
yang dikeluarkan sangat besar maka kecepatan aliran cukup besar untuk dapat
mengerosi endapan didasar sungai. Lama periode air pasang dan surut tergantung
pada tipe pasang surut.
2. Pelabuhan buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari
pengaruh gelombang. Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup
dari laut dan hanya dihubungkan oleh suatu celah untuk keluar masuknya kapal.
3. Pelabuhan semi alam
Pelabuhan ini merupakan campuran dari kedua tipe diatas, misalnya suatu
pelabuhan yang terlindung oleh lidah pantai dan perlindungan buatan hanya pada
alur masuk.
II.2.2 Fasilitas Pelabuhan
Menurut R.P. Suyono (SHIPPING, pengangkutan intermodal ekspor impor
melalui laut. Hal 11) beberapa fasilitas utama yang terdapat di pelabuhan, yaitu :
1. Penahan gelombang
Penahan gelombang adalah konstruksi dari batu-batuan yang kuat dan dibuat
melingkar memanjang ke arah laut dari pelabuhan utamanya yang dimaksudkan
sebagai pelindung pelabuhan itu. Gunanya adalah untuk menahan ombak dan
gelombang, karena didalam pelabuhan terdapat dermaga-dermaga tempat kapal
sandar. Di penahan gelombang dibuat beberapa pintu masuk untuk kapal-kapal
2. Jembatan (Jetty)
Jembatan atau jetty adalah bangunan yang berbentuk jembatan yang dibuat
menjorok kearah laut dari pantai atau daratan. Niasanya dibuat dari beton, baja
atau kayu dan dibuat untuk menampung sementara barang yang akan
dimuat/bongkar dari/ke kapal yang bersandar dijembatan itu.
3. Dolphin
Dolphin adalah kumpulan dari tonggak-tonggak yang terbuat dari besi, kayu
atau beton agar kapal dapat bersandar disitu untuk melakukan kegiatan bongkar
atau muat ke tongkang (lighter). Biasanya terdiri dari konstruksi dua tonggak yang
menahan kapal dibagian muka dan belakangnya.
4. Mooring Buoys (Pelampung Pengikat)
Pelampung dimana kapal ditambatkan untuk melakukan suatu kegiatan.
Biasanya kapal diikat dengan tali dibagian muka dan belakang diantara dua buah
pelampung pengikat kemudian kapal melakukan kegiatan bongkar maupun muat
dengan bantuan tongkang. Keuntungannya adalah bahwa kapal dapat melakukan
kegiatan bongkar/muat pada kedua sisinya.
5. Tempat labuh
Tempat labuh adalah tempat perairan dimana kapal melego jangkarnya untuk
melakukan kegiatan. Tempat labuh juga berfungsi sebagai tempat untuk
6. Single bouy mooring (SBM)
SBM adalah pelampung pengikat dimana kapal tanker dapat muat/bongkar
muatannya melalui pipa dipelampung itu yang menghubungkan kedaratan atau
sumber pemasokan.
7. Tongkang (Lighter)
Tongkang adalah perahu-perahu kecil yang dipergunakan untuk mengangkut
muatan atau barang dari atau ke kapal yang dimuat/dibongkar yang biasanya
ditarik kapal tunda.
8. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan
Alur kapal adalah bagian dari perairan dipelabuhan tempat masuk keluarnya
kapal. Alur pelayaran kapal emiliki kedalaman tertentuagar kapal bisa
masuk/keluar kolam pelabuhan atau sandar didermaga. Alur kapal harus dikeruk
secara teratur agar kapal dengan sarat tertentu bisa masuk. Sarat kapal adalah
kedalaman bagian kapal yang terendam air. Sarat kapal ini terkait dengan berat
kapal beserta isinya.
Kolam pelabuhan juga harus disiapkan oleh pelabuhan, agar tersedianya tempat
cukup sesuai dengan jenis kapal dan muatannya. Bila kapalnya adalah kapal peti
kemas, maka tentunya diusahakan agar dapat sandar dipelabuhan peti kemas
lengkap dengan gantry cranenya. Dan kapal dengan muatan umum (general cargo)
9. Rambu kapal
Rambu kapal adalah tanda-tanda yang dipasang di perairan menuju pelabuhan
untuk memandu kapal berlabuh.
10. Gudang
Gudang adalah penampung barang yang tertutup agar terlindung dari cuaca.
Namun ada juga gudang yang terbuka untuk barang tertentu atau peti kemas.
Gudang merupakan bagian yang penting dari suatu pelabuhan Karena dalam
gudang inilah barang yang akan dimuat atau yang telah dibongkar dari kapal
untuk sementara disimpan, kecuali bila muatan dimuat dalam petikemas.
Jenis gudang dibagi menurut masuk wilayah kepabeanan atau tidak, jenis
barang yang disimpan dan lamanya penyimpanan barang. Sedangkan fungsi
gudang mencakup menyeimbangkan volume barang yang diangkut oleh kapal dan
yang akan atau telah diangkut angkutan darat. Sedangkan fungsi lainnya untuk
memperlancar formalitas administrasi dan kepaeanan, mencegah kerusakan
barang serta sebagai penampungan sementara untuk barang yang akan diangkut
kembali.
11. Dermaga
Dermaga adalah tempat dimana kapal dapat berlabuh atau sandar guna
melakukan kegiatannya, baik bongkar maupun muat atau kegiatan lainnya.untuk
bongkar/muat general cargo, pelabuhan menyediakan dermaga konvensional.
Sedangkan untuk bongkar/muat kapal-kapal petikemas pelabuhan menyediakan
Sarana dan prasarana harus memiliki ketergantungan satu dengan yang
lainnyasehingga fasilitas pelabuhan harus memadai dan disesuaikan dengan
perkembangan sarananya. Secara tegas maka sarana dan prasarana keduanya
saling membatasi dan berjalan seiring. Ketidakseimbangan antara sarana dan
prasarana akan berakibat kerugian bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pemilihan
satu jenis sarana angkutan laut harus memperhatikan prasarananya dan bila perlu
diadakan penyesuaian. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka pengusahaan
dan pembangunan pelabuhan, perencanaan dan perancangannya haruslah dinilai
dari segi-segi social, politik, teknis, manajemen, finansiil/ekonomis dan
operasional.
Keputusan Menteri Perhubungan nomor 52 tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pelabuhan penyeberangan menetapkan fasilitas-fasilitas
pelabuhan berdasarkan kebutuhan lahan daratan dan perairan dalam rencana induk
pelabuhan penyeberangan.
a. Fasilitas darat dan dasar perhitungan kebutuhan daratan untuk kegiatan
pelayanan jasa/operasional langsung
1. Areal gedung terminal
a5 = Luas areal ruang publik → 10% * ( a1 + a2 + a3 + a4 )
a = Luas areal yang dibutuhkan untuk satu orang ( diambil 1,2 m2 / orang)
n = Jumlah penumpang dalam satu kapal
N = Jumlah kapal datang dan berangkat pada waktu yang bersamaan
x = Rasio konsentrasi (1,0 – 1,6)
y = Rata-rata fluktuasi (1,2)
2. Areal parkir kendaraan penyeberang
(A) = a * n * N * x * y
Dimana ;
A = Luas total areal parkir untuk kendaraan menyeberang
a = Luas areal yang dibutuhkan untuk satu unit kendaraan (m2)
Truk 8 Ton = 60 m2
Truk 4 Ton = 45 m2
Truk 2 Ton = 25 m2
Kendaraan penumpang = 25 m2
n = Jumlah kendaraan dalam satu kapal
N = Jumlah kapal datang dan berangkat pada waktu yang bersamaan
x = Rasio konsentrasi (1,0 – 1,6)
y = Rata-rata fluktuasi (1,2)
3. Areal parkir kendaraan antar – jemput
Dimana ;
a = luas areal yang dibutuhkan untuk satu unit kendaraan (12,5m2)
n1 = Jumlah penumpang dalam satu kapal
n2 = Jumlah penumpang dalam satu kendaraan (diambil rata-rata 8 0rang)
N = Jumlah kapal datang dan berangkat pada waktu yang bersamaan
x = Rasio konsentrasi (1,0 – 1,6)
y = Rata-rata fluktuasi (1,2)
z = Rata-rata pemanfaatan ( 1,0 ; seluruh penumpang meninggalkan
terminal dengan kendaraan )
4. Areal fasilitas bahan bakar (berdasarkan jumlah kebutuhan BBM per hari)
5. Areal fasilitas air bersih (berdasarkan jumlah kebutuhan air bersih per hari)
6. Areal generator (didasarkan pada standar kebutuhan ruang untuk fasilitas
listrik seluas 150m2)
7. Areal terminal angkutan umum dan parkir (berdasarkan daya tampung
mobil yang masuk dan berhenti di terminal)
8. Areal fasilitas peribadatan (berdasarkan kebutuhan ruang untuk fasilitas
umum dan fasilitas sosial untuk fasilitas 250 penduduk pendukung yaitu
seluas 60m2 )
9. Areal fasilitas kesehatan (berdasarkan kebutuhan ruang untuk fasilitas
umum dan fasilitas sosial untuk fasilitas 250 penduduk pendukung yaitu
b. Fasilitas perairan dan dasar kebutuhan lahan perairan untuk kegiatan pelayanan
jasa/operasional langsung
1. Panjang dermaga
A ≥ 1,3L
Dimana, L = panjang kapal
2. Areal untuk sandar kapal
A = 1,8L * 1,5L
3. Areal kolam pelabuhan
4. Lebar alur pelayaran
W = 9B + 30 meter
Dimana, w = Lebar alur
B = Lebar kapal
5. Kedalaman kolam pelabuhan
6. Areal tempal labuh kapal
A = N * � * R2
Dimana, A = Luas areal berlabuh,
R = L + 6D + 30 meter
L = Panjang kapal
D = kedalaman air
7. Areal keperluan darurat
8. Areal percobaan berlayar
9. Areal fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal
II.3 Dermaga
Dermaga adalah satu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat
dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar dan muat barang dan tempat
untuk menaik – turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan
ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam
mempertimbangkan ukuran dermaga, harus didasarkan pada ukuran-ukuran
minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan dermaga maupun
melakukan bongkar muat barang dapat dilakukan dengan aman, cepat dan lancar.
(Bambang Triadmodjo,hal 157).
Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat
dan
mengisi bahan bakar untuk kapal
kotor
bahwa dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan
bertambat pada dermaga tersebut.
Jenis - jenis dermaga berdasarkan jenis barang yang dilayani:
1) Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkar
bungkus, koper, karung, atau peti. Barang - barang tersebut memerlukan
perlakuan khusus dalam pengangkatannya untuk menghindari kerusakan.
2) Dermaga
muat peti kemas. Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan crane.
3) Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat
barang curah yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt).
Barang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus/kemas, yang dapat
dituangkan atau dipompa ke dalam kapal. Barang ini dapat berupa bahan
pokok makanan (beras, jagung, gandum, dsb.) dan batu bara. Karena
angkutan barang curah dapat dilakukan lebih cepat dan biaya lebih murah
daripada dalam bentuk kemasan, maka beberapa barang yang dulunya dalam
bentuk kemasan sekarang diangkut dalam bentuk lepas. Sebagai contoh
adalah pengangkutan semen, gula, beras, dan sebagainya.
4) Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut
barang khusus, seperti
sebagainya.
5) Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuspeed
boat.
6) Demaga
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya yang berjudul “Pelabuhan”,
menjelaskan bahwa tipe dermaga terbagi 2 (dua), yaitu wharf (quai) dan pier
a. Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berimpit
dengan garis pantai atau agak menjorok kelaut dan dapat juga berfungsi
sebagai penahan tanah yang ada dibelakangnya. Wharf dibangun apabila garis
kedalaman laut hamper merata dan sejajar dengan garis pantai. Dermaga
dengan tipe ini biasanya digunakan untuk pelabuhan barang potongan atau
peti kemas dimana dibutuhkan suatu halaman terbuka yang cukup luas untuk
menjamin kelancaran angkutan barang.
b. Pier atau jetty adalah dermaga yang menjorok kelaut dan dibangun dengan
membentuk sudut dengan garis pantai dan digunakan untuk merapat kapal
pada satu sisi maupun kedua sisinya. Jetty dihubungkan dengan daratan oleh
jembatan yang membentuk sudut tegak lurus sehingga biasanya berbentuk T
atau L.
Sedangkan menurut Wikipedia (2012), ada beberapa jenis dermaga yang
biasanya digunakan yaitu :
1. Dermaga ‘quay wall’
Dermaga quay wall ini terdiri dari struktur yang sejajar pantai, berupa
tembok yang berdiri di atas pantai, dan dapat dibangun dengan beberapa
pendekatan konstruksi diantaranya sheet pile baja/beton, caisson beton atau open
filled structure. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan quay wall, yaitu :
a. Dermaga quay wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan relatif
berhimpit dengan pantai (kemiringan pantai curam).
b. Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung berhimpit dengan areal
c. Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan bagi kapal
merapat dekat sisi darat (pantai). Kedalaman perairan tergantung kepada
ukuran kapal yang akan berlabuh pada dermaga tersebut.
d. Kondisi tanah cukup keras
e. Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi
berpengaruh pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
2. Dermaga ‘dolphin’ (trestel)
Dermaga dolphin merupakan tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang
pancang. Biasanya dilokasi dengan pantai yang landai, diperlukan jembatan trestle
sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan. Beberapa pertimbangan yang
digunakan dalam pembangunan dermaga dolphin:
a. Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang fasilitas bongkar
muatnya ada di haluan atau buritan.
b. Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari pantai relatif cukup
panjang.
c. Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan dermaga (trestel), tanggul
atau dapat juga keduanya.
d. Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari struktur breasting dan
mooring yang dihubungkan dengan catwalk.
e. Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana sandar kapal, tapi juga
dapat berfungsi sebagai sarana tambat kapal jika dipasang bollard,
sedangkan mooring dolphin berfungsi menahan kapal sehingga tetap
f. Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi
berpengaruh pada detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
3. Dermaga apung/system Jetty (pier)
Dermaga apung adalah tempat untuk menambatkan kapal pada suatu ponton
yang mengapung diatas air. Digunakannya ponton adalah untuk mengantisipasi air
pasang surut laut, sehingga posisi kapal dengan dermaga selalu sama, kemudian
antara ponton dengan dermaga dihubungkan dengan suatu landasan/jembatan
yang flexibel ke darat yang bisa mengakomodasi pasang surut laut. Biasanya
dermaga apung digunakan untuk kapal kecil, yach atau feri seperti yang
digunakan di dermaga penyeberangan yang banayak ditemukan di sungai-sungai
yang mengalami pasang surut. Ada beberapa jenis bahan yang digunakan untuk
membuat dermaga apung seperti :
a. Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan mudah untuk dibuat
tetapi perlu perawatan, khususnya yang digunakan dimuara sungai yang
airnya bersifat lebih korosif.
b. Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan mudah untuk dirawat
sepanjang tidak bocor.
c. Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang menggunakan kayu
gelondongan yang berat jenisnya lebih rendah dari air sehingga bisa
Gambar 2.1 Jenis-jenis dermaga
II.3.1 Ukuran Dermaga
Pelabuhan sibolga merupakan pelabuhan kelas III dengan tipe dermaga
tristel. Untuk menghitung kapasitas kapal yang dapat bersandar didermaga
pelabuhan penyeberangan sibolga dapat menggunakan rumus :
Dimana :
Lp = Panjang dermaga
n = Jumlah kapal yang ditambat
Loa = panjang kapal yang ditambat
15 = ketetapan (jarak antara buritan kehaluan dari satu kapal ke kapal lain)
50 = Ketetapan (jarak anatara kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan
kapal)
Lp
25 Loa 15 Loa 15 Loa 25
Gambar 2.2 Dimensi dermaga
II.3.2 Tingkat pemanfaatan dan Pelayanan Dermaga
a. Rata-rata kedatangan kapal per hari ( arrival rate )
AR= ∑ �
�
K = Kapal
H = Hari dari bulan yang bersangkutan
b. Panjang dermaga
Lp = n Loa + ( n-1 ) 15 + 50
Dimana :
Lp = Panjang dermaga
Loa = Panjang kapal yang ditambat
n = Jumlah kapal yang ditambat
15 = Ketetapan (jarak antara buritan kehaluan dari satu kapal ke kapal
lainnya)
50 = Ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga keburitan dan haluan
kapal)
c. Waktu pelayanan ( service time )
ST = ∑ (��−��)
∑K
Dimana :
ST = Waktu pelayanan ( service time )
Jb = Jam berangkat
K = kapal
d. Tonnage pership (jumlah tonase barang yang dikerjakan / diangkut untuk
seluruh kapal)
Tps = ∑ ��
∑K
Dimana :
Tps = Tonase per ship
Mk = Muatan kapal yang dikerjakan
K = kapal
e. Waktu putar kapal (Turn round time)
TRT = ∑ (��−��)
∑K
Dimana :
TRT = Waktu putar kapal
Jb = Jam berangkat
Jt = Jam mulai bertambat
f. Rasio pemakaian tambatan ( Berth occupation ratio / BOR )
BOR = ∑( (�.���+ 5)∗ �� )∗100% ( �� ∗24∗ �� )
BOR = ∑( ��∗�� )
( ��∗24∗�� )
∗
100%
Dimana ;
P.kpl = Panjang kapal
PD = Panjang dermaga
HK = Hari kalender
JP = Jumlah jam pemakaian dermaga
5 = Faktor pengaman
g. Tingkat pemanfaatan dermaga adalah perbandingan antara tingkat
kedatangan kapal serta waktu pelayanan dermaga terhadap kapal, dengan
jumlah dermaga identik.
Ɵ = �� ×��
� 100%
Dimana :
AR = Tingkat kedatangan kapal (Kapal/hari)
ST = Waktu pelayanan terhadap kapal (Kapal/hari)
N = Jumlah dermaga
Batasan singkat pemanfaatan dermaga terhadap kapal (Muliadi ; 1992)
1. Jika Ɵ < 70% masih dapat memenuhi standar.
2. Jika 70% <Ɵ<85% dimana masih berada pada preferred range (taraf baik).
3. Jika 85% < Ɵ < 100% sudah tidak layak lagi dan diperlukan suatu
pengembangan pelabuhan.
II.4 Tingkat Pelayanan Pelabuhan
Menurut Suyono dalam bukunya Shipping pengangkutan intermodal
ekspor impor melalui laut (hal31), pelabuhan memberi fasilitas dan pelayanan
untuk kapal yang berkunjung. Pelayanan tersebut dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yakni pelayanan untuk orang dan pelayanan untuk barang.
1. Pelayanan kapal.
a. Jasa labuh : dikenakan terhadap kapal yang menggunakan perairan
pelabuhan.
b. Jasa tambat : setiap kapal yang berlabuh dipelabuhan dan tidak melakukan
kegiatan kecuali kapal perang dan kapal pemerintah akan dikenakan jasa
c. Jasa pemanduan terbagi dua yaitu pandu laut yakni pemanduan diperairan
antara batas luar perairan hingga batas pandu Bandar dengan pandu Bandar
yakni pandu yang bertugas memandu kapal dari batas perairan Bandar
hingga kapal masuk dikolam pelabuhan dan sandar didermaga.
Indikator pelayanan untuk kapal yaitu :
a. Rata-rata kedatangan kapal per hari ( arrival rate )
b. Waktu pelayanan ( service time )
c. Tonnage pership ( jumlah tonase barang yang dikerjakan / diangkut untuk
seluruh kapal )
d. Waktu putar kapal ( Turn round time )
2. Pelayanan untuk barang
a. Jasa dermaga
b. Jasa penumpukan
Indikator pelayanan untuk barang meliputi fasilitas–fasilitas yang ada dipelabuhan
diantaranya :
a. Areal gedung terminal
b. Areal parkir kendaraan penyeberang
c. Areal parkir kendaraan antar – jemput
d. Areal fasilitas bahan bakar (berdasarkan jumlah kebutuhan BBM per hari)
e. Areal fasilitas air bersih (berdasarkan jumlah kebutuhan air bersih per
hari)
f. Areal generator
h. Areal fasilitas peribadatan
i. Areal fasilitas kesehatan
j. Areal fasilitas kesehatan
II.5 Kapal
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kapal adalah kendaraan
pengangkut penumpang dan barang dilaut, sungai dan lain sebagainya. Sedangkan
menurut Kramadibrata (hal 82), kapal adalah sarana pengangkut muatan yang
mempunyai ciri-ciri tersendiri dalam menangani muatannya. Muatan ini dapat
berbentuk gas, cair dan padat.
II.5.1 Ukuran kapal
Besarnya kapal ditentukan dalam register ton (ton register). Untuk ukuran
besarnya kapal dikenal istilah gross register ton (GRT) dan net register ton
(NRT).
Gross register ton (GRT) adalah jumlah dari semua ruangan kapal yang tertutup atau yang dapat ditutup secara kedap air, baik yang berada dibawah geladak
maupun yang berada diatasnya. Oleh karena 1 register ton = 100 cft (cubic feet)
dan 100 cft = 2,83 M3 maka besar GRT adalah adalah total ruangan dalam cubic
feet dibagi 100.
Net register ton adalah ruangan yang tersedia untuk barang dan penumpang atau
juga daya angkut kapal yang dinyatakan dalam volume. NRT merupakan GRT
1. Ruang untuk bunker dan air
2. Ruang kemudi
3. Ruang mesin dan terowongan poros
4. Ruang nakhoda dan ruang anak buah kapal
5. Ruang jangkar
6. Ruang air ballast
7. Ruang perbekalan
Salah satu ukuran untuk besar kapal adalah panjang kapal, yang berpengaruh
dalam penyediaan tempat untuk sandar. Panjang kapal dinyatakan dalam length
over all (LOA) dan long between perpendiculars (LBP). LOA adalah panjang kapal secara keseluruhan yang diukur dari ujung depan (haluan) sampai ujung
belakang (burutan). LBP (panjang garis air) adalah panjang antara kedua ujung
design load water line pada titik perpotongan haluan dan poros kemudi. Soedjono
(2001 hal 41).
II.5.2 Jenis Kapal
Sesuai dengan fungsinya, kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe
sebagai berikut :
1. Kapal penumpang
Bagi Negara kepulauan yang memiliki taraf hidup yang relatif rendah, kapal
penumpang mempunyai peranan yang sangat penting. Jarak antar pulau yang
relative dekat masih bisa dilayani dengan kapal penumpang. Di Indonesia sendiri,
banyak beroperasi kapal-kapal ferri yang memungkinkan mengangkut mobil, bis,
dan truk bersama-sama dengan penumpangnya.
2. Kapal barang
Kapal barang dibuat khusus untuk mengangkut barang. Pada umumnya kapal
barang mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada kapal penumpang. Bongkar
muat barang bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara vertical maupun
horizontal. Bongkar muat barang secara vertikal atau yang sering disebut lift
on/lift off (Lo/Lo) dilakukan dengan keran kapal, keran mobil dan /atau keran
tetap yang ada didermaga. Pada bongkar muat yang secara horizontal atau yang
sering disebut dengan roll on/rool off (Ro/Ro) barang-barang diangkut dengan
menggunakan truk.
Kapal ini juga dapat dibedakan menjadi beberapa macam sesuai dengan barang
yang diangkut seperti biji-bijian, barang-barang yang dimasukkan dalam peti
kemas (container) benda cair (minyak,bahan kimia,gas alam dan lain sebagainya).
1. Kapal barang umum (general cargo ship)
Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan umum (general cargo).
Muatan itu bisa terdiri dari bermacam-macam barang yang dibungkus dalam peti,
karung, dan sebagainya yang dikapalkan oleh banyak pengirim untuk banyak
penerima dibeberapa pelabuhan tujuan.
Kapal-kapal jenis ini antara lain :
ton. Kapal peti kemas yang paling besar mempunyai panjang 300 meter
untuk 3600 peti kemas berrukuran 20 ft (6 m).
b. Kapal dengan bongkar muat secara horizontal (roll on/roll off) untuk
transport truk, mobil dan kendaraan lainnya.
2. Kapal barang curah (bulk cargo ship)
Kapal ini digunakan untuk mengangkut muatan curah yang dikapalkan dalam
jumlah yang besar sekaligus. Kapal jenis ini yang terbesar mempunyai kapasitas
175.000 DWT dengan panjang 330 m, lebar 48,5 m dan sarat 18,5 m.
3. Kapal tanker
Kapal ini digunakan untuk mengangkut minyak yang umumnya mempunyai
ukuran yang sangat besar. berat yang bisa diangkut bervariasi antara beberapa ribu
ton sampai ratusan ribu ton. Kapal terbesar bisa mencapai 555.000 DWT. Karena
barang cair yang ada didalam ruangan kapal dapat bergerak secara horizontal,
sehingga dapat membahayakan stabilitas kapal, maka ruangan kapal dibagi
menjadi beberapa kompartemen (ruangan) yang berupa tangki-tangki. Dengan
pembagian ini maka tekanan zat cair dapat dipecah sehingga tidak membahayakan
stabilitas kapal. Namun demikian diperlukan banyak pompa untuk menyalurkan
minyak-minyak masuk dan keluar kapal.
4. Kapal khusus (special design ship)
Kapal ini dibuat khusus untuk mengangkut barang tertentu seperti daging yang
diangkut dalam keadaan beku, kapal yang mengangkut gas alam cair (liquifed
Disamping kapal-kapal yang telah disebutkan diatas, masih ada jenis kapal
lainnya seperti kapal penangkap ikan, kapal kerja (misalnya kapal tunda, kapal
suplai, kapal keran apung, kapal pemancang tiang dan kapal keruk), kapal pesiar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Umum
Metodologi penelitian adalah langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, data yang diperlukan adalah
berupa data primer dan data sekunder dari dinas terkait. Pengumpulan data primer
dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan dilakukan selama 6 hari
yakni tanggal 21 oktober 2013 sampai tanggal 26 oktober 2013. Adapun
langkah-langkah dan teknik pembahasan yang dilakukan yaitu :
a. Studi literatur yaitu mengumpulkan kajian literature yang berhubungan
dengan tugas akhir ini, yang bersumber dari buku serta referensi jurnal
sebagai pendekatan teori maupun sebagai perbandingan untuk mengkaji
penelitian ini.
b. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang terdiri
dari karakteristik kapal yang beroperasi, panjang dan jumlah dermaga saat
ini, jumlah muatan per kapal (barang maupun orang), tingkat pemanfaatan
dermaga, fasilitas darat yang digunakan yaitu terminal tunggu, lapangan
penumpukan atau gudang, kantin, parkir serta fasilitas-fasilitas lainnya.
c. Pengolahan data dengan melakukan pengelompokan data untuk memeriksa
kelengkapan data.
d. Menganalisa data-data yang diperoleh. Analisa yang dilakukan meliputi :
• Dari data karakteristik kapal diperoleh nama dan jenis kapal yang
rata-rata kapal, waktu tunggu kapal dan muatan, serta jumlah rata-rata-rata-rata
muatan dari kapal yang beroperasi.
• Dari data jenis kapal dan jumlah kapal yang berkunjung, dapat
ditentukan tingkat pemanfaatan dermaga. Dari tingkat pemanfaatan
dermaga tersebut dapat kemudian ditentukan kelayakan ukuran
dermaga pelabuhan penyeberangan sibolga.
• Dari data fasilitas darat pelabuhan dapat ditentukan daya tampung
dan kapasitas orang maupun barang tiap bangunan. Untuk
mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan transportasi laut,
sebagai instrumen perencanaan untuk menggambarkan kondisi
yang ingin dicapai dimasa yang akan datang serta sebagai
instrumen pemantauan (monitoring) dan evaluasi pelayanan untuk
pelaksanaan kegiatan bongkar maupun muat orang/barang di
Secara keseluruhan kegiatan penyusunanan tugas akhir ini dapat digambarkan
dalam bagan alir yang yang terlihat pada gambar 3.1 dibawah ini.
Mulai
Jenis kapal, karakteristik kapal
Ukuran dermaga
Fasilitas – fasilitas darat
Analisis
Menentukan jumlah kunjungan kapal dalam sehari, ukuran rata-rata kapal
yang berlabuh, jumlah muatan kapal rata-rata yang beroperasi dan lama melakukan bongkar maupun muat barang dan orang.
Melihat kelayakan ukuran dermaga saat ini melalui tingkat pemanfaatan
dermaga yang dilihat berdasarkan ukuran kapal dan jumlah kunjungan kapal dalam satu hari.
Kelayakan fasilitas-fasilitas darat pelabuhan berdasarkan parameter yang
ada.
III.2 Lokasi Studi
Pelabuhan Sibolga yang terletak di Kabupaten Tapanuli Tengah,
Kotamadya Sibolga, Propinsi Sumatera Utara adalah merupakan salah satu
pelabuhan laut yang berperan penting bagi lalu lintas transportasi laut untuk
mobilitas penumpang, barang dan jasa dari atau ke Kota Sibolga-Pulau Nias,
demikian pula untuk mobilisasi penumpang, barang dan hewan ke luar Propinsi
Sumatera Utara yang dilakukan secara terjadwal setiap hari. Pelabuhan sibolga
memiliki luas 68.358 m2 dengan posisi dermaga kargo pada koordinat
010.43’.44,80” – 010.43’.45,65” LU dan 980.46’.57,70” – 98046’.59,72” BT
dengan batas-batas daerah lingkungan kerja perairan pelabuhan seluas ± 3.573,5
Ha pada koordinat dimulai dari 010.43’.10” – 010.43’.02” LU dan 980.43’.41” –
98043’.12” BT. Pelabuhan ini dikelola oleh PT. (persero) Pelabuhan Indonesia I,
yang berkantor pusat di JL. Krakatau ujung No. 100 Medan 20241 Sumatera
Utara dan kantor cabang di Jl. Horas Sibolga 22532.
Pelabuhan sibolga memiliki dua buah dermaga jenis trestel yang
memiliki ukuran 103,5 M × 15,5 M dan 35 M × 10,2 M untuk dermaga ferry.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar peta lay out pelabuhan sibolga
Gambar 3.1 Peta lay out pelabuhan sibolga
III.3 Pengumpulan Data Sekunder
Dalam studi analisis kelayakan ukuran panjang dermaga dan tingkat
pelayanan pelabuhan penyeberangan sibolga, diperlukan data-data yang
berhubungan dengan studi ini, yang digunakan untuk analisis lebih lanjut. Adapun
tujuan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data
sekunder dari pelabuhan penyeberangan sibolga yang menjadi objek penelitian
dermaga pelabuhan dan tingkat pelayanan pelabuhan yang dilihat berdasarkan
fasilitas darat pelabuhan.
Data – data sekunder yang dibutuhkan diperoleh dari PT. (persero)
Pelabuhan Indonesia I adalah karakteristik kapal, jenis kapal, ukuran kapal,
jumlah kedatangan kapal rata-rata dalam satu hari, lama melakukan bongkar muat
barang maupun orang, jumlah dan ukuran dermaga saat ini dan fasilitas darat
pelabuhan (gedung terminal tunggu penumpang, parkir, gudang penumpukan,
gedung peribadatan, kantin, gedung kesehatan, areal generator, dan areal air
bersih)
III.4 Analisis
Setelah diperoleh hasil data dari lapangan maka data tersebut akan di
analisa. Adapun hasil analisa pada penelitian ini adalah untuk mencari volume
kunjungan kapal yang bersandar, jumlah muatan barang maupun orang dalam satu
kapal dan tingkat pelayanan pelabuhan berdasarkan fasilitas darat pelabuhan.
Tingkat pelayanan berdasarkan fasilitas darat dilihat dari kondisi sebenarnya
faslitas darat yang disediakan pihak pelabuhan kemudian membandingkannya
dengan standart fasilitas yang dikeluarkan oleh menteri perhubungan berdasarkan
peraturan menteri yang ada. Dari volume kunjungan kapal dipelabuhan sibolga,
dapat diperoleh ukuran kelayakan panjang dermaga saat ini dengan menggunakan
analisis Berth Occupation Ratio (BOR). Menggunakan analisis ini dapat
ditentukan berapa persen tingkat pemakaian dermaga pada pelabuhan