TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA
USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
NIM : 090200361
Eri Lukmanul Hakim P
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA
USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
NIM : 090200361
Eri Lukmanul Hakim P
Disetujui oleh:
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum
Pembimbing I
Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS
Pembimbing II
Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul
“TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL
MELALUI PT. BANK SUMUT MEDAN”.
Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima-kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum
Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, selaku Dosen Pembimbing I Penulis.
4. Ibu Rosnidar Sembring, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta semua unsur staf administrasi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
6. Rekan-rekan se-almamater di Fakultas Hukum khususnya dan Umumnya
7. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terima-kasih yang tiada
terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda, semoga kebersamaan yang kita jalani ini
tetap menyertai kita selamanya.
8. Demikianlah penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN BANK DALAM KEGIATAN USAHANYA ... 12
A. Fungsi dan Peranan Bank Secara Umum ... 12
B. Pertanggungjawaban Bank Dalam Menjalankan Usahanya... 17
C. Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Oleh PT. Bank Sumut Medan... 22
BAB III TINJAUAM UMUM PERJANJIAN KREDIT USAHA KECIL ... 25
C. Tujuan dan Fungsi Pemberian Kredit Usaha Kecil ... 29
D. Bentuk-Bentuk Kredit Usaha Kecil ... 32
BAB IV PEMBERIAN PINJAMAN KREDIT USAHA KECIL OLEH PT BANK SUMUT MEDAN ... 34
A. Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya PT. Bank Sumut ... 34
B. Struktur dan Organisasi PT. Bank Sumut Medan ... 37
C. Prosedur Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Sumut ... 45
D. Kelayakan Jaminan Untuk Mendapatkan Kredit Melalui PT. Bank Sumut ... 55
E. Akibat Hukum Wanprestasi Pada Bank Sumut ... 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT
Pengaturan pelaksanaan pemberian kredit oleh bank dikenal dengan sebutan
manajemen perkreditan bank. Manajemen perkreditan bank adalah kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank, supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya tetap sehat. Termasuk kegiatan di dalamnya yaitu perencanaan, alokasi dan kebijaksanaan penyaluran kreditnya. Pelaksanaan kredit yang diberikan oleh bank sangat berarti bagi masyarakat. Dengan adanya fungsi dan tujuan yang baik bagi masyarakat maka bank sebagai penyelenggara kredit menyediakan berbagai jenis kredit yang dibedakan menurut tujuan kegunaan, jangka waktu, macam, sektor perekonomian, agunan, golongan ekonomi, serta penarikan dan pelunasan. Salah satu jenis kredit yang dilaksanakan oleh bank yang berkaitan langsung dengan kegiatan perekonomian rakyat yaitu pemberian kredit kepada nasabah yang memiliki sektor usaha kecil dan menengah.
Permasalahan skripsi ini adalah bagaimana prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank Sumut Medan, bagaimana kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT. Bank Sumut Medan dan bagaimana akibat hukum wanprestasi pada PT. Bank Sumut Medan.
Metode analisis yang dipergunakan adalah studi kepustakaan dalam bentuk analisis yuridis normatif.
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan pemberian kredit bagi usaha kecil dilakukan oleh pihak Perbankan tidak didasarkan kepada besar dan jumlah jaminan yang diberikan oleh pengusaha kecil tetapi atas layak tidaknya usaha kecil tersebut dibiayai oleh bank. Proses pengikatan jaminan dalam kredit usaha kecil ini dimulai dengan tahapan proses pengajuan permohonan kredit oleh pengusaha ekonomi kecil kepada pihak perbankan, dan apabila ditinjau permohonan tersebut layak, maka barulah diadakan suatu kesepakatan antara pihak bank dengan debitur tentang hal-hal pokok yang diatur dalam perjanjian kredit. Akibat yang timbul apabila terjadi wanprestasi maka jika pihak yang melakukan wanprestasi tersebut adalah pihak debitur, maka pemegang hak tanggungan yang dalam hal ini Bank berhak menjual obyek hak tanggungan tersebut dengan cara lelang. Upaya yang dilakukan jika timbul wanprestasi ini adalah dengan melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan pihak debitur apabila tidak tercapai jalan musyawarah maka dilakukan penyerahan kredit yang bermasalah tersebut kepada Panitia Urusan Piutang Negara untuk diselesaikan dengan menjual hak jaminan yang ada.
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT
Pengaturan pelaksanaan pemberian kredit oleh bank dikenal dengan sebutan
manajemen perkreditan bank. Manajemen perkreditan bank adalah kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank, supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya tetap sehat. Termasuk kegiatan di dalamnya yaitu perencanaan, alokasi dan kebijaksanaan penyaluran kreditnya. Pelaksanaan kredit yang diberikan oleh bank sangat berarti bagi masyarakat. Dengan adanya fungsi dan tujuan yang baik bagi masyarakat maka bank sebagai penyelenggara kredit menyediakan berbagai jenis kredit yang dibedakan menurut tujuan kegunaan, jangka waktu, macam, sektor perekonomian, agunan, golongan ekonomi, serta penarikan dan pelunasan. Salah satu jenis kredit yang dilaksanakan oleh bank yang berkaitan langsung dengan kegiatan perekonomian rakyat yaitu pemberian kredit kepada nasabah yang memiliki sektor usaha kecil dan menengah.
Permasalahan skripsi ini adalah bagaimana prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank Sumut Medan, bagaimana kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT. Bank Sumut Medan dan bagaimana akibat hukum wanprestasi pada PT. Bank Sumut Medan.
Metode analisis yang dipergunakan adalah studi kepustakaan dalam bentuk analisis yuridis normatif.
Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan pemberian kredit bagi usaha kecil dilakukan oleh pihak Perbankan tidak didasarkan kepada besar dan jumlah jaminan yang diberikan oleh pengusaha kecil tetapi atas layak tidaknya usaha kecil tersebut dibiayai oleh bank. Proses pengikatan jaminan dalam kredit usaha kecil ini dimulai dengan tahapan proses pengajuan permohonan kredit oleh pengusaha ekonomi kecil kepada pihak perbankan, dan apabila ditinjau permohonan tersebut layak, maka barulah diadakan suatu kesepakatan antara pihak bank dengan debitur tentang hal-hal pokok yang diatur dalam perjanjian kredit. Akibat yang timbul apabila terjadi wanprestasi maka jika pihak yang melakukan wanprestasi tersebut adalah pihak debitur, maka pemegang hak tanggungan yang dalam hal ini Bank berhak menjual obyek hak tanggungan tersebut dengan cara lelang. Upaya yang dilakukan jika timbul wanprestasi ini adalah dengan melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan pihak debitur apabila tidak tercapai jalan musyawarah maka dilakukan penyerahan kredit yang bermasalah tersebut kepada Panitia Urusan Piutang Negara untuk diselesaikan dengan menjual hak jaminan yang ada.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya
pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Sesuai dengan apa yang tersebut dalam Undang Undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 bagian menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut,
pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian,
keselamatan dan kesinambungan berbagai unsur pembangunan termasuk di sektor
ekonomi dan keuangan.
Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas
dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh
kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
Peningkatan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia di sektor ekonomi
dan keuangan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan peran serta
banyak pihak dalam pelaksanaannya, termasuk di dalamnya yaitu pemerintah,
masyarakat dan para pelaku bisnis salah satunya yaitu bank.
Pada masa sekarang bank telah merasuk kedalam sendi kehidupan
masyarakat. Bank dibutuhkan secara langsung maupun tidak langsung, untuk
skala nasional maupun internasional. Bank yang banyak memberi kemudahan dan
pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ini ditegaskan pula dengan Undang
Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 bagian menimbang huruf (b) bahwa
dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa
bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin
kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian
kebijakan di bidang ekonomi, termasuk Perbankan. Pengertian perbankan adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu pula, dengan
meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang, maka dunia perbankan
dituntut untuk lebih meningkatkan peranannya, baik dalam mobilisasi tabungan
disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang terus meningkat yang memang
memerlukan dana yang semakin besar.
Tantangan dunia perbankan dan lembaga keuangan lainnya semakin besar,
untuk itu Pemerintah bersama-sama lembaga perbankan terus memantapkan diri
untuk menjawab tantangan tersebut. Pemerintah telah menempuh berbagai
kebijaksanaan penyesuaian di sektor moneter dan perbankan, yang biasa disebut
dengan deregulasi dan debirokratisasi. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah disesuaikan dengan kondisi perbankan yang dialami, kondisi
perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga periode, pertama,
periode Undang-Undang No. 14/1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, kedua,
Era Undang-Undang No. 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang No. 10/1998, ketiga, adalah pasca krisis moneter 1997.1
Kebijaksanaan tersebut telah ditempuh secara bertahap sesuai dengan
keadaan dan perkembangan untuk mewujudkan suatu industri perbankan yang
sehat, efisien dan tangguh. Dampak resesi ekonomi dunia yang terasa
dimana-mana tidak terkecuali juga di Indonesia mengakibatkan pemerintah mengambil
tindakan penyelamatan demi kelangsungan pembangunan nasional. Berbagai
langkah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah guna meningkatkan kembali
1
pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni melalui penggalangan dan pergerakan
berbagai macam potensi usaha.
Dalam hal ini, peranan perbankan dalam pembangunan ekonomi Indonesia
dituntut agar lebih aktif dan efektif untuk mendorong investasi, mendorong
kewirausahaan dalam berbagai macam komoditi usaha. Peranan yang diharapkan
dari perbankan nasional berpengaruh kepada dunia perbankan yang memiliki
fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga
yang bertujuan mendukung perlaksanaan pembangunan nasional.
Adanya peranan yang demikian membawa konsekuensi bawa perbankan
nasional dituntut untuk selalu dapat memberikan kemanfaatan yang
sebesar-besarnya guna meningkatkan sehingga tercipta stabilitas nasional yang mengarah
kepada peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di
Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini mengeluarkan kebijaksanaan terhadap
dunia perbankan, salah satunya yaitu pelaksanaan pemberian kredit. Berdasar
Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan,
menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
Pengaturan pelaksanaan pemberian kredit oleh bank dikenal dengan
sebutan manajemen perkreditan bank. Manajemen perkreditan bank adalah
kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank, supaya produktif, aman, dan giro
wajib minimalnya tetap sehat. Termasuk kegiatan di dalamnya yaitu perencanaan,
alokasi dan kebijaksanaan penyaluran kreditnya.2
Pelaksanaan kredit yang diberikan oleh bank sangat berarti bagi
masyarakat. Dengan adanya fungsi dan tujuan yang baik bagi masyarakat maka
bank sebagai penyelenggara kredit menyediakan berbagai jenis kredit yang
dibedakan menurut tujuan kegunaan, jangka waktu, macam, sektor perekonomian,
agunan, golongan ekonomi, serta penarikan dan pelunasan.3
Penyaluran kredit usaha kecil oleh Bank Sumut tentunya didasari oleh
suatu perjanjian kredit, tetapi disebabkan penerima kredit adalah usaha kecil maka
tentunya ada hal-hal yang secara spesifik diberlakukan seperti perihal jaminan.
Hal ini disebabkan pengusaha kecil kesulitan mendapatkan kredit dengan adanya
jaminan. Di satu sisi lainnya Bank Sumut dalam pemberian kredit tentunya
memiliki kepentingan pengamanan dana kreditnya tersebut dengan meminta Salah satu jenis kredit
yang dilaksanakan oleh bank yang berkaitan langsung dengan kegiatan
perekonomian rakyat yaitu pemberian kredit kepada nasabah yang memiliki sektor
usaha kecil dan menengah.
2
Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008, hal 88.
3
jaminan. Kondisi dari keadaan ini tentunya menjadi suatu hal yang menarik untuk
dikaji lebih lanjut dalam bentuk penulisan skripsi.
Kredit usaha bagi usaha kecil dan menengah termasuk ke dalam kredit
yang produktif. Walaupun begitu, dalam setiap pelaksanaan kredit tetap terdapat
tata cara pelaksanaan dan kendala-kendala yang dialami. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengangkat dan mengulas permasalahan tersebut dalam suatu
bentuk skripsi dengan judul ”Tinjauan Yuridis Pemberian Kredit Kepada Usaha
Kecil Melalui PT. Bank Sumut”.
B. Permasalahan
Setiap pelaksanaan penelitian penting diuraikan permasalahan karena
dengan hal yang demikian dapat diketahui pembatasan dari pelaksanaan penelitian
dan juga pembahasan yang akan dilakukan.
1. Bagaimana prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank
Sumut Medan?
2. Bagaimana kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT. Bank
Sumut Medan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT.
Bank Sumut Medan.
2. Untuk mengetahui kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT.
Bank Sumut Medan.
3. Untuk mengetahui akibat hukum wanprestasi pada PT. Bank Sumut Medan.
D. Manfaat Penulisan
Sedangkan yang menjadi manfaat penelitian dalam hal ini adalah:
a. Secara teoritis untuk menambah literatur tentang perkembangan hukum
perdata dalam kaitannya dengan masalah perjanjian kredit bank.
b. Secara praktis ini juga diharapkan kepada masyarakat dapat mengambil
manfaatnya terutama dalam hal mengetahui akibat hukum dalam perjanjian
kredit bank.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Sifat/materi penelitian
adalah bersifat deksriptif analisis mengarah pada penelitian yuridis normatif, yaitu
suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis
atau bahan hukum yang lain.4
2. Sumber data
Sumber data penelitian ini diambil berdasarkan data sekunder. Data
sekunder didapatkan melalui:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni seperti
KUH Perdata, serta Undang Undang Nomor 7 tahun 1992 Jo. Undang Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan hukum dan
sebagainya.
c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup:
1) Bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan
terhadap hukum primer dan sekunder.
2) Bahan-bahan primer, sekunder dan tertier (penunjang) di luar bidang
hukum seperti kamus, insklopedia, majalah, koran, makalah, dan
sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.
4
3. Alat pengumpul data
Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan.
4. Analisis data
Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, studi
dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian ini menggunakan analisa
kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan tentang
teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari teori-teori tersebut dapat ditarik
beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.
F. Keaslian Penulisan
Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Pemberian
Kredit Kepada Usaha Kecil Melalui PT. Bank Sumut” ini merupakan luapan dari
hasil pemikiran penulis sendiri. Penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan
skripsi lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa Bab, dimana dalam bab
bentuk uraian:
Bab I. Pendahuluan
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti penelitian
pada umumnya yaitu, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian
Penulisan, serta Sistematika Penulisan.
Bab II. Tinjauan Umum Tentang Pertanggungjawaban Bank Dalam Kegiatan
Usahanya
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang: Fungsi dan
Peranan Bank Secara Umum, Pertanggungjawaban Bank Dalam
Menjalankan Usahanya serta Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil
Oleh PT. Bank Sumut Medan.
Bab III. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit Usaha Kecil
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang: Pengertian dan
Dasar Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil, Prinsip-Prinsip
Pengakuan Kredit Usaha Kecil, Tujuan dan Fungsi Pemberian Kredit
Usaha Kecil, serta Bentuk-Bentuk Kredit Usaha Kecil.
Bab IV. Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Oleh PT. Bank Sumut
Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan terhadap: Sejarah
Singkat dan Tujuan Berdirinya PT. Bank Sumut Medan, Struktur dan
Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Sumut Medan, Jaminan Untuk
Mendapatkan Kredit Melalui PT. Bank Sumut Medan serta Akibat
Hukum wanprstasi pada PT. Bank Sumut Medan.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Bab ini adalah bab kesimpulan dan saran, yang merupakan bab
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN BANK
DALAM KEGIATAN USAHANYA
A. Fungsi dan Peranan Bank Secara Umum
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
Bank tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga
stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak
artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas
moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap
stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar
yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah
satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem
keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal.
Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi
stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.
Fungsi dan peranan bank secara umum adalah:
maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber,
yaitu:
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu
pendirian.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha
perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
c. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari
pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang
sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi
persyaratan. Mungkin Anda pernah mendengar beberapa bank dilikuidasi
atau dibekukan usahanya, salah satu penyebabnya adalah karena banyak
kredit yang bermasalah atau macet.
2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan,
pemilikan harta tetap.
3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas
pembayaran uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain
pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.5
Adapun secara spesifik bank bank dapat berfungsi sebagai agent of trust,
5
Uki Hary's Blog, “Peran dan Fungsi Bank Secara Umum”,
Diakses tangga; 16
agent of develovment dan agen of services. 1. Agent Of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan
perbankkan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun
penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank
apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan
baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini
akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting dibangun
karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik
dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran
dana tersebut.
2. Agent Of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.
Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi
lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi,
serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi ,
distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah
3. Agent Of Services
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.
Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga
memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa
yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian
masyarakat secara umum.6
Dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam
sistem keuangan, yaitu :
1. Pengalihan Aset (asset transmutation)
Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit devisit. Dimana
sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu
unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan
pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang likuid
dari unit surplus (lender) kepada unit defisit (borrower). 2. Transaksi (transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi. Dalam ekonomi modern, trnsaksi barang dan jasa tidak
pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu produk-produk yang
6
dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, depsito, saham dan sebagainya)
merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
3. Likuiditas (liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk
produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk-produk
tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda.
Untuk kepentingn likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya
sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank
memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami
surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami
kekurangan likuiditas.
4. Efisiensi (efficiency)
Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna
modal tanpa mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan
mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi
yang tidak simetris (asymmetric information) antara peminjam dan investor
menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk
memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas peran bank dalam hal
ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk
menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya
B. Pertanggungjawaban Bank Dalam Menjalankan Usahanya
Untuk meningkatkan perekonomian negara, sektor perbankan memberikan
peran yang begitu penting sehingga perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan
peraturan dan sistem yang mengacu ke arah itu, dengan harapan kebijakan yang
diambil mampu menciptakan semacam the level playing field bagi semua pemain
di bidang perbankan.7 Marcia Stigum, ahli perbankan juga menyatakan usaha
perbankan adalah usaha yang sarat atau paling banyak diatur oleh peraturan
perundang-undangan dan aturan kebiasaan yang telah diterima secara
internasional.8
Hal ini disebabkan keberadaan nasabah, sehingga mengundang pemerintah
melakukan intervensi ke dalam dunia perbankan dengan tujuan, melindungi
nasabah dari kecurangan dan penindasan oleh bank, melindungi nasabah dari
ketidaksempurnaan pasar keuangan serta melindungi nasabah satu sama lain dan
melindungi nasabah itu sendiri.
9
Setiap negara yang melakukan pembangunan, tentu memerlukan dana
untuk membiayai pembangunan itu.10
7
Zulkarnain Sitompul, Sitompul, Zulkarnain, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002. hal. 296.
Sedangkan dana tersebut dapat ditempuh
8
Gunarto Suhardi, Usaha Meningkatkan Kinerja & Kepatuhan Perbankan Di Indonesia, Yogyakarta: Andi Offset, 2004. hal. 7.
9
Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Bandung: Books Terrace & Library, 2007. hal. 11.
10
dengan jalan menghimpun/menarik dana-dana yang ada pada masyarakat dalam
bentuk tabungan.11 Oleh karena itu, bank bertanggung jawab terhadap
keselamatan uang yang dipercayakan kepadanya.12
Tanggung jawab bank dapat juga diperinci sebagai berikut:13
1. Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar oleh nasabah
seperti cek, pengiriman uang, bills of exchange dan instrumen perbankan
lainnya
2. Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank tersebut apabila
dimintakan oleh pihak nasabah
3. Meminjamkan uang kepada nasabah
4. Menjaga kerahasiaan terhadap account dari nasabah dalam hubungan dengan
kerahasiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh perundang-undangan
5. Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada kewajiban moral bagi
bank untuk membuat rekening tersebut berpisah satu sama lain
6. Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang reasonable
untuk menutup rekening tersebut.
Dalam menghimpun dana masyarakat, produk bank yang sangat populer
dikalangan masyarakat dan dunia perbankan yaitu giro, tabungan dan deposito.
Oleh karena itu, perbankan harus berkembang secara wajar sehingga pelayanan
11
Ibid., hal. 42.
12
Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 43.
13
jasa perbankan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Karena Bank
bertanggung jawab secara penuh terhadap segala produk yang mereka keluarkan,
maka timbul pertanyaan siapa yang menanggung beban tanggung jawab apabila
suatu bank mengalami kegagalan.14
Pasal 21 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan
menyebutkan bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa Perseroan Terbatas
(PT), Koperasi dan Perusahaan Daerah. Perbankan di Indonesia banyak memakai
bentuk hukum PT yang mengacu pada Undang-Undang No.40 Tahun 2007.
Menurut Rudy Prasetya, PT mempunyai tiga karakteristik dominan, yaitu:15
1. Pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta
kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi.
2. Sifat mobilitas atas hak penyertaan
3. Prinsip pengurusan oleh organ.
Bank yang berbentuk PT mempunyai tiga lembaga atau institusi pengurus,
yakni:
1. Komisaris yaitu suatu lembaga yang terdiri dari dua atau lebih orang yang
mewakili pemegang saham yang tugasnya mengawasi, memberikan nasehat
dan dalam hal tertentu memberikan persetujuan.
2. Direksi, yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa direktur lainnya.
14
Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 281.
15
Direksi inilah yang sehari-harinya melaksanakan tugas sebagai pengurus bank.
3. RUPS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi bank yang
berbentuk PT. Organ inilah yang memilih dan menetapkan siapa yang menjadi
komisaris dan Direksi dalam PT.
Bank harus menyandang reputasi yang baik agar bisa menduduki posisi
yang kuat dalam perebutan dana. Bank yang hanya menawarkan bunga tinggi, tapi
memiliki citra buruk dan berkinerja buram akan menjadi pecundang di tengah
persaingan yang ketat. Di samping itu, hubungan kepercayaan yang timbul dari
prinsip duty of care merupakan suatu aspek yang lazim dari hubungan antara bank dengan debiturnya. Hal ini dapat menghasilkan nasabah loyal, yang harus
diberikan pelayanan yang berbeda dengan nasabah lain.
Loyalitas nasabah timbul bukan sekedar soal harga, namun karena adanya
functional benefit dan emotional benefit yang diperoleh nasabah dari banknya. Oleh karena itu, pengurus bank harus menjalankan prinsip fiduciary duty. Dasar dari kewajiban fiducia adalah kewajiban untuk loyal (duty of loyality) yang berarti
bahwa seorang pemegang fiducia tidak dibenarkan mengorbankan kepentingan
pemberi fiducia (beneficiary) dengan mendahulukan kepentingannya sendiri.
Pemegang fiducia wajib melaksanakan duty of care. Dan pengurus dianggap telah
memenuhi kewajibannya menjalankan prinsip duty of care apabila mereka telah
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
berdasarkan informasi yang mereka percaya didasari oleh keadaan yang tepat.
2. Secara rasional mempercayai bahwa keputusan bisnis di buat untuk
kepentingan terbaik oleh perusahaan.
Sedangkan salah satu tolak ukur untuk menetapkan apakah suatu kerugian
disebabkan oleh keputusan bisnis (business judgement) yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah:
1. Memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa
informasi tersebut benar
2. Tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad
baik
3. Memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil
adalah yang terbaik bagi perusahaan.
Prinsip duty of care diterapkan secara lebih ketat dalam industri perbankan. Hal ini mengingat organ perusahaan bertanggung jawab secara penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan Anggaran
Dasar. Di samping itu, hukum perbankan secara tegas juga mengatur bahwa
pemilik bank bertanggung jawab penuh atas kewajiban bank apabila mereka ikut
menyebabkan terjadinya kebangkrutan. Hal ini menimbulkan konsekuensi hukum,
antara lain:
bertanggung jawab secara pribadi.
2. Komisaris, direksi atau pejabat eksekutif lainnya yang bukan pemegang saham
juga ikut bertanggung jawab secara pribadi karena tidak mengurus bank sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Namun, hal tersebut belum menunjukkan pertanggungjawaban bank
terhadap pengembalian keuangan nasabah bila terjadi Bank Gagal. Sehingga bank
wajib menjadi anggota LPS, dimaksudkan untuk melindungi penabung yang pada
umumnya berasal dari kalangan menengah ke bawah.
C. Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Oleh PT. Bank Sumut Medan
Bank Sumut terus mendorong keberadaan dan memberdayakan pelaku
Usaha Mikro Kecil (UMK), sebab peranannya sangat besar. Salah satu
peranannya membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan
menurunkan pengangguran.
Sebagian usaha mikro kecil tak memerlukan tenaga kerja yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi, serta tidak membutuhkan investasi besar karena sarana
produksinya relatif sederhana sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Sebagai bukti kepedulian Bank Sumut terhadap UMK, telah menjalankan
kredit mikro pola grameen bank dengan nama Kredit Sumut Sejahtera (KSS),
perempuan dari keluarga pra sejahtera, yang memiliki usaha mikro produktif dan
berpotensi untuk berkembang di masa mendatang.
Selain itu, Bank Sumut juga meluncurkan kredit mikro Sumut Sejahtera II,
yang merupakan hasil kerjasama dengan SBFIC Jerman. Kredit itu plafonnya
mulai Rp 5 juta - Rp 50 juta. Bank Sumut juga telah meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang sangat dibutuhkan pelaku UMKM dengan plafon Rp 50 juta -
Rp 500 juta.
Terkait kegiatan Bank Sumut Expo 2012, telah menjadi agenda tetap setiap
tahun, sebagai wujud kepedulian dan dukungan terhadap program Pemprovsu
dalam meningkatkan peran sektor UMK guna mendorong peningkatan
perekonomian Sumut.
Tahun ini merupakan UMK Expo ke-5 dengan peserta berasal dari nasabah
seluruh kantor cabang PT Bank Sumut, dan diikuti mitra binaan dari Dina
Koperasi dan UKM Provsu dan Medan, Dinas Pendidikan Medan, Kadin
Sumut,Cikal USU, SMK-SMK se Kota Medan dan masyarakat pelaku UMK
lainnya.
Kemudian berdasar laporan kinerja perbankan di Sumut, pada posisi
Agustus 2012, penyaluran kredit UMKM menunjukkan pertumbuhan sebesar
12,45 persen, jika dibanding secara year on year, yakni dari Rp 26,83 triliun
Pertumbuhan tertinggi dialami kredit menengah yang tumbuh 23,27persen
secara year on year, diikuti kredit mikro yang tumbuh 18,95 persen. Upaya
pengembangan UMK perlu campur tangan semua pihak sebab 2015 Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) sudah mulai diberlakukan.
Kredit usaha mikro adalah kredit modal kerja dan investasi yang diberikan
oleh Bank, bukan Bank atau Lembaga Keuangan Pelaksana (LKP) kepada usaha
mikro guna pembiayaan usaha yang produktif, dimana tujuannya untuk
meningkatkan akses usaha mikro terhadap dana pinjaman untuk pembiayaan
investasi dan modal kerja dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau.
Menurut Suhardjono Kredit Mikro adalah: “Kredit atau pembiayaan dari
Bank untuk investasi dan atau modal kerja bagi nasabah usaha mikro, baik
langsung maupun tidak langsung yang memiliki dan dijalankan oleh penduduk
miskin atau mendekati miskin dengan Kriteria penduduk miskin menurut BPS
dengan flafond kredit maksimal sebesar Rp. 50.000.000”.16
16
BAB III
TINJAUAN UMUM PERJANJIAN KREDIT USAHA KECIL
A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dalam
Pasal 1 ayat (1) dikatan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala
kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini “.
Sedangkan Pasal 1 ayat (7) Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah
mengetengahkan “ Usaha menengah adalah kegiatan sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai usaha menengah.
Sedangkan dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 :
(1)Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
a. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu
milyar rupiah).
b. Milik warga negara Indonesia.
c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
dengan usaha menengah atau usaha besar.
d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Menurut Thomas Suyatno :
Sedangkan kriteria usaha kecil menengah adalah :
1. Sekurang-kurangnya 50% dari modal disetor dimiliki oleh orang Indonesia
asli, dan sebagian besar dari tiap-tiap pengurus (dewan komisaris dan/atau
direksi) adalah orang Indonesia asli, atau sekurang-kurangnya 75% dari modal
usaha dimiliki oleh orang Indonesia asli ialah mereka yang sudah membaur
sebagai orang Indonesia asli.
2. Besar modal/kekayaan bersih usaha adalah penerima KIK dan KMKP yang
mempunyai jumlah harta (total assets) tidak melebihi Rp. 300 juta yang
berlaku untuk semua sektor ekonomi, tidak termasuk nilai tanah dan rumah
yang ditempati. Sedanglan menurut Keppres No. 29 tahun 1984, penerima
KIK dan KMKP sampai dengan Rp. 75 juta, mempunyai harta (total assets)
tidak melebihi Rp. 600 juta.17
Jaminan untuk KIK dan KMKP, pada dasarnya adalah proyek/usaha yang
dibiayai dengan kredit tersebut. Apabila nasabah memiliki jaminan tambahan
tersebut dengan maksimum 50% dari plafon kredit.
17
B. Prinsip-Prinsip Pengakuan Kredit Usaha kecil
Ruang lingkup bagi usaha mikro kecil, kredit/pembiayaan dirasa cukup
penting mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi
diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan
modal mereka. Permasalahan timbul ketika pengusaha mikro kecil tersebut
diperhadapkan kepada kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman.
Meskipun usaha mereka feasible namun sebagian besar pengusaha mengalami
kesulitan dalam penyediaan asset dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
persyaratan jaminan kredit bank.
Fasilitas kredit kepada usaha kecil atau mikro, dan Menengah diatur dan
dimiliki ketentuan serta prosedur yang berbeda, yang secara mudah dapat dilihat
dari nama skim fasilitas kredit yang akan diberikan. Oleh karena itu, sekalipun fasilitas kredit diperuntukkan kepada usaha kecil dan atau mikro, tetapi prosedur
dan tata cara pemberiannya berbeda antara kebijakan yang satu dengan yang lain.
Tercapainya peningkatan dan pengembangan Usaha Kecil/Mikro dengan
tujuan untuk dapat meningkatkan pendapatan serta membuka lapangan pekerjaan.
Pelaku usaha/Pengusaha Mikro yang dimaksud dalam skim kredit ini adalah
masyarakat yang melakukan usaha produktif di semua sektor ekonomi kecuali
sektor agribisnis, merupakan bagian dari keluarga miskin untuk dapat melepaskan
Sasaran Kredit Mikro “Utama” adalah segmen pasar kredit skala mikro
yang masih memiliki potensi untuk dibiayai dengan kredit, seperti:
a) Perorangan yang memiliki usaha didalam Sektor Ekonomi produktif.
b) Kelompok usaha yang memiliki usaha didalam Sektor Ekonomi produktif,
lebih diutamakan untuk kelompok usaha yang berada di lokasi usaha yang
sama atau saling menunjang dan atau memiliki potensi pasar ekonomi.
Menurut UU No.20 Tahun 2008 Pasal 6 yakni “Kriteria Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut :
(1)Kriteria Usaha Mikro adalah :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah)
(2)Kriteria Usaha Kecil adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus rupiah).
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasl penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua
miliyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliyar rupiah)
Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah nilai jual dari kekayaan
usaha yang dimiliki (asset) setelah dikurangi kewajibannya seperti hutang-
hutang. Yang dimaksud dengan penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih
yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun.
C. Tujuan dan Fungsi Pemberian Kredit Usaha Kecil
Prospek daripada aktivitas usaha kecil pada dasarnya sangat menunjang
sekali dari segi ekonomi, selain merupakan usaha keluarga, usaha kecil pada
dasarnya memiliki sikap kekeluargaan dan gotong royong yang tinggi. Tetapi
meskipun demikian usaha kecil dengan segala bentuknya memiliki latar belakang
masalah yang sangat kompleks seperti mutu dan kualitas produk, pemasaran, dan
juga permodalan.
Sebagai konsekuensi masalah utama dalam segala jenis usaha termasuk
usaha kecil maka perihal permodalahan adalah perihal permasalahan yang utama.
membantu permasalahan usaha kecil selain pemberian kredit lunak adalah dengan
prinsip kemitraan.
Pada dasarnya dalam hal pelaksanaan pemberian kredit maka selain adanya
jaminan atas kredit yang dimohonkan, maka terdapat persyaratan lainnya yaitu
kelayakan usaha. Dalam pelaksanaan pemberian kepada golongan ekonomi lemah
menengah maka perihal jaminan tidak mejadi alasan utama dikabulkannya
permohonan kredit. Pemberian kredit lunak kepada usaha kecil dan menengah
lebih dititikberatkan kepada kelayakan usaha dari debitur. Untuk hal yang
demikian maka pelaksanaan pemberian kredit lunak dengan studi kelayakan usaha
lebih berfokus kepada program kemitraan antara pemberi kredit (PT. Jamsostek
(Persero) Kantor Wilayah I Medan) dengan debitur.
Kemitraan sekarang ini sudah menjadi perhatian semua pihak, karena
kemitraan merupakan salah satu aspek dalam pertumbuhan iklim usaha untuk
pengembangan usaha kecil dan menengah melalui “pemberdayaan” dalam rangka
memperoleh peningkatan pendapatan dan kemampuan usaha serta peningkatan
daya saing dari usaha kecil dan menengah atau usaha besar. Pemberdayaan
tersebut disertai perbaikan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha
besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan. Dengan demikian kemitraan merupakan suatu tindakan
Dalam tindakan ada hubungan bisnis tersebut, usaha menengah atau usaha
besar tetap diberikan kesempatan yang luas untuk tetap menjalankan tujuan
usahanya dalam memperoleh keuntungan yang berkelanjutan sehingga kemitraan
itu bukanlah merupakan bentuk “Pendermaan” usaha menengah atau usaha besar
kepada usaha kecil.
Jadi tujuan kemitraan adalah untuk mengangkat usaha kecil menjadi pilar
pembangunan ekonomi karena kelemahan mendasar petani/transmigran adalah
dari segi ekonomi dan akses ke sumber permodalan dan pasar. Kelompok usaha
kecil memerlukan dorongan pemerintah dalam peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, teknologi, permodalan/kredit dan pemasaran.
Melalui kemitraan akan tercipta Transfer of Knowledge (transfer ilmu
pengetahuan) dalam hal pengalaman pengelolaan usaha yang lebih efisen dan
prosfektif bagi usaha kecil, sedangkan bagi usaha besar dan usaha menengah akan
memperoleh kontinuitas produksi atau meningkatkan kapasitas yang lebih besar.
Apabila diamati, usaha yang dikembangkan akan menghasilkan efisiensi
dan sinergi sumberdaya yang dimiliki masing-masing pihak yang bermitra
sehingga kemitraan dapat menjawab masalah Diseconomies of scale (keterbatasan
pengetahuan ekonomi) yang sering dihadapi oleh usaha besar atau usaha
menengah. Di samping itu kemitraan juga dapat memperkuat mekanisme pasar
dan persaingan usaha yang efisien dan produktif, sehingga dapat mengalihkan dari
transmigran, kemitraan jelas sangat menguntungkan karena dapat turut mengambil
manfaat pasar, modal, teknologi, manajemen dan kewirausahaan yang dikuasai
oleh usaha besar atau usaha menengah.
Dalam rangka mewujudkan kerjasama kemitraan diperlukan upaya-upaya
nyata dalam menciptakan iklim yang mampu merangsang terselenggaranya usaha
yang kokoh berdasarkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan
saling menguntungkan.
Kerjasama kemitraan dalam upaya keterkaitan usaha dilaksanakan melalui
pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan
memberikan peluang kemitraan seluas-luasnya kepada usaha kecil dan menengah
baik oleh pemerintah maupun dunia usaha.
D. Bentuk-Bentuk Kredit Usaha Kecil
Jenis-jenis usaha usaha kecil meliputi :
1. Usaha pribadi
Usaha pribadi adalah usaha orang perorangan dalam bentuk usaha kecil,
sedangkan flatfom atau batasan tentang usaha kecil ini dibatasi oleh
undang-undang.
2. Usaha Koperasi.
Usaha yang dilakukan dalam bentuk koperasi.
jenis-jenis usaha kecil tersebut :
a. Diberikan kepada nasabah usaha kecil yaitu usaha yang memiliki total asset
maksimum Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati,
b. Flatfond maksimum Rp. 250 juta untuk membiayai usaha produktif dan kredit,
c. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan flatfond kredit
sampai dengan Rp. 25 juta, tanpa melihat jenis penggunaannya untuk kegiatan
produktif atau konsumtif,
d. Usahanya layak untuk dibiayai dan bersifat padat karya,
BAB IV
PEMBERIAN PINJAMAN KREDIT USAHA KECIL OLEH PT. BANK
SUMUT
A. Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya PT. Bank Sumut
PT. Bank Sumut Medan semulanya bernama Bank pembangunan Daerah
Sumatera Utara, Bank ini didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan Akte
Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas dengan nama BPDSU.
Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun1962 tentang
ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat l Sumatera Utara Nomor 5
Tahun 1965. Modal dasar pada saat itu sebesar Rp. 100 juta dan sahamnya
dimiliki oleh pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara.Pada tanggal 16
April 1999, berdasarkan peraturan Daearah Tingkat I Sumatera Utara No.2 Tahun
1999, bentuk badan dirubah kembali menjadi perseroan terbatas dengan nama
Bank Sumut.
Perubahan tersebut dituangkan dalam Akte Pendirian Alina Hanum
Nasution SH, dan telah mendapat pengesahan dari mentri Kehakiman Republik
Indonesia dibawah Nomor C-8224 HT.01.01 TH 99, serta diumumkan dalam
berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 juli 1999. Modal dasar
pada saat itu ditetapkan sebesar Rp.400 miliar. Dan karena pertimbangan
melalui Akta No31. modal dasar ditingkatkan menjadi miliar.
PT. Bank Sumutmerupakan bank non devisa yang kantor pusatnya di jalan
Imam Bonjol No. 18 Medan. Dalam tahun 2006, Bank telah menambah I kantor
cabang pembantu, 4 kantor kas, 9 unit ATM dan 12 kantor kas yang mengalami
peningkatan status menjadi kantor cabang sedangkan kas mobil dan payment
point tidak berubah sehingga per 31 Desember 2006, Bank telah memiliki 20
kantor cabang konvensional, 21 kantor cabang pembantu, 30 kantor kas, 15 kas
mobil, I payment point, dan 29 unit ATM. Dalam tahun 2004, Bank membuka
Unit Usaha Syariah yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia Cabang
Medan dengan suratnya No. 6 / 142 / DPIP / Prz / Mdn tanggal 18 Oktober 2004.
Dalam tahun 2006, Bank juga menambah I cabang pembantu syariah sehingga per
31 Desember 2006, Bank telah memiliki 3 cabang syariah dan I kantor cabang
pembantu. Jumlah karyawan Bank pada tanggal 31 Desember 2006 adalah 2995
masing – masing berjumlah 1.218 dan 1.044 orang.
Adapun visi daripada Bank Sumut yakni menjadi bank andalan untuk
membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah
di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka
peningkatan taraf hidup rakyat dan misi daripada Bank Sumut yakni mengelola
dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada
prinsip-prinsip compliance.Statemen budaya perusahaan ini yakni memberikan
kelengkapan otonomi daerah dibidang perbankan, PT. Bank Sumut berfungsi
sebagai pengerak dan pendorong laju pembangunan di daerah,bertindak sebagai
pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai
salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha
sebagai Bank umum seperti dimaksudkan pada undang-undang nomor 7 tahun
1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998.
Penerapan standar pelayanan Bank Sumut merupakan hasil karya terbaik
dari seluruh sumber Daya Manusia yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
yang standar sehingga para nasabah dan mitra kerja merasakan layanan yang sama
dimanapun mereka berinteraksi dengan bank sumut.Sejalan dengan penerapan
standar pelayanan tersebut kualitas sumber daya manusia terus ditingkatkan
dengan melaksanakan pendidikan dan latihan dengan biaya sebesar Rp.9.565 juta
atau 6,67% dari biaya tenaga kerja. Pada tahun 2006 juga dilakukan penerapan
system penilaian manajemen kinerja kepada seluruh pejabat structural yang
bertujuan untuk lebih meningkatkan kinerja dari pejabat karena penilaian
manajemen kinerja menjadi dasar untuk memperoleh kenaikan gaji pada tahun
2007.Untuk meningkatkan pemasaran produk dan jasa perbankan serta
mendukung kegiatan operasional bank kembali direktrut 55 orang pegawai baru
melalui hasil test yang dilakukan oleh pihak konsultan penerimaan pegawai yang
pegawai baru. Tahun 2007 akan dilakukan restrukturisasi pengelolaan sumber
daya manusia dengan melakukan perubahan dari system kepangkatan/golongan
menjadi grading sehingga sistem penggajian berdasarkan grade yang telah disusun
dan kenaikan gaji tidak diberikan secara berkala namun ditentukan oleh hasil
kinerjanya yang tergambar dari nilai manajemen kinerjanya.
Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2007
dianggarkan biaya pendidikan dan latihan sebesar Rp.11.200 juta atau 5% dari
biaya tenaga kerja PT. Bank Sumut dan 6 (enam) orang pegawai akan dikirim
mengikuti pendidikan S-2 diluar negeri. Untuk jurusan human resource (SDM)
sebanyak 2 orang, teknologi informatika (IT) sebanyak 2 orang dan treasury and
finance sebanyak 2 orang.
B. Struktur dan Organisasi PT. Bank Sumut Medan
Pengorganisasian adalah suatu aktivitas yang menghasilkan suatu struktur
organisasi. Organisasi adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh
orang-orang yang bekerja didalamnya. Struktur adalah susunan dari suatu bidang
pekerjaan yang akan di duduki sesuai dengan keahlian masing-masing. Jadi
struktur organisasi adalah susunan, fungsi departemen dan posisi mereka dalam
organisasi serta hubungan antara bagian-bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya sehingga dapat tercipta suatu tim kerja yang baik dalam melaksanakan
merupakan landasan kerja bagi seluruh karyawan yang ada dalam suatu
perusahaan, dimana struktur organisasi perusahaan ini pada pokoknya
mengandung penetapan batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
masing-masing karyawan perusahaan.
Oleh sebab itu, pimpinan sebagai orang yang bertanggung jawab atas
kelangsungan organisasi haruslah mampu mengkoordinasi seoptimal mungkin,
khususnya terhadap seluruh Sumber Daya Manusia yang ada didalam baik secara
vertikal, horizontal maupun internal. Struktur organisasi yang digunakan pada PT.
Bank Sumut Cabang Utama Medan adalah berbentuk organisasi garis, dimana
kekuasaan berada di tangan dewan komisaris bersama dengan direktur.
Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab Divisi Pengawasan adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Divisi Pengawasan
Tugas Kepala Divisi Pengawasan :
a. Merumuskan kebijakan Bank dalam mengamankan harta Bank.
b. Merumuskan kebijakan Bank dalam mengawasi membina seluruh unit
kerja bank untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
c. Merumuskan program kerja Audit Tahunan dan Audit Khusus.
d. Mengusulkan kepada Direksi Rencana Kerja dan Anggaran Divisi
Pengawasan untuk dimasukkan kedalam Rencana Anggaran Tahunan,
e. Melaporkan kepada Direksi atas temuan hasil pemeriksaan.
Wewenang kepada Divisi Pengawasan :
a. Menentukan dan menetapkan ruang lingkup metode, cara prosedur , teknik
dan pendekatan audit dalam pelaksanaan audit.
b. Menyetujui dan menandatangani laporan-laporan audit yang dibuat oleh
Tim Audit setelah direview oleh setiap Kepala Bidang untuk disampaikan
kepada direksi.
c. Memanggil pejabat/staf/pagawai dari objek audit untuk diwawancarai
sehubungan adanya temuan yang merugikan bank.
d. Menandatangani atau memaraf surat-surat, memo dan laporan-laporan
lainnya sesuai kebutuhan.
e. Menilai dan menyetujui prestasi kerja pejabat/staf/ pagawai dalam
lingkungan divisi pengawasan.
Tanggung jawab kepada Divisi Pengawasan :
a. Bertanggung jawab kepada direksi atas pelaksanaan fungsi , tugas dan
wewenang divisi pengawasan.
b. Bertanggungjawab atas pelaksanaan program kerja audit tahunan dan audit
khusus yang menyangkut tugas divisi pengawasan.
c. Bertanggungjawab atas telah dilaksanakannya pedoman dan prosedur audit
didalam pelaksanaan audit yang telah dilakukan divisi pengawasan.
e. Bertanggungjawab atas hasil audit termasuk seluruh dokumen audit.
2. Kepala Bidang Pengawasan Umum
Tugas Kepala Bidang Pengawasan Umum :
Membantu Kepala Divisi menyusun;
a. Menyusun pedoman dan prosedur audit yang menyangkut Bidang
Perngawasan umum.
b. Menyusun Program kerja Audit Tahunan dan Audit Khusus (special
audit).
c. Membuat usulan anggaran biaya Bidang Pengwasan Umum untuk
dimasukkan kedalam Rencana Anggaran Tahunan, Menengah dan Panjang
Divisi Pengawasan.
d. Melengkapi dan memelihara dengan baik ketentuan dan peraturan intern
Bank Sumut serta ketentuan dan peraturan ekstern lainnya untuk
dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanan audit.
Wewenang Kepala Bidang Pengawasan Umum :
a. Bersama-sama kepala bidang lainnya di Divisi Pengwasan mengusulkan
ketua dan anggota tim Audit kepada Kepala Divisi.
b. Mereview laporan hasil audit yang dibuat oleh Tim Audit sebelum
ditandatangani oleh Kepal Divisi.
c. Memaraf surat-surat, memorandum dan laporan-laporan lainnya sesuai
d. Membuat usulan kepada Kepala Divisi untuk melakukan perbaikan sistem
Akuntansi dan Administrasi yang belum sesuai dengan PSAK No.31 dan
PAPI.
Tanggung jawab Kepala Bidang Pengawasan Umum:
a. Bertanggungjawab langsung kepada Kepala Divisi
b. Bertanggungjawab atas pelaksanaan program kerja Audit Tahunan dan
Audit Khusus yang menyangkut tugas bidang pengawasn umum
c. Bertanggungjawab atas telah dilaksanakannya pedoman dan prosedur audit
d. Dalam pelaksanan audit yang dilakukan bidang pengawasan.
e. Memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia bank.
3. Kepala Bidang Pengawasan Teknologi Sistem Informasi
a. Kepala Bidang Pengawasan Kredit.
Tugas Kepala Bidang Pengawasan Kredit :
1) Menyusun pedoman dan prosedur audit yang menyangkut Bidang
Perngawasan umum.
2) Menyusun Program kerja Audit Tahunan dan Audit Khusus (special
audit).
3) Membuat usulan anggaran biaya Bidang Pengwasan Umum untuk
dimasukkan kedalam Rencana Anggaran Tahunan, Menengah dan
Panjang Divisi Pengawasan.
intern Bank Sumut serta ketentuan dan peraturan ekstern lainnya untuk
dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanan audit.
Wewenang Kepala Bidang Pengawasan Kredit :
1) Bersama-sama kepala bidang lainnya di Divisi Pengawasan
mengusulkan ketua dan anggota Tim Audit kepada Kepala Divisi.
2) Memberikan Rekomendasi pada obyek Audit untuk perbaikan atas
penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan dalam pelaksanaan
Audit.
3) Memiliki Kepala Divisi apabila diperlukan untuk mengadakan
hubungan dengan unit kerja lainnnya di lingkungan bank atau instansi
lainnnya sesuai dengan tugas Bidang Pengawasan Kredit.
4) Memberikan teguran, peringatan secara lisan kepada staf / pagawai
dalam lingkungan Bidang Pengawasan Kredit yang melanggar
ketentuan dan peraturan Bank sesuai ketentuan yang berlaku, dan
apabila diperlukan mengusulkan pemberian sanksi.
Tanggungjawab Kepala Bidang Pengawasan Kredit :
1) Bertanggungjawab langsung kepada kepala Divisi.
2) Bertanggungjawab atas pelaksanaan program kerja Audit Tahunana
yang menyangkut tugas bidang pengawasan kredit.
3) Bertanggungjawab atas telah dilaksanakannya pedoman dan prosedur
kredit.
4) Bertanggungjawab atas kebenaran laporan-laporan yang diterbitkan
oleh bidang pengawasan kredit.
5) Bertanggungjawab atas displin kerja staf dan pegawai dibidang
pengawasan kredit.
b. Auditor Aktivitas Usaha
Tugas Auditor Aktivitas Usaha :
1) Memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada
Pemimpin Cabang Utama tentang langkah-langkah atau
tindakan-tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya.
2) Membantu kepala bagian control intern dalam memantau dan
memerikasa kembali seluruh posting/ input data atas setiap transaksi
setiap harinya dikantor cabang utama.
3) Menyiapkan laporan hasil pemantauan dan kesalahan/ penyimpangan
dari pencatatan transaksi dengan tembusan kepada unit kerja terkait.
4) Menat adan mengarsipkan seluruh dokumen yang berhubungan denan
unit kerjanya.
5) Melaksanakan tugas lainnnya yang berhubungan dengan unit kerjanya.
Wewenang Auditor Aktivitas Usaha :
1) Meminta dokumen/ warkat transaksi dari unit kerja lainnya yang
2) Melakukan pemeriksaan secara khusus seluruh transaksi bersama
Kepala Bagian control Intern apasbila ditemukan suatu penyimpangan.
3) Melaksanakan wewenang lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
Tanggungjawab Auditor Usaha :
1) Bertanggungjawab atas kebenaran pelaksanaan seluruh tugasnya
kepada kepala bagian control intern.
2) Bertanggungjawab atas rahasia jabatan dan rahasia bank.
3) Bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan dokumen/ arsip dan
peralatan/ investasi dilingkungan unit kerjanya.
4) Bertanggungjawab atas kebenaran dan ketepatan waktu penyampaian
laporan yang berhubugan dengan pekerjaannya.
c. Auditor Administrasi
Tugas Auditor Administrasi :
1) Memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada
Pemimpin Cabang Utama tentang langkah-langkah atau
tindakan-tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya.
2) Melakukan pemeriksaan ulang atas semua dokumen pemberian kredit
dan penerbitan surat-surat berharga Bilyet Deposito/ Sertifikat
Deposito, jaminan Bank dan dokumen administrasi lainnya.
3) Menyiapkan laporan hasil pemeriksaan dan temuan penyimpangan
4) Membantu Kepala Bagian Kontrol Intern dalam menata/mengarsip
dokumen di lingkungan unit kerjanya.
5) Melaksanakan tugas lainnya yang berhubungan dengan unit kerjanya.
Wewenang Auditor Administrasi :
1) Meminta dokumen/berkas dari unit kerja lainnya yang berhubungan
dengan tugas lainnya.
2) Melakukan pemeriksaan secara khusus seluruh dokumen bersama
kepala bagian Kontrol Intern apabila ditemukna suatu penyimpangan
administrasi.
3) Melaksanakan wewenang lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
C. Prosedur Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Sumut
Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti Pengertian Prosedur
Pemberian Kredit adalah : “Tahapan-tahapan yang dirancang oleh pihak Bank
dengan maksud mempermudah calon Debitur untuk melaksanakan kredit, dimana
tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan oleh kedua belah pihak baik oleh pihak
Bank maupun calon Debitur dengan ketentuan yang berlaku”.18
18
Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti. 2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum.
Dari penjelasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Prosedur
pemberian kredit dilakukan dengan beberapa tahap dimana tujuannya adalah
untuk memastikan kelayakan suatu kredit, baik itu diterima ataupun ditolak.
Sedangkan Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti Prosedur
pemberian kredit adalah :
1. Persiapan kredit
2. Analisis atau penilaian kredit..
3. Keputusan kredit.
4. Pelaksanaan dan Administrasi Kredit.
5. Supervisi kredit dan pembinaan debitur.19
Berdasarkan kutipan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa prosedur
pemberian kredit dilakukan demi lancarnya proses pemberian kredit. Prosedur
yang dilaksanakan dirancang dengan maksud memudahkan para calon Debitur
untuk melaksanakan transaksi kredit. Adapun penyajianya dalam bentuk
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak, baik oleh pihak Bank atau
bukan Bank maupun calon Debitur dengan ketentuan yang berlaku.
Prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank
Sumut dilakukan dengan adanya permohonan kredit secara tertulis dan
langsung diajukan oleh pemohon ke kantor cabang dengan melampirkan
19
dokumen yang dipersyaratkan. Setelah menerima berkas permohonan
tersebut di atas, kantor PT. Bank Sumut harus melakukan identifikasi
pendahuluan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Meminta informasi kredit atas nama calon debitur (suami dan istri),
pengurus dan pemilik perusahaan melalui fasilitas SID dan OLIBs,
sekaligus memeriksa termasuk atau tidaknya pihak-pihak tersebut
dalam daftar hitam (blaklist).
2. Sebelum melakukan analisis terhadap permohonan kredit, cabang
terlebih dahulu harus melakukan verifikasi terhadap :
a. Kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan,
b. Keabsahan dokumen-dokumen pendukung permohonan kredit,
c. Kebutuhan data pendukung lainnya yang diperlukan.
3. Data/ berkas pendukung yang diminta kantor cabang berupa foto copy
diwajibkan pengecekan ulang dengan aslinya dan dilegalisir oleh
pejabat yang bersangkutan.
4. Melakukan rechcek/ konfirmasi ulang kepada instansi yang terkait
terhadap legalitas dan izin usaha yang diragukan kebenarannya.
5. Mematiskan kebenaran asli slip gaji terakhir/ surat keterangan
penghasilan dari tempat bekerja, bagi pemohon yang berstatus
pegawai/ profesional.
7. Melaksanakan cheking on the spot terhadap usaha dan taksasi agunan sesuai ketentuan yang berlaku.
8. Membuat laporan taksasi agunan dan analisa pendahuluan.
9. Untuk kredit di atas Rp. 5 Milyar penilian agunan harus didukung
dengan hasil penilian dari kantor jasa penilai publik.
Tindakan yang harus dilakukan sejak diajukannya permohonan
kredit dari nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan
oleh bank harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan petunjuk sebagai
berikut :
1. Permohonan kredit.
a. Permohonan fasilitas kredit mencakup :
b. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas,
c. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan,
d. Permohonan perpanjangan / pembaharuan masa berlaku kredit yang
telah berakhir jangka waktunya,
e. Permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit
yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan /
pengun-duran jadwal angsuran dan lain sebagainya.
2. Berkas.
Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari :
sah,
b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan
lengkap diisi oleh nasabah,
c. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas
kredit.
3. Pencatatan.
Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam
register khusus yang disediakan.
4. Kelengkapan dan berkas permohonan.
Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya.
Selama permohonan kredit sedang diproses, maka berkas permohonan
harus dipelihara dalam berkas permohonan.
5. Formulir daftar isian permohonan kredit.
Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank
mempergunakan daftar isian permohonan kredit yang harus diisi oleh
nasabah, formulir neraca, daftar rugi/laba.
6. Penyidikan dan analisis kredit.
Penyidikan (Investigasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi :
a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur,