• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil Melalui PT. Bank Sumut Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil Melalui PT. Bank Sumut Medan"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA

USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 090200361

Eri Lukmanul Hakim P

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA

USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 090200361

Eri Lukmanul Hakim P

Disetujui oleh:

Ketua Departemen Hukum Keperdataan

Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum

Pembimbing I

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS

Pembimbing II

Rosnidar Sembiring, SH, M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rakhmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

“TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL

MELALUI PT. BANK SUMUT MEDAN”.

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima-kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. H. Hasim Purba, SH, M.Hum, sebagai Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, selaku Dosen Pembimbing I Penulis.

4. Ibu Rosnidar Sembring, SH, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II Penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta semua unsur staf administrasi di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

6. Rekan-rekan se-almamater di Fakultas Hukum khususnya dan Umumnya

(4)

7. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan rasa terima-kasih yang tiada

terhingga kepada Ayahanda dan Ibunda, semoga kebersamaan yang kita jalani ini

tetap menyertai kita selamanya.

8. Demikianlah penulis niatkan, semoga tulisan ilmiah penulis ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN BANK DALAM KEGIATAN USAHANYA ... 12

A. Fungsi dan Peranan Bank Secara Umum ... 12

B. Pertanggungjawaban Bank Dalam Menjalankan Usahanya... 17

C. Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Oleh PT. Bank Sumut Medan... 22

BAB III TINJAUAM UMUM PERJANJIAN KREDIT USAHA KECIL ... 25

(6)

C. Tujuan dan Fungsi Pemberian Kredit Usaha Kecil ... 29

D. Bentuk-Bentuk Kredit Usaha Kecil ... 32

BAB IV PEMBERIAN PINJAMAN KREDIT USAHA KECIL OLEH PT BANK SUMUT MEDAN ... 34

A. Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya PT. Bank Sumut ... 34

B. Struktur dan Organisasi PT. Bank Sumut Medan ... 37

C. Prosedur Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Sumut ... 45

D. Kelayakan Jaminan Untuk Mendapatkan Kredit Melalui PT. Bank Sumut ... 55

E. Akibat Hukum Wanprestasi Pada Bank Sumut ... 60

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

(7)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT

Pengaturan pelaksanaan pemberian kredit oleh bank dikenal dengan sebutan

manajemen perkreditan bank. Manajemen perkreditan bank adalah kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank, supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya tetap sehat. Termasuk kegiatan di dalamnya yaitu perencanaan, alokasi dan kebijaksanaan penyaluran kreditnya. Pelaksanaan kredit yang diberikan oleh bank sangat berarti bagi masyarakat. Dengan adanya fungsi dan tujuan yang baik bagi masyarakat maka bank sebagai penyelenggara kredit menyediakan berbagai jenis kredit yang dibedakan menurut tujuan kegunaan, jangka waktu, macam, sektor perekonomian, agunan, golongan ekonomi, serta penarikan dan pelunasan. Salah satu jenis kredit yang dilaksanakan oleh bank yang berkaitan langsung dengan kegiatan perekonomian rakyat yaitu pemberian kredit kepada nasabah yang memiliki sektor usaha kecil dan menengah.

Permasalahan skripsi ini adalah bagaimana prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank Sumut Medan, bagaimana kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT. Bank Sumut Medan dan bagaimana akibat hukum wanprestasi pada PT. Bank Sumut Medan.

Metode analisis yang dipergunakan adalah studi kepustakaan dalam bentuk analisis yuridis normatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan pemberian kredit bagi usaha kecil dilakukan oleh pihak Perbankan tidak didasarkan kepada besar dan jumlah jaminan yang diberikan oleh pengusaha kecil tetapi atas layak tidaknya usaha kecil tersebut dibiayai oleh bank. Proses pengikatan jaminan dalam kredit usaha kecil ini dimulai dengan tahapan proses pengajuan permohonan kredit oleh pengusaha ekonomi kecil kepada pihak perbankan, dan apabila ditinjau permohonan tersebut layak, maka barulah diadakan suatu kesepakatan antara pihak bank dengan debitur tentang hal-hal pokok yang diatur dalam perjanjian kredit. Akibat yang timbul apabila terjadi wanprestasi maka jika pihak yang melakukan wanprestasi tersebut adalah pihak debitur, maka pemegang hak tanggungan yang dalam hal ini Bank berhak menjual obyek hak tanggungan tersebut dengan cara lelang. Upaya yang dilakukan jika timbul wanprestasi ini adalah dengan melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan pihak debitur apabila tidak tercapai jalan musyawarah maka dilakukan penyerahan kredit yang bermasalah tersebut kepada Panitia Urusan Piutang Negara untuk diselesaikan dengan menjual hak jaminan yang ada.

(8)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN KREDIT KEPADA USAHA KECIL MELALUI PT. BANK SUMUT

Pengaturan pelaksanaan pemberian kredit oleh bank dikenal dengan sebutan

manajemen perkreditan bank. Manajemen perkreditan bank adalah kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank, supaya produktif, aman, dan giro wajib minimalnya tetap sehat. Termasuk kegiatan di dalamnya yaitu perencanaan, alokasi dan kebijaksanaan penyaluran kreditnya. Pelaksanaan kredit yang diberikan oleh bank sangat berarti bagi masyarakat. Dengan adanya fungsi dan tujuan yang baik bagi masyarakat maka bank sebagai penyelenggara kredit menyediakan berbagai jenis kredit yang dibedakan menurut tujuan kegunaan, jangka waktu, macam, sektor perekonomian, agunan, golongan ekonomi, serta penarikan dan pelunasan. Salah satu jenis kredit yang dilaksanakan oleh bank yang berkaitan langsung dengan kegiatan perekonomian rakyat yaitu pemberian kredit kepada nasabah yang memiliki sektor usaha kecil dan menengah.

Permasalahan skripsi ini adalah bagaimana prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank Sumut Medan, bagaimana kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT. Bank Sumut Medan dan bagaimana akibat hukum wanprestasi pada PT. Bank Sumut Medan.

Metode analisis yang dipergunakan adalah studi kepustakaan dalam bentuk analisis yuridis normatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan pemberian kredit bagi usaha kecil dilakukan oleh pihak Perbankan tidak didasarkan kepada besar dan jumlah jaminan yang diberikan oleh pengusaha kecil tetapi atas layak tidaknya usaha kecil tersebut dibiayai oleh bank. Proses pengikatan jaminan dalam kredit usaha kecil ini dimulai dengan tahapan proses pengajuan permohonan kredit oleh pengusaha ekonomi kecil kepada pihak perbankan, dan apabila ditinjau permohonan tersebut layak, maka barulah diadakan suatu kesepakatan antara pihak bank dengan debitur tentang hal-hal pokok yang diatur dalam perjanjian kredit. Akibat yang timbul apabila terjadi wanprestasi maka jika pihak yang melakukan wanprestasi tersebut adalah pihak debitur, maka pemegang hak tanggungan yang dalam hal ini Bank berhak menjual obyek hak tanggungan tersebut dengan cara lelang. Upaya yang dilakukan jika timbul wanprestasi ini adalah dengan melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan pihak debitur apabila tidak tercapai jalan musyawarah maka dilakukan penyerahan kredit yang bermasalah tersebut kepada Panitia Urusan Piutang Negara untuk diselesaikan dengan menjual hak jaminan yang ada.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Sesuai dengan apa yang tersebut dalam Undang Undang Perbankan Nomor 10

Tahun 1998 bagian menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut,

pelaksanaan pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian,

keselamatan dan kesinambungan berbagai unsur pembangunan termasuk di sektor

ekonomi dan keuangan.

Pembangunan perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas

dasar demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional perlu didukung oleh

kelembagaan perekonomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat.

Peningkatan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia di sektor ekonomi

dan keuangan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Dibutuhkan peran serta

banyak pihak dalam pelaksanaannya, termasuk di dalamnya yaitu pemerintah,

(10)

masyarakat dan para pelaku bisnis salah satunya yaitu bank.

Pada masa sekarang bank telah merasuk kedalam sendi kehidupan

masyarakat. Bank dibutuhkan secara langsung maupun tidak langsung, untuk

skala nasional maupun internasional. Bank yang banyak memberi kemudahan dan

pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ini ditegaskan pula dengan Undang

Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 bagian menimbang huruf (b) bahwa

dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa

bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin

kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju, diperlukan penyesuaian

kebijakan di bidang ekonomi, termasuk Perbankan. Pengertian perbankan adalah

segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu pula, dengan

meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang, maka dunia perbankan

dituntut untuk lebih meningkatkan peranannya, baik dalam mobilisasi tabungan

(11)

disebabkan oleh kegiatan pembangunan yang terus meningkat yang memang

memerlukan dana yang semakin besar.

Tantangan dunia perbankan dan lembaga keuangan lainnya semakin besar,

untuk itu Pemerintah bersama-sama lembaga perbankan terus memantapkan diri

untuk menjawab tantangan tersebut. Pemerintah telah menempuh berbagai

kebijaksanaan penyesuaian di sektor moneter dan perbankan, yang biasa disebut

dengan deregulasi dan debirokratisasi. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah disesuaikan dengan kondisi perbankan yang dialami, kondisi

perbankan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga periode, pertama,

periode Undang-Undang No. 14/1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, kedua,

Era Undang-Undang No. 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang No. 10/1998, ketiga, adalah pasca krisis moneter 1997.1

Kebijaksanaan tersebut telah ditempuh secara bertahap sesuai dengan

keadaan dan perkembangan untuk mewujudkan suatu industri perbankan yang

sehat, efisien dan tangguh. Dampak resesi ekonomi dunia yang terasa

dimana-mana tidak terkecuali juga di Indonesia mengakibatkan pemerintah mengambil

tindakan penyelamatan demi kelangsungan pembangunan nasional. Berbagai

langkah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah guna meningkatkan kembali

1

(12)

pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni melalui penggalangan dan pergerakan

berbagai macam potensi usaha.

Dalam hal ini, peranan perbankan dalam pembangunan ekonomi Indonesia

dituntut agar lebih aktif dan efektif untuk mendorong investasi, mendorong

kewirausahaan dalam berbagai macam komoditi usaha. Peranan yang diharapkan

dari perbankan nasional berpengaruh kepada dunia perbankan yang memiliki

fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga

yang bertujuan mendukung perlaksanaan pembangunan nasional.

Adanya peranan yang demikian membawa konsekuensi bawa perbankan

nasional dituntut untuk selalu dapat memberikan kemanfaatan yang

sebesar-besarnya guna meningkatkan sehingga tercipta stabilitas nasional yang mengarah

kepada peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Untuk lebih meningkatkan peranan perbankan dalam pembangunan di

Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini mengeluarkan kebijaksanaan terhadap

dunia perbankan, salah satunya yaitu pelaksanaan pemberian kredit. Berdasar

Pasal 1 Angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan,

menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

(13)

Pengaturan pelaksanaan pemberian kredit oleh bank dikenal dengan

sebutan manajemen perkreditan bank. Manajemen perkreditan bank adalah

kegiatan mengatur pemanfaatan dana-dana bank, supaya produktif, aman, dan giro

wajib minimalnya tetap sehat. Termasuk kegiatan di dalamnya yaitu perencanaan,

alokasi dan kebijaksanaan penyaluran kreditnya.2

Pelaksanaan kredit yang diberikan oleh bank sangat berarti bagi

masyarakat. Dengan adanya fungsi dan tujuan yang baik bagi masyarakat maka

bank sebagai penyelenggara kredit menyediakan berbagai jenis kredit yang

dibedakan menurut tujuan kegunaan, jangka waktu, macam, sektor perekonomian,

agunan, golongan ekonomi, serta penarikan dan pelunasan.3

Penyaluran kredit usaha kecil oleh Bank Sumut tentunya didasari oleh

suatu perjanjian kredit, tetapi disebabkan penerima kredit adalah usaha kecil maka

tentunya ada hal-hal yang secara spesifik diberlakukan seperti perihal jaminan.

Hal ini disebabkan pengusaha kecil kesulitan mendapatkan kredit dengan adanya

jaminan. Di satu sisi lainnya Bank Sumut dalam pemberian kredit tentunya

memiliki kepentingan pengamanan dana kreditnya tersebut dengan meminta Salah satu jenis kredit

yang dilaksanakan oleh bank yang berkaitan langsung dengan kegiatan

perekonomian rakyat yaitu pemberian kredit kepada nasabah yang memiliki sektor

usaha kecil dan menengah.

2

Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008, hal 88.

3

(14)

jaminan. Kondisi dari keadaan ini tentunya menjadi suatu hal yang menarik untuk

dikaji lebih lanjut dalam bentuk penulisan skripsi.

Kredit usaha bagi usaha kecil dan menengah termasuk ke dalam kredit

yang produktif. Walaupun begitu, dalam setiap pelaksanaan kredit tetap terdapat

tata cara pelaksanaan dan kendala-kendala yang dialami. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk mengangkat dan mengulas permasalahan tersebut dalam suatu

bentuk skripsi dengan judul ”Tinjauan Yuridis Pemberian Kredit Kepada Usaha

Kecil Melalui PT. Bank Sumut”.

B. Permasalahan

Setiap pelaksanaan penelitian penting diuraikan permasalahan karena

dengan hal yang demikian dapat diketahui pembatasan dari pelaksanaan penelitian

dan juga pembahasan yang akan dilakukan.

1. Bagaimana prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank

Sumut Medan?

2. Bagaimana kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT. Bank

Sumut Medan?

(15)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk:

1. Untuk mengetahui prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT.

Bank Sumut Medan.

2. Untuk mengetahui kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT.

Bank Sumut Medan.

3. Untuk mengetahui akibat hukum wanprestasi pada PT. Bank Sumut Medan.

D. Manfaat Penulisan

Sedangkan yang menjadi manfaat penelitian dalam hal ini adalah:

a. Secara teoritis untuk menambah literatur tentang perkembangan hukum

perdata dalam kaitannya dengan masalah perjanjian kredit bank.

b. Secara praktis ini juga diharapkan kepada masyarakat dapat mengambil

manfaatnya terutama dalam hal mengetahui akibat hukum dalam perjanjian

kredit bank.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Sifat/materi penelitian

(16)

adalah bersifat deksriptif analisis mengarah pada penelitian yuridis normatif, yaitu

suatu penelitian yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan yang tertulis

atau bahan hukum yang lain.4

2. Sumber data

Sumber data penelitian ini diambil berdasarkan data sekunder. Data

sekunder didapatkan melalui:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni seperti

KUH Perdata, serta Undang Undang Nomor 7 tahun 1992 Jo. Undang Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, seperti: hasil-hasil penelitian, karya dari kalangan hukum dan

sebagainya.

c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup:

1) Bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan

terhadap hukum primer dan sekunder.

2) Bahan-bahan primer, sekunder dan tertier (penunjang) di luar bidang

hukum seperti kamus, insklopedia, majalah, koran, makalah, dan

sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.

4

(17)

3. Alat pengumpul data

Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah melalui studi dokumen dengan penelusuran kepustakaan.

4. Analisis data

Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, studi

dokumen, dan penelitian lapangan maka hasil penelitian ini menggunakan analisa

kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan tentang

teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari teori-teori tersebut dapat ditarik

beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.

F. Keaslian Penulisan

Adapun penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Pemberian

Kredit Kepada Usaha Kecil Melalui PT. Bank Sumut” ini merupakan luapan dari

hasil pemikiran penulis sendiri. Penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan

skripsi lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat

dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa Bab, dimana dalam bab

(18)

bentuk uraian:

Bab I. Pendahuluan

Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti penelitian

pada umumnya yaitu, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah,

Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian

Penulisan, serta Sistematika Penulisan.

Bab II. Tinjauan Umum Tentang Pertanggungjawaban Bank Dalam Kegiatan

Usahanya

Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang: Fungsi dan

Peranan Bank Secara Umum, Pertanggungjawaban Bank Dalam

Menjalankan Usahanya serta Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil

Oleh PT. Bank Sumut Medan.

Bab III. Tinjauan Umum Perjanjian Kredit Usaha Kecil

Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan tentang: Pengertian dan

Dasar Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil, Prinsip-Prinsip

Pengakuan Kredit Usaha Kecil, Tujuan dan Fungsi Pemberian Kredit

Usaha Kecil, serta Bentuk-Bentuk Kredit Usaha Kecil.

Bab IV. Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Oleh PT. Bank Sumut

Dalam bagian ini akan diuraikan pembahasan terhadap: Sejarah

Singkat dan Tujuan Berdirinya PT. Bank Sumut Medan, Struktur dan

(19)

Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Sumut Medan, Jaminan Untuk

Mendapatkan Kredit Melalui PT. Bank Sumut Medan serta Akibat

Hukum wanprstasi pada PT. Bank Sumut Medan.

Bab V. Kesimpulan dan Saran

Bab ini adalah bab kesimpulan dan saran, yang merupakan bab

(20)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN BANK

DALAM KEGIATAN USAHANYA

A. Fungsi dan Peranan Bank Secara Umum

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama

Bank tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan

(perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga

stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak

artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas

moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat

dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap

stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar

yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah

satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem

keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal.

Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi

stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan.

Fungsi dan peranan bank secara umum adalah:

(21)

maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber,

yaitu:

a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu

pendirian.

b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha

perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.

c. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari

pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang

sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi

persyaratan. Mungkin Anda pernah mendengar beberapa bank dilikuidasi

atau dibekukan usahanya, salah satu penyebabnya adalah karena banyak

kredit yang bermasalah atau macet.

2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat

dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan,

pemilikan harta tetap.

3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas

pembayaran uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain

pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.5

Adapun secara spesifik bank bank dapat berfungsi sebagai agent of trust,

5

Uki Hary's Blog, “Peran dan Fungsi Bank Secara Umum”,

Diakses tangga; 16

(22)

agent of develovment dan agen of services. 1. Agent Of Trust

Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan

perbankkan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun

penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank

apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan

baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini

akan terus berlanjut kepada pihak debitor. Kepercayaan ini penting dibangun

karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik

dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran

dana tersebut.

2. Agent Of Development

Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.

Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi

lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut

memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi,

serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi ,

distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang.

Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah

(23)

3. Agent Of Services

Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.

Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga

memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa

yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian

masyarakat secara umum.6

Dalam menjalankan kegiatannya bank mempunyai peran penting dalam

sistem keuangan, yaitu :

1. Pengalihan Aset (asset transmutation)

Yaitu pengalihan dana atau aset dari unit surplus ke unit devisit. Dimana

sumber dana yang diberikan pada pihak peminjam berasal pemilik dana yaitu

unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan

pemilik dana. Dalam hal ini bank berperan sebagai pangalih aset yang likuid

dari unit surplus (lender) kepada unit defisit (borrower). 2. Transaksi (transaction)

Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk

melakukan transaksi. Dalam ekonomi modern, trnsaksi barang dan jasa tidak

pernah terlepas dari transaksi keuangan. Untuk itu produk-produk yang

6

(24)

dikeluarkan oleh bank (giro, tabungan, depsito, saham dan sebagainya)

merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

3. Likuiditas (liquidity)

Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk

produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk-produk

tersebut masing-masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda.

Untuk kepentingn likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya

sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian bank

memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami

surplus likuiditas dan menyalurkannya kepada pihak yang mengalami

kekurangan likuiditas.

4. Efisiensi (efficiency)

Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna

modal tanpa mengubah produknya. Disini bank hanya memperlancar dan

mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhkan. Adanya informasi

yang tidak simetris (asymmetric information) antara peminjam dan investor

menimbulkan masalah insentif. Peran bank menjadi penting untuk

memecahkan masalah insentif tersebut. Untuk itu jelas peran bank dalam hal

ini yaitu menjembatani dua pihak yang saling berkepentingan untuk

menyamakan informasi yang tidak sempurna, sehingga terjadi efisiensi biaya

(25)

B. Pertanggungjawaban Bank Dalam Menjalankan Usahanya

Untuk meningkatkan perekonomian negara, sektor perbankan memberikan

peran yang begitu penting sehingga perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan

peraturan dan sistem yang mengacu ke arah itu, dengan harapan kebijakan yang

diambil mampu menciptakan semacam the level playing field bagi semua pemain

di bidang perbankan.7 Marcia Stigum, ahli perbankan juga menyatakan usaha

perbankan adalah usaha yang sarat atau paling banyak diatur oleh peraturan

perundang-undangan dan aturan kebiasaan yang telah diterima secara

internasional.8

Hal ini disebabkan keberadaan nasabah, sehingga mengundang pemerintah

melakukan intervensi ke dalam dunia perbankan dengan tujuan, melindungi

nasabah dari kecurangan dan penindasan oleh bank, melindungi nasabah dari

ketidaksempurnaan pasar keuangan serta melindungi nasabah satu sama lain dan

melindungi nasabah itu sendiri.

9

Setiap negara yang melakukan pembangunan, tentu memerlukan dana

untuk membiayai pembangunan itu.10

7

Zulkarnain Sitompul, Sitompul, Zulkarnain, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002. hal. 296.

Sedangkan dana tersebut dapat ditempuh

8

Gunarto Suhardi, Usaha Meningkatkan Kinerja & Kepatuhan Perbankan Di Indonesia, Yogyakarta: Andi Offset, 2004. hal. 7.

9

Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Bandung: Books Terrace & Library, 2007. hal. 11.

10

(26)

dengan jalan menghimpun/menarik dana-dana yang ada pada masyarakat dalam

bentuk tabungan.11 Oleh karena itu, bank bertanggung jawab terhadap

keselamatan uang yang dipercayakan kepadanya.12

Tanggung jawab bank dapat juga diperinci sebagai berikut:13

1. Menerima cash dan membayar dokumentasi yang mesti dibayar oleh nasabah

seperti cek, pengiriman uang, bills of exchange dan instrumen perbankan

lainnya

2. Membayar kembali uang nasabah yang ditempatkan di bank tersebut apabila

dimintakan oleh pihak nasabah

3. Meminjamkan uang kepada nasabah

4. Menjaga kerahasiaan terhadap account dari nasabah dalam hubungan dengan

kerahasiaan bank, kecuali apabila ditentukan lain oleh perundang-undangan

5. Jika pihak nasabah mempunyai dua rekening, maka ada kewajiban moral bagi

bank untuk membuat rekening tersebut berpisah satu sama lain

6. Jika rekening ditutup, maka bank harus mempunyai alasan yang reasonable

untuk menutup rekening tersebut.

Dalam menghimpun dana masyarakat, produk bank yang sangat populer

dikalangan masyarakat dan dunia perbankan yaitu giro, tabungan dan deposito.

Oleh karena itu, perbankan harus berkembang secara wajar sehingga pelayanan

11

Ibid., hal. 42.

12

Zulkarnain Sitompul, Lembaga Penjamin Simpanan, Op. cit. hal. 43.

13

(27)

jasa perbankan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Karena Bank

bertanggung jawab secara penuh terhadap segala produk yang mereka keluarkan,

maka timbul pertanyaan siapa yang menanggung beban tanggung jawab apabila

suatu bank mengalami kegagalan.14

Pasal 21 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan

menyebutkan bentuk hukum suatu bank umum dapat berupa Perseroan Terbatas

(PT), Koperasi dan Perusahaan Daerah. Perbankan di Indonesia banyak memakai

bentuk hukum PT yang mengacu pada Undang-Undang No.40 Tahun 2007.

Menurut Rudy Prasetya, PT mempunyai tiga karakteristik dominan, yaitu:15

1. Pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta

kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi.

2. Sifat mobilitas atas hak penyertaan

3. Prinsip pengurusan oleh organ.

Bank yang berbentuk PT mempunyai tiga lembaga atau institusi pengurus,

yakni:

1. Komisaris yaitu suatu lembaga yang terdiri dari dua atau lebih orang yang

mewakili pemegang saham yang tugasnya mengawasi, memberikan nasehat

dan dalam hal tertentu memberikan persetujuan.

2. Direksi, yang terdiri dari Direktur Utama dan beberapa direktur lainnya.

14

Soetanto Hadinoto, Op. cit. hal. 281.

15

(28)

Direksi inilah yang sehari-harinya melaksanakan tugas sebagai pengurus bank.

3. RUPS sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada organisasi bank yang

berbentuk PT. Organ inilah yang memilih dan menetapkan siapa yang menjadi

komisaris dan Direksi dalam PT.

Bank harus menyandang reputasi yang baik agar bisa menduduki posisi

yang kuat dalam perebutan dana. Bank yang hanya menawarkan bunga tinggi, tapi

memiliki citra buruk dan berkinerja buram akan menjadi pecundang di tengah

persaingan yang ketat. Di samping itu, hubungan kepercayaan yang timbul dari

prinsip duty of care merupakan suatu aspek yang lazim dari hubungan antara bank dengan debiturnya. Hal ini dapat menghasilkan nasabah loyal, yang harus

diberikan pelayanan yang berbeda dengan nasabah lain.

Loyalitas nasabah timbul bukan sekedar soal harga, namun karena adanya

functional benefit dan emotional benefit yang diperoleh nasabah dari banknya. Oleh karena itu, pengurus bank harus menjalankan prinsip fiduciary duty. Dasar dari kewajiban fiducia adalah kewajiban untuk loyal (duty of loyality) yang berarti

bahwa seorang pemegang fiducia tidak dibenarkan mengorbankan kepentingan

pemberi fiducia (beneficiary) dengan mendahulukan kepentingannya sendiri.

Pemegang fiducia wajib melaksanakan duty of care. Dan pengurus dianggap telah

memenuhi kewajibannya menjalankan prinsip duty of care apabila mereka telah

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(29)

berdasarkan informasi yang mereka percaya didasari oleh keadaan yang tepat.

2. Secara rasional mempercayai bahwa keputusan bisnis di buat untuk

kepentingan terbaik oleh perusahaan.

Sedangkan salah satu tolak ukur untuk menetapkan apakah suatu kerugian

disebabkan oleh keputusan bisnis (business judgement) yang tidak tepat sehingga dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah:

1. Memiliki informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa

informasi tersebut benar

2. Tidak memiliki kepentingan dengan keputusan dan memutuskan dengan itikad

baik

3. Memiliki dasar rasional untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil

adalah yang terbaik bagi perusahaan.

Prinsip duty of care diterapkan secara lebih ketat dalam industri perbankan. Hal ini mengingat organ perusahaan bertanggung jawab secara penuh atas

pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili

perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan Anggaran

Dasar. Di samping itu, hukum perbankan secara tegas juga mengatur bahwa

pemilik bank bertanggung jawab penuh atas kewajiban bank apabila mereka ikut

menyebabkan terjadinya kebangkrutan. Hal ini menimbulkan konsekuensi hukum,

antara lain:

(30)

bertanggung jawab secara pribadi.

2. Komisaris, direksi atau pejabat eksekutif lainnya yang bukan pemegang saham

juga ikut bertanggung jawab secara pribadi karena tidak mengurus bank sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Namun, hal tersebut belum menunjukkan pertanggungjawaban bank

terhadap pengembalian keuangan nasabah bila terjadi Bank Gagal. Sehingga bank

wajib menjadi anggota LPS, dimaksudkan untuk melindungi penabung yang pada

umumnya berasal dari kalangan menengah ke bawah.

C. Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Oleh PT. Bank Sumut Medan

Bank Sumut terus mendorong keberadaan dan memberdayakan pelaku

Usaha Mikro Kecil (UMK), sebab peranannya sangat besar. Salah satu

peranannya membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan

menurunkan pengangguran.

Sebagian usaha mikro kecil tak memerlukan tenaga kerja yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi, serta tidak membutuhkan investasi besar karena sarana

produksinya relatif sederhana sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru.

Sebagai bukti kepedulian Bank Sumut terhadap UMK, telah menjalankan

kredit mikro pola grameen bank dengan nama Kredit Sumut Sejahtera (KSS),

(31)

perempuan dari keluarga pra sejahtera, yang memiliki usaha mikro produktif dan

berpotensi untuk berkembang di masa mendatang.

Selain itu, Bank Sumut juga meluncurkan kredit mikro Sumut Sejahtera II,

yang merupakan hasil kerjasama dengan SBFIC Jerman. Kredit itu plafonnya

mulai Rp 5 juta - Rp 50 juta. Bank Sumut juga telah meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) yang sangat dibutuhkan pelaku UMKM dengan plafon Rp 50 juta -

Rp 500 juta.

Terkait kegiatan Bank Sumut Expo 2012, telah menjadi agenda tetap setiap

tahun, sebagai wujud kepedulian dan dukungan terhadap program Pemprovsu

dalam meningkatkan peran sektor UMK guna mendorong peningkatan

perekonomian Sumut.

Tahun ini merupakan UMK Expo ke-5 dengan peserta berasal dari nasabah

seluruh kantor cabang PT Bank Sumut, dan diikuti mitra binaan dari Dina

Koperasi dan UKM Provsu dan Medan, Dinas Pendidikan Medan, Kadin

Sumut,Cikal USU, SMK-SMK se Kota Medan dan masyarakat pelaku UMK

lainnya.

Kemudian berdasar laporan kinerja perbankan di Sumut, pada posisi

Agustus 2012, penyaluran kredit UMKM menunjukkan pertumbuhan sebesar

12,45 persen, jika dibanding secara year on year, yakni dari Rp 26,83 triliun

(32)

Pertumbuhan tertinggi dialami kredit menengah yang tumbuh 23,27persen

secara year on year, diikuti kredit mikro yang tumbuh 18,95 persen. Upaya

pengembangan UMK perlu campur tangan semua pihak sebab 2015 Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA) sudah mulai diberlakukan.

Kredit usaha mikro adalah kredit modal kerja dan investasi yang diberikan

oleh Bank, bukan Bank atau Lembaga Keuangan Pelaksana (LKP) kepada usaha

mikro guna pembiayaan usaha yang produktif, dimana tujuannya untuk

meningkatkan akses usaha mikro terhadap dana pinjaman untuk pembiayaan

investasi dan modal kerja dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau.

Menurut Suhardjono Kredit Mikro adalah: “Kredit atau pembiayaan dari

Bank untuk investasi dan atau modal kerja bagi nasabah usaha mikro, baik

langsung maupun tidak langsung yang memiliki dan dijalankan oleh penduduk

miskin atau mendekati miskin dengan Kriteria penduduk miskin menurut BPS

dengan flafond kredit maksimal sebesar Rp. 50.000.000”.16

16

(33)

BAB III

TINJAUAN UMUM PERJANJIAN KREDIT USAHA KECIL

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Kredit Usaha Kecil

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dalam

Pasal 1 ayat (1) dikatan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala

kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta

kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini “.

Sedangkan Pasal 1 ayat (7) Keputusan Presiden Republik Indonesia No.

56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah

mengetengahkan “ Usaha menengah adalah kegiatan sebagaimana diatur dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai usaha menengah.

Sedangkan dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 :

(1)Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 (dua ratus juta

Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

a. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu

milyar rupiah).

b. Milik warga negara Indonesia.

c. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

(34)

dengan usaha menengah atau usaha besar.

d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Menurut Thomas Suyatno :

Sedangkan kriteria usaha kecil menengah adalah :

1. Sekurang-kurangnya 50% dari modal disetor dimiliki oleh orang Indonesia

asli, dan sebagian besar dari tiap-tiap pengurus (dewan komisaris dan/atau

direksi) adalah orang Indonesia asli, atau sekurang-kurangnya 75% dari modal

usaha dimiliki oleh orang Indonesia asli ialah mereka yang sudah membaur

sebagai orang Indonesia asli.

2. Besar modal/kekayaan bersih usaha adalah penerima KIK dan KMKP yang

mempunyai jumlah harta (total assets) tidak melebihi Rp. 300 juta yang

berlaku untuk semua sektor ekonomi, tidak termasuk nilai tanah dan rumah

yang ditempati. Sedanglan menurut Keppres No. 29 tahun 1984, penerima

KIK dan KMKP sampai dengan Rp. 75 juta, mempunyai harta (total assets)

tidak melebihi Rp. 600 juta.17

Jaminan untuk KIK dan KMKP, pada dasarnya adalah proyek/usaha yang

dibiayai dengan kredit tersebut. Apabila nasabah memiliki jaminan tambahan

tersebut dengan maksimum 50% dari plafon kredit.

17

(35)

B. Prinsip-Prinsip Pengakuan Kredit Usaha kecil

Ruang lingkup bagi usaha mikro kecil, kredit/pembiayaan dirasa cukup

penting mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi

diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan

modal mereka. Permasalahan timbul ketika pengusaha mikro kecil tersebut

diperhadapkan kepada kelengkapan persyaratan bank guna memperoleh pinjaman.

Meskipun usaha mereka feasible namun sebagian besar pengusaha mengalami

kesulitan dalam penyediaan asset dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

persyaratan jaminan kredit bank.

Fasilitas kredit kepada usaha kecil atau mikro, dan Menengah diatur dan

dimiliki ketentuan serta prosedur yang berbeda, yang secara mudah dapat dilihat

dari nama skim fasilitas kredit yang akan diberikan. Oleh karena itu, sekalipun fasilitas kredit diperuntukkan kepada usaha kecil dan atau mikro, tetapi prosedur

dan tata cara pemberiannya berbeda antara kebijakan yang satu dengan yang lain.

Tercapainya peningkatan dan pengembangan Usaha Kecil/Mikro dengan

tujuan untuk dapat meningkatkan pendapatan serta membuka lapangan pekerjaan.

Pelaku usaha/Pengusaha Mikro yang dimaksud dalam skim kredit ini adalah

masyarakat yang melakukan usaha produktif di semua sektor ekonomi kecuali

sektor agribisnis, merupakan bagian dari keluarga miskin untuk dapat melepaskan

(36)

Sasaran Kredit Mikro “Utama” adalah segmen pasar kredit skala mikro

yang masih memiliki potensi untuk dibiayai dengan kredit, seperti:

a) Perorangan yang memiliki usaha didalam Sektor Ekonomi produktif.

b) Kelompok usaha yang memiliki usaha didalam Sektor Ekonomi produktif,

lebih diutamakan untuk kelompok usaha yang berada di lokasi usaha yang

sama atau saling menunjang dan atau memiliki potensi pasar ekonomi.

Menurut UU No.20 Tahun 2008 Pasal 6 yakni “Kriteria Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut :

(1)Kriteria Usaha Mikro adalah :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah)

(2)Kriteria Usaha Kecil adalah:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus rupiah).

(37)

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasl penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua

miliyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliyar rupiah)

Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah nilai jual dari kekayaan

usaha yang dimiliki (asset) setelah dikurangi kewajibannya seperti hutang-

hutang. Yang dimaksud dengan penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih

yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun.

C. Tujuan dan Fungsi Pemberian Kredit Usaha Kecil

Prospek daripada aktivitas usaha kecil pada dasarnya sangat menunjang

sekali dari segi ekonomi, selain merupakan usaha keluarga, usaha kecil pada

dasarnya memiliki sikap kekeluargaan dan gotong royong yang tinggi. Tetapi

meskipun demikian usaha kecil dengan segala bentuknya memiliki latar belakang

masalah yang sangat kompleks seperti mutu dan kualitas produk, pemasaran, dan

juga permodalan.

Sebagai konsekuensi masalah utama dalam segala jenis usaha termasuk

usaha kecil maka perihal permodalahan adalah perihal permasalahan yang utama.

(38)

membantu permasalahan usaha kecil selain pemberian kredit lunak adalah dengan

prinsip kemitraan.

Pada dasarnya dalam hal pelaksanaan pemberian kredit maka selain adanya

jaminan atas kredit yang dimohonkan, maka terdapat persyaratan lainnya yaitu

kelayakan usaha. Dalam pelaksanaan pemberian kepada golongan ekonomi lemah

menengah maka perihal jaminan tidak mejadi alasan utama dikabulkannya

permohonan kredit. Pemberian kredit lunak kepada usaha kecil dan menengah

lebih dititikberatkan kepada kelayakan usaha dari debitur. Untuk hal yang

demikian maka pelaksanaan pemberian kredit lunak dengan studi kelayakan usaha

lebih berfokus kepada program kemitraan antara pemberi kredit (PT. Jamsostek

(Persero) Kantor Wilayah I Medan) dengan debitur.

Kemitraan sekarang ini sudah menjadi perhatian semua pihak, karena

kemitraan merupakan salah satu aspek dalam pertumbuhan iklim usaha untuk

pengembangan usaha kecil dan menengah melalui “pemberdayaan” dalam rangka

memperoleh peningkatan pendapatan dan kemampuan usaha serta peningkatan

daya saing dari usaha kecil dan menengah atau usaha besar. Pemberdayaan

tersebut disertai perbaikan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha

besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan

saling menguntungkan. Dengan demikian kemitraan merupakan suatu tindakan

(39)

Dalam tindakan ada hubungan bisnis tersebut, usaha menengah atau usaha

besar tetap diberikan kesempatan yang luas untuk tetap menjalankan tujuan

usahanya dalam memperoleh keuntungan yang berkelanjutan sehingga kemitraan

itu bukanlah merupakan bentuk “Pendermaan” usaha menengah atau usaha besar

kepada usaha kecil.

Jadi tujuan kemitraan adalah untuk mengangkat usaha kecil menjadi pilar

pembangunan ekonomi karena kelemahan mendasar petani/transmigran adalah

dari segi ekonomi dan akses ke sumber permodalan dan pasar. Kelompok usaha

kecil memerlukan dorongan pemerintah dalam peningkatan kualitas sumberdaya

manusia, teknologi, permodalan/kredit dan pemasaran.

Melalui kemitraan akan tercipta Transfer of Knowledge (transfer ilmu

pengetahuan) dalam hal pengalaman pengelolaan usaha yang lebih efisen dan

prosfektif bagi usaha kecil, sedangkan bagi usaha besar dan usaha menengah akan

memperoleh kontinuitas produksi atau meningkatkan kapasitas yang lebih besar.

Apabila diamati, usaha yang dikembangkan akan menghasilkan efisiensi

dan sinergi sumberdaya yang dimiliki masing-masing pihak yang bermitra

sehingga kemitraan dapat menjawab masalah Diseconomies of scale (keterbatasan

pengetahuan ekonomi) yang sering dihadapi oleh usaha besar atau usaha

menengah. Di samping itu kemitraan juga dapat memperkuat mekanisme pasar

dan persaingan usaha yang efisien dan produktif, sehingga dapat mengalihkan dari

(40)

transmigran, kemitraan jelas sangat menguntungkan karena dapat turut mengambil

manfaat pasar, modal, teknologi, manajemen dan kewirausahaan yang dikuasai

oleh usaha besar atau usaha menengah.

Dalam rangka mewujudkan kerjasama kemitraan diperlukan upaya-upaya

nyata dalam menciptakan iklim yang mampu merangsang terselenggaranya usaha

yang kokoh berdasarkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan

saling menguntungkan.

Kerjasama kemitraan dalam upaya keterkaitan usaha dilaksanakan melalui

pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan dengan

memberikan peluang kemitraan seluas-luasnya kepada usaha kecil dan menengah

baik oleh pemerintah maupun dunia usaha.

D. Bentuk-Bentuk Kredit Usaha Kecil

Jenis-jenis usaha usaha kecil meliputi :

1. Usaha pribadi

Usaha pribadi adalah usaha orang perorangan dalam bentuk usaha kecil,

sedangkan flatfom atau batasan tentang usaha kecil ini dibatasi oleh

undang-undang.

2. Usaha Koperasi.

Usaha yang dilakukan dalam bentuk koperasi.

(41)

jenis-jenis usaha kecil tersebut :

a. Diberikan kepada nasabah usaha kecil yaitu usaha yang memiliki total asset

maksimum Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati,

b. Flatfond maksimum Rp. 250 juta untuk membiayai usaha produktif dan kredit,

c. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan flatfond kredit

sampai dengan Rp. 25 juta, tanpa melihat jenis penggunaannya untuk kegiatan

produktif atau konsumtif,

d. Usahanya layak untuk dibiayai dan bersifat padat karya,

(42)

BAB IV

PEMBERIAN PINJAMAN KREDIT USAHA KECIL OLEH PT. BANK

SUMUT

A. Sejarah Singkat dan Tujuan Berdirinya PT. Bank Sumut

PT. Bank Sumut Medan semulanya bernama Bank pembangunan Daerah

Sumatera Utara, Bank ini didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan Akte

Notaris Rusli Nomor 22 dalam bentuk Perseroan Terbatas dengan nama BPDSU.

Pada tahun 1962 berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun1962 tentang

ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat l Sumatera Utara Nomor 5

Tahun 1965. Modal dasar pada saat itu sebesar Rp. 100 juta dan sahamnya

dimiliki oleh pemerintah Daerah Tingkat II se Sumatera Utara.Pada tanggal 16

April 1999, berdasarkan peraturan Daearah Tingkat I Sumatera Utara No.2 Tahun

1999, bentuk badan dirubah kembali menjadi perseroan terbatas dengan nama

Bank Sumut.

Perubahan tersebut dituangkan dalam Akte Pendirian Alina Hanum

Nasution SH, dan telah mendapat pengesahan dari mentri Kehakiman Republik

Indonesia dibawah Nomor C-8224 HT.01.01 TH 99, serta diumumkan dalam

berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 juli 1999. Modal dasar

pada saat itu ditetapkan sebesar Rp.400 miliar. Dan karena pertimbangan

(43)

melalui Akta No31. modal dasar ditingkatkan menjadi miliar.

PT. Bank Sumutmerupakan bank non devisa yang kantor pusatnya di jalan

Imam Bonjol No. 18 Medan. Dalam tahun 2006, Bank telah menambah I kantor

cabang pembantu, 4 kantor kas, 9 unit ATM dan 12 kantor kas yang mengalami

peningkatan status menjadi kantor cabang sedangkan kas mobil dan payment

point tidak berubah sehingga per 31 Desember 2006, Bank telah memiliki 20

kantor cabang konvensional, 21 kantor cabang pembantu, 30 kantor kas, 15 kas

mobil, I payment point, dan 29 unit ATM. Dalam tahun 2004, Bank membuka

Unit Usaha Syariah yang telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia Cabang

Medan dengan suratnya No. 6 / 142 / DPIP / Prz / Mdn tanggal 18 Oktober 2004.

Dalam tahun 2006, Bank juga menambah I cabang pembantu syariah sehingga per

31 Desember 2006, Bank telah memiliki 3 cabang syariah dan I kantor cabang

pembantu. Jumlah karyawan Bank pada tanggal 31 Desember 2006 adalah 2995

masing – masing berjumlah 1.218 dan 1.044 orang.

Adapun visi daripada Bank Sumut yakni menjadi bank andalan untuk

membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah

di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka

peningkatan taraf hidup rakyat dan misi daripada Bank Sumut yakni mengelola

dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada

prinsip-prinsip compliance.Statemen budaya perusahaan ini yakni memberikan

(44)

kelengkapan otonomi daerah dibidang perbankan, PT. Bank Sumut berfungsi

sebagai pengerak dan pendorong laju pembangunan di daerah,bertindak sebagai

pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai

salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha

sebagai Bank umum seperti dimaksudkan pada undang-undang nomor 7 tahun

1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 10 tahun 1998.

Penerapan standar pelayanan Bank Sumut merupakan hasil karya terbaik

dari seluruh sumber Daya Manusia yang bertujuan untuk memberikan pelayanan

yang standar sehingga para nasabah dan mitra kerja merasakan layanan yang sama

dimanapun mereka berinteraksi dengan bank sumut.Sejalan dengan penerapan

standar pelayanan tersebut kualitas sumber daya manusia terus ditingkatkan

dengan melaksanakan pendidikan dan latihan dengan biaya sebesar Rp.9.565 juta

atau 6,67% dari biaya tenaga kerja. Pada tahun 2006 juga dilakukan penerapan

system penilaian manajemen kinerja kepada seluruh pejabat structural yang

bertujuan untuk lebih meningkatkan kinerja dari pejabat karena penilaian

manajemen kinerja menjadi dasar untuk memperoleh kenaikan gaji pada tahun

2007.Untuk meningkatkan pemasaran produk dan jasa perbankan serta

mendukung kegiatan operasional bank kembali direktrut 55 orang pegawai baru

melalui hasil test yang dilakukan oleh pihak konsultan penerimaan pegawai yang

(45)

pegawai baru. Tahun 2007 akan dilakukan restrukturisasi pengelolaan sumber

daya manusia dengan melakukan perubahan dari system kepangkatan/golongan

menjadi grading sehingga sistem penggajian berdasarkan grade yang telah disusun

dan kenaikan gaji tidak diberikan secara berkala namun ditentukan oleh hasil

kinerjanya yang tergambar dari nilai manajemen kinerjanya.

Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2007

dianggarkan biaya pendidikan dan latihan sebesar Rp.11.200 juta atau 5% dari

biaya tenaga kerja PT. Bank Sumut dan 6 (enam) orang pegawai akan dikirim

mengikuti pendidikan S-2 diluar negeri. Untuk jurusan human resource (SDM)

sebanyak 2 orang, teknologi informatika (IT) sebanyak 2 orang dan treasury and

finance sebanyak 2 orang.

B. Struktur dan Organisasi PT. Bank Sumut Medan

Pengorganisasian adalah suatu aktivitas yang menghasilkan suatu struktur

organisasi. Organisasi adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh

orang-orang yang bekerja didalamnya. Struktur adalah susunan dari suatu bidang

pekerjaan yang akan di duduki sesuai dengan keahlian masing-masing. Jadi

struktur organisasi adalah susunan, fungsi departemen dan posisi mereka dalam

organisasi serta hubungan antara bagian-bagian yang satu dengan bagian yang

lainnya sehingga dapat tercipta suatu tim kerja yang baik dalam melaksanakan

(46)

merupakan landasan kerja bagi seluruh karyawan yang ada dalam suatu

perusahaan, dimana struktur organisasi perusahaan ini pada pokoknya

mengandung penetapan batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

masing-masing karyawan perusahaan.

Oleh sebab itu, pimpinan sebagai orang yang bertanggung jawab atas

kelangsungan organisasi haruslah mampu mengkoordinasi seoptimal mungkin,

khususnya terhadap seluruh Sumber Daya Manusia yang ada didalam baik secara

vertikal, horizontal maupun internal. Struktur organisasi yang digunakan pada PT.

Bank Sumut Cabang Utama Medan adalah berbentuk organisasi garis, dimana

kekuasaan berada di tangan dewan komisaris bersama dengan direktur.

Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab Divisi Pengawasan adalah

sebagai berikut:

1. Kepala Divisi Pengawasan

Tugas Kepala Divisi Pengawasan :

a. Merumuskan kebijakan Bank dalam mengamankan harta Bank.

b. Merumuskan kebijakan Bank dalam mengawasi membina seluruh unit

kerja bank untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.

c. Merumuskan program kerja Audit Tahunan dan Audit Khusus.

d. Mengusulkan kepada Direksi Rencana Kerja dan Anggaran Divisi

Pengawasan untuk dimasukkan kedalam Rencana Anggaran Tahunan,

(47)

e. Melaporkan kepada Direksi atas temuan hasil pemeriksaan.

Wewenang kepada Divisi Pengawasan :

a. Menentukan dan menetapkan ruang lingkup metode, cara prosedur , teknik

dan pendekatan audit dalam pelaksanaan audit.

b. Menyetujui dan menandatangani laporan-laporan audit yang dibuat oleh

Tim Audit setelah direview oleh setiap Kepala Bidang untuk disampaikan

kepada direksi.

c. Memanggil pejabat/staf/pagawai dari objek audit untuk diwawancarai

sehubungan adanya temuan yang merugikan bank.

d. Menandatangani atau memaraf surat-surat, memo dan laporan-laporan

lainnya sesuai kebutuhan.

e. Menilai dan menyetujui prestasi kerja pejabat/staf/ pagawai dalam

lingkungan divisi pengawasan.

Tanggung jawab kepada Divisi Pengawasan :

a. Bertanggung jawab kepada direksi atas pelaksanaan fungsi , tugas dan

wewenang divisi pengawasan.

b. Bertanggungjawab atas pelaksanaan program kerja audit tahunan dan audit

khusus yang menyangkut tugas divisi pengawasan.

c. Bertanggungjawab atas telah dilaksanakannya pedoman dan prosedur audit

didalam pelaksanaan audit yang telah dilakukan divisi pengawasan.

(48)

e. Bertanggungjawab atas hasil audit termasuk seluruh dokumen audit.

2. Kepala Bidang Pengawasan Umum

Tugas Kepala Bidang Pengawasan Umum :

Membantu Kepala Divisi menyusun;

a. Menyusun pedoman dan prosedur audit yang menyangkut Bidang

Perngawasan umum.

b. Menyusun Program kerja Audit Tahunan dan Audit Khusus (special

audit).

c. Membuat usulan anggaran biaya Bidang Pengwasan Umum untuk

dimasukkan kedalam Rencana Anggaran Tahunan, Menengah dan Panjang

Divisi Pengawasan.

d. Melengkapi dan memelihara dengan baik ketentuan dan peraturan intern

Bank Sumut serta ketentuan dan peraturan ekstern lainnya untuk

dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanan audit.

Wewenang Kepala Bidang Pengawasan Umum :

a. Bersama-sama kepala bidang lainnya di Divisi Pengwasan mengusulkan

ketua dan anggota tim Audit kepada Kepala Divisi.

b. Mereview laporan hasil audit yang dibuat oleh Tim Audit sebelum

ditandatangani oleh Kepal Divisi.

c. Memaraf surat-surat, memorandum dan laporan-laporan lainnya sesuai

(49)

d. Membuat usulan kepada Kepala Divisi untuk melakukan perbaikan sistem

Akuntansi dan Administrasi yang belum sesuai dengan PSAK No.31 dan

PAPI.

Tanggung jawab Kepala Bidang Pengawasan Umum:

a. Bertanggungjawab langsung kepada Kepala Divisi

b. Bertanggungjawab atas pelaksanaan program kerja Audit Tahunan dan

Audit Khusus yang menyangkut tugas bidang pengawasn umum

c. Bertanggungjawab atas telah dilaksanakannya pedoman dan prosedur audit

d. Dalam pelaksanan audit yang dilakukan bidang pengawasan.

e. Memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia bank.

3. Kepala Bidang Pengawasan Teknologi Sistem Informasi

a. Kepala Bidang Pengawasan Kredit.

Tugas Kepala Bidang Pengawasan Kredit :

1) Menyusun pedoman dan prosedur audit yang menyangkut Bidang

Perngawasan umum.

2) Menyusun Program kerja Audit Tahunan dan Audit Khusus (special

audit).

3) Membuat usulan anggaran biaya Bidang Pengwasan Umum untuk

dimasukkan kedalam Rencana Anggaran Tahunan, Menengah dan

Panjang Divisi Pengawasan.

(50)

intern Bank Sumut serta ketentuan dan peraturan ekstern lainnya untuk

dipergunakan sebagai pedoman dalam pelaksanan audit.

Wewenang Kepala Bidang Pengawasan Kredit :

1) Bersama-sama kepala bidang lainnya di Divisi Pengawasan

mengusulkan ketua dan anggota Tim Audit kepada Kepala Divisi.

2) Memberikan Rekomendasi pada obyek Audit untuk perbaikan atas

penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan dalam pelaksanaan

Audit.

3) Memiliki Kepala Divisi apabila diperlukan untuk mengadakan

hubungan dengan unit kerja lainnnya di lingkungan bank atau instansi

lainnnya sesuai dengan tugas Bidang Pengawasan Kredit.

4) Memberikan teguran, peringatan secara lisan kepada staf / pagawai

dalam lingkungan Bidang Pengawasan Kredit yang melanggar

ketentuan dan peraturan Bank sesuai ketentuan yang berlaku, dan

apabila diperlukan mengusulkan pemberian sanksi.

Tanggungjawab Kepala Bidang Pengawasan Kredit :

1) Bertanggungjawab langsung kepada kepala Divisi.

2) Bertanggungjawab atas pelaksanaan program kerja Audit Tahunana

yang menyangkut tugas bidang pengawasan kredit.

3) Bertanggungjawab atas telah dilaksanakannya pedoman dan prosedur

(51)

kredit.

4) Bertanggungjawab atas kebenaran laporan-laporan yang diterbitkan

oleh bidang pengawasan kredit.

5) Bertanggungjawab atas displin kerja staf dan pegawai dibidang

pengawasan kredit.

b. Auditor Aktivitas Usaha

Tugas Auditor Aktivitas Usaha :

1) Memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada

Pemimpin Cabang Utama tentang langkah-langkah atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya.

2) Membantu kepala bagian control intern dalam memantau dan

memerikasa kembali seluruh posting/ input data atas setiap transaksi

setiap harinya dikantor cabang utama.

3) Menyiapkan laporan hasil pemantauan dan kesalahan/ penyimpangan

dari pencatatan transaksi dengan tembusan kepada unit kerja terkait.

4) Menat adan mengarsipkan seluruh dokumen yang berhubungan denan

unit kerjanya.

5) Melaksanakan tugas lainnnya yang berhubungan dengan unit kerjanya.

Wewenang Auditor Aktivitas Usaha :

1) Meminta dokumen/ warkat transaksi dari unit kerja lainnya yang

(52)

2) Melakukan pemeriksaan secara khusus seluruh transaksi bersama

Kepala Bagian control Intern apasbila ditemukan suatu penyimpangan.

3) Melaksanakan wewenang lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

Tanggungjawab Auditor Usaha :

1) Bertanggungjawab atas kebenaran pelaksanaan seluruh tugasnya

kepada kepala bagian control intern.

2) Bertanggungjawab atas rahasia jabatan dan rahasia bank.

3) Bertanggungjawab atas keamanan dan keselamatan dokumen/ arsip dan

peralatan/ investasi dilingkungan unit kerjanya.

4) Bertanggungjawab atas kebenaran dan ketepatan waktu penyampaian

laporan yang berhubugan dengan pekerjaannya.

c. Auditor Administrasi

Tugas Auditor Administrasi :

1) Memberikan saran-saran dan pertimbangan-pertimbangan kepada

Pemimpin Cabang Utama tentang langkah-langkah atau

tindakan-tindakan yang perlu diambil dibidang tugasnya.

2) Melakukan pemeriksaan ulang atas semua dokumen pemberian kredit

dan penerbitan surat-surat berharga Bilyet Deposito/ Sertifikat

Deposito, jaminan Bank dan dokumen administrasi lainnya.

3) Menyiapkan laporan hasil pemeriksaan dan temuan penyimpangan

(53)

4) Membantu Kepala Bagian Kontrol Intern dalam menata/mengarsip

dokumen di lingkungan unit kerjanya.

5) Melaksanakan tugas lainnya yang berhubungan dengan unit kerjanya.

Wewenang Auditor Administrasi :

1) Meminta dokumen/berkas dari unit kerja lainnya yang berhubungan

dengan tugas lainnya.

2) Melakukan pemeriksaan secara khusus seluruh dokumen bersama

kepala bagian Kontrol Intern apabila ditemukna suatu penyimpangan

administrasi.

3) Melaksanakan wewenang lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.

C. Prosedur Pemberian Pinjaman Kredit Usaha Kecil Pada PT. Bank Sumut

Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti Pengertian Prosedur

Pemberian Kredit adalah : “Tahapan-tahapan yang dirancang oleh pihak Bank

dengan maksud mempermudah calon Debitur untuk melaksanakan kredit, dimana

tahapan-tahapan tersebut harus dilakukan oleh kedua belah pihak baik oleh pihak

Bank maupun calon Debitur dengan ketentuan yang berlaku”.18

18

Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti. 2004. Manajemen Perkreditan Bank Umum.

(54)

Dari penjelasan diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Prosedur

pemberian kredit dilakukan dengan beberapa tahap dimana tujuannya adalah

untuk memastikan kelayakan suatu kredit, baik itu diterima ataupun ditolak.

Sedangkan Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti Prosedur

pemberian kredit adalah :

1. Persiapan kredit

2. Analisis atau penilaian kredit..

3. Keputusan kredit.

4. Pelaksanaan dan Administrasi Kredit.

5. Supervisi kredit dan pembinaan debitur.19

Berdasarkan kutipan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa prosedur

pemberian kredit dilakukan demi lancarnya proses pemberian kredit. Prosedur

yang dilaksanakan dirancang dengan maksud memudahkan para calon Debitur

untuk melaksanakan transaksi kredit. Adapun penyajianya dalam bentuk

langkah-langkah yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak, baik oleh pihak Bank atau

bukan Bank maupun calon Debitur dengan ketentuan yang berlaku.

Prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bank

Sumut dilakukan dengan adanya permohonan kredit secara tertulis dan

langsung diajukan oleh pemohon ke kantor cabang dengan melampirkan

19

(55)

dokumen yang dipersyaratkan. Setelah menerima berkas permohonan

tersebut di atas, kantor PT. Bank Sumut harus melakukan identifikasi

pendahuluan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Meminta informasi kredit atas nama calon debitur (suami dan istri),

pengurus dan pemilik perusahaan melalui fasilitas SID dan OLIBs,

sekaligus memeriksa termasuk atau tidaknya pihak-pihak tersebut

dalam daftar hitam (blaklist).

2. Sebelum melakukan analisis terhadap permohonan kredit, cabang

terlebih dahulu harus melakukan verifikasi terhadap :

a. Kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan,

b. Keabsahan dokumen-dokumen pendukung permohonan kredit,

c. Kebutuhan data pendukung lainnya yang diperlukan.

3. Data/ berkas pendukung yang diminta kantor cabang berupa foto copy

diwajibkan pengecekan ulang dengan aslinya dan dilegalisir oleh

pejabat yang bersangkutan.

4. Melakukan rechcek/ konfirmasi ulang kepada instansi yang terkait

terhadap legalitas dan izin usaha yang diragukan kebenarannya.

5. Mematiskan kebenaran asli slip gaji terakhir/ surat keterangan

penghasilan dari tempat bekerja, bagi pemohon yang berstatus

pegawai/ profesional.

(56)

7. Melaksanakan cheking on the spot terhadap usaha dan taksasi agunan sesuai ketentuan yang berlaku.

8. Membuat laporan taksasi agunan dan analisa pendahuluan.

9. Untuk kredit di atas Rp. 5 Milyar penilian agunan harus didukung

dengan hasil penilian dari kantor jasa penilai publik.

Tindakan yang harus dilakukan sejak diajukannya permohonan

kredit dari nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan

oleh bank harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan petunjuk sebagai

berikut :

1. Permohonan kredit.

a. Permohonan fasilitas kredit mencakup :

b. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas,

c. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan,

d. Permohonan perpanjangan / pembaharuan masa berlaku kredit yang

telah berakhir jangka waktunya,

e. Permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit

yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan /

pengun-duran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

2. Berkas.

Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari :

(57)

sah,

b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan

lengkap diisi oleh nasabah,

c. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas

kredit.

3. Pencatatan.

Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam

register khusus yang disediakan.

4. Kelengkapan dan berkas permohonan.

Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang

ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya.

Selama permohonan kredit sedang diproses, maka berkas permohonan

harus dipelihara dalam berkas permohonan.

5. Formulir daftar isian permohonan kredit.

Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank

mempergunakan daftar isian permohonan kredit yang harus diisi oleh

nasabah, formulir neraca, daftar rugi/laba.

6. Penyidikan dan analisis kredit.

Penyidikan (Investigasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi :

a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur,

Referensi

Dokumen terkait

Pembayaran sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan kemudian ( deferred interest payment/interest balloon payment ), yakni bentuk restrukturisasi kredit yang dilakukan bank

Persyaratan pengajuan kredit yang lebih dimudahkan bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Swamitra juga telah menetapkan “Strategi Jemput Bola” atau

Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia , Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.. Djumhana,Muhammad 2006, Hukum Perbankan di Indonesia

Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Objeknya Hak Guna Bangunan (Studi pada Bank Internasional Indonesia Cabang Medan).. BAB IV KREDIT DENGAN JAMINAN HAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP KREDIT MACET ATAS PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA PT. BANK

“Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada PT.Bank Sumut Medan.” B.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak bank untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut pada tahapan pertama adalah upaya penyelamatan kredit, dengan syarat apabila

bank untuk menilai suatu permohonan kredit yang telah diajukan oleh debitur. Dengan melakukan analisis terhadap permohonan kredit tersebut