BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting terhadap
perekonomian di suatu negara maupun dunia. Bank adalah lembaga keuangan
yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan usaha swasta,
badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan
dana-dana miliknya.1
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal
menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di bank apabila dilandasi akan kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa
uangnya tidak akan disalah gunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan
baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat uang telah dijanjikan simpanan
tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau
menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Peranan perbankan dalam meningkatkan perekonomian di
suatu negara sangat kuat dari berbagai aspek salah satunya untuk mengembangkan
usaha yang terdapat di negara tersebut.
2
Kegiatan penyaluran dana, bank mendapatkan dana dari hasil proses
penghimpunan dana masyarakat kemudian memutar dana tersebut dengan cara
1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group:Jakarta, 2005, hal 7.
2
memberikan pinjaman berupa kredit kepada debitur untuk melakukan usahanya.
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang di persamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil3. Dalam pemberian
kreditnya bank harus memerhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang benar,
artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin
terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar kembali4. Keyakinan
tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut diberikan,
ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan dengan
analisis 5C yaitu, Character, Capacity, Capital, Colleteral dan Condition 5
Pemberian kredit yang dilakukan harus memiliki perjanjian antara pihak
bank dengan pihak debitur, karena perjanjian merupakan suatu kesepakatan atau
komitmen yang disetujui bersama untuk dilaksanakan dengan baik serta menepati .
Prinsip-prinsip tersebut harus di tegakkan oleh pihak bank agar dapat
meminimalkan resiko yang dapat terjadi salah satunya adalah pengembalian kredit
yang tidak tepat waktu atau dapat menyebabkan kredit bermasalah, karena tanpa
dilakukannya analisa terlebih dahulu dapat membuat resiko timbulnya data-data
fiktif yang diberikan oleh para nasabah, sehingga ada kemungkinan sebenarnya
nasabah tersebut tidak layak menerina kredit tetapi diberikan kredit atau
pemberian kredit yang melebihi kemampuan ekonomi dari debitur tersebut.
3
Kasmir, Analisa laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2012 , hal. 97.
4
Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2012 , hal.101.
isi perjanjian yang telah disepakati bersama tersebut. Dalam perjanjian kredit
harus dicantumkan segala hak dan kewajiban kedua belah pihak, dalam hal ini
menyangkut tentang persyaratan, jaminan, jumlah kredit yang dibutuhkan, jangka
waktu serta fasilitas yang didapatkan oleh debitur.
Perjanjian disarankan dalam pemberian kredit, karena melalui perjanjian
pihak yang merasa dirugikan dapat menuntut pihak yang telah mengingkari isi
dari perjanajian tersebut, karena perjanjian merupakan hal yang berkaitan dengan
hukum maka dari itu perjanjian tersebut memiliki kekuatan hukum di pengadilan.
Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua
pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau di anggap berjanji untuk melakukan
suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak
menuntut pelaksanaan janji itu6
Pemerintah Indonesia saat ini juga mendukung program ini bahkan
pemerintah saat ini memberikan solusi kepada para pelaku Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (selanjutnya disebut dengan UMKM) untuk bisa mendapatkan .
Mengingat perkembangan kredit saat ini sangat berkembang dengan pesat,
karena banyak bank yang menawarkan berbagai produk pemberian kredit dengan
persyaratan yang mudah di penuhi serta bunga kredit yang rendah. Hal ini
memberikan peluang yang besar kepada banyak pelaku usaha yang kekurangan
modal dalam mengembangkan usahanya agar dapat meningkat dari yang
sebelumnya, karena sektor perkreditan merupakan salah satu cara bagi para
pengusaha untuk mendapatkan modal dari bank.
6
pinjaman kredit dengan bunga yang rendah melalui program kredit usaha rakyat
yang saat ini program tersebut banyak tersedia di setiap bank konvensional untuk
dapat di akses dengan mudah oleh para pelaku UMKM tersebut. Hal ini berkaitan
dengan fungsi atau kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Sesuai dengan isi Pasal 1 angka
2 Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.7
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 1 tentang Perbankan
menyatakan bahwa:
8
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fasilitas kredit yang
didapat oleh masyarakat saat ini berasal dari masyarakat itu sendiri dan bank
merupakan lembaga pengelola uang masyarakat tersebut harus dapat memberikan
fasilitas berupa kebijakan-kebijakan yang dibuat melalui program-program
penyaluran kredit yang berkualitas sehingga mudah di akses oleh seluruh
7
Lihat lebih lanjut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
8
masyarakat yang membutuhkan tanpa mengesampingkan prosedur-prosedur yang
berlaku dan tetap mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku.
Program yang telah tersedia saat ini merupakan solusi yang baik dari
pemerintah karena bunga yang rendah membuat para pelaku usaha tidak akan
kesulitan dalam melakasanakan tanggung jawabnya dalam membayar cicilan
kredit. Dalam pengembangan usaha para pelaku usaha tersebut juga akan lebih
mudah dalam meningkatkan keuntungan dari usahanya karena modal yang cukup
akan berdampak positif terhadap keuntungan usaha selama usaha tersebut di
kelola dengan baik dan benar oleh pelaku usaha tersebut. Karena kebanyakan
permasalahan yang dialami oleh para pelaku usaha termasuk usaha, kecil dan
menengah terdapat pada modalnya.
Modal yang tidak cukup akan menimbulkan kesulitan bagi pelaku usaha
dalam mengembangkan usahanya, karena keuntungan yang dihasilkan dari usaha
digunakan untuk membayar biaya operasional bahkan tidak jarang para pelaku
usaha tersebut tidak dapat membayar biaya operasionalnya, apabila seperti itu
maka usaha tersebut akan terancam merugi bahkan mengalami kebangkrutan.
Berdasarkan pelaksanaan praktek perbankan di Indonesia, proses pemberian
kredit pada umumnya telah memiliki standar-standar keamanan yang baik dilihat
dari persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh bank dan harus dipenuhi
oleh para debitur yang ingin mendapatkan kreditnya, selain itu bank juga
menganalisa kemampuan dari calon debitur untuk menetapkan jumlah kredit yang
diberikan sesuai dengan kemampuan keuangan dari debitur tersebut. Kemudian
memperoleh kredit, tanpa adanya jaminan tentu akan membuat debitur kesulitan
untuk mendapatkan kredit yang diharapkannya. Salah satu usaha yang banyak
mengajukan pinjaman di bank adalah UMKM, karena usaha ini adalah usaha yang
paling banyak terdapat di indonesia tentunya karena usaha ini tidak susah dalam
hal pendiriannya dan tidak membutuhkan modal yang cukup fantastis.
Secara umum (menurut Paket Kebijaksanaan 29 Mei 1993 dan didukung
dengan surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/24/Kep/Dir tanggal 29
Mei 1993), yang dimaksud dengan kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang
diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum
Rp.250.000.000 untuk membiayai usaha yang produktif. 9 Sementara, kredit yang
diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit sampai dengan Rp
25.000.000 biasanya di anggap sebagai kredit kepada usaha mikro.10
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri Berdasarkan
Pasal 1 angka 1,2 dan 3 Undang-Undang nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM
“Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagai mana di atur
dalam undang-undang ini.
9
Totok Budisantoso, Sigit Triandaru, Op.Cit, hal 121. 10Ibid
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai mana diatur
dalam undang-undang ini”11
Kredit macet menyebabkan dampak yang negatif terhadap kinerja bank,
salah satu dampaknya adalah kenaikan Non Performing Loan (NPL) yang
merupakan kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi lancar,
kurang lancar, diragukan dan macet. Kredit bermasalah atau kredit macet adalah .
Permasalahan yang sering terjadi saat ini terdapat pada resiko yang cukup
tinggi dalam pemberian kredit termasuk kepada pemberian kredit kepada para
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang dimana cukup tingginya angka
kredit macet yang bersumber dari pelaku UMKM tersebut. Hal ini dapat terjadi
karena disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal dari
pihak bank tersebut. Salah satu faktor internal yaitu disebabkan oleh akibat
kesalahan dalam menganalisa kemampuan debitur, biasanya terjadinya kelebihan
pemberian jumlah kredit yang tidak sesuai dengan kemampuan debitur dalam
melakukan pembayarannya menjadi faktor utama, kemudian dapat juga
disebabkan oleh pemberian data yang fiktif dari pihak debitur yang sangat
berdampak buruk bagi proses kelanjutan kredit, hal ini terjadi karena pihak bank
kurang teliti dan hati-hati dalam melaksanakan prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan dalam proses pemberian kredit.
11
kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni
dari pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang
dengan sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan
pembayaran.12
12
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan, Rajawali Pers, Edisi 1 Cetakan ke-6: Jakarta, 2013, hal 155
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal
12 April 2004 menyatakan penilaian atas aspek kualitas asset ini didasarkan pada
perhitungan Non Performing Loan (NPL). NPL menunjukkan seberapa besar
tingkat kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang bank berikan ke
masyarakat. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
menyatakan bahwa semakin tinggi NPL, menunjukkan bahwa bank untuk kualitas
kredit bank semakin buruk. Oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga
kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, apabila NPL disuatu bank
tinggi maka kualitas dari bank tersebut buruk, karena dengan tingginya angka
NPL maka akan berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan perusahaan dan sudah
pasti akan menurunkan laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Setiap bank yang
menyalurkan kredit kepada masyarakat pasti tidak terlepas dari resiko kredit
macet, hal ini juga terjadi pada PT.Bank Sumut yang merupakan salah satu bank
yang berstatus sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam Bentuk
Perseroan Terbatas yang sudah pasti banyak menyalurkan dana kredit kepada
TINGKAT PERSENTASE NPL TAHUN 2012-2015
Sumber : Hasil Wawancara kepada Yustin Sagala sebagai Pemimpin Bidang Administrasi Laporan, Selasa 09 Mei 2017,pukul 14.00 WIB13
Dari tabel tersebut dapat dilihat perkembangan persentase kredit macet dalam
4 tahun, dimana kredit macet yang paling tinggi terjadi pada tahun 2014. Kasus
angka kredit macet pada PT Bank Sumut Medan pernah terjadi pada tahun 2014,
dimana tingginya angka NPL yang mencapai angka 5,47 persen dan ini menjadi
yang terburuk selama 12 tahun terakhir menurut pimpinan Divisi PT. Bank
Sumut. Dia menegaskan pertumbuhan kredit Bank Sumut yang hanya 5,06 persen,
Pertumbuhan kredit yang sangat kecil mengakibatkan rasio LDR Bank Sumut per
Juni 2014 turun menjadi 82,89 persen dari sebelumnya posisi Juni 2013 sebesar
90,93 persen. Ketidakmampuan ekspansi kredit itu ternyata juga diikuti dengan
semakin memburuknya rasio kredit bermasalah ( NPL Gross) yang pada posisi
Juni 2014 sudah menembus batas threshold OJK yaitu per Juni 2014 sebesar 5,46
persen dari sebelumnya posisi Juni 2013 sebesar 3,70 persen.14
13
Hasil Wawancara kepada Yustin Sagala Pemimpin Bidang Administrasi Laporan, Selasa 09 Mei 2017,pukul 14.00 WIB
14
Pemred, Artikel, Dikutip dar
Kredit macet timbul akibat pelaksanaan perjanjian yang tidak sesuai dengan
kesepakatan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini debitur sebagai
salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya serta tanggung jawabnya
dengan baik. Maka dalam keadaan seperti ini harus diambil tindakan penyelesaian
yang tepat dari pihak bank sumut agar permasalahan kredit tersebut dapat segera
diselesaikan dengan baik oleh pihak bank demi kelancaran pelaksanaan kegiatan
operasional bank dan kesejahteraan dari para pegawai bank tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji hal tersebut
lebih dalam dengan melakukan penelitian untuk penulisan skripsi dengan judul :
“Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada PT.Bank Sumut Medan.” B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah faktor-faktor penyebab kredit macet atas pemberian kredit
UMKM pada PT Bank Sumut Medan?
2. Bagaimanakah dampak kredit macet yang disalurkan di sektor UMKM
melalui PT Bank Sumut Medan?
3. Bagaimana penyelesaian kredit macet yang disalurkan di sektor UMKM
melalui PT Bank Sumut Medan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui faktor penyebab kredit macet atas pemberian kredit
kepada pelaku UMKM pada PT Bank Sumut Medan.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kredit macet yang
disalurkan kepada pelaku UMKM pada PT Bank Sumut Medan.
3. Untuk mengetahui cara penyelesaian kredit macet yang ditimbulkan oleh
pelaku UMKM pada PT Bank Sumut Medan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini tidak hanya ditujukan bagi penulis sendiri, namunjuga
bagi masyarakat luas serta bagi aparat penegak hukum dalam praktekpenegakan
hukum. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini dikelompokkanmenjadi 2 (dua),
yaitu:
1.Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbanganpemikiran
untuk mengetahui secara jelas mengenai perjanjian kredit UMKM, menambah
pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kredit macet. Selain itu,
hasil penelitian ini juga akan dapat menambah pengetahuan di bidang Hukum
Perjanjian, serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat data
empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan yang akan berguna dalam
memberikan jawaban terhadap masalah yang akan di teliti yaitu mengenai
memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat serta memberi
masukan kepada pemerintah dan pelaku usaha.
E. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan skripsi
ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kombinasi penelitian
yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif yaitu
mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam
masyarakat.15 Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara penelusuran
terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan
perundang-undanganyang mengatur topik yang penulis angkat, serta memperoleh data
maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan,
jurnal hasil penelitian, majalah, situs internet, dan sebagainya. Sementara
penelitian yuridis empiris adalah penelitian permasalahan mengenai hal-hal
yang bersifat yuridis dan didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil
penelitian dengan mengacu kepada pola-pola perilaku masyarakat yang nyata
di lapangan.16
15
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika: Jakarta, 2009, hal. 105. 16Ibid
Soerjono Soekanto, berpendapat bahwa penelitian hukum
sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian
sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum. 17
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat
teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori. 18
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke lapangan
melalui wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa debitur dan
wawancara kepada Pemimpin Divisi Ritel dari PT. Bank Sumut. Sedangkan
data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi
peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel hukum dari internet, media
massa dan kamus serta data yang terdiri atas:
a. Bahan hukum primer, yaitu ketentuan-ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mempuntai ketentuan hukum mengikat.
Peraturan perundang-undangan yang dipergunakan dalam penyusunan
skripsi ini adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
17
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada:Jakarta, 2007, hal. 41.
18
10 Tahun 1998, Undang-Undang 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah, dan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata(selanjutnya disebut dengan KUHPerdata).
b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan judul
skripsi yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer
seperti artikel-artikel, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya
yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.
c. Bahan hukum tersier, yaitu kamus, ensiklopedia, artikel hukum dari
internet dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan
penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan (Data Sekunder)
Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang
berhubungan dengan masalah yang penulis teliti seperti buku-buku
hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet,
pendapat para sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.
b.Studi Lapangan (Data Primer)
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan
pihakyang terkait dalam hal ini adalah Pemimpin Divisi Ritel sebagai
informan serta pihak yangberhubungan dengan masalah kredit macet di
5. Analisa Data
Pada umumnya, dalam penelitian-penelitian sosial dikenal dua macam
analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam skripsi ini,
riset yang dilakukan bersifat deskriptif dan tidak menggunakan data dalam
bentuk angka-angka, dengan kata lain penelitian ini bersifat kualitatif. Oleh
karena itu, terhadap data-data yang telah terkumpul, digunakan analisis data
kualitatif yaitu pengumpulan data-data primer melalui pengamatan dan
wawancara, untuk kemudian dikaitkan dengan data sekunder maupun data
lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.
F. Keaslian Penulisan
Keaslian penulisan merupakan suatu tanda bagi penulis bahwa apa yang
dibuat dan dijelaskannya pada tugas akhir ini merupakan suatu hasil karya dan
buah pikiran sendiri. Dimana penulis tidak mencontoh hasil skripsi orang lain
untuk menjadi sebuah karya yang diakui sebagai hasil karyanya sendiri.Setelah
menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Perdata. Akan tetapi
penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalahan dengan
judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang“Tinjauan Hukum
Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada PT.Bank Sumut Medan”.
Tetapi dalam penulisan skripsi ini penulis menjadikan skripsi terdahulu
sebagai bahan referensi penulis, adapun skripsi yang dijadikan referensi oleh
Nama : Putri Arini
Nim : 090200211
Judul : Analisis Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pada PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai.
Rumusan Masalah :
1. Apa sajakah Faktor-faktor penyebab kredit macet atas pemberian kredit
UKM di Bank Danamon Cabang Sukaramai?
2. Bagaimana dampak dari suatu kredit macet terhadap Bank Danamon
Cabang Sukaramai?
3. Bagaimana Penyelesaian kredit macet di Bank Danamon Cabang
Sukaramai?
Oleh karena itu, asas-asas tulisan ini merupakan asli penulis dan dapat
dipertanggung jawabkan.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulisan dan penjabaran
penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini
dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini menguraikan latar belakang, yaitu apa yang melatar
belakangi penulis mengangkat judul ini. Permasalahan, yaitu hal-hal yang menjadi
permasalahan dalam skripsi ini. Tujuan penulisan, yaitu maksud dari penulis
menulis skripsi. Manfaat penelitian, yaitu apa yang menjadi manfaatnya bagi
penulis dan setiap pembaca. Metode penelitian, yaitu metode yang penulis
penegasan bahwa skripsi ini dapat dijamin keasliannya dan bukan merupakan
bentuk plagiat dari penulisan lain. Sistematika penulisan, yaitu uraian ringkas dari
skripsi ini.
Bab II Tinjauan Umum Tentang Hukum Perbankan dan Perjanjian Kredit, bab ini
menguraikan tentang pengertian tentang perjanjian, syarat-syarat sah perjanjian,
dasar-dasar hukum perbankan di Indonesia, asas-asas yang belaku dalam praktek
perbankan.
Bab III Tinjauan Umum tentang perkreditan dan kredit UMKM, bab ini
membahas dan menguraikan tentang pengertian kredit dan system pemberian
kredit, persyaratan pemberian kredit, pengertian tentang UMKM, kebijakan
terhadap kredit UMKM
Bab IV Tinjauan hukum terhadap kredit macet atas pemberian kredit usaha
mikro,kecil dan menengah (UMKM) pada PT Bank Sumut Medan, bab ini berisi
mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kredit macet,
kemudian dampak yang ditimbulkan atas terjadinya kredit macet terhadap PT
Bank Sumut Medan dan Bagaimana cara PT Bank Sumut Medan dalam
menyelesaikan masalah kredit macet tersebut.
Bab V Kesimpulan Dan Saran, bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hal
yang dibahas dan diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis