PENGARUH STANDARDISASI KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH (UMKM) PADA PT.BANK MANDIRI – MICRO BANKING DISTRICT CENTRE MEDAN PULAU PINANG
OLEH
JAN RUBEN TARIGAN 070502212
Program Studi Strata Satu Manajemen Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pada PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center Medan Pulau Pinang.”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari penyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas
Medan, September 2011 Yang membuat
pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagiMu Yesus Kristus atas segala berkat yang luar biasa yang
telah Engkau berikan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini. KasihMu sungguh luar
biasa dalam setiap langkah kehidupanku. Tanpa pertolongan dan campur tanganMu tak
mungkin aku dapat melalui segala rintangan dan hambatan dalam kehidupan ini.
Skipsi ini berjudul “Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit
Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pada PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center Medan Pulau Pinang.” disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara. Berbekal masalah
yang sederhana dan pengetahuan yang terbatas, penulis menyadari bahwa skripsi ini
belumlah sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis mempersembahkan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua orangtua
Penulis, ayahanda Drs. Kampiun Tarigan, MM., MBA dan Ibunda Serijaya beru Karo yang
dengan ikhlas dan penuh dukungan disertai kasih sayang dan doa menuntun Penulis dalam
hidup.
Selama proses studi dan pengerjaan penelitian ini, Penulis telah banyak menerima
saran, motivasi, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara yang selalu berusaha membangun Fakultas ekonomi
2. Ibu Dr. Isfennti Sadalia, SE., M.Si. dan Ibu Dra. Marhayani, M.Si. selaku Ketua
Departemen dan Sekretaris Departemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara yang telah mendidik dan mendorong memajukan Mahasiswa/i.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Departemen
Manajemen Universitas Sumatera Utara yang selalu membimbing Mahasiswa/i
untuk mempersiapkan diri untuk masa depan.
4. Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, M.Si. selaku dosen pembimbing. Penulis
mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu atas kesabaran dan kesediaan Ibu
atas waktu yang Ibu berikan untuk skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si. dan Ibu Dr. Yeni Absah, SE., M.Si. selaku dosen
penguji I dan dosen penguji II. Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas
kesedian Bapak dan Ibu memberikan waktu dan saran serta nasehat dari Bapak dan
Ibu untuk Penulis.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Manajemen yang telah
memberikan pelajaran yang berharga selama di perkuliahan.
7. Seluruh pegawai Departemen Manajemen, Bang Jum, Kak Vina, Kak Taty, Pak
Kotiman yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi di Departemen
Manajemen.
8. Abang Penulis, Keriahenta Tarigan, SE., Ak. yang telah memberikan semangat
dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
seluruh teman di Fakultas Ekonomi khususnya stambuk 2007 Departemen
Manajemen.
9. Semua teman-teman dan sahabat permata sion dalam pelayanan di Gereja Batak
Karo Protestan (GBKP) yang turut mendukung penulis dalam doa untuk
10. Semua teman-teman dan sahabat seperjuangan Irja, Eva, Melda, Inggrid, Irveb,
Andrio, Rihi, Elreza, Haryani, Ika Fitria yang telah memberikan dorongan dan
semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta terima kasih atas
kebersamaan yang telah kita jalani bersama.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karuniaNya. Amin.
Medan, September 2011 Penulis
ABSTRAK
Jan Ruben Tarigan, 070502212, Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pada PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center Medan Pulau Pinang. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tahun 2011
Kredit untuk pengusaha kecil tidak terlepas dari peranan bank-bank pemerintah maupun bank swasta salah satunya adalah Bank Mandiri dalam mengembangkan bisnis pembiayaan UMKM. Bank Mandiri menyederhanakan proses pemberian kredit dengan merancang standardisasi formulir aplikasi khusus bagi usaha mikro dan kecil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh standarisasi kelayakan pemberian kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Jaalan Pulau Pinang Medan. Jenis penelitian adalah deskriptif (kuantitatif). Populasi dalam penelitian mengenai pengaruh standarisasi kelayakan pemberian kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Jalan Pulau Pinang Medan. Populasi adalah seluruh debitor di bank Mandiri sebanyak 8900 orang. Besar sampel sebanyak 99 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner.
Hasil penelitian diperoleh terdapat pengaruh antara standarisasi kelayakan pemberian kredit (dokumen (p = 0,000), agunan (p = 0,002), kondisi (p = 0,012 dan aspek keuangan ( p = 0,009) terhadap keputusan pemberian kredit UMKM.
Untuk itu disarankan bagi pihak Bank Mandiri agar memberikan kredit bagi usaha UMKM dengan persyaratan yang lebih ringan, serta menyesuaikan nilai aset yang menjadi agunan dengan nilai kredit yang diberikan.
ABSTRACT
Jan Ruben Tarigan, 070502212, Feasibility of Standardization Effect Against
Lending for Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) At PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center Medan Pulau Pnang. Thesis Department of
Management Faculty of Economics, University of North Sumatra in 2011.
Credit for small entrepreneurs can not be separated from the role of state banks and private banks are Bank Mandiri, one of them in developing SME finance business. Bank Mandiri simplify the lending process by designing a special application form
standardization for micro and small
This study aims to determine the effect of standardization of the credit worthiness of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Pinang Street Medan. This type of research is descriptive (quantitative). Population in research on the effects of the credit worthiness standards of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Pinang Street Medan. The population is all debitors at Bank Mandiri as 8900 people. A sample size of 99 people. Sampling technique using a purposive sampling method. Collecting data using a questionnaire.
The results obtained there is influence between the credit worthiness standards (document (p = 0.000), collateral (p = 0.002), condition (p = 0.012 and financial aspects (p = 0.009) against the decision of MSME lending.
It is recommended for the Bank to provide credit to SMEs with the business requirements of a lighter, and adjust the value of the collateral assets to the value of loans.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II Tinjauan Pustaka ... 10
2.1 Uraian Teoritis ... 10
2.2 Penelitian Terdahulu ... 19
2.3 Kerangka Konseptual ... 19
2.4 Hipotesis ... 20
BAB III Metode Penelitian ... 21
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
3.3 Batasan Operasional ... 21
3.4 Definisi Operasional ... 22
3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 24
3.6 Populasi dan Sampel ... 24
3.7 Jenis Data ……….. 26
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 27
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27
3.10 Teknik Analisis ... 28
BAB IV Analisis dan Pembahasan ... 31
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 31
4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas... 32
4.2.1 Uji Validitas ... 32
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 38
4.3 Metode Analisis Data ... 40
4.3.1 Analisis Deskriptif ... 40
4.3.2 Asumsi Klasik ... 48
4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 53
4.3.3.1 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 55
4.3.3.2 Uji F ... 55
4.3.3.3 Uji t ... 58
4.4 Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 63
5.1 Kesimpulan... 63
5.2 Saran ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Usaha Besar………... 4
Tabel 2.1 Persentase Minimum Penyisihan Kerugian………. 14
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel………... 23
Tabel 4.1 Validitas Instrumen……… 33
Tabel 4.2 Uji Validitas………... 37
Tabel 4.3 Reliability Statistics………... 38
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas………... 39
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 40
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…... 40
Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan……….. 41
Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Debitur Bank………... 42
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel Dokumen Usaha………... 42
Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel Agunan………... 43
Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel Kondisi Usaha……… 45
Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel Aspek Keuangan……… 46
Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Variabel Pemberian Kredit………... 47
Tabel 4.14 Kolmogrov-Smirnov……….. 50
Tabel 4.15 Uji Glejser……….. 52
Tabel 4.16 Uji Multikolinieritas………... 53
Tabel 4.17 Analisis Regresi Linear Berganda………. 54
Tabel 4.18 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)…………... 55
Tabel 4.19 Uji F………... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Mendapatkan dan Mempertahankan Kepercayaan ... 11
Gambar 2.2 Proses Pembelian Konsumen ... 14
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual ... 17
Gambar 4.1 Logo Depot Air Minum Tris Water Reverse Osmosis System (RO) ... 30
Gambar 4.2 Ruang Operasional Depot Tris Water Reverse Osmosis System (RO) ... 31
Gambar 4.3 Ruang Peralatan Mesin Depot Air Minum Tris Water Reverse Osmosis System (RO) ... 31
Gambar 4.4 Histogram Uji Normalitas ... 40
Gambar 4.5 Plot Uji Normalitas ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
Lampiran I Kuesioner Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pada PT. Bank Mandiri – Micro Banking District Center Medan Pulau
Pinang………... 67 Lampiran II Distribusi Jawaban Responen Pada Sampel
Penelitian……… 72
Lampiran III Distribusi Jawaban Responden Pada
Validitas………. 77
Lampiran IV Output SPSS versi 17.00 for windows Pada Uji
Validitas………. 78
Lampiran V Output SPSS versi 17.00 for windows Pada
ABSTRAK
Jan Ruben Tarigan, 070502212, Pengaruh Standardisasi Kelayakan Pemberian Kredit Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Pada PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center Medan Pulau Pinang. Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara tahun 2011
Kredit untuk pengusaha kecil tidak terlepas dari peranan bank-bank pemerintah maupun bank swasta salah satunya adalah Bank Mandiri dalam mengembangkan bisnis pembiayaan UMKM. Bank Mandiri menyederhanakan proses pemberian kredit dengan merancang standardisasi formulir aplikasi khusus bagi usaha mikro dan kecil
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh standarisasi kelayakan pemberian kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Jaalan Pulau Pinang Medan. Jenis penelitian adalah deskriptif (kuantitatif). Populasi dalam penelitian mengenai pengaruh standarisasi kelayakan pemberian kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Jalan Pulau Pinang Medan. Populasi adalah seluruh debitor di bank Mandiri sebanyak 8900 orang. Besar sampel sebanyak 99 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner.
Hasil penelitian diperoleh terdapat pengaruh antara standarisasi kelayakan pemberian kredit (dokumen (p = 0,000), agunan (p = 0,002), kondisi (p = 0,012 dan aspek keuangan ( p = 0,009) terhadap keputusan pemberian kredit UMKM.
Untuk itu disarankan bagi pihak Bank Mandiri agar memberikan kredit bagi usaha UMKM dengan persyaratan yang lebih ringan, serta menyesuaikan nilai aset yang menjadi agunan dengan nilai kredit yang diberikan.
ABSTRACT
Jan Ruben Tarigan, 070502212, Feasibility of Standardization Effect Against
Lending for Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) At PT. Bank Mandiri - Micro Banking District Center Medan Pulau Pnang. Thesis Department of
Management Faculty of Economics, University of North Sumatra in 2011.
Credit for small entrepreneurs can not be separated from the role of state banks and private banks are Bank Mandiri, one of them in developing SME finance business. Bank Mandiri simplify the lending process by designing a special application form
standardization for micro and small
This study aims to determine the effect of standardization of the credit worthiness of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Pinang Street Medan. This type of research is descriptive (quantitative). Population in research on the effects of the credit worthiness standards of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) in Pinang Street Medan. The population is all debitors at Bank Mandiri as 8900 people. A sample size of 99 people. Sampling technique using a purposive sampling method. Collecting data using a questionnaire.
The results obtained there is influence between the credit worthiness standards (document (p = 0.000), collateral (p = 0.002), condition (p = 0.012 and financial aspects (p = 0.009) against the decision of MSME lending.
It is recommended for the Bank to provide credit to SMEs with the business requirements of a lighter, and adjust the value of the collateral assets to the value of loans.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peranan bank sebagai lembaga keuangan dalam berbagai sektor kegiatan ekonomi
semakin meningkat kebutuhannya. Semua sektor kegiatan yang meliputi industri, dagang,
pertanian, peternakan serta jasa sangat erat kaitan dan apabila telah terjalin kerjasama yang
baik antara kedua belah pihak yaitu antara pihak bank dengan pihak ketiga akan
mempengaruhi kelancaran kegiatan perekonomian. Dengan semakin berkembangnya
kegiatan perekonomian suatu negara, maka dirasakan perlu adanya sumber-sumber untuk
penyediaan dana guna membiayai kegiatan perekonomian yang semakin berkembang
tersebut. Ditinjau dari sudut pandang lembaga keuangan sebagai penyedia sumber dana
yang disebut dengan perkreditan, maka kredit memiliki kedudukan yang istimewa
terutama pada negara-negara yang sedang berkembang, melihat banyaknya sektor yang
membutuhkan sumber dana.
Pengertian dari kredit itu sendiri adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (UU Nomor 10 Tahun 1998).
Kredit bisa juga berarti kepercayaan (Sinungan, 2000:216). Kepercayaan itu adalah
kepercayaan yang diberikan oleh bank kepada debitur yang akan nyata apabila kredit itu
telah dikembalikan lagi beserta bunga (kontraprestasi) yang telah disepakati.
Masalah perkreditan tidak terlepas dari lembaga keuangan bank dimana bank
surplus dana dengan masyarakat yang defisit dana. Bank menghimpun dana dari
masyarakat surplus dalam bentuk simpanan baik berupa tabungan, deposito, maupun giro,
serta menyalurkannya kepada masyarakat defisit dalam bentuk kredit.
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998, yang dimaksud dengan bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada mayarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2002:23).
Sistem pemberian kredit UMKM yang kurang baik akan berakibat fatal bagi
perusahaan, misalnya pihak bank terlambat mengetahui kemampuan debitur dalam
memenuhi kewajibannya atau debitur dinyatakan pailit. Maka dalam hal ini bank sudah
terlambat memberikan tindakan pengamanan terhadap barang jaminan debitur. Hal ini
yang menyebabkan timbulnya kredit yang bermasalah. Keputusan pemberian kredit pada
umumnya berdasarkan pada analisa kredit yang dilakukan pada saat pengajuan permintaan
kredit oleh nasabah. Pada dasarnya ada dua jenis analisa yang dapat dilakukan, yaitu
analisis terhadap data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
Pada analisa kuantitatif, bank berusaha mengukur sejauh mana kemampuan
nasabah (perusahaan) dalam mengembalikan pokok pinjaman dan membayar bunga. Yang
menjadi tolak ukur dari analisa tersebut adalah analisa rasio keuangan yang diperoleh
dengan cara menganalisi laporan keuangan dan menggunakan metode analisis horizontal
yaitu membandingkan rasio-rasio yang sama dari dua periode atau lebih. Penyaluran kredit
kepada nasabah harus melalui
suatu prosedur yang harus dilakukan secara professional dan hati-hati, dimana prosedur
Kedepan prospek pasar kredit UMKM dari perbankan nasional dinilai sangat besar
karena masih banyak calon calon debitur UMKM yang belum dapat mengakses jasa
perbankan. Pengalaman telah memberi pelajaran bahwa daya tahan sektor UMKM dalam
menghadapi segala resesi perekonomian jauh lebih kuat dibanding sektor Usaha Besar
sehingga merupakan daya tarik tersendiri bagi perbankan nasional untuk mengambil
pangsa pasar pembiayaan tersebut
Krisis ekonomi & moneter telah berlalu, memberi pelajaran berharga bagi
perbankan nasional untuk menerapkan prinsip kehati-hatian (prudent banking) dalam
setiap ekspansi kredit dengan lebih mengedepankan analisis resiko dan mitigasi (risk
assessment & mitigation) untuk menghindari terulangnya debitur bermasalah dan bank
bermasalah.
Fungsi bank sebagai lembaga mediasi sering mendapat sorotan kurang berpihak
kepada sektor mikro dan masih bersikap not follow the trade market. Hal ini dapat
dipahami karena bank memiliki azas pemberian kredit yang bersikap prudent. Kedepan
diharapkan Bank dapat bersikap sebagai lead the trade market dengan tetap
mengedepankan proses kredit yang prudent dengan fokus kepada controlable risk maupun
uncontrollable risk serta menata proses persetujuan pemberian kredit secara lebih baik
(Jusuf, 2006).
Pengalaman telah memberi pelajaran bahwa daya tahan sektor UMKM dalam
menghadapi segala resesi perekonomian jauh lebih kuat dibanding sektor Usaha Besar,
sehingga merupakan daya tarik tersendiri bagi perbankan nasional untuk mengambil
pangsa pasar pembiayaan tersebut. Tentunya dengan penyaluran program-program
Pemerintah seperti KUR ataupun UMKM, diharapkan mampu untuk mengembangkan
Adapun data laporan perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah pada tahun 2005
sampai dengan 2009 yang terdapat Kementerian Koperasi dan UMKM dapat dilihat pada
[image:17.595.72.559.233.530.2]Tabel 1.1
Tabel 1.1
Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2005 – 2009 (Angka dalam ribuan)
INDIKATOR SATUAN 2005 2006 20007 2008 2009
Perkembangan 2005-2009 (%)
Unit Usaha (A+B) A.UMKM B. UB (Unit) (Unit) (Unit) 47.022.1 47.017.1 5.0 49.026.4 49.021.8 4.6 50.150.3 50.145.8 4.5 51.414.3 51.409.6 4.7 52.769.3 52.764.6 4.7 12.22 12.22 (6.9)
Tenaga Kerja (A+B) A.UMKM B. UB (Orang) (Orang) (Orang) 86.305.8 83.586.6 2.7 90.360.8 87.909.6 2.4 93.027.3 90.491.9 2.5 96.780.5 94.024.3 2.8 98.886.0 96.211.3 2.7 14.58 15.10 (1.64)
PDB (A+B) Hrg Konst. A.UMKM
B. UB
% thdp PDB Total
(Rp Tr) (Rp Tr) (Rp Tr) 1.750.8 979.5 771.3 55,95% 1770.5 1.035.6 734.9 58,49% 1.883.6 1.100.7 782.9 58,44% 1997.9 1.165.8 832.2 58,35% 2.088.3 1.214.7 873.6 58,17% 19.28 24.01 13.26
Total Ekspor Non Migas (A+B) A.UMKM B. UB (Rp mio) (Rp mio) (Rp mio) 544.2 110.3 433.9 689.4 123.8 565.7 794.9 140.4 654.5 983.6 178.0 805.6 953.1 162.3 790.8 75.14 47.05 82.28
Sumber : www.Kementerian Koperasi & UMKM.co.id, diolah.
Berdasarkan Tabel 1.1 tercatat pada tahun 2009 jumlah unit UMKM sebesar 52,8
juta unit usaha, dan selama kurun waktu 5 tahun sejak 2005 meningkat sebesar 12,22%.
Yang terdiri dari 52.176.795 unit Usaha Mikro, 546.675 unit Usaha Kecil, 41.133 unit
Usaha Menengah (UM). Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya
terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup
pengangguran. Dalam penyerapan lapangan kerja, tahun 2009 UMKM menyumbang
96.211.332 orang atau 97.30% persen dari jumlah pekerja di Indonesia atau meningkat
dari 83.586.616 orang di tahun 2005 atau 96,85% dari jumlah pekerja di Indonesia dengan
pertumbuhan 15,10% selama kurun waktu 2005 – 2009. Artinya, mayoritas tenaga kerja
Indonesia berada di sektor mikro.
Sumbangan UMKM terhadap total ekspor non migas juga menunjukkan
peningkatan yang signifikan yaitu Rp.110,3 triliun tahun 2005 menjadi Rp. 162,3 triliun di
tahun 2009 dengan pertumbuhan selama kurun waktu 2005 – 2009 sebesar 47,05%, walau
dominasi penghasil ekspor masih dihasilkan dari Usaha Besar (UB) sebesar 82,98%.
Meski begitu, sumbangan ekonomi UMKM 2009 baru memberi kontribusi
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2099 sebesar Rp.1.214,7 triliun atau
58,17% dan meningkat sebesar 24.01% dibanding tahun 2005 sebesar Rp. 979,5 triliun
atau 55,95%.
Pangsa pasar yang masih terbuka lebar dapat dilihat dari survey dari beberapa
lembaga seperti Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik dan Skha Consulting tahun 2009
Gambar 1.1
Penyebaran Geografis dan Penetrasi Kredit Mikro dan Kecil
Sumber : Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik, Skha Consulting (2009)
Berdasarkan penyebarannya, pada saat ini pasar kredit mikro dan kecil terpusat
masih di Jawa & Bali dengan dominasi hingga 70% dari total nasabah kredit mikro dan
kecil, yakni 16 juta unit usaha mikro & kecil. Walaupun demikian, penetrasi perbankan di
Jawa dan Bali baru mencapai 30% dari total pasar yang ada. Pulau Sumatera merupakan
potensi terbesar kedua dengan sekitar 7-8 juta unit usaha dengan penetrasi sekitar 14%.
Sementara itu, daerah Indonesia Timur pasarnya lebih rendah dan lebih tersebar dengan
penetrasi yang masih rendah (5–16%). Berdasarkan data tersebut di atas, jumlah usaha
kecil dan mikro yang potensial untuk digarap masih sangat besar.
Berbicara mengenai kredit untuk pengusaha kecil tidak terlepas dari peranan
bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta salah satunya adalah Bank Mandiri dalam
yang berbeda dari sistem banking lainnya. Sukses penjualan produk kredit mikro Bank
Mandiri ditentukan 3 faktor kunci yaitu cepat, sederhana dan kedekatan hubungan.
Pengelolaan resiko kredit bank pada tingkat transaksional maupun portfolio di
Bank Mandiri diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara ekspansi kredit yang
sehat dengan pengelolaan kredit secara prudent agar terhindar dari penurunan kualitas atau
menjadi non performing loan (NPL). Untuk mendukung hal tersebut, Bank Mandiri secara
periodik melakukan review dan penyempurnaan terhadap Kebijakan Perkreditan Bank
Mandiri (KPBM), Standar Prosedur Kredit (SPK) per segmen bisnis dan format Nota
Analisa Kredit. Pedoman kerja dimaksud memberikan petunjuk pengelolaan risiko kredit
secara lengkap, untuk mengindentifikasi risiko, mengukur serta mitigasi risiko dalam
proses pemberian kredit secara end to end mulai dari analisa kredit, persetujuan,
dokumentasi, penarikan kredit, pemantauan/ pengawasan hingga proses penyelesaian
kredit.
Keterbatasan informasi calon debitor, biaya aplikasi kredit dibandingkan nilai
kredit yang relatif besar, dan mungkin juga karena keterbatasan tingkat pendidikan calon
debitur menyebabkan proses pengajuan dan persetujuan kredit menjadi lebih lamban dan
rumit. Dilain pihak posisi Bank Mandiri dalam pasar Kredit Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah dapat dikatakan follow the leader dimana Bank Rakyat Indonesia dan Bank
Danamon yang telah lama menggarap pasar kredit UMKM bertindak sebagai lead of the
market dengan proses pemberian kredit yang relative cepat (antara 1 sampai dengan 3 hari
kerja).
Salah satu cara yang telah ditempuh Bank Mandiri untuk dapat mempenetrasi pasar
adalah menyederhanakan proses pemberian kredit dengan merancang standardisasi
formulir aplikasi khusus bagi usaha mikro dan kecil. Untuk melihat manfaat standar
penelitian skripsi ini dengan : “PENGARUH STANDARDISASI KELAYAKAN
PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) - STUDY KASUS DI PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk - MICRO BANKING DISTRICT CENTRE (MBDC) JALAN PULAU PINANG MEDAN
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : Apakah Standardisasi Kelayakan Kredit dapat berpengaruh
terhadap pemberian kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) oleh PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah standardisasi kelayakan
pemberian kredit dapat mempercepat proses pemberian kredit usaha mikro dan kecil
sehingga mendorong semangat entrepeneurship di masyarakat, namun dengan tetap
memperhatikan keseimbangan antara ekspansi kredit secara lebih cepat, dan kualitas kredit
yang baik.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah proses
pembelajaran bagaimana bank menyusun stratejik bisnisnya dalam mengatasi
permasalahan dalam menggarap pasar kredit Usaha Mikro dan Kecil serta manfaat lainnya
a. Bagi Bank PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk - MBDC Medan Pulau Pinang
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan tambahan sebagai masukan dalam
menentukan kebijakan proses pemberian kredit kepada nasabah usaha mikro dan
kecil pada masa yang akan datang.
b. Bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi para pelaku usaha
mikro dan kecil dalam rangka mengakses pembiayaan kredit dari Bank Mandiri
untuk menjalankan kegiatan usahanya.
c. Bagi Pihak Lain,
Dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya terutama dalam
penelitian yang berkaitan dengan pembiayaan kredit usaha mikro, kecil dan
menengah.
d. Bagi Penulis,
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dalam bidang
usaha mikro dan kecil berdasarkan teori yang didapat selama masa perkuliahan,
khususnya berkaitan dengan strategi bisnis dan processing tolls yang dipergunakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Bank
2.1.1.1 Pengertian dan Definisi Bank
Lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, mempunyai peran yang
penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan
bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan
lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial
intermediaries) sebagai prasarana yang amat vital untuk menunjang kelancaran
perekonomian. Lembaga keuangan pada dasarnya mempunyai fungsi mentransfer dana
(loanable funds) dari penabung atau unit surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers)
atau unit defisit (Triandaru & Budi Santoso 2007:10)
Bank didefinisikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai “badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”.
Dari definisi di atas maka kita dapat melihat adanya pandangan bahwa bank
merupakan suatu wadah yang dapat digunakan sebagai sarana untuk dapat menampung
uang dari masyarakat yang pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh bank untuk dapat
2.1.1.2 Jenis Lembaga Keuangan Bank
Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum
Bank umum didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan /atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah
umum, yakni dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada disertai wilayah
operasi yang dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank
komersil (commercial bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) didefinisikan sebagai bank yang melaksanakan
kegaiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya
disini kegiatan BPR jauh lebih terbatas jika dibandingkan dengan kegiatan Bank
Umum. Bank Perkreditan Rakyat tidak boleh menghimpun dana dalam bentuk giro
dan juga tidak boleh ikut serta dalam lalu lintas pembayaran maupun usaha dalam
valuta asing dan penyertaan modal.
2.1.2 Kredit Perbankan 2.1.2.1 Definisi Kredit
Istilah kredit sebenarnya memiliki bermacam-macam makna. Pengertian istilah ini
secara akuntansi mungkin tidak seratus persen sama dengan yang dipahami orang awam.
berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash
loan) maupun pinjaman non-tunai (non-cash loan).
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank justru akan menjadi beban apabila
dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha alokasi untuk tujuan-tujuan produktif. Dana yang
telah dihimpun bukanlah dana yang semuanya murah tapi sebagian besar adalah dana dari
pihak ketiga (DPK) yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa
berupa bunga. Berdasarkan kebutuhan itu dan juga untuk penerimaan bank dalam rangka
menutup biaya dana (cost of loanable fund) serta mendapatkan keuntungan (margin) maka
bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk aktiva produktif.
Kredit berasal dari bahasa Latin yakni credere yang berarti percaya atau to believe
atau to trust. Oleh karena itu, dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu
lembaga keuangan/ bank kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepada
kepercayaan (faith) (Tjoekam 1999:1). Apabila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit
berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi (economic value) kepada seseorang atau
badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan
dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan yang sudah disetujui antara kreditur (bank) dan debitur (user).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
2.1.2.2 Jenis-Jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri
dari beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
a. Dilihat dari segi kegunaan yaitu Kredit investasi, Kredit modal kerja (
KMK-revolving dan KMK-Einmaleg) dan Kredit Konsumsi
b. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu yaitu Kredit berjangka waktu
kurang dari 1 tahun; 1 - 2 tahun; 2 – 5 tahun; lebih dari 5 tahun
c. Penggolongan Kredit berdasarkan jaminan yaitu kredit dengan jaminan (secured
loan) dan kredit tanpa jaminan (unsecured loan)
d. Penggolongan kredit berdasarkan sektor ekonomi sesuai urutan yang dikeluarkan
Bank Indonesia yaitu Kredit Industri, Kredit Perdagangan, restoran dan hotel,
Kredit Pertanian, Kredit Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi, Kredit
Konstruksi, Kredit Listrik, gas dan air, Kredit Jasa-jasa sosial/masyarakat,
Pertambangan, Sektor lain-lain.
e. Penggolongan Kredit berdasarkan Kolektibilitas Kredit
Bank adalah bisnis unik. Mereka melakukan bisnis degan menggunakan dana orang
lain. Walau pihak perbankan berlomba-lomba mengusahakan agar pendapatan bank
dapat terdiversifikasi kearah fee based,, sumber pendapatan sampai sekarang masih
didominasi oleh pendapatan bunga (interest revenue). Di Neraca laporan keuangan
bank kita dapat melihat sumber pembiayaan utama untuk kredit tesebut adalah
Dana Pihak Ketiga (tabungan,deposito, giro dan lain lain). Inilah fakta yang
berhubungan dengan fenomena diatas. Kredit adalah bisnis berisiko dimana ada
kemungkinan kredit yang diberikan tidak dapat tertagih (kredit macet) dengan
sejuta alasan dari debitor. Apapun yang terjadi pada kredit, bank tidak boleh tidak
karena kredit yang diberikannya tidak tertagih, maka dana masyarakat belum dapat
dibayar. Apabila hal ini terjadi dapat menghilangkan kepercayaan para pemilik
dana sehingga dananya pada bank tersebut ditarik secara besar-besaran (rush).
Setiap fasilitas kredit mempunyai tingkat kemungkinan (probabilities) realisasi
pembayaran bunga dan pokok oleh debitor yang berbeda-beda atau tingkat
kolektibilitas yang berbeda. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.11/2/PBI/2009 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank
Umum, sebagaimana telah diubah terakhir dengan PBI No.7/2/PBI/2009 tanggal 29
Januari 2009, bank wajib melakukan klasifikasi asset produktif berdasarkan
evaluasi unsur-unsur kuantitatif serta pertimbangan subjektif (judgement) meliputi
kriteria : Prospek usaha, Kinerja (performance) debitur, Kemampuan membayar.
Berdasarkan penilaian evaluasi tersebut diatas maka kolektibilitas kredit ditetapkan
menjadi 5 (lima) kelompok dan semua bank wajib membentuk cadangan
[image:27.595.126.519.507.678.2]penghapusan kredit macet sesuai Tabel 2.1
Tabel 2.1
Persentase Minimum Penyisihan Kerugian
Persentase minimum penyisihan kerugian
• Lancar (L) /sound current 1%
• Dalam perhatian khusus (DPK)/special mentioned 5%
• Kurang lancar (KL)/sub standard 15%
• Diragukan (DR)/doubtful 50%
• Macet (M)/loss 100%
Sumber data : PBI No.7/2/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009
Sigit Triandaru & Totok Budisantoso (2007 : 118) mengatakan bahwa penggolongan
debitor menunjukkan laba tinggi dan stabil serta kemampuan membayar atas hutang pokok
dan bunga selalu tepat waktu. Pada tingkat kolektibilitas ini bank harus membentuk
cadangan penghapusan sebesar 1% x sisa pinjaman.
Kualitas kredit “Dalam Perhatian Khusus” apabila dinilai prospek usaha debitor
memiliki potensi pertumbuhan terbatas, Laba cukup baik tetapi berpotensi turun, dan telah
menunggak pembayaran pokok/bunga pinjaman sampai 90 hari. Pada tingkat kolektibilitas
ini bank harus membentuk cadangan penghapusan sebesar 5% x sisa pinjaman.
Kualitas kredit “Kurang Lancar” apabila dinilai prospek usaha debitor memiliki
potensi pertumbuhan sangat terbatas atau tidak tumbuh, Laba usaha rendah, dan telah
menunggak pembayaran pokok/bunga pinjaman diatas 90 hari sampai dengan 120 hari.
Pada tingkat kolektibilitas ini bank harus membentuk cadangan penghapusan sebesar 15%
x sisa pinjaman.
Kualitas kredit “Diragukan” apabila dinilai kegiatan usaha menurun, Laba sangat
kecil/negatif, dan telah menunggak pembayaran pokok/bunga pinjaman diatas 120 hari
sampai dengan 180 hari. Pada tingkat kolektibilitas ini bank harus membentuk cadangan
penghapusan sebesar 50% x sisa pinjaman.
Kualitas kredit “Macet” apabila dinilai prospek usaha debitor sangat diragukan dan
sulit pulih kembali, debitur menderita kerugian yang besar dan tidak mampu memenuhi
seluruh kewajiban dan usaha tidak dapat dipertahankan, telah menunggak pembayaran
pokok/bunga pinjaman lebih dari 180 hari. Pada tingkat kolektibilitas ini bank harus
membentuk cadangan penghapusan sebesar 100% x sisa debet pinjaman.
2.1.2.3 Prinsip Dasar Pemberian Kredit
Jusuf (2006 : 278) menyatakan bahwa sebelum suatu fasilitas kredit diberikan
prinsip yaitu aman, terarah dan menghasilkan. Analisis kredit minimal mencakup penilaian
terhadap : risiko, watak, kemampuan, modal, agunan, prospek usaha, sumber pelunasan
(cash flow) dan aspek juridis dengan memperhatikan prinsip bahwa risiko kredit sama
dengan risiko yang ditetapkan oleh bank (risk appetite)
Keyakinan tersebut melalui proses solisitas, kunjungan ke lokasi calon debitor (on
the spot), penelitian dokumen (on desk), penelitian kredit (credit checking) meliputi Bank
checking, trade checking dan referensi. Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank
untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar aman, terarah dan menghasilkan dilakukan
analisis “5 C’s principle” meliputi analisis kuantitatif maupun kualitatif.
Adapun penjelasan untuk analisis dengan prinsip “5 C’s” terdiri dari Character (karakter),
Capital (modal), Capacity (kapasitas), Collateral (agunan), Condition of economy
(kondisi perekonomian).
Walaupun bank telah melakukan berbagai analisis tersebut, masih banyak hal yang
harus diperhatikan bagi rekomendasi atau keputusan kredit. Hal ini karena dalam
pemberian kredit, banyak sekali judgement yang terlibat. Berbagai aspek yang harus
diperhatikan dalam pemberian kredit kita sebut prinsip-prinsip dasar pemberian kredit.
Prinsip dasar tersebut meliputi : karakter debitor harus menjadi pertimbangan pertama,
kualitas lebih penting dari pada kuantitas, mengutamakan prinsip kehati-hatian (prudent
banking) situasi apapun juga, sumber utama pelunasan kredit (first way-out) adalah cash
flow usaha debitor sedangkan jaminan kredit merupakan second way out.
2.1.3 Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
2.1.3.1 Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Definisi Usaha Mikro, Kecil & Menengah (UMKM) dalam perjalanan sejarahnya
telah berkembang dan berubah-ubah sesuai situasi perekonomian dan kebijakan
Usaha Menengah sesuai Instruksi Presiden No. 10 Tahun 1999 dan terakhir dirubah
dengan Undang Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, sebagai berikut :
a. Usaha Mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai aset paling banyak Rp 50 juta
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 300 juta.
b. Usaha Kecil dengan nilai aset lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak
Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta hingga maksimum Rp 2,5 milyar
c. Usaha Menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp
500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 miliar sampai
paling tinggi Rp 50 miliar.
2.1.3.2 Ciri-Ciri Usaha Mikro dan Kecil Yang Berhasil
Kredit kepada usaha mikro dan kecil merupakan kredit dengan karakteristik yang
berbeda dengan kredit kepada usaha menengah dan korporasi. Adapun ciri-ciri usaha
mikro dan kecil yang berhasil adalah memiliki kemandirian yang tinggi, komitmen yang
tinggi dan pekerja keras, kepercayaan diri yang tinggi, berorientasi pada hasil, siap
menerima risiko untuk selalu mencoba yang lebih baik, inovatif terhadap unsur teknologi
dan manajemen, membina hubungan akrab dengan pelanggan (Alma, 2005).
Pelaku UKM memiliki persepsi dalam mengakses kredit dari perbankan yaitu
tingginya tingkat suku bunga kredit perbankan; prosedur pengajuan kredit perbankan yang
Dilain sisi pihak perbankan memiliki persepsi tentang UKM yaitu anggapan UKM
sebagai sektor yang complicated, high risk dan low profit; terbatasnya jaminan yang
dimiliki UKM dan sulitnya mendapatkan UKM yang potensial.
Persepsi dari kedua belah pihak tersebut secara bertahap sudah mulai menuju kearah
perbaikan yaitu melunaknya syarat penyerahan agunan dengan memanfaatkan asuransi
kredit, merancang metode monitoring kredit yang lebih khusus, menekan biaya pelayanan
kredit yang relative lebih tinggi, dan penyederhanaan proses dan persyaratan persetujuan.
2.1.3.3 Kekuatan Dan Kelemahan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
Menurut Alma (2005) dapat dikatakan ada empat (4) faktor umum yang mempengaruhi
kegagalan usaha kecil, yaitu :
a. Manajerial yang tidak kompeten.
b. Kurang memberi perhatian.
c. Sistem kontrol yang lemah.
d. Kurangnya modal.
Sedangkan yang mempengaruhi keberhasilan usaha kecil ada empat (4) faktor dasar
yaitu :
a. Kerja keras, motivasi, dan dedikasi.
b. Permintaan pasar akan produk atau jasa yang disediakan.
c. Kompetensi manajerial.
d. Keberuntungan.
Kombinasi antara kekuatan dan kelemahan tersebut sangat menentukan
kemampuan UMKM dalam menghadapi tantangan-tantangan yang aktual saat ini yaitu
perkembangan produk dan teknologi informasi yang pesat, akses ke pasar dan persaingan
2.2 Penelitian Terdahulu
Lambok Tampubolon (2002) meneliti “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap
Pengembangan Usaha Kecil Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT.
Agkasa II Polonia Medan”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
penyaluran kredit pada usaha kecil harus disertai dengan pengawasan dan pembinaan yang
kontinu, agar sasaran penggunaan kredit tercapai, karena banyak kredit digunakan untuk
keperluan lain dan bukan untuk pengembangan usaha.
Noviarna (2006) dengan judul ”Analisis Sistem Pemberian Kredit pada PT Bank
Danamon Indonesia, Tbk Cabang Iskandar Muda Medan”. Penelitian tersebut
menggunakan metode analisis deskriptif dan deduktif. Berdasarkan hasil penelitian
dinyatakan bahwa penyaluran kredit pada nasabah tidak sesuai dengan rencana penyaluran
kredit yang mana hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi ekonomi yang
tidak menentu sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat suku bunga kredit.
Disamping itu juga terjadi ketidakefektifan manajemen dalam mengelola perkreditan.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proses penelitian
ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis
diterangkan, dikembangkan, dan kolaborasi dari perumusan masalah yang telah
diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur.
Dalam hal pemberian kredit, maka tiap Bank memiliki syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh calon debitor seperti kelengkapan dokumen usaha, agunan yang harus
dipenuhi, kondisi usaha yang akan didirikan, serta aspek keuangan usaha kedepannya
dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai
[image:33.595.68.556.106.340.2]berikut
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
1.3. Hipotesis
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Jusuf (2006), Triandaru & Budi Santoso (2007) (diolah penulis)
2.4. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan
masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiyono, 2003:306).
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: Standardisasi kelayakan pemberian kredit dapat
berpengaruh positif terhadap pemberian kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk - Micro Banking District Center Medan
Pulau Pinang.
Standardisasi Analisis Kredit (X) 1. Dokumen Usaha (X1)
2. Agunan (X3)
3. Kondisi Usaha (X4)
4. Aspek Keuangan (X5)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif (kuantitatif)
yaitu meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan
mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Data deskriptif dikumpulkan melalui
daftar pertanyaan dalam survey, wawancara , ataupun observasi (Kuncoro, 2003 :8)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk MBDC Medan Pulau
Pinang yang merupakan salah satu bank yang telah menetapkan strategy
business- nya dengan menggunakan standardisasi kredit terintegrasi dalam
menggarap pasar Kredit Mikro dan Kecil
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juni-Agustus 2011
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini membahas tentang keterkaitan antara percepatan penerimaan kredit
UMKM (Y) dengan standardisasi kelayakan pemberian kredit yang terdiri dari variable
Dokumen Usaha (X1), Agunan (X2), Kondisi Usaha (X3), Aspek Keuangan (X4)
dengan responden debitor PT Bank Mandiri (Persero) Tbk - MBDC Medan Pulau
3.4 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang diteliti, yang terdiri dari :
a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel
lain. Adapun yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah :
1. Variabel Dokumen Usaha (X1) didefinisikan sebagai jenis-jenis dokumen
legal yang harus dimiliki oleh calon debitor dalam menjalankan kegiatan
usahanya sesuai peraturan pemerintah maupun yang disyaratkan oleh bank.
2. Variabel Agunan (X2) didefinisikan sebagai jenis dan kepemilikan dari
barang-barang (fixed assets) yang diserahkan nasabah sebagai jaminan
pembayaran kembali terhadap kredit yang diterimanya dari bank.
3. Variabel Kondisi Usaha (X3) adalah mencakup penilaian kondisi usaha
debitur berdasarkan lokasi usaha, status dan kondisi tempat usaha (milik
sendiri atau sewa), prospek usaha, pembukuan dan pertumbuhan omzet
penjualannya.
4. Variabel Aspek Keuangan (X4) didefinisikan kemampuan debitur membayar
semua kewajiban tepat waktu (ability to pay) berdasarkan penelitian data
kondisi laporan keuangan, cash flow, proyeksi keuangan, modal sendiri.
b. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variable bebas. Adapun
yang menjadi variabel terikat adalah pemberian kredit UMKM yang secara
kongkrit terwujud dalam ukuran berat atau tidaknya syarat-syarat yang
diharuskan untuk dipenuhi oleh calon debitor terhadap kelayakan pemberian
kredit, jumlah debitur UMKM di PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk- MBDC Pulau
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Pengukuran
Dokumen Usaha (X1)
Jenis-jenis dokumen legal yang harus dimiliki oleh calon debitor dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai peraturan pemerintah maupun yang disyaratkJn oleh bank.
a. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
b. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
d. Pembayaran PBB
Skala Likert
Agunan (X2) Barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan
terhadap kredit yang diterimanya
a. Jaminan utama adalah
stock barang dagangan
b. Agunan jaminan tambahan
c. Usaha mikro tidak
diwajibkan memenuhi jaminan tambahan
d. Surat kepemilikan sah
Skala Likert
Kondisi Usaha (X3)
Kondisi usaha debitur
berdasarkan lokasi usaha, status dan kondisi tempat usaha (milik sendiri atau sewa), prospek usaha, pembukuan dan pertumbuhan omzet penjualannya.
a. Lokasi usaha strategis
b. Lokasi usaha tidak dapat berpindah-pindah pasar
c. Bukti kepemilikan usaha
d. Akta pendirian usaha
Skala Likert
Aspek
Keuangan (X4)
Kemampuan debitur membayar semua kewajiban tepat waktu (ability to pay) berdasarkan penelitian data kondisi laporan keuangan, cash flow, proyeksi keuangan, modal sendiri.
a. Memiliki laporan keuangan sederhana.
b. Rekening tabungan atau giro
c. Laporan keuangan yang sudah diaudit
d. Akta pengakuan hutang
Skala Likert
Pemberian Kredit UMKM (Y)
PT.Bank Mandiri (Persero) Tbk MBDC Medan Pulau Pinang yang secara konkrit terwujut dalam jumlah pemberian kredit UMKM
a. Persyaratan pemberian
kredit UMKM
b. Jangka waktu pemberian
kredit UMKM terhadap jatuh tempo pembayaran kredit
c. Cicilan yang harus dibayar perbulannya
d. Denda yang dikenakan
kepada masyarakat
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu variable karakter, kapasitas,
modal, agunan, kondisi perekonomian dan percepatan penerimaan kredit. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala Likert sebagai alat untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan
diberikan skor. (Sugiyono, 2005:86). Pembagiannya adalah :
a Sangat Berat (SB) : Diberi skor 5
b Berat (B) : Diberi skor 4
c Kurang Berat (KB) : Diberi skor 3
d Tidak Berat (TB) : Diberi skor 2
e Sangat Tidak Berat (STB) : Diberi skor 1
Pada penelitian ini responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah
katagori jawaban yang tersedia, kemudian masing masing jawaban diberi skor tertentu
(5,4,3,2,1). Setiap responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor. Total
inilah yang ditafsirkan sebagai posisi responden dalam Skala Likert.
3.6 Populasi dan Sampel a. Populasi
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah seluruh debitur Usaha Mikro, Keci, dan Menengah di PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk MBDC Pulau Pinang. Berdasarkan hasil wawancara dengan
staf Bank Mandiri MBDC Pulau Pinang, jumlah seluruh debitur UMKM tahun 2010
adalah sekitar 8.900 debitor
b. Sampel
Sampel adalah proses pemilihan sejumlah individu untuk suatu penelitian
sedemikian rupa sehingga individu-individu tersebut merupakan perwakilan
kelompok yang lebih besar pada mana orang itu dipilih (Ginting & Syafrizal, 2008
:125). Penentuan jumlah sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan rumus
Sloven dalam Umar (2004:78) ,yaitu :
N
n = --- 1 + N (e2)
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
E = Persentase Kesalahan Dalam Pengambilan Sampel
Berdasarkan rumus slovin dapat diketahui jumlah sampel penelitian adalah :
8.900
n = --- = 99 debitur 1 + 8.900 (0,12)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling, yaitu sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan dari kepentingan penelitian (Sugiyono, 2003:78).
mendapat pembiayaan UMKM dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk MBDC Medan
Pulau Pinang selama 3 tahun dari tahun 2008-2011 dan juga calon nasabah, sesuai
dengan data yang diperoleh dari pihak PT Bank Mandiri (Persero) Tbk SBDC
Medan Pulau Pinang. Yang mana dilakukan dengan cara menitipkan kuesioner
kepada salah satu staff Bank Mandiri dan juga dengan menunggu kedatangan
sebagian dari para debiur.
3.7 Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yakni:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yaitu dari
nasabah ataupun calon nasabah Bank Mandiri dan digunakan untuk kepentingan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Data primer diperoleh dengan
memberikan lembar kuesioner kepada responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder
diperoleh dari Bank Mandiri, studi dokumentasi dari buku, makalah, dan situs
internet yang dapat menjadi referensi pendukung penelitian ini.
3.8 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung
dengan responden gunanya untuk mempertajam jawaban.
b. Daftar Pertanyaan (Kuesioner) yaitu dengan mengumpulkan data dengan cara
mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan tertulis untuk diisi
responden.
c. Studi Kepustakaan yaitu dilakukan dengan mengumpulkan data dan
mempelajari data yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, situs internet yang
berhubungan dengan penelitian.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah didapat setelah
penelitian merupakan data yang valid dan alat ukur yang digunakan (kuesioner)
(Sugiyono, 2003: 109). Bila koefisien korelasi (r) masing-masing pertanyaan sama
dengan 0,361 atau lebih, maka butir instrumen dinyatakan valid. Uji reliabilitas
dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan (kuesioner)
menunjukkan konsistensi dalam mengukur gejala yang sama (Sugiyono,
2003:110). Bila koefisien (r) positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliable. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software SPSS 17,0 for windows.
Uji Validitas dilakukan pada nasabah Di Bank Mandiri Cabang S.Parman.
3.10 Teknik Analisisis
Metode analisis deskriptif adalah metode penganalisaan yang dilakukan dengan
cara menentukan, mengumpulkan, dan menginterpretasikan data sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.
b. Metode Analisis Statistik
1) Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan dan
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat . Adapun
persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan :
Y = Pemberian Kredit UMKM
a = Konstanta
b1,b2 = Koefisien Regresi Berganda
X1 = Dokumen Usaha
X2 = Agunan
X3 = Kondisi Usaha
X4 = Aspek Keuangan
e = Standart Error
Uji signifikan simultan adalah menguji signifikansi pengaruh dimensi
variable bebas secara serempak terhadap variable terikat dilakukan dengan
uji-F. Bentuk pengujiannya sebagai berikut :
- H0 : b1, b2, b3, b4 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara serempak dari seluruh dimensi variable bebas
terhadap variable terikat.
- Ha : b1, b2, b3, b4 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan
secara serempak dari seluruh dimensi variable bebas terhadap
variable terikat.
Kriteria Pengambilan Keputusan:
- Ho diterima jika F hitung < F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%)
- Ha diterima jika F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α=5%)
3) Uji Signifikansi Secara Parsial (uji-t)
Uji-t atau uji signifikan individual menunjukkan secara parsial pengaruh
variable bebas terhadap variable terikat. Bentuk pengujuiannya adalah
sebagai berikut :
- H0 : b1, b2, b3, b4 = 0, artinya variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5)
secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat (Y).
- Ha : b1, b2, b3, b4 ≠ 0, artinya variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5)
secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat
Hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak dilakukan dengan cara
membandingkan :
- Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%
- Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%
4) Uji Koefisien Determinasi (R²)
Pengujian kontribusi pengaruh dari variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5)
terhadap variabel terikat (Y) dapat dilihat dari koefisien determinasi
berganda (R²) dimana 0< R²<1. Hal ini menunjukkan jika R² semakin dekat
dengan 1, maka pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap
variabel terikat (Y) semakin kuat. Sebaliknya jika R² semakin dekat dengan
0 maka pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel
terikat (Y) semakin lemah.
BAB IV
Penulis dalam menganalisis dan mengevaluasi data menggunakan metode
deskriptif (kuantitatif) yang digunakan untuk melihat Pengaruh Standardisasi Kelayakan
Pemberian Kredit Terhadap Pemberian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) Pada PT. Bank Mandiri – Micro Banking District Centre Medan Pulau Pinang.
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT Bank Mandiri (PERSERO) Tbk. adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta,
dan merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini
berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik
Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor
Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), digabungkan
ke dalam Bank Mandiri.
Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari berbagai segmen merupakan penggerak
utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha, nasabah Bank Mandiri
bergerak dibidang usaha yang sangat beragam. Sebagai bagian dari upaya penerapan
prudential banking & best-practices risk management.
. Sebagai bagian diversifikasi risiko dan pendapatan, Bank Mandiri juga berhasil
mencetak kemajuan yang signifikan dalam melayani Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
dan nasabah ritel. Pada akhir 1999, porsi kredit kepada nasabah corporate masih sebesar
87% dari total kredit, sementara pada 31 Desember 2009, porsi kredit kepada nasabah
UKM dan mikro telah mencapai 42,22% dan porsi kredit kepada nasabah consumer
sebesar 13,92%, sedangkan porsi kredit kepada nasabah corporate mencakup 43,86% dari
Sesudah menyelesaikan program transformasi semenjak 2005 sampai dengan tahun
2009, Bank Mandiri sedang bersiap melaksanakan transformasi tahap berikutnya dengan
merevitalisasi visi dan misi untuk menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling
dikagumi dan selalu progresif.
Gambar 4.1
Logo Bank Mandiri
4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
4.2.1 Uji Validitas
Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
SPSS 17.0 for windows. Adapun syarat sebuah instrumen dapat dinyatakan valid menurut
Sugiyono (2008:115), yaitu:
a. Korelasi tiap faktor positif
b. Nilai korelasi tiap faktor melebihi 0.361
Instrumen penelitian memiliki validitas konstruksi yang baik apabila telah
memenuhi persyaratan di atas. Apabila terdapat variabel yang datanya tidak valid, berarti
data variabel tersebut harus dibuang, kemudian dilakukan pengujian kembali hingga semua
data variabel valid.
Tabel 4.1 merupakan hasil pengolahan prasurvei yang telah dilakukan kepada 30
responden di luar sampel penelitian, yaitu debitur pada PT. Bank Mandiri Cabang
Tabel 4.1 Validitas Instrumen
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1 66.07 285.375 .929 .972
P2 66.00 290.276 .689 .974
P3 65.83 291.799 .741 .973
P4 66.23 291.909 .647 .974
P5 66.03 284.102 .879 .972
P6 66.07 285.789 .811 .973
P7 65.90 284.990 .908 .972
P8 65.87 286.464 .816 .973
P9 65.87 286.051 .852 .972
P10 66.07 284.754 .863 .972
P11 66.23 284.944 .810 .973
P12 65.93 292.547 .689 .974
P13 66.00 287.241 .935 .972
P14 66.13 288.326 .794 .973
P15 65.73 298.064 .591 .975
P16 66.00 286.759 .829 .972
P17 65.97 286.792 .914 .972
P18 65.83 286.420 .845 .972
P19 65.87 292.809 .684 .974
P20 66.23 290.668 .769 .973
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS (2011)
Kuesioner yang diberikan terdiri dari 20 butir pertanyaan, yaitu :
1) Pada Variabel Dokumen Usaha :
Pernyataan 1 disimbolkan dengan P1, dan seterusnya.
P1 = Debitur dan calon debitur disyaratkan untuk menyerahkan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), akta lahir, dan kartu keluarga.
P2 = Debitur dan calon debitur diharuskan untuk menyerahkan Surat Izin
Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) secara
keseluruhan.
P3 = Debitur diharuskan melengkapi NPWP dengan total assets dibawah Rp.50
juta (diluar tanah dan bangunan) dan total penjualan dibawah Rp.300 juta
P4 = Pemohon kredit diwajibkan menyerahkan bukti pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan
2) Pada Variabel Agunan :
P5 = Pembandingan nilai jaminan terhadap jumlah kredit ditetapkan atas nilai
jaminan utama (barang dagangan dan Piutang dagang) ditambah nilai
jaminan tambahan (tanah, bangunan, dll).
P6 = Agunan berupa jaminan tambahan (tanah, bangunan) harus disertai dengan
bukti surat kepemilikan yang sah.
P7 = Para calon debitur dengan total assets dibawah Rp.50 juta dan omzet
penjualan dibawah Rp. 300 juta pertahun tidak diwajibkan untuk memenuhi
jaminan tambahan.
P8 = Penyerahan dokumen agunan kredit diwajibkan diserahkan oleh calon
debitur disertai dengan surat kepemilikan sah.
3) Pada Variabel Kondisi Usaha :
P9 = Pemohon kredit harus menunjukkan kegiatan usahanya di lokasi usaha yang
strategis.
P10 = Pemohon kredit tidak dapat berpindah-pindah pasar dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
P11 = Debitur dan calon debitur diwajibkan dapat menunjukkan bukti-bukti
kepemilikan usahanya.
P12 = Debitur dan calon debitur yang berbadan usaha hokum tetap diwajibkan
untuk menyerahkan akta pendirian perusahaan.
4) Pada Variabel Aspek Keuangan :
P13 = Debitur dan calon debitur diwajibkan untuk menyerahkan laporan keuangan
P14 = Debitur dan calon debitur diwajibkan untuk menyerahkan rekening
tabungan atau giro minimal 3 bulan terakhir.
P15 = Apabila calon debitur dalam bentuk badan usaha, diwajibkan untuk
menyerahkan laporan keuangan yang sudah diaudit.
P16 = Akta pengakuan hutang wajib dibuat oleh calon debitur secara notariil
(disyaratkan oleh notaris)
5) Pada Variabel Pemberian Kredit UMKM :
P17 = Bagaimana menurut pendapat Bspak/Ibu tentang persyaratan yang
diberlakukan kepada masyarakat yang ditetapkan pihak Bank Mandiri
dalam pemberian kredit UMKM
P18 = Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu tentang jangka waktu pemberian
kredit UMKM terhadap jangka waktu jatuh tempo pembayaran kredit
P19 = Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu tentang cicilan yang harus
dibayar perbulannya dalam pemberian kredit UMKM
P20 = Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu tentang denda yang dikenakan
[image:48.595.85.489.534.756.2]kepada masyarakat pada pemberian kredit UMKM.
Tabel 4.2 Uji Validitas
No. Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
1 P1 .929 0,361 Valid
2 P2 .689 0,361 Valid
3 P3 .741 0,361 Valid
4 P4 .647 0,361 Valid
5 P5 .879 0,361 Valid
6 P6 .811 0,361 Valid
7 P7 .908 0,361 Valid
8 P8 .816 0,361 Valid
9 P9 .852 0,361 Valid
10 P10 .863 0,361 Valid
12 P12 .689 0,361 Valid
13 P13 .935 0,361 Valid
14 P14 .794 0,361 Valid
15 P15 .591 0,361 Valid
16 P16 .829 0,361 Valid
17 P17 .914 0,361 Valid
18 P18 .845 0,361 Valid
19 P19 .684 0,361 Valid
20 P20 .769 0,361 Valid
Sumber : Data primer, diolah (2011)
Pada uji validitas ini nilai derajat bebasnya adalah 26. Data minimal yang dibutuhkan
adalah n = 30 responden dan variabel independen adalah 4, sehingga diperoleh df = n -
variabel independen (30-4 = 26).
Ketentuan untuk pengambilan keputusan:
1) Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pertanyaan tersebut valid.
2) Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali dan Kuncoro (dalam Ginting dan Situmorang, 2008:179), butir
pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Menurut Ghozali nilai Cronbach’s Alpha > 0.60
b. Menurut Kuncoro nilai Cronbach’s Alpha > 0.80
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows.
Tabel 4.3 Reliability Statistiscs
Cronbach’s Alpha N of Items
0.974 20
Pada 20 pertanyaan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa koefisien
alpha adalah sebesar 0.974. Ini berarti 0.974 > 0.6 dan 0.974 > 0.8 sehingga dapat
dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden
untuk dapat dijadikan sebagai instrument penelitian ini :
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas
Pertanyaan Cronbach’s Alpha
if Item Deleted Kuncoro Keputusan
P1 .972 0.80 Reliabel
P2 .974 0.80 Reliabel
P3 .973 0.80 Reliabel
P4 .974 0.80 Reliabel
P5 .972 0.80 Reliabel
P6 .973 0.80 Reliabel
P7 .972 0.80 Reliabel
P8 .973 0.80 Reliabel
P9 .972 0.80 Reliabel
P10 .972 0.80 Reliabel
P11 .973 0.80 Reliabel
P12 .974 0.80 Reliabel
P13 .972