• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada PT.Bank Sumut Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Terhadap Kredit Macet Atas Pemberian Kredit Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pada PT.Bank Sumut Medan Chapter III V"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKREDITAN DAN KREDIT UMKM A. Pengertian Kredit Dan Sistem Pemberian Kredit

Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya. Maksudnya

si pemberi kredit percaya keapada si penerima kredit, bahwa kredit yang

disalurkannnya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si

penerima kredit berarti menerima kepercayaan. Sehingga mempunyai kewajiban

untuk membayar kembali pinjaman tersebut dengan jangka waktunya. Oleh

karena iu, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya,

maka sebelum kredit diberikan terlebih dulu bank mengadakan analis kredit.

Analisa kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek

usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor yang lainnya. Pengertian

kredit dalam arti ekonomi, yaitu suatu penundaan pembayaran. Artinya uang atau

barang diterima sekarang dan dikembalikan pada masa yang akan datang.

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967

adalah penyediaan uang yang ditulis antara lain disamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan pinjaman (pinjam-meminjam) antara bank dengan pihak lain dalam

hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utang setelah jangka waktu

tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.59

Prinsip penyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian,

indikator kepercayaan ini adalah kepercyaan moral, komersial, finansial, dan

agunan. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

59

(2)

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan persetujuan untuk

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewujudkan

pihak peminjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan (UU RI No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan Bab 1, Pasal 1, ayat (12)). Semua jenis pinjaman yang

harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakati.60

Harus diakui dibandingkan dengan produk dan jasa perbankan yang

ditawarkan, pendapatan atau keuntungan suatu bank lebih banyak bersumber dari

pemberian kredit kepada nasabahnya, terlebih lagi bagi bank-bank yang belum

berstatus devisa. Oleh karenanya, pemberian kredit tersebut pasti secara

terus-menerus dilakukan oleh bank dalam kesinambungan operasional. Pada akhirnya,

pemberian kredit sudah menjadi fungsi utama bank-bank, sebagaimana

disyaratkan pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

perbankan, bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai

penghimpuan dan penyalur dana masyarakat.61

Peranan bank sebagai lembaga keungan tidak pernah lepas dari masalah

kredit. Bahkan, kegiatan bank sebagai lembaga keungan, pemberian kredit

merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan

menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit,

60

H. Melayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan Cetakan Pertama, PT. Bumi aksara: Jakarta, 1996, hal 87.

61

(3)

sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak, akan menyebabkan bank

tersebut rugi. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan dengan

sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, preosedur

pemberian kredit, anlis pemberian kredit, sampai pada pengendalian kredit

macet.62 Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang

dengan membayar dengan cicilan atau angsuran dikemudian hari atau

memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari

dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Baik kredit berbentuk

barang maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya adaah dengan

menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu. Kredit daam bentuk uang

lebih dikenal dengan istilah pinjaman. Dewasa ini pengertian pemberian kredit di

samping dengan istilah pinjaman oleh bank yang berdasarkan prinsip

konvensional adalah istilah pembiayaan yang digunakan oleh bank berdasarkan

prinsip syariah.63 Namun pada sisi lain, penyalur dana dalam bentuk kredit kepada

nasabah, terdapat resiko tidak kembalinya dana atau kredit yang disalurkan

tersebut, sehingga ada adigium yang berbunyi “ Bisnis perbankan adalah bisnis

resiko” dan dengan pertimbangan resiko inilah, bank-bank selalu harus melakukan

analis yang mendalam terhadap setiap permohonan kredit yang diterimanya.64

Putri Arini, Analisis Hukum Terhadap Kredit Macet atas Pemberian Kredit untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada PT. Bank Danamon Cabang Sukaramai, Skripsi, Dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37130/2/Chapter%20III-V.pdf, [Diakses Pada tanggal 19 April 2017, pukul:13.15 WIB].

Adapupun pengertian lainnya yaitu “kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

(4)

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara kreditur/bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam dapat melunasi hutangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.65

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil

keuntungan.”

Pengertian kredit menurut pasal

1 angka 11 Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, adaah sebagai berikut :

66

Dari pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa kredit atau

pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang.

Contoh berbentuk tagihan (kredit barang), misalnya bank membiayai kredit untuk

pembelian rumah atau mobil. Kredit ini berarti nasabah tidak memperoleh uang

tetapi rumah. karena bank membayar langsung ke developer dan nasabah hanya

membayar cicilan rumah tersebut setiap bulan. Kemudian adanya kesepakatan

antara bank (kreditur) dengan nasabah-penerima kredit (debitur), bahwa mereka

sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit

tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta

bunga yang dietapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila si

debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.67

65

S. Mantayborbir, Imam Jauhari dan Agus Hari Widodo, Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bunga Press: Medan, 2001,hal 15.

66

Lihat lebih lanjut Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan.

67

Nurul Ichsan, Op.Cit, hal 128-129..

Sistem

(5)

penyimpanan dana bagi masyarakat dan juga lembaga pengamananan dana yang

memiliki banyak fungsi.68 fungsi utama bank adalah untuk memberikan jasa

kepada masyarakat, baik berupa penyimpanan dana maupun penyaluran dana

kepada masyarakat. Banyak lembaga bank yang memberikan jasa pemberian

kredit kepada UMKM, baik lembaga bank konvensional maupun bank syariah.69

Baik bank konvensional maupun bank syariah mempunyai peraturan

masing-masing untuk menetapkan dan mengatur pemberian kredit dan pembiayaan

maupun jasa perbankan lainnya yang dilaksanakan oleh bank-bank tersebut. Akan

tetapi, peraturan yang ditetapkan harus berpedoman pada peraturan perbankan

yang berlaku secara umum. Sistem pemberian kredit pada bank 2 konvensional

lebih menekankan pada perolehan bunga yang ditetapkan pada para debitur.

Besarnya jumlah pengembalian pinjaman yang harus dibayarkan oleh para debitur

adalah sebesar jumlah pinjaman kredit yang diterima beserta jumlah bunga kredit

yang ditetapkan pihak bank. Sehingga dengan adanya bunga tersebut dapat

dimasukkan dalam pendapatan dan keuntungan bank. Jika dipandang dari segi

syariah, maka apa yang diterapkan pada bank konvensional tersebut adalah

termasuk perbuatan riba.70

Terdapat perbedaan antara sistem pemberian kredit bank konvensional dan

pembiayaan bank syariah. Perbedaan tersebut antara lain terletak pada akad atau

perjanjian, pembagian keuntungan, dan besarnya prosentase dana yang harus

68

Achasih Nur Chikmah, Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Bank

Konvensional dengan Pembiayaan Bank Syariah Pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah , Jurnal, Dikutip dar 2016 Pukul 07.00 WIB].

69

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan,PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2002, hal 23. 70

(6)

dikembalikan oleh debiturnya. Namun, tidak semua orang mempunyai

pengetahuan yang sama tentang perbedaan antara bank konvensional dan bank

syariah, sehingga mereka menganggap bahwa antara bank konvensional dan bank

syariah adalah sama.71 Untuk meluruskan mengenai persepsi tersebut, maka perlu

adanya analisis mengenai sistem pemberian kredit 4 bank konvensional dan

pembiayaan bank syariah, terutama yang terkait dengan pemberian kredit maupun

pembiayaan pada UMKM. Oleh karena itu, dengan demikian diharapkan dapat

menambah pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang bank konvensional

dan bank syariah.72

1. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional

dan atau berlandaskan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.73 Sementara itu, pengertian bank menurut

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa yang

dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

usaha yang dijalankan oleh bank meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,

menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.74

Wiroso, Perhimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Grasindo: Jakarta, 2005, hal 2.

74

Achashi Nur Chikmah, Op.Cit, hal 4.

Kegiatan menghimpun

(7)

giro maupun deposito nasabah. Selanjutnya kegiatan menyalurkan dana dapat

berupa pemberian kredit maupun pembiayaan yang dilakukan bank kepada para

nasabahnya yang membutuhkan dana.75prinsip yang diterapkan bank

konvensional dalalam mendapatkan keuntungan menggunakan dua metode,

yaitu:76

Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga,

atau dapat pula disebut bank islam, yaitu lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasajasa perbankan lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan

prinsip syariah.

(1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti

giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula dengan harga untuk produk

pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu; (2)

Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak bank menerapkan berbagai biaya-biaya dalam

nominal atau persentase tertentu.

77

Dari pengertian tersebut, bank yang beroperasi berdasarkan

prinsip syariah adalah bank yang menggunakan hukum islam dalam

melaksanakan kegiatan perbankannya. Melalui produkproduk yang dihasilkan

oleh bank islam atau bank syariah dalam produk pengumpulan dana tersebut dapat

dioperasikan sesuai dengan ketentuan ajaran islam. Kegiatan dan transaksi yang

dilakukan oleh bank syariah juga berlandaskan hukum halal atau haram, lembaga

perbankan syariah hanya melakukan transaksi yang sesuai dengan aturan hukum

islam.78

Muhammad,Pengantar Akuntansi Syariah, Selemba Empat:Jakarta, 2005, hal 13.

78

Achashi Nur Chikmah, Op.Cit, hal 5.

(8)

sebagai berikut: (1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah); (2)

Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah); (3) Prinsip jual

beli barang dengan memperoleh 6 keuntungan (murabahah); (4) Pembiayaan

barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah); (5) Pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina).79

Sebenarnya perbankan tidak pernah mempersusah atau membuat susah para

pelaku bisnis untuk dapat mengakses permodalan/kredit UMKM. Akan tetapi kita

harus mengerti bahwa bank merupakan Well Regulated Organization (Organisasi

yang telah tertata secara baik aturan mainnya) sehingga setiap transaksi harus

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Akan tetapi selama ini rata-rata

pelaku bisnis UMKM di Indonesia senantiasa mengabaikan aspek legalitas dan

formalitas kegiatan bisnisnya, misalnya: Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

UMKM, surat keterangan domisili UMKM.80

Sistem pemberian kredit setiap bank berbeda-beda sesuai dengan ketentuan

bank yang bersangkutan. Pihak perbankan didalam memberikan kredit kepada

debitur harus melakukan peninjauan terlebih dahulu kepada calon peminjam

UMKM. Peminjam akan dilakukan terhadap keseriusan, kemampuan usaha,

modal usaha perusahaan,agunan debitur untuk memproteksi jumlah kredit dan

prospek usaha dari peminjam. Setiap data yang didapat oleh pihak bank akan

79

Muhammad, Op.Cit, hal 29.

80

(9)

dianalisa terlebih dahulu.81 Dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah, bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam

pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan

bahwa:82

1. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah,

Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang

mendalam atau itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah

Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud

sesuai dengan yang diperjanjikan.

2. Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan

pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Berkaitan dengan itu, menurut penjelasan pasal 8 ayat (2) dikemukakan bahwa

pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia yang wajib dan ditetapkan oleh bank dalam

pemberian kredit dan pembiayaan adalah sebagai berikut :83

a) Pemberian kredit/pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat dalam

bentuk perjanjian tertulis.

81

H.Mohammad Tjoekam, Prekreditan; Bisnis Inti Bank Komersia, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,1999, hal 94.

82

Dr Banker, undang-undang-perbankan-indonesia-uu-no-10-tahun-1998, Artikel,Dikutip dari

83

(10)

b) Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah

debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap

watak,kemampuan,modal agunan,dan prospek usaha nasabah debitur.

c) Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur

dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

d) Larangan bank untuk memberikan kredit dengan persyaratan yang berbeda

kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi

e) Penyelesaian sengketa.

B. Persyaratan Pemberian Kredit

Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa

kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh

dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh

bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang

nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh.

Dalam melakukan penilaian, kriteria-kriteria serta aspek penilaian tetap sama.

Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar

penilaian setiap bank. Biasanya criteria penilaian yang umum dan harus dilakukan

oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan,

dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P

Penilaian dengn analisis 5 C adalah sebagai berikut:84

84

(11)

1. Character, merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari

orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya.

Untuk membawa watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar

belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi, seperti cara hidup atau

gaya hidup yang dimuatnya, keadaan keluarga, hobi, dan jiwa social. Dari

sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan”

nasabah untuk membayar.

2. Capacity, adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam

menbayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam

mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang

pendidikan dan pengalaman selama ini dalam mengelolah usahanya,

sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit

yang disalurkan. Capacity sering juga disebut dengan nama capability.

3. Capital, untuk meihat pengguna modal apakah efektif atau tidak, dapat

dilihat dari laporan keungan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan

dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitas,

rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis capital juga harus menganalisis

dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk presentase

modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan,

berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman.

4. Condition, dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi,

social, dan politik yang ada ekarang dan prediksi untuk di masa yang akan

(12)

hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga

kemungkinan kredit tersebut bermasalah relative kecil.

5. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah yang

bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit

yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan

kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang

dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

Selanjutnya penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan dengan

analisis 7 P, dengan unsure penilaian sebagai berikut:85

1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah

lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian

personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tidakan

nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaiakannya.

2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau

golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta

karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam golongan tertentu akan

mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Perpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalakm mengambil

kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan

pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai

85

(13)

contoh, seperti untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif, dan

lain-lain.

4. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan dating,

menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau

sebaliknya. Hal ini penting, mengingat jika suatu fasilitas kredit yang

dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi, akan

tetapi nasabah pun juga akan mengalami kerugian.

5. Payment, merupakan ukuran bagaiaman cara nasabah mengembalikan

kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk

pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, maka

akan semakin bail. Sehingga, jika salah satu usahanya merugi, akan dapat

ditutupi oleh usaha lainnya.

6. Profitability, untuk mengalisis bagaimana kemapuan nasabah dalam

mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode, apakah akan

tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit

yang akan diperolehnya.

7. Protection, tujuan adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan

mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan

benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa

jaminan barang atau orang atau pun jaminan asuransi. Untuk memperoleh

kredit dari bank, maka dilakukan beberapa tahap pengajuan aplikasi,

(14)

Untuk dapat menjadi nasabah, secara umum bank memerlukan

berbagai syarat yang standar. Mungkin saja syarat-syarat yang diminta

oleh bank tersebut adalah wajar, tetapi tidak semua instansi pemberi izin

mampu mengeluarkan surat izin dengan cara yang sama dan wajar.

Syarat-syarat itu antara lain :86

a. Kartu tanda penduduk dan pemerintah

b. Jika anda pegawai, diperlukan : rekomendasi atasan, untuk kuasa

memotong gaji; surat keputusan pengangkatan pegawai; rincian gaji

terakhir

c. Jika anda pensiunan, diperlukan: kartu identitas pension; rincian

pension terakhir.

d. Jika anda pedagang, diperlukan: surat izin usaha perdagangan dari

departemen perdagangan; surat izin tempat usaha dari pemerintah

daerah.

e. Jika anda industrial diperlukan: surat izin usaha perdagangan dari

pemerintah daerah; surat izin industri dari dinas perindustrian; surat

izin tempat usaha dari pemerintah daerah.

f. Jika anda seorang pengusaha pengangkutan, diperlukan: surat izin

trayek dari dinas lalu lintas angkutan jalan raya; surat izin gangguan;

surat izin tempat usaha.

g. Jika anda seorang penguasaan hutan dari departemen kehutanan; surat

izin tempat usaha; surat izin industri.

86

(15)

Sebagai catatan, tidak semua surat tersebut mudah pengurusannya, dan

tidak semua daerah pegawainya memiliki disiplin yang sama. Ada juga

beberapa syarat yang diminta bank terlalu berat dibandingkan dengan

syarat-syarat yang diminta bank lain,seperti87

a. Ada bank yang sangat menekankan syarat legalitas keberadaan usaha

dari calon nasabahnya, sedangkan syarat agunan bersifat sekunder,

asalkan dalam analisis perusahaan tersebut cukup layak. :

b.Ada bank yang sangat menekankan adanya barang agunan yang mampu

mencover nilai kredit yang diminta calon nasabahnya, dan lebih

menekankan lagi barang agunan tersebut adalah milik calon nasabah

tersebut, bukan meminjam dari pihak ketiga. Biasanya bank ini sudah

memperhitungkan kemungkinan terjadinya kemungkinan gagalnya

pengembalian kredit, dengan risiko disitanya barang agunan.

c. Ada bank yang tetap meminta lengkapnya syarat-syarat legalitas,

layaknya analisis dan evaluasi, namun begitu bank tersebut lebih

menekankan adanya personal garansi yang menjamin jika terjadi

kegagalan usaha.

d.Ada bank sangat membedakan penentuan barang agunan, dengan kata

lain tidak menerima barang agunan tertentu, karena dianggap kurang

memiliki nilai ekonomi yang kuat.

87

(16)

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh bank

secara umum yaitu88

a. Pengajuan proposal

:

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap yang pertama

permohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam sutu

proposal. Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen-dokumen

lainnya yang disyaratkan. Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan

proposal suatu kredit hendaknya yang berisi keterangan tentang:

1) Riwayat perusahaan, seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang

usaha, nama pengurus berikut latar belakang pendidikan,

perkembangan perusahaan, serta wilayah pemasaran produknya

2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan

pengambilan kredit. Apakah untuk memperbesar omset penjualan

atau meningkatkan kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik

baru (perluasan) serta tujuan lainnya.

Kemudian yang perlu mendapat perhatian adalah kegunaan kredit

apakah untuk modal kerja atau investasi

3) Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam proposal pemohon

menentukan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka

waktu kreditnya.

88

(17)

4) Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan

secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya

apakah dari hasil penjualan atau dengan cara lainnya.

5) Jaminan kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat.

Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi

sengketa, palsu, dan sebagainya, biasanya setiap jaminan diikat

dengan suatu asuransi tertentu.

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah

dipersyaratkan seperti:

1) Akta pendirian perusahaan

2) Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit.

3) TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

4) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

5) Neraca dan laporan rugi laba 3 tahub terakhir

6) Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan.

7) Daftar penghasilan bagi perseorangan.

8) Kartu keluarga (KK) bagi perseorangan.

b.Penyelidikan berkas pinjaman

Tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan

pemohon kredit. Tujuannya adalag mengetahui apakah berkas yang

diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Jika

menurut pihak perbankan belum lengkap atau belum cukup maka nasabah

(18)

nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya

permohonan kredit dibatalkan saja.

Dalam penyelidikan berkas-berkas hal yang perlu diperhatikan adalah

membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas-berkas yang ada, seperti

kebenaran dan keaslian Akta Notaris, TDP, KTP, dan Sura-surat Jaminan

seperti Sertifikat Tanah, BPKB Mobil ke instansi yang berwenang

mengelauarkannya. Kemudian jika asli dan benar maka pihak bank

mencoba mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta memang

relevan dan kemampuan nasabah untuk membayar. Semua ini dengan

menggunakan perhitungan terhadap angka-angka yang dilaporan keuangan

dengan berbagai rasio keuangan yang ada.

c. Penilaian kelayakan kredit

Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, ada banyak aspek yang perlu

dinilai dalam pemberian kredit, yaitu:

1) Aspek Hukum

Dalam aspek ini, tujuannya adalah menilai keaslian dan keabsahan

dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian aspek

hokum ini juga dimaksudkan agar jangan sampai dokumen yang diajukan

palsu atau dalam kondisi sengketa, sehingga menimbulkan masalah.

Penilaian dokumen-dokumen ini dilakukan ke lembaga yang berhak

untuk mengeluarkan dokumen tersebut.

(19)

Merupakan aspek untuk menilai apakah kredit yang dibiayai akan

laku di pasar dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan. Dalam

aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha sekarang dan di masa

yang akan datang.

3) Aspek keuangan

Untuk menilai keuangan perusahaan yang dilihat dari Laporan

Keuangan yaitu neraca dan Laporan Rugi dan Laba 3 tahun terakhir.

Analisis keuangan meliputi analisis dengan menggunakan rasio-rasio

keuangan seperti rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio

profitabilitas, dan analisis pulang pokok.

4) Aspek Teknis/Operasional

Dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah lokasi usaha kemudian

kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki termasuk layout gedung

dan ruangan.

5) Aspek Manajemen

Untuk menilai pengalaman peminjam dalam mengelola usahanya,

termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.

6) Aspek Ekonomi Sosial

Untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi

masyarakat luas, baik ekonomi maupun sosial.

(20)

Aspek ini sangat penting dalam rangka apakah usaha yang dibuatnya

sudah memenuhi criteria analisis dampak lingkungan terhadap darat,air,

dan udara sekitarnya.

C. Pengertian Tentang Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah (UMKM)

Secara umum (menurut paket kebijaksanaan 29 Mei 1993 dan didukung

dengan surat keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/24/Kep/Dir tanggal 29

Mei 1993), yang dimaksud dengan kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang

diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.

250.000.000 untuk membiayai usaha yang produktif. Usaha produktif adalah

usaha yang dapat memberikan nilai tambahan dalam menghasilkan barang dan

jasa. Kredit tersebut dapat berupa Kredit Modal Kerja. Usaha kecil dan usaha

yang memiliki total asset maksimum Rp. 600.000.000 tidak termasuk tanah dan

bangunan yang ditempati. Kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil

dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 25.000.000 biasanya dianggap sebagai

kredit kepada usaha mikro. Kredit kepada usaha kecil dan mikro merupakan kredit

dengan karakteristik yang berbeda dengan kredit kepada usaha menengah dan

korporasi. Pada saat ini, bank yang lebih memiliki pengalaman dan komitmen

untuk memberikan kredit kepada usaha kecil dan mikro adalah Bank Perkreditan

Rakyat serta beberapa bank umum saja.89

89

(21)

Usaha kecil (small business) adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala

kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan serta

kepemilikkan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Usaha kecil.90

Pasal 1 Undang-undang Republik Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah menjelaskan91

Usaha menengah adalah usaha ekonomi proktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil :

Pasal 1 angka 1 :

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Pasal 1 angka 2 :

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.

Pasal 1 angka 3 :

90

Sanusi Bintang, dan Dahlan, Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung , 2000, hal 51.

91

(22)

atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Menurut Pasal 6 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tengan Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah.

Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah Undang-undang

tersebut membagi kedalam tiga pengertian, yakni92

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha.

:

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak rp.

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih lebihdari Rp 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)

92

(23)

Kriteria Usaha Menengah sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari dengan Rp 500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)

Selain itu, UMKM juga mempunyai beberapa ketentuan sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995,

yaitu93

1. Milik warga Negara Indonesia

:

2. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau

usaha besar.

3. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hokum,

termasuk koperasi.

Dari ketentuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa UMKM

hanya bias dimiliki oleh warganegara Indonesia dan tertutup

93

(24)

kemungkinan bagi pihak warganegara asing untuk memiliki

UMKM. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah juga hanya dimiliki

oleh orang perorangan serta bukan merupakan cabang maupun

Waralaba (franchise) dari perusahaan mana pun.

D. Kebijakan Terhadap Kredit Usaha Kecil

Dalam rangka pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah, pemerintah

menetapkan bahwa jumlah kredit yang harus disediakan bank sekurang-kurangnya

adalah 20% dari kredit yang diberikan oleh bank yang bersangkutan. Jumlah 20%

tersebut dihitung atas dasar kredit yang dibiayai dengan dana sendiri, sehingga

kredit yang berasal dari kredit likuidasi Bank Indonesia tidak di perhitungkan.

Ketentuan tersebut berlaku bagi semua bank termasuk Bank Sumatera Utara

(Bank Sumut), kecuali bank-bank asing, dan bank campuran yang sudah terkena

kewajiban memberikan 30% kreditnya untuk ekspor.

Para pelaku UMKM biasanya menggunakan jasa bank dalam mendirikan

maupun mengembangkan usahanya, karena permasalahan utama yang terjadi pada

sektor umkm adalah masalah permodalan. Berkaitan dengan permasalahan di atas

PT. Bank Sumut memberikan beberapa produk kredit seperti kredit permaisuri,

kredit mikro sumut sejahtera, kredit sahabat insan pemula, kredit usaha rakyat,

kredit angsuran lainnya, kredit rekening Koran, dan kredit komersil.94

Produk-produk kredit tersebut disalurkan kepada para pelaku usaha dalam hal

ini para pelaku usaha kecil dan menengah sesuai dengan klasifikasi usahanya, hal

94

(25)

tersebut dilakukan agar pemberian kredit dapat diberikan kepada pelaku UMKM

sesuai dengan kebutuhannya dan kemampuannya dalam melakukan pembayaran

kreditnya. Dengan permodalan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan para

pelaku UMKM tersebut, maka di harapkan para pelaku UMKM dapat tumbuh dan

berkembang pesat agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerahnya

masing-masing dan dapat menciptakan banyak lapangan pekerjaan.

Pemerintah Republik Indonesia saat ini telah mengeluarkan berbagai

kebijakan dalam rangka peningkatan usaha yang berbasis terhadap usaha mikro,

kecil dan menengah. Salah satu kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah

adalah pemberian Kredit Usaha Rakyat(KUR). Dana KUR merupakan dana yang

disalurkan kepada rakyat untuk membantu permodalan rakyat yang ingin

mendirikan usaha maupun yang ingin mengembangkan usahanya. Peran

pemerintah dalam penyaluran dana KUR ini adalah memberikan subsidi bunga

terhadap masyarakat yang memanfaatkan program tersebut, bunga KUR termasuk

rendah apabila dibandingkan dengan produk-produk lainnya karena bunga KUR

yang dibebankan kepada masyarakat selaku debitur hanya 9 %, sementara sisanya

disubsidi langsung dari pemerintah.

Kebijakan pemberian kredit kepada masyarakat tersebut dapat menciptakan

usaha-usaha baru yang berasal dari rakyat dalam hal ini adalah UMKM. Pada saat

ini UMKM yang ada telah meningkatkan ekonomi kerakyaratan di berbagai

daerah di Indonesia dan telah menumbuhkan banyak pelaku usaha-usaha baru

yang memiliki kemampuan yang unggul dibidangnya masing-masing. Selain itu

(26)

membina para pelaku UMKM yang menggunakan jasa mereka dalam hal

penyaluran kredit, pihak PT. Bank Sumut melakukan pembinaan di berbagai

sektor yang dapat menjadikan pelaku UMKM tersebut dapat bersaing dengan

pelaku-pelaku usaha yang memiliki modal besar pada umumnya. Dalam

membantu pelaku UMKM dalam memasarkan produknya pihak PT.Bank umut

juga serig mengadakan bazaar/expo untuk membantu para pelaku UMKM dalam

memasarkan produknya.95

95

(27)

BAB IV

A. Faktor Penyebab Kredit Macet Atas Pemberian Kredit UMKM di PT.Bank Sumut Medan.

Pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya dalam melakukan pembangunan

di berbagai sektor di negeri ini. Salah satunya adalah rencana pemerintah dalam

mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah untuk meningkatkan

perekonomian serta agar terciptanya semakin banyak lapangan pekerjaan. Setiap

pemberian kredit pasti memiliki resiko yang akan terjadi pada setiap bank. Hal

tersebut juga tidak terlepas dari usaha mikro, kecil dan menengah yang pasti

memiliki masalah terkait kredit macet tersebut.Faktor-faktor terjadinya kredit

macet ini berasal dari pihak debitur sendiri. Pengertian nasabah debitur sesuai

dengan pasal 1 ayat 18 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu nasabah

yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah

yang bersangkutan.

Berikut ini adalah hasil wawancara penulis kepada Mirza Arif sebagai

Profesional Asisstant Manager pada PT. Bank Sumut Pusat, faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya kredit macet adalah sebagai berikut :96

1. Gaya Hidup Debitur Yang Konsumtif

Pembiayaan yang dilakukan oleh para pelaku UMKM tidak digunakan untuk

mengembangkan usaha dan melakukan investasi untuk memajukan usaha

melainkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi dari pelaku UMKM

96

(28)

tersebut atau yang disebut oleh pihak bank site streaming. Kebanyakan para

pelaku UMKM selalu menggabungkan antara keuangan usaha dengan keuangan

pribadi sehingga mereka tidak dapat membedakan antara kebutuhan dengan

keinginan, barang yang seharusnya dibeli untuk mengembangkan usaha tetapi

digunakan untuk membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan untuk

pengembangan usahanya. Hal tersebut yang menyebabkan pihak debitur tidak

dapat membayar cicilan kredit terhadap pihak bank, karena uang yang seharusnya

digunakan untuk mengembangkan usaha dan memperoleh keuntungan malah

digunakan untuk gaya hidup yang konsumtif dan tentu saja tidak menghasilkan

keuntungan untuk mengembangkan usaha dan membayar cicilan kredit kepada

pihak bank.

2. Penurunan pendapatan dari pihak debitur

Hal ini tentunya menjadi masalah yang sering muncul dalam melakukan

usaha, karena pendapatan yang dihasilkan oleh pihak debitur setiap harinya

berubah/tidakmenetap (condition of economic). Bahkan beberapa debitur tidak

mendapatkan keuntungan atau hanya balik modal saja dan ada juga yang

mengalami kerugian dalam melaksanakan usahanya sehari-hari. Hal tersebut

disebabkan oleh keinginan manusia yang fleksibel setiap saatnya dan para pelaku

usaha mikro, kecildan menengah tidak dapat mengimbangi sifat manusia yang

selalu memiliki keinginan secara fleksibel tersebut.Faktor lain yang dapat

menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan adalah persaingan usaha, karena

banyak pihak debitur yang bersaing dengan pelaku usaha lain yang menjual

(29)

usahanya, sehingga pelanggang-pelanggan yang berlangganan dengan pihak

debitur ada yang beralih menjadi pelanggan dari pelaku usaha lainnya mungkin

dengan alasan harga dan kualitas.

Apabila omset yang dihasilkan oleh usaha dari debitur menurun maka

kemampuan debitur dalam membayar cicilan kreditnya pun akan menurun, hal

tersebut terjadi karena debitur kekurangan biaya dalam memenuhi tanggung

jawabnya untuk membayar cicilan kredit karena kurangnya keuntungan yang

didapatkan dari hasil kegiatan usaha sehari-hari, belum lagi untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari, hal tersebut yang bias menjadi kredit macet

karena debitur akan kesulitan membayar cicilan kreditnya karena penghasilan

sehari-hari yang tidak menentu. Namun apabila debitur mengalami masalah

seperti ini biasanya pihak bank akan menganalisa kemampuan keuangan dari

debitur dan memberikan solusi yang terbaik.

3. Terjadinya Musibah Terhadap Debitur atau Keluarga Debitur

Musibah adalah bentuk masalah yang sifatnya temporer bagi bank dalam

menyebabkan kredit macet, karena hal tersebut jarang terjadi namun apabila

terjadi musibah maka pihak bank biasanya telah bekerja sama dengan pihak

asuransi dalam mengatasi masalah tersebut .Tetapi secara umum musibah sangat

menghambat kemampuan dari debitur dalam membayar cicilan kreditnya karena

musibah dapat menghilangkan harta benda bahkan nyawa dari debitur itu sendiri.

Musibah yang terjadi misalnya debitur meninggal dunia , terjadinya

kebakaran/banjir dan sakit yang berkepanjangan. Apabila terjadi musibah maka

(30)

kredit oleh pihak debitur dan memberikan keringanan agar kredit tersebut bisa di

lunasi, dengan cara salah satunya adalah perpanjangan jangka waktu pembayaran

dan menurunkan suku bunga dan berbagai cara lainnya yang dapat disepakati oleh

pihak debitur dengan pihak bank selama pihak debitur tersebut masih memiliki

keinginan untuk membayar kreditnya. Kemudian masalah yang dapat

meningkatkan kredit macet adalah meninggal dunia karena hutang yang tersisa

tidak dibebankan kepada ahli waris namun kepada pihak ketiga yaitu pihak

asuransi sebagai penjamin dari kredit tersebut, namun untuk mendapatkan klaim

dari pihak asuransi pihak bank harus mengikuti prosedur dan memenuhi

persyaratan yang di tetapkan oleh pihak asuransi sebagai penjamin.

4. Kondisi Ekonomi Makro

Pengaruh gejolak politik juga dapat mempengaruhi kemampuan dari debitur

dalam membayar cicilan kreditnya karena gejolak ekonomi dapat berpengaruh

terhadap peningkatan inflasi, apabila inflasi tinggi maka harga-harga barang naik

maka dapat menyebabkan penjualan menurun hal tersebut dapat mengurangi

kemampuan dari debitur dalam membayar cicilan kreditnya, karena menurunnya

penjualan yang disebabkan oleh inflasi yang tinggi dapat berpengaruh secara

langsung kepada laba yang di hasilkan.

5. Debitur bangkrut

Dalam suatu usaha pelaku usaha pasti pernah mengalami pasang surut hingga

mengalami kebangkrutan, apabila debitur tidak mampu mengelolah usahanya

dengan baik maka dapat menyebabkan usaha tersebut bangkrut. Hal tersebut dapat

(31)

sangat sulit untuk dapat membayar cicilan kreditnya. Dalam hal ini debitur akan

menunggak hutangnya dan besar kemungkinan tidak dapat mengembalikan sisa

kreditnya, maka apabila terjadi kebangkrutan pihak bank akan menganalisa

kemampuan debitur dalam melakukan pembayaran dan apabila tidak dapat

membayar dan tidak mau membayar maka pihak bank akan melelang harta yang

telah dijaminkan kepada bank.

Selain faktor-faktor eksternal ada juga faktor internal yang disebabkan oleh

kesalahan dari pihak bank dalam proses memberikan kredit terhadap pihak

debitur. Karena dalam proses pemberian kredit pihak bank harus meminta dan

menganalisa data-data maupun dokumen dari calon debitur dengan teliti agar

didapatkan hasil yang maksimal. PT Bank Sumut Medan memiliki Standart

Operasional Prosedur (SOP) dengan sistem yang cukup baik dan persyaratan yang

cukup lengkap untuk mengantisipasi terjadinya kelalaian dalam menganalisa data

dan dokumen debitur dalam proses pemberian kredit. Apabila prosedur

dilaksanakan dengan baik maka kemungkinan terjadi kesalahan akan kecil, namun

tidak menutup kemungkinan kesalahan dapat terjadi apabila ada kecurangan yang

ditimbulkan oleh orang dari dalam pihak bank itu sendiri.

Adapun faktor internal bank yang menjadi penyebabnya kredit macet atas

pemberian kredit kepada UKM yaitu97

1. Bank melakukan analisis kredit yang tidak lengkap.

:

Rendahnya kecermatan serta analisis perbankan saat rencana proyek debitur

diajukan, mengakibatkan rendahnya mutu analisis. Analisis kredit dilakukan

97

(32)

berdasarkan laporan keuangan yang meliputi neraca, rugi laba, sumber dan

penggunaan dana. Laporan keuangan biasanya diminta oleh bank dalam

beberapa periode terakhir, untuk melihat perkembangan dan kemajuan usaha

nasabah. Selanjutnya petugas analisis kredit melakukan analisis yang dosebut

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

2. Bank memiliki kemampuan teknis yang kurang

Semakin canggih usaha nasabah, semakin tertantang bank dalam melakukan

analisisnya. Jika nasabah memiliki usaha yang sederhana maka petugas bank

tentu saja secara mudah mempelajari lika-liku bisnis tersebut. Tetapi jika bisnis

tersebut sangat kompleks, maka sering para petugas bank tertinggal jauh

pengetahuannya dibandingkan dengan para nasabahnya. Hal ini dapat

menyulitkan bagi bank dalam memberikan keputusannya.

3. Bank terlalu mengejar target

Bank sebagai perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, antar lain

mempunyai prinsip profitability. Makin besar keuntungan yang diperoleh, tentu

saja semakin naik bagi bank tersebut di mata pemilik saham dan para

karyawannya.

4. Bank lemah dalam melakukan pengawasan

Selesainya pemberian kredit kepada nasabah bukanlah berarti selesainya

sebuah masalah, justru dimulainya suatu tugas rutin bagi bank, khususnya petugas

pengawasan kredit. Bank seyogyanya menerima laporan keuangan nasabah secara

(33)

pemeriksaan on the spot secara mendadak, untuk memastikan kebenaran laporan

tertulis.

Jika bank tidak mempunyai tenaga yang cukup, atau tenaga pengawas tidak

mempunyai kemampuan dalam meneliti kebenaran angka-angka dalam laporan

keuangan, maka lambat laun bank akan dibohongi oleh nasabahnya. Akhirnya

bank terlambat mengetahui secara dini masalah yang mungkin menimbulkan

kesulitan dalam pengembalian kredit.

5. Petugas bank atau bankir sendiri minta hadiah dari nasabah

Hal ini adalah menyangkut karakter petugas bank yang sangat merugikan

nasabah dan bank itu sendiri. Budaya ini mungkin masih terdapat di beberapa

instansi di negara kita ini, termasuk instansi atau lembaga perbankan. Adanya

pemotongan kredit nasabah ini sangat merusak citra bank.

6. Bank terlalu besar memberikan kredit

Dalam istilah perbankan dikenal dengan overlending atau overcreditering.

Pemberian kredit yang berlebihan kemungkinan terjadi karena kelalaian petugas

dalam menganalisis, atau ada unsur kesengajaan, atau melakukan kerjasama

dengan nasabah. Pemberian kredit yang berlebihan, akan menggoda nasabah

untuk menggunakan kelebihan uang tersebut membeli barang-barang yang tidak

(34)

B. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Kredit Macet Terhadap PT Bank Sumut

Kredit macet adalah suatu masalah yang sering timbul di sektor perbankan,

bahkan masalah kredit macet ini menjadi salah satu masalah yang diserius apabila

tidak diperhatikan dengan baik oleh sektor perbankan. Terjadinya kredit macet

dapat menurunkan laba yang dihasilkan oleh pihak bank dan sangat berpengaruh

terhadap kinerja dari bank tersebut, karena apabila laba yang dihasilkan rendah

maka tingkat kinerja yang dihasilkan oleh para pegawai akan menurun karena

penurunan pemberian insentif yang di berikan oleh pihak bank kepada para

pegawainya.Maka dengan demikian penanganan dari terjadinya kredit macet

harus dihadapi dengan seserius mungkin agar tidak sampai merugikan pihak bank

sebagai pihak pemberian kredit. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada

Mirza Arif sebagai Profesional Asisstant Manager pada PT Bank Sumut di

dapatkan beberapa penjelasan mengenai dampak yang ditimbulkan dari kredit

macet terhadap PT Bank Sumut adalah sebagai berikut :98

1. Menurunnya Kesejahteraan Pegawai.

Jika terjadi kredit macet maka dampak pertama yang di timbulkan adalah

terhadap kinerja yang dihasilkan oleh para pegawai PT Bank Sumut, karena

kredit macet akan berdampak secara langsung terhadap laba yang dihasilkan

oleh perusahaan dan secara otomatis akan mengurangi jumlah insentif yang di

terima oleh para pegawai setiap tahunnya. Insentif memiliki peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan kinerja dan royalitas pegawai terhadap

98

(35)

perusahaan karena apabila insentif yang diberikan oleh perusahaan terhadap

pegawainya sebanding dengan kinerja yang dihasilkan oleh pegawai maka

pegawai akan timbul semangat kerjanya untuk meningkatkan kinerja dan

popularitas dari perusahaan tersebut. Artinya dengan pemberian insentif yang

cukup maka akan meningkatkan kesejahteraan dari para pegawai dan

menimbulkan bentuk tanggung jawab dan royalitas yang tinggi dari para

pegawai untuk meningkatkan kualitas kerjanya demi meningkatkan mutu dan

popularitas dari perusahaan tersebut dalam hal ini PT Bank Sumut.

Perhitungan pemberian insentif terhadap pegawai adalah dari laba yang

dihasilkan dari bunga kredit pinjaman para debitur, maka apabila terjadi kredit

macet maka para debitur tidak akan mampu membayar jumlah

pokok/Plafonkredit apalagi membayar bunga dari pokok/Plafon kredit

tersebut, hal inila yang menyebabkan pemberian insentif kepada para pegawai

berkurang di akibatkan oleh ketidakmampuan para debitur membayar bunga

dari cicilan kredit mereka. Dengan demikian terjadinya kredit macet

menimbulkan masalah yang negatif terhadap PT Bank Sumut di lihat dari sisi

semangat kerja, kinerja dan royalitas pegawai untuk meningkatkan kualitas,

mutu dan popularitas PT Bank Sumut karena kesejahteraan para pegawai yang

menurun di akibatkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan menurun yang

ditimbulkan karena terjadinya kredit macet pada PT Bank Sumut.

2. Kenaikan NPL(Non Perfoming Loan)

NPL(Non Perfoming Loan) atau kredit yang bermasalah merupakan salah

(36)

dari sisi finansial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman tidak akan ada

artinya tanpa kemauan dan itikad baik dari debitur itu sendiri. Pada bank ada

collectibility credit yang dimana dengan adanya collect tersebut kita dapat

mengetahui dasar kredit tersebut di katakan macet atau tidak melalui

penjelasan sebagai berikut:99

a. Collectibility Credit 1

pada collect 1 kredit masih dikatakan lancar, untuk menentukan kredit

tersebut dikatakan collect 1 adalah dengan melihat jangka waktu

pembayaran yang dilakukan oleh debitur. Pada collect 1 debitur

membayar cicilan kredit tepat pada waktu jatuh tempo atau pada jangka

waktu paling lambat 1-60 hari dari tanggal jatuh tempo.

b.Collectibility Credit 2

pada collect 2 dalam perhatian khusus, pada collect 2 peningkatan status

kredit semakin meningkat dari status sebelumya, jika terjadi collect 2

maka kredit tersebut belum di bayarkan 61-90 hari setelah tanggal jatuh

tempo.

c. Collectibility Credit 3

pada collect 3 artinya kredit tersebut kurang lancar, pada collect 3

berarti pihak debitur belum membayar cicilan selama 91-120 hari

setelah tanggal jatuh tempo dan telah melebihi batas dari collect 2.

d.Collectibility Credit 4

99

(37)

pada collect 4 maka kredit tersebut dikatakan di ragukan, pada collect 4

kredit sudah semakin bermasalah karena pada collect 4 ini debitur

belum juga membayar cicilan kreditnya 121-180 hari.

e. Collectibility Credit 5

pada collect 5 inila kredit tersebut di katakan macet karena jangka

waktu penagihan kreditnya telah berada di atas 180 hari.

Apabila terjadi collect 3,4 dan 5 hal inila yang dapat menaikkan Npl karena

pada kondisi seperti itu kredit sudah mulai bermasalah dan mengganggu

peningkatan laba dari PT.Bank Sumut sebagai pihak pemberi kredit. Apabila

terjadi Npl tinggi akan menyebabkan laba perusahaan akan berkurang dan

menyebabkan kesejahteraan para pegawai juga menurun. Kemudian kenaikan Npl

juga sangat berpengaruh terhadap popularitas bank dan kepercayaan masyarakat

terhadap bank tersebut. Hal tersebut dapat menurunkan harga saham bank tersebut

karena apabila masyarakat tidak lagi percaya kepada bank tersebut maka harga

saham dari bank tersebut akan turun.

C. Penyelesaian Kredit Macet pada PT. Bank Sumut Medan

Permasalahan kredit macet pasti pernah dialami oleh setiap bank, kesalahan

internal maupun eksternal menjadi faktor penyebab kredit macet timbul. Apabila

kredit macet timbul maka tugas bank adalah menyelesaikan permasalahan kredit

yang ada agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Penyelesaian kredit

pada PT Bank Sumut ditugaskan kepada divisi penyelamatan kredit sebagai devisi

yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan kredit-kredit yang

(38)

beberapa tahap, berdasarkan hasil wawacara penulis kepada Yustin Sagala sebagai

Pemimpin Bidang Administrasi Laporan dari PT. Bank Sumut Medan yaitu :100

1. Collection

Collection yaitu proses penagihan kredit yang dilakukan untuk mencari,

menemukan serta mendapatkan kembali hak bank atas pemberian pinjaman

kepada debitur.

2. Restrukturisasi Kredit

Restrukturisasi adalah upaya penyelesaian kredit yang dilakukan oleh bank

dengan menganalisa ulang penyebab kredit macet yang ditimbulkan dan

menganalisa kembali kemampuan debitur dalam melakukan kewajibannya.

Restrukturisasi ini dilaksanakan apabila bank melihat adanya gejala-gejala

kredit mulai bermasalah seperti pembayaran yang sering terlambat bahkan

kemampuan bayar yang menurun.

Cara Restrukturisasi yaitu :

a. Melakukan perubahan/penjadwalan pembayaran angsuran(rescheduling)

b.Jangka waktu kredit di perpanjang.

c. Pemberian keringanan berupa plafon kredit diturunkan.

d.Penurunan suku bunga.

e. Pemberian keringanan bunga dan denda, novasi dan subrogasi.

f. Penambahan fasilitas kredit.

g.Penarikan sebagian barang agunan kredit.

100

(39)

Restrukturisasi dilakukan dengan beberapa tahapan, antara lain sebagai

berikut:

a. Analisa

Pihak Divisi Penyelamatan Kredit akan melakukan analisa meliputi:

1) Aspek 5 C yaitu Character, Capacity, Capital, Colleteral, dan

Condition kemudian 7 P yaitu Personality, Party, Perpose, Prospect,

Payment, Profitability dan Protection. Dalam analisis ini dilakukan

peninjauan dari faktor kuantitatif tentang kemampuan (Prospek) bayar

dari pihak debitur kemudian ditinjau dari faktor kualitatif dilihat dari

kemauan (itikad) debitur apakah masih mau menyelesaikan

kewajibannya setelah diberi beberapa keringanan, hal ini dapat

dilakukan apabila usahanya masih ada/ berjalan.

2) Menganalisa faktor – faktor legal fraud.

b.Persetujuan atas proses restrukturisasi.

3. Penyerahan piutang ke KPKNL ( Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang)

a. Oleh pihak KPKNL akan diberikan surat peringatan.

b.Surat peringatan pertama dilayangkan apabila debitur yang bersangkutan

melakukan wanprestasi terhadap perjanjian antara kedua belah pihak.

c. Apabila debitur masih mau melaksanakan kewajibannya dalam hal

pembayaran cicilan kredit dan kredit macetnya dapat diselesaikan melalui

(40)

4. Penarikan Sebagian dari Barang Agunan.

Apabila debitur tidak dapat menunjukkan sikap koorporatif terhadap pihak bank

dalam hal penyelesaian seluruh dari tagihan hutangnya maka pihak bank akan

menyita sebagian dari barang jaminannya dan melakukan penjualan atas jaminan

tersebut.

5. Penjualan Jaminan Bersama Secara Sukarela.

Pada tahap ini pihak bank mempersilahkan debitur untuk menjual seluruh

jaminannya dan hasil dari penjualan tersebut digunakan untuk pembayaran sisa

tunggakan kredit yang masih tersisa, kemudian apabila masih ada sisa uang dari

penjualan tersebut, itu sudah merupakan hak debitur karena seluruh tagihan

kredit sudah di bayarkan lunas dari hasil penjualan jaminan tersebut.

6. Lelang Eksekusi

Lelang eksekusi dilakukan apabila pihak debitur sudah tidak bisa diberi

keringanan lagi untuk melakukan kewajibannya dalam pembayaran cicilan

kredit. Lelang eksekusi bisa terjadi apabila usaha dari debitur tersebut memang

sudah tidak ada lagi atau dapat dikatakan prospek usahanya sudah tidak

memungkinkan untuk bisa membayar cicilan kreditnya.

Selain hasil wawancara penulis juga mencantumkan cara penyelesaian

permasalahan kredit macet menurut pendapat ahli yaitu sebagai berikut101

1. Reschedulling

:

Reschedulling atau penjadwalan ulang adalah perubahan syarat kredit yang

hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktu termasuk masa

101

(41)

tenggang (grace period) dan perubahan besarnya angsuran kredit. Debitor

yang dapat diberikan fasilitas penjadwalan ulang adalah nasabah yang

menunjukkan iktikad baik dan karakter yang jujur serta ada keinginan untuk

membayar (willingness to pay) serta menurut bank, usahanya tidak

memerlukan tambahan dana atau likuiditas.

2. Reconditioning

Reconditioning atau persyaratan ulang adalah perubahan sebagian atau seluruh

syarat-syarat kredit meliputi perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu,

tingkat suku bunga, penundaan sebagian atau seluruh bunga, dan

persyaratan-persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tidak termasuk penambahan dana

dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi equity perusahaan.

Persyaratan ulang diberikan kepada debitur yang jujur, terbuka, dan

koorperatif yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan tetapi

diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan; kreditnya dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang.

3. Restructuring

Restructuring atau penataan ulang adalah perubahan syarat kredit yang

menyangkut:

a. Penambahan dana bank,

b.Konversi sebagian/seluruh tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru,

atau

c. Konversi sebagian/seluruh kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil

(42)

4. Liquidation

Likuidasi adalah penjualan barang-barang yang dijadikan agunan dalam

rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi dilakukan terhadap kategori

kredit yang menurut bank benar-benar sudah tidak dapat dibantu untuk

disehatkan kembali, atau usaha nasabah sudah tidak memiliki prospek untuk

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan analisa dalam bab sebelumnya, maka penulis

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab terjadinya kredit macet atas pemberian Kredit Usaha Mikro

Kecil dan Menengah digolongkan kedalam dua faktor yaitu faktor internal

maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari

pihak bank itu sendiri, faktor internal terjadi karena kurangnya pihak bank

dalam menganalisa kemampuan bayar dari debitur tersebut, sehingga kredit

yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dari debitur

tersebut dan mengakibatkan over financing. Kemudian selanjutnya adalah

fraud yaitu adanya peran orang dalam dari bank tersebut dalam menyetujui

kredit dalam hal ini terjadi kecurangan dalam pemberian kredit. Faktor

eksternal yaitu faktor yang disebabkan oleh debitur itu sendiri, adapun faktor

eksternal yang dapat menyebabkan kredit macet adalah perilaku dari debitur

yang konsumtif sehingga pinjaman yang diterima tidak untuk pengembangan

usaha,penurunan pendapatan dari debitur tersebut, terjadinya

musibah/sakit/meninggal dunia yang menimpa debitur tersebut, faktor kondisi

ekonomi makro dan debitur tersebut mengalami kebangkrutan. Faktor-faktor

tersebut dapat menghambat kemampuan pembayaran kredit oleh debitur dan

(44)

2. Terjadinya kredit macet sangat berdampak terhadap PT.Bank Sumut Medan,

dampak yang ditimbulkan atas terjadinya kredit macet antara lain adalah

menurunnya tingkat kesejahteraan para pegawai dari bank sumut, karena

apabila banyak terjadi kredit macet maka insentif/bonus yang diterima oleh

para pegawai juga akan menurun hal ini mengakibatkan pendapatan yang

diterima oleh para pegawai berkurang dan mengakibatkan kesejahteraan para

pegawai tersebut menurun. Kemudian terjadi kenaikan NPL (Non Performing

Loan), kenaikan NPL sangat berdampak buruk bagi bank karena laba yang

dihasilkan bank tersebut akan menurun apabila tingkat NPL tinggi, kenaikan

NPL juga dapat memperburuk kondisi bank dan para pegawainya, karena

apabila NPL tinggi maka akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat

terhadap bank tersebut.

3. Dalam melakukan penyelesaian atas terjadinya kredit macet pihak PT Bank

Sumut memiliki cara penyelesaian antara lain adalah dengan cara :

a. Collection(melakukan penagihan).

b.Restrukturisasi(menganalisa ulang kemampuan dan itikad baik dari

debitur).

c. Penyerahan piutang ke KPKNL.(Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan

Lelang)

d.Penarikan sebagian barang agunan.

e. Penjualan jaminan secara sukarela

(45)

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis ajukan dalam pembahasan skripsi ini adalah:

1. Terhadap Pihak Kreditur

Pihak kreditur sebagai pihak penyalur kredit harus memiliki tingkat

analisa yang tinggi dan harus selektif dalam memeriksa dokumen dari

calon debitur yang akan mengajukan kredit. Pihak kreditur harus

mengikuti semua prosedur yang ada agar terhindar dari kesalahan dalam

pemberian jumlah kredit yang akan berdampak kepada kerugian bank.

Analisa harus dilakukan secara rinci sesuai dengan kemampuan dari

debitur dalam melakukan pembayarannya, kemudian jaminan agunan yang

diserahkan oleh debitur juga nilainya harus sama dengan jumlah kredit

yang di ajukan oleh pihak debitur, hal ini dilakukan untuk menghindarkan

kerugian terhadap pihak bank apabila terjadi kredit macet.

2. Terhadap Pihak Debitur

Saat ingin melakukan suatu perjanjian kredit kepada pihak bank, pihak

debitur harus memberikan data-data yang sebenarnya sesuai fakta yang

ada, selanjutnya data-data yang diberikan juga harus akurat, tidak

dibenarkan memberikan data yang tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya karena dapat memicu permasalahan hukum di kemudian hari

dan agar pihak bank dapat memberikan kredit sesuai dengan kebutuhan

debitur. Apabila kredit telah diterima maka kredit tersebut harus

(46)

karena tujuan utama mengajukan kredit adalah untuk kebutuhan

pengembangan usaha. Debitur juga harus korperatif dalam memenuhi

kewajiban setiap bulannya dalam hal melakukan pembayaran kredit agar

tidak terjadi kredit macet, karena apabila kredit macet terjadi maka pihak

Referensi

Dokumen terkait

Kredit kepada Usaha Menengah adalah pemberian kredit kepada debitur usaha menengah yang memenuhi kriteria usaha menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri

STRATEGI PEMASARAN DAN PENINGKATKAN KINERJA KREDIT USAHA KECIL MENENGAH (UKM) PADA PT BANK MEGA TBK CAPEM SALATIGA.. Finta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya preferensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pada pemilihan bank pemberi kredit ditinjau dari prosedurnya..

BAB IV PENYELESAIAN KREDIT MACET YANG OBJEK JAMINANNYA HAK ATAS TANAH BERSTATUS HAK GUNA USAHA PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG MEDAN PUTRI HIJAU ... Pelaksanaan

Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut

Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.. Universitas

dan juga pembahasan yang akan dilakukan. Bagaimana prosedur pemberian pinjaman kredit usaha kecil pada PT. Bagaimana kelayakan jaminan untuk mendapatkan kredit melalui PT.

14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang disertai ketentuan