BENTUK PENYAJIAN DAN KONTRIBUSI LAGU FOE’RE
SEBAGAI PENGIRING TARI MOYO DI SANGGAR TARI
BALUSEDA DESA BAWOMATALUO KECAMATAN
FANAYAMA KABUPATEN NIAS SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Oleh :
CHRISTINAWATI BANGUN
NIM.2113340010
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
▸ Baca selengkapnya: syair lagu maena nias
(2)(3)(4)(5)(6)ABSTRAK
Christinawati Bangun. NIM 2113340010 Bentuk Penyajian Dan Kontribusi
Lagu Foe’re sebagai Pengiring Tari Moyo Di Sanggar Tari Baluseda
Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan 2016
Penelitian ini merupakan Bentuk Penyajian Dan Kontribusi Lagu Foe’re sebagai
Pengiring Tari Moyo Di Sanggar Tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk Penyajian Dan
Kontribusi Lagu Foe’re sebagai Pengiring Tari Moyo Di Sanggar Tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Nias yang ada di Desa Bawomataluo, seniman tradisional Nias yang ada di sanggar tari Baluseda Bawomataluo. Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah Pemusik Iringan tari Moyo (Tari Elang) ,dan Para penari Moyo (Tari Elang).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang meliputi beberapa aspek : Pengamatan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sanggar budaya tradisi Nias, tepatnya di Sanggar tari Baluseda. yang terletak di Desa Bawomataluo Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan dan penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.
Setelah melakukan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Tari Moyo (Tari Elang) pada awalnya berasal dari Nias Selatan. Tarian ini ada sejak 500 Tahun yang lalu. Dahulu kala, tarian ini merupakan tarian yang hanya ditampilkan pada masyarakat Nias yang golongan bangsawan yang hanya mampu memiliki penari khusus yang menampilkan tarian ini. Pada mulanya tarian ini tidak memakai iringan alat musik tradisional Nias namun hanya cukup diiringi 2 (Dua) Orang pensyair saja, namun pada zaman moderen ini Tari Moyo telah di iringi dengan musik dimana pemainnya berjumlah 3 (tiga) orang dan 1(satu) penyanyi (pensyair).
Tari Moyo juga di pakai sebagai sarana hiburan untuk menghibur masyarakat dan para wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Bawomataluo. Lagu yang mengiringi Tari Moyoadalah lagu Foe’resyair pada lagu Foe’re memperjelas atau
mempertegas gerakan pada Tari Moyo dan dari syair penonton dapat mengerti makna dari Tari Moyo.
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis persembahkan
kepada Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul
“Bentuk Penyajian Dan Kontribusi Lagu Foe’re sebagai Pengiring Tari Moyo Di
Sanggar Tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan.”. Sebagai
manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari Skripsi ini
masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyampaian
ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dalam proses
penulisan Skripsi ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat
doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik
4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd. Sekretaris Jurusan dan sebagai Penguji II
5. Dr. Pulumun P Ginting, S.Sn., M.Sn. Ketua Program Studi Pendidikan
Musik
6. Lamhot B Sihombing, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi I
7. Wiflihani, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi II
9. Seluruh Dosen khususnya Program Studi Pendidikan Musik yang telah
banyak memberikan pengetahuan kepada penulis selama proses
perkuliahan.
10. Ucapan Trimakasih Kepada kedua orang tua penulis Ibunda Rosmianna
Saragih yang selalu luar biasa memberi dukungan, semangat, doa bahkan
materi yang tidak terhitung jumlahnya kepada penulis, begitu juga dengan
kak Lily Ermawati Bangun tercinta yang juga selalu memberikan motivasi
dan mendoakan penulis dalam mendukung penyelesaian Skripsi ini.
11. Gibson Manao sebagai Narasumber yang telah membantu penulis dalam
proses penyelesaian Skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan doa dan motivasinya, Fenny Hannatasya
Purba, Utari Arsy Buana, Wella Purba, Arni Saragih, Rikha Haro Munthe,
Riko Suhendra Turnip, Eliza Turnip dan seluruh teman seperjuangan
stambuk 2011 yang telah memberikan motivasi, bantuan moral kepada
penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
13. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut
serta mendukung dan membantu penyelesaian Skripsi ini
Semoga Tuhan memberikan berkat yang melimpah kepada seluruh pihak yang
telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Semoga Skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, April 2016
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 12
1. PengertianBentuk Penyajian... 12
2. Pengertian Kontribusi ... 14
3. Pengertian Lagu... .. 15
4. Pengertian LaguFoe’re... 16
5. Pengertian Menyanyi... 16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27
C. Populasi dan Sampel ... 27
1. Populasi ... 27
2. Sampel ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 29
1. Observasi ... 29
2. Wawancara ... 29
3. Dokumentasi... 30
4. Studi Kepustakaan ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk Penyajian lagu Foe’re terhadap Tari Moyo... 34 B. Kontribusi Lagu Foe’re terhadap Tari Moyo... 53 C. Penggunaan Instrumen Musik pengiring Tari Moyo ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 71 B. Saran... 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh irama... 19
Gambar 2.2 Contoh melodi ... 20
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual... 24
Gambar 4.1 Wawancara dengan ketua Sanggar ... 36
Gambar 4.2 Alm.Hikayat Manao ... 37
Gambar 4.3 Gerakan awal pada Tari Moyo ... 41
Gambar 4.4 Gerakan ke dua Tari Moyo ... 44
Gambar 4.5 Gerakan ke tiga Tari Moyo... 46
Gambar 4.6 Gerakan terakhir Tari Moyo ... 48
Gambar 4.7 Kostum pria... 50
Gambar 4.8 Kostum Wanita ... 50
Gambar 4.9 Gondra ... 62
Gambar 4.10 Faritia ... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki
beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya
suku ataupun etnis dengan ciri khas masing-masing. Setiap suku ataupun etnis
memiliki perbedaan baik dari segi bahasa, musik, nyanyian, dan adat-istiadat
dalam bermasyarakat.
Disamping itu, budaya juga merupakan salah satu unsur yang didalamnya
terdapat kesenian. Kesenian merupakan bagian dari pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu seni rupa, seni musik dan seni tari.
Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan
berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan
penikmat seni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan
mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai
lambang.
Kehadiran seni dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi
perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah
kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita
menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Tingkat
2
ekonominya saja, tetapi juga dapat dilihat dari tingkat perkembangan nilai
seninya, diantaranya musik menjadi satu bagian penting di dalamnya.
Seni musik merupakan seni menata bunyi menjadi suatu harmoni yang
indah didengar. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa musik merupakan bunyi
sebagai aktivitas manusia yang memiliki tujuan tertentu. Musik merupakan suatu
yang dihasilkan oleh manusia yang melakukan aktivitas musik seperti membuat
komposisi, membuat aransemen, dan memainkan atau menampilkan karya-karya
musik. Musik tidak dapat dilepas dari kehidupan manusia, bahkan musik bisa
untuk melengkapi kehidupan manusia baik dari segi sosial, segi religius maupun
kebudayaannya.
Kebudayaan merupakan hasil karya dan pikiran manusia. Manusia yang
menciptakan suatu kebudayaan tidak terlepas dari manusia lainnya yang artinya
ada terjalin ikatan sosial dalam kehidupan itu sendiri. Manusia yang satu dengan
yang lainnya berinteraksi dan saling berhubungan.
Manusia dilahirkan ke dunia sudah berada dalam suatu lingkup budaya
yang didalamnya terdapat interaksi sosial serta kebiasaan-kebiasaan yang melekat
dalam diri manusia itu sendiri. Pada Masyarakat Sumatera Utara Kebudayaan
yang hidup dan melekat dalam lingkungan masyarakatnya sangat beragam karena
terdiri dari banyak suku seperti suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing,
Nias, Pak-pak, Melayu, dan sebagian lagi penduduknya adalah masyarakat
pendatang yang didominasi oleh suku Jawa.
3
terletak disebelah barat pulau Sumatera (Indonesia). Pulau ini dihuni oleh
mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang memiliki budaya megalitik, musik, tarian
dan nyanyian (sinuno). Suku Nias menamakan diri mereka Ono Niha yang artinya
(ono artinya anak atau keturunan dan niha artinya manusia) dan pulau Nias
sebagai tanah manusia. Suku Nias merupakan masyarakat yang hidup
dilingkungan adat dan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai khas.
Unsur-unsur kebudayaan seperti sistem bahasa, sistem kesenian,sistem
kemasyarakatan, sistem religi, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem
organisasi sosial merupakan unsur-unsur yang bersifat universal. Oleh karena itu
dapat diperkirakan bahwa kebudayaan suatu bangsa mengandung suatu aktivitas
adat-istiadat.
Kebudayaan yang terdapat pada suku Nias berupa : Lompat Batu, Tari
Perang, Maena, Tari Moyo, Tari Mogaele, Sapaan Yaahowu, Fame Ono Niahalo
(Pernikahan), dan Omohada (Rumah Adat).
Salah satu kebudayaan masyarakat Nias yang sakral adalah Tari Moyo.
Tari moyo atau tarian elang ini juga merupakan tarian yang biasa digunakan untuk
penyambutan tamu agung yang dilakukan secara adat.Tarian ini biasanya
dibawakan oleh gadis-gadis Nias yang melakukan gerakan layaknya burung
elang. Tari Moyo atau Tari elang ini juga menandakan betapa indahnya sebuah
persatuan dalam sebuah perdamaian seperti gerakan yang lemah gemulai,
menunjukkan bahwa dalam keteduhan kami bisa mencapai cita-cita kami
4
Tari moyo atau Tari elang ini sangat berperan penting dalam kategori
budaya dan atraksi pulau nias sendiri, dimana tarian ini dioknumkan oleh para
perempuan nias yang punya karakter tersendiri dalam segi menari khususnya Tari
moyo, dikarenakan tarian ini sangat menggairahkan dan mempunyai alunan yang
indah baik dalam segi musik pengiring mau pun setiap gerakan–gerakan yang
ditampilkan tersendiri bagi penari yang melihatnya, sehingga bisa saja stylezen
dari penari wanita-wanita ini membuat terpesona dan simpati terhadap para
laki-laki/pria yang merasakan gerakan alunan phisycalnya.
Tari moyo (Tari Elang) dalam pelaksanaannya diiringi oleh lagu dan
syair. Dimana nyanyian tersebut disebut Lagu Foe’re. Lagu Foe’re dalam iringan
ini mempunyai 2 jenis yaitu : Lemah lembut atau lambat, dan juga gembira atau
cemerlang kedua lagu tersebut ditampilkan secara beruntun,artinya lagu dan syair
pertama bersamaan dengan pola gerakan setelah itu langsung disusul lagu dan
syair kedua bersamaan dengan pola gerakan kedua. Dalam penampilannya tari
moyo (Tari Elang) didukung oleh 3 kelompok, yaitu : kelompok penari,
kelompok penyanyi,dan kelompok pemain musik.dalam tari moyo tersebut
kelompok pemain musik memiliki peranan sebagai pemain dalam memainkan
seperangkat alat musik tradisional nias yang berfungsi sebagai memandu
irama,tempo, dan ekspresi dalam mengiringi tari moyo ini. alat musik tradisional
nias yang dimaksud adalah gong, (Aramba) ,Gendang besar(Gondra), Canang
(Faritia) dan gendang kecil (tamburu).
5
bersejarah terutama tentang kebudayaan. Desa tersebut berada di Kecamatan
Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Nama Desa tersebuat adalah Desa
Bawamataluo. Dimana di Desa Bawamataluo ini dikenal dengan desa bersejarah.
Desa ini juga sering kali dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupun
wisatawan luar negeri.
Di Desa Bawamataluo ini ada berdiri sebuah sanggar tari yang
beranggotakan asli dari warga Desa Bawamataluo sebagai bukti wujud bahwa
penduduk di desa tersebut masih melestarikan budaya yang ditinggalkan oleh
nenek moyang terdahulu seperti Tari Moyo. Karena itu saya mengangkat judul:
“Bentuk Penyajian dan Kontribusi Lagu Foe’re Sebagai Pengiring Tari
Moyo di Sanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab.
Nias Selatan.”
B. Identifikasi Masalah
Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan
menjadi terarah serta masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Serta cakupan
tidak terlalu luas
Hadeli (2006 : 23) mengatakan bahwa: “ Identifikasi masalah adalah suatu
situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor(seperti
kebiasaan–kebiasaan,keadaan–keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan
beberapa pertanyaan.
6
1. Bagaimana sejarah Tari Moyo di Sanggar Tari Baluseda Desa
Bawamataluo Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan?
2. Bagaimana bentuk penyajian lagu foe’redalam mengiringi Tari Moyo
disanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec.Fanayama Kab. Nias
Selatan?
3. Bagaimana Melodi pada Lagu Foe’re dalam mengiringi Tari Moyo
disanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan
4. Instrumen apa saja yang dipakai dalam iringan Tari Moyo disanggar
Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec.Fanayama Kab. Nias Selatan?
5. Bagimana dampak lagu foe’re dalam mengiringi Tari Moyo disanggar
Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan?
6. Bagaimana teknik vokal dalam menyayikan Lagu Foe’re dalam
mengiringi Tari Moyo disanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias
Selatan?
7. Bagaimana kontribusi Lagu Foe’re dalam iringan Tari Moyo di
Sanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan?
8. Bagaimana interpertasi dalam menyanyikan Lagu Foe’re sebagai
pengiring Tari Moyo disanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan Penelitian di atas serta dengan memandang sangat luasnya
cakupan masalah yang diidentifikasih serta keterbatasan yang dimiliki oleh
sipeneliti, baik itu dana, waktu,serta kemampuan teoritis,maka peneliti melakukan
pembatasan masalah.Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiono (2010:207) :“
Bahwa pembatasan masalah fokus dengan yang didasarkan pada tingkat
kepentingan dan fasebilitas masalah yang akan dipecahkan.
Dengan demikian dari identifikasi permasalahan yang ada maka
pembatasan masalah didalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Bentuk penyajian Lagu Foe’re dalam mengiringi Tari
Moyo di Sanggar Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab.
Nias Selatan?
2. Bagaimana Kontribusi lagu Foe’re dalam mengiringi Tari Moyo di
sanggar Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab. Nias
Selatan?
3. Bagaimana penggunaan Instrumen dalam iringan Tari Moyo disanggar
8
D. Rumusan Masalah
Perumusan Masalah merupakan pertanyaan lengkap dan terperinci
mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasih
masalah dan pembatasan masalah.Mengingat rumusan masalah merupakan suatu
titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan,mengingat sebuah
penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan,maka dari itu
perlu dirumuskan dengan baik,sehingga dapat mendukung untuk menemukan
jawaban
Berdasarkan dari uraian di atas hal ini sejalan dengan pendapat Maryeani
(2005:14) yang mengatakan bahwa :“ Rumusan masalah merupakan jawaban
detail fokus penelitian yang akan digarap.dimana rumusan masalah menjadi
semacam kontrak dalam menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar
pada rumusan masalahnya. ”.
Berdasarkan dari uraian–uraian latar belakang masalah,identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah maka peneliti membuat rumusan masalah
menjadi kajian penelitian ini adalah : “ Bentuk Penyajian dan Kontribusi Lagu
Foe’re sebagai pengiring Tari Moyo di Sanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo
Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tidak lain untuk mengetengahkan indikator–indikator
9
variable–variable penelitian. Untuk melihat berhasil tidaknya suatu kegiatan,
dapat dilihat melalui tercapainya tujuan yang diterapkan.
Tujuan penelitian ini mengungkapkan sasaran hasil yang ingin dicapai
dalam penelitian, ini sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hariwijaya dan Triton (2008:50): “
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum
melakukan penelitian dan mengacu kepada suatu permasalahan.
Berdasarkan pembatasan dan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi
tujuan dalam peneliti ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk penyajian lagu Foe’re dalam mengiringi tari
Moyo di sanggar tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias
Selatan
2. Untuk mengetahui kontribusi lagu Foe’re dalam mengiringi tari Moyo
di sanggar tari Baluseda desa Bawomataluo Kecamatan Fanayama
Kabupaten Nias Selatan
3. Untuk mengetahui penggunaan instrumen dalam iringan tari Moyo di
sanggar tari Baluseda desa Bawomataluo Kecamatan Fanayama
10
F. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan sumbangan
yang bermanfaat bagi siapa saja. Penelitian juga harus memiliki hasil yang
berguna,terutama bagi pengembangan ilmu, baik bagi diri peneliti,maupun
lembaga, instansi tertentu ataupun orang lain yang membaca nya.Hariwijaya dan
Triton (2008:50) “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil
penelitian tersebut, dan manfat penelitin mencakup dua hal yaitu, kegunaan dalam
pengembangan ilmu atau manfaat dibidang teoretis dan manfaat dibidang
praktik“.
Beberapa manfaat penelitian yang dapat diambil dari kegiatan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai informasi tertulis bagi setiap pembaca mengenai bentuk
penyajian dan Kontribusi Lagu Foe’re dalam mengiringi Tari Moyo
disanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec.Fanayama Kab.Nias
Selatan
2. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis
dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis
3. Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik
Program Studi Seni Musik dan pihak lain dalam melakukan penelitian
yang sejenis.
4. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
11
bidang pendidikan seni musik dan pariwisata di kabupaten Nias
Selatan.
5. Sebagai sumber informasi semua pihak tentang suatu potensi kesenian
yang layak disajikan dalam bentuk seni pertunjukan.
6. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat
atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian dan pembahasan hasil penelitian terhadap
Tari Moyo (Tari Elang) di desa Bawomataluo, maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada zaman dulu Tari Moyo (Tari Elang) merupakan salah satu tarian
yang dapat digunakan sebagai tarian penghormatan pada tokoh-tokoh
suku Nias. Sedangkan pada zaman sekarang Tari Moyo (Tari Elang)
ini merupakan tari pertunjukan dan tari hiburan.
2. Kontribusi lagu Foe’re sangat mempengaruhi setiap gerakan tari
Moyo. Dengan adanya lagu Foe’re maka para penikmat tari Moyo
mengerti setiap gerakan yang dilakukan para penari Moyo
3. Gerakan tari moyo (Tari Elang) didominasi dengan perpaduan gerak
tangan dan kaki. Gerakannya terlihat sederhana namun tetap penuh
semangat dan dinamis, menggambarkan seperti burung elang dengan
mengepak-ngepak sayapnya dengan lembut.
4. Sesuai dengan penelitian ini Tari Moyo (Tari Elang) dari zaman dulu
tidak ada perubahan yang kelihatan menonjol. Ini bertujuan agar
masyarakat di Nias yang dapat menunjukkan identitas asli dari
72
5. Untuk menjaga dan melestarikan Tari Moyo (Tari Elang) ini,terutama
pada kaum muda penerus budaya maka dibuat sebuah sanggar di desa
Bawomataluo yaitu sanggar tari Baluseda.
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka
penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Supaya Tari Moyo (Tari Elang) ini dapat dilestarikan sehingga tidak
punah ditelan zaman diperlukan upaya pengembangan yang
melibatkan berbagai pihak seperti pemerintahan dan bidang pariwisata
di Nias Selatan
2. Kepada pihak pemerintahan setempat khususnya kabupaten Nias agar
lebih memberi perhatian dan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengembangkan kesenian masyarakat Nias.
3. Kepada generasi muda khususnya generasi muda Nias diharapkan
dapat mempelajari lebih dalam lagi tari-tarian tradisional Nias sesuai
dengan norma adat-istiadat guna pelestarian budaya.
4. Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana
Djelantik.2000.Pengertian Bentuk&Pengertian Penyajian.
Esdawara, Suwardi. 2006.“Penelitian Kebudayaan”. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Gowasa, Lestari 2009. Dalamartikelnya yang berjudul “Sejarah Tari Moyo (Tari Elang). Medan.
Hadeli. 2006.“Metode Penelitian Pendidikan”. Padang : Quantum Teaching
Harefa, Man. 2101.Karya Seni Budaya Nias “Musik Daerah Nias”,Nias :Tim Penata Karya Seni Budaya Nias.
Jamalus. (1988). PanduanPengajaran Buku Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta : Pengembangan Lembaga Pendidikan
Kodijat, Latifah. (1983). Istilah-istilah Musik. Jakarta : Djambatan
Koentjaranigrat. 1987. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London
Maryeni. 2005.“Metode Penelitian Kebudayaan”. Jakarta : Bumi Pustaka
Moleong, Lexy. J. (2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Murgianto. 1983. Pengertian Musik Pengiring. Yogyakarta. Kencana
Murundruri, BA.Dkk 2003. Kebudayaan Kabupaten Nias:Busana Daerah Nias.
Rieldram,Sentrajava. 1989. Pengamat tentang kebudayaan tari Nias. Jakarta: Gramedia
Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.Bandung: Alfabetha.
Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Soeharto. 1992. Buku Teori Musik. Yogyakarta: Kencana