• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN DAN KONTRIBUSI LAGU FOE’RE SEBAGAI PENGIRING TARI MOYO DI SANGGAR TARI BALUSEDA KECAMATAN FANAYAMA KABUPATEN NIAS SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN DAN KONTRIBUSI LAGU FOE’RE SEBAGAI PENGIRING TARI MOYO DI SANGGAR TARI BALUSEDA KECAMATAN FANAYAMA KABUPATEN NIAS SELATAN."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN DAN KONTRIBUSI LAGU FOE’RE

SEBAGAI PENGIRING TARI MOYO DI SANGGAR TARI

BALUSEDA DESA BAWOMATALUO KECAMATAN

FANAYAMA KABUPATEN NIAS SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh :

CHRISTINAWATI BANGUN

NIM.2113340010

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

▸ Baca selengkapnya: syair lagu maena nias

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Christinawati Bangun. NIM 2113340010 Bentuk Penyajian Dan Kontribusi

Lagu Foe’re sebagai Pengiring Tari Moyo Di Sanggar Tari Baluseda

Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan 2016

Penelitian ini merupakan Bentuk Penyajian Dan Kontribusi Lagu Foe’re sebagai

Pengiring Tari Moyo Di Sanggar Tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk Penyajian Dan

Kontribusi Lagu Foe’re sebagai Pengiring Tari Moyo Di Sanggar Tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Nias yang ada di Desa Bawomataluo, seniman tradisional Nias yang ada di sanggar tari Baluseda Bawomataluo. Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah Pemusik Iringan tari Moyo (Tari Elang) ,dan Para penari Moyo (Tari Elang).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yang meliputi beberapa aspek : Pengamatan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sanggar budaya tradisi Nias, tepatnya di Sanggar tari Baluseda. yang terletak di Desa Bawomataluo Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan dan penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.

Setelah melakukan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Tari Moyo (Tari Elang) pada awalnya berasal dari Nias Selatan. Tarian ini ada sejak 500 Tahun yang lalu. Dahulu kala, tarian ini merupakan tarian yang hanya ditampilkan pada masyarakat Nias yang golongan bangsawan yang hanya mampu memiliki penari khusus yang menampilkan tarian ini. Pada mulanya tarian ini tidak memakai iringan alat musik tradisional Nias namun hanya cukup diiringi 2 (Dua) Orang pensyair saja, namun pada zaman moderen ini Tari Moyo telah di iringi dengan musik dimana pemainnya berjumlah 3 (tiga) orang dan 1(satu) penyanyi (pensyair).

Tari Moyo juga di pakai sebagai sarana hiburan untuk menghibur masyarakat dan para wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Bawomataluo. Lagu yang mengiringi Tari Moyoadalah lagu Foe’resyair pada lagu Foe’re memperjelas atau

mempertegas gerakan pada Tari Moyo dan dari syair penonton dapat mengerti makna dari Tari Moyo.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur penulis persembahkan

kepada Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul

“Bentuk Penyajian Dan Kontribusi Lagu Foe’re sebagai Pengiring Tari Moyo Di

Sanggar Tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias Selatan.”. Sebagai

manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari Skripsi ini

masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyampaian

ide penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dalam proses

penulisan Skripsi ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat

doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik

4. Dra. Pita HD Silitonga, M.Pd. Sekretaris Jurusan dan sebagai Penguji II

5. Dr. Pulumun P Ginting, S.Sn., M.Sn. Ketua Program Studi Pendidikan

Musik

6. Lamhot B Sihombing, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi I

7. Wiflihani, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi II

(8)

9. Seluruh Dosen khususnya Program Studi Pendidikan Musik yang telah

banyak memberikan pengetahuan kepada penulis selama proses

perkuliahan.

10. Ucapan Trimakasih Kepada kedua orang tua penulis Ibunda Rosmianna

Saragih yang selalu luar biasa memberi dukungan, semangat, doa bahkan

materi yang tidak terhitung jumlahnya kepada penulis, begitu juga dengan

kak Lily Ermawati Bangun tercinta yang juga selalu memberikan motivasi

dan mendoakan penulis dalam mendukung penyelesaian Skripsi ini.

11. Gibson Manao sebagai Narasumber yang telah membantu penulis dalam

proses penyelesaian Skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan doa dan motivasinya, Fenny Hannatasya

Purba, Utari Arsy Buana, Wella Purba, Arni Saragih, Rikha Haro Munthe,

Riko Suhendra Turnip, Eliza Turnip dan seluruh teman seperjuangan

stambuk 2011 yang telah memberikan motivasi, bantuan moral kepada

penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

13. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut

serta mendukung dan membantu penyelesaian Skripsi ini

Semoga Tuhan memberikan berkat yang melimpah kepada seluruh pihak yang

telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga Skripsi ini memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, April 2016

(9)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 12

1. PengertianBentuk Penyajian... 12

2. Pengertian Kontribusi ... 14

3. Pengertian Lagu... .. 15

4. Pengertian LaguFoe’re... 16

5. Pengertian Menyanyi... 16

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

C. Populasi dan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

1. Observasi ... 29

2. Wawancara ... 29

3. Dokumentasi... 30

4. Studi Kepustakaan ... 31

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Bentuk Penyajian lagu Foe’re terhadap Tari Moyo... 34 B. Kontribusi Lagu Foe’re terhadap Tari Moyo... 53 C. Penggunaan Instrumen Musik pengiring Tari Moyo ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran... 72

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh irama... 19

Gambar 2.2 Contoh melodi ... 20

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual... 24

Gambar 4.1 Wawancara dengan ketua Sanggar ... 36

Gambar 4.2 Alm.Hikayat Manao ... 37

Gambar 4.3 Gerakan awal pada Tari Moyo ... 41

Gambar 4.4 Gerakan ke dua Tari Moyo ... 44

Gambar 4.5 Gerakan ke tiga Tari Moyo... 46

Gambar 4.6 Gerakan terakhir Tari Moyo ... 48

Gambar 4.7 Kostum pria... 50

Gambar 4.8 Kostum Wanita ... 50

Gambar 4.9 Gondra ... 62

Gambar 4.10 Faritia ... 66

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki

beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya

suku ataupun etnis dengan ciri khas masing-masing. Setiap suku ataupun etnis

memiliki perbedaan baik dari segi bahasa, musik, nyanyian, dan adat-istiadat

dalam bermasyarakat.

Disamping itu, budaya juga merupakan salah satu unsur yang didalamnya

terdapat kesenian. Kesenian merupakan bagian dari pelaksanaan

kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu seni rupa, seni musik dan seni tari.

Seni merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan

berkembang sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan

penikmat seni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan

mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai

lambang.

Kehadiran seni dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi

perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah

kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita

menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Tingkat

(13)

2

ekonominya saja, tetapi juga dapat dilihat dari tingkat perkembangan nilai

seninya, diantaranya musik menjadi satu bagian penting di dalamnya.

Seni musik merupakan seni menata bunyi menjadi suatu harmoni yang

indah didengar. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa musik merupakan bunyi

sebagai aktivitas manusia yang memiliki tujuan tertentu. Musik merupakan suatu

yang dihasilkan oleh manusia yang melakukan aktivitas musik seperti membuat

komposisi, membuat aransemen, dan memainkan atau menampilkan karya-karya

musik. Musik tidak dapat dilepas dari kehidupan manusia, bahkan musik bisa

untuk melengkapi kehidupan manusia baik dari segi sosial, segi religius maupun

kebudayaannya.

Kebudayaan merupakan hasil karya dan pikiran manusia. Manusia yang

menciptakan suatu kebudayaan tidak terlepas dari manusia lainnya yang artinya

ada terjalin ikatan sosial dalam kehidupan itu sendiri. Manusia yang satu dengan

yang lainnya berinteraksi dan saling berhubungan.

Manusia dilahirkan ke dunia sudah berada dalam suatu lingkup budaya

yang didalamnya terdapat interaksi sosial serta kebiasaan-kebiasaan yang melekat

dalam diri manusia itu sendiri. Pada Masyarakat Sumatera Utara Kebudayaan

yang hidup dan melekat dalam lingkungan masyarakatnya sangat beragam karena

terdiri dari banyak suku seperti suku Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing,

Nias, Pak-pak, Melayu, dan sebagian lagi penduduknya adalah masyarakat

pendatang yang didominasi oleh suku Jawa.

(14)

3

terletak disebelah barat pulau Sumatera (Indonesia). Pulau ini dihuni oleh

mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang memiliki budaya megalitik, musik, tarian

dan nyanyian (sinuno). Suku Nias menamakan diri mereka Ono Niha yang artinya

(ono artinya anak atau keturunan dan niha artinya manusia) dan pulau Nias

sebagai tanah manusia. Suku Nias merupakan masyarakat yang hidup

dilingkungan adat dan kebudayaan yang memiliki nilai-nilai khas.

Unsur-unsur kebudayaan seperti sistem bahasa, sistem kesenian,sistem

kemasyarakatan, sistem religi, sistem teknologi, sistem ekonomi, sistem

organisasi sosial merupakan unsur-unsur yang bersifat universal. Oleh karena itu

dapat diperkirakan bahwa kebudayaan suatu bangsa mengandung suatu aktivitas

adat-istiadat.

Kebudayaan yang terdapat pada suku Nias berupa : Lompat Batu, Tari

Perang, Maena, Tari Moyo, Tari Mogaele, Sapaan Yaahowu, Fame Ono Niahalo

(Pernikahan), dan Omohada (Rumah Adat).

Salah satu kebudayaan masyarakat Nias yang sakral adalah Tari Moyo.

Tari moyo atau tarian elang ini juga merupakan tarian yang biasa digunakan untuk

penyambutan tamu agung yang dilakukan secara adat.Tarian ini biasanya

dibawakan oleh gadis-gadis Nias yang melakukan gerakan layaknya burung

elang. Tari Moyo atau Tari elang ini juga menandakan betapa indahnya sebuah

persatuan dalam sebuah perdamaian seperti gerakan yang lemah gemulai,

menunjukkan bahwa dalam keteduhan kami bisa mencapai cita-cita kami

(15)

4

Tari moyo atau Tari elang ini sangat berperan penting dalam kategori

budaya dan atraksi pulau nias sendiri, dimana tarian ini dioknumkan oleh para

perempuan nias yang punya karakter tersendiri dalam segi menari khususnya Tari

moyo, dikarenakan tarian ini sangat menggairahkan dan mempunyai alunan yang

indah baik dalam segi musik pengiring mau pun setiap gerakan–gerakan yang

ditampilkan tersendiri bagi penari yang melihatnya, sehingga bisa saja stylezen

dari penari wanita-wanita ini membuat terpesona dan simpati terhadap para

laki-laki/pria yang merasakan gerakan alunan phisycalnya.

Tari moyo (Tari Elang) dalam pelaksanaannya diiringi oleh lagu dan

syair. Dimana nyanyian tersebut disebut Lagu Foe’re. Lagu Foe’re dalam iringan

ini mempunyai 2 jenis yaitu : Lemah lembut atau lambat, dan juga gembira atau

cemerlang kedua lagu tersebut ditampilkan secara beruntun,artinya lagu dan syair

pertama bersamaan dengan pola gerakan setelah itu langsung disusul lagu dan

syair kedua bersamaan dengan pola gerakan kedua. Dalam penampilannya tari

moyo (Tari Elang) didukung oleh 3 kelompok, yaitu : kelompok penari,

kelompok penyanyi,dan kelompok pemain musik.dalam tari moyo tersebut

kelompok pemain musik memiliki peranan sebagai pemain dalam memainkan

seperangkat alat musik tradisional nias yang berfungsi sebagai memandu

irama,tempo, dan ekspresi dalam mengiringi tari moyo ini. alat musik tradisional

nias yang dimaksud adalah gong, (Aramba) ,Gendang besar(Gondra), Canang

(Faritia) dan gendang kecil (tamburu).

(16)

5

bersejarah terutama tentang kebudayaan. Desa tersebut berada di Kecamatan

Fanayama Kabupaten Nias Selatan. Nama Desa tersebuat adalah Desa

Bawamataluo. Dimana di Desa Bawamataluo ini dikenal dengan desa bersejarah.

Desa ini juga sering kali dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan lokal maupun

wisatawan luar negeri.

Di Desa Bawamataluo ini ada berdiri sebuah sanggar tari yang

beranggotakan asli dari warga Desa Bawamataluo sebagai bukti wujud bahwa

penduduk di desa tersebut masih melestarikan budaya yang ditinggalkan oleh

nenek moyang terdahulu seperti Tari Moyo. Karena itu saya mengangkat judul:

Bentuk Penyajian dan Kontribusi Lagu Foe’re Sebagai Pengiring Tari

Moyo di Sanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab.

Nias Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan

menjadi terarah serta masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Serta cakupan

tidak terlalu luas

Hadeli (2006 : 23) mengatakan bahwa: “ Identifikasi masalah adalah suatu

situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor(seperti

kebiasaan–kebiasaan,keadaan–keadaan, dan lain sebagainya) yang menimbulkan

beberapa pertanyaan.

(17)

6

1. Bagaimana sejarah Tari Moyo di Sanggar Tari Baluseda Desa

Bawamataluo Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan?

2. Bagaimana bentuk penyajian lagu foe’redalam mengiringi Tari Moyo

disanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec.Fanayama Kab. Nias

Selatan?

3. Bagaimana Melodi pada Lagu Foe’re dalam mengiringi Tari Moyo

disanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan

4. Instrumen apa saja yang dipakai dalam iringan Tari Moyo disanggar

Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec.Fanayama Kab. Nias Selatan?

5. Bagimana dampak lagu foe’re dalam mengiringi Tari Moyo disanggar

Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan?

6. Bagaimana teknik vokal dalam menyayikan Lagu Foe’re dalam

mengiringi Tari Moyo disanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias

Selatan?

7. Bagaimana kontribusi Lagu Foe’re dalam iringan Tari Moyo di

Sanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan?

8. Bagaimana interpertasi dalam menyanyikan Lagu Foe’re sebagai

pengiring Tari Moyo disanggar Baluseda Kec. Fanayama Kab. Nias

(18)

7

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Penelitian di atas serta dengan memandang sangat luasnya

cakupan masalah yang diidentifikasih serta keterbatasan yang dimiliki oleh

sipeneliti, baik itu dana, waktu,serta kemampuan teoritis,maka peneliti melakukan

pembatasan masalah.Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiono (2010:207) :“

Bahwa pembatasan masalah fokus dengan yang didasarkan pada tingkat

kepentingan dan fasebilitas masalah yang akan dipecahkan.

Dengan demikian dari identifikasi permasalahan yang ada maka

pembatasan masalah didalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Bentuk penyajian Lagu Foe’re dalam mengiringi Tari

Moyo di Sanggar Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab.

Nias Selatan?

2. Bagaimana Kontribusi lagu Foe’re dalam mengiringi Tari Moyo di

sanggar Baluseda Desa Bawamataluo Kec. Fanayama Kab. Nias

Selatan?

3. Bagaimana penggunaan Instrumen dalam iringan Tari Moyo disanggar

(19)

8

D. Rumusan Masalah

Perumusan Masalah merupakan pertanyaan lengkap dan terperinci

mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasih

masalah dan pembatasan masalah.Mengingat rumusan masalah merupakan suatu

titik fokus dari sebuah penelitian yang hendak dilakukan,mengingat sebuah

penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan,maka dari itu

perlu dirumuskan dengan baik,sehingga dapat mendukung untuk menemukan

jawaban

Berdasarkan dari uraian di atas hal ini sejalan dengan pendapat Maryeani

(2005:14) yang mengatakan bahwa :“ Rumusan masalah merupakan jawaban

detail fokus penelitian yang akan digarap.dimana rumusan masalah menjadi

semacam kontrak dalam menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar

pada rumusan masalahnya. ”.

Berdasarkan dari uraian–uraian latar belakang masalah,identifikasi

masalah, dan pembatasan masalah maka peneliti membuat rumusan masalah

menjadi kajian penelitian ini adalah : “ Bentuk Penyajian dan Kontribusi Lagu

Foe’re sebagai pengiring Tari Moyo di Sanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo

Kec. Fanayama Kab. Nias Selatan.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tidak lain untuk mengetengahkan indikator–indikator

(20)

9

variable–variable penelitian. Untuk melihat berhasil tidaknya suatu kegiatan,

dapat dilihat melalui tercapainya tujuan yang diterapkan.

Tujuan penelitian ini mengungkapkan sasaran hasil yang ingin dicapai

dalam penelitian, ini sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Hariwijaya dan Triton (2008:50): “

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum

melakukan penelitian dan mengacu kepada suatu permasalahan.

Berdasarkan pembatasan dan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi

tujuan dalam peneliti ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian lagu Foe’re dalam mengiringi tari

Moyo di sanggar tari Baluseda Kecamatan Fanayama Kabupaten Nias

Selatan

2. Untuk mengetahui kontribusi lagu Foe’re dalam mengiringi tari Moyo

di sanggar tari Baluseda desa Bawomataluo Kecamatan Fanayama

Kabupaten Nias Selatan

3. Untuk mengetahui penggunaan instrumen dalam iringan tari Moyo di

sanggar tari Baluseda desa Bawomataluo Kecamatan Fanayama

(21)

10

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan sumbangan

yang bermanfaat bagi siapa saja. Penelitian juga harus memiliki hasil yang

berguna,terutama bagi pengembangan ilmu, baik bagi diri peneliti,maupun

lembaga, instansi tertentu ataupun orang lain yang membaca nya.Hariwijaya dan

Triton (2008:50) “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil

penelitian tersebut, dan manfat penelitin mencakup dua hal yaitu, kegunaan dalam

pengembangan ilmu atau manfaat dibidang teoretis dan manfaat dibidang

praktik“.

Beberapa manfaat penelitian yang dapat diambil dari kegiatan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai informasi tertulis bagi setiap pembaca mengenai bentuk

penyajian dan Kontribusi Lagu Foe’re dalam mengiringi Tari Moyo

disanggar Tari Baluseda Desa Bawamataluo Kec.Fanayama Kab.Nias

Selatan

2. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis

dalam menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis

3. Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik

Program Studi Seni Musik dan pihak lain dalam melakukan penelitian

yang sejenis.

4. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

(22)

11

bidang pendidikan seni musik dan pariwisata di kabupaten Nias

Selatan.

5. Sebagai sumber informasi semua pihak tentang suatu potensi kesenian

yang layak disajikan dalam bentuk seni pertunjukan.

6. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

atau lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian dan pembahasan hasil penelitian terhadap

Tari Moyo (Tari Elang) di desa Bawomataluo, maka penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pada zaman dulu Tari Moyo (Tari Elang) merupakan salah satu tarian

yang dapat digunakan sebagai tarian penghormatan pada tokoh-tokoh

suku Nias. Sedangkan pada zaman sekarang Tari Moyo (Tari Elang)

ini merupakan tari pertunjukan dan tari hiburan.

2. Kontribusi lagu Foe’re sangat mempengaruhi setiap gerakan tari

Moyo. Dengan adanya lagu Foe’re maka para penikmat tari Moyo

mengerti setiap gerakan yang dilakukan para penari Moyo

3. Gerakan tari moyo (Tari Elang) didominasi dengan perpaduan gerak

tangan dan kaki. Gerakannya terlihat sederhana namun tetap penuh

semangat dan dinamis, menggambarkan seperti burung elang dengan

mengepak-ngepak sayapnya dengan lembut.

4. Sesuai dengan penelitian ini Tari Moyo (Tari Elang) dari zaman dulu

tidak ada perubahan yang kelihatan menonjol. Ini bertujuan agar

masyarakat di Nias yang dapat menunjukkan identitas asli dari

(24)

72

5. Untuk menjaga dan melestarikan Tari Moyo (Tari Elang) ini,terutama

pada kaum muda penerus budaya maka dibuat sebuah sanggar di desa

Bawomataluo yaitu sanggar tari Baluseda.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka

penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu :

1. Supaya Tari Moyo (Tari Elang) ini dapat dilestarikan sehingga tidak

punah ditelan zaman diperlukan upaya pengembangan yang

melibatkan berbagai pihak seperti pemerintahan dan bidang pariwisata

di Nias Selatan

2. Kepada pihak pemerintahan setempat khususnya kabupaten Nias agar

lebih memberi perhatian dan kesempatan kepada masyarakat untuk

mengembangkan kesenian masyarakat Nias.

3. Kepada generasi muda khususnya generasi muda Nias diharapkan

dapat mempelajari lebih dalam lagi tari-tarian tradisional Nias sesuai

dengan norma adat-istiadat guna pelestarian budaya.

4. Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Djelantik.2000.Pengertian Bentuk&Pengertian Penyajian.

Esdawara, Suwardi. 2006.“Penelitian Kebudayaan”. Yogyakarta: Pustaka Widyatama

Gowasa, Lestari 2009. Dalamartikelnya yang berjudul “Sejarah Tari Moyo (Tari Elang). Medan.

Hadeli. 2006.“Metode Penelitian Pendidikan”. Padang : Quantum Teaching

Harefa, Man. 2101.Karya Seni Budaya Nias “Musik Daerah Nias”,Nias :Tim Penata Karya Seni Budaya Nias.

Jamalus. (1988). PanduanPengajaran Buku Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta : Pengembangan Lembaga Pendidikan

Kodijat, Latifah. (1983). Istilah-istilah Musik. Jakarta : Djambatan

Koentjaranigrat. 1987. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London

Maryeni. 2005.“Metode Penelitian Kebudayaan”. Jakarta : Bumi Pustaka

Moleong, Lexy. J. (2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset

Murgianto. 1983. Pengertian Musik Pengiring. Yogyakarta. Kencana

Murundruri, BA.Dkk 2003. Kebudayaan Kabupaten Nias:Busana Daerah Nias.

Rieldram,Sentrajava. 1989. Pengamat tentang kebudayaan tari Nias. Jakarta: Gramedia

Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”.Bandung: Alfabetha.

Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

Soeharto. 1992. Buku Teori Musik. Yogyakarta: Kencana

Referensi

Dokumen terkait

Most disputes arise in result of unclear status of land ownership, illegally land ownershipetc In fact, there are still many people who do not understand the function

Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat (Berita

JURUSAN IPA

[r]

Dari pidato Wahhab Hasbullah ini, al-Amin menyimpulkan bahwa Khilafah sudah tidak mungkin lagi diterapkan karena tidak ada lagi yang memiliki kualitas yang berhak untuk menduduki

Kemajuan ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kendaraan dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan dan meningkatkan pencemaran udara.Hal ini sangat

Proses handover dalam satu sel jika terjadi perpindahan ke kanal yang baru tidak perlu mengubah informasi ke VLR dapat dilakukan dengan menggunakan data dari SRB/BSC dan tidak

Kontrak/Berita Acara Serah Terima Pekerjaan FHO /Berita Acara Pembayaran Terakhir BAP ASLI atau REKAMAN yang sudah dilegalisir oleh instansi yang berwenang