PROFIL PENDERITA LESI JINAK DAN GANAS PADA TIROID
BERDASARKAN DIAGNOSA HISTOPATOLOGI DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
PADA TAHUN 2010-2012
OLEH:
NABILAH BINTI SARONI 100100287
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROFIL PENDERITA LESI JINAK DAN GANAS PADA TIROID BERDASARKAN DIAGNOSA HISTOPATOLOGI
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN 2010-2012
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran
Oleh :
NABILAH BINTI SARONI
100100287
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Nodul tiroid merupakan pembengkakan yang dapat teraba pada kelenjar
tiroid. Insidensi nodul tiroid di Amerika Serikat sekitar 1-10%. WHO
mengklasifikasikan nodul tiroid menjadi neoplasma jinak (adenoma) dan
neoplasma ganas (karsinoma). Sub-tipe karsinoma tiroid secara histopatologi
terbagi atas karsinoma papilari, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma medulari.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilakukan sejak bulan
Juni sampai Desember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil
penderita adenoma dan karsinoma tiroid di RSUP Haji Adam Malik Medan
berdasarkan diagnosa histopatologi, jenis kelamin dan kelompok usia. Populasi
penelitian adalah seluruh data rekam medis penderita adenoma dan karsinoma
tiroid selama tahun 2010-2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dan
sampel diambil dengan metode consecutive sampling. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program uji statistik yang sesuai
dengan tujuan penelitian, dan hasilnya berupa distribusi yang ditampilkan dalam
bentuk tabel.
Dari 177 sampel penelitian yang terdiagnosa sebagai neoplasma tiroid, 90
kasus merupakan neoplasma jinak (50,8%) sedangkan 87 kasus merupakan
neoplasma ganas (49,1%). Neoplasma tiroid lebih banyak ditemukan pada
perempuan (145 kasus, 81,9%) daripada laki-laki (32 kasus, 18,1%), dan lebih
banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (65 kasus, 36,7%). Sub-tipe
karsinoma tiroid yang paling banyak adalah jenis karsinoma folikuler tiroid (48
kasus, 55,2%).
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
dan sumber rujukan umum tentang profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid
di kota Medan.
ABSTRACT
Thyroid nodule is a palpable enlargement of the thyroid. The incidence of
thyroid nodules in America is approximately 1-10%. The WHO classifications of
thyroid nodules are benign (adenoma) and malignant (carcinoma). The subtypes
of thyroid cancer by histopathology are papillary, follicular, anaplastic and
medullary cancer.
This is a descriptive study that was done on benign and malignant thyroid
patients in Haji Adam Malik General Hospital and was conducted on the month of
June until December 2013. This study was undertaken to determine the
characteristics of patients with adenoma and carcinoma of the thyroid that had
been diagnosed by histopathology, gender and age. The population is the entire
medical records that consist of adenoma and carcinoma of the thyroid during the
year 2010-2012, and samples was taken by consecutive method which only
medical records that met the inclusion and exclusion criteria were considered as
samples. All the collected data were then analyzed with appropriate statistical test
program and presented in distribution tables.
From the study, it was found that the overall number of cases was 177
with benign neoplasm (90 cases, 50,8%) was found more common than malignant
neoplasm (87 cases, 49,1%). It was also found most in female (145 cases, 81.9%)
in comparison to male (32 cases, 18.1%) and in patients aged 41-50 (65 cases,
36,7%). According to subtype of carcinoma thyroid, follicular cancer was found
most (48 cases, 55.2%).
It is hoped that the study conducted can be a reading material as well as
reference about the characteristics of patients with benign and malignant nodules
of the thyroid in Medan.
Keywords: Thyroid nodules, Histopathology, Characteristics, Adenoma,
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb,
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan kasih sayang dan keridhoan-Nya sehingga saya mendapatkan
kekuatan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Profil Penderita
Lesi Jinak dan Ganas pada Tiroid berdasarkan Diagnosa Histopatologi di Rumah
Sakit Umum Haji Adam Malik pada Tahun 2010 – 2012 dengan baik dan tiada hambatan suatu apapun.
Penulis menyadari bahawa apa yang disajikan dalam karya tulis ilmiah ini
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Betty, M.Ked (PA),
Sp.PA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan masuka kepada penulis dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dosen pembimbing KTI saya dr. Betty, M.Ked (PA), Sp.PA yang telah
memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Dosen penguji saya dr. Alfansuri, Sp.S dan dr. Setia Putra Tarigan, SpP
yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun dalam
penyelesaian hasil penelitian ini.
4. Seluruh pegawai dan staf bagian rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan yang telah membantu dalam pengumpulan data
5. Terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga saya Ayahanda Saroni bin
Judi dan Ibunda Mugiah binti Ahmad, serta Mohd Farhan, Faridzatul
Azna, Nur Najwa dan Shakila.
6. Terima kasih juga saya sampaikan kepada sahabat-sahabat saya, Nur
Naeilah dan Noor Farahain, Nur Qistina dan Nurul Erma atas semua
bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan.
Akhir kata, semoga Allah SWT sentiasa melimpahkan karunia-Nya kepada
kita semua, dan penulis berharap semoga karya tulis ini dapat diterima dan
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak.
Medan, Disember 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1 Tujuan Umum ... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Kelenjar Tiroid ... 4
2.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid ... 4
2.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid ... 4
2.1.4 Fisiologi Kelenjar Tiroid ... 7
2.2 Nodul Tiroid ... 9
2.2.1 Definisi ... 9
2.2.2 Epidemiologi ... 9
2.2.3 Faktor Risiko ... 10
2.2.4 Klasifikasi ... 11
2.3 Nodul Tiroid Neoplasma ... 11
2.3.1 Neoplasma Jinak (Adenoma) ... 11
2.3.2 Neoplasma Ganas ... 12
2.3.2.1 Karsinoma Papilari ... 13
2.3.2.2 Karsinoma Folikuler ... 14
2.3.2.3 Karsinoma Anaplastik ... 14
2.3.2.4 Karsinoma Medulari ... 15
2.4 Diagnosis ... 15
2.4.1 Anamnesis ... 15
2.4.2 Pemeriksaan Fisik ... 16
2.4.3 Pemeriksaan Fungsi Tiroid ... 16
2.4.4 Ultrasonografi ... 16
2.4.5 Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus ... 17
2.4.6 Pemeriksaan Histopatologi ... 18
3.1 Kerangka Konsep ... 19
3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 20
3.2.1 Variabel ... 20
3.2.2 Definisi Operasional ... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1 Jenis Penelitian ... 23
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
4.3 Populasi dan Sampel ... 23
4.3.1 Populasi ... 23
4.3.2 Sampel ... 23
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 24
4.4.1 Kriteria Inklusi ... 24
4.4.2 Kriteria Eksklusi ... 24
4.5 Metode Pengumpulan Data ... 24
4.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 24
4.7 Jadwal Penelitian ... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25
5.1 Hasil Penelitian ... 25
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………...25
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel ………25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………...37
6.1 Kesimpulan ……….37
6.2 Saran ………38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman
5.1 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan
Jenis Kelamin
25
5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan
Kelompok Usia
26
5.3 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan
Gambaran Histopatologi
26
5.4 Distribusi Penderita Karsinoma Tiroid berdasarkan
Sub-Tipe Gambaran Histopatologi
27
5.5 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan
Jenis Kelamin
27
5.6 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan
Kelompok Usia
28
5.7 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid
berdasarkan Jenis Kelamin
28
5.8 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid
berdasarkan Kelompok Usia
29
5.9 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid
berdasarkan Jenis Kelamin
29
5.10 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid
berdasarkan Kelompok Usia
30
5.11 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid
berdasarkan Jenis Kelamin
30
5.12 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid
berdasarkan Kelompok Usia
31
5.13 Distribusi Penderita Karsinoma Anaplastik Tiroid
berdasarkan Jenis Kelamin
31
DAFTAR SINGKATAN
AS : Amerika Serikat
ATA : American Thyroid Association
FNAB : Fine Needle Aspiration Biopsy
FTI : Free Thyroxin Index
MAP : Mitogen Activated Protein
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
T3 : Tiroksin
T4 : Triidotironin
PIK3CA : Phosphatidylinositol-3-kinase subunit
TSH : Thyroid-stimulating hormone
TRH : Thyrotropin-releasing Hormone
USG : Ultrasonografi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid 6
Gambar 2.2 Histologi Kelenjar Tiroid 7
Gambar 2.3 Regulasi Sekresi Hormon Tiroid 9
Gambar 2.4 Adenoma Folikuler pada Kelenjar Tiroid 12
Gambar 2.5 Alterasi Genetika pada Karsinoma Tiroid 13
Gambar 2.6 Karsinoma Papiler dari Kelenjar Tiroid 14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Data Induk Sampel Penelitian
Lampiran 3 Hasil Output Data
Lampiran 4 Ethical Clearance
ABSTRAK
Nodul tiroid merupakan pembengkakan yang dapat teraba pada kelenjar
tiroid. Insidensi nodul tiroid di Amerika Serikat sekitar 1-10%. WHO
mengklasifikasikan nodul tiroid menjadi neoplasma jinak (adenoma) dan
neoplasma ganas (karsinoma). Sub-tipe karsinoma tiroid secara histopatologi
terbagi atas karsinoma papilari, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan
karsinoma medulari.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang dilakukan sejak bulan
Juni sampai Desember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil
penderita adenoma dan karsinoma tiroid di RSUP Haji Adam Malik Medan
berdasarkan diagnosa histopatologi, jenis kelamin dan kelompok usia. Populasi
penelitian adalah seluruh data rekam medis penderita adenoma dan karsinoma
tiroid selama tahun 2010-2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dan
sampel diambil dengan metode consecutive sampling. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan program uji statistik yang sesuai
dengan tujuan penelitian, dan hasilnya berupa distribusi yang ditampilkan dalam
bentuk tabel.
Dari 177 sampel penelitian yang terdiagnosa sebagai neoplasma tiroid, 90
kasus merupakan neoplasma jinak (50,8%) sedangkan 87 kasus merupakan
neoplasma ganas (49,1%). Neoplasma tiroid lebih banyak ditemukan pada
perempuan (145 kasus, 81,9%) daripada laki-laki (32 kasus, 18,1%), dan lebih
banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (65 kasus, 36,7%). Sub-tipe
karsinoma tiroid yang paling banyak adalah jenis karsinoma folikuler tiroid (48
kasus, 55,2%).
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
dan sumber rujukan umum tentang profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid
di kota Medan.
ABSTRACT
Thyroid nodule is a palpable enlargement of the thyroid. The incidence of
thyroid nodules in America is approximately 1-10%. The WHO classifications of
thyroid nodules are benign (adenoma) and malignant (carcinoma). The subtypes
of thyroid cancer by histopathology are papillary, follicular, anaplastic and
medullary cancer.
This is a descriptive study that was done on benign and malignant thyroid
patients in Haji Adam Malik General Hospital and was conducted on the month of
June until December 2013. This study was undertaken to determine the
characteristics of patients with adenoma and carcinoma of the thyroid that had
been diagnosed by histopathology, gender and age. The population is the entire
medical records that consist of adenoma and carcinoma of the thyroid during the
year 2010-2012, and samples was taken by consecutive method which only
medical records that met the inclusion and exclusion criteria were considered as
samples. All the collected data were then analyzed with appropriate statistical test
program and presented in distribution tables.
From the study, it was found that the overall number of cases was 177
with benign neoplasm (90 cases, 50,8%) was found more common than malignant
neoplasm (87 cases, 49,1%). It was also found most in female (145 cases, 81.9%)
in comparison to male (32 cases, 18.1%) and in patients aged 41-50 (65 cases,
36,7%). According to subtype of carcinoma thyroid, follicular cancer was found
most (48 cases, 55.2%).
It is hoped that the study conducted can be a reading material as well as
reference about the characteristics of patients with benign and malignant nodules
of the thyroid in Medan.
Keywords: Thyroid nodules, Histopathology, Characteristics, Adenoma,
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nodul tiroid adalah pembengkakan pada kelenjar tiroid yang dapat diraba.
Insidensi nodul tiroid di Amerika Serikat adalah sekitar 1-10% (Maitra, 2010).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Framingham insidensi nodul tiroid
dijumpai pada wanita sekitar 6,4% wanita dan 1,5% pada pria. Prevalensi nodular
goiter meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Nodular goiter pada
kelompok usia 26-30 tahun adalah sebanyak 2,7% pada wanita dan 2.0% pada
pria; kelompok usia 36-40 tahun sebesar 8,7% pada wanita dan 6,7% pada pria;
selanjutnya pada kelompok usia berusia 45-50 tahun sebanyak 14,1% pada wanita
dan 12,14% pada pria, sedangkan di atas usia 55 tahun dijumpai 18.0% pada
wanita dan 14,5% pada pria (Reiners et al., 2004).
Nodul tiroid yang dapat diraba ditemukan pada 4-7% dari populasi (10-18
juta orang), tetapi nodul yang dijumpai dengan menggunakan USG menunjukkan
prevalensi sebesar 19-67% (Mazzaferri, 1992). Pada salah satu penelitian yang
dilakukan dengan pemeriksaan USG, didapati 30% daripada subjek yang memiliki
nodul terdapat pada kelompok usia 19 – 50 tahun (Brander et al., 1991). Nodul tiroid lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan
4:1. Nodul tiroid ini lebih banyak terdapat pada orang yang tinggal di daerah
dengan letak geografis yang defisiensi iodin. Risiko terjadinya nodul tiroid
dengan riwayat paparan radiasi ion meningkat dari tahun ke tahun yaitu 2% per
tahun (Mazzaferri, 1993).
Klasifikasi neoplasma pada tiroid berdasarkan WHO (2004) dapat dibagi
menjadi neoplasma jinak (adenoma) dan neoplasma ganas (karsinoma).
Neoplasma ganas secara histopatologi subtipenya adalah karsinoma papilari,
folikuler, anaplastik dan medulari (DeLellis et al., 2004; Maitra,2010).
Karsinoma tiroid termasuk jenis tumor yang jarang ditemukan di Amerika
Serikat yaitu hanya sekitar 1,0% dari semua jenis kanker. Karsinoma tiroid lebih
semua karsinoma tiroid (kecuali karsinoma medulari) berasal dari pelapis epitel
folikuler tiroid dan sebagian besar merupakan lesi yang berdiferensiasi baik
(Maitra, 2010).
Pemeriksaan histopatologi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi dan menentukan staging dari nodul tersebut yang bertujuan untuk
mendiagnosa secara tepat dan membantu klinisi dalam penanganan yang tepat
berdasarkan jenis nodul tiroid (Utiger, 2005). Dengan diagnosa yang tepat, terapi
yang sesuai dapat diberikan berdasarkan tipe nodul tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa
histopatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012 ?
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui profil penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid berdasarkan
diagnosa histopatologi di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010-2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid
berdasarkan jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi.
2. Mengetahui jumlah penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang
terdiagnosa secara histopatologi.
3. Mengetahui distribusi subtipe histopatologi lesi jinak maupun ganas pada
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:
1. Menambah ilmu pengetahuan tentang profil penderita lesi jinak dan ganas
pada tiroid di kota Medan.
2. Menjadi bahan bacaan dan sumber rujukan umum dalam penelitian akan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Tiroid
2.1.1 Embriologi Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada embrio,
dan mulai dibentuk pada hari ke-24. Pembentukan ini dimulai dengan suatu
penebalan endoderm pada garis tengah lantai faring antara tuberculum impar dan
copula pada suatu titik yang kemudian dikenal sebagai foramen caecum.
Kemudian tiroid turun kedepan faring sebagai divertikulum dengan dua lobus.
Kelenjar tiroid menyatu dengan lidah oleh satu terusan yang sempit, yaitu duktus
tiroglosus yang kemudiannya menjadi keras dan menghilang (Sadler, 2006;
Moore and Persaud, 2008).
Pada pengembangan yang lebih lanjut, kelenjar tiroid turun ke depan
tulang tiroid dan kartilago laring. Posisi akhir kelenjar tiroid di depan trakea pada
minggu ke-7, yang mana ia menjadi bentuk definitifnya dan berakhir di leher.
Pada akhirnya ia memiliki satu isthmus pada daerah media dan dua lobus lateral.
Kelenjar tiroid diperkirakan mulai beroperasi pada akhir bulan ke-3 (Sadler, 2006;
Moore and Persaud, 2008).
2.1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan
terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini
merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus
oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda. Kapsula ini
melekatkan tiroid ke laring dan trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus
lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan isthmus tiroid yang tipis di
bawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang kadang terdapat lobus piramidalis
yang muncul dari isthmus di depan laring (Brunner and Suddarth, 2002; Ganong,
Kelenjar tiroid terletak di leher depan setentang vertebra servikalis ke-5
sampai torakalis ke-1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh
isthmus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pir, dengan bagian apeks berada di
atas linea oblique lamina cartilago thyroidea, dengan batas inferior di bawah
cincin trakea ke-5 atau ke-6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang ±5 cm, lebar 3
cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya 10-20
gram. Aliran darah ke organ tiroid sangat tinggi (±5 ml/menit/gram tiroid)
(Brunner and Suddarth, 2002; Price and Wilson, 2006).
Letak lobus tiroid pada bagian anterolateral berbatasan dengan musculus
sternocleidomastoideus, bagian posterolateral berbatasan dengan vagina carotica
yang berisi arteri carotis communis, vena jugularis interna dan nervus vagus.
Bagian medial berbatasan dengan laring, trakea, nervus konstriktor faringis
inferior dan esofagus. Bagian posterior lobus berhubungan dengan glandula
paratiroidea inferior dan superior dan beranastomosis antara arteri tiroidea
superior dan inferior (Suen, 2005).
Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiroid superior dan inferior.
Pembuluh darah ini terletak di antara kapsul fibrosa dan lapisan pre-trakea fasial
servik yang dalam biasanya pada cabang pertama dari karotid eksterna. Arteri
tiroid superior berjalan ke bagian atas daripada lobus dari setiap kelenjar,
menembusi lapisan pre-trakea fasial servik yang profunda dan membelah menjadi
cabang anterior dan posterior (Moore and Dalley, 2006).
Cabang yang lebih besar pada anterior berjalan melewati bagian depan
dari kelenjar tiroid dan membuat percabangan ke permukaan anterior.
Percabangan dari sebelah kiri dan kanan beranastomosis di garis tengah. Cabang
posterior dari arteri tiroid superior turun ke permukaan posterior dari kelenjar
tiroid dan beranastomosis dengan arteri tiroid inferior. Arteri tiroid inferior,
cabang terbesar dari thyrocervical trunk yang berasal dari arteri subklavian
berjalan menelusuri bagian superomedial dari posterior ke selubung karotid
sehingga mencapai bagian posterior dari kelenjar tiroid. Ia menjadi beberapa
cabang yang melewati lapisan dari pre-trakea fasial servik yang profunda dan
Tiga pasang vena tiroid mengalirkan darah dari pleksus vena yang terletak
pada permukaan anterior dari kelenjar tiroid. Vena tiroid superior mengalirkan
darah dari bagian superior kelenjar tiroid, vena tiroid media dari lobus media
sedangkan vena tiroid inferior dari kelenjar tiroid bagian inferior. Vena superior
dan media mengalirkan darah ke vena jugularis interna dan vena inferior
mengalirkan darah ke vena brachiocephalica posterior ke manubrium dan
sternum (Moore and Dalley, 2006).
Gambar 2.1 Anatomi Kelenjar Tiroid (Islam, 2013).
2.1.3 Histologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang memiliki dua lobus dan
terletak pada leher bagian anterior dan terdiri dari dua lobus lateral yang besar dan
dihubungkan oleh isthmus. Isthmus ini melintasi anterior sampai ke bagian atas
dari trakea (Michael and Wojciech, 2006).
Unit fungsional dari tiroid adalah folikel, yang merupakan kompartemen
yang berbentuk oval dan memiliki dinding yang dibentuk oleh simple cuboidal
epithelium atau low columnar epithelium yang disebut sebagai epitel fokiluler.
Beratus ribu folikel ini berdiameter 0,2-1,0 mm memenuhi hampir ke seluruh
kelenjar tiroid. Ia berisi cairan gel yang disebut koloid. Permukaan apikal dari sel
folikuler bersentuhan dengan koloid sedangkan permukaan basalnya terletak di
Epitel folikuler memiliki 2 tipe sel yaitu folikuler dan parafolikuler. Sel
folikuler (principal cell) berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid tiroksin
(T3) dan triidotironin (T4). Pada pewarnaan rutin Hematoksilin dan Eosin, ia
menunjukkan sitoplasma yang basofilik dan nukleus yang berbentuk oval dan
berisi satu atau lebih nukleolus. Sel parafolikuler (C cell) berada di perifer dari
epitel folikuler dan di antara basal lamina folikel. Ia mensekresi kalsitonin,
hormon yang meregulasi metabolisme kalsium. Sel parafolikuler juga berwarna
pucat dan disebut sel soliter, atau kelompok sel yang kecil (Michael and
Wojciech, 2006).
Gambar 2.2 Histologi Kelenjar Tiroid (William, 2013).
2.1.4 Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mensekresikan 2 hormon yaitu Tiroksin dan Triidotironin.
Kedua hormon ini meningkatkan kadar metabolik tubuh. Kekurangan dari
keduanya akan menurunkan kadar metabolik basal sehingga 40-50% dari normal,
sedangkan kelebihan dari hormon ini akan meningkatkan kadar metabolik basal
mejadi 60-100% lebih tinggi dari normal. Sekresi tiroid dikendalikan oleh
thyroid-stimulating hormone (TSH) yang di sekresikan oleh kelenjar hipofisis.
Selain itu, kelenjar tiroid juga mensekresikan hormon kalsitonin yang berperan
dalam metabolisme kalsium (Guyton and Hall, 2006).
Sembilan puluh tiga persen dari hormon yang disekresikan oleh kelenjar
dikonversikan menjadi triidotironin di jaringan. Fungsi kedua hormon ini adalah
sama, yang membedakannya hanyalah kecepatan dan intensitas dari kerjanya.
Triidotironin 4 kali lebih poten dari tiroksin namun ia hanya sedikit berada di
dalam aliran darah jika dibandingkan dengan tiroksin dan ia juga berada di dalam
darah lebih sebentar daripada tiroksin (Guyton and Hall, 2006).
Kelenjar tiroid berperan mempertahankan derajat metabolisme dalam
jaringan pada titik optimal. Hormon tiroid merangsang penggunaan oksigen pada
kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan hidrat arang,
dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta maturasi normal. Apabila tidak
terdapat kelenjar tiroid, maka seseorang tidak akan tahan dengan cuaca dingin,
akan timbul kelambanan mental dan fisik, dan pada anak-anak terjadi retardasi
mental dan dwarfisme. Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan meninbulkan
penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor, dan terjadi produksi panas yang
berlebihan (Ganong, 1987).
Hipotalamus mensekresikan thyrotropin-releasing hormone (TRH) yang
mengendalikan sekresi thyroid-stimulating hormone (TSH) yang disekresikan oleh
kelenjar hipofisis. TRH mempengaruhi kelenjar tiroid anterior untuk
meningkatkan sekresi TSH yang kemudiannya meningkatkan sekresi T3 dan T4
oleh kelenjar tiroid. Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh
memberikan sinyal kepada hipotalamus untuk menghentikan sekresi TRH dan
kelenjar hipofisis untuk menghentikan sekresi TSH. Mekanisme timbal balik
negatif ini adalah untuk mempertahankan hormon tiroid yang bebas di dalam
cairan tubuh agar sentiasa berada dalam konsentrasi yang konstan (Guyton and
Gambar 2.3 Regulasi Sekresi Hormon Tiroid (Guyton and Hall, 2010).
2.2 Nodul Tiroid 2.2.1 Definisi
Nodul tiroid adalah pembengkakan yang dapat diraba dengan penampilan
yang normal. Biasanya pertumbuhan yang abnormal ini terletak pada ujung
kelenjar tiroid, sehingga dapat dirasakan seperti ada benjolan pada tenggorokan.
Apabila nodulnya besar dan terjadi pada pasien kurus, maka ia kadang terlihat
seperti ada benjolan di depan leher (Norman, 2012).
Menurut American Thyroid Association (2008), nodul tiroid dapat di
definisikan sebagai pertumbuhan abnormal yang kecil dan terbatas pada kelenjar
tiroid yang dapat menjadi neoplasma dan non-neoplasma.
2.2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 5-7% orang dewasa menderita nodul tiroid
berdasarkan pemeriksaan klinik dan 30-50% daripada mereka memiliki lebih dari
satu nodul saat diperiksa dengan menggunakan USG. Sehingga, pada populasi
orang dewasa diperkirakan 10 juta hingga 100 juta menderita nodul tiroid yang
dapat diraba atau dilihat dengan menggunakan USG. Namun, hanya 30,000 kasus
baru kanker tiroid setiap tahun di AS (Jemal et al., 2006). Insidensi nodul tiroid
satu nodul tiroid, 60% pada orang berusia 60 tahun dan 70% pada orang yang
berusia 70 tahun (Norman, 2012).
Menurut American Cancer Society, statistik estimasi untuk nodul tiroid di
AS pada tahun 2013 adalah diperkirakan akan terdapat 60.220 kasus baru kanker
tiroid (45.310 wanita dan 14.910 pria) dan 1.850 kematian yang disebabkan oleh
kanker tiroid (1.040 wanita dan 810 pria). Kanker tiroid terdiagnosa pada usia
yang lebih muda dibandingkan dengan kanker yang lain. Hampir dua daripada
tiga kasus ditemukan pada pasien yang berusia di bawah 55 tahun dan hanya 2%
ditemukan pada anak anak dan remaja.
Peluang untuk terdiagnosa dengan kanker tiroid telah meningkat sejak
beberapa tahun terakhir dan dua kali lebih daripada tahun 1990. Ini disebabkan
meningkatnya penggunaan USG pada tiroid yang dapat mendeteksi nodul tiroid
yang kecil yang mungkin tidak dapat ditemukan sebelumnya (American Cancer
Society, 2013).
2.2.3 Faktor Risiko
Prevalensi nodul tiroid pada populasi tertentu tergantung kepada beberapa
faktor. Antaranya umur, jenis kelamin, diet, defisiensi iodin dan paparan radiasi
dari terapi dan lingkungan. Nodul tiroid lebih sering terjadi pada wanita dimana
predisposisi ini muncul untuk semua golongan umur, penyakit nodular teraba
terjadi enam kali lebih sering pada remaja wanita dibandingkan dengan laki-laki.
Prevalensi nodul tiroid meningkat dengan usia, dengan nodul spontan terjadi
dengan kadar 0,08% pertahun pada usia muda dan meningkat sehingga dekade ke
delapan sehingga nodul tiroid dijumpai pada 5% orang yang berusia rata rata 60
tahun. Paparan radiasi pada kepala dan leher meningkatkan insidensi nodul tiroid,
sehingga prevalensi pasien nodul tiroid yang terpapar radiasi meningkat menjadi
2.2.4 Klasifikasi
Nodul tiroid diklasifikasikan menjadi nodul non-neoplasma dan
neoplasma. Lesi non-neoplasma yang dapat ditemukan berupa nodul pada
kelenjar tiroid adalah: (1). Focal thyroiditis; (2). Dominant nodule in multinodular
goiter; (3). Agenesis of thyroid lobe; (4). Thyroid, parathyroid or thyroglossal
cyst; (5). Postsurgical remnant hyperplasia; dan (6). Rare: teratoma, lipoma,
hemangioma (Cooper et al., 2007).
2.3 Nodul Tiroid Neoplasma 2.3.1 Neoplasma Jinak (Adenoma)
Adenoma dapat terjadi karena adanya mutasi pada protein Ras dan
Phosphatidylinositol-3-kinase subunit (PIK3CA) atau terdapat fusi dari gen
PAX8-PPARG dimana semua keadaan ini memiliki alterasi genetika yang sama seperti
karsinoma folikuler. Adenoma juga bisa terjadi karena adanya mutasi somatik
pada TSH-receptor signaling pathway yang membolehkan sel folikuler untuk
mensekresi hormon tiroid tanpa perlu adanya stimulasi dari TSH yang akhirnya
menyebabkan hipertiroidisme (Maitra, 2010).
Adenoma pada kelenjar tiroid biasanya terpisah pisah, soliter dan dari
epitel folikuler, sehingga ia sering disebut adenoma folikuler. Secara umumnya,
adenoma bukanlah cikal bakal dari karsinoma, namun ia memiliki kelainan
genetik yang memungkinkan suatu nodul tiroid berubah menjadi karsinoma
folikuler. Walaupun sebagian besar adenoma bukan merupakan neoplasma yang
fungsional, terdapat sebagian kecil adenoma yang berupa fungsional dan
memproduksi hormon tiroid sehingga menimbulkan gejala klinis tirotoksikosis
(Maitra, 2010).
Biasanya, adenoma berbentuk soliter, oval dan memiliki kapsul yang
membatasi adenoma dari parenkim tiroid yang mengelilinginya. Adenoma
berdiameter sekitar 3 cm, ukurannya juga dapat mencapai sampai lebih dari 10
cm. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat jaringan adenoma yang menonjol dan
merah kecoklatan tergantung dari selularitas adenoma dan isi koloidnya (Maitra,
[image:30.595.206.419.176.296.2]2010).
Gambar 2.4 Adeoma Folikuler pada Kelenjar Tiroid (Maitra, 2010).
2.3.2 Neoplasma Ganas
Karsinoma tiroid jarang terjadi di AS, hanya 1,5% dari kanker lainnya.
Hampir semua karsinoma tiroid (selain karsinoma medulari) berasal dari epitel
folikuler tiroid, dan sebagian besar lesi ini berdiferensiasi baik (well-differentiated
lesions). Subtipe dari karsinoma tiroid adalah seperti berikut: (1). Karsinoma
papilari; (2). Karsinoma folikuler; (3). Karsinoma medulari; dan (4). Karsinoma
anaplastik (Maitra, 2010).
Patogenesis terbentuknya karsinoma karena adanya kelainan gen.
Terbentuknya karsinoma papilari, folikuler dan anaplastik disebabkan karena dua
hal yaitu terjadinya aktivasi pada jalur Mitogen Activated Protein (MAP) Kinase
dan jalur Phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K/AKT). Teraktivasinya kedua jalur
tersebut menyebabkan sel folikuler terus terstimulasi untuk melakukan
pertumbuhan, pembelahan dan proliferasi sel yang lama kelamaan akan
menyebabkan karsinoma (Maitra, 2010).
Karsinoma medulari terjadi karena adanya mutasi pada proto-onkogen Ret
yang menyebabkan terjadinya aktivasi yang berlanjutan dari reseptor tersebut
Gambar 2.5 Alterasi Genetika pada Keganasan Tiroid (Maitra, 2010).
2.3.2.1 Karsinoma Papilari
Karsinoma papilari merupakan kanker tiroid yang paling sering terjadi di
AS, dan merupakan 85% dari seluruh keganasan tiroid primer, dapat terjadi pada
semua kelompok umur, namun paling sering pada usia 25-50 tahun. Karsinoma
papilari juga merupakan karsinoma yang paling sering disebabkan karena paparan
radiasi ion (Maitra, 2010).
Karsinoma papilari adalah karsinoma yang soliter dan multifokal.
Sebagian tumor ini mempunyai batas yang tegas dan berkapsul, ada juga yang
menginfiltrasi parenkim di sekitarnya dengan batas yang tidak tegas. Lesi ini bisa
mengandung fibrosis, kalsifikasi dan kista. Permukaan tumor kadang
menunjukkan fokus papilari (papillary foci), ini penting dalam mendiagnosa
Gambar 2.6 Karsinoma Papilari dari Kelenjar Tiroid (Maitra, 2010).
2.3.2.2 Karsinoma Folikuler
Karsinoma folikuler diperkirakan 5%-15% dari kanker tiroid primer, lebih
sering terdapat pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 3:1, puncak
insidensi terdapat pada umur 40-60 tahun. Karsinoma folikuler sering terdapat di
daerah defisiensi iodin (25-40% dari kanker tiroid) (Maitra, 2010).
Karsinoma folikuler berupa nodul tunggal yang mempunyai infiltrasi yang
luas dan batas yang tegas sehingga sukar dibedakan dengan adenoma folikuler
pada pemeriksaan fisik. Lesi yang lebih besar dapat menginvasi kapsul sampai
jaringan di sekitar leher. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat warna keabuan,
coklat dan merah muda dan pada sebagian dijumpai bagian seperti gelatin karena
adanya folikel yang berisi koloid. Kadang-kadang dapat terlihat perubahan
degeneratif seperti fibrosis sentral dan kalsifikasi fokus (foci of calcification)
(Maitra, 2010).
2.3.2.3 Karsinoma Anaplastik
Karsinoma anaplastik merupakan tumor yang tidak dapat dibedakan dari
epitel folikuler tiroid, insidensi sekitar 5% dari seluruh tumor tiroid. Karsinoma
anaplastik bersifat agresif dengan angka morbiditas mendekati 100%. Pasien
karsinoma anaplastik berusia lebih tua jika dibandingkan dengan pasien
karsinoma tiroid lainnya dengan umur rata rata 65 tahun. Hampir 15% dari
yang berdiferensiasi baik, dan 15% ditemukan pada saat setelah melakukan
operasi (Maitra, 2010).
Neoplasma ini terdiri dari sel yang sangat anaplastik dengan morfologi
yang dapat dibedakan, antaranya: (1). Bentuk sel yang besar, sel raksasa
pleomorfik, kadangkala disertai sel raksasa multinukleus berupa osteoklas; (2).
Sel kumparan (spindle cell) dengan penampilan menyerupai sarcoma; dan (3).
Gabungan antara sel kumparan dan sel raksasa (Maitra, 2010).
2.3.2.4 Karsinoma Medulari
Karsinoma medulari merupakan neoplasma neuroendokrin yang berasal
dari sel parafolikular (sel C) kelenjar tiroid dengan perkiraaan 5% dari seluruh
neoplasma tiroid. Karena jenis karsinoma ini memproduksi kalsitonin, maka
sering terdapat peningkatan kadar kalsitonin darah yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis suatu kanker tiroid jenis medulari secara lebih dini, bahkan
sebelum benjolan dapat diraba oleh dokter atau pasien. Jenis ini tidak seganas
anaplastik, namun lebih ganas daripada jenis yang berdiferensiasi baik
(Djokomoeljanto, 2011).
Karsinoma medulari berspora dan soliter. Lesi yang besar biasanya berisi
daerah nekrotik dan pendarahan serta dapat meluas ke kapsul tiroid. Jaringan
tumor berwarna pucat keabuan sehingga coklat, dan berinfiltrasi (Maitra, 2010).
2.4 Diagnosis 2.4.1 Anamnesis
Sebagian besar penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada
leher bagian tengah yang dapat disebabkan bukan karena proses keganasan saja.
Benjolan yang disebabkan keganasan perlu diketahui faktor resiko apa yang
menyertainya misalnya; apakah ada riwayat radiasi, riwayat keluarga, geografi
dan lingkungan pemukiman. Pertumbuhan yang cepat dengan akibat yang terjadi
terhadap organ atau jaringan sekitarnya dapat sebagai petanda. Pada tipe
anaplastik, biasanya pertumbuhannya sangat cepat dan diikuti dengan adanya rasa
keluhan adanya perubahan suara, sulit menelan dan sesak nafas sebagai petanda
telah terjadi invasi kejaringan atau organ disekitarnya (nervus rekuren laringeus,
esofagus dan trakea) (Holzer, 2000).
2.4.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada kepala dan leher penderita. Normalnya,
saat menelan kelenjar tiroid akan bergerak, namun nodul pada tiroid akan tetap
statis pada tempatnya. Saat pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan ukuran dan
keadaan nodul, nodul tiroid bisa licin atau bernodul, difus atau terlokalisasi,
lembut atau keras, mobil atau imobil, dan dapat disertai nyeri atau nyeri tekan.
Penting untuk menentukan konsistensi nodul tiroid yang teraba saat palpasi karena
lebih keras nodul tersebut maka lebih tinggi risikonya terdiagnosa sebagai
karsinoma. Jika nodul menginvasi nervus laringeus maka pasien akan bersuara
serak (Christopher et al., 2006).
2.4.3 Pemeriksaan Fungsi Tiroid
Pada kelenjar tiroid yang normal, kadar serum free thyroxin index (FTI)
dan T3 adalah normal. Jika kadar hormon tiroid menurun atau TSH meningkat,
curiga tiroiditis. Namun karena kadar hormon tiroid dapat meningkat dalam
pelbagai kondisi goiter, maka pemeriksaan fungsi tiroid tidak dapat menjadi
metode yang berarti dalam menentukan diferensial diagnosa (Maitra, 2010).
2.4.4 Ultrasonografi
Saat menemukan ada nodul tiroid maka nodul tersebut perlu dievaluasi.
The American Thyroid Association (ATA) Guidelines Taskforce menganjurkan
evaluasi nodul dengan menggunakan USG sehingga bisa diketahui ukuran nodul,
ada tidaknya nodul lain dalam tiroid, karakteristik nodul bisa diketahui dengan
lebih jelas sehingga bisa dibedakan apakah nodul itu jinak atau ganas (Freeby and
Mc Connell, 2007).
Dengan pemeriksaan USG resolusi tinggi dalam populasi umum, nodul
real-time ultrasonography merupakan alat yang sangat sensitif untuk mengevaluasi
nodul pada tiroid. USG ini bisa mendeteksi metastasis kanker tiroid ke kelenjar
limfe, infiltrasi tumor kejaringan sekitar dan juga dapat dipakai untuk menuntun
jarum biopsi kearah yang tepat saat melakukan FNAB (Pang and Chen, 2007).
USG merupakan pemeriksaan yang non invasif, mudah didapat dan relatif
murah, setiap penderita yang ditemukan nodul dalam tiroidnya harus menjalani
evaluasi seluruh jaringan tiroidnya termasuk nodul dan kelenjar limfe leher
dengan USG. Yang dievaluasi adalah ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain
dalam tiroid, komposisi dalam nodul dan tanda ganas dalam nodul tersebut (Lang
et al., 2007). Ciri yang menunjukkan suatu keganasan adalah adanya
mikrokalsifikasi, tepi irregular dan aliran darah meningkat (Freeby and Mc
Connell, 2007). USG merupakan pemeriksaan yang cukup sensitif dan akurat
dalam medeteksi metastasis kelenjar dan rekurensi dari kanker tiroid (Lang et al.,
2007).
2.4.5 Pemeriksaan Sitologi Aspirasi Jarum Halus
Dalam mengevaluasi suatu nodul tiroid yang ditemukan, maka langkah
yang paling penting dilakukan adalah pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB) (Ergete and Abede, 2002 ; Lang et al., 2007) yang merupakan metode
pemeriksaan yang akurat dan merupakan metode terpilih dalam mengevaluasi
kelainan kelenjar tiroid (Ergete and Abede, 2002) karena FNAB dapat
memberikan informasi yang spesifik mengenai komposisi seluler dari nodul tiroid
yang bisa megarahkan dokter dalam memutuskan penanganan yang tepat untuk
nodul tersebut (Lang et al., 2007).
FNAB merupakan metode pengambilan contoh sel dari nodul tiroid yang
praktis, cepat, akurat dan murah (Pang and Chen, 2007), dapat dilakukan dengan
tuntutan USG dan tehnik ini sudah terbukti data mengurangi hasil false negatif
dari 15% menjadi 3% (Lang et al., 2007). FNAB pada nodul tunggal sekitar 20%
tidak memberikan informasi (inkonklusif), problem yang sering dihadapi dalam
pemeriksaan FNAB adalah sulit membedakan antara follicular adenoma dengan
2.4.6 Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi pada kelenjar tiroid adalah suatu prosedur dimana diambil sejumlah
jaringan yang kecil pada kelenjar tiroid dan dilihat di bawah mikroskop untuk
menentukan apakah terdapat karsinoma, infeksi dan keadaa tiroid lainnya. Biopsi
terbuka adalah apabila pemeriksa melakukan insisi pada kulit untuk melihat
kelenjar tiroid tersebut. Ini dilakukan apabila semua diagnosa lain tidak dapat
menentukan penyebab dari tanda dan gejala pasien (American Cancer Society,
2013).
Selain menentukan ada tidaknya karsinoma pada sel, pemeriksaan
histopatologi juga dapat menentukan daerah primer atau sekunder dari karsinoma
tersebut. Setelah karsinoma terdiagnosa, ahli patologi akan menentukan seberapa
dekat sel tersebut menyerupai sel yang deasa dan sehat, yang disebut sel yang
berdiferensiasi baik. Sel karsinoma yang tidak menyerupai sel yang sehat atau
imatur dan primitif disebut sel yang tidak berdiferensiasi baik (National Cancer
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Data rekam medik penderita yang didiagnosa secara histopatologi sebagai lesi jinak dan ganas pada kelenjar tiroid
di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010-2012
Lesi tiroid
Jinak Ganas
[image:37.595.118.519.228.502.2]Gambaran histopatologi Usia
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel
3.2.1.1. Variabel bebas : Jenis kelamin, usia dan gambaran histopatologi.
3.2.1.2. Variabel terikat : Lesi jinak dan ganas pada tiroid.
3.2.2 Definisi Operasional
Lesi jinak (adenoma) adalah massa yang berbentuk oval, soliter, berkapsul
dan berasal dari epitel folikuler. Pada pemotongan lamelar, akan terlihat jaringan
adenoma yang menonjol dan menekan jaringan tiroid disekitarnya, berwarna putih
keabuan hingga merah kecoklatan tergantung dari selularitas adenoma dan isi
koloidnya (Maitra, 2010).
Lesi ganas (karsinoma) adalah karsinoma yang berasal dari epitel folikuler
tiroid (selain karsinoma medulari). Ada empat subtipe dari karsinoma tiroid yaitu
karsinoma papilari, karsinoma folikuler, karsinoma medulari, dan karsinoma
anaplastik (Maitra, 2010).
1. Jenis kelamin
a. Definisi : jenis kelamin penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid yang
tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik
b. Cara ukur : observasi
c. Alat ukur : data rekam medik
d. Kategori : 1. laki-laki
2. perempuan
2. Umur
a. Definisi : umur penderita saat didiagnosa menderita lesi jinak dan ganas
pada tiroid tiroid yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji
Adam Malik
b. Cara ukur : observasi
c. Alat ukur : data rekam medik
d. Kategori : usia dikategorikan sesuai dengan nilai usia yang didapat
<20 tahun
20-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
>50 tahun
e. Skala ukur : interval
3. Gambaran histopatologi
a. Definisi : Gambaran histopatologi penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid
yang tercatat dalam rekam medik di RSUP Haji Adam Malik
b. Cara ukur : observasi
c. Alat ukur : Data rekam medik
d. Kategori : 1. Adenoma
2. Karsinoma Papilari
3. Karsinoma Folikuler
5. Karsinoma Anaplastik
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelititan deskriptif, dengan pendekatan cross
sectional dimana setiap sampel akan diperiksa satu kali dan pada satu saat
berdasarkan pengumpulan data rekam medis. Dalam penelitian ini, yang dinilai
adalah jenis kelamin dan usia pada penderita lesi jinak dan ganas pada tiroid
berdasarkan diagnosa histopatologi di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010
hingga 2012.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Disember
2013. Pengambilan data akan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Semua pasien yang pernah didiagnosa secara histopatologi menderita lesi
jinak atau ganas pada tiroid di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga
2012. Jumlah populasi tersebut diambil dari jumlah rekam medis.
4.3.2 Sampel
Penelitian ini mengambil sampel dengan cara consecutive sampling
dimana seluruh rekam medis pasien dengan kasus lesi jinak atau ganas pada tiroid
di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2010 hingga 2012 yang memenuhi kriteria
4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.4.1 Kriteria Inklusi
Rekam medis lengkap dengan nomor slide, usia, jenis kelamin dan
diagnosa histopatologi.
4.4.2 Kriteria Eksklusi
Rekam medis yang tidak ada pemeriksaan histopatologi.
4.5 Metode Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
data sekunder yang diperolehi dari pencatatan rekam medis. Pencatatan data
yang diambil dari rekam medis kasus berupa jenis kelamin, usia dan gambaran
histopatologi dimulai dari tahun 2010 hingga 2012.
4.6 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari rekam medis akan diteliti agar tidak terjadi
kesalahan membaca data dari rekam medis. Informasi dan data yang didapat
kemudian akan di masukkan ke komputer untuk dianalisis dengan menggunakan
program uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data akan dianalisa
secara deskriptif dan hasilnya akan hasilnya akan ditampilkan dalam tabel bentuk
distribusi.
4.7 Jadwal Penelitian
Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 1. Proposal penelitian
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan yang terletak di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani,
Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara di Instalasi Patologi
Anatomi. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah
Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991. Rumah sakit
tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
355/Menkes/SK/VII/1990. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga
kesehatan yang berkompetensi.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Semua data sampel penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal
dari rekam medis yaitu penderita neoplasma tiroid tahun 2010-2012. Jumlah
[image:43.595.117.512.632.715.2]sampel penelitian ini sebanyak 177 kasus.
Tabel 5.1 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 32 18,1
Perempuan 145 81,9
Total 177 100
Distribusi penderita neoplasma tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.1)
lebih banyak ditemukan pada wanita [145 kasus (81,9%)] dibandingkan laki-laki
[32 kasus (18,1%)].
Tabel 5.2 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (tahun) n %
< 20 20-30 31-40 41-50 > 50 9 21 29 65 53 5,1 11,9 16,4 36,7 29,9
Total 177 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Berdasarkan kelompok usia (tabel 5.2), penderita neoplasma tiroid yang
paling banyak adalah pada kelompok usia 41-50 tahun [65 kasus (36,7%)], diikuti
berturut-turut oleh kelompok usia di atas 50 tahun [53 kasus (29,9%)], 31-40
tahun [29 kasus (16,4%)] dan 20-30 tahun [21 kasus (11,9%)]. Sedangkan
penderita neoplasma tiroid yang paling sedikit adalah pada kelompok usia di
bawah 20 tahun yaitu sebanyak 9 kasus (5,1%).
Tabel 5.3 Distribusi Penderita Neoplasma Tiroid berdasarkan Gambaran Histopatologi
Gambaran Histopatologi n %
Neoplasma jinak (adenoma)
Neoplasma ganas (karsinoma)
90
87
50,8
49,1
Total 177 100
[image:44.595.113.506.236.385.2]Berdasarkan gambaran histopatologi (tabel 5.3), neoplasma jinak tiroid (90
kasus, 50,8%) lebih banyak daripada neoplasma ganas tiroid (87 kasus, 49,1%).
Tabel 5.4 Distribusi Penderita Karsinoma Tiroid berdasarkan Sub-Tipe Gambaran Histopatologi
Subtipe Karsinoma Tiroid n %
Karsinoma Papilari
Karsinoma Folikuler
Karsinoma Medulari
Karsinoma Anaplastik
29
48
6
4
33,3
55,2
6,9
4,6
Total 87 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentasi
Distribusi subtipe karsinoma tiroid (tabel 5.4) yang paling banyak adalah
karsinoma folikuler tiroid [48 kasus (55,2%)], yang diikuti berturut-turut oleh
karsinoma papilari tiroid [29 kasus (33,3%)], dan karsinoma medulari tiroid [6
kasus (6,9%)]. Sedangkan penderita subtipe karsinoma tiroid yang paling sedikit
[image:45.595.111.509.555.640.2]adalah karsinoma anaplastik tiroid sebanyak 4 kasus (4,6%).
Tabel 5.5 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 12 13,3
Perempuan 78 86,7
Total 90 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentasi
Distribusi penderita adenoma tiroid berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.5)
lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu sebanyak 78 kasus (86,7%)
Tabel 5.6 Distribusi Penderita Adenoma Tiroid berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (tahun) n %
< 20 4 4,4
20-30
31-40
41-50
> 50
9
16
38
23
10,0
17,8
42,2
25,6
Total 90 100
Keterangan: n = Frekuensi, % = Persentase
Distribusi penderita adenoma tiroid berdasarkan kelompok usia (tabel 5.6)
paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 38
kasus (42,2%), yang diikuti berturut-turut oleh kelompok usia di atas 50 tahun [23
kasus (25,6%)], 31-40 tahun [16 kasus (17,8%)], dan 20-30 tahun [9 kasus
(10%)]. Sedangkan penderita adenoma tiroid yang paling sedikit adalah pada
kelompok usia di bawah 20 tahun sebanyak 4 kasus (4,4%).
Tabel 5.7 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 11 38,9
Perempuan 18 62,1
Total 29 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Distribusi penderita karsinoma papilari tiroid berdasarkan jenis kelamin
(tabel 5.7) lebih banyak ditemukan pada perempuan [18 kasus (62,1%)]
[image:46.595.114.510.517.600.2]Tabel 5.8 Distribusi Penderita Karsinoma Papilari Tiroid berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (tahun) n %
< 20 20-30 31-40 41-50 > 50 1 4 6 9 9 3,4 13,8 20,7 31,0 31,0
Total 29 100
Keterangan: n = Frekuensi, % = Persentase
Distribusi penderita karsinoma papilari tiroid berdasarkan kelompok usia
(tabel 5.8) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun dan usia di
atas 50 tahun, dengan jumlah kasus yang sama pada masing-masing kelompok
usia yaitu 9 kasus (31%), yang diikuti berturut-turut oleh kelompok usia 31-40
tahun [6 kasus (20,7%)], dan kelompok usia 20-30 tahun [4 kasus (13,8%)].
Sedangkan penderita karsinoma papilari tiroid yang paling sedikit terdapat pada
kelompok usia di bawah 20 tahun hanya terdapat 1 kasus (3,4%).
Tabel 5.9 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 5 10,4
Perempuan 43 89,6
Total 48 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Distribusi penderita karsinoma folikuler tiroid berdasarkan jenis kelamin
(tabel 5.9) lebih banyak ditemukan pada perempuan [43 kasus (89,6%)] daripada
[image:47.595.109.512.166.314.2] [image:47.595.108.515.559.643.2]Tabel 5.10 Distribusi Penderita Karsinoma Folikuler Tiroid berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (tahun) n %
< 20 4 8,3
20-30
31-40
41-50
> 50
8
6
17
13
16,7
12,5
35,4
27,1
Total 48 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Distribusi penderita karsinoma folikuler tiroid berdasarkan kelompok usia
(tabel 5.10) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun [17 kasus
(35,4%)], yang diikuti berturut-turut oleh kelompok usia di atas 50 tahun [13
kasus (27,1%)], 20-30 tahun [8 kasus (16,7%)], dan 31-40 tahun [6 kasus
(12,5%)]. Sedangkan penderita karsinoma folikuler tiroid yang paling sedikit
adalah kelompok usia di bawah 20 tahun [4 kasus (8,3%)].
Tabel 5.11 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 4 66,7
Perempuan 2 33,3
Total 6 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Distribusi penderita karsinoma medulari tiroid berdasarkan jenis kelamin
(5.11) lebih banyak ditemukan pada laki-laki [4 kasus (66,7%)] dibandingkan
[image:48.595.116.511.165.313.2] [image:48.595.116.511.541.625.2]Tabel 5.12 Distribusi Penderita Karsinoma Medulari Tiroid berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (tahun) n %
< 20
20-30
31-40
41-50
> 50
0
0
0
1
5
0
0
0
16,7
83,3
Total 6 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Distribusi penderita karsinoma medulari tiroid berdasarkan kelompok usia
(tabel 5.12) hanya ditemukan pada kelompok usia di atas 40 tahun. Dimana
kelompok usia di atas 50 tahun [5 kasus (83,3%)], lebih banyak daripada
kelompok usia 41-50 tahun [1 kasus (16,7%)]. Namun karsinoma medulari tiroid
tidak ditemukan pada kelompok usia di bawah 40 tahun.
Tabel 5.13 Distribusi Penderita Karsinoma Anaplastik Tiroid berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 0 0
Perempuan 4 100
Total 4 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Distribusi penderita karsinoma anaplastik berdasarkan jenis kelamin (tabel
[image:49.595.107.512.166.313.2] [image:49.595.106.513.520.605.2]Tabel 5.14 Distribusi Penderita Karsinoma Anaplastik Tiroid berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Usia (tahun) n %
< 20
20-30
31-40
41-50
> 50
0
0
1
0
3
0
0
25
0
75
Total 4 100
Keterangan: n = frekuensi, % = persentase
Distribusi penderita karsinoma anaplastik tiroid berdasarkan kelompok
usia (tabel 5.14) hanya ditemukan pada kelompok usia 31-40 tahun dan kelompok
usia di atas 50 tahun. Penderita karsinoma anaplastik tiroid lebih banyak
ditemukan pada kelompok usia di atas 50 tahun [3 kasus (75%)] dari pada
kelompok usia 31-40 tahun [1 kasus (25%)]. Sedangkan pada kelompok usia di
[image:50.595.110.511.166.313.2]5.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penderita lesi jinak dan
ganas pada tiroid berdasarkan diagnosa histopatologi di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2010-2012. Penelitian ini dilakukan pada
bulan September sampai Desember 2013, dan didapatkan sejumlah 177 penderita
neoplasma tiroid, yang terdiri dari neoplasma jinak (90 kasus, 50,8%) dan
neoplasma ganas (87 kasus, 49,2%) (tabel 5.3).
Jumlah penderita perempuan (145 kasus, 81,9%) lebih banyak daripada
laki-laki (32 kasus, 18,1%) (tabel 5,1). Dengan perbandingan antara perempuan
dengan laki-laki adalah 4,5 : 1. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan
penelitian sebelumnya. American Cancer Society (ACS) pada 2004
memperkirakan di antara 22.500 penderita kanker tiroid yang ditemukan di
Amerika Serikat, didapatkan perbandingan antara perempuan dengan laki-laki
adalah 3 : 1. Dan insidensi kanker tiroid didapatkan sekitar 1,7% di antara kanker
pada perempuan, dan hanya 0,5% dari semua jenis kanker yang terdapat pada
laki-laki. American Cancer Society (ACS) (2013) juga memperkirakan secara
statistik bahwa di antara semua nodul tiroid akan terdapat 60.220 kasus baru
kanker tiroid, 45.310 kasus pada wanita dan 14.910 kasus pada laki-laki. Menurut
data dari Cancer Statistic Registration England (2010), dijumpai 2.654 kasus
kanker tiroid di Inggris, yaitu 1.906 kasus pada perempuan (72%) dan 748 kasus
pada laki-laki (28%). Berdasarkan data Australian Institute of Health (2009)
terdapat 2.039 penderita kanker tiroid, dan 1.536 kasus di antaranya terdapat pada
perempuan sedangkan 503 kasus terdapat pada laki-laki. Insidensi kanker tiroid
diperkirakan 13,5 kasus per 100.000 populasi perempuan, sedangkan pada
laki-laki hanya 4.5 kasus per 100.000 populasi laki-laki-laki-laki.
Penderita neoplasma tiroid yang terbanyak adalah pada kelompok usia
41-50 tahun (65 kasus, 36,7%), dan yang paling sedikit terdapat pada kelompok usia
di bawah 20 tahun (9 kasus, 5,1%) (tabel 5.2). Berdasarkan penelitian SEER
(Surveillance, Epidemiology and End Result Program) kanker tiroid di Amerika
Serikat (2006-2010)mendapatkan hasil bahwa kelompok usia yang paling banyak
berturut-turut kelompok usia 35-44 tahun (19,9%), 55-64 tahun (19,6%), 20-34 tahun
(15,3%), 65-74 tahun (12,0%), 75-84 tahun (5,7%) dan di bawah 20 tahun (1,8%).
Sedangkan penderita kanker tiroid yang paling sedikit terdapat pada usia di atas
84 tahun (1,4%). Menurut Australian Institute of Health (2009), umur rata-rata
penderita yang terdiagnosa sebagai kanker tiroid adalah 51 tahun.
Gambaran histopatologi penderita neoplasma tiroid (tabel 5.3) yang jinak
yaitu adenoma (90 kasus, 50,8%) lebih banyak dibandingkan neoplasma ganas (87
kasus, 49,1%). Menurut Wong & Wheeler (2000), 4-7% populasi dewasa di
Amerika Serikat yang terdiagnosa sebagai nodul tiroid, hanya 5% di antaranya
yang menunjukkan keganasan (karsinoma) pada pemeriksaan histopatologi,
sedangkan 95% merupakan adenoma.
Di antara neoplasma ganas (karsinoma) tiroid yang paling banyak adalah
karsinoma folikuler tiroid (55,2%). Karsinoma papilari tiroid jumlah kasusnya
lebih sedikit dibandingkan karsinoma folikular tiroid (33,3%). Karsinoma
medulari tiroid hanya 6,9% dari semua jenis karsinoma tiroid pada penelitian ini.
Dan karsinoma anaplastik (4,6%) merupakan jenis karsinoma tiroid yang paling
sedikit (tabel 5.4). Menurut Maitra (2010), karsinoma papilari merupakan sub-tipe
kanker tiroid yang paling sering (75-85% kasus), diikuti karsinoma folikuler
(10-20% kasus), karsinoma medulari (5% kasus), dan yang paling sedikit adalah
karsinoma anaplastik (< 5% kasus).
Distribusi penderita adenoma berdasarkan jenis kelamin (tabel 5.5) lebih
banyak ditemukan pada perempuan (86,7%) dibandingkan laki-laki (13,3%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Farahati et al. (2006) di Jerman, dari 853
sampel, telah ditemukan adenoma pada 80 dari 370 perempuan (21,6%), dan 124
dari 483 laki-laki (25,7%). Menurut Qamar dan Abbas (2011), dari 80 sampel
yang diteliti, dijumpai 70 kasus perempuan (87,5%) dan 10 kasus laki-laki
(12,5%). Hasil yang didapat pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya oleh Qamar dan Abbas, namun berbeda dengan hasil
penelitian Farahati et al. Perbedaan ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan
karakteristik penderita adenoma tiroid di berbagai tempat sesuai dengan kondisi
Distribusi pendeita adenoma berdasarkan kelompok usia (tabel 5.6) paling
banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (42,2%). Penelitian ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Niepomniszcze et al. (2004) di
Argentina dengan membagi penderita adenoma menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok usia di bawah 41 tahun dan kelompok usia 41-80 tahun, hasil yang
didapati pada penelitian tersebut adalah 67,8% kasus terdapat pada kelompok usia
41-80 tahun.
Distribusi penderita karsinoma papilari berdasarkan jenis kelamin (tabel
5.7) lebih banyak ditemukan pada perempuan (62,1%) daripada laki-laki (38,9%).
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya. Nguyen (2002)
dan Grubbs (2008), mendapatkan insidensi karsinoma papilari tiroid pada
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3 : 1.
Distribusi penderita karsinoma papilari berdasarkan kelompok usia (tabel
5.8) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun dan di atas 50
tahun, masing-masing sebanyak 9 kasus (31%). Menurut Nguyen (2002),
insidensi terbanyak pada karsinoma papilari tiroid adalah kelompok usia 30-40
tahun, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Desai et al. (2005) di India,
rata-rata usia penderita karsinoma papilari berusia 46,7 tahun. Hasil penelitian ini
sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya, mungkin karena terdapat
perbedaan karakteristik penderita adenoma tiroid di berbagai tempat sesuai
dengan kondisi lingkungannya.
Distribusi penderita karsinoma folikuler berdasarkan jenis kelamin (tabel
5.9) lebih banyak ditemukan pada perempuan (89,6%) dibandingkan laki-laki
(10,4%). Hasil yang didapat pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian lain yang dilakukan sebelumnya. Nguyen (2002) dan Grubbs (2008) di
AS, frekuensi terjadinya karsinoma folikuler tiroid pada perempuan dibandingkan
laki-laki adalah 3 : 1.
Distribusi penderita karsinoma folikuler berdasarkan kelompok usia (tabel
5.10) paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun (35,4%).
Menurut Nguyen (2002), insidensi karsinoma folikuler tiroid terbanyak terdapat
mendapatkan insidensi karsinoma folikuler tiroid terbanyak adalah kel