PENGARUH METODE BERMAIN BALOK DAN MINAT
BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG
ANAK TK B KUTA BINJEI KABUPATEN
ACEH TIMUR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar
Disusun Oleh :
MUTIA SARI 8146181020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PROGRAM PASCASARJANA
i ABSTRAK
Mutia Sari, NIM. 8146181020. Pengaruh Metode Bermain Balok Dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak TK B Kuta Binjei Kabupaten Aceh Timur, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan. 2016.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan metode bermain balok cruissenair dan kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur, (2) untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi dan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar rendah (3) untuk mengetahui interaksi antara metode pembelajaran dengan minat belajar terhadap kemampuan berhitung.
Populasi penelitian ini adalah anak TK B TK Permata Bunda dan TK Bungong Jeumpa sebanyak 8 kelas dengan jumlah 160 anak. Sampel diambil secara random sampling dan diambilah dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol. Instrumen penelitian adalah tes unjuk kerja menggunakan instrumen lembar kerja. Data minat belajar menggunakan angket untuk menentukan anak yang memiliki minat belajar tinggi dan rendah. Teknik analisis data adalah Anava dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata kemampuan berhitung anak yang diajar dengan metode bermain balok cruissenair X = 12,8 , rata-rata kemampuan berhitung anak yang diajar dengan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur X = 10,60 dengan Fhitung = 1,124 > Ftabel = 1,704 (2) rata-rata
kemampuan berhitung anak dengan minat belajar tinggi X = 12,80 dan kemampuan berhitung dengan minat belajar rendah X = 10,59 dengan Fhitung =
1,637 > Ftabel = 1,744 (3) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan minat
belajar dalam mempengaruhi kemampuan berhitung dengan Fhitung = 4,170 > Ftabel
= 3,97.
Dari hasil analisis dapat dikemukakan bahwa metode pembelajaran yang baik untuk anak yang memiliki minat belajar tinggi dan dapat membantu mengembangkan kemampuan berhitung adalah dengan metode bermain balok cruissenair sedangkan anak yang memiliki minat belajar rendah pembelajaran yang baik adalah pembelajaran langsung mengunakan balok tidak terstruktur. Implikasi dari penelitian ini secara khusus ditunjukkan kepada guru yaitu dalam penerapan pembelajaran dan memperhatikan karakteristik siswa khususnya minat belajar.
ii ABSTRACT
Mutia Sari, NIM. 8146181020. The effect of playing blocks method and students interest to students numeracy skill in kindergartner B Kuta Binjei Kabupaten Aceh Timur, Program PascaSarjana, Universitas Negeri Medan. 2016.
The prpose of this research was : (1) to know students numeracy skill taught by using playing cruissenair blocks method and students numeracy skill taught by using direct learning with unstructured blocks, (2) to know students numeracy skill that have high students interest and students numeracy skill that have low students interest, (3) to know interaction between learning method and students interest to numeracy skill.
Population of this research was TK B children, TK Permata Bunda and TK Bungong Jeumpa as many as 8 class with 160 children. The sample was taken by using simple random sampling and the researcher took two experimental classes and two control classes. Instrument of this research was test performance by using worksheet instrument. Data learning interest by using questionnaires to determine their high and low interest in learning. Data analysis technique was Anava two lanes with significance α = 0,05 and continued by using Scheffe test.
The research result was : (1) the average of students numeracy skill taught by using playing cruissenair blocks method X = 12,8 and the average of students numeracy skill taught by using direct learning with unstructured blocks X = 10,60 with Fcount = 1,124> Ftable = 1,704 (2) the average of students numeracy
skill with high students interest X = 12,80 and students numeracy skill with low students interest X= 10,59 with Fcount = 1,637> Ftable = 1,744 (3) there was
interaction between learning method and students interest in influencing numeracy skill with Fcount = 4,170> Ftable = 3,97.
From the data analysis showed that the appropriate learning method to children who have high interest in learning and helped to increase numeracy skill by using playing cruissenair blocks method, otherwise direct learning method by using unstructured block is appropriate learning method to children who have low interest in learning. The implication of this research specially aimed to subject teacher implementation and focus on students characteristic especially students interest.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dan
karunia-Nya yang telah memberkan kesehatan dan kenikmatan ilmu pengetahuan kepad
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Bermain Balok Dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak TK B Kuta Binjei Kebupaten Aceh Timur ”
Tesis ini dapat diselesaikan dengan segala bantuan, dorongan serta
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan ribuan
terima kasih kepada :
1. Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.pd
2. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.pd selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak Dr.
Yasarotodo Wau, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II.
3. Narasumber Bapak Dr. Hidayat, M.si, Bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S, dan
Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si yang telah memberikan kritikan dan
masukan untuk memperbaiki tesis ini.
4. Ketua prodi Pendidikan Dasar ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.pd dan Sekretaris
Prodi Pendidikan Dasar ibu Dr. Daulat Saragi, M.Hum serta staf yang telah
membantu penulis dalam menyiapkan kelengkapan dan bantuan selama
mengikuti perkuliah dan tesis ini.
5. Pihak sekolah TK Permata Bunda dan TK Bungong Jempa yang telah
memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian ini, dan juga
guru-guru sekolah yang turut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Dasar dan rekan-rekan
mahasiswa seangkatan penulis khususanya kelas A2 Program Studi
Pendidikan Dasar.
7. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
inspirator sekaligus motivator utama ibunda Yusnidar dan ayahanda
(almarhum) Ramli yang telah mendidik, memberi dukungan dan mendoakan
penulis.
8. Sahabat penulis Mutia, Syajaratuddur, Yessi Jurnala, Mega Multina, Dwi
iv
Rahmah, Sara Maulina dan Nurul Hikmah yang ikut membantu dalam
menyelesaikan tesis ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan
sekarang dan masa yang akan datang, selain itu penulis juga berharap semoga
tesis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca tesis ini.
Penulis
Medan, Juni, 2016
v
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTIAL DAN HIPOTESIS ... 15
A. Kajian Teoritis ... 15
1. Berhitung Matematika Anak Usia Dini ... 15
a. Prinsip Matematika ... 18
2. Kemampuan Berhitung ... 20
a. Pengertian Kemampuan ... 20
b. Pengertian Berhitung ... 21
c. Prinsip-prinsip Berhitung ... 24
d. Tahap-tahap Penguasaan Berhitung ... 25
e. Tujuan Berhitung ... 26
f. Tahap Berhitung Anak Usia Dini ... 28
g. Pengenalan Berhitung Anak Usia Dini ... 29
3. Metode Bermain ... 30
a. Manfaat Bermain ... 34
b. Pijakan Bermain Anak Usia Dini ... 36
vi
5. Media Balok ... 42
a. Balok Cruissenair ... 44
b. Balok Tidak Terstruktur ... 50
6. Minat Belajar ... 51
B. Landasan Teori ... 60
C. Penelitian Relevan ... 64
D. Kerangka Konseptual ... 65
E. Hipotesis ... 69
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 70
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 70
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 70
1. Populasi Penelitian ... 70
2. Sampel Penelitian ... 71
C. Desain Penelitian ... 72
D. Variabel Penelitian ... 74
E. Definisi Operasional ... 75
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 76
1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung ... 76
2. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar ... 77
3. Pelaksanaa Penelitian... 77
G. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Coba Instrumen ... 78
1. Teknik Pengumpulan Data ... 78
2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 79
a. Validitas ... 79
b. Reliabilitas ... 81
H. Teknik Analisis Data ... 82
1. Uji Normalitas ... 83
2. Uji Homogenitas ... 83
3. Uji Hipotesis Statistik ... 84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85
A. Hasil Penelitian ... 85
vii
C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 97
1. Uji Normalitas ... 97
2. Uji Homogenitas ... 100
D. Pengujian Hipotesis ... 102
E. Uji Scheffe ... 105
F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 108
G. Keterbatasan Penelitian... 117
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 119
A. Simpulan ... 119
B. Implikasi ... 120
C. Saran ... 122
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Bermain Balok
Cruissenair ... 128
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Pembelajaran Langsung Menggunakan Balok Tidak Terstruktur ... 136
Lampiran 3 Instrument Tes Kemampuan Berhitung ... 144
Lampiran 4 Lembar Penilaian Observasi Minat Belajar ... 149
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Berhitung 150 Lampiran 6 Perhitungan Statistik Dasar dan Distribusi Frekuensi ... 154
Lampiran 7 Uji Normalitas ... 168
Lampiran 8 Uji Homogenitas ... 177
Lampiran 9 Uji Hipotesis ... 179
Lampiran 10 Uji Scheffe ... 182
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia.
Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk
memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses pembelajaran ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi dengan melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan sering terjadi di
bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau
tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap
seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan
tinggi.
Pendidikan merupakan ikhtiar untuk mengeksplorasikan talenta atau bakat
dan potensi yang dimiliki peserta didik, sekaligus dapat diibaratkan bahwa
pendidikan itu sebagai alat reproduksi sosial. Dunia pendidikan adalah dunia yang
amat kompleks, menantang dan mulia. Kompleks, karena spektrumnya sangat
luas. Menantang, karena menentukan masa depan bangsa, dan mulia karena
memanusiakan manusia.
Secara filosofi hakikat pendidikan adalah optimalisasi seluruh potensi
(kecerdasan manusia). Menurut Suyadi (2014) seluruh potensi manusia berpusat
pada otak dan secara psikologis pendidikan adalah optimalisasi seluruh potensi
2
menjadi hasil yang maksimal dan meyakinkan kecerdasan anak, dan hal ini terjadi
apabila dikembangkan apabila menggunakan langkah-langkah yang benar.
Anak usia dini (AUD) adalah kelompok anak yang berada pada masa
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Pada masa ini
pula merupakan masa keemasan atau golden age bagi anak. Taman Kanak –
kanak bagi anak usia dini adalah sebagai tempat untuk mengembangkan
keterampilan anak, karena pada dasarnya anak sudah mempunyai kemampuan
sejak lahir yang berbeda-beda, oleh karena itu, perlu dikembangkan. Pendidikan
anak usia dini sendiri adalah suatu upaya yang di tujukan pada anak usia sejak
lahir sampai dengan umur enam tahun yang di lakukan dengan memberikan
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar peserta didik memiliki persiapan dalam melanjutkan pendidikan
selanjutnya (UU No. 20 Tahun 2003). Pendidikan Anak Usia Dini adalah
pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia prasekolah dengan tujuan agar
anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga mereka dapat
berkembang secara wajar sebagai anak. Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini
adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial, dan
emosional sesuai dengan tingkat usianya. Menurut Masitoh (2005) pendidikan di
Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak
serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan jembatan antara lingkungan
keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu sekolah dasar dan lingkungan
3
Masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai
golden age (masa emas) dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini, semua aspek
kecerdasan anak dapat dikembangkan dengan baik dan dapat dengan mudah
menerima apa yang disampaikan orang lain. Pada masa ini pula terjadi
perkembangan fisik yang sangat pesat. Mengingat betapa pentingnya periode
kanak-kanak bagi seseorang inilah, stimulasi yang tepat sangat diperlukan
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usia
dan perkembangannya, salah satunya adalah potensi dibidang perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif anak pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun,
masuk dalam perkembangan berpikir praoperasional konkret pada saat ini sifat
egosentris pada anak semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang
berbeda dengan orang lain yang berada di sekitarnya. Menurut Pieget (dalam
Sudarna. 2014) perkembangan kognitif dibagi dalam empat fase yaitu: 1).
sensorimotor (usia 0-2 tahun) tahap sensorimotor lebih di tandai dengan aktivitas
sensori (melihat, meraba, merasa, mencium dan mendengar). 2). Fase
Praoprasional (usia 2-7 tahun) anak mulai menyadari bahwa pemahaman tidak
hanya melalui kegiatan sensorimotor tetapi juga bisa melalui kegiatan bersifat
simbolis. 3). Fase Operasional konkret (usia 7-12 tahun) kemampuan anak untuk
berfikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi
sumber berfikir logis tersebut hadir secara kongkrit. 4). Fase Operasi Formal (12
tahun- dewasa) ditandai dengan perpindahan dari cara berfikir konkret ke cara
4
Oleh karena itu perkembangan berhitung pada anak usia dini berada pada
masa pra operasional (2-7 tahun) pada fase ini akan menjadi permulaan untuk
membangun pengetahuan dan kemampuan potensi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Menurut Novan (2014) perkembangan kognitif pada anak
usia dini dapat diartikan sebagai perubahan psikis yang berpengaruh terhadap
kemampuan berfikir anak usia dini. Dengan kemampuan berfikirnya anak dapat
mengeksplorasikan dirinya sendiri dan hal-hal yang berada disekitarnya sehingga
mereka memperoleh pengetahuan. Kemampuan kognitif anak berkembang secara
bertahap dan berada di pusat saraf. Kemampuan kognitif ini sangat berperan
dalam membantu anak dalam memecahkan segalah permasalahannya. Salah satu
bagian dari perkembangan kognitif yaitu kemampuan berhitung.
Taman Kanak-kanak yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak
usia 4–6 tahun merupakan jalur Pendidikan Anak Usia Dini yang berbentuk jalur
pendidikan formal. Di Taman Kanak-kanak, anak mengembangkan berbagai
aspek perkembangan seperti pembiasaan yang meliputi moral, nilai-nilai agama,
sosial, emosional dan kemandirian. Anita Yus (2011) mengatakan Anak juga
mengembangkan berbagai aspek perkembangan kemampuan dasar yang meliputi
bahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni. Salah satu bidang pengembangan
kemampuan dasar di TK yaitu bidang perkembangan kognitif. Lingkup
perkembangan kognitif diperloleh salah satunya melalui kegiatan pembelajaran
matematika seperti berhitung, seriasi, pengukuran, klasifikasi, bentuk geometri,
pola, ruang, grafik, mencocokan, dan waktu.
National Council of Teacher of Mathematics (Seefeldt & Wasik, 2008)
5
pemahaman akan angka. Ketika kepekaan anak-anak terhadap angka berkembang,
mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung. Menghitung ini
menjadi landasan bagi kegiatan anak-anak dengan angka. Ketertarikan anak
terhadap berhitung merupakan dasar bagi anak untuk mengembangkan
kemampuannya dalam kegiatan yang diperlukan dalam pendidikan selanjutnya di
Sekolah Dasar.
Menurut Ahmad Susanto (2012) kemampuan berhitung ialah kemampuan
yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik
perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sesuai
dengan kemampuan anak dapat meningkat ke tahapan pengertian mengenal
jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.
Kemampuan yang berhubungan dengan berhitung atau konsep berhitung
permulaan seperti mengenal angka (lambang bilangan), menyebutkan urutan
bilangan, menghitung benda, mengenal himpunan sederhana dengan nilai yang
berbeda, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan
menggunakan konsep ke abstrak, menghubungkan lambang bilangan dan konsep
bilangan dan menciptakan bentuk benda sesuai dengan konsep bilangan.
(Kemdiknas. 2010). Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai
kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta (route
counting/rational counting). Sriningsih (2008) menyebutkan anak menyebutkan
urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkrit. Pada usia 4
tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan
6
Berhitung di Taman kanak- Kanak diharapkan tidak hanya berkaitan
dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan
emosional. Pembelajaran berhitung di TK hanya diajarkan berhitung awal yaitu
penambahan dan pengurangan 1-15, membilang dengan benda-benda 1 – 15,
menyebutkan urutan bilangan 1 – 15, memasangkan lambang bilangan dengan
benda 1 – 15, meniru lambang bilangan dengan benda 1 – 15, mampu
membedakan 2 kumpulan benda sama jumlahnya, tidak sama jumlahnya, banyak
dan sedikit jumlahnya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, berhitung di taman
Kanak-Kanak dilakukan secara menarik dan bervariasi. Mengingat pentingnya
kemampuan berhitung maka berhitung dapat diberikan melalui berbagai macam
cara. Guru juga dapat memilih berbagai macam model, metode dan media dalam
pembelajaran yang sesuai untuk tujuan pembelajaran berhitung
Menurut Slamet Suyanto (2005) Berhitung amat penting dalam kehidupan.
Pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka, dan operasi bilangan matematis.
Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar membilang,
mengenal angka, dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata
dengan simbol-simbol matematis. Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol
dengan angka - 1 dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka -2.
Aspek perkembangan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah
kemampuan berhitung. berhitung adalah bagian dari matematika yang diperlukan
untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi
kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan dan lambang bilangan yang
7
Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti temukan dilapangan, pada TK
permata bunda dan TK Bungong Jeumpa ditemukan bahwa kemampuan
berhitung cenderung mengalami kebosanan tepatnya dalam proses pembelajaran,
terlihat anak kurang memahami konsep sederhana dalam kehidupan sehari hari
terutama dalam berhitung, anak kurang mampu menghubungkan antara konsep
bilangan dengan lambang bilangan, mengurutkan dan memasangkan jumlah
benda dengan angka, sehingga indikator yang diharapkan belum tercapai. Hal ini
disebabkan karena guru lebih sering menuntut anak berhitung secara hafalan,
tetapi mengabaikan kemampuan anak dalam mengenal lambang dan konsep
bilangan, media yang digunakan masih sederhana belum adanya pengembangan,
guru juga menampilkan pembelajaran terlihat monoton. Pada TK permata bunda
dan TK Bungong Jeumpa, dalam pembelajaran berhitung juga hanya memakai
buku berhitung sebagai sumber belajar sehingga perkembangan berhitung pada
anak masih rendah dan belum meningkat.
Berdasarkan hasil observasi melalui pengumpulan nilai harian/ ulangan
TK Permata Bunda dan TK Bungong Jeumpa yang berupa hasil analisis data
kegiatan pembelajaran dalam perkembangan berhitung anak yang rendah 52,25%,
pada semester I (ganjil) tahun pelajaran 2014/2015). Sehingga perkembangan
anak masih tergolong sangat rendah yaitu dari 80 orang anak 40 orang diantaranya
mendapat nilai bintang satu (*) yang termasuk dalam daftar belum berkembang,
hal ini terlihat ketika melaksanakan pembelajaran kegiatan berhitung anak masih
diam artinya anak tidak mampu menyebutkan atau mengenal bilangan yang
ditunjukkan. Kemudian 25 orang mendapat nilai bintang dua (**) yang termasuk
8
mengenal 1-5 macam angka saja dan itu masih dalam proses bimbingan guru, dan
15 orang lainnya mendapat nilai bintang tiga (***) artinya anak sudah mampu
mengenal bilangan, akan tetapi belum ada yang mendapat nilai bintang empat
(****) yang termasuk kategori anak mampu mengenal bilangan dengan sangat
baik.
Dari data yang telah tertera di atas maka dapat di simpulkan bahwa
kemampuan berhitung perlu ditingkatkan. Pada masalah di atas maka perlu solusi
yang bisa mengatasi beberapa masalah tersebut salah satunya adalah salah satu
metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada anak terutama dalam
berhitung. Metode bermain balok cruissenair yang diharapkan dapat memberi
pengalaman bermakna dan mengembangkan kemampuan anak dalam
meningkatkan kemampuan berhitung. Berhitung bagi sebagian anak merupakan
sesuatu yang sangat sulit, bahkan menakutkan. Di sisi lain, dunia anak adalah
dunia bermain. Menurut Martiana (2014) Critical point yang dianjurkan para
pakar pendidikan untuk melejitkan kecerdasan logis-matematis adalah menjadikan
anak mencintai matematika, mencintai matematika bagi anak-anak dengan
pendekatan permainan matematika. Metode bermain ini sangat cocok digunakan
dalam proses belajar mengajar TK. Sebab Sudah tidak dapat dihindari dan
dipungkiri lagi bahwa setiap anak kecil pastinya sangat menyukai sebuah
permainan, baik permainan yang sederhana sampai permainan yang mengandung
sebuah tantangan. Jika metode bermain ini selalu diterapkan maka selain akan
disukai oleh para anak-anak kecil, pada dasarnya metode ini akan banyak
membawa manfaat bagi perkembangan anak, bermain mampu mengaktifkan otak
9
membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pilar-pilar syaraf pemahaman
yang berguna untuk masa datang. Berkaitan dengan itu pula otak yang aktif
adalah kondisi yang sangat baik untuk menerima pelajaran.
Pada metode bermain balok cruissenair melalui bermain dengan
menggunakan media balok cruissenair guru bisa mengamati sejauh mana anak
tertarik pada pembelajaran berhitung.
Balok cruissenair adalah suatu benda yang dibatasi oleh sepuluh buah
persegi panjang yang masing-masing bidangnya disebut bidang sisi atau sisi
balok. Pasangan sisi yang saling berhadapan selalu sama dan sebangun
(kongruen). Balok cruissenair sering disebut siku-siku, kotak, atau kuboid.
Seperti pada kubus, bidang-bidang sisi balok cruissenair juga diberi nama bidang
alas, bidang atas, dan bidang-bidang sisi tegak. Pada balok cruissenair terdapat
tiga kelompok rusuk, dan tiap kelompok terdiri dari empat rusuk yang sejajar dan
sama panjang. Ukuran-ukuran tiga buah rusuk (masing-masing mewakili
kelompok-kelompok rusuk tersebut) yang bertemu di satu titik, biasa disebut
sebagai panjang, lebar, dan tinggi balok cruissenair. Jadi, ukuran balok
cruissenair ditentukan oleh ketiga rusuk ini. Balok cruissenair bangun ruang tiga
dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan
paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda. Balok cruissenair
memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok cruissenair adalah suatu bangun
ruang yang dibatasi oleh 6 persegi panjang, di mana setiap sisi persegi panjang
berimpit dengan tepat satu sisi. Balok cruissenair adalah media visual dapat
menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran dan dapat menghubungan antara
10
TK belajar dari hal yang konkret. Balok cruissenair dapat digunakan sebagai
media dalam berbagai kegiatan pembelajaran di TK, termasuk berhitung. Media
ini dapat dimodifikasi ukuran dan warnanya sesuai dengan kreativitas guru. Balok
cruissenair merupakan media yang baru bagi anak. Balok cruissenair diharapkan
dapat membuat anak semakin tertarik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
berhitung. Balok cruissenair yang dicat berwarna-warni mempunyai daya tarik
tersendiri bagi anak. Selain itu, balok juga dapat disentuh dan dimainkan oleh
anak, sehingga anak-anak semakin berminat untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Kegiatan yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik
tersebut diharapkan dapat menambah minat anak untuk mengembangkan
pengetahuanya serta mendorong anak untuk lebih mengeksplorasi diri
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung adalah minat
belajar. Kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian siswa
dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat
seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat
seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh
minat terhadap terhadap berhitung, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih
banyak tentang berhitung. Usman (2008) mengatakan pada hakikatnya setiap anak
berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan
minat terhadap belajar. Kurangnya minat belajar pada TK Permata Bunda dan
Bungong Jeumpa karena pembelajaran yang dilaksanakan dikelas adalah secara
konvensional, kurangnya metode dan media dan itu salah satu penyebab
11
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak. Minat
yang kuat akan menimbulkan usaha yang kuat, yakin, serius dan tidak mudah
putus asa dalam menghadapi tantangan pembelajaran dalam kelas. Jika seorang
anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Penggunaan metode bermain balok cruissenair dalam pembelajaran yang
tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
menyenangkan dan memungkinkan anak belajar lebih aktif sehingga anak meraih
hasil belajar yang optimal. Namun kenyataan di lapangan belum dapat
mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran berhitung tingkat TK.
Bila proses pembelajaran dengan menggunakan secara umum tidak hanya
menimbulkan rendahnya kemampuan berhitung anak. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran berhitung ini guru tidak memilih metode dan media pembelajaran
untuk memeriksa kembali terhadap hasil yang dikerjakan, guru hanya
memberikan tugas rumah untuk anak, kemudian guru memeriksa tugas sesuai
dengan prosedur yang biasa diberikan.
Metode dan media yang digunakan di lapangan/ sekolah juga belum
bervariasi,menggunakan pembelajaran langsung yaitu pembelajaran yang berpusat
pada guru masih penggunaan bermain balok pada TK tidak terlalu sering
digunakan dalam pembelajaran dan balok yang digunakan pada TK tersebut
seperti balok tidak terstruktur akan tetapi karena keterbatasan media balok
tersebut sangat terbatas pada TK tersebut sehingga tidak berkembangnya
kemampuan berhitung anak, metode yang sering digunakan pada saat
pembelajaran berhitung adalah bernyayi jikalau pun ada tanya jawab, maka
12
berhitung. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah dengan kegiatan
pembelajaran menggunakan metode bermain balok. Berdasarkan permasalahan di
atas, dapat disimpulkan bahwa maka salah satu metode dan media yang cocok
untuk pengaruh kemampuan berhitung dengan menggunakan metode bermain
balok cruissenair. Dari beberapa metode dan media pembelajaran yang ada,
banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam mempengarui
kemampuan berhitung pada anak, tetapi dalam penelitian ini model dibatasi hanya
pada pembelajaran dengan menggunakan metode bermain balok cruissenaire pada
kelas eksperimen dan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak
terstruktur di kelas kontrol.
Agar efektif peneparan proses pembelajaran menggunakan metode bermain
balok cruissenairepada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung menggunakan
balok tidak terstruktur pada kelas kontroldiperlukan perencanaan yang matang dan
teliti, termasuk mengorganisasi peserta didik, materi, media, alat serta bahan
sumber belajar yang lebih baik. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh metode
bermain balok dan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak TK
kelompok B Kuta Binjei Kabupaten Aceh Timur”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka terdapat
beberapa masalah yang berkaitan hasil belajar berhitung sebagai berikut :
1. Kemampuan berhitung anak rendah
2. Sumber belajar hanya menggunakan buku teks
13
4. Kurangnya menggunakan media pembelajaran pada saat pembelajaran
5. Kurangnya minat belajar anak pada pembelajaran berhitung
6. Belum pernah menggunakan membelajaran dengan menggunakan
metode bermain balok cruissenair
C. Batasan Masalah
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi minat dan rendahnya
kemampuan berhitung anak dalam pembelajaran TK, namun dalam penelitian ini
faktor tersebut dibatasi hanya pada faktor metode pembelajaran, khususnya
metode bermain balok cruissenair, dengan pertimbangan bahwa rendahnya
kemampuan berhitung dan rendahnya minat anak dalam pembelajaran berhitung,
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut adalah :
1. Apakah kemampuan berhitung anak yang menggunakan metode bermain
balok cruissenaire lebih tinggi dari pada yang diajar menggunakan
pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur?
2. Apakah kemampuan berhitung anak yang memiliki minat tinggi lebih tinggi
daripada anak yang memiliki minat rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar
terhadap kemampuan berhitung ?
E.Tujuan Penelitian
14
1. Untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang menggunakan metode
bermain balok cruissenaire dan yang diajar dengan pembelajaran langsung
menggunakan balok tidak terstuktur
2. Untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar
tinggi dan anak yang memiliki minat belajar rendah
3. Untuk mengetahui intraksi antara metode dan minat belajar terhadap
kemampuan berhitung anak
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan
dalam memperkaya konsep dan teori dalam proses pembelajaran, dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi para guru dalam mengajar anak usia
dini dalam menggunakan media agar anak- anak lebih kreatif dalam
berhitung.
2. Memberikan inspirasi kepada bagi guru dan mahasiswa untuk menambah
wawasan dalam meningkatkan aktivitas belajar guna mengejar prestasi dalam
mewujudkan perkembangan berhitung anak.
3. Memberikan bahan masukan bagi para guru dan pembaca untuk menambah
wawasan terutama dalam hal yang berhubungan dengan keberadaan dan
peran guru dalam mengembangkan berhitung anak agar guru selalu bisa
mengintropeksi diri terhadap tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
4. Memberikan bahan masukan kepada kepala sekolah agar membina para guru,
119 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pengolahan, analasis dan pembahasan hasil penelitian yang
dikemukakan sebelumnya, dapat dikemukakan kesimpulan hasil penelitian ini,
sebagai berikut:
1. Kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan menggunakan metode
bermain balok cruissenair lebih tinggi dari kemampuan berhitung anak yang
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung menggunakan balok
tidak terstruktur. Hasil dari ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung =
15,012 > Ftabel = 3,967, dengan taraf signifikan 0,05
2. Kemampuan berhitung anak yang memiliki minat tinggi lebih tinggi daripada
kemampuan berhitung anak yang memiliki minat rendah. Hasil dari ANAVA
menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 19,307 > Ftabel = 3,967, dengan taraf
signifikan 0,05
3. Terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan minat dalam
mempengaruhi kemampuan berhitung anak. Anak yang memiliki minat tinggi
memperoleh kemampuan berhitung anak lebih tinggi jika diajarkan dengan
metode bermain balok cruissenair dari pada pembelajaran langsung
menggunakan balok tidak terstruktur, sedangkan anak yang memiliki minat
rendah lebih tinggi kemampuan berhitung jika diajarkan dengan pembelajaran
langsung menggunakan balok tidak terstruktur dari pada yang diajarkan
dengan metode bermain balok cruissenair. Hasil dari ANAVA menunjukkan
120
B. Implikasi
1. Pengaruh Metode Bermain Balok Cruissenair Terhadap Kemampuan
Berhitung Anak
Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan metode bermain balok
cruissenair lebih tinggi daripada kemampuan berhitung anak yang diajarkan
dengan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur, hasil
temuan ini dijadikan pertimbangan bagi guru-guru pada taman kanak-kanak
untuk menggunakan metode bermain balok cruissenair khususnya pada pelajaran
berhitung. Oleh karena itu temuan penelitian ini perlu dipertimbangkan dan
disosialisasikan kepada seluruh TK yang ada di Kuta Binje Aceh Timur maupun
para guru yang mengajar pada taman kanak-kanak.
Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan bermain balok cruissenair anak
dilatih untuk dapat mengembangkan keterampilannya dalam berhitung. Ketika
dihadapkan dengan suatu pernyataan, anak dapat melakukan keterampilan
berhitung untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan
cara menghafal tanpa dipikir melainkan memahami pada pembelajaran berhitung
dengan proses berfikir kreatif.
Melalui bermain balok cruissenair, (1) anak dapat mengkonstruk
pengetahuannya sendiri dengan cara bermain balok cruissenair dengan teman
sekelompoknya dalam upaya menyelesaikan tugas yang berikan oleh guru, (2)
guru harus dapat memperhatikan situasi dan kondisi tempat pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dan guru harus dapat mengkondisikan anak dan memfasilitasi serta
121
anak untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya dan mimiliki minat
belajar.
Hasil penelitian ini juga bisa menjadi pertimbangan bagi guru untuk
memilih metode bermain balok cruissenair dalam pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berhitung. Peran aktif guru dalam pemilihan metode
pembelajaran tentunya sangat dibutuhkan, karena dengan kecermatan dan
kesesuaian karakteristik mata pelajaran dan karakteristik anak dalam belajar
menjadi salah satu faktor dalam melakukan pemilihan metode pembelajaran.
2. Pengaruh Minat Terhadap Kemampuan Berhitung Anak
Hasil simpulan berikutnya menunjukkan bahwa anak yang memiliki minat
tinggi memperoleh kemampuan berhitung lebih tinggi apabila dibelajarkan
dengan menggunakan bermain balok cruissenair. Demikian juga kemampuan
berhitung anak yang memiliki minat rendah akan lebih tinggi apabila dibelajarkan
dengan menggunakan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak
terstruktur. Penggunaan motode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
anak maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga pembelajaran
akan lebih efektif, efesien dan memiliki daya tarik. Namun perlu diperhatikan
bahwa tidak ada satu metode pembelajaran yang paling sesuai untuk setiap
karakteristik anak maupun karakteristik pembelajaran. Tetapi hasil penelitian ini
bisa menjadi masukan bagi guru, pelajaran berhitung untuk memilih metode
122
3. Interaksi Antara Metode Bermain Balok Cruissenair dan Minat Belajar
Terhadap Kemampuan Berhitung
Dari hasil penelitian ini terdapat interksi antara pembelajaran dengan
minat belajar dalam perolehan kemampuan berhitung di TK yang ada di Kuta
Binjei Aceh Timur, hal ini dapat digambarkan bahwa antara pembelajaran ada
keterkaitan antara pembelajaran yang digunakan dengan tingkatan minat belajar
anak. Penggunaan pembelajaran dengan media balok ini yang dapat
memaksimalkan kemampuan berhitung anak, baik anak yang memiliki minat
tinggi maupun anak yang memiliki minat rendah, hal ini sangat membantu dalam
tercapainya tujuan belajar. Guru bukan saja memperhatikan pembelajaran sebagai
hal yang tepat dalam mencapai tujuan belajar berhitung, namun guru juga harus
memperhatikan minat belajar anak dan menumbuhkan minat belajar pada anak
sebagai faktor yang mempengaruhi anak dalam meningkatkan kemampuan
berhitung anak di TK.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan di
atas, maka disarankan kepada: hal sebagai berikut:
1. Guru
Dalam upaya peningkatan kemampuan berhitung anak, maka guru yang
mengasuh pelajaran disarankan agar menggunakan metode pembelajaran yang
tepat dalam menyajikan materi pembelajaran. Disarankan kepada guru, dalam
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain balok
cruissenair hendaknya soal yang diberikan harus dapat memunculkan jawaban
123
dan tepat. Guru hendaknya lebih melihat penelitian-penelitian yang telah
dikembangkan oleh para-para peneliti dan juga dapat diakses melalui web yang
disediakan.
Bagi pihak sekolah hendaknya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
untuk memberikan pelatihan atau pembekalan kepada guru dalam upaya
meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menggunakan metode bermain
balok cruissenair dan memfasilitasi permainan balok dengan lengkap sehingga
anak dapat bermain balok dengan baik untuk meningkatkan kemampuan
berhitung.
2. Peneliti Lain
Bagi peneliti yang ingin meneliti metode bermain balok cruissenair agar
memperoleh hasil yang baik dan berguna bagi guru maupun anak TK. Disarankan
pada peneliti yang hendak melakukan penelitian yang sejenis agar lebih
memperhatikan alokasi waktu penelitian. Sebaiknya frekuensi pertemuan
diperbanyak agar bisa memberikan hasil yang lebih baik.
3. Dunia pendidikan
Hasil dari penelitian ini dapat memperkaya konsep dan teori dalam proses
pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para guru dalam
mengajar anak usia dini dalam menggunakan media agar anak- anak lebih kreatif
124
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammad. 2004. Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
Arikunto Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta
Arends, R.I. 2001. Learning to teach. New York: Grow Hill Companies, Inc
Arsyad Azhar, dkk.. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Bird, J. 2002. Matematika Dasar Teori dan Aplikasi. (Alih bahasa: Refina Indriasari). Jakarta: Erlangga.
Brede Kamp. 1987. Developmentally Appropriate Practice in Early Chilhood Program Serving Children From Birth Throgh Age 8. Washington Dc: NAEYC
Claudia Elliason dan Loa Jeankins. 2012. A Practical Guide To Early Childhood Curriculum. Amerika: Pearson
Dewi Ni Made Oktiana, I Nyoman Wirya, Nice Maylani Asril. 2014.
Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media Balok Cruissenare Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif . Jurnal (online) vol. Vol. 2 No.1 (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/view/2982). Diakses 15 November 2015
Dhieni Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Eliyawati Cucu. 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas
Fadlillah Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoritik dan Praktik. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
Fadlillah Muhammad, dkk. 2014. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan Pembelajaran Menari, Kreatif, dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup
125
Fauzi Ahmad ,2004. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia cetakan
Hurlock.Elizabeth .B. 1999.Perkembangan Anak Jilid 2. Alih Bahasa: Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga.
Kardi, S. dan Nur M. 1996. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press
Latif Mukhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Martiana Lusi Dwi. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Bermain Dengan Media Ular Tangga Pada Anak (Online). Vol. 2. No. 2 (www.e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/.../311) Diakses 15 November 2015
Masitoh, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran. Universitas Terbuka
Mutiah Diana, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, 2010, Jakarta: Kencana
Mudjito (2007). Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Muliawan Jasa Ungguh. 2009. Manajemen Play Grup dan Taman Kanak-kanak. Yogyakarta: Diva Press
Montolalu B.E.F. dkk. 2010. Bermain dan Permainan anak Modul 1-12. Jakarta: Universitas Terbuka
Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Padlia Anni. 2012. Peningkatan Kemampuan Matematika Anak Melalui Permainan Balok Angka Di Taman Kanak-Kanak Al-Falaah Bandar Pasaman Barat. Jurnal (online) Vol. 1, No. 1
(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/view/1708/1477) Diakses 20 November 2015
Ruseffendi, E, T. 1993. Pendidikan Matematika 3 modul 1-5. Jakarta: Universitas Terbuka
Ruseffendi. 2005. Dasar-dasar Penelitian dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito
Sani Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
126
Seefeldt Carol, Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta: PT Indeks
Shamsudin Baharin. 2002. Kamus Matematika Bergambar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indon
Suyanto Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta
Smith. (2010). Mathematics In Early Childhood: an Investigation of
Mathematics Skills in Preschool and Kindergarten Students. New York: Alferd. Diakses dari http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc /2013206021/fmt/ai/rep/NPDF?_s=qr%2Fbfsq%2BoFJRYKg%2BFCqf Kf%2FLW0%3D pada tanggal 20 November 2015
Sudono Anggani. 2005. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Soendari Retno, wismiarti. 2010. Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD Sentra Persiapan. Jakarta: Pustaka Alfalah
Sriningsih, N. 2008. Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.
Sugiono. 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
Sujiono Yuliani Nurani, Eliony Tampiomas, Eriva Syamslatin, & Opih Rofiah Zainal. 2011. Metopde Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Susanto Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana
Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana Aksara
127
Walgito, B. 2002. Pengantar Pskologi Umum. Yogyakarta: Adi
Walle, John A. Van De. (2008). Elementary And Middle School Mathematics Sixth Edition ( Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar Dan Menengah Edisi ke 6). Penerjemah: Dr. Sudono. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Wangi Ratna Mega. 2007. Character Parenting Space. Bandung: Read Publising Hause
Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
Wismiarti. 2011. Bermain PPOT Modul IV. Jakarta Timur: Sekolah Al-Falah
Wiyani Novan Ardy. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media
Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana
Zaman Hernawan , B , A.H. dan Eliyawati, C. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
______Kemdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD). Jakarta.