• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE BERMAIN BALOK DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK TK B KUTA BINJEI KABUPATEN ACEH TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE BERMAIN BALOK DAN MINAT BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK TK B KUTA BINJEI KABUPATEN ACEH TIMUR."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE BERMAIN BALOK DAN MINAT

BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG

ANAK TK B KUTA BINJEI KABUPATEN

ACEH TIMUR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

Disusun Oleh :

MUTIA SARI 8146181020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Mutia Sari, NIM. 8146181020. Pengaruh Metode Bermain Balok Dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak TK B Kuta Binjei Kabupaten Aceh Timur, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan. 2016.

Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan metode bermain balok cruissenair dan kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur, (2) untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar tinggi dan kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar rendah (3) untuk mengetahui interaksi antara metode pembelajaran dengan minat belajar terhadap kemampuan berhitung.

Populasi penelitian ini adalah anak TK B TK Permata Bunda dan TK Bungong Jeumpa sebanyak 8 kelas dengan jumlah 160 anak. Sampel diambil secara random sampling dan diambilah dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol. Instrumen penelitian adalah tes unjuk kerja menggunakan instrumen lembar kerja. Data minat belajar menggunakan angket untuk menentukan anak yang memiliki minat belajar tinggi dan rendah. Teknik analisis data adalah Anava dua jalur pada taraf signifikansi α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasil penelitian adalah: (1) rata-rata kemampuan berhitung anak yang diajar dengan metode bermain balok cruissenair X = 12,8 , rata-rata kemampuan berhitung anak yang diajar dengan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur X = 10,60 dengan Fhitung = 1,124 > Ftabel = 1,704 (2) rata-rata

kemampuan berhitung anak dengan minat belajar tinggi X = 12,80 dan kemampuan berhitung dengan minat belajar rendah X = 10,59 dengan Fhitung =

1,637 > Ftabel = 1,744 (3) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan minat

belajar dalam mempengaruhi kemampuan berhitung dengan Fhitung = 4,170 > Ftabel

= 3,97.

Dari hasil analisis dapat dikemukakan bahwa metode pembelajaran yang baik untuk anak yang memiliki minat belajar tinggi dan dapat membantu mengembangkan kemampuan berhitung adalah dengan metode bermain balok cruissenair sedangkan anak yang memiliki minat belajar rendah pembelajaran yang baik adalah pembelajaran langsung mengunakan balok tidak terstruktur. Implikasi dari penelitian ini secara khusus ditunjukkan kepada guru yaitu dalam penerapan pembelajaran dan memperhatikan karakteristik siswa khususnya minat belajar.

(6)

ii ABSTRACT

Mutia Sari, NIM. 8146181020. The effect of playing blocks method and students interest to students numeracy skill in kindergartner B Kuta Binjei Kabupaten Aceh Timur, Program PascaSarjana, Universitas Negeri Medan. 2016.

The prpose of this research was : (1) to know students numeracy skill taught by using playing cruissenair blocks method and students numeracy skill taught by using direct learning with unstructured blocks, (2) to know students numeracy skill that have high students interest and students numeracy skill that have low students interest, (3) to know interaction between learning method and students interest to numeracy skill.

Population of this research was TK B children, TK Permata Bunda and TK Bungong Jeumpa as many as 8 class with 160 children. The sample was taken by using simple random sampling and the researcher took two experimental classes and two control classes. Instrument of this research was test performance by using worksheet instrument. Data learning interest by using questionnaires to determine their high and low interest in learning. Data analysis technique was Anava two lanes with significance α = 0,05 and continued by using Scheffe test.

The research result was : (1) the average of students numeracy skill taught by using playing cruissenair blocks method X = 12,8 and the average of students numeracy skill taught by using direct learning with unstructured blocks X = 10,60 with Fcount = 1,124> Ftable = 1,704 (2) the average of students numeracy

skill with high students interest X = 12,80 and students numeracy skill with low students interest X= 10,59 with Fcount = 1,637> Ftable = 1,744 (3) there was

interaction between learning method and students interest in influencing numeracy skill with Fcount = 4,170> Ftable = 3,97.

From the data analysis showed that the appropriate learning method to children who have high interest in learning and helped to increase numeracy skill by using playing cruissenair blocks method, otherwise direct learning method by using unstructured block is appropriate learning method to children who have low interest in learning. The implication of this research specially aimed to subject teacher implementation and focus on students characteristic especially students interest.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dan

karunia-Nya yang telah memberkan kesehatan dan kenikmatan ilmu pengetahuan kepad

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Bermain Balok Dan Minat Belajar Terhadap Kemampuan Berhitung Anak TK B Kuta Binjei Kebupaten Aceh Timur

Tesis ini dapat diselesaikan dengan segala bantuan, dorongan serta

bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan ribuan

terima kasih kepada :

1. Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.pd

2. Ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.pd selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak Dr.

Yasarotodo Wau, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II.

3. Narasumber Bapak Dr. Hidayat, M.si, Bapak Prof. Dr. Yusnadi, M.S, dan

Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si yang telah memberikan kritikan dan

masukan untuk memperbaiki tesis ini.

4. Ketua prodi Pendidikan Dasar ibu Prof. Dr. Anita Yus, M.pd dan Sekretaris

Prodi Pendidikan Dasar ibu Dr. Daulat Saragi, M.Hum serta staf yang telah

membantu penulis dalam menyiapkan kelengkapan dan bantuan selama

mengikuti perkuliah dan tesis ini.

5. Pihak sekolah TK Permata Bunda dan TK Bungong Jempa yang telah

memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian ini, dan juga

guru-guru sekolah yang turut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Dasar dan rekan-rekan

mahasiswa seangkatan penulis khususanya kelas A2 Program Studi

Pendidikan Dasar.

7. Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada

inspirator sekaligus motivator utama ibunda Yusnidar dan ayahanda

(almarhum) Ramli yang telah mendidik, memberi dukungan dan mendoakan

penulis.

8. Sahabat penulis Mutia, Syajaratuddur, Yessi Jurnala, Mega Multina, Dwi

(8)

iv

Rahmah, Sara Maulina dan Nurul Hikmah yang ikut membantu dalam

menyelesaikan tesis ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan

sekarang dan masa yang akan datang, selain itu penulis juga berharap semoga

tesis ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca tesis ini.

Penulis

Medan, Juni, 2016

(9)

v

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTIAL DAN HIPOTESIS ... 15

A. Kajian Teoritis ... 15

1. Berhitung Matematika Anak Usia Dini ... 15

a. Prinsip Matematika ... 18

2. Kemampuan Berhitung ... 20

a. Pengertian Kemampuan ... 20

b. Pengertian Berhitung ... 21

c. Prinsip-prinsip Berhitung ... 24

d. Tahap-tahap Penguasaan Berhitung ... 25

e. Tujuan Berhitung ... 26

f. Tahap Berhitung Anak Usia Dini ... 28

g. Pengenalan Berhitung Anak Usia Dini ... 29

3. Metode Bermain ... 30

a. Manfaat Bermain ... 34

b. Pijakan Bermain Anak Usia Dini ... 36

(10)

vi

5. Media Balok ... 42

a. Balok Cruissenair ... 44

b. Balok Tidak Terstruktur ... 50

6. Minat Belajar ... 51

B. Landasan Teori ... 60

C. Penelitian Relevan ... 64

D. Kerangka Konseptual ... 65

E. Hipotesis ... 69

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 70

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 70

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 70

1. Populasi Penelitian ... 70

2. Sampel Penelitian ... 71

C. Desain Penelitian ... 72

D. Variabel Penelitian ... 74

E. Definisi Operasional ... 75

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 76

1. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berhitung ... 76

2. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar ... 77

3. Pelaksanaa Penelitian... 77

G. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Coba Instrumen ... 78

1. Teknik Pengumpulan Data ... 78

2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 79

a. Validitas ... 79

b. Reliabilitas ... 81

H. Teknik Analisis Data ... 82

1. Uji Normalitas ... 83

2. Uji Homogenitas ... 83

3. Uji Hipotesis Statistik ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Hasil Penelitian ... 85

(11)

vii

C. Pengujian Persyaratan Analisis ... 97

1. Uji Normalitas ... 97

2. Uji Homogenitas ... 100

D. Pengujian Hipotesis ... 102

E. Uji Scheffe ... 105

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 108

G. Keterbatasan Penelitian... 117

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 119

A. Simpulan ... 119

B. Implikasi ... 120

C. Saran ... 122

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Bermain Balok

Cruissenair ... 128

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Pembelajaran Langsung Menggunakan Balok Tidak Terstruktur ... 136

Lampiran 3 Instrument Tes Kemampuan Berhitung ... 144

Lampiran 4 Lembar Penilaian Observasi Minat Belajar ... 149

Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Berhitung 150 Lampiran 6 Perhitungan Statistik Dasar dan Distribusi Frekuensi ... 154

Lampiran 7 Uji Normalitas ... 168

Lampiran 8 Uji Homogenitas ... 177

Lampiran 9 Uji Hipotesis ... 179

Lampiran 10 Uji Scheffe ... 182

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia.

Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses pembelajaran ilmu

pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang diturunkan dari satu generasi ke

generasi dengan melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan sering terjadi di

bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap

pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau

tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap

seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan

tinggi.

Pendidikan merupakan ikhtiar untuk mengeksplorasikan talenta atau bakat

dan potensi yang dimiliki peserta didik, sekaligus dapat diibaratkan bahwa

pendidikan itu sebagai alat reproduksi sosial. Dunia pendidikan adalah dunia yang

amat kompleks, menantang dan mulia. Kompleks, karena spektrumnya sangat

luas. Menantang, karena menentukan masa depan bangsa, dan mulia karena

memanusiakan manusia.

Secara filosofi hakikat pendidikan adalah optimalisasi seluruh potensi

(kecerdasan manusia). Menurut Suyadi (2014) seluruh potensi manusia berpusat

pada otak dan secara psikologis pendidikan adalah optimalisasi seluruh potensi

(14)

2

menjadi hasil yang maksimal dan meyakinkan kecerdasan anak, dan hal ini terjadi

apabila dikembangkan apabila menggunakan langkah-langkah yang benar.

Anak usia dini (AUD) adalah kelompok anak yang berada pada masa

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Pada masa ini

pula merupakan masa keemasan atau golden age bagi anak. Taman Kanak –

kanak bagi anak usia dini adalah sebagai tempat untuk mengembangkan

keterampilan anak, karena pada dasarnya anak sudah mempunyai kemampuan

sejak lahir yang berbeda-beda, oleh karena itu, perlu dikembangkan. Pendidikan

anak usia dini sendiri adalah suatu upaya yang di tujukan pada anak usia sejak

lahir sampai dengan umur enam tahun yang di lakukan dengan memberikan

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar peserta didik memiliki persiapan dalam melanjutkan pendidikan

selanjutnya (UU No. 20 Tahun 2003). Pendidikan Anak Usia Dini adalah

pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia prasekolah dengan tujuan agar

anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga mereka dapat

berkembang secara wajar sebagai anak. Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini

adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial, dan

emosional sesuai dengan tingkat usianya. Menurut Masitoh (2005) pendidikan di

Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini

yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak

serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan jembatan antara lingkungan

keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu sekolah dasar dan lingkungan

(15)

3

Masa kanak-kanak merupakan suatu periode pada saat individu mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Banyak ahli menyebut periode ini sebagai

golden age (masa emas) dalam kehidupan seseorang. Pada masa ini, semua aspek

kecerdasan anak dapat dikembangkan dengan baik dan dapat dengan mudah

menerima apa yang disampaikan orang lain. Pada masa ini pula terjadi

perkembangan fisik yang sangat pesat. Mengingat betapa pentingnya periode

kanak-kanak bagi seseorang inilah, stimulasi yang tepat sangat diperlukan

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap usia

dan perkembangannya, salah satunya adalah potensi dibidang perkembangan

kognitif. Perkembangan kognitif anak pada rentang usia 3-4 sampai 5-6 tahun,

masuk dalam perkembangan berpikir praoperasional konkret pada saat ini sifat

egosentris pada anak semakin nyata. Anak mulai memiliki perspektif yang

berbeda dengan orang lain yang berada di sekitarnya. Menurut Pieget (dalam

Sudarna. 2014) perkembangan kognitif dibagi dalam empat fase yaitu: 1).

sensorimotor (usia 0-2 tahun) tahap sensorimotor lebih di tandai dengan aktivitas

sensori (melihat, meraba, merasa, mencium dan mendengar). 2). Fase

Praoprasional (usia 2-7 tahun) anak mulai menyadari bahwa pemahaman tidak

hanya melalui kegiatan sensorimotor tetapi juga bisa melalui kegiatan bersifat

simbolis. 3). Fase Operasional konkret (usia 7-12 tahun) kemampuan anak untuk

berfikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi

sumber berfikir logis tersebut hadir secara kongkrit. 4). Fase Operasi Formal (12

tahun- dewasa) ditandai dengan perpindahan dari cara berfikir konkret ke cara

(16)

4

Oleh karena itu perkembangan berhitung pada anak usia dini berada pada

masa pra operasional (2-7 tahun) pada fase ini akan menjadi permulaan untuk

membangun pengetahuan dan kemampuan potensi untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Menurut Novan (2014) perkembangan kognitif pada anak

usia dini dapat diartikan sebagai perubahan psikis yang berpengaruh terhadap

kemampuan berfikir anak usia dini. Dengan kemampuan berfikirnya anak dapat

mengeksplorasikan dirinya sendiri dan hal-hal yang berada disekitarnya sehingga

mereka memperoleh pengetahuan. Kemampuan kognitif anak berkembang secara

bertahap dan berada di pusat saraf. Kemampuan kognitif ini sangat berperan

dalam membantu anak dalam memecahkan segalah permasalahannya. Salah satu

bagian dari perkembangan kognitif yaitu kemampuan berhitung.

Taman Kanak-kanak yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak

usia 4–6 tahun merupakan jalur Pendidikan Anak Usia Dini yang berbentuk jalur

pendidikan formal. Di Taman Kanak-kanak, anak mengembangkan berbagai

aspek perkembangan seperti pembiasaan yang meliputi moral, nilai-nilai agama,

sosial, emosional dan kemandirian. Anita Yus (2011) mengatakan Anak juga

mengembangkan berbagai aspek perkembangan kemampuan dasar yang meliputi

bahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni. Salah satu bidang pengembangan

kemampuan dasar di TK yaitu bidang perkembangan kognitif. Lingkup

perkembangan kognitif diperloleh salah satunya melalui kegiatan pembelajaran

matematika seperti berhitung, seriasi, pengukuran, klasifikasi, bentuk geometri,

pola, ruang, grafik, mencocokan, dan waktu.

National Council of Teacher of Mathematics (Seefeldt & Wasik, 2008)

(17)

5

pemahaman akan angka. Ketika kepekaan anak-anak terhadap angka berkembang,

mereka menjadi semakin tertarik pada hitung-menghitung. Menghitung ini

menjadi landasan bagi kegiatan anak-anak dengan angka. Ketertarikan anak

terhadap berhitung merupakan dasar bagi anak untuk mengembangkan

kemampuannya dalam kegiatan yang diperlukan dalam pendidikan selanjutnya di

Sekolah Dasar.

Menurut Ahmad Susanto (2012) kemampuan berhitung ialah kemampuan

yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuannya, karakteristik

perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sesuai

dengan kemampuan anak dapat meningkat ke tahapan pengertian mengenal

jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.

Kemampuan yang berhubungan dengan berhitung atau konsep berhitung

permulaan seperti mengenal angka (lambang bilangan), menyebutkan urutan

bilangan, menghitung benda, mengenal himpunan sederhana dengan nilai yang

berbeda, penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan

menggunakan konsep ke abstrak, menghubungkan lambang bilangan dan konsep

bilangan dan menciptakan bentuk benda sesuai dengan konsep bilangan.

(Kemdiknas. 2010). Kegiatan berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai

kegiatan menyebutkan urutan bilangan atau membilang buta (route

counting/rational counting). Sriningsih (2008) menyebutkan anak menyebutkan

urutan bilangan tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkrit. Pada usia 4

tahun mereka dapat menyebutkan urutan bilangan sampai sepuluh. Sedangkan

(18)

6

Berhitung di Taman kanak- Kanak diharapkan tidak hanya berkaitan

dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan

emosional. Pembelajaran berhitung di TK hanya diajarkan berhitung awal yaitu

penambahan dan pengurangan 1-15, membilang dengan benda-benda 1 – 15,

menyebutkan urutan bilangan 1 – 15, memasangkan lambang bilangan dengan

benda 1 – 15, meniru lambang bilangan dengan benda 1 – 15, mampu

membedakan 2 kumpulan benda sama jumlahnya, tidak sama jumlahnya, banyak

dan sedikit jumlahnya. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, berhitung di taman

Kanak-Kanak dilakukan secara menarik dan bervariasi. Mengingat pentingnya

kemampuan berhitung maka berhitung dapat diberikan melalui berbagai macam

cara. Guru juga dapat memilih berbagai macam model, metode dan media dalam

pembelajaran yang sesuai untuk tujuan pembelajaran berhitung

Menurut Slamet Suyanto (2005) Berhitung amat penting dalam kehidupan.

Pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka, dan operasi bilangan matematis.

Secara bertahap sesuai perkembangan mentalnya anak belajar membilang,

mengenal angka, dan berhitung. Anak belajar menghubungkan objek nyata

dengan simbol-simbol matematis. Sebagai contoh, sebuah jeruk diberi simbol

dengan angka - 1 dan dua buah jeruk diberi simbol dengan angka -2.

Aspek perkembangan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah

kemampuan berhitung. berhitung adalah bagian dari matematika yang diperlukan

untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi

kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan dan lambang bilangan yang

(19)

7

Berdasarkan pengamatan awal yang peneliti temukan dilapangan, pada TK

permata bunda dan TK Bungong Jeumpa ditemukan bahwa kemampuan

berhitung cenderung mengalami kebosanan tepatnya dalam proses pembelajaran,

terlihat anak kurang memahami konsep sederhana dalam kehidupan sehari hari

terutama dalam berhitung, anak kurang mampu menghubungkan antara konsep

bilangan dengan lambang bilangan, mengurutkan dan memasangkan jumlah

benda dengan angka, sehingga indikator yang diharapkan belum tercapai. Hal ini

disebabkan karena guru lebih sering menuntut anak berhitung secara hafalan,

tetapi mengabaikan kemampuan anak dalam mengenal lambang dan konsep

bilangan, media yang digunakan masih sederhana belum adanya pengembangan,

guru juga menampilkan pembelajaran terlihat monoton. Pada TK permata bunda

dan TK Bungong Jeumpa, dalam pembelajaran berhitung juga hanya memakai

buku berhitung sebagai sumber belajar sehingga perkembangan berhitung pada

anak masih rendah dan belum meningkat.

Berdasarkan hasil observasi melalui pengumpulan nilai harian/ ulangan

TK Permata Bunda dan TK Bungong Jeumpa yang berupa hasil analisis data

kegiatan pembelajaran dalam perkembangan berhitung anak yang rendah 52,25%,

pada semester I (ganjil) tahun pelajaran 2014/2015). Sehingga perkembangan

anak masih tergolong sangat rendah yaitu dari 80 orang anak 40 orang diantaranya

mendapat nilai bintang satu (*) yang termasuk dalam daftar belum berkembang,

hal ini terlihat ketika melaksanakan pembelajaran kegiatan berhitung anak masih

diam artinya anak tidak mampu menyebutkan atau mengenal bilangan yang

ditunjukkan. Kemudian 25 orang mendapat nilai bintang dua (**) yang termasuk

(20)

8

mengenal 1-5 macam angka saja dan itu masih dalam proses bimbingan guru, dan

15 orang lainnya mendapat nilai bintang tiga (***) artinya anak sudah mampu

mengenal bilangan, akan tetapi belum ada yang mendapat nilai bintang empat

(****) yang termasuk kategori anak mampu mengenal bilangan dengan sangat

baik.

Dari data yang telah tertera di atas maka dapat di simpulkan bahwa

kemampuan berhitung perlu ditingkatkan. Pada masalah di atas maka perlu solusi

yang bisa mengatasi beberapa masalah tersebut salah satunya adalah salah satu

metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada anak terutama dalam

berhitung. Metode bermain balok cruissenair yang diharapkan dapat memberi

pengalaman bermakna dan mengembangkan kemampuan anak dalam

meningkatkan kemampuan berhitung. Berhitung bagi sebagian anak merupakan

sesuatu yang sangat sulit, bahkan menakutkan. Di sisi lain, dunia anak adalah

dunia bermain. Menurut Martiana (2014) Critical point yang dianjurkan para

pakar pendidikan untuk melejitkan kecerdasan logis-matematis adalah menjadikan

anak mencintai matematika, mencintai matematika bagi anak-anak dengan

pendekatan permainan matematika. Metode bermain ini sangat cocok digunakan

dalam proses belajar mengajar TK. Sebab Sudah tidak dapat dihindari dan

dipungkiri lagi bahwa setiap anak kecil pastinya sangat menyukai sebuah

permainan, baik permainan yang sederhana sampai permainan yang mengandung

sebuah tantangan. Jika metode bermain ini selalu diterapkan maka selain akan

disukai oleh para anak-anak kecil, pada dasarnya metode ini akan banyak

membawa manfaat bagi perkembangan anak, bermain mampu mengaktifkan otak

(21)

9

membentuk struktur syaraf, serta mengembangkan pilar-pilar syaraf pemahaman

yang berguna untuk masa datang. Berkaitan dengan itu pula otak yang aktif

adalah kondisi yang sangat baik untuk menerima pelajaran.

Pada metode bermain balok cruissenair melalui bermain dengan

menggunakan media balok cruissenair guru bisa mengamati sejauh mana anak

tertarik pada pembelajaran berhitung.

Balok cruissenair adalah suatu benda yang dibatasi oleh sepuluh buah

persegi panjang yang masing-masing bidangnya disebut bidang sisi atau sisi

balok. Pasangan sisi yang saling berhadapan selalu sama dan sebangun

(kongruen). Balok cruissenair sering disebut siku-siku, kotak, atau kuboid.

Seperti pada kubus, bidang-bidang sisi balok cruissenair juga diberi nama bidang

alas, bidang atas, dan bidang-bidang sisi tegak. Pada balok cruissenair terdapat

tiga kelompok rusuk, dan tiap kelompok terdiri dari empat rusuk yang sejajar dan

sama panjang. Ukuran-ukuran tiga buah rusuk (masing-masing mewakili

kelompok-kelompok rusuk tersebut) yang bertemu di satu titik, biasa disebut

sebagai panjang, lebar, dan tinggi balok cruissenair. Jadi, ukuran balok

cruissenair ditentukan oleh ketiga rusuk ini. Balok cruissenair bangun ruang tiga

dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan

paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda. Balok cruissenair

memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut. Balok cruissenair adalah suatu bangun

ruang yang dibatasi oleh 6 persegi panjang, di mana setiap sisi persegi panjang

berimpit dengan tepat satu sisi. Balok cruissenair adalah media visual dapat

menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran dan dapat menghubungan antara

(22)

10

TK belajar dari hal yang konkret. Balok cruissenair dapat digunakan sebagai

media dalam berbagai kegiatan pembelajaran di TK, termasuk berhitung. Media

ini dapat dimodifikasi ukuran dan warnanya sesuai dengan kreativitas guru. Balok

cruissenair merupakan media yang baru bagi anak. Balok cruissenair diharapkan

dapat membuat anak semakin tertarik untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran

berhitung. Balok cruissenair yang dicat berwarna-warni mempunyai daya tarik

tersendiri bagi anak. Selain itu, balok juga dapat disentuh dan dimainkan oleh

anak, sehingga anak-anak semakin berminat untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran. Kegiatan yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik

tersebut diharapkan dapat menambah minat anak untuk mengembangkan

pengetahuanya serta mendorong anak untuk lebih mengeksplorasi diri

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berhitung adalah minat

belajar. Kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian siswa

dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri

seseorang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat

seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat

seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh

minat terhadap terhadap berhitung, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih

banyak tentang berhitung. Usman (2008) mengatakan pada hakikatnya setiap anak

berminat terhadap belajar, dan guru sendiri hendaknya berusaha membangkitkan

minat terhadap belajar. Kurangnya minat belajar pada TK Permata Bunda dan

Bungong Jeumpa karena pembelajaran yang dilaksanakan dikelas adalah secara

konvensional, kurangnya metode dan media dan itu salah satu penyebab

(23)

11

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak. Minat

yang kuat akan menimbulkan usaha yang kuat, yakin, serius dan tidak mudah

putus asa dalam menghadapi tantangan pembelajaran dalam kelas. Jika seorang

anak memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.

Penggunaan metode bermain balok cruissenair dalam pembelajaran yang

tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang

menyenangkan dan memungkinkan anak belajar lebih aktif sehingga anak meraih

hasil belajar yang optimal. Namun kenyataan di lapangan belum dapat

mewujudkan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran berhitung tingkat TK.

Bila proses pembelajaran dengan menggunakan secara umum tidak hanya

menimbulkan rendahnya kemampuan berhitung anak. Hal ini disebabkan karena

pembelajaran berhitung ini guru tidak memilih metode dan media pembelajaran

untuk memeriksa kembali terhadap hasil yang dikerjakan, guru hanya

memberikan tugas rumah untuk anak, kemudian guru memeriksa tugas sesuai

dengan prosedur yang biasa diberikan.

Metode dan media yang digunakan di lapangan/ sekolah juga belum

bervariasi,menggunakan pembelajaran langsung yaitu pembelajaran yang berpusat

pada guru masih penggunaan bermain balok pada TK tidak terlalu sering

digunakan dalam pembelajaran dan balok yang digunakan pada TK tersebut

seperti balok tidak terstruktur akan tetapi karena keterbatasan media balok

tersebut sangat terbatas pada TK tersebut sehingga tidak berkembangnya

kemampuan berhitung anak, metode yang sering digunakan pada saat

pembelajaran berhitung adalah bernyayi jikalau pun ada tanya jawab, maka

(24)

12

berhitung. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah dengan kegiatan

pembelajaran menggunakan metode bermain balok. Berdasarkan permasalahan di

atas, dapat disimpulkan bahwa maka salah satu metode dan media yang cocok

untuk pengaruh kemampuan berhitung dengan menggunakan metode bermain

balok cruissenair. Dari beberapa metode dan media pembelajaran yang ada,

banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam mempengarui

kemampuan berhitung pada anak, tetapi dalam penelitian ini model dibatasi hanya

pada pembelajaran dengan menggunakan metode bermain balok cruissenaire pada

kelas eksperimen dan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak

terstruktur di kelas kontrol.

Agar efektif peneparan proses pembelajaran menggunakan metode bermain

balok cruissenairepada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung menggunakan

balok tidak terstruktur pada kelas kontroldiperlukan perencanaan yang matang dan

teliti, termasuk mengorganisasi peserta didik, materi, media, alat serta bahan

sumber belajar yang lebih baik. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh metode

bermain balok dan minat belajar terhadap kemampuan berhitung anak TK

kelompok B Kuta Binjei Kabupaten Aceh Timur”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka terdapat

beberapa masalah yang berkaitan hasil belajar berhitung sebagai berikut :

1. Kemampuan berhitung anak rendah

2. Sumber belajar hanya menggunakan buku teks

(25)

13

4. Kurangnya menggunakan media pembelajaran pada saat pembelajaran

5. Kurangnya minat belajar anak pada pembelajaran berhitung

6. Belum pernah menggunakan membelajaran dengan menggunakan

metode bermain balok cruissenair

C. Batasan Masalah

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi minat dan rendahnya

kemampuan berhitung anak dalam pembelajaran TK, namun dalam penelitian ini

faktor tersebut dibatasi hanya pada faktor metode pembelajaran, khususnya

metode bermain balok cruissenair, dengan pertimbangan bahwa rendahnya

kemampuan berhitung dan rendahnya minat anak dalam pembelajaran berhitung,

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut adalah :

1. Apakah kemampuan berhitung anak yang menggunakan metode bermain

balok cruissenaire lebih tinggi dari pada yang diajar menggunakan

pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur?

2. Apakah kemampuan berhitung anak yang memiliki minat tinggi lebih tinggi

daripada anak yang memiliki minat rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan minat belajar

terhadap kemampuan berhitung ?

E.Tujuan Penelitian

(26)

14

1. Untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang menggunakan metode

bermain balok cruissenaire dan yang diajar dengan pembelajaran langsung

menggunakan balok tidak terstuktur

2. Untuk mengetahui kemampuan berhitung anak yang memiliki minat belajar

tinggi dan anak yang memiliki minat belajar rendah

3. Untuk mengetahui intraksi antara metode dan minat belajar terhadap

kemampuan berhitung anak

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan

dalam memperkaya konsep dan teori dalam proses pembelajaran, dapat

dijadikan sebagai bahan masukan bagi para guru dalam mengajar anak usia

dini dalam menggunakan media agar anak- anak lebih kreatif dalam

berhitung.

2. Memberikan inspirasi kepada bagi guru dan mahasiswa untuk menambah

wawasan dalam meningkatkan aktivitas belajar guna mengejar prestasi dalam

mewujudkan perkembangan berhitung anak.

3. Memberikan bahan masukan bagi para guru dan pembaca untuk menambah

wawasan terutama dalam hal yang berhubungan dengan keberadaan dan

peran guru dalam mengembangkan berhitung anak agar guru selalu bisa

mengintropeksi diri terhadap tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

4. Memberikan bahan masukan kepada kepala sekolah agar membina para guru,

(27)

119 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengolahan, analasis dan pembahasan hasil penelitian yang

dikemukakan sebelumnya, dapat dikemukakan kesimpulan hasil penelitian ini,

sebagai berikut:

1. Kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan menggunakan metode

bermain balok cruissenair lebih tinggi dari kemampuan berhitung anak yang

diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung menggunakan balok

tidak terstruktur. Hasil dari ANAVA menunjukkan bahwa nilai Fhitung =

15,012 > Ftabel = 3,967, dengan taraf signifikan 0,05

2. Kemampuan berhitung anak yang memiliki minat tinggi lebih tinggi daripada

kemampuan berhitung anak yang memiliki minat rendah. Hasil dari ANAVA

menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 19,307 > Ftabel = 3,967, dengan taraf

signifikan 0,05

3. Terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan minat dalam

mempengaruhi kemampuan berhitung anak. Anak yang memiliki minat tinggi

memperoleh kemampuan berhitung anak lebih tinggi jika diajarkan dengan

metode bermain balok cruissenair dari pada pembelajaran langsung

menggunakan balok tidak terstruktur, sedangkan anak yang memiliki minat

rendah lebih tinggi kemampuan berhitung jika diajarkan dengan pembelajaran

langsung menggunakan balok tidak terstruktur dari pada yang diajarkan

dengan metode bermain balok cruissenair. Hasil dari ANAVA menunjukkan

(28)

120

B. Implikasi

1. Pengaruh Metode Bermain Balok Cruissenair Terhadap Kemampuan

Berhitung Anak

Berdasarkan simpulan pertama dari hasil penelitian ini yang menyatakan

bahwa kemampuan berhitung anak yang diajarkan dengan metode bermain balok

cruissenair lebih tinggi daripada kemampuan berhitung anak yang diajarkan

dengan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak terstruktur, hasil

temuan ini dijadikan pertimbangan bagi guru-guru pada taman kanak-kanak

untuk menggunakan metode bermain balok cruissenair khususnya pada pelajaran

berhitung. Oleh karena itu temuan penelitian ini perlu dipertimbangkan dan

disosialisasikan kepada seluruh TK yang ada di Kuta Binje Aceh Timur maupun

para guru yang mengajar pada taman kanak-kanak.

Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan bermain balok cruissenair anak

dilatih untuk dapat mengembangkan keterampilannya dalam berhitung. Ketika

dihadapkan dengan suatu pernyataan, anak dapat melakukan keterampilan

berhitung untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan

cara menghafal tanpa dipikir melainkan memahami pada pembelajaran berhitung

dengan proses berfikir kreatif.

Melalui bermain balok cruissenair, (1) anak dapat mengkonstruk

pengetahuannya sendiri dengan cara bermain balok cruissenair dengan teman

sekelompoknya dalam upaya menyelesaikan tugas yang berikan oleh guru, (2)

guru harus dapat memperhatikan situasi dan kondisi tempat pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dan guru harus dapat mengkondisikan anak dan memfasilitasi serta

(29)

121

anak untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang dimilikinya dan mimiliki minat

belajar.

Hasil penelitian ini juga bisa menjadi pertimbangan bagi guru untuk

memilih metode bermain balok cruissenair dalam pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan berhitung. Peran aktif guru dalam pemilihan metode

pembelajaran tentunya sangat dibutuhkan, karena dengan kecermatan dan

kesesuaian karakteristik mata pelajaran dan karakteristik anak dalam belajar

menjadi salah satu faktor dalam melakukan pemilihan metode pembelajaran.

2. Pengaruh Minat Terhadap Kemampuan Berhitung Anak

Hasil simpulan berikutnya menunjukkan bahwa anak yang memiliki minat

tinggi memperoleh kemampuan berhitung lebih tinggi apabila dibelajarkan

dengan menggunakan bermain balok cruissenair. Demikian juga kemampuan

berhitung anak yang memiliki minat rendah akan lebih tinggi apabila dibelajarkan

dengan menggunakan pembelajaran langsung menggunakan balok tidak

terstruktur. Penggunaan motode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

anak maka kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna, sehingga pembelajaran

akan lebih efektif, efesien dan memiliki daya tarik. Namun perlu diperhatikan

bahwa tidak ada satu metode pembelajaran yang paling sesuai untuk setiap

karakteristik anak maupun karakteristik pembelajaran. Tetapi hasil penelitian ini

bisa menjadi masukan bagi guru, pelajaran berhitung untuk memilih metode

(30)

122

3. Interaksi Antara Metode Bermain Balok Cruissenair dan Minat Belajar

Terhadap Kemampuan Berhitung

Dari hasil penelitian ini terdapat interksi antara pembelajaran dengan

minat belajar dalam perolehan kemampuan berhitung di TK yang ada di Kuta

Binjei Aceh Timur, hal ini dapat digambarkan bahwa antara pembelajaran ada

keterkaitan antara pembelajaran yang digunakan dengan tingkatan minat belajar

anak. Penggunaan pembelajaran dengan media balok ini yang dapat

memaksimalkan kemampuan berhitung anak, baik anak yang memiliki minat

tinggi maupun anak yang memiliki minat rendah, hal ini sangat membantu dalam

tercapainya tujuan belajar. Guru bukan saja memperhatikan pembelajaran sebagai

hal yang tepat dalam mencapai tujuan belajar berhitung, namun guru juga harus

memperhatikan minat belajar anak dan menumbuhkan minat belajar pada anak

sebagai faktor yang mempengaruhi anak dalam meningkatkan kemampuan

berhitung anak di TK.

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan di

atas, maka disarankan kepada: hal sebagai berikut:

1. Guru

Dalam upaya peningkatan kemampuan berhitung anak, maka guru yang

mengasuh pelajaran disarankan agar menggunakan metode pembelajaran yang

tepat dalam menyajikan materi pembelajaran. Disarankan kepada guru, dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain balok

cruissenair hendaknya soal yang diberikan harus dapat memunculkan jawaban

(31)

123

dan tepat. Guru hendaknya lebih melihat penelitian-penelitian yang telah

dikembangkan oleh para-para peneliti dan juga dapat diakses melalui web yang

disediakan.

Bagi pihak sekolah hendaknya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini

untuk memberikan pelatihan atau pembekalan kepada guru dalam upaya

meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menggunakan metode bermain

balok cruissenair dan memfasilitasi permainan balok dengan lengkap sehingga

anak dapat bermain balok dengan baik untuk meningkatkan kemampuan

berhitung.

2. Peneliti Lain

Bagi peneliti yang ingin meneliti metode bermain balok cruissenair agar

memperoleh hasil yang baik dan berguna bagi guru maupun anak TK. Disarankan

pada peneliti yang hendak melakukan penelitian yang sejenis agar lebih

memperhatikan alokasi waktu penelitian. Sebaiknya frekuensi pertemuan

diperbanyak agar bisa memberikan hasil yang lebih baik.

3. Dunia pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat memperkaya konsep dan teori dalam proses

pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para guru dalam

mengajar anak usia dini dalam menggunakan media agar anak- anak lebih kreatif

(32)

124

DAFTAR PUSTAKA

Ali Muhammad. 2004. Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru

Arikunto Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta

Arends, R.I. 2001. Learning to teach. New York: Grow Hill Companies, Inc

Arsyad Azhar, dkk.. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Bird, J. 2002. Matematika Dasar Teori dan Aplikasi. (Alih bahasa: Refina Indriasari). Jakarta: Erlangga.

Brede Kamp. 1987. Developmentally Appropriate Practice in Early Chilhood Program Serving Children From Birth Throgh Age 8. Washington Dc: NAEYC

Claudia Elliason dan Loa Jeankins. 2012. A Practical Guide To Early Childhood Curriculum. Amerika: Pearson

Dewi Ni Made Oktiana, I Nyoman Wirya, Nice Maylani Asril. 2014.

Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media Balok Cruissenare Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitif . Jurnal (online) vol. Vol. 2 No.1 (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPAUD/article/view/2982). Diakses 15 November 2015

Dhieni Nurbiana, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Eliyawati Cucu. 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Fadlillah Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoritik dan Praktik. Jogjakarta: Ar-ruzz Media

Fadlillah Muhammad, dkk. 2014. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan Pembelajaran Menari, Kreatif, dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup

(33)

125

Fauzi Ahmad ,2004. Psikologi Umum. Bandung: CV. Pustaka Setia cetakan

Hurlock.Elizabeth .B. 1999.Perkembangan Anak Jilid 2. Alih Bahasa: Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga.

Kardi, S. dan Nur M. 1996. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya University Press

Latif Mukhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Martiana Lusi Dwi. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Melalui Metode Bermain Dengan Media Ular Tangga Pada Anak (Online). Vol. 2. No. 2 (www.e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/.../311) Diakses 15 November 2015

Masitoh, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran. Universitas Terbuka

Mutiah Diana, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, 2010, Jakarta: Kencana

Mudjito (2007). Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Muliawan Jasa Ungguh. 2009. Manajemen Play Grup dan Taman Kanak-kanak. Yogyakarta: Diva Press

Montolalu B.E.F. dkk. 2010. Bermain dan Permainan anak Modul 1-12. Jakarta: Universitas Terbuka

Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Padlia Anni. 2012. Peningkatan Kemampuan Matematika Anak Melalui Permainan Balok Angka Di Taman Kanak-Kanak Al-Falaah Bandar Pasaman Barat. Jurnal (online) Vol. 1, No. 1

(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/view/1708/1477) Diakses 20 November 2015

Ruseffendi, E, T. 1993. Pendidikan Matematika 3 modul 1-5. Jakarta: Universitas Terbuka

Ruseffendi. 2005. Dasar-dasar Penelitian dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Sani Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

(34)

126

Seefeldt Carol, Barbara A. Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta: PT Indeks

Shamsudin Baharin. 2002. Kamus Matematika Bergambar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indon

Suyanto Slamet. 2005. Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineke Cipta

Smith. (2010). Mathematics In Early Childhood: an Investigation of

Mathematics Skills in Preschool and Kindergarten Students. New York: Alferd. Diakses dari http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc /2013206021/fmt/ai/rep/NPDF?_s=qr%2Fbfsq%2BoFJRYKg%2BFCqf Kf%2FLW0%3D pada tanggal 20 November 2015

Sudono Anggani. 2005. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sumadi Suryabrata. 2002. Psikologi pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Soendari Retno, wismiarti. 2010. Panduan Pendidikan Sentra Untuk PAUD Sentra Persiapan. Jakarta: Pustaka Alfalah

Sriningsih, N. 2008. Pembelajaran Matematika Terpadu Untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.

Sugiono. 2011. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

Sujiono Yuliani Nurani, Eliony Tampiomas, Eriva Syamslatin, & Opih Rofiah Zainal. 2011. Metopde Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka

Susanto Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana

Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Kencana Aksara

(35)

127

Walgito, B. 2002. Pengantar Pskologi Umum. Yogyakarta: Adi

Walle, John A. Van De. (2008). Elementary And Middle School Mathematics Sixth Edition ( Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar Dan Menengah Edisi ke 6). Penerjemah: Dr. Sudono. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Wangi Ratna Mega. 2007. Character Parenting Space. Bandung: Read Publising Hause

Winkel. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia

Wismiarti. 2011. Bermain PPOT Modul IV. Jakarta Timur: Sekolah Al-Falah

Wiyani Novan Ardy. 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media

Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana

Zaman Hernawan , B , A.H. dan Eliyawati, C. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

______Kemdiknas. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik IndonesiaNomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD). Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak melalui permainan, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode bermain peran terhadap kemampuan komunikasi anak TK B Pertiwi Gondang Slamet Ampel Boyolali Tahun

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengembangan metode jarimatika untuk mengembangkan kemampuan berhitung permulaan anak kelompok A TK BA Bina Mandiri

Berdasarkan data lapangan yang ada, kemampuan berhitung anak yang dilihat secara individual diperoleh data penelitian yang memperlihatkan kemampuan berhitung anak

Febria Luxy Indrawati (A520080336), Upaya Peningkatan Kemampuan Berhitung Pada Anak Melalui Metode Bermain Dadu, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung awal anak melalui permainan balok angka pada anak BA ’Aisyiyah Jombor Ceper Kabupaten Klaten

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bermain pencampuran warna dan bermain balok terhadap kemampuan kognitif anak Usia 5 tahun di TK Sejahtera II Namorambe. Penelitian

Oleh karena itu untuk mengetahui apakah belajar melalui bermain dengan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini, maka