• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA RESPON KOREA SELATAN TERHADAP PEMBOMAN PULAU YEONPYEONG OLEH KOREA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA RESPON KOREA SELATAN TERHADAP PEMBOMAN PULAU YEONPYEONG OLEH KOREA UTARA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISA RESPON KOREA SELATAN TERHADAP PEMBOMAN PULAU YEONPYEONG OLEH KOREA UTARA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

Mustikasari

NIM : 08260072

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Mustikasari

NIM : 08260072

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : ANALISA RESPON KOREA SELATAN TERHADAP PEMBOMAN PULAU YEONPYEONG OLEH KOREA UTARA

Disetujui,

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Tonny Dian Effendi, M.Si Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si.

Mengetahui,

Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan Hubungan Internasional

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mustikasari

NIM : 08260072

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : ANALISA RESPON KOREA SELATAN TERHADAP PEMBOMAN PULAU YEONPYEONG OLEH KOREA UTARA

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari: Selasa, 26 Februari 2013

Tempat: Laboratorium Hubungan Internasional UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP- UMM

DR. Wahyudi, M.Si.

Dewan Penguji:

1. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc.Sc ( )

2. Dyah Estu K, M.Si ( )

3. Tonny Dian Effendi, M.Si ( )

(4)

iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Mustikasari

2. NIM : 08260072

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan ilmu Politik

4. Jurusan : Hubungan Internasional

5. Judul Skripsi : ANALISA RESPON KOREA SELATAN

TERHADAP PEMBOMAN PULAU YEONPYEONG OLEH KOREA

UTARA

6. Pembimbing : 1. Tonny Dian Effendi, M.Si

2. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si

7. Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf Pembimbing I Tanggal Paraf Pembimbing II Keterangan

28 November

2011

28 November

2012

Pengajuan

Judul Skripsi

26 Juni 2012 26 Juni 2012

ACC Bab I

25 September

2012

22 November

2012 ACC Bab II

26 November

2012

23 Desember

2012 ACC Bab III

11 Januari

2013

12 Februari

2013 ACC Bab IV

11 Januari

2013

12 Februari

2013

ACC Ujian

(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Mustikasari

Tempat, tanggal lahir : Sorong, 25 Januari 1991

NIM : 08260072

Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

ANALISA RESPON KOREA SELATAN TERHADAP

PEMBOMAN PULAU YEONPYEONG OLEH KOREA UTARA

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya

dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Malang, 14 Maret 2013

Yang menyatakan,

(6)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Konflik yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara merupakan bagian

dari sejarah yang telah banyak dibahas dalam beberapa referensi, kasus lain yang

banyak diangkat mengenai pengembangan Nuklir Korea Utara serta menyangkut

respon negara-negara Asia Timur terhadap pengembangan Nuklir tersebut. Disini

karena ketertarikan peneliti pada konflik kedua negara pada tahun 2010 di pulau

Yeonpyeong. Keputusan untuk membalas lebih kecil serangan dari Korea Utara,

merupakan bagian dari rasionalitas Korea Selatan, serta untuk memperkuat

keputusan rasionalitas tersebut, pilihan untuk mendeterrence Korea Utara dengan

latihan militer gabungan dengan AS merupakan tindakan paling tepat yang dipilih

untuk merespon serangan dari pihak Korea Utara.

Penulis menyadari dalam proses pengerjaan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, sehingga peneliti sangat mengharapkan atas kritik dan masukan, agar

dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sedikit kontribusi, bagi

pengembangan ilmu pengetahuan serta memberi warna dalam

penelitian-penelitian yang telah ada pada jurusan Hubungan Internasional Universitas

Muhammadiyah Malang.

Amienya Rabbal Alamien

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang,14 Maret 2013

Penulis,

(7)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

” Saya selalu percaya ALLAH SWT akan melancarkan jalan hamba-hambanya, ketika ada niat baik yang disertai dengan usaha dan doa untuk

melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan dalam hidupnya.“

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas ridho serta limpahan rahmat kasih sayangnya yang begitu

besar, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

2. Kedua orang tua yang begitu setia memberikan semangat serta dorongan

dengan sabarnya menunggu hingga terselesaikannya skripsi ini: Bapak

tercinta Sahwan Nasarin serta Ibunda tercinta Fatmawati Umar Kamis.

3. Kedua pembimbing saya yang terhormat: Bapak Tonny Dian Effendi, S.Sos.,

M.Si, dan Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos., M.Si., yang dengan sabar

mengarahkan serta membimbing saya untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini,

tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Rosi Febrianti

yang dulu pernah menjadi pembimbing II saya. Saya hanya dapat berdoa

semoga Allah SWT membalas segala kesabaran dan ilmu yang bapak dan ibu

bagikan kepada saya, dengan limpahan rahmat, rezeki dan kasih sayangnya

kepada Bapak daan Ibu.

4. Terima kasih juga tak lupa saya haturkan kepada dosen-dosen Jurusan

Hubungan Internasional, terutama kepada Ibu Ayusia Sabhita Kusuma,

M.Soc.Sc dan Ibu Dyah Estu K, M.Si selaku penguji saya. Terima kasih

(8)

vii

5. Terima kasih banyak saya ucapkan juga untuk Senior saya Dion Maulana

Prasetya, S.IP, (yang sekarang sudah menjadi Dosen di Jurusan Hubungan

Internasional UMM), yang sudah bersedia saya ganggu tiap saya kesusahan

dan membutuhkan tempat bertanya, kemudian Safa Musdalifah, S.IP yang

juga bersedia diganggu ditengah tengah sibuk mengerjakan skripsinya ^_^ ,

kemudian yang terakhir yang tidak terlupakan bantuan yang luar biasa

ditengah kegalauan menyelesaikan TA saya ini, saya ucapkan terima kasih

banyak kepada Bapak Victory Pradhitama, S.Sos, M.Si, (Kepala Lab.HI

Semester Genap 2011/2012, dan mantan Dosen dijurusan HI UMM), serta

banyak lagi yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu.

6. Kakak Laki-laki saya Muhammad Andhan Sahwan yang sekali-kali

menanyakan bagaimana skripsi saya serta terima kasih atas bantuannya untuk

menerjemahkan abstarksi saya. Kakak Perempuan saya Irva Nirmala Sari,

yang setia mengganggu pengerjaan skripsi ini karna kita sama-sama

menyelesaikan tugas ini agar cepat bisa selesai, Selamat untuk Wisudahnya

23 Maret 2013 kampus ITN Malang, kemudian kedua saudara saya Kakak

Indri Hermawati dan Adek saya Tia Saharani, Thank‟s A lot ^_^

7. Xiexie Ni Wǒqīn'ài de (Laode Heru Nofil Iriawan), Wo Ai Ni, Yjīng cúnzài,

dāng wǒbēishāng hé kuàilè, fēicháng gǎnxiè n ^_^

8. Terima Kasih Buanyaaaaak buat teman-teman seangkatan HI 2008 yang

semakin hari semakin mengenal yang tidak pernah kenal dekat sebelumnya

^_^, buat : Ninink, jeje, jesi, Nyak, Blanky, kita start bersama-sama

(9)

viii

akhirnya kalian yang LULUS duluan ^_^ heheheheh selamat ya, buat : Sokip

Mustopa tetap SEMANGAT ya ku tunggu kau untuk wisudah bareng di bulan

Mei 2013. Buat : Gina Monika, Fitri, yang sudah berjuang bersama-sama

ujian di bulan Februari 2013. Buat teman ngumpul di tengah-tengah

gonjang-ganjing perasaan tak menentu (termasuk bimbingan tengah malam)

diakhir-akhir masa perkuliahan dan berbagi semuaaaaaa muaaaaa nyaaaaa Reza

Wirananto (Calon S.IP), Putri Adenin Wirananto (Calon S.IP), Yudit Indra

Calon S.IP), Ferry Fadhli,S.IP, SUKSES dan tetap SEMANGAT. Dan untuk

teman- teman yang lain : wisnu, muksin, dio, faturachman, mba Dian Artha,

Efry, Fadhor, Nurlita Cantik (Calon,S.IP), dll yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu terima kasih banyak untuk suportnya, dan tidak lupa juga buat

mba Ikhrotul Fitriyah,S.IP (laboran Lab.HI) yang setia saya jahilin kalo lagi

suntuk kerja di Lab.HI xiexie ni ^_^ . Special Thank‟s buat temen ku Sokip Mustopa yang udah banyak membantu dalam memberi semangat serta

membantu dalam menerjemahkan abstraksi dadakan untuk ujian xiexie ni

(10)

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Konflik yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara merupakan bagian dari

sejarah yang telah banyak dibahas dalam beberapa referensi, kasus lain yang banyak

diangkat mengenai pengembangan Nuklir Korea Utara serta menyangkut respon

negara-negara Asia Timur terhadap pengembangan Nuklir tersebut. Disini karena

ketertarikan peneliti pada konflik kedua negara pada tahun 2010 di pulau

Yeonpyeong. Keputusan untuk membalas lebih kecil serangan dari Korea Utara,

merupakan bagian dari rasionalitas Korea Selatan, serta untuk memperkuat keputusan

rasionalitas tersebut, pilihan untuk mendeterrence Korea Utara dengan latihan militer

gabungan dengan AS merupakan tindakan paling tepat yang dipilih untuk merespon

serangan dari pihak Korea Utara.

Penulis menyadari dalam proses pengerjaan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan, sehingga peneliti sangat mengharapkan atas kritik dan masukan, agar

dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sedikit kontribusi, bagi

pengembangan ilmu pengetahuan serta memberi warna dalam penelitian-penelitian

yang telah ada pada jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah

Malang.

Amienya Rabbal Alamien

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang,14 Maret 2013

Penulis,

(11)

xi DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Berita Acara Bimbingan ... iii

Lembar Pernyataan Orisinalitas ... iv

Kata Pengantar ... v

Lembar Persembahan ... vi

Abstraksi ... ix

Abstract ... x

Daftar Isi ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4Kajian Pustaka ... 8

1.4.1 Penelitian Terdahulu ... 8

1.5Teori dan Konsep ... 14

1.5.1 Teori Decision Making Process (Model Aktor Rasional) ... 14

1.5.2 Realisme ... 16

1.5.3 Konsep Deterrence ... 19

1.5.4 Kalkulasi Serangan ... 21

1.6 Metode Penelitian ... 22

1.6.1 Tipe Penelitian ... 22

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 23

1.6.3 Peringkat Analisa ... 23

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 24

1.6.4.1 Batasan Materi ... 24

1.6.4.2 Batasan Waktu ... 24

1.7 Hipotesa ... 25

1.8 Alur Pemikiran ... 26

1.9 Struktur Penulisan ... 26

BAB II Sejarah Konflik Korea Utara Korea Selatan 2.1 Periodesasi Konflik Korea Selatan-Korea Utara ... 29

2.1.1 Perang Dingin ... 30

(12)

xii

2.2 Upaya-Upaya Penyelesaian Konflik ... 38

2.2.1 Kebijakan Lee Myung Bak Korea Selatan ... 41

2.2.2 Kebijakan Kim Jong Il ... 43

2.3 Recent Conflict (Eskalasi) ... 46

2.3.1 Innsiden Tenggelamnya Kapal Cheonan ... 48

2.3.2 Insiden Pemboman di Pulau Yeonpyeong ... 52

2.3.3 Perbandingan Militer Korea Utara-Korea Selatan ... 62

BAB III Rasional Choice Korea Selatan Terhadap Pemboman Dipulau Yeonpyeong 3.1 Keputusan Membalas Serangan Lebih Kecil ... 67

3.2 Sikap Preventif Korea Selatan terhadap ... 70

3.3 Parade Kekuatan (Show Force) Korea Selatan-AS ... 71

BAB IV Penutup Kesimpulan ... 75

Saran ... 76

(13)

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Aleksius Jemadu. 2008. Politik Global dan Teori & Praktik. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Jones.Walter.S. 1988. Logika Hubungan Internasional: Kekuasaan, Ekonomi-Politik dan Tatanan Dunia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka.

Mas‟oed Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional :Disiplin dan Metodologi . Jakarta : LP3ES.

Morgentau.Hans.J,Thompson. Kenneth W. 2010. Politik Antar Bangsa . Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Mas‟oed.Mohtar. Seung-Yoon.Yang. 2005. Memahami Politik Korea. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Seung-Yoon.Yang.Mas‟oed.Mohtar. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan

“Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Internasional”. Yogyakarta. Gadjah

Mada University Press.

Seung-Yoon.Yang.Mas‟oed.Mohtar. 2003. Politik Ekonomi Masyarakat Korea

“Pokok-pokok Kepentingan dan Permasalahan”. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Seung-Yoon.Yang.Mas‟oed.Mohtar. 2003. Masyarakat,Politik dan Pemerintahan

Korea “Sebuah Pengantar”. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Eby Hara Abubakar,Ph.D. 2011. Pengantar Analisa Politik Luar Negeri dari Realisme sampai Konstruktivisme. Bandung. Nuansa.

Miller H. Lynn. 2006. Agenda Politik Internasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

SKRIPSI :

Mardiasih Riska. 2010. Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang. Respon negara-negara Asia Timur terhadap Pengembangan Nuklir Korea Utara.

(14)

Setiawan Henri. 2011. Pengaruh Insiden Kapal Cheonan Terhadap Proses Perdamaian Korea. FISIP. Hubungan Internasional. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

SITUS INTERNET :

AS Resmi Yakini China Bantu Korut <

http://internasional.kompas.com/read/2012/04/21/02340965/AS.Resmi.Yakini.Chi na.Bantu.Korut.>, diakses tanggal 21 April 2012

AS Korsel Mulai Latihan Perang

<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/07/100725_koreaas.shtml>, diakses tanggal 16 Juli 2012

After Issuing Warning, Seoul Cancel Artillery Drill On Disputed Isle dalam <http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/11/29/koreas.crisis/index.html>, diakses tanggal 15 Mei 2012

After North Korean Strike South Korean Leader Threatens „Retaliation‟ dalam

<http://edition.cnn.com/2010/WORLD/asiapcf/11/23/nkorea.skorea.military.fire/in dex.html,>, diakses 31 Juli 2012

Berdirinya Republik Korea dalam

<http://idn.mofat.go.kr/languages/as/idn/about/sejarah/korea/index.jsp>, diakses tanggal 03 april 2012

China Peringatkan Latihan Perang AS-Korsel dalam

<http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/07/09/123885-cina-peringatkan-latihan-perang-as-korsel>, diakses tanggal 26 Agustus 2010

Global Firepower dalam <http://globalfirepower.com/countries-comparison-detail.asp,> diakses tanggal 27 Agustus 2012.

Korsel-AS Siap Lakukan Latihan Perang dalam

< http://metrotvnews.com/metromain/news/2010/11/27/35185/Korsel-AS-Siap-Lakukan-Latihan-Perang>, diakses tanggal 18 Juli 2012

Krisis Korea : Pyongyang Ancam Lanjutkan Serangan dalam

< http://www.tempo.co/read/news/2010/11/23/118293916/Krisis-Korea--Pyongyang-Ancam-Lanjutkan-Serangan>, diakses tanggal 11 Juli 2012.

(15)

Korut Kembali Lancarkan Artileri Ke Korsel dalam <http://www.tribunnews.com/2010/12/08/korut-kembali-lancarkan-artileri-ke-korsel>, diakses tanggak 02 Mei 2012

Korea Utara Siap Perang Suci dalam

<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/12/101223_nkoreawar.shtml>, diakses tanggal 02 Mei 2012

Korsel akan Balas Korut Tanpa Ampun dalam

<http://www.tribunnews.com/2010/12/23/korsel-akan-balas-korut-tanpa-ampun>, diakses tanggal 24 Juli 2012

Korut Melakukan Serangkain Tindakan Provokasi Terhadap Korsel dalam < http://world .kbs.co.kr/Indonesia/event/top10/2010/top01.htm>, diakses tanggal 16 Juli 2012

Korsel-AS Gelar Latihan Perang Minggu dalam

<http://internasional.kompas.com/read/2010/11/24/14133611/Korsel-AS.Gelar.Latihan.Perang.Minggu>, diakses tanggal 18 Juli 2012

Korea Utara Ancam Dengan Nuklir dalam

<http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/07/100724_nkorea.shtml>, 16 Juli 2012

Presiden Lee : Latihan Ulchi Bertujuan Menjaga Perdamaian dan Mencegah

Perang) dalam

<http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_today.htm?lang=i&today=2010081 6.>, diakses 05 Agustus 2012

Korut Serang Korsel 1 Tewas 13 Terluka dalam

<http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_today.htm?lang=i&today=2010081 6.>, diakses 24 Juli 2012

Military Today dalam < http://www.military-today.com/artillery/k9_thunder.htm> dan < http://www.military-today.com/artillery/azerbaijan_lynx.htm>

N.Korean Fire On S.Korean, Killing 2, dalam

<http://news.blogs.cnn.com/2010/11/23/n-korea-fires-on-s-korea-killing-2/?iref=allsearch>, diakses tanggal 15 Mei 2012

(16)

South Korean Leader Calls For “Action” After Strike dalam

<http://news.blogs.cnn.com/2010/11/23/south-korean-leader-calls-for-action-after-strike/?iref=allsearch>

Tentang Korea dalam

<http://world.kbs.co.kr/indonesian/korea/korea_abouthistory.htm>, diakses tanggal 02 Mei 2012

PDF :

Digital Globe,North Korea Attack on Yeonpyeong Island November 25-26,2010.PDF

GriffthsMartin. O‟Callaghan Terry. C.Roach Steven. 2008. International Relation “The Key Concept Second Edition”. New York. Routledge 2 Park Squer,

Milton Park, Oxon. PDF

Inventory of International Nonpoliferation Organizations and Regimes Center For Nonpoliferation Studies dalam < cns.miis.edu/inventory/pdfs/6ptalks.pdf> Kwan Jin.Kim. 2011. 2010 Defense White Paper. Ministery of National Defense

Republik Korea. PDF

Kristanto.Bayu, M.A. 2008. Fakta-Fakta Tentang Korea. Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementrian Kebudayaan Olahraga dan Pariwisata. Seoul Republik Korea. PDF

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konflik Korea pada dasarnya merupakan perjuangan antara kedua

bagian dari negara yang terpecah. Sebelumnya Korea Selatan dan Korea Utara

pernah berada dalam sebuah kondisi dimana menjadi satu kesatuan dalam sebuah

negara, yaitu dari zaman Dangun sampai masa 3 Kerajaan (silla, koryo, dan

Chosun),1 setelah Korea merdeka tahun 1945, pasukan Amerika Serikat dan

pasukan Uni Soviet mendirikan pemerintahan militer di masing-masing wilayah

yang terpisah ini, yaitu Amerika diwilayah selatan dan Uni Soviet diwilayah Utara

sehingga memicu perpecahan di Semenanjung Korea. Pada bulan November

1947, Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), menyepakati sebuah

resolusi yang meminta diadakannya pemilihan umum di Semenanjung Korea

dibawah pengawasan sebuah komisi PBB.2

Pada tahun 1945 Korea terpecah menjadi dua pemerintahan dengan

sistem pemerintahan yang berbeda pula. Korea Selatan muncul dengan

mengusung format sistem pemerintahan demokrasi dan kapitalisme, sementara

Korea Utara atas dukungan Uni Soviet, menganut pemerintahan Komunis.3

1

Diambil dari artikel KBS World dengan judul Tentang Korea,

http://world.kbs.co.kr/indonesian/korea/korea_abouthistory.htm, diakses tanggal 02 Mei 2012.

2

Diambil dari artikel Kedubes RI untuk Korea, dengan judul Berdirinya Republik Korea, http://idn.mofat.go.kr/languages/as/idn/about/sejarah/korea/index.jsp, diakses tanggal 03 April 2012.

3

(18)

2

Pecahnya Korea menjadi dua wilayah ini dipengaruhi faktor eksternal4

yang menjadi salah satu factor yang mengawali lahirnya Perang Dingin, yaitu

rivalitas antara Amerika Serikat (US) dan Uni Soviet (USSR). Rivalitas dua

Negara besar (Bipolar Great Power) tidak hanya terlihat di Eropa ketika Jerman

pecah menajdi dua; Jerman Barat dan Jerman Timur, namun juga berdampak di

Asia Timur yaitu pemisahan Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Utara yang

mendapat pengaruh besar dari kekuasaan komunis USSR dan Korea Selatan yang

mendapat pengaruh dari blok Liberalis Barat.5

Ketika Perang Dingin berakhir yang ditandai dengan runtuhnya Tembok

Berlin (Jerman) pada tahun 1989 telah menunjukan berakhirnya pula rivalitas

ideologis antara US dan USSR di daratan Eropa, tetapi gejala tersebut tidak

sampai pada kawasan Asia Timur, tepatnya di Semenanjung Korea, dimana

berakhirnya Perang Dingin tidak mengakhiri perpecahan di Semenanjung Korea,

antara Korea Selatan dan Korea Utara tidak menunjukan gejala untuk menjadi

Negara Korea yang bersatu seperti yang terjadi di Jerman.

Sampai penelitian ini dilakukan Korea Selatan dan Korea Utara masih

bertahan dengan system pemerintahan dan ideologi negara yang sungguh bertolak

belakang yang merupakan warisan dari perang dingin. Korea Utara masih

bertahan dengan system pemerintahan komunis dan Korea Selatan telah

berkembang menjadi Negara liberal demokratis dengan system ekonomi liberal

kapitalis dan masuk dalam kategori New Indutrial Coutries (NICs).

4

Awal system politik internasional terbagi mejadi dua (bipolar) yaitu Blok Barat dan Blok Timur

5

(19)

3

Banyak faktor yang mempengaruhi ketegangan hubungan antara Korea

Utara dan Korea Selatan seperti; perbedaan ideology yang merupakan akar

konflik kedua Negara, ketegangan dua negara diperparah lagi dengan sensitifitas

masalah kedaulatan antara kedua Negara dan deterrence effect yang timbul akibat

pengembangan dan uji coba senjata nuklir Korea Utara di Semenanjung Korea,6

serta pengaruh kehadiran AS dan China dalam masalah politik di kawasan Asia

Timur. Selain itu adanya perbedaan-perbedaan yang tajam, dari rezim dan sistem

social kedua negara yang saling mempengaruhi turut menjadi hambatan

penyelesaian konflik di Semenanjung Korea.

Terkait dengan perilaku Korea Utara dengan percobaan nuklirnya yang

mampu mempengaruhi tensi politik internasional ini telah terjadi sejak lama.

Sejak skripsi ini ditulis, terhitung dari 5 Juli 2006 dan 5 Oktober 2006 Korea

Utara melakukan uji coba senjata nuklir di Semenanjung Korea dengan

meluncurkan 7 buah rudal, yang secara langsung mempengaruhi stabilitas politik

6

Mengenai konflik Korea Utara dan Korea Selatan maupun masalah uji coba senjata nuklir Korea Utara, telah banyak upaya dunia internasional baik tingkat global melalui resolusi PBB maupun pada tingkat regional seperti Six Party Talk. Six party talks terbentuk pada tahun 2003, forum ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea, hal ini berhubungan erat dengan Nuklir yang dikembangkan oleh DPRK (Korea Utara). Forum ini terebentuk setelah DPRK mengumumkan keinginannya untuk menarik diri dari Traktat NPT. Six Party Talks dianggotai oleh Korea Utara, AS, Rusia, Jepang, China, Korea Utara dan Korea Selatan, pertemuan forum ini telah terlaksana sebanyak 6 kali pertemuan, namun tidak kunjung mencapai kata sepakat agar DPRK menghentikan pengembangan Nuklirnya, lihat dalam cns.miis.edu/inventory/pdfs/6ptalks.pdf. lihat juga dalam dalam Inventory of International Nonproliferation Organizations and Regimes Center for Nonproliferation Studies dan Bayu Kristianto, M.A. 1973.Fakta fakta tentang Korea.Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea Kementerian Kebudayaan,Olahraga dan pariwisata.hal.61. Menurut berbagai literature ada pengaruh China yang lebih besar terhadap pengembangan senjata nuklir Korea Utara, China sebagai sekutu terdekat Korea Utara mendukung setiap kebijakan yang diambil oleh Korea Utara, termasuk dalam masalah pengembangan nuklir, China memberikan respon yang lebih soft ketimbang negara-negara lain yang tergabung dalm six party talk, China juga membantu memasok bahan untuk senjata nuklir Korea Utara ketika dibutuhkan. Dalam Skripsi Riska Mardiasih.Respon Negara-Negara Asia Timur Terhadap Pengembangan Nuklir Korea Utara, 2010, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang, hal.

63, lihat pula dalam AS Resmi Yakini China Bantu Korut, ,

(20)

4

dan keamanan kawasan, khususnya Korea Selatan yang memiliki kedekatan

geografis secara langsung dengan Korea Utara.

Kehadiran AS dan China di kawasan Asia Timur, juga ikut

mempengaruhi tensi konflik dua negara. Pasalnya, AS memiliki kedekatan

hubungan, aliansi keamanan dengan Korea Selatan dan Jepang (US Security

Umbrella)7

dan China memiliki kedekatan hubungan yang berlandas dari ideology

yang sama dengan Korea Utara.8

Pada bulan November tahun 2010 Korea Selatan menggelar latihan perang

dengan Amerika Serikat yang dijadwalkan akan dilaksanakan di sekitar perairan

laut kuning, namun mengalami perubahan menanggapi protes keras dari China

yang mengkhawatirkan jalur perdagangannya akan terganggu karena adanya

latihan gabungan tersebut, sehingga AS dan Korea Selatan memindahkan latihan

7

Pada masa presiden Park Chung-Hee, Amerika serikat dan Korea Selatan saling membantu dalam bidang militer, yaitu Korea Selatan mengirimkan pasukannya pada masa AS berperang melawan Vietnam, kemudian pasukan AS yang ditempatkan di wilayah Korea Selatan semenjak pecahnya Korea menjadi dua. AS pernah berfikir untuk menarik pasukannya dari wilayah Korea Selatan sebagai pertimbangan dimana AS tidak perlu terlibat dalam perang yang terjadi di wilayah Semenanjung Korea, namun hal ini dibantah oleh Korea Selatan yang menganggap belum stabilnya keamanan serta keseimbangan persenjataan antara kedua Korea, sehingga masih membutuhkan pasukan militer AS untuk menghadapi serangan yang sewaktu-waktu akan dilakukan oleh Korea Utara. Korea Selatan juga menganggap bahwa kawasan Korea masih sangat berguna bagi AS sebagai basis pertahanan Jepang, Yang Seung Yoon & Mohtar Mas‟oed, Politik

Luar Negeri Korea Selatan “Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat Internasional”, 2004, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 64.

8

(21)

5

perang tersebut kewilayah laut utara dekat dengan perairan Jepang,9

rencana

latihan perang antara keduanya disambut dengan reaksi keras dari Korea Utara

yang mengancam akan menggunakann alat pertahanannya Nuklir, dalam “perang suci” sebagai balasan dari latihan militer tersebut.10

Latihan perang antara Korea Selatan dengan Amerika tetap digelar

walaupun mendapat protes keras dari pihak Korea Utara, yang menganggap

latihan tersebut sebagai bentuk provokasi di Semenanjung Korea. Berjalannya

latihan perang tersebut secara langsung menimbulkan efek retaliasi11 dari Korea

Utara, sehingga membuka kontak senjata antara keduanya yang berlangsung

kurang lebih selama dua jam. Korea Utara menyerang salah satu pulau milik

Korea Selatan (pulau Yeonpyeong) dengan puluhan hingga ratusan artileri.

Penyerangan tersebut mengakibatkan kerusakan didaerah Yeonpyeong, serta

jatuhnya korban jiwa dari Korea Selatan.12 Penyerangan itu dibalas oleh Korea

Selatan dengan melakukan serangan balik, ke wilayah Korea Utara.

Korea Utara menembaki puluhan hingga ratusan artileri ke pulau milik

Korea Selatan dan menimbulkan tanggapan langsung dengan tembakan balasan

kurang lebih 80 tembakan artileri,13

serta mengirimkan satu pesawat tempur

9

Diambil dari artikel BBC Indonesia dengan judul AS-Korea Mulai Latihan Perang,

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/07/100725_koreaas.shtml, diakses tanggal 16 Juli 2012.

10

Ibid.

11

Retaliasi yang dimaksud adalah serangan balasan yang ditimbulkan dari latihan perang yang digelar oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.

12

Diambil dari artikel berita dengan judul Perang Korut vs Korsel kronologis penyebab perang Korea Utara dan Korea Selatan, http://besteasyseo.com/perang-korut-vs-korsel-kronologis-penyebab-perang-korea-utara-dan-korea-selatan/2167, diakses tanggal 15 mei 2011.

13

(22)

6

kewilayah Yeonpyeong. Insiden pemboman tersebut mengakibatkan saling

mengirimkan tembakan artileri yang berlangsung kurang lebih dua jam.14

Setelah kejadian tersebut Korea Selatan dan Amerika Serikat mengadakan

latihan militer untuk mengantisipasi serangan kembali Korea Utara,15

dimana

setelah penyerangan dipulau Yeonpyeong latihan perang yang melibatkan kurang

lebih 800 personel militer, 6 pesawat jet tempur, tank anti-misil, dan juga 100

jenis senjata, disebut-sebut juga sebagai latihan terbesar selama latihan militer

yang digelar,16 dimana pada tahun 2010 Korea Selatan dan Amerika melakukan

latihan perang sebanyak 47 kali.17

Presiden Lee Myung-Bak mengeluarkan

statement “Kalau saja ada serangan yang mengejutkan maka negara ini harus

melakukan serangan tanpa ampun”.18

Dari tinjauan diatas penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai respon

Korea Selatan atas penyerangan Korea Utara pasca latihan rutin militer Korea

Selatan. Pasalnya Korea Seatanl memberi respon balasan lebih kecil atas serangan

Korea Utara dalam perang 1 hari di Semenanjung Korea. Oleh karena itu penulis

memberi judul penelitian ini dengan: Analisa Respon Korea Selatan Terhadap

Pemboman Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara.

14

Diambil dari artikel Cybernews dengan judul Korea Selatan dan Korea Utara Resmi Perang Saudara,

http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybernews/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=cybernews|0|0|2|312, diakses tanggal 01 Mei 2012.

15

Diambil dari artikel Tribun News Jakarta dengan judul Korut kembali lancarkan artileri ke Korsel,http://www.tribunnews.com/2010/12/08/korut-kembali-lancarkan-artileri-ke-korsel, diakses 02 Mei 2012.

16

Diambil dari artikel Tribun News dengan judul Korsel akan balas Korut Tanpa Ampun, http://www.tribunnews.com/2010/12/23/korsel-akan-balas-korut-tanpa-ampun, diakses tanggal 24 Juli 2012.

17Diambil dari artikel BBC Indonesia dengan judul Korea Utara „siap perang suci‟,

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2010/12/101223_nkoreawar.shtml, diakses 02 Mei 2012.

18

(23)

7 1.2 Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian perlu adanya titik fokus untuk pembahasan

yang ingin di teliti, dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil

rumusan masalahnya yaitu “Mengapa respon balik Korea Selatan atas

penyerangan di Pulau Yeonpyeong lebih kecil dari penyerangan oleh Korea

Utara?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian disini adalah menganalisa respon penyerangan

balik dari Korea Selatan terhadap Korea Utara dipulau Yeonpyeong.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat secara

teoritis dan manfaat secara praktis, seperti :

1. Manfaat Teoritisnya

Mampu menganalisa dan melihat sikap dari Korea Selatan.

2. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan referensi untuk mahasiswa maupun mahasiswi

yang memilih membahas masalah yang memiliki ruang lingkup yang

(24)

8 1.4 Kajian Pustaka

1.4.1 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa rujukan penelitian yang memiliki model bahasan konflik

antara Korea Selatan dan Korea Utara. Nur Azizah dalam skripsinya yang

berjudul “Latarbelakang Penyerangan Artileri Korea Utara Ke Pulau

Yeonpyeong Korea Selatan 2010” mencoba menjabarkan mengapa Korea Utara berperilaku seperti itu dalam menanggapi latihan perang antara Korea Selatan

dengan AS, yang mengakibatkan terjadinya penyerangan oleh Korea Utara.

Tindakan latihan militer tersebut dianggap sebagai bentuk provokasi yang dapat

mengancam ketegangan diantara kedua Korea. Nur azizah juga mencoba

menjelaskan bagaimana kondisi dan kekuatan militer yang dimiliki oleh Korea

Utara sehingga mampu untuk melakukan tindakan penyerangan di pulau

Yeonpyeong, nur azizah juga membahas perbandingan militer antara Korea Utara

dan Korea Selatan dimana dari segi personal militer dan senjata darat yang

dimiliki, Korea Utara lebih unggul dibanding Korea Selatan, masa kepemimpinan

yang berlatar belakang komunis juga dibahas dalam penelitian Nurazizah, dalam

kasus ini peneliti lebih menekankan pada pandangan tindakan Korea Utara yang

menyerang pulau milik Korea Utara.19

Selain Nurazizah ada Riska Mardiasih dalam penelitiannya yang

berjudul, “Respon Negara-Negara Asia Timur Terhadap Pengembangan Nuklir Korea Utara”, mencoba menjelaskan bagaimana respon negara-negara di

kawasan Asia Timur terhadap pengembangan nuklir Korea Utara, dalam

19

(25)

9

skripsinya Riska mengemukakan beberapa pandangan dan tindakan dari

negara-negara di kawasan asia timur dalam mencegah pengembangan senjata pemusnah

masal milik Korea Utara, dan berbagai macam respon yang muncul atas

tindakan Korea Utara dalam pengembangan senjata nuklirnya. 20

Korea Selatan

dan Jepang merupakan negara-negara yang kontra dan bersikap sangat keras

dalam menentang pengembangan senjata nuklir milik Korea Utara. pandangan

mereka tentang pengembangan senjata Nuklir tersebut adalah sebagai bentuk

ancaman di kawasan Asia Timur, termasuk Amerika serikat yang juga menentang

sangat keras adanya pengembangan senjata nuklir Korea Utara, sedangkan China

sebagai salah satu negara yang berada di kawasan Asia Timur memberikan respon

yang berbeda atas pengembangan nuklir Korea utara. Sekutu terdekat Korea Utara

yaitu China sangat mendukung atas segala jenis bentuk kebijakan dari Korea

Utara termasuk pengembangan Nuklirnya, China lebih soft dalam menanggapi

pengembangan senjata nuklir Korea Utara termasuk memberikan bantuan atas

pengembangan senjata nuklir tersebut, karenja menurut China pengembangan

Nuklir Korea Utara bukanlah sebuah ancaman seperti yang ditakuti oleh

negara-negara Asia Timur lainnya. China yang ikut terlibat dalam Six Party Talks

bersama Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, dan Korea Utara

mendapat tekanan yang sangat kuat dari negara-negara yang ada dalam kelompok

tersebut. Perkumpulan ini di bentuk atas dasar agar Korea Utara mau

menghentikan pengembangan senjata Nuklirnya, namun seiringnya berjalan

pertemuan yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena Korea

20

(26)

10

Utara tetap bersikeras tidak akan menghentikan pengembangan senjata pemusnah

masal tersebut.

Penelitian ketiga yaitu Henri Setiawan dengan judul “Pengaruh Insiden

Cheonan Terhadap Proses Perdamaian Korea Pasca Tenggelamnya Kapal

Cheonan”, dalam penelitian Henri Setiawan coba menjelaskan bagaimana pengaruh insiden Cheonan terhadap krisis kepercayaan diantara keduanya serta

proses integrasi yang mengalami kemunduran akibat insiden tersebut. Henri

menjelaskan tenggelamnya kapal Cheonan pada 26 Maret 2010 membawa

kerugian bagi Korea Selatan dikarenakan 46 orang marinir tewas dan kapal

tersebut tenggelam dengan keadaan terbelah dua. Peristiwa ini membuat proses

negosiasi untuk reunifikasi Korea yang telah berjalan bertahun-tahun menjadi

sangat terganggu. Konsep Confident-bulding measure serta konsep Integrasi

digunakan dalam penelitian ini, dimana dijelaskan dalam konsep integrasi adanya

empat sektor integrasi yakni ekonimi, social, politik, dan keamanan.

Perbedaannya yang membuat proses ini berjalan alot yaitu sistem ekonomi Korea

Utara yang sentralistik dan Korea Selatan yang liberal. Diharapkan keduanya

dapat menghapuskan hambatan perdagangan sehingga barang dapat masuk

dengan bebas, dan perlu dibentuknya kawasan perdagangan bersama. Integrasi

social, yang berfokus pada komunikasi dan transaksi, sedangkan integrasi politik

yang dilandasi oleh semangat nasionalisme yang berarti adanya aktifitas

kelompok atau komunitas penduduk yang didasarkan atas budaya, bahasa, sejarah,

ras dan agama. Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara mengalami pasang

(27)

11

lagi dengan insiden tenggelamnya kapal Cheonan semakin menjauhkan

upaya-upaya perdamain serta reunifikasi keduanya.21

Posisi penulis dalam penelitian ini dengan judul “Analisa Respon Korea

Selatan Terhadap Pemboman Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara” peneliti

mencoba menjelaskan mengapa respon yang diberikan oleh Korea Selatan lebih

kecil dibandingkan serangan yang diberikan oleh Korea Utara. Konflik diantara

keduanya terjadi sejak keduanya terpisah dari yang dulunya menjadi satu negara,

konflik-konflik yang muncul setelah perpisahan itu masih terus terbawa hingga

kini, pasang surut konflik keduanya terus mengiasi perjalanan kedua negara,

konflik-konflik dalam skala kecil masih sering terjadi. Konflik kedua Korea

sampai pada puncaknya pada tahun 2010 dimana setelah tenggelam kapal “Korvet Cheonan” milik Korea Selatan membuat kedua negara kembali memanas dan

bersitegang, kapal ini tenggelam di wilayah Laut Kuning pada bulan maret tahun

2010. Hingga pada November 2010 keduanya terlibat dalam perang terbuka,

dimana saat itu keduanya saling memberikan serangan dan mendapat balasan

antara satu sama lain, kondisi ini terjadi selama kurang lebih dua jam. Kondisi ini

yang hendak akan coba dijelaskan oleh peneliti. Dengan membalas serangan pada

level serangan yang lebih kecil merupakan tindakan yang sangat tepat saat itu

serta dengan membawa paket latihan gabungan militer bersama merupakan

tindakan yang diambil oleh Korea Selatan untuk membuat Korea Utara tidak

melakukan penyerangan kembali. Besar Kecil serangan diklasifikasikan peneliti

dari jumlah serangan yaitu peluru yang ditembakkan, jenis senjata yang

21

Diambil dari Skripsi Henri Setiawan.Pengaruh Insiden Cheonan Terhadap Proses Perdamaian Korea Pasca Tenggelamnya Kapal Cheonan.FISIP/HI Universitas Muhammadiyah

(28)

12

digunakan dengan daya jangkauan senjata, serta efek atau dampak kerusakan

[image:28.595.97.552.188.755.2]

akibat serangan tersebut.

TABEL 1.1 POSISI PENELITIAN

NO JUDUL DAN NAMA

PENELITI JENIS PENELITIAN DAN ALAT ANALISA HASIL

1 Skripsi: Latarbelakang

Penyerangan Artileri Korea Utara ke Pulau Yeonpyeong Korea Selatan 2010 Oleh: Nurazizah Eksplanatif Deduktif Pendekatan: Rasional Choice, Army show

Serangan yang terjadi pada 23

November 2012, telah

mencederai perjanjian gencatan senjata antara Korea, dimana serangan tersebut memicu perang terbuka. Serangan oleh Korea Utara sebagai bentuk upaya peringatan atas rencana latihan militer gabungan antara Korea Selatan-Ameika Serikat, serta sebagai serangan balasan atas jatuhnya meriam artileri dari latihan tembak yang diadakan militer Korea Selatan di Yeonpyeong.

2 Skripsi: Respon Negara Negara

Asia Timur Terhadap

Pengembangan Nuklir Korea Utara

Oleh: Riska Mardiasih

Deskriptif Pendekatan: Konsep Common Security, Deterrence, Diplomasi Multilateral

Pengembangan Nuklir oleh Korea Utara membawa berbagai macam respon dari negara-negara kawasan maupun negara-negara adi kuasa (AS dan US). Respon negative diberikan oleh Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat yang menganggap pengembangan nuklir Korea

Utara merupakan bentuk

ancaman baru di kawasan Asia Timur, sedangan respon berbeda diberikan oleh China sekutu terdekat Korea Utara, yang

mendukung pengembangan

nuklir tersebut. Berbagai respon tersebut tidak serta merta

membuat Korea Utara

(29)

13

mengklarifikasikan segala bentuk isu tentang nuklir Korea Utara agar tidak menimbulkan perselisihan antara keduanya. China dan Rusia selain

mendukung pengembangan

nuklir Korea Utara juga memberi bantuan bahan nuklir.

3 Pengaruh Insiden Cheonan Terhadap Proses Perdamaian Korea Pasca Tenggelamnya Kapal Cheonan

Oleh : Henri Setiawan

Deskriptif Pendekatan : Confident-Building Measure Integrasi

Runtuhnya kepercayaan antara kedua negara disebabkan karena adanya konflik-konflik diantara keduanya, salah satunya masalah tenggelamnya kapal korvet Cheonan milik Korea Selatan, sehingga menambah kerumitan untuk menanamkan kepercayaan ketika masih ada provokasi antara satu dengan yang lainnya. Selain itu proses integrasi yang telah berjalan mengalami kemunduran ketika konflik tenggelamnya Kapal Cheonan. Sehingga Konflik yang ada membuat jurang perdamaian diantara keduanya semakin melebar.

4 Analisa Respon Korea Selatan Terhadap Pemboman Pulau Yeonpyeong Oleh Korea Utara

Oleh : Mustikasari

Eksplanatif Pendekatan: Decision Making Process (Model Aktor Rasional), Deterrence, Kalkulasi Serangan

Keputusan membalas serangan dengan level serangan lebih kecil dibandingkan penyerangan yang diberikan oleh Korea Utara, hal ini dianggap sebagai keputusan yang paling rasional, karena dibalik level serangan yang lebih kecil ada persiapan latihan perang atau show force yang merupakan paket balasan yang diberikan oleh Korea Selatatn.

Tindakan Show Force

merupakan tindakan deterrence yang ditunjukan oleh Korea Selatan terhadap Korea Utara. Efek deterrence bertujuan agar menggertak dan mempengaruhi psikologi dari Korea Utara agar tidak memberikan perlawanan

(30)

14

memberikan penyerangan

kembali akan ada balasan yang lebih besar dari yang diberikan oleh Korea Selatan. Show Force

ini dilakukan oleh Korea Selatan dengan AS yang menggelar latihan militer bersama pasca serangan di pulau Yeonpyeong tersebut terjadi.

1.5 Teori and Konsep

Menyangkut penelitian tentang rasionalitas dari Korea Selatan yang

membalas serangan dari Korea Utara dengan level balasan serangan lebih kecil,

peneliti menggunakan Realisme untuk memetakan secara jelas konflik yang

terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara kemudian menjelaskannya

menggunakan, Aktor Rasional model dan konsep Derrence.

1.5.1 Teori Decision Making Process Model Aktor Rasional

Model Aktor Rasional merupakan bagian atau istrumen dari Rational

Choice (pilihan rasional), yang menempatkan negara sebagai sebuah aktor utama

dalam pengambilan keputusan. Seperti yang dijabarkan oleh Allison dibawah ini :

(31)

15

Perilaku pemerintah dianalogikan dengan perilaku individu yang bernalar dan terkoordinasi”.22

Model Aktor rasional ini merupakan model pertama yang dikemukakan

oleh Graham T. Allison, dalam kajian politik luar negeri. Penjelasan lain

diberikan oleh Allison dalam buku “Pengantar Analisis Politik Luar Negeri dari Realisme sampai Konstruktivisme”, 23

“…dimana perilaku negara digambarkan seperti aktor individual rasional dan sempurna yang umumnya diasumsikan memiliki pengetahuan yang sempurna terhadap situasi, dan yang mencoba untuk memaksimalkan apa saja nilai dan tujuan berdasarkan situasi yang ada. Pemerintah dianggap sebagai actor utama, pemerintah meneliti seperangkat tujuan-tujuan, mengevaluasinya berdasarkan keuntungan, baru kemudian memilih salah satu yang memberikan keuntungan atau pay off paling tinggi.”

Tindakan Korea Selatan membalas Serangan oleh Korea Utara pada

insiden di pulau Yeonpyeong bulan November 2010, sebagai tindakan rasional

ketika Korea Selatan merasa terancam akibat serangan yang diberikan oleh Korea

Utara, respon yang diberikan dengan membalas serangan tersebut pada saat

penyerangan oleh Korea Utara mendarat di pulau Yeonpyeong, Level serangan

yang diberikan lebih kecil, yang dihitung dari kalkulasi serangan dan korban yang

jatuh saat konflik itu terjadi. Balasan serangan lebih kecil menjadi pilihan paling

tepat saat itu melihat kondisi saat itu pulau Yeonpyeong digempur oleh

serangkaian tembakan dari Korea Utara. Keputusan yang diambil sudah dianggap

sebagai keputusan yang paling tepat pada saat itu, pross-proses diabaikan dalam

model actor rasional, karena keputusan yang diambil merupakan sebuah

22 Mohtar Mas‟oed. 1990.

Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. hal.234

23

(32)

16

keputusan bulat, berasal dari satu pemikiran bukan karena pengaruh dan banyak

pertimbangan diluar kepentingan nasional. Mengabaikan dampak untuk negara

lain dari setiap keputusan yang diambil merupakan karakteristik model ini.

Keuntungan dan kebaikan untuk negara menjadi pilihan utama dalam model actor

rasional, meminimalisir segala kerugian yang akan didapat dari keputusan yang

diambil.

1.5.2 Realisme

Menurut Dunne and Schmidt dalam buku “Pengantar Analisa Politik Luar

Negeri dari Realisme sampai Konstruktivisme” ada 3 asumsi utama dalam realis,

yaitu satism, survival dan self-help, dalam HI negara merupakan actor utama yang

anarkis.

“…dimana struktur dasarnya adalah anarkis dimana negara-negara adalah berdaulat dan menganggap kekuasaan tertinggi ada di tangan mereka dan tidak mengenal kekuasaan lebih tinggi diatas mereka. State diasumsikan seperti balck-box yang mewakili keseluruhan kepentingan di suatu Negara”. 24

Dalam teori kedaulatan Barat, mengasumsikan bahwa segala persoalan dalam

negeri sudah terselesaikan dan negara berhasil mengamankan berbagai masalah

dalam negeri, namun berbeda dengan apa yang terjadi di dalam negeri yang bisa

ditangani dengan baik, masalah yang dihadapi diluar negeri sanagt berbeda, di

luar tidak ada aturan khusus yang menjadi patokan, sehingga Negara berhak

melakukan apapun untuk menjamin adanya survival state. Kepentingan ekonomi,

norm dan yang lainnya (low politics) menjadi tidak penting karena negara

24

(33)

17

dihadapkan pada situasi yang anarkis, sehingga negara dipaksa untuk survival.

Kode etik yang dianut oleh realis adalah segala sesuatu dilihat dari hasil dari

keputusan, bukan apakah keputusan yang diambil individu itu benar atau salah.25

Realis merupakan perspektif besar (Grand Theory), seperti beberapa pemikir

mengemukakan tentang teori ini antara lain :

Olle R. Holsti yang menyebut realisme sebagai “ The most vunerable and persisting model of International Relations“, para pemikir realis mengemukakan gagasan sesuai dengan kondisi politik yang terjadi saat itu, ini yang banyak

dilupakan oleh para pengkritik pemikir realis. Hal ini yang dikalim oleh beberapa

pemikir dan memunculkan persoalan dikalangan para pengkritik realis, yang

mengklaim bahwa realis dapat diterapkan pada setiap kondisi politik.

Thomas Hobbes, merupakan salah satu pemikir dalam realis klasik, dimana

Hobbes menjelaskan ketertiban umum dapat dicapai dengan adanya negara,

karena negara yang dapat menjamin ketertiban umum tersebut, serta Hobbes

menjelaskan juga bagaimana tingkah laku manusia dalam masyarakat, yang

diwarnai dengan perang dan kekerasan.

Selain Hobbes ada Hans J. Morgenthau yang memulainya ketika menulis

Politics Among Nations” yang mengamati apa yang terjadi pada Perang Dunia II

dimana pertarungan kekuatan militer antar bangsa membuktikan bahwa politik

internasional pada dasarnya adalah “ a Struggle for Power”26

Ada beberapa pendekatan yang berada pada level konsep dan teori dalam

prespektif realis, salah satunya adalah Deterrence yaitu merupakan pendekatan

25

Ibid., hal.36

26

(34)

18

yang menjelaskan bagaimana tindakan negara untuk dapat mencegah perang

dengan cara menggertak lawan agar tidak melakukan tindakan penyerangan,

tindakan ini lebih pada mempengaruhi psikologi lawan, dan deterrence berfungsi

sebelum perang terjadi, karena jika perang terjadi, konsep deterrence gagal

diterapkan. 27 Selain itu ada Konsep Alliance yang juga menjadi salah satu konsep

dalam pemikiran realis, dan dapat mendukung pula dalam penjelasan penelitian

ini yaitu : Konsep ini menejelaskan bagaimana negara memilih untuk beralliance

dengan negara-negara kuat maupun lawan jika ukurannya untuk menyeimbangkan

posisi (Balancing), sedangkan bandwagoning kondisi negara akan lebih rentan

mendapatkan intimidasi serta ancaman sehingga alliance yang dibangun tidak

dapat berjalan mulus. Stephen M. Walt’s dalam balance-of-threat “ Theory of alliance formation (1988), menjelaskan :

“Walt argues that balance-of-power theory’s focus on capabilities ignores other factors that statesmen consider when making alliance choices. Threat, not power, is at the heart of security concerns.”28

Selain itu Walt‟s mengemukakan hal lain dalam alliance :

“Other things being equal, states that are nearby are more dangerous than those that are far away. States with large offensive capabilities— defined as the capacity to threaten the sovereignty of other states—pose a greater threat than states whose capabilities are more suitable for defense. Lastly, states with aggressive intentions are more threatening than those who seek only to preserve the status quo. If balancing behavior is the norm, therefore, an increase in any of these factors— power, proximity, offensive capabilities, or aggressive intentions—should encourage other states to ally against the most threatening power (Walt 1988, 281).”29

27Mohtar Mas‟oed. 1990.

Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. hal.162.

28

Thomas Gangale.2003.Alliance Theory : Blancing, Bandwagoning, and Détente.OPS-Alaska and San Francisco State University.International Relation.PDF.hal.1

29

(35)

19

Walt‟s menyimpulkan bahwa ideology hanya berperan kecil dalam

pembentukan alliance, karena yang terpenting dari alliance yaitu bagaimana

mendapat rasa aman terhadap ancaman. Dimana ketika rasa aman yang menjadi

tujuan utama, sehingga membuat negara mencari kemanan dengan cara

beralliance dengan negara-negara kuat. Pada penelitian ini Korea Selatan

beralliansi dengan AS untuk membalancing kekuatan yang dimiliki oleh Korea

Utara. Kemanan Korea Selatan tidak bisa dilepaskan dari campur tangan AS,

dimana AS ikut serta dalam menjaga keamanan di Korea Selatan, termasuk

Semenanjung Korea.

1.5.3 Konsep Deterrence

Konsep deterrence digunakan sebagai bagian yang akan menjawab

mengapa respon serangan balik oleh Korea Selatan lebih kecil. Konsep

Deterrence yang digunakan oleh peneliti yaitu oleh David Ziegler. David

menjelaskan konsep deterrence sebagai berikut :

“Jika ingin melindungngi uang kita adalah dengan cara berdiri didekatnya dengan secagkir kopi dan mengancam akan menyiramkan kopi panas itu kepada siapa saja yang mencoba mencuri uang kita. Dalam hal ini kita tidak membuat pencuri itu menjadi tidak mungkin mencuri (kopi panas yang kita siramkan pada pencuri itu memang menyakitkan tetapi tidak mematikan sehingga dia masih bisa melakukan pencurian). Tindakan yang kita lakukan adalah mempengaruhi perhitungan-perhitungan dalam pikiran calon pencuri. Jika tindakan ini behasil, maka kita berhasil membentuk suasana psikologi yang oleh para pemikir stategi disebut deterens”30

30Mohtar Mas‟oed.

(36)

20

Didalam buku Mohtar Mas‟oed juga diberikan contoh dengan kasus,

pada April 1967, Korea Utara menembak jatuh pesawat pengintai AS yang

melintas dilepas pantai tersebut. Tindakan yang diambil oleh Presiden Nixon untk

menjaga pesawat-pesawat tersebut dikemudian hari yaitu dengan, “kalau kau tembak lagi pesawatku, pelabuhan Wonsa akan aku bom”. Mengingat tindakan

deterrence adalah untuk mempengaruhi psikologis lawan, agar tidak melakukan

tindakan lebih lanjut.31

Dijelaskan juga dalam buku Agenda Politik Internasional, sejak awal

tahun 1950an, para pakar strategi nuklir dibuat resa dengan meningkatnya

perlomban senjata yang terus mengalami kenaikan, dan dalam paya untuk

mencari alat-penggertak yang lebih efekti. Memasuki tahun-tahun pertama,

persoalan tersebut dilihat sebagai salah satu persoalan pnyediaan kekuatan

serangan-kedua yang layak diandalkan, karena Logika Gertakan (logic

deterrence), yang dipandang dari sisi Amerika Serikat adalah bahwa kita harus

menunjukkan kepada bangsa Soviet, dengan “memperkuat” rudal-rudal ditempat

peluncuran bawah tanah, dengan mempertahankan pasukan perang pemboman,32

“…seandainya mereka mengawali peperangan nuklir, gudang-gudang senjata kita yang hancur masih akan dapat menyerang balik dan

menimbulkan kerusakan luar biasa pada mereka”33

Tulisan lain yang mengemukakan tentang konsep deterrence dalam

International Relations “The Key Concepts Second Edition” penjelasan paling

sederhana yang bisa menjelaskan tindakan deterrence seperti :

31

Ibid.,hal.163

32

Lynn H. Miller. 2006. Agenda Politik Internasional.Pustaka Pelajar. Yogyakarta. hal.243

33

(37)

21

“…Do not attack me because if you do, something unacceptably horrible will happen to you.”34

Beberapa penjelasan diatas menjelaskan landasan dasar dari konsep

deterrence, yang ditangkap peneliti sebagai bentuk pencegahan agar lawan tidak

melakukan tindakan lebih lanjut, karena ketika ada tindakan selanjutnya maka

konsep deterrence tersebut gagal diterapkan.

Dalam kasus keputusan serangan balik Korea Selatan yang lebih kecil dari

serangan Korea Utara, sisi deterence ditunjukan dengan latihan militer gabungan

dengan AS dalam kapasitas besar oleh Korea Selatan pasca menyerang lebih kecil

kepada Korea Utara. Latihan militer tersebut dianggap peneliti sebagai rangkaian

rasionalitas Korea Selatan memutuskan meretaliasi untuk meminimalisir

kemungkinan serangan balasan dari Korea Utara atau merupakan tindakan

pencegahan agar konflik yang lebih besar tidak terjadi dengan cara menghadirkan

efek gentar terhadap Korea Utara.

1.5.4 Kalkulasi Serangan

Adapun kalkulasi serangan yang digambarkan peneliti sebagai ukuran

besar-kecil dari serangan yang terjadi di pulau Yeonpyeong yaitu; a) dilihat dari

jenis senjata yang digunakan yaitu spesifikasi kekuatan artileri dan daya jangkau

senjata (firing range), b) jumlah serangan yaitu dilihat dari jumlah peluru artileri

yang ditembakkan, dan c) efek atau dampak kerusakan akibat serangan yang

dilihat dari jumlah kerusakan dan korban jiwa.

34Martin Griffiths. Terry O‟Callaghan. Steven

C. Roach. 2008. International Relation “The Key

(38)

22

Jumlah serangan yang diberikan Korea Utara lebih banyak dibandingkan

dengan balasan serangan yang diberikan oleh Korea selatan pada saat peristiwa

penembakan dipulau Yeonpyeong terjadi, dimana Korea Utara menembakkan

kurang lebih 170 putaran artileri dan Korea Selatan membalas dengan

menembakkan kurang lebih 90 putaran artileri, kemudian dari efek yang

ditimbulkan tembakan yang diberikan oleh pihak Korea Utara menimbulkan

banyak kerusakan pada rumah-rumah warga sipil, gedung-gedung, serta

menghanguskan beberpa wilayah dipulau Yeonpyeong dan menewaskan 4 orang

korban jiwa serta 16 jiwa lainnya mengalami luka-luka, sedangkan balasan dari

Korea Selatan tidak diketahui seberapa besar efek yang ditimbulkan serta ada

kerusakan atau korban jiwa yang jatuh akibat balasan serangan tersebut.

Keterangan lebih lanjut akan dijelaskan pada bab II dalam kronologis serangan

diipulau Yeonpyeong.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksplanatif, yakni peneliti berusaha menghubungkan dua variable dari peristiwa

yang ada dan mengujinya dengan teori maupun konsep yang bisa menjelaskan

peristiwa tersebut. Dalam tulisan ini, penulis ingin menjelaskan mengapa respon

Korea Selatan dengan menyerang kembali Korea Utara, lebih kecil dari

(39)

23

pilihan-pilihan kebijakan dari Korea Selatan yang membuat serangan balasanya

lebih kecil dan apa saja yang dapat mempengaruhi hal itu terjadi.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini memerlukan sumber dan informasi sebagai bahan

acuan dalam penelitian ini. Sumber-sumber yang diambil sebagai referensi yaitu :

dari studi literatur, yang didapat dari buku, artikel, jurnal, koran, surat kabar,

maupun media cetak dan elektronik seperti internet, dan televisi.

1.6.3 Peringkat Analisa

Dalam penelitian ini menggunakan level analisis Induksionis35

, dimana

unit analisa berada pada tingkat yang lebih rendah yaitu rasionalitas dari Lee

Myung-Bak dalam hal ini dihitung sebagai negara yaitu Korea Selatan untuk

merespon serangan dengan tindakan yang lebih kecil, sedangkan unit

eksplanasinya berada pada tingkat yang lebih tinggi yaitu tensi/konflik (struktur

anarki) antara Korea Utara dan Korea Selatan berada di wilayah regional Asia

Timur.

Pada penelitian ini memiliki dua variabel yaitu: Variabel Independen36

atau unit eksplanasi adalah penyerangan balik Korea Selatan terhadap Korea

Utara.

35Menurut Mohtar Mas‟oed tingkat analisa induksionis adalah unit eksplanasinya berada ditingkat

labih tinggi dari unit analisanya. Mohtar Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional :Disiplin dan Metodologi (Jakarta : LP3ES,1990)hal 38-39.

36

(40)

24

Variable Dependen merupakan variable yang perilakunya hendak

dijelaskan atau disebut juga unit analisa adalah rasionalitas alasan penyerangan

balik Korea Selatan yang lebih kecil terhadap Korea Utara.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1 Batasan Materi

Dalam setiap penelitian memerlukan adanya ruang lingkup penelitian

berupa batasan materi dan batasan waktu. Disini batasan materi diperlukan agar

bahasan yang menjadi fokus sehingga tidak melebar, atau keluar dari fokus

masalah penelitian. Adapun batasan materi dalam penelitian ini adalah peristiwa

Yeonpyeong dimana Korea Utara menyerang Korea Selatan yang kemudian

direspon oleh Korea Selatan dalam kapasitas serangan yang lebih kecil. Serangan

Korea Utara merupakan respon atas latihan militer rutin Korea Selatan di

Kepulauan Yeonpyeong yang diikuti oleh aksi saling balas membalas antara

kedua negara yang berakhir dengan peristiwa Penyerangan Yoenpyeong.

1.6.4.2 Batasan Waktu

Ruang lingkup dalam penelitian ini di fokuskan mulai dari konflik yang

yang terjadi antara Korea Selatan dengan Korea Utara pada tahun 2010, karena

setelah tahun 2010 masalah tersebut hanya berkembang sekedar saling

(41)

25 1.7 Hipotesa

Keputusan Lee Myung-bak (Korea Selatan) membalas serangan Korea

Utara dalam kapasitas lebih kecil, disebabkan pada faktor menghindari perang

dengan cara men-deterens Korea Utara dengan jalan Show Force (latihan perang

yang lebih besar dengan AS setelah penyerangan Yeonpyeong), yang secara

langsung menimbulkan atau memunculkan efek gentar (deterance) pada pihak

Korea Utara, bahwa Korea Selatan dapat memberi serangan lebih besar, jika

Korea Utara kembali memberi serangan.

Keputusan menyerang lebih kecil yang kemudian diikuti dengan show

force dipandang sebagai keputusan yang rasional pada saat itu. Keputusan

menyerang lebih kecil sebenarnya merupakan keputusan yang merugikan Korea

Selatan, karena jika ditempatkan pada rasionalitas yang sama dengan Korea Utara,

hal tersebut justru akan membuat Korea Utara menjadi lebih “bernafsu” untuk menyerang kembali.

Show Force dengan menghadirkan kekuatan yang lebih besar dengan AS

menjadikan keputusan menyerang lebih kecil menjadi lebih rasional. Paket

serangan dengan latihan militer tersebut juga bertujuan untuk men-deterance

Korut sehingga dapat mencegah kemungkinan adanya serangan balasan dari Korut

yang dapat menimbulkan perang yang lebih besar.

(42)

26 1.8 Alur Pemikiran

Alur pemikiran yang dijelaskan dibawah ini, dijelaskan secara umum

1.9 Struktur Penulisan

Dalam sebuah penulisan perlu adanya penjabaran dari setiap permasalahan

yang diangkat. Perlu adanya sistematis penulisan sehingga memudahkan dalam

membuat kesimpulan dari sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

membuat sistematika dari bab - bab yang akan dibahas nantinya, dan dengan

menyesuaikan sistematika penulisan dengan kerangka pemikiran yang mencakup

seluruh bagian penelitian. Dan sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :

 BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.4 Kajian Pustaka

1.4.1 Penelitian Terdahulu

1.5 Teori and Konsep

Historical Konflik Korea Selatan –

Korea Utara

Perang Dingin

Konflik 2010 Pasca Perang Dingin

(43)

27

1.5.1 Teori Decision Making Process (Model Aktor Rasional)

1.5.2 Realisme

1.5.3 Konsep Deterrence

1.5.4 Kalkulasi Serangan

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Tipe Penelitian

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

1.6.3 Peringkat A nalisa

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Materi

1.6.4.2 Batasan Waktu

1.7 Hipotesa

1.8 Alur Pemikiran

1.9 Struktur Penulisan

 BAB II : SEJARAH KONFLIK KOREA UTARA KOREA SELATAN

2.1 Periodesasi Konflik Korea Selatan – Korea Utara 2.1.1 Perang Dingin

2.1.2 Pasca Perang Dingin

2.2 Upaya-Upaya Penyelesaian Konflik

2.2.1 Kebijakan Korea Selatan pada masa Lee Myung-bak

2.2.2 Kebijakan Korea Utara pada masa Kim Jong Il

2.3Recent Conflict (Eskalasi)

(44)

28

2.3.2 Insiden Pemboman di Pulau Yeonpyeong

2.3.3 Perbandingan Militer Korea Utara-Korea Selatan

 BAB III : RASIONAL CHOICE KORSEL TERHADAP PEMBOMAN DIPULAU YEONPYEONG

3.1 Keputusan Membalas Serangan Lebih Kecil

3.2 Sikap Preventif Korea Selatan terhadap Korea Utara

Gambar

TABEL 1.1 POSISI PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Terjalinnya hubungan kerjasama militer antara Jepang dan Korea Selatan dalam GSOMIA, disebabkan karena Jepang dalam keadaan dilema keamanan atas meningkatnya program nuklir Korea

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil di Desa Sionom Hudon Selatan mendapat respon positif dengan nilai rata-rata 0,38

Fakta yang penulis temukan dalam penelitian ini adalah bahwa pemberian bantuan yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan kepada Korea Utara mengalami peningkatan pada

atas berkah, kemudahan, rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan yaitu penyusunan skripsi

Implikasi Budaya Strategis Korea Selatan terhadap Reaksinya dalam Penerapan ADIZ Budaya strategis Korea Selatan adalah: (1) identitas Korea Selatan yang percaya diri terhadap

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada 100 pa sien di apotek wilayah Surabaya Selatan yang pernah mendapatkan konsultasi swamedikasi oleh Apoteker, maka dapat