• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Semiotik Makna Perjuangan Menjadi Istri Shalihah Dalam Film Air Mata Surga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Semiotik Makna Perjuangan Menjadi Istri Shalihah Dalam Film Air Mata Surga"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

SHALIHAH DALAM FILM AIR MATA SURGA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Aisyah 1112051000006

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Juli 2016

(5)

i

NIM : 1112051000006

Analisis Semiotik Makna Perjuangan Menjadi Istri Shalihah Dalam Film Air Mata Surga

Film adalah sebuah hasil karya seni yang dibuat oleh kecerdasan dan kreatifitas manusia. Dimana film memiliki makna, simbol dan pesan yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Pesan dalam film beraneka ragam, mulai dari pesan Islam, pesan moral dan lain-lain. Sedangkan makna dan simbol dalam film merupakan tanda yang tersembunyi dan untuk para penonton harus bisa lebih

detail dalam melihat hal tersebut.

Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah bagaimana makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam film Air Mata Surga? Kemudian, minornya adalah apa pesan dominan Islam yang disampaikan dalam film Air Mata Surga?

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, di mana peneliti menelaah dan menemukan data secara intensif dan mendalam. Peneliti memberikan deskripsi suatu film Air Mata Surga, temuan diperoleh tidak menggunakan ukuran atau angka melainkan berupa aspek makna Denotasi, Konotasi dan Mitos. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi serta dokumentasi.

Teori yang digunakan adalah Teori Roland Barthes. Teori ini menggambarkan kekuatan penggunaan semiotika untuk membongkar struktur makna yang tersembunyi dalam gambar film, pertunjukan dan konsep-konsep umum. Menurut teori ini semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda yang tersembunyi. Maka dari itu tanda dan simbol yang disajikan oleh sineas akan mempengaruhi persepsi penonton.

Pesan merupakan serangkain proses yang terlihat dalam film mulai dari awal sampai akhir. Dalam film Air Mata Surga terdapat Pesan Islam tentang keikhlasan. Dimana dalam film ini keikhlasan sangat terlihat pada seorang istri shalihah bernama Fisha dalam memperjuangkan rumah tangganya dan ikhlas untuk di poligami. Makna Denotasi yang terlihat dalam film Air Mata Surga adalah makna potret kehidupan berkeluarga yang dijalani oleh Fisha dan Fikri. Sedangkan Makna Konotasinya adalah perjuangan yang berujung pada pengorbanan seorang istri dalam mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Dan makna Mitosnya adalah bahwa hidup di dunia ini butuh sebuah perjuangan agar bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

(6)

ii

Syukur Alhamdulilah, segala puja-puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya dan Shalawat serta salam semoga Allah SWT melimpahkan kepada Baginda tauladan manusia, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menyebarkan benih kebaikan di muka bumi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Semiotik Makna Perjuangan Menjadi Istri Shalihah Dalam Film Air Mata Surga".

Dalam Proses penyelesaian skripsi ini, penulis tentunya mendapatkan banyak hal yang menghambat terselesaikannya skripsi ini. Meskipun hambatan itu, sebagian besar datang dari dalam diri penulis sebagai manusia yang mempunyai kelemahan. seperti rasa bosan, malas, dan suka menunda. Semua itu akan selalu menjadi penghambat penulis, jika penulis tidak mendapatkan dukungan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah memberikan dukungan baik moral maupun material dan membantu penulis hingga skripsi ini bisa diselesaikan. Ucapan terimakasih terkhusus kepada:

(7)

iii

Sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Prof. Dr. M. Yunan Yusuf selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Dr. Hj. Roudhonah. M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah meluangkan waktu untuk membimbing dan telah banyak memberi masukan serta saran selama penulisan skripsi ini.

5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih telah mengajari dan memberikan ilmu kepada penulis, dan penulis ucapkan mohon maaf apabila dalam proses perkuliahan, ada sikap atau sifat penulis yang kurang berkenan di hati Bapak/ Ibu, penulis sangat harapkan doa dari Bapak/ Ibu, semoga ilmu yang telah Bapak/ Ibu berikan menuai banyak keberkahan.

6. Reni Nur Cahyo Hestu Saputro dan Dona Roy Sandra selaku Sutradara dan Asisten Sutradara yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk di wawancarai secara langsung terkait penelitian skripsi ini.

7. Seluruh karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta pengelola perpustakaan Fakultas dan perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas layanannya, semoga pelayanan kepada mahasiswa menjadi lebih baik lagi kedepannya.

(8)

iv

bantuan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Dema-F, HMJ, dan HMI yang telah memberikan arti proses berorganisasi dalam kehidupan penulis selama berada di Kampus.

11.Sahabat penyemangat kelas KPI A 2012 dan Teman-teman dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini Faizah, Rizkika Utami, Ratih Pratiwi, Mia Kartika Sari, Sitty Annisa, Rohima, Diana Amelia. dan lain-lain terimakasih atas segalanya.

12.Sahabat yang selalu mengingatkan dan membantu selama proses melaksanakan penulisan skripsi ini agar cepat selesai Agus Tri Yanto Annisah Bilqis, Chaidir Ali, Mutia Laela, Putri Indah Lestari, Melly Pratiwi, Puji Indah Lestari, Rofiqoh Nur Azizah, Hanindiyo Saputro, terimakasih atas segalanya.

13.KKN GREGET 2012. Azkiya Fitra, Avicenna, Dalipah Rahmah Muthuah, Dewi Handayani, Faisal Abdurrahman, Haris Fadillah, Rihlah Noviyanti, Maya Andyka, Rizki Ardian, Syaibatul Hamdi, Selama masa satu bulan menjadi keluarga baru di Desa Barengkok, terimakasih atas kebersamaan selama KKN. Semoga Allah SWT senantiasa selalu melindungi kalian dimana pun berada.

14.Untuk semua teman-teman seperjuangan KPI Angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kalian sukses dan terus mengembangkan potensi kalian setelah lulus kuliah.

(9)

v

Reynaldi Sugandi, dan lain-lain terimakasih atas segalanya.

16.Dan semua orang yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak disebutkan satu persatu. Semoga amal dan kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.

Dengan segala kekurangan dan keterbatasan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga segala apa yang telah penulis lakukan dan hasilkan dapat membuahkan manfaat serta memberikan nilai kebaikan khususnya bagi penulis maupun pembaca sekalian. Dan semoga dapat menjadi suatu amalan kebaikan dalam bidang dakwah dan komunikasi, di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Juli 2016

(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Kepustakaan ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG SEMIOTIKA FILM DAN WANITA SHALIHAH ... 15

A. Ruang Lingkup Tentang Semiotika ... 15

1. Pengertian Semiotika ... 15

2. Elemen-Elemen Dasar semiotika ... 20

3. Teori Semiotika menurut Roland Barthes ... 25

B. Ruang Lingkup Tentang Film Air Mata Surga ... 32

1. Pengertian Film ... 32

2. Unsur-Unsur dan Pembentuk Film ... 34

3. Struktur-Struktur Film……… 35

4. Jenis-Jenis Film………...……….. 36

(11)

vii

2. Sifat Wanita Shalihah ... 42

3. Pandangan Islam Terhadap Wanita Shalihah ... 44

BAB III GAMBARAN UMUM FILM AIR MATA SURGA... 46

A. Latar Belakang Pembuatan Film Air Mata Surga ... 46

B. Sinopsis Film Air Mata Surga ... 49

C. Profil Sutradara Film Air Mata Surga ... 50

D. Profil Tujuh bintang Sinema ... 51

E. Profil Tim Produksi Film Air Mata Surga ... 52

F. Profil Pemain Film Air Mata Surga ... 53

G. Keunggulan Film Air Mata Surga ... 54

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN ANALISIS SEMIOTIK FILM AIRMATA SURGA ... 56

A. Analisis pesan Islam dalam Film Air Mata Surga... 56

B. Analisis makna denotasi, konotasi Dan mitos Air Mata Surga ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan... 88

B. Saran-saran ... 89

(12)

viii

Tabel 2.1 : Peta Roland Barthes ... 29

Tabel 4.1 : Scene 19 ... 58

Tabel 4.2 : Scene 20 ... 61

Tabel 4.3 : Scene 25 ... 66

Tabel 4.4 : Scene 26 ... 70

Tabel 4.5 : Scene 27...75

Tabel 4.6 : Scene 28...77

Tabel 4.7 : Scene 29 ... 80

(13)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada Era Modern saat ini, perkembangan film sangat pesat dan memiliki komponen-kompenan intrinsik digital yang sangat baik. Digitalisasi tersebut memberikan pengaruh pada film dalam menyatukan narasi, gambar dan musik secara bersamaan. Selain itu film juga dapat menciptakan representasi yang menjadi salah satu hal paling luar biasa yang diciptakan oleh kecerdasan manusia, Digitalisasi yang ditampilkan dalam film memberikan dampak positif yang sangat baik bagi penontonnya. Hal tersebut akan terus menarik perhatian bagi banyak orang di masa yang akan mendatang.

Film juga dapat menjadi sarana informasi, edukasi dan media dakwah yang berperan dalam penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Film bisa disebut sebagai sebuah karya seni yang menampilkan gambar untuk di produksi menjadi hiburan yang menarik untuk ditonton. Dalam pembuatan film menjadikan wadah dimana terbentuknya sebuah proses yang panjang dan melibatkan banyak orang dalam kebebasan mengeluarkan kemampuan, kreatifitas dan ide yang cemerlang.

(14)

ditempat lain. „Kebudayaan global‟ yang muncul melalui teknologi cetak

kertas pada Galaksi Guttenberg mendapatkan sentuhan kontemporer melalui medium film dalam galaksi elektronik.1

Masyarakat dan film memiliki hubungan yang sangat erat. Karena Film pada umumnya dibangun oleh banyak makna dan simbol. Tanda-tanda itu termasuk dalam berbagai sistem yang bekerjasama dengan baik dalam memberikan efek yang sesuai dengan yang diharapkan.

Salah satu film yang digemari oleh masyarakat yaitu film Air Mata Surga yang bercerita tentang perjuangan seorang istri shalihah yang memiliki kebesaran hati saat rumah tangganya ditimpa ujian berkali-kali. Fisha sebagai seorang istri memperlihatkan perjuangannya yang amat sangat berharga, ia memberikan sebuah pengorbanan yang mampu menggetarkan hati seorang wanita lainnya, yaitu memberikan izin dan meminta permohonan kepada suaminya Fikri untuk menikahi wanita pilihannya agar ia bisa mendapatkan anak dan kebahagiaan.

Film Air Mata Surga merupakan film Indonesia drama religi yang diperankan oleh Dewi Sandera sebagai Fisha, dia didiagnosa oleh dokter bahwa terkena kanker rahim stadium akhir dan tidak bisa memiliki seorang anak. Saat Fisha tidak memiliki waktu yang banyak, Fisha sebagai seorang istri mengambil langkah perjuangan yang berujung pada sebuah pengorbanan yang sangat luar biasa, pengorbanan yang mampu membuktikan bahwa cinta sejati hadir dalam hati seorang wanita. Fisha sebagai seorang istri mengikhlaskan suaminya untuk berpoligami dengan wanita lain, Film ini

1

(15)

disutradarai oleh Reni Nur Cahyo Hestu Saputro dan digarap oleh rumah produksi Tujuh Bintang Sinema.2

Film juga dapat dikatakan sebagai bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Dan juga film dibangun dengan tanda semata-mata tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.3

Dalam pembuatan film diperlukan ide-ide, konsep, teknis dan memerlukan persiapan waktu serta proses yang panjang untuk menghasilkan sebuah karya yang berkualitas secara visual dan verbal. Pencarian ide atau gagasan ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti mengangkat kisah dari novel, kisah nyata, kisah fiksi, cerpen (cerita pendek), puisi, dongeng, atau bisa juga mengacu pada catatan pribadi seseorang. Hal tersebut menandai bahwa film selalu menghasilkan sesuatu yang bermakna dan bernilai untuk dibuat dan ditayangkan.

Film Air Mata Surga ditayangkan di seluruh bioskop dengan durasi 119 menit di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 22 oktober 2015 dan film ini langsung mendapatkan rating atau peringkat nomer satu selama periode Tanggal 16-23 November 2015. Data tersebut merupakan data yang diolah melalui akun resmi dari akun twitter @BadanPerfilman, film produksi

2

Mustafa, Air Mata Surga, Di akses hari rabu, 16 Maret 2016 pukul 15.10 WIB dari akun http://cinemags.id/air-mata-surga/

3

(16)

Tujuh Bintang Sinema itu mengumpulkan akumulasi data sebanyak 401.474 penonton. Atau Terbilang Empat Ratus Satu Ribu Empat Ratus Tujuh Puluh Empat. Data Jumlah penonton berdasarkan laporan penjualan tiket di jaringan bioskop Cinema 21, CGV Blitz dan Cinemax Theater. Selain itu Film Air Mata Surga juga ditayangkan dan ditonton masyarakat yang berada di Negara Austria dan Cekoslovakia pada tanggal 20-25 Desember 2015, Tak heran jika Film Air Mata Surga merupakan Film Drama Religi yang terlaris di Indonesia dan mencapai 10 besar di box office.4

Film Air Mata Surga diadaptasi dari Novel Best Seller karya Aguk Irawan M.N, dalam film ini banyak hikmah dan pembelajaran yang dapat peneliti ambil yaitu tentang kebesaran hati seorang istri shalihah yang mampu menginspirasi banyak wanita di Indonesia karena berani ikhlas di poligami dengan suaminya. Fisha adalah Seorang istri shalihah yang penuh dengan perjuangan dalam menjalani kehidupan rumah tangganya walaupun ditimpa ujian berkali-kali. Yaitu mengalami keguguran dua kali dan divonis oleh dokter terkena kanker stadium akhir membuat Fisha sangat kuat dan selalu sabar mengahadapi kehidupan.

Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa istri shalihah adalah seseorang yang dapat taat dan dapat memelihara diri mereka ketika jauh dari suaminya, sebagaimanaa dijelaskan dalam surah An-Nisa ayat 34:

…….

ه ظفح ا ب بْيغْلل ٌ ا فاح ٌ ات اق احلاصلاف

…….

۝

4

(17)

Artinya: “Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika

suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka” (An-Nisa: 34).5

Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma„ruf lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.

ع ه يضررماعلا ْب هدْبع ْ ع

ملسو هيلع ه ىلص ه لوسر اا ْ

(ملسم اور) حلاصلا أر لاا عاتمرْيخو اتم اي دلا : لق

Artinya: “Dari Abdullah bin Amar RA bahwasannya Rasulullah SAW. Bersabda:

perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan itu adalah wanita shalihah” (HR. Muslim).6

Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tanda-tanda komunikasi yang tersirat di dalamnya dan makna simbolis mengenai makna perjuangan menjadi istri shalihah dari seorang perempuan yang bernama Fisha dan disampaikan dalam film Air Mata Surga. Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti bermaksud untuk menyusun skripsi dengan judul yaitu “Analisis Semiotik Makna Perjuangan Menjadi Istri Shalihah Dalam Film Air Mata Surga”.

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis membatasi pengambilan pada potongan adegan-adegan dan teks dalam film Air Mata Surga, hanya yang dianggap memiliki makna dari tanda atau simbol yang menggambarkan makna perjuangan. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes yang dilihat dari makna denotasi, Makna konotasi dan Makna mitos.

5

Al-Quran, Surah An-nisa (ayat 34)

6

(18)

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pesan Islam dalam film Air Mata Surga?

2. Apa makna denotasi, konotasi, dan mitos yang mempresentasikan makna perjuangan menjadi istri shalihah dalam film Air Mata Surga?

C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemikiran dan permasalahan di atas, maka tujuan penelitiannya adalah:

a. Untuk menganalisis dan mempresentasikan pesan Islam dalam film Air Mata Surga.

b. Untuk menemukan dan menganalisis makna denotasi, konotasi dan mitos yang mempresentasikan makna perjuangan dari Seorang istri yang bernama Fisha dalam film Air Mata Surga.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara teoritis semoga dapat menambah wawasan keilmuan.

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif kepada khalayak umum dan pengembangan ilmu komunikasi, khususnya dalam kajian semiotik dalam film yang menggunakan model Roland Barthes.

b. Manfaat Praktis

(19)

film yang sarat muatan makna dan memberikan pencerahan. Sedangkan untuk praktisi komunikasi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang ideal tentang bagaimana membaca makna yang terkandung dalam suatu produk media massa, melalui pendekatan semiotik.

D. Metodelogi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Bog dan Taylor mendefenisikan metodelogi sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti.7 Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode pengumpulan data berupa data sekunder dan data primer, selain itu metode analisisnya bersifat nonkuantitatif, seperti penggunaan wawancara via email, wawancara face to face secara langsung dengan narasumber atau lewat media online lainnya secara mendalam dan pengalaman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif, yaitu analisis yang berdasarkan kepada data-data yang didapati melalui survei. Dimana penulis mengumpulkan semua data berdasarkan fakta yang ada di lapangan dan menemui langsung narasumber terkait dengan penelitian ini, Kemudian penulis menggunakan model Roland Barthes yang melihat bahwa di dalam film Air Mata Surga terdapat makna denotasi, makna kontotasi dan makna mitos.

7

(20)

2. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan dokumen maupun literatur yang mendukung penelitian. Data-data yang dikumpulkan dalam teknik ini terbagi dua, yaitu:

1) Data Primer

Studi dokumentasi yang dilakukan penulis dengan melakukan pengamatan dari beberapa scene film Air Mata Surga yang mengandung makna perjuangan menjadi istri shalihah. Beberapa scene itu diambil dari Kaset DVD film Air Mata Surga yang diamati sebagai data primer.

2) Data Sekunder

Selain pengumpulan data primer, penulis juga melakukan pencarian melalui sumber-sumber tertulis untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian ini sebagai data sekunder, mengkaji berbagai literatur yang sesuai dengan materi penelitian melalui buku, artikel, dan internet.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung atau pribadi yang dilakukan seseorang terhadap narasumber yang dituju dengan maksud tertentu.8 Didalam skripsi ini penulis melakukan proses percakapan langsung (face to face) dengan sutradara dan asisten sutradara film Air Mata Surga yaitu Reni Nur Cahyo Hestu Saputro

8

(21)

dan Dona Roy Sandra untuk mengklarifikasi tentang film Air Mata Surga. Metode ini bertujuan untuk memperoleh lebih dalam lagi berupa bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden dan mencatat jawaban-jawaban dan untuk menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan lebih jelas.9

E. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah film Air Mata Surga dan objek penelitiannya adalah pesan dalam film yang mengandung makna Denotasi, Konotasi dan Mitos. Peneliti menggunakan metode kualitatif untuk menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif. Sumber data yang didapat oleh peneliti dari tinjauan pustaka dan sutradara dan asissten sutradara Film Air Mata Surga yaitu Reni Nur Cahyo Hestu Saputrodan Dona Roy Sandra untuk memperkuat Penelitian Skripsi ini.

F. Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan metode semiotika dengan tokoh Roland Barthes untuk teknis analisis datanya. Roland Barthes menggambarkan kekuatan penggunaan semiotika untuk membongkar struktur makna yang tersembunyi dalam gambar film, pertunjukan dan konsep-konsep umum. Dimana teknik analisisnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu Makna Denotasi yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti, Makna Konotasi yang menghasilkan makna tidak eksplisit, tidak langusng dan tidak pasti dan Makna Mitos yang menghasilkan ideologi, Analisis ini

9

(22)

bertujuan untuk melihat bagaimana serangkaian signifier (penanda) dan

Signified (petanda), (2) Form (Bentuk) dan Content (isi). Barthes juga

mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebut sistem, yaitu pembendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan sintagma, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkan aturan main tertentu.10 Dalam penelitian ini, semiotika Roland Barthes dipilih untuk menganalisa makna dibalik tanda-tanda yang tersaji dalam scene film Air Mata Surga karya Reni Nur Cahyo Hestu Saputro.

G. Tinjauan Pustaka

Setelah peneliti melihat pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi peneliti mendapati ada 5 judul skripsi yang senada dengan judul yang dibahas. Diantaranya yaitu:

1. “Analisis Semiotik Terhadap Makna Jihad Dalam Film Zero Dark Thirty”, oleh Rulli Chandra Syafrul tahun 2014 Nim: 109051000150

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Dalam skripsi ini peneliti menggunakan model Roland, Model ChristianbMetz dan Model Steve Campsall dan dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan metode wawancara. Peneliti menganalisis tentang jihad dalam jaringan komunikasi antar teroris dan agen CIA, pemilihan scene dalam penelitian ini terfokus pada penyiksaan kepada teroris. Dan juga ditemukan simbol pada scene ini, yaitu kekerasan demi kekerasan yang dilakukan Agen CIA terhadap teroris. Sedangkan

10

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika: Kode, Gaya dan Matinya Makna,

(23)

dalam penelitian saya hanya menggunakan model Roland Barthes dan Menggunakan metode wawancara untuk memperkuat data-data.

2. “Analisis Semiotik Representasi Nasionalisme K.H. Hasyim Asy’ari

Dalam Film Sang Kiai”, oleh Muhammad Reza Rijalul Umam tahun

2015, Nim: 108051100012. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam skripsi ini peneliti menggunakan model Roland Barthes dan penelitian ini menjelaskan peran tentang kiai dalam era perjuangan bangsa. Di lihat dari kiai

Ahmad Dahlan dan kiai Hasyim Asy’ari yang sama-sama kuat

memegang prinsip dan keyakinan, sedangkan subjek yang saya ambil adalah film air mata surga dan menjelaskan tentang perjuangan istri shalihah yang memiliki kebesaran hati dan rela berkorban untuk orang yang ia sayangi.

3. “Analisis Semiotika film Nasionalisme pada film Hope”, oleh Jeffri

Kaharsyah tahun 2014, Nim: 109051100041. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini meggunakan makna nasionalisme. Dalam skripsi ini menggunakan model Roland Barthes, Skripsi ini menjelaskan edukasi tentang nasionalisme bagi para pemuda, dan salah satu media yang cukup akrab bagi mereka adalah film. Sedangkan dalam penelitian menggunakan makna istri shalihah.

4. “Analisis Semiotik Makna Kesalehan Sosial Tokoh Zainuddin Dalam

Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”, oleh Indah Nurjanah

(24)

model Roland Barthes, namun dikaitkan dengan komponen dan elemen teknik semiotika Steve Campsall yang menjelaskan unsur-unsur sinematografi dalam adegan-adegan yang diteliti, Skripsi ini menjelaskan tentang makna kesalehan individual terdapat pada kegigihan tokoh Zainuddin yang diperankan oleh Herjunot Ali dalam menuntut ilmu agama dan diiringi dengan kesalehan sosial tokoh

Zainuddin yaitu sikap ta’awun dan amanah pada dirinya terhadap

Hayati dan Aziz. Sedangkan penelitian saya menggunakan makna perjuangan menjadi istri shalihah.

5. “Analisis Semiotik Makna Mimpi Dalam Film 12 Menit”, oleh

Zahrotunnisa tahun 2014, Nim: 1110051000146. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.dalam penelitian ini menjelaskan makna mimpi dan menggunakan model semiotika Roland Barthes. Skripsi ini berisi tentang perjuangan sekelompok tim

marching band yang ada di pelosok Negeri, yang mempunyai mimpi

yang sangat besar, untuk menjadi juara GPMB, yaitu perhelatan akbar untuk unit-unit marching band se-Indonesia. Sedangkan penulis menggunakan subjek yang berbeda dalam film yaitu film Air Mata Surga yang mengandung makna perjuangan menjadi istri shalihah.

(25)

Mata Surga. Hal tersebut bisa dikatakan sesuai untuk dijadikan perbandingan dalam penelitian ini.

Adapun pisau analisis dalam penulisan skripsi ini menggunakan model Roland Barthes di lihat dari segi makna denotasi, makna konotasi dan makna mitos. Namun dalam penulisan skripsi ini ada empat skripsi yang menggunakan model yang sama yaitu model Roland Barthes, dan yang satu skripsi menggunakan tiga model, yaitu model Roland Barthes, model ChristianbMetz dan model Steve Campsall.

H. Sistematika Penulisan

Agar Penelitian ini menjadi mudah dalam proses penulisannya, maka penelitian ini ditulis dengan mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UIN (Skripsi, Tesis, ceQda dan Disertasi 2007) karya Hamid Nasuhi, dkk. Dengan rincian sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika penulisan.

(26)

BAB III Gambaran Umum Film Air Mata Surga

Bab ini menggambarkan latar belakang pembuatan film Air Mata Surga, sinopsis film Air Mata Surga, Profil Sutradara film Air Mata Surga, profil Tujuh Bintang Sinema, profil tim produksi Air Mata Surga, profil pemain film Air Mata Surga, dan Keunggulan film Air Mata Surga.

BAB IV Temuan Dan Hasil Penelitian Analisis Semiotik Film Air Mata Surga

Bab ini membahas hasil penelitian analisis semiotika dan penjabaran temuan adegan yang diteliti, menemukan pesan Islam yang terdapat dalam film Air Mata Surga Dan menemukan makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat dalam beberapa adegan yang mengandung makna perjuangan menjadi istri shalihah dalam film Air Mata Surga.

BAB V Kesimpulan Dan Saran

(27)

15

LANDASAN TEORI

A. Ruang Lingkup Tentang Semiotika 1. Pengertian Semiotika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Semiotika merupakan ilmu teori tentang lambang dan tanda, dimana di dalam sebuah tanda terdapat bahasa, lalu lintas, kode Morse dan sebagainya.1 Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.2

Secara sederhana Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan cabang ilmu semula berkembang dalam bidang bahasa, kemudian dikembangkan pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual.3

1

Diakses pada hari kamis/ 19 Mei 2016, pukul 00.44, pada akun http://kbbi.top/arti- kata/semiotika

2

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media 2013) h.7.

3

(28)

Makna dalam semiotika adalah sebagai bentuk yang mempresentasikan lambang dan simbol dengan menghasilkan effect yang diharapkan. Analisis semiotika memang merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika membaca teks atau narasi atau wacana tertentu. Analisis bersifat paradigmatik dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah teks.4 Maka ilmu semiotika yaitu upaya-upaya yang dilakukan untuk menemukan makna dibalik sebuah tampilan gambar baik karikatur, majalah, iklan, poster, dan film.

Sebagai bagian dari ilmu sosial, semiotika komunikasi massa (media massa) lebih banyak memfokuskan kajiannya pada simbol. Menurut Van Zoest, metode analisis semiotik pada dasarnya lebih menekankan perhatian mengenai apa yang disebut lambang-lambang yang

mengalami “retak teks”. Yang dimaksud retak teks adalah bagian (Kata,

Istilah, kalimat, paragraf) dari teks yang ingin dipertanyakan lebih lanjut dicari tahu artinya atau maknanya.5

Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial, memahami dunia sebagai suatu sistem hubungan yang memiliki unit dasar dengan tanda, simbol dan makna. Maka dari itu, semiotika mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda yang tersembunyi. Maka dari itu tanda dan simbol yang disajikan oleh sineas dalam membangun persepsi penonton dan nantinya akan ditangkap oleh penonton sebagai bahasa.

4

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media 2013) h.8.

5

(29)

Bahasa inilah yang akan membentuk persepsi para penonton tentang tanda-tanda yang telah disajikan.6

Semiotik sebagai sebuah teori tentang tanda dan penandaan. Lebih jelasnya lagi, semiotik adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana sign „tanda-tanda’ dan berdasarkan pada sign system (code), sistem kode.7

Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda8

Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal sebagai semiologi.

Arti harfiahnya adalah “kata-kata mengenai tanda-tanda”, kata semi dalam

semiologi berasal semion (bahasa latin), yang artinya „tanda’. Semiologi

telah dikembangkan untuk menganalisis tanda-tanda.9

Bidang kajian semiotik atau semiologi adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan membimbing pembacanya, agar biasa menangkap pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan ungkapan lain dapat membacanya.

Semiologi berperan melakukan intrograsi terhadap kode-kode yang terpasang oleh penulis agar pembaca bisa memasuki bilik-bilik makna

6

Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana Media 2013) h.8.

7

Letche and Segers, Semiotika Komunikasi, (Jakarta: Jalasutra 2001-2004)h.10

8

Sumbo Tinarkubo, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra 2013) h.11-22.

9

(30)

yang tersimpan dalam sebuah teks. Seorang pembaca ibarat pemburu harta yang bermodalkan peta, harus paham terhadap sandi dan tanda-tanda yang menunjukkan dimana makna-makna itu tersimpan dan kemudian dengan bimbingan tanda-tanda baca itu pintu makna dibuka.10

Dari berbagai tanda semiotika film, dikenal pula istilah mise en

scene yang terkait dengan penempatan posisi dan pergerakan aktor pada

set (blocking), serta sengaja dipersiapkan untuk menciptakan sebuah

adegan (scene) dan sinematografi yang berkaitan dengan penempatan kamera, mise en scene berarti menempatkan sesuatu pada satu layar, unsur-unsurnya antara lain actor performance’s yang terdiri dari script adalah sebuah naskah yang berisi semua kalimat yang diucapkan oleh pemain film, dan movement yaitu semua hal dan berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemain film. 11

Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu:

a. Extreme Long shot

Extreme Long shot merupakan jarak kamera yang paling jauh

dari obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas. Teknik ini biasanya diambil untuk mendapatkan view yang bagus dan memberikan hasil yang sangat indah.

10

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.11.

11

(31)

b. Long shot

Pada Long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering digunakan sebagai

estabilising shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot

yang berjarak lebih dekat.

c. Medium Long shot

Pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas. Tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang.

d. Medium shot

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame.

e. Medium Close-up

Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada keatas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak medium close-up.

f. Close-up

(32)

g. Extreme Close-up

Extreme Close-up merupakan tipe shot untuk menampilkan

detail obyek, misalnya mata, hidung, atau telinga. Melakukan

pengambilan gambar dengan extreme close up perlu pertimbangan khusus, hal ini jarang sekali dilakukan apabila tidak ada alasan yang kuat.

h. Zoom in zoom out

Kamera bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming dan zoom out yang ada dikamera.12 2. Elemen-elemen Dasar Semiotika

Penggunaan metode semiotika dalam penelitian ini didasarkan pada pemahaman yang komprehensif mengenai elemen-elemen dasar semiotika. Elemen dasar dalam semiotika adalah tanda (penanda/petanda), aksis tanda (sintagma/sistem), tingkatan tanda (denotasi/konotasi), serta relasi tanda (metafora/metonim).

a. Komponen Tanda

Penggunaan semiotika sebagai „metode pembacaan’ didalam

berbagai cabang keilmuan dimungkinkan, oleh karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial, politik, ekonomi, budaya, seni dan desain sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, ia dapat pula dipandang sebagai

“tanda”. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian “tanda” itu

12

(33)

sendiri. Contoh seperti halnya selembar kertas yaitu bidang penanda

(signifier) untuk menjelaskan „bentuk’ atau „ekspresi’ dan bidang

petanda (signified), untuk menjelaskan „konsep’ atau „makna’.13 Berikut merupakan komponen yang ada pada tanda semiotika:

1) Tanda

Tanda dalam semiotik merupakan bagian yang menandai sesuatu atau keadaan untuk menerangkan obyek kepada subyek. Tanda, dalam hal ini selalu menunjukkan kepada sesuatu yang bersifat nyata misalnya benda, kejadian, tulisan, bahasa, peristiwa dan bentuk-bentuk tanda lainnya. Sebagai contoh terjadinya peristiwa gunung meletus mungkin diawali dengan tanda-tanda yang menunjukkan akan terjadinya peristiwa tersebut misalnya keluarnya asap tebal diiringi lahar. Bentuk seperti tanda alamiah tersebut merupakan suatu bagian dari hubungan secara alamiah pula. Peristiwa gunung meletus diwali dengan tanda-tanda yang menandakan akan terjadinya peristiwa itu.

Tanda-tanda alamiah berbeda dengan tanda-tanda yang dibuat oleh manusia. Tanda-tanda yang dibuat oleh manusia hanya akan merujuk pada sesuatu hal yang terbatas maknanya. Tulisan manusia misalnya, merupakan tanda yang maknanya terbatas pada hal-hal yang tertuang di dalamnya. Hal ini dapat pula ditunjukkan oleh binatang dengan bunyi (suara) sebagai penanda dari binatang tersebut. Tanda-tanda seperti itu selalu tetap dan tidak pernah

13

(34)

berubah. Dengan demikian tanda bersifat statis, umum, lugas dan obyektif.

2) Lambang

Lambang adalah sesuatu yang mengantarkan pemahaman si subyek kepada obyek. Suatu lambang biasanya selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang secara kultural, situasional, dan kondisional mengacu pada pengertian tertentu. Lambang kebanggaan negara berupa bendera. Warna pada bendera tersebut mempunyai makna sesuai dengan kultur, situasi, dan kondisi.

Lambang bagi Peirce merupakan bagian dari tanda. Setiap lambang adalah tanda dan tidak setiap tanda itu sebagai lambang. Adakalanya tanda dapat menjadi lambang secara keseluruhan yaitu dalam bahasa. Sebagai sistem tanda yang arbiter, setiap tanda dalam bahasa merupakan lambang. Puisi sebagai karya dengan medium bahasa di dalamnya terdapat lambang yang berupa bunyi, baik vokal maupun konsonan yang menyiratkan makna tertentu. 3) Isyarat

Isyarat merupakan hal atau keadaan yang diberikan oleh si subyek kepada obyek. Isyarat bersifat temporal karena subyek berbuat sesuatu untuk memberitahukan kepada obyek pada saat tertentu. Isyarat jika ditangguhkan akan menjadi tanda atau perlambang.

(35)

diri penulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan pada waktu lain. Bagi Peirce tanda mempunyai dua tataran, yakni tataran kebahasaan dan tataran mitis. Tataran kebahasaan merupakan tanda yang acuan maknanya mantap. Karena itu, tataran ini petandanya sebagai makna lugas. Sedangkan tataran mitis penafsir harus menemukan makna yang terdapat di dalamnya karena pada tataran ini kata bermakna kias, majas, figuratif, subyektif, dan makna-makna sertaan lainnya.14

b. Aksi Tanda

Di dalam konteks strukturalisme bahasa, tanda tidak dapat dilihat hanya secara individu, tetapi dalam relasi dan kombinasinya dengan tanda-tanda lainnya di dalam sebuah sistem. Analisis tanda berdasarkan sistem atau kombinasi yang lebih besar ini (kalimat, buku, kitab) melibatkan apa yang disebut aturan pengkombinasian (rule of

combination), yang terdiri dari dua aksis, yaitu aksis paradigmatic

(paradigmatic), yaitu pembendahraan tanda atau kata Cara

pengkombinasiaan tanda-tanda biasanya dilandasi oleh kode (code)

tertentu yang berlaku di dalam sebuah komunitas bahasa. “Kode”

adalah seperangkat aturan atau konvensi bersama yang didalamnya tanda-tanda dapat dikombinasikan sehingga memungkinkan pesan

dikomunikasikan dari seseorang kepada orang lain. “Kode” menurut

Umberto Eco, di dalam A Theory of Semiotics, adalah “aturan yang

14

(36)

menghasilkan tanda-tanda sebagai penampilan kongkretnya didalam

hubungan komunikasi”.15

c. Tingkatan Tanda

Cara pengkombinasian tanda serta aturan yang melandasinya memungkinkan untuk dihasilkannya makna sebuah teks. Oleh karena hubungan antara sebuah penanda dan petanda bukanlah terbentuk secara alamiah. Melainkan hubungan yang terbentuk berdasarkan konvensi. Maka sebuah penanda pada dasarnya membuka berbagai peluang petanda atau makna.

d. Relasi Antar tanda

Selain kombinasi tanda, analisis semiotika juga berupaya mengungkap interaksi di antara tanda-tanda. Meskipun bentuk interkasi di antara tanda-tanda ini sangat terbuka luas, tetapi ada dua bentuk interaksi utama yang dikenal, yaitu metafora (metaphor) dan metonimi (metonymy).

“Metafora” adalah sebuah model interaksi tanda, yang

didalamnya sebuah tanda dari sebuah sistem digunakan untuk menjelaskan makna untuk sebuah sistem yang lainnya. Misalnya

penggunaan metafora „kepala batu’ untuk menjelaskan seseorang yang

tidak mau diubah pikirannya. Metafora merupakan sebuah

15

(37)

kecenderungan yang kini banyak digunakan di dalam berbagai desain produk dan desain komunikasi visual.16

“Metonim” adalah interaksi tanda, yang didalamnya sebuah

tanda diasosiasikan dengan tanda lain, yang didalamnya terdapat hubungan bagian (part) dengan keseluruhan (whole). Misalnya, tanda

botol (bagian) untuk mewakili „pemabuk’ (total). Untuk menjelaskan

makna-makna secara tidak langsung. 3. Teori Semiotika

Roland Barthes adalah salah seorang pakar ahli semiotika dari perancis yang membahas strukturalisme kepada semiotika teks dan mengembangkan dua tingkatan pertandaan (staggered systems), yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi

(denotation) dan konotasi (connotation). Roland Barthes menggambarkan

kekuatan penggunaan semiotika untuk membongkar struktur makna yang tersembunyi dalam gambar film, pertunjukan dan konsep-konsep umum. Secara historis tokoh yang lahir dan dibesarkan di sebelah Barat Daya Prancis ini sering disebut sebagai penerus dari teori Saussurean. Barthes mengembangkan sebuah model relasi antara apa yang disebut sistem, yaitu pembendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan sintagma, yaitu cara pengkombinasian tanda berdasarkan aturan main tertentu.17 Selain itu Barthes pada tahun 1950-an menarik perhatian dengan telaahnya tentang media dan budaya pop menggunakan semiotika sebagai alat teoritisnya. Tujuan utamanya

16

Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya 2004), h.95.

17

(38)

ialah mempelajari bagaimana media massa menciptakan atau mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri. Seperti : (1) apa yang dimaksudkan atau dipresentasikan oleh sesuatu; (2) bagaimana makna itu digambarkan; dan (3) mengapa ia memiliki makna sebagaimana ia tampil.18 Penjelasnnya seperti berikut :

a. “Denotasi” adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan

antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi (denotative meaning), dalam hal ini, adalah makna pada apa yang tampak. Misalnya, foto wajah Soeharto berarti wajah Soeharto yang sesungguhnya. Denotasi adalah tanda yang penandanya mempunyai tingkat konvensi atau kesepakatan yang tinggi.19

b. “Konotasi” adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan

antara penanda dan petanda, yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Ia menciptakan makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi atau keyakinan. Misalnya, tanda bunga

mengkonotasikan „kasih sayang’ atau tanda tengkorak

mengkonotasikan „bahaya’. Konotasi dapat menghasilkan makna lapis

kedua yang bersifat implisit,tersembunyi, yang disebut makna konotatif (connotativ meaning). 20

18

Marcel Danesi, Semiotika Media, (Yogyakarta, Jalasutra : 2010), h.34-35. 19

Tommy Christomy, Semiotika Budaya, (Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya 2004), h.94.

20

(39)

c. “Mitos” dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi

ideologi, yang disebut dengan “mitos” dan berfungsi untuk

mengungkapkan dan memberikan bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Jadi mitos adalah suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos atau singkatnya mitos merupakan suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang disuatu kelompok masyarakat sehingga diakui sebagai kebudayaan yang ada didalam masyarakat tersebut.21

Bagi Barthes, Faktor penting dalam konotasi adalah penandaan dalam tatanan pertama. Penanda tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Lewat unsur verbal dan non verbal, diperoleh dua tingkatan makna, yakni makna denotativ yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh. Dalam pemahaman Barthes semiotika adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial.22

Bagi Barthes, mitos adalah sistem semiologis urutan kedua atau metabahasa. Mitos adalah bahasa kedua yang berbicara tentang bahasa tingkat pertama (penanda dan petanda) yang membentuk makna denotatif menjadi penanda pada urutan kedua pada makna mitologis konotatif.23

21

Tommy Christomy, Semiotika Budaya, h.95. 22

Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: JALASUTRA 2009), h.15.

23

(40)

Roland Barthes mengelompokkan kode-kode tersebut menjadi lima kisi-kisi kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi, dan kode kultural atau kode kebudayaan. Uraian kode-kode tersebut dijelaskan pradopo (1991-80-81) sebagai berikut :

Kode hermeneutik, yaitu artikulasi pelbagai cara pertanyaan, teka-teki, respons, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, kode hermeneutik berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana. Siapakah mereka? Apa yang terjadi? Halangan apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban lain?

Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Misalnya konotasi femininitas dan maskulinitas. Atau dengan kata lain, kode semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminin, kebangsaan, kesukuan, atau loyalitas.

Kode Simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antithesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, atau skizofrenia.

Kode Narasi atau proairetik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi, atau antinarasi.

Kode kebudayaan atau kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, dan legenda.24

24

(41)
[image:41.595.113.518.114.578.2]

Tabel 1.2 Peta Roland Barthes

1. Signifer (Penanda) 2. Signifer (Petanda)

3. Denotative Sign (Tanda Denotatif )

4. Conotative Signifer (Penanda

Konotatif)

5. Conotative Signified (Petanda

Konotatif)

6. Conotative Sign (Tanda Konotatif)

Dari peta Barthes di atas penulis menambahkan makna mitos dalam penjabaran melalui teks, bahwa mitos muncul ketika tanda denotatif dan tanda konotatif bertemu lalu akan menajadi mitos apabila keduanya saling bersinambungan. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda singa, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. Jadi dalam konsep Barthes, terdapat tanda konotatif yang bukan hanya sekedar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertiannya secara umum denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna yang pasti, dalam arti makna yang “sesungguhnya”.

(42)

merupakan sebuah sistem yang tingkat pertama, sementara konotasi berada pada tingkat kedua.25

Berdasarkan penjelasan diatas, semiotik Roland Barthes bertumpu pada tiga hal yaitu: denotasi, konotasi dan mitos. Makna denotasi adalah makna paling nyata dari tanda yang memiliki arti sebenarnya dari tanda yang terlihat, dengan kata lain denotasi merupakan kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan yang terdapat dalam potongan gambar-gambar di film Air Mata Surga.

Sedangkan Konotatif dikatakan sebagai secondary sign (signifikasi tingkat kedua. Konsep konotasi inilah yang menjadi kunci penting model semiotik Roland Barthes.26 Konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua.27

Tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penanadaan dan tataran denotatif.28 Dengan kata lain makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya.29

Spradley mengatakan makna konotasi meliputi semua signifikasi sugestif dari simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Sedangkan menurut Piliang makna denotasi meliputi aspek makna yang berkaitan

25

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.69. 26

Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 21. 27

Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 15. 28

Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 69. 29

(43)

dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Contohnya wajah orang yang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan, kebahagiaan. Tetapi tersenyum bisa saja diartikan sebagai penghinaan terhadap seseorang.30

Pada makna konotasi ini peneliti membuat interpretasi dari makna denotasi yang didasarkan pada rumusan masalah yang dibuat oleh peneliti, sehingga konotasinya akan menggambarkan makna perjuangan menjadi istri shalihah yang terlihat dalam film Air Mata Surga.

Barthes menjelaskan cara yang kedua dalam cara kerja tanda di tataran kedua adalah melalui mitos.31 Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.32 Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos “kata” “ujaran”, “kisah tentang dewa-dewa”.33 Mitos menurut Barthes merupakan perkembangan dari konotasi.34 Dimana mitos masa kini, membicarakan sejumlah fenomena yang dianggap penting karena posisinya strategis dalam kebudayaan masa kini35 Mitos yang sudah tepat, maka ia menjadi ideologi.36 Jadi mitos adalah suatu kejadian yang terjadi berulang-ulang di masyarakat sehingga diakui sebagai kebudayaan yang ada di dalam masyarakat.

30

Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), h. 20. 31

Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi ketiga, Cet-3, h. 143. 32

Wibowo, Semiotika Komunikasi, h. 22. 33

Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h.167. 34

Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h.78. 35

Hoed, Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, h.120. 36

Primi Rohimi, Mitos Perempuan dalam Pesantren Analisis Semiotik Film “Perempuan

(44)

B. Ruang Lingkup Tentang Film 1. Definisi Film

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dipotret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film dapat diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup atau segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.37

Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya keatas layar. Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematic atau gerak. Film juga sebenernya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seloloid. Pengertian secara harfiah, film (sinema) adalah cinemathographie yang berasal dari cinema dan tho artinya phytos (cahaya), graphi atau graph (tulisan atau gambar atau citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut dengan kamera.38

Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar lebar, pengambilan gambar karena menggunakan layar lebar, maka memungkinkan pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan

37

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai pustaka,2007),h.316

38

(45)

extreme long shot, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat menonton pikiran dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang disuguhkan.39

Topik dari film menjadi sangat pokok dalam semiotika media karena di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang ditanggapi orang-orang masa kini dan melalui film mereka mencari rekreasi, inspirasi, dan wawasan.40

Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya sangat kompleks. Film dapat menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, dan juga alat politik. Film juga dapat menjadi sarana rekreasi dan edukasi. Di sisi lain film merupakan media penyebarluasan nilai-nilai kebudayaan baru. Menurut Antonio Gramsci, media (film) dipandang sebagai ruang di mana berbagai ideologi dipresentasikan. Hal ini berarti di satu sisi media dapat digunakan sebagai alat penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan alat pengontrol wacana publik. Namun, di sisi lainnya media dapat digunakan sebagai alat resistensi terhadap kekuasaan karena dapat menjadi alat untuk membangun kultur dan ideologi.41

Dalam film juga menampilkan pertunjukan yang ditayangkan melalui media-media layar lebar taupun layar kaca. Film sebagai sebuah

39

Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi Massa, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 145-147.

40

Marcel Danesi, Semiotika Media, (YOGYAKARTA: JALA SUTRA, 2010), h.134. 41

(46)

produk, agar berkualitas harus memperhatikan unsur-unsur pokok film sebagai berikut:42

a. Penulis Skenario. b. Sutradara.

c. Aktor/Aktris. d. Juru Kamera.

e. Penyuntingan (Editing). f. Penata Artistik dan g. Produser

2. Unsur-unsur dan Pembentuk Film a. Tittle adalah judul.

b. Crident title, meliputi: produser, karyawan, artis (pemain) dll.

c. Tema Film, adalah sebuah inti cerita yang terdapat dalam sebuah film.

d. Intrik, yaitu Usaha pemeranan oleh pemain dalam menceritakan

adegan yang telah disiapkan dalam naskah untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh sutradara.

e. Klimaks, yaitu puncak dari inti cerita yang disampaikan klimaks bisa

berbentuk konflik atau benturan antar kepentingan para pemain.

f. Plot, adalah alur cerita. Alur cerita terbagi dalam dua bagian yang

pertama adalah alur maju dan kedua adalah alur mundur. Alur maju adalah cerita yang disampaikan pada masa sekarang atau massa yang akan datang, sedangkan alur mundur adalah cerita yang mengisahkan tentang kejadian yang telah lampau.

42

(47)

g. Suspen atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung.

h. Million Setting, yaitu latar kejadian dalam sebuah film. Latar ini bisa

berbentuk waktu, tempat, perlengkapan, aksesoris, ataupun fashion yang disesuaikan.

i. Sinopsis, adalah gambaran cerita yang disampaikan dalam sebuah film,

j. Trailer, yaitu bagian film yang menarik

k. Character, yaitu karakteristik dari para pemain/pelaku dalam sebuah

film.43

l. Suara, yaitu segala sesuatu yang terdapat dalam film yang mampu tertangkap oleh indera pendengaran manusia. Dalam perkembangannya efek dalam suara memiliki peran dan arti yang penting dalam membangun emosi para penonton saat menyaksikan sebuah tayangan film.

3. Struktur-struktur sebuah film a. Pembagian Cerita.

b. Pembagian Adegan (Squence). c. Jenis pengambilan gambar (Shoot). d. Pemilihan adegan pembuka (Opening). e. Alur cerita dan continuity (Berkelanjutan).

f. Intrique yang meliputi jealousy, Pengkhiatan, rahasia bocor, tipu

muslihat, dll.

g. Anti Klimaks, yaitu penyelesaian masalah. Anti klimaks ini terjadi

setelah klimaks.

43

(48)

h. Ending atau penutup, Ending dalam film bisa bermacam-macam, apakah happy ending (cerita diakhiri dengan kebahagiaan) ataupun sad ending (Diakhiri dengan penderitaan).44

4. Jenis-jenis film

Dalam jenis film, kita dapat mengetahui bahwa jenis film adalah sebuah cerita yang beragam, mengandung pesan dan memiliki alur cerita yang berbeda-beda. Sehubungan dalam ukuran, film dibedakan pula menurut sifatnya yang umumnya terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut: a. Film Cerita (Story Film)

Film cerita adalah jelas film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film jenis cerita juga menyajikan kepada publik sebuah cerita sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukkan semua publik dimana saja.45 Biasanya film cerita memiliki love story dan

happy ending dalam proses alur skenario dan tempat. Film cerita juga

mampu memberikan pesan yang amat penting bagi penontonnya. b. Film berita (Newsreel)

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta. Peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (newsvalue). Sebenarnya, kalau dibandingkan dengan media lainnya seperti surat

44

Aep Kusnawan, dkk., Komunikasi Penyiaran Islam, h.103.

45

(49)

kabar dan radio sifat “newsfact” nya film berita tidak ada. Sebab sesuatu berita harus aktual. Ini disebabkan proses pembuatannya dan penyajiannya kepada publik yang memerlukan waktu yang cukup lama.46 Di dalam film berita sesuai dengan fakta yang sudah terjadi dilapangan sehingga dalam penayangannya tidak terlalu banyak memunculkan adegan arbiter.

c. Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film yang menampilkan imajinasi dan kreatisfitas yang tinggi, karena film dokumenter dibuat melalui pemikiran dan perencanaan yang matang. Didalam film dokumenter juga menampilkan fakta dan peristiwa yang memiliki daya tarik untuk dijual kepada publik.47 Dan Dokumenter sering kali diambil tanpa skrip dan jarang sekali ditampilkan dibioskop yang menampilkan film-film fitur, akan tetapi, film-film jenis ini sering tampil di televisi. Dokumenter dapat diambil pada lokasi pengambilan apa adanya, atau disusun secara sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.48 Selain itu film dokumenter bisa dibuat dan direkam dimana saja dan kapanpun oleh seseorang. Karena pembuatan filmnya tidak terlalu dibatasi oleh waktu dan ruang yang sempit.

d. Film Kartun

Film kartun adalah seni lukis yang menggambarkan tokoh-tokoh kartun baru yang diputar dalam proyektor film dan bisa

46

Marcel Danesi, Semiotika Media, h.212.

47

Prof Onong Uchjana Effendy.,M.A., Ilmu Teori dan filsafat komunikasi, (Bandung, PT.CITRA ADITYA BAKTI : 2003), h.213.

(50)
[image:50.595.152.513.263.542.2]

menimbulkan hal yang menarik, lucu dan dapat ditonton oleh semua kalangan. Selain itu banyak pula yang menjadikannya majalah cerita bergambar atau buku untuk keperluan anak-anak. Tidak sedikit pula yang menimbulkan gagasan untuk menciptakan atau menghidupkan gambar-gambar yang mereka lukis dan si tokoh dalam film kartun dapat dibuat menjadi ajaib, dapat terbang, menghilang, menjadi besar, menjadi kecil secara tiba-tiba. Dan lain-lain.49 Film kartun mempunyai ciri khas tersendiri, karena didalam film kartun biasanya sudah ada karakter dari tokohnya dan memiliki kelebihan masing-masing dalam memerankan tokoh tersebut, seperti film Doraemon dan Spongebob

The Movie. Kedua film tersebut menampilkan sosok karakter yang

berbeda dalam sebuah film. Akan tetapi kedua film tersebut sama-sama memiliki fungsi untuk hiburan.

e. Film Animasi

Film animasi adalah film yang menciptakan ilusi gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar-bergerak selalu diawali hamper bersamaan dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang menggambarkan bagian penting dari cerita. Sketsa tambahan dipersiapkan kemudian untuk memberikan ilustrasi latar belakang, dekorasi serta tampilan dan karakter tokohnya. Pada masa kini, hampir semua (jika tidak semuannya) film animasi dibuat secara digital dengan komputer.50 Dalam membuat film animasi memerlukan daya

49

Marcel Danesi, Semiotika Media, h.216.

50

(51)

kreatif imajinasi yang tinggi, sebab dalam sebuah film animasi kita harus bisa mengembangkan karakter tokoh yang ingin kita tampilkan dalam film tersebut. Melalui dari gambar sketsa, suara dan editing. C. Wanita Shalihah Dalam Islam

1. Pengertian Wanita Shalihah

Wanita Shalihah adalah wanita yang sederhana dan bertutur kata dengan lembut, tidak suka berlebihan membelanjakan harta suaminya, dan justru dia menjaganya agar suaminya tidak terdorong untuk memburu uang atau kekayaan dengan jalan yang tidak dibenarkan agama.51 Di mana dia akan merasa tenang padanya dari hiruk-pikuknya kehidupan dan dari cengkramannya. Disisinya dia akan mendapatkan ketenteraman, kebahagiaan, ketenangan dan kenikmatan yang tidak dapat dikalahkan oleh kenikmatan hidup lainnya.52

Dalam Al-Quran Surat An-Nur Ayat 31:

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah

51

Isham bin Muhammad Asy-Syarif, Mutiara Kata Untuk Muslimah, (Jakarta, CV. PUSTAKA MANTIQ: 1995), h.75.

52

(52)

mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera-putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman

supaya kamu beruntung.”

Pada ayat di atas penulis memberikan gambaran tentang wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya, Wanita shalihah yang selalu menjaga dirinya ketika tidak sedang bersama suaminya, menjaga auratnya dari semua orang yang ia temui dan beriman untuk menjalankan syariat islam dengan baik dan benar.

دامحمان ْرب ْخا

نْب

دْبع

ل

نْب

دْيزي

لاق

:

نثادح

ْيبا

لاق

ادح

انث

ة ْويح

أبْنأرخآركذو

ان

لْيبح ْرش

نْب

كرش

هانأ

عمس

تم ْحارلادْبعابأ

ْي بحلا

ثدحي

ْنع

لدْبع

نْب

نْب ْورمع

أاعْلا

ن

ل ْوسر

ل

ى ص

ل

هْي ع

سو

لاق

انأ

ايْندلا

ا ا ك

عاتم

عاتمرْيخو

ايْندلا

ةأ ْرمْلا

حلااصلا

(

هاور

ْسم

)

Artinya: “Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Abdillah bin Yazid berkata: “Telah bercerita kepada kami hawa yang menutur sanad hingga akhir dan bercerita kepada kami syarohbil bin syarik sesungguhnya beliau mendengar Abu Abdirrohman Al-Hubla berkata dari

Abdulloh bin Amr bin il’a. sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda:

“sesungguhnya seluruh dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.” (H.R. Muslim)

(53)

menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).53

Wanita Shalihah memiliki kepribadian yang mampu menciptakan kebahagiaan, ketentraman, ketenangan dan keteguhan. Selain itu juga mampu menghindarkan berbagai kesulitan dan rintangan dalam hidup berumah tangga. Setiap ditimpa ujian dan cobaan ia selalu memiliki hati yang tabah, ikhlas dan sabar dan yang dilakukan wanita shalihah yaitu menunjukan rasa pedulinya bagi anak-anaknya, pencetak generasi-generasi yang tangguh dan melahirkan anak-anak yan pintar.54

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, telah menjelaskan dengan

gamblang bahwa wanita shalihah yang benar-benar beriman meskipun dibenci suaminya, namun dia tetap memiliki akhlak mulia yang diridhai suaminya, oleh karena itu hendaklah kaum suami tidak melupakan sisi

Gambar

Tabel 4.5 : Scene 27...............................................................................................75
Tabel 1.2 Peta Roland Barthes
gambar-gambar yang mereka lukis dan si tokoh dalam film kartun
1.Tabel 4.1  Scene 19
+7

Referensi

Dokumen terkait

  Keywords:  makna persahabatan, film, analisis semiotik 

Nasionalisme yang ditampilkan oleh Hasyim dan Salman dalam film Tanah Surga Katanya diharapkan dapat memberikan contoh yang baik dan pelajaran bagi generasi muda untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya terdapat pada makna tanda-tanda dan kode yang muncul dalam beberapa scene atau adegan di dalam film Eat, Pray,

tiap adegan yang mengandung makna pesan moral yang terdapat dalam film “3.. DOA

Makna denotatifnya sudah terlihat jelas di beberapa film Dilan terdapat adegan yang penuh dengan kasih sayang dan penuh perjuangan.. Makna konotatifnya yakni dalam film

Unit analisis dalam penelitian ini, yakni pengambilan berupa potongan gambar atau scene dan dialog yang mengandung pesan dakwah, yang terdapat dalam film

Mendiskripsikan aspek nilai kerja keras dan wacana cinta tanah air yang terkandung dalam film Tanah Surga Katanya, peneliti menggunakan analisis semiotik yang

Sumber: olah data peneliti dari film “Surga Yang diRindukan 3” Pada gambar di atas maka dapat penulis disimpulan makna pesan dakwah aqidah yang ditampilkan pada film “Surga Yang