BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Foraminifera Planktonik
Secara terminologi, foramiifera dapat didefenisikan sebagai organisme bersel
tunggal yang hidupnya secara akuatik (terutama hidup di laut), mempunyai satu atau
lebih kamar yang terpisah satu sama lain oleh sekat (septa) yang ditembusi oleh
banyak lubang halus (foramen). Foraminifera planktonik merupakan jenis
foraminifera yang hidup dengan cara mengambang di permukaan laut.
Foraminifera jumlah genusnya sedikit, tetapi jumlah spesiesnya banyak.
Planktonik pada umumnya hidup mengambang dan bergerak tergantung oleh arus
pasif di permukaan laut. Fosil planktonik ini dapat digunakan dalam memecahkan
masalah geologi antaralain sebagai berikut.
1. Sebagai fosil petunjuk.
2. Digunakan dalam pengkorelasian batuan.
3. Penentuan umur relative suatu lapisan batuan.
4. Penentuan lingkungan pengendapan.
Foraminifera planktonik tidak selalu hidup di permukaan laut, melainkan dapat
pula hidup pada kedalaman-kedalaman tertentu yakni sebagai berikut.
1. Hidup pada kedalaman antara 30-50 meter
2. Hidup pada kedalaman antara 50-100 meter
3. Hidup pada kedalaman 300 meter
4. Hidup pada kedalaman 1000 meter
Jumlah foraminifera planktonik sangat kecil dibandingkan dengan spesies
foraminifera bentonik. Umumnya foraminifea planktonik tidak mampu bertahan
hidup terhadap pengurangan salinitas da nada juga yang tidak tahan terhadap
foraminifera planktonik yang selalu menyesuaikan diri terhadap temperatur, sehingga
pada wakt siang hari hidupnya hamper di dasar laut, sedangkan pada malam hari
hidup di permukaan air laut. Sebagai contoh adalah Globigerina pachyderma di Laut
Atlantik Utara hidup pada kedalaman 30-50 meter, sedangkan di Laut Atlantik
Tengah hidup pada kedalaman 200-300 meter.
2.2 Morfologi Foraminifera Planktonik
Foraminifera planktonik mempunyai ciri yang membedakannya dengan
foraminifera yang lain. Ciri-ciri umum foraminifera planktonik yakni sebagai berikut.
1. Test (cangkang) berbentuk bulat.
2. Susunan kamar umumnya Trochospiral.
3. Komposisi test berupa gmping hyaline.
4. Hidup di laut terbuka (mengambang).
5. Di daerah tropis melimpah dan jenisnya sangat bervariasi.
6. Di daerah subtropis-sedang jumlahnya sedikit tapi spesiesnya yang
bervariasi.
7. Di daerah subkutub jumlahnya melimpah tetapi spesiesnya sedikit.
2.2.1 Susunan Kamar dan Jumlah Putaran
Susunan kamar foraminifera dapat dibagi menjadi:
1. Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua kamar terlihat
dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contohnya:
Hastigerina
2. Trochospiral yaitu sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar
terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama.
3. Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospial, kemudian planispiral
menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh
Pulleniatina.
Adapun cara menghitung jumlah putaran pada cangkang foraminifera kita harus
dapat melihat dahulu arah putarannya, apakah searah jarum jam atau berlawanan, ini
dapat dilihat dari perkembangan kamarnya. Setelah itu ditentukan nomor urutan
perkembangan kamarnya mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar. Barulah
dapat ditarik garis yang memotong kamar satu, kamar nomor dua, dan seterusnya
hingga amar terakhir. Setelah itu, hitung jumlah putarannya.
2.2.2 Bentuk Test
Bentuk test adalah bentuk keseluruhan dari cangkang foraminifera.
Macam-macam test foraminifera antaralain:
a. Globular (berbentuk bola bundar)
b. Disk (berbentuk seperti botol)
c. Cylindrical (berbentuk seperti batang)
d. Spiral
e. Stellate (berbentuk seperti bintang)
f. Cancellate
g. Lancelate (berbentuk seperti gada)
h. Conical (berbentuk kerucut)
i. Spherical
j. Discoidal (berbentuk seperti cakram)
k. Fusiform (bentuk kombinasi)
l. Biumbilicate (mempnyai 2 umbilicus)
m. Tabular (berbetuk seperti tabung)
o. Aborescent (berbentuk seperti pohon)
p. Radiate (bentuk radial)
q. Irregular (tidak teratur)
r. Hemispherical (bentuk setengah bola)
s. Zig-zag
t. Biconvex (cembung pada kedua sisi)
u. Flaring (seperti obor)
v. Spiroconvex (cembung pada sisi dorsal)
w. Umbiliconvex (cembung pada sisi ventral)
x. Lenticular biumbilicate (seperti ensa)
y. Palmate (seperti daun)
z. Arborescent (seperti pohon)
2.2.3 Bentuk Kamar
Bentuk kamar adalah bentuk masing-masing pembentuk test cangkang
foraminifera. Macam-macam bentuk kamar, antaralain:
a. Spherical
b. Pyriform
c. Tabular
d. Angular truncate
e. Hemispherical
f. Globular
g. Angular rhomboid
h. Angular conical
i. Radial elongate
j. Ovate
l. Tobuluspinate
m. Flatulose
n. Semicircular
o. Cylical
p. Neat
2.2.4 Kamar, Septa, dan Suture
Cangkang foraminifera tersusun oleh dinding, kamar, proloculum, septa,
suture, dan aperture.
1. Kamar, merupakan bagian dalam foraminifera (ruang) dimana protoplasma
berada.
2. Proloculum, merupakan kamar pertama pada cangkang foraminifera.
3. Septa, yakni bidang pada kamar yang dibatasi oleh suture. Biasanya terdapat
lubang-lubang halus berupa “foramen”. Saat pengamatan mikroskopis, epta
dapat dilihat dari luar test.
4. Suture, yaitu gairs pertemuan antara septa dengan dinding cangkang.
5. Aperture, merupakan lubang utama pada cangkang foraminifera yang
berfungsi sebagai mulut atau jaan keluarnya protolpasma.
Suture sangat penting dalam pengklasifikasian foraminifera, sebab
kadang-kadang foraminifera mempunyai suture yang sangat khas. Berikut ini macam-macam
bentuk suture:
a. Tertekan kuat/dalam, tertekan lemah (mlekuk), rata atau muncul di
permukaan test.
b. Lurus, melengkung lemah, melengkung sedang atau melengkung kuat.
c. Suture mempunyai hiasan.
2.2.5 Komposisi Test
Foraminifera dapat dikelompokkan menjadi, yaitu:
1. Dinding Khitin/Tektin, merupakan bentuk dinding yang paling primitif pada
foraminifera. Dinding ini tersusun oleh zat organik yang mempunyai zat
tanduk, fleksibel, dan transparan. Biasanya berwarna kuning dan tidak berpori
(imperforate). Foraminifera yang mempunyai bentuk dinding ini jarang yang
ditemukan sebagai fosil, kecuali golongan Allogromidae.
2. Dinding Aglutinin/Aranceous, merupakan test yang terbuat dari
material-material asing yang direkatkan satu sama lainnya dengan semen. Aranceous
terdiri dari material asing berupa pasir sedangkan Aglutinin terdiri dari
material asing berupa lumpur, spong-spikulae, beraneka ragam mika, dan
lain-lain.
3. Dinding silikaan (siliceus), materialnya dihasilkan/berasal dari organisme itu
sendiri atau dapat juga merupakan material sekunder dalam pembentukannya.
4. Dinding gampingan, terbagi atas empat yaitu:
a. Dinding porselen, terbuat dari material gampingan, tidak berpori, terdiri
dari Kristal-kristal kalsit berukuran kriptokristalin dan mempunyai
kenampakan seperti porselen dengan warna buram atau putih.
b. Dinding gampingan hyaline, hampir kebanyakan dari foraminifera
memunyai dinding tipe ini. Tipe dinding ini merupakan dinding
gampingan yang bersifat bening/transparan dan umumnya berpori halus.
c. Dinding gampingan granular, dinding terdiri atas Kristal-kristal kalsit
yang granular tanpa adanya material asing atau semen
d. Dinding gampingan kompleks, merupakan dinding test yang umumya
terdapat pada golongan fusulinidae (foram besar), mempunyai beberapa
lapisan yang digunakan dalam membedakan tipe Fusulinidae dan
2.2.6 Jumlah Kamar dan Jumlah Putaran
Foraminifera planktonik memiliki susunan kamar Trocospiral, dengn jumlah
kamar lebih sedikit pada sisi ventral dibandingkan dengan sisi dorsalnya. Untuk
susunan Planispiral jumlah kamar antara sisi ventral dan sisi dorsalnya sama.
2.2.7 Aperture
Aperture merupakan bagian penting pada test forminifera, karena merupakan
lubang pada kamar akhir tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar
masuk. Berikut ini macam-macam aperture.
a. Primary aperture interiormarginal (aperture utama interior marginal):
1. Primary aperture interiormarginal umbilical: aperture utama
interiormarginal yang terletak pada daerah pusat putaran (umbilicus).
2. Primary aperture interiormarginal equatorial: aperture utama
interiomarginal yang terletak pada equator test. Cirinya adalah apabila
dari samping terlihat simetri dan dijumpai pada susunan planispiral
3. Primary aperture extra umbilical: aperture utama interiormarginal yang
memanjang dari pusat ke peri-peri.
b. Secondary aperture (aperture sekunder): lubang lain (tambahan) dari aperture
utama dan berukuran lebih kecil.
c. Accessory aperture (aperture aksesoris): aperture sekunder yang terletak pada
struktur aksesoris atau struktur tambahan.
2.2.8 Hiasan atau Ornamen
Hasan atau ornament dapat juga dipakai sebagai penciri khas untuk genus
atau spesies tertentu. Berdasarkan letaknya, ornamen dibagi 5 yaitu:
a. Umbilicus
- Deeply umbilical: umbilical yang berlubang dalam
- Open umbilical: umbilical yang terbuka lebar
- Ventral umbo: umbilicus yang menonjol ke permukaan
b. Suture
- Bridge: bentuk seperti jembatan
- Limbate: bentuk suture yang menebal
- Retral processes: bentuk suture zig-zag
- Raisced bosses: bentuk tonjolan-tonjolan
c. Peri-peri
- Keel: lapisan tepi yang tipis dan bening
- Spine: lapisan yang menyerupai duri runcing
d. Aperture
- Tooth: menyerupai gigi
- Lip/rim: bentuk bibir aperture yang menebal
- Bulla: bentuk segienam teratur
- Tegilla: bentuk segienam tidak teratur
e. Permukaan test
- Punctuate: berbintik-bintik
- Smooth: mulus/licin
- Reticulate: mempunyai sarang lebah
- Pustulose: tonjolan-tonjolan bulat