PENDUGAAN KARBON TERSIMPAN PADA BEBERAPA
JALUR HIJAU JALAN ARTERI SEKUNDER
WILAYAH MEDAN SELATAN
SKRIPSI
DAVID YODHA SITOMPUL 111201113
MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Beberapa Jalur Hijau Jalan Arteri Sekunder Wilayah Medan Selatan
Nama : David Yodha Sitompul
NIM : 111201113
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Pertanian
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Siti Latifah, S.Hut.,M.Si.,Ph.D. Pindi Patana, S.Hut., M.Sc.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kehutanan
ABSTRAK
DAVID YODHA SITOMPUL: Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Beberapa Jalur Hijau Jalan Arteri Sekunder Wilayah Medan Selatan . Dibimbing oleh SITI LATIFAH dan PINDI PATANA.
Kajian biomassa merupakan langkah penting untuk melakukan penilaian secara kuantitatif tentang peran suatu jenis pohon penghijauan kota dalam menyerap gas-gas tertentu. Dalam studi biomassa pohon persamaan alometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon (diameter atau tinggi) dengan berat kering pohon secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah simpanan karbon serta nilai serapan karbon dan memetakan jenis vegetasi pada jalur hijau di jalur arteri sekunder kota medan. Lokasi yang diteliti adalah jalur hijau yang terdapat pada Jalan Sisingamangaraja, Jalan Gatot Subroto, Jalan Sunggal, Jalan Brigjen Zein Hamid, Jalan Brigjen Katamso, Jalan H.M. Joni, dan Jalan Armada.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh besarnya nilai biomassa total sebesar 1190,253 Ton/Ha. Nilai biomassa, simpanan karbon, dan serapan CO2 tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya luas jalur penelitian dan jumlah vegetasi yang ada didalamnya, namun juga dipengaruhi oleh jenis vegetasi yang menunjukkan besar nilai berat jenis vegetasi itu sendiri, yang digunakan dalam perhitungan model alometrik untuk mencari nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2.
ABSTRACT
DAVID YODHA SITOMPUL: Estimation of Carbon Stored On Some Green Belt Arterial Road Secondary Regional South Medan. Under supervision of SITI LATIFAH and PINDI PATANA.
Study of biomass is an important step to make a quantitative assessment of the role of a carbon forest to absorb certain glass house. In the study, tree biomass allometric equation used to determine the relationship between tree size (diameter or height) with a dry weight of the tree as a whole. This study aims to determine the amount of carbon storage and carbon absorption value and mapping of vegetation on the green line in the path of secondary arterial city field. The location of study are the green line of Singamangaraja Road, Gatot Subroto Road, Sunggal Road, Brigjen Zein Hamid Road, Brigjen Katamso Road, H.M. Joni Road and Armada Road.
Based on the research the value of the biomass was 1190.253 ton/Ha. Value biomass, carbon storage, and CO2 uptake is not only influenced by the amount of broad lines of research and the amount of vegetation that is therein, but also influenced by the type of vegetation that shows great value for the density of the vegetation itself, which is used in the calculation models alometrik to find the value of biomass, carbon storage and CO2 uptake.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 31 Juli 1992, adalah anak laki-laki kedua dari tiga bersaudara dari pasangan J. Sitompul dan S. Tarigan. Beralamat di Jalan Berontak No.27 A Desa Hulu Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deli Sedang SUMUT. Penulis memperoleh pendidikan formal SD swasta Methodist Pancurbatu pada tahun 1998-2004, SMP Negeri 1 Pancurbatu pada tahun 2004-2007, dan SMA Negeri 1 Pancurbatu pada tahun 2007-2010. Penulis diterima di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan memilih jurusan Manajemen Hutan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Beberapa Jalur Hijau Jalan Arteri
Wilayah Medan Selatan”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan,
memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D dan Pindi Patana, S.Hut,
M.Sc. Selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam penyelesaian
penulisan skripsi.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa
yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga kedepannya tulisan dalam
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2015
DAFTAR ISI
Hasil Penelitian Terkait ... 13
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 14
BAHAN DAN METODE
Perhitungan nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 ... 21
Pembuatan peta biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Luas Jalur Hijau Penelitian ... 27
Jenis Tanaman di Jalur Hijau... 29
Jenis dan JumlahTanaman ... 29
Sebaran Diameter Tanaman ... 34
Komposisi Jenis dan Kerapatan Tanaman ... 36
Peta Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 ... 44
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 48 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Hal. 1. Luas Wilayah Kota Medan per Kecamatan tahun 2006 s/d 2010 ... 15
2. Data Primer dan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ... 19
3. Model alometrik spesifik dan umum dari jenis vegetasi pohon maupun vegetasi bukan pohon ... 22
4. Lokasi jalur penelitian pada jalan arteri sekunder kota medan ... 27
5. Jenis tanaman yang diperoleh di jalur hijau penelitian pada jalan arteri sekunder kota Medan ... 29
6. Jenis tanaman dan fungsinya pada jalur hijau ... 31
7. Sebaran diameter tanaman yang diperoleh di jalur hijau penelitian pada jalan arteri sekunder kota Medan ... 35
8. Komposisi jenis dan kerapatan serta kategorinya per jalur hijau ………... 36
9. Nilai biomassa, simpanan karbon, dan serapan CO2 di berbagai jalur hijau ... 39
DAFTAR GAMBAR
Hal. 1. Peta Lokasi Penelitian ... 17
2. Bagan alur kerja penelitian pendugaan karbon tersimpan pada beberapa jalur hijau di jalur arteri sekunder kota medan ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Hal. 1. Form Tally Sheet Data Lapangan ... 53
2. Data Nilai Berat Jenis Tanaman ... 54
3. Contoh Perhitungan Nilai Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 .... 55
4. Kriteria Indeks Nilai Komposisi dan Kerapatan Vegetasi ... 56
5. Kriteria Tanaman Dengan Fungsi Serta Persyaratannya Berdasarkan Direktorat Jenderal Bina Marga (1996) ... 56
6. Foto Penelitian ... 60
7. Nilai Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 per Jalur Hijau ... 62
8. Peta Sebaran Biomassa, Sebaran Karbon dan Serapan CO2 Wilayah Medan Selatan ………... 65
9. Peta Sebaran Biomassa, Sebaran Karbon dan Serapan CO2 Arteri Sekunder Jalan Brigjen Katamso, Brigjen Zein Hamid, HM Joni dan Armada ... 66
10. Peta Sebaran Biomassa, Sebaran Karbon dan Serapan CO2 Arteri Sekunder Jalan Gatot Subroto dan Sunggal ... 67
10. Peta Sebaran Biomassa, Sebaran Karbon dan Serapan CO2 Arteri Sekunder Jalan Sisingamangaraja ... 68
11. Peta Sebaran Vegetasi Arteri Sekunder Jalan Brigjen Katamso, Brigjen Zein Hamid, HM Joni dan Armada ... 69
12. Peta Sebaran Vegetasi Arteri Sekunder Jalan Gatot Subroto dan
Sunggal ... 70
ABSTRAK
DAVID YODHA SITOMPUL: Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Beberapa Jalur Hijau Jalan Arteri Sekunder Wilayah Medan Selatan . Dibimbing oleh SITI LATIFAH dan PINDI PATANA.
Kajian biomassa merupakan langkah penting untuk melakukan penilaian secara kuantitatif tentang peran suatu jenis pohon penghijauan kota dalam menyerap gas-gas tertentu. Dalam studi biomassa pohon persamaan alometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon (diameter atau tinggi) dengan berat kering pohon secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah simpanan karbon serta nilai serapan karbon dan memetakan jenis vegetasi pada jalur hijau di jalur arteri sekunder kota medan. Lokasi yang diteliti adalah jalur hijau yang terdapat pada Jalan Sisingamangaraja, Jalan Gatot Subroto, Jalan Sunggal, Jalan Brigjen Zein Hamid, Jalan Brigjen Katamso, Jalan H.M. Joni, dan Jalan Armada.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh besarnya nilai biomassa total sebesar 1190,253 Ton/Ha. Nilai biomassa, simpanan karbon, dan serapan CO2 tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya luas jalur penelitian dan jumlah vegetasi yang ada didalamnya, namun juga dipengaruhi oleh jenis vegetasi yang menunjukkan besar nilai berat jenis vegetasi itu sendiri, yang digunakan dalam perhitungan model alometrik untuk mencari nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2.
ABSTRACT
DAVID YODHA SITOMPUL: Estimation of Carbon Stored On Some Green Belt Arterial Road Secondary Regional South Medan. Under supervision of SITI LATIFAH and PINDI PATANA.
Study of biomass is an important step to make a quantitative assessment of the role of a carbon forest to absorb certain glass house. In the study, tree biomass allometric equation used to determine the relationship between tree size (diameter or height) with a dry weight of the tree as a whole. This study aims to determine the amount of carbon storage and carbon absorption value and mapping of vegetation on the green line in the path of secondary arterial city field. The location of study are the green line of Singamangaraja Road, Gatot Subroto Road, Sunggal Road, Brigjen Zein Hamid Road, Brigjen Katamso Road, H.M. Joni Road and Armada Road.
Based on the research the value of the biomass was 1190.253 ton/Ha. Value biomass, carbon storage, and CO2 uptake is not only influenced by the amount of broad lines of research and the amount of vegetation that is therein, but also influenced by the type of vegetation that shows great value for the density of the vegetation itself, which is used in the calculation models alometrik to find the value of biomass, carbon storage and CO2 uptake.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan data sensus penduduk kota Medan pada tahun 2010
berjumlah 2.109.339 jiwa yang terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659
perempuan. Dimana dari jumlah keseluruhan tersebut, penduduk tidak tetap
diperkirakan lebih dari 500.000 jiwa. Dengan Luasan kota Medan seluas
265,10 km2 sehingga kepadatan penduduk kota Medan mencapai
9.843 jiwa/km2 (Pemko Medan, 2011).
Umumnya perkembangan daerah perkotaan ditandai juga dengan
pertumbuhan penduduk yang kian meningkat. Selain itu kebutuhan
masyarakat terhadap lahan menjadikan tampilan kawasan kota terlihat
sempit dan sesak oleh karena adanya pembangunan baik perumahan dan
kawasan industri. Dengan demikian, semakin bertambahnya jumlah
masyarakat di daerah perkotaan aktivitas sehari-hari harus didukung
dengan mobilitas yang tinggi, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang baik
serta kebutuhan akan kendaraan bermotor, sehingga jumlahnya dapat menjadi suatu indikasi semakin pesatnya perkembangan suatu kota.
Besarnya emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor terutama
yang menggunakan bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber
penyebab terjadinya perubahan iklim global. Bahan bakar fosil yang
digunakan oleh kendaraan bermotor dan pabrik industri untuk menjalankan
mesinnya menghasilkan emisi gas CO2 yang cukup besar yang dapat menjadi
Berdasarkan isi peraturan daerah (Perda) Kota Medan No.13 tahun 2011,
yang dimaksud dengan ruang terbuka hijau adalah areal memanjang atau
jalur dan atau mengelompok, yang pengunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Selain itu, adanya ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
merupakan sesuatu yang harus ada dalam tata ruang kota yaitu dengan
luasan sekitar 30,58% dari luas total wilayah kota.
Jalur hijau merupakan bagian dari ruang terbuka hijau, dimana
keberadaan jalur hijau merupakan salah satu alternatif yang terbaik dalam
mengurangi emisi yang berasal dari kendaraan bermotor oleh karena adanya
tanaman yang ditanam di daerah sisi jalan yang dilalui oleh kendaraan bermotor
yang dapat menyerap gas CO2. Kota Medan yang merupakan salah satu kota
yang memiliki penduduk cukup padat serta memiliki tingkat transportasi yang
tinggi sangat penting memiliki jalur hijau. Jalur hijau merupakan salah satu
bentuk hutan kota yang penting perannya di wilayah perkotaan (Purwasih,
2013).
Keberadaan jalur hijau dianggap memiliki kelebihan dalam
menyerap dan mengurangi zat pencemar udara termasuk gas CO2 dan mampu
menghasilkan gas O2 daripada dalam bentuk taman karena bentuk dari jalur
hijau memanjang dan langsung besinggungan dengan sumber emisi
terkhususnya emisi kendaraan bermotor. Menurut Gulo (2008) faktor
lingkungan di daerah perkotaan pada dasarnya berkaitan erat dengan masalah
pencemaran. Apabila usaha pengendalian pencemaran dilakukan dengan konsep
digunakan sebagai standar. O2 merupakan parameter yang sangat erat kaitannya
dengan CO2 dalam produksi biomassa pohon. Oleh karenannya jumlah kebutuhan
O2 manusia, jumlah kebutuhan O2 ternak, dan jumlah kebutuhan O2 kendaraan
bermotor dapat dijadikan indikator penentuan luas hutan kota yang ideal pada
Kota Medan.
Berdasarkan uraian tersebut, sehingga perlu dilakukan perhitungan dan
pemetaan terhadap potensi biomassa, simpanan karbon dan serapan karbon oleh
tanaman yang di tanam di jalur hijau di Kota Medan. Salah satu cara untuk
mengetahui simpanan karbon dan serapan karbon adalah dengan menghitung
diameter, tinggi serta mengetahui spesies dari tanaman tersebut di beberapa jalur
hijau di Kota Medan.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan diperoleh dengan pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui jumlah simpanan karbon serta nilai serapan karbon pada
jalur hijau di jalur arteri sekunder Kota Medan.
2. Memetakan jenis vegetasi dan penyebarannya pada jalur hijau di jalur
arteri sekunder Kota Medan dan mengevaluasinya.
Manfaat Penelitian.
Dengan dilaksanaannya penelitian ini adalah sebagai sumber referensi
bagi pihak yang membutuhkan informasi dalam mengetahui sebaran tanaman di
jalur arteri sekunder dan cadangan karbon di Kota Medan, serta dapat digunakan
Pertamanan Kota Medan dalam menanam jenis yang lebih baik dalam penyerapan
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Hijau
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 01 Tahun 2007 ruang
terbuka hijau kawasan perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat
ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 tahun 2008
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka
(open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan
vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak
langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan bahwa ruang terbuka hijau adalah area
memanjang atau jalur dan atau mengelompok, yang pengunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alami maupun yang
sengaja di tanam.
Berdasarkan peraturan Daerah Kota Medan No. 13 tahun 2011 tentang
rencana tata ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031 pasal 38 ayat 1 hingga 11
menyatakan bahwa kawasan RTH ditetapkan seluas minimum 30,85% yang
meliputi: RTH kawasan wisata, RTH hutan kota, RTH taman kota,
RTH Tempat pemakaman umum, RTH jalur hijau jalan, RTH jalur pejalan
Hutan Kota
Menurut Dinas Pertamanan Kota Medan (2003) hutan kota merupakan
kawasan yang terletak di dalam kota yang didominasi oleh berbagai jenis
tanaman berupa pohon yang difungsikan sebagai paru-paru kota yang mampu
menghasilkan Oksigen dan menyerap zat pencemar udara dan juga sebagai
tempat pelestarian berbagai jenis tumbuhan yang habitatnya dibiarkan
tumbuh secara alami. Lokasi hutan kota umumnya di daerah pinggiran.
Menurut Dahlan (1992) Secara umum bentuk hutan kota yaitu :
1. Jalur Hijau. Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat
listrik, di tepi jalan kereta api, di tepi sungai, di tepi jalan bebas hambatan.
2. Taman Kota. Taman Kota diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata
sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia,
untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.
3. Kebun dan Halaman. Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman
biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah.
4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan
kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.
Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain baik
dalam negeri maupun luar negeri.
5. Hutan Lindung, daerah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan
hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang
Pembangunan hutan kota harus sesuai dengan guna lahan (land use) yang
dikembangkan. Menurut Zoer’aini (2005), terdapat beberapa tipe hutan kota,
yaitu:
a. Tipe Pemukiman
Hutan kota tipe ini lebih dititik-beratkan kepada keindahan, kesejukan,
penyediaan habitat satwa khususnya burung, dan tempat bermain dan bersantai.
b. Tipe Kawasan Industri
Kawasan industri yang memiliki kebisingan yang tinggi dan udaranya
tercemar, maka harus dibangun hutan kota dengan tipe kawasan industri yang
mempunyai fungsi sebagai penyerap pencemar, tempat istirahat bagi pekerja,
tempat parkir kendaraan dan keindahan.
c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Dewasa ini terdapat kecendrungan terjadinya peningkatan minat penduduk
perkotaan untuk rekreasi, karena kehidupannya semakin sibuk dan semakin
besar kemungkinan untuk mendapat stress. Rekreasi pada kawasan hutan kota
bertujuan untuk menyegarkan kembali kondisi badan yang sudah penat dan
jenuh dengan kegiatan rutin.
d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan
dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Sasaran pembangunan hutan kota
untuk pelestarian plasma nutfah yaitu sebagai tempat koleksi plasma nutfah
dan tempat habitat khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau
e. Tipe Perlindungan
Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit atau terancam masalah
intrusi air laut, maka fungsi hutan yang harus diperhatikan adalah sebagai
penyerap, penyimpan dan pemasok air. Kota dengan kemiringan yang cukup
tinggi yang ditandai dengan tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian
sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya
erosi dan longsoran.
f. Tipe Pengamanan
Hutan kota dengan tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan
bebas hambatan. Dengan menanam perlu yang liat dan dilengkapi dengan jalur
pohon pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis,
akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya
kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara
mengantuk dapat dikurangi.
Jalur Hijau
Jalur hijau merupakan jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap
lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan (RUMIJA) maupun di dalam
ruang pengawasan jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi
elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Jalur
hijau merupakan faktor pengontrol tingkat polusi. Kualitas hidup manusia
ditentukan dari segala aspek kehidupan, salah satu aspek terpenting adalah
kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat perkotaan ditentukan oleh kondisi
lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran, baik pencemaran air, tanah, dan
udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada
kondisi tanpa tajuk dari hutan kota. Jalur hijau merupakan unsur signifikan bagi
suatu sistem perkotaan sebagai kontrol polusi dan menjaga kualitas hidup
masyarakat perkotaan. Jika luasan jalur hijau semakin besar maka kontrol polusi
meningkat sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Sedangkan penurunan
luasan jalur hijau menyebabkan polusi udara meningkat dan menurunkan kualitas
hidup masyarakat perkotaan.
Berdasarkan Undang-undang No.38 Tahun 2004 jalan arteri sekunder
adalah ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder lainnya atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan
arteri sekunder adalah:
1. Kecepatan > 30 Km/Jam.
2. Lebar jalan > 8,0 m.
3. Kapasitas jalan lebih besar atau sama dari volume lalu lintas rata-rata.
4. Tidak boleh diganggu oleh lalu lintas lambat.
Jalur hijau sebagai salah satu bentuk hutan kota memiliki fungsi menjaga
kelangsungan hidup bumi,yakni sebagai media yang memiliki kemampuan
mengurangi zat pencemar udara termasuk Karbon Dioksida (CO2) yang melayang
di udara dan penghasil Oksigen (O2). Disamping itu hutan memiliki fungsi dan
peran sebagai penyerap panas sehingga dapat mendinginkan bumi dan hutan kota
yang di dalamnya terdapat berbagai macam vegetasi pada saat berfotesitesis
sehingga dengan demikian keberadaan hutan kota dapat mengurangi konsentrasi
CO2 di udara dan dapat menurunkan suhu.
Jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman
pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang
ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi
kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar
lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap
pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
Jenis tanaman Hutan Kota
Dalam memilih jenis tanaman untuk pembangunan hutan kota, oleh
Permenhut (2004) direkomendasikan dipilih jenis tanaman pohon hutan, serta
disesuaikan dengan bentuk dan tipe penghijauan kota. Secara umum,
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih pohon untuk penghijauan kota
antara lain:
a. Mempunyai perakaran yang dalam, kuat, tidak mudah tumbang dan tidak
mudah menggugurkan ranting dan daun.
b. Mampu tumbuh di tempat terbuka di berbagai jenis tanah
c. Pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap gangguan fisik
d. Tidak memerlukan perawatan yang intensif
e. Berumur panjang
f. Tahan terhadap kekurangan air
g. Pohon-pohon langka dan unggulan setempat
i. Pohon-pohon yang teduh, indah, penghasil buah yang disenangi burung,
kupu-kupu dan sebagainya
j. Pohon-pohon yang mempunyai evapotranspirasi rendah untuk daerah yang
bermasalah dengan menipisnya air tanah dan intrusi air laut.
k. Pohon-pohon yang dapat berfungsi mengurangi abrasi untuk daerah pantai.
Permen PU No.5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan juga dapat dijadikan
sebagai acuan dalam memilih jenis tanaman yang sesuai bagi jalur hijau jalan.
Sebagai contoh tanaman yang akan dipilih sebagai tanaman untuk penyerap polusi
udara harus mempunyai kriteria sebagai berikut:
a) terdiri dari pohon, perdu/semak;
b) memiliki kegunaan untuk menyerap udara;
c) jarak tanam rapat;
d) bermassa daun padat.
e) sitem perakaran masuk kedalam tanah tidak merusak konstruksi jalan dan
bangunan
f) fase anakan tumbuh cepat tetapi tumbuh lambat
g) pada fase dewasa
h) ukuran dewasa sesuai ruang yang tersedia
i) batang/ percabangan tidak mudah patah
j) daun tidak mudah gugur/rontok
Dalam Jurnal Vegetalika Vol.3 No.1, 2014 : 1-11 rekomendasi tanaman
Narendreswari, dkk. (2014) berdasarkan fungsi tanaman lanskap dan identitas
kota adalah sebagai berikut:
1. Pada jalan yang memiliki median jalan di tanam dengan tanaman semak yang
berupa tanaman soka (Ixora coccinea).
2. Pada trotoar jalan diberi pergola dengan tanaman hias merambat (Pasiflora sp.,
nona makan daun sirih).
3. Penanaman pohon sebagai perindang jalan dan pemberi identitas budaya seperti
pohon tanjung (Mimusops elengi) dan asam jawa (Tamarindus indica).
Yani,dkk. (2011) disampaikannya dalam Prosiding Seminar Nasional Hari
Lingkungan Hidup Tahun 2011 menuliskan bahwa mahoni (Swietenia mahagoni)
merupakan pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki
perakaran dan percabangan batang yang kuat. Angsana (Pterocarpus indicus),
glodokan (Polyalthia longifolia) dan kiara payung (Filicium decipiens)
mempunyai perakaran tidak kuat dan percabangan yang umumnya mudah patah.
Angsana, akasia (Acasia auriculiformis), beringin (Ficus benyamina), ketapang
(Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus) adalah jenis pohon yang ditanam
untuk penghijauan karena bermassa daun padat dan warna dominan hijau. Daun
kupu-kupu(Bauhinia purpurea) yang ditanam di median jalan berfungsi sebagai
penahan silau lampu kendaraan. Selain sebagai pohon pelindung, juga
mempunyai fungsi tambahan antaranya mahoni mempunyai kemampuan dalam
menurunkan kandungan timbal dari udara. Mahoni dan kiara payung mempunyai
kemampuan menyerap debu semen. Daun kupu-kupu, akasia dan beringin
merupakan tanaman yang baik sebagai penyerap dan penghasil oksigen. Nangka
evapotranspirasi yang tinggi sehingga dapat mengurangi penggenangan air tetapi
tidak dapat melestarikan air tanah. Daun kupu-kupu efektif mengurangi
pencemaran debu. Talok (Muntingia calabura) dapat menahan dan menyaring
partikel padat dari udara karena mempunyai daun berbulu dan permukaannya
kasar. Angsana ditanam pada jalur hijau jalan mempunyai fungsi sebagai
peneduh, penyerap polusi dan pemecah angin. Angsana sebagai peneduh
memenuhi persyaratan yaitu ditempatkan pada jalur tanaman (1,5 m),
percabangan 2 m di atas tanah, bentuk percabangan batang tidak merunduk,
bermassa daun padat dan di tanam secara berbaris. Angsana sebagai penyerap
polusi udara memenuhi syarat atas dari pohon, memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap pengaruh udara dan jarak tanam rapat. Angsana sebagai pemecah angin
memenuhi syarat sebagai tanaman berpohon tinggi. Angsana mempunyai sistem
perakaran tidak kuat dan siklus peremajaan pendek. Angsana merupakan pohon
yang cepat tumbuh yang umumnya mudah patah. Kiara payung memenuhi
persyaratan sebagai penyerap kebisingan dan pemecah angin yaitu berupa pohon,
massa daun rapat, percabangan 2 m di atas tanah dan ditanam secara berbaris.
Akan tetapi, kiara payung juga merupakan pohon yang cepat tumbuh yang
umumnya mudah patah.
Bunga Kenanga (Cananga odorata) merupakan tanaman asli Indonesia.
Tanaman ini satu suku dengan sirsak dan srikaya, suku Annonaceae. Ditinjau dari
sosok tanamannya, bunga kenangan ini dibedakan atas 2 jenis, yaitu jenis pohon
dan spesies perdu. Akan tetapi, keduanya termasuk dalam spesies yang sama.
Tanaman kenanga yang berbentuk pohon tingginya bisa mencapai 20-30 meter.
Berdasarkan pertimbangan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara
melalui surat Keputusan No. 522.5/1611/K/TAHUN 1991 tanggal 8 Juni 1991
menetapkan Bunga Kenanga (Cananga Odorata) sebagai Identitas flora Daerah
Tingkat I Sumatera Utara (Dephut, 2015).
Hasil Penelitian Terkait
Potensi rata-rata biomassa, dengan menggunakan rumus Brown (1997)
yang dimiliki hutan kota bentuk jalur hijau adalah lebih tinggi jika dibandingkan
dengan bentuk gerombol. Perbedaan biomassa per hektarnya pada dua bentuk
hutan kota disebabkan oleh tingkat kerapatan pohon per hektarnya. Faktor yang
turut mempengaruhi adalah perbedaan kerapatan, diameter, tinggi pohon, dan
faktor lingkungan dimana seluruh faktor ini berkorelasi positif dengan potensi
tegakan karbon per hektarnya (Ratnaningsih dan Suhesti, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Suwarna, dkk. (2012) yang dilaksanakan di
wilayah konsesi hutan PT. Diamond Raya Timber, Riau menemukan bahwa
biomassa dan stok karbon dalam tanah adalah delapan kali lebih tinggi daripada di
vegetasi dalam kondisi hutan primer, dan sepuluh kali di hutan bekas tebangan
dan kondisi hutan sekunder. Alokasi cadangan karbon yang terdapat pada tegakan
di hutan primer, areal bekas tebangan, hutan sekunder dan hutan terdegradasi
masing-masing adalah 70%, 60%,62%, dan 7%.
Faeth et al. (1994) dalam Perbatakusuma, dkk. (2008) mengungkapkan
bahwa potensi pertumbuhan di hutan tropis umumnya lebih tinggi dan lebih cepat,
sehingga dapat mempercepat akumulasi karbon di dalam tanaman.
Batang Toru, Sumatera Utara bahwa sebagian besar (lebih dari 45%) karbon
tegakan terdapat pada pepohonan yang berdiameter 50 cm atau lebih.
Perkalian antara diameter setinggi dada kuadrat dengan tinggi pohon
(D2 × H) merupakan prediktor yang sangat baik untuk menaksir kandungan
biomassa di atas permukaan tanah, terutama untuk jenis-jenis pohon yang tumbuh
di hutan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) yang
masih di atas 84%, sehingga variasi kandungan biomassa pohon yang diteliti
dapat dijelaskan oleh variabel diameter batang setinggi dada dan tinggi total
pohon ( BPKH, 2009).
Kumulatif bersih emisi karbon di kawasan Karang Gading dan Langkat
Timur Laut Wildlife Reserve (KGLTLWR) Sumatera Utara untuk tahun 2006
adalah 3.804,7 ton CO2 sedangkan diprediksi kedepannya pada tahun 2030 adalah
11,318,74 ton CO2, dengan kata lain akan terjadi peningkatan emisi CO2 sebesar
33,61% selama kurun waktu 12 tahun. Hal ini terjadi disebabkan oleh deforestasi
lahan mangrove yakni alih fungsi lahan menjadi tambak ikan, pembukaan lahan
perkebunan kelapa sawit yang menjadikan gas rumah kaca sumber emisi di
kawasan ini ( Basyuni et al., 2015)
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Medan merupakan kota yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup
tinggi. Berdasarkan data sensus penduduk Indonesia tahun 2010 penduduk di kota
Medan berjumlah 2.109.399 jiwa, yang terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan
1.068.659 perempuan. Oleh karena itu, Medan merupakan kota dengan jumlah
penduduk terbesar di Pulau Sumatera dan menduduki peringkat keempat jumlah
Kota Medan dibagi atas 21 kecamatan yang didalamnya terdapat 151
kelurahan dengan luas daerah sekitar 265,10km2. Luas wilayah dengan persentase
terbesar terdapat pada Kecamatan Medan Labuhan dengan persentase sebesar
13,83% dengan luas area sebesar 36,67km2, sedangkan luas wilayah dengan
persentase terkecil terdapat pada Kecamatan Medan Maimun dengan persentase
sebesar 1,12% dengan luas area sebesar 2,98km2. Adapun luas wilayah kota
medan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Luas Wilayah Kota Medan per Kecamatan tahun 2006 s/d 2010
Tuntungan
18 Medan
Deli
20,84 7,86
19 Medan
Marelan
23,82 8,99
20 Medan
Belawan
26,25 9,90
21 Medan
Labuhan
36,67 13,83
Jumlah Total 265,1 100,00
BAHAN DAN METODE
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga Juni 2015. Peneliti
mengambil lokasi penelitian di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan. Adapun
lokasi yang dijadikan tempat penelitian merupakan jalur arteri sekunder yang
telah dibagi dalam beberapa bagian. Peneliti mengambil lokasi penlitian di
wilayah medan selatan, namun disini wilayah tersebut bukan wilayah
administratif sebenarnya namun dibuat untuk memudahkan pembagian lokasi.
Lokasi jalur arteri sekunder yang dipakai diambil berdasarkan tabel informasi
daftar rencana jalan dan fungsi jaringan jalan arteri sekunder di Kota Medan oleh
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan. Sebagai lokasi penelitian
yang dipakai adalah Jalan Gatot Subroto pada Kecamatan Medan Petisah, Jalan
Sunggal pada Kecamatan Medan Sunggal, Jalan Brigjen Katamaso pada
Kecamatan Medan Maimun, Jalan Brigjen Zein Hamid pada Kecamatan Medan
Johor, Jalan Sisingamangaraja pada Kecamatan Medan Amplas, Jalan Armada
pada Kecamatan Medan Amplas, dan Jalan H.M. Joni pada Kecamatan Medan
Kota.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2015. Lokasi
Penelitian dapat dilihat pada Peta lokasi. Analisis data dilakukan di Laboratorium
Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian,
B.Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Position System
(GPS), PC (Personal Computer), ArcView GIS 3.3, pita ukur, klinometer,
penggaris, kamera digital, dan alat tulis. Peta Administrasi Kota Medan dan peta
usulan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) Medan yang nantinya akan
digunakan sebagai data sekunder.
C.Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data
dan informasi yang dibutuhkan, serta menganalisis sesuai kebutuhan. Adapun
tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan
berupa data jenis vegetasi, diameter, tinggi dan titik koordinat yang diperoleh
dengan menggunakan metode sensus. Metode Sensus merupakan teknik
pengumpulan data dimana seluruh elemen populasi diselidiki tanpa terkecuali.
Data yang diperoleh merupakan fakta sebenarnya dari lapangan. Metode sensus
dilakukan terhadap semua jenis vegetasi untuk mengetahui jenis-jenis vegetasi
yang terdapat di Jalur arteri sekunder tersebut dengan menggunakan parameter
diameter dan tinggi.
Dalam pengambilan data jenis tanaman yang dilakukan dengan cara sensus pada
jalur yang telah ditetapkan, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Kriteria utama dalam pengambilan data adalah dengan memilih jenis pohon dan
dan tinggi > 1,5 m) hingga tingkat pohon. Sedangkan untuk palem hanya yang
berdiameter > 20 cm yang diambil datanya.
2. Setelah ditentukan jalur yang diambil sebagai sampel penelitian maka diambil
data tanaman pada jalur tersebut yaitu nama jenis tanaman, diameter tanaman dan
dokumentasi tanaman.
3. Lalu dicatat dan dimasukkan dalam tally sheet yang disediakan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau berasal dari
instansi-instansi terkait, jurnal-jurnal penelitian sebelumnya, skripsi, prosiding, artikel
ilmiah dan literatur pendukung lainnya.
Data-data yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Primer dan Data Sekunder yang digunakan dalam Penelitian
Nama Data Jenis Data Alat Sumber Tahun
Diameter vegetasi Primer Pita Ukur Pengukuran di lapangan
2014
Tinggi vegetasi Primer Klinometer - 2014
Peta Administrasi
Model Alometrik Sekunder - Jurnal,
Literatur, Skripsi
2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan terhadap beberapa objek yaitu
pengambilan sampel jalur hijau dan pengambilan sampel tanaman di jalur hijau
a. Jalur hijau
Dalam penentuan sampel jalur hijau yang harus dilakukan adalah :
1. Diketahui terlebih dahulu jumlah kecamatan yang ada di Kota Medan.
2. Ditentukan jalan yang memiliki jalur hijau pada jalan arteri sekunder
Kota Medan yang dijadikan smapel berdasarkan kriteria jalan arteri
menurut Perda Kota Medan No. 13 Tahun 2011.
3. Setelah diketahui kecamatan dan jalan arteri sekunder maka dilakukan
pengambilan sampel untuk jalur hijaunya yaitu 8 jalur hijau pada jalan
arteri sekunder Kota Medan.
4. Penentuan luas jalur hijau dapat dilakukan dengan mengetahui panjang
dan lebar jalan tersebut. Kemudian diukur jalur hijau yang ada di jalan
tersebut.
5. Pada jalur hijau tepi umumnya memiliki panjang yang sama dengan
panjang jalan dan lebar jalur hijau dapat diukur menggunakan pita
ukur. Sedangkan pada jalur hijau median diukur panjang dan lebarnya
dengan menggunakan pita ukur oleh karena tidak seluruh jalur hijau
memiliki median
b. Tanaman di Jalur Hijau.
Dalam pengambilan data jenis tanaman yang dilakukan dengan metode
1. Krteria utama dalam pengambilan data adalah dengan memilih jenis
pohon dan palem-paleman. Jenis pohon dimulai dari tingkat pancang
(berdiameter ≥ 10 cm dan tinggi > 1,5 m) hingga tingkat pohon.
Sedangkan untuk palem yang berdiameter ≥ 20 cm.
2. Setelah ditentukan jalur yang diambil sebagai sampel penelitian maka
diambil data tanaman pada jalur tersebut yaitu nama jenis tanaman,
diameter tanaman.
3. Dicatat dan dimasukkan dalam tally sheet yang telah disediakan.
4. Setelah diperoleh semua data yang diperlukan, lalu dihitung nilai
komposisi jenis tanaman yang ditentukan dengan menghitung jenis
pohon perindang persatuan luas dengan rumus:
Komposisi jenis tanaman ( ) (Setyowati, 2008)
: jumlah jenis pohon perindang per satuan luas : jumlah individu pohon perindang per satuan luas
5. Selanjutnya dihitung nilai kerapatan tanaman yang ditentukan dengan rumus:
Kerapatan tanaman ( ) (Setyowati, 2008)
Setelah semua data diperoleh maka dilakukan penghitungan nilai biomassa tanaman berdasarkan rumus alometrik spesifik maupun umum.
3. Perhitungan Nilai Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2
Perhitungan nilai biomassa dan karbon tersimpan dilakukan secara
bertahap yaitu dilakukan perhitungan nilai biomassa dan kemudian dilakukan
perhitungan karbon tersimpan diatas permukaannya. Adapun tahapannya adalah
A. Perhitungan Nilai Biomassa, Simpanan Karbon,dan Serapan CO2 per
tanaman.
a. Setelah diperoleh data jenis vegetasi, diameter dan tinggi diameter, maka dicari nilai biomassa tiap jenis vegetasi tersebut menggunakan rumus alometrik spesifik maupun umum. Model Alometrik biomassa dari beberapa jenis vegetasi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Model Alometrik Spesifik dan Umum dari Jenis Vegetasi Pohon maupun Vegetasi Bukan Pohon
Jenis Tanaman Model Alometrik Sumber
Acacia auriculiformis logV=-4,155+2,605 log D Siswanto : 2008 Agathis lorantifolia logV=3,824+2,447 log D Siswanto : 2008 Altingia exelsa V=0,000257 D2,2563 Siswanto : 1996 Alstonia spp V=0,000081 D2,06 H0,662 Ermawati : 1995 Dipterocarpus cornutus V=0,000417 D2,21 Priyanto : 1997
Dipterocarpaceae V= 0,0002134 D2,4613 Dryobalanops spp V=0,000661 D2,1 Priyanto : 1997
Eucalyptus spp V=0,00006598 D2,5056
Direktorat
Inventarisasi Hutan: 1990
Gmelina arborea V=0,0000669 D1,952 H0,794 Wahjono : 1995 Jati (Tectona grandis) Y=0,153DBH Frangi dan Lugo :
Manilkara kauki V=0,00122 D1,7445
Direktorat
Perdu (AGB)=0,0002 H2,4071 Berry : 2008
Pohon di Sumatera B=0,066 D2,59 Ketterings : 2000
Pohon bercabang Y=0,11 p D2,62 Kettering : 2001
Shorea spp V=0,000372 D2,25 Priyanto : 1997
Shorea leprosula BBA=0,032 D2,7808 Heriansyah : 2009 Shorea sumatrana V=0,0001546 D2,4664 Soemarna dan
Siswanto : 1986 berat jenis kayu (gr/cm3); BBA = Biomassa di atas permukaan tanah(kg)
Sumber : Model Alometrik dalam Pendugaan Biomassa Pohon : 2012.
b. Dengan menggunakan model allometrik yang sesuai, maka diperoleh nilai
biomassa per individu tanaman (Kg/ individu).
c. Selanjutnya individu untuk jenis yang sama diitotalkan nilai biomassanya
sehingga diperoleh per satu jalur beberapa jenis tanaman yang memiliki
satuan biomassa Kg/Luasan jalur.
d. Kemudian nilai biomassa setiap jenis tanaman yang ada di satu jalur
diubah satuannya dari Kg/Luasan jalur menjadi Ton/Ha.
e. Setelah itu dicari nilai simpanan karbon (Ton/Ha) per jenis tanaman
dengan menggunakan rumus:
Simpanan Karbon = 0,46 × Total Biomassa (Hairiyah dan Rahayu, 2007).
f. Kemudian dicari nilai serapan CO2 per jenis tanaman dengan
menggunakan rumus:
Nilai serapan CO2 = Simpanan Karbon × Ar/Mr CO2, dimana
Ar =Atom Relatif dan Mr= Molekul Relatif, atau setara dengan simpanan
g. Hasilnya diperoleh nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 per
jenis tanaman yang ada di jalur hijau penelitian
B. Perhitungan Nilai Biomassa, simpanan Karbon, dan serpan CO2 per Jalur
Hijau.
a. Setelah diperoleh nilai biomassa jenis tanaman (Kg/Luasan Jalur) yang
terdapat pada satu jalur maka ditotalkan nilai biomassa dari jenis tanaman
yang terdapat di satu jalur penelitian tersebut.
b. Diperoleh nilai biomassa total (Kg/Luasan Jalur) per Jalur Hijau penelitian.
Lalu diubah satuannya menjadai (Ton/Ha).
c. Setelah itu nilai simpanan Karbon (Ton/Ha) dan serapan CO2 (Ton/Ha)
ditotalkan untuk per satu jalur hijau saja.
d. Diperoleh tabel hasil nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2
untuk keseluruhan jalur penelitian dalam satuan (Ton/Ha).
4. Pembuatan peta penyebaran vegetasi pada Jalur Hijau di kota Medan Pembuatan peta penyebaran vegetasi pada Jalur Hijau kota Medan
dilakukan dengan memasukkan titik-titik yang diambil dengan menggunakan GPS
ke dalam sotware DNR GARMIN yang datanya diubah dalam bentuk .shp setelah
itu diolah lagi pada software ArcView GIS 3.3 dan didapat peta penyebaran
vegetasi pada jalur hijau di jalur arteri sekunder kota Medan. Proses pengolahan
data titik koordinat di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data di lapangan berupa data titik koordinat pada Jalur Hijau
2. Setelah diperoleh data titik koordinat maka untuk proses pengolahan data
tahap awal dilakukan dengan memasukkan data GPS ke PC dengan
menggunakan sotware DNR Garmin.
3. Diubah file tersebut dengan menggunakn software DNR Garmin menjadi
file berbentuk .shp yang kemudian dapat diolah dengan menggunakan
software ArcView GIS 3.3.
4. Setelah itu diperoleh peta penyebaran vegetasi di Ruang Terbuka Hijau
kota Medan. Bagan Alur Kerja Penelitian Penelitian Pendugaan Karbon
Tersimpan Pada Beberapa Jalur Hijau di Jalur Arteri Sekunder Kota
Gambar 2. Bagan Alur Kerja Penelitian Penelitian Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Beberapa Jalur Hijau di Jalur Arteri Sekunder Kota Medan .
JALUR ARTERI SEKUNDER
INVENTARISASI TEGAKAN
JALUR HIJAU
1. Panjang Jalur 2. Lebar Jalur
VEGETASI 1. Diameter Tegakan 2. Tinggi Tegakan 3. Koordinat Tegakan
PENILAIAN NILAI BIOMASSA
PENILAIAN CADANGAN KARBON
POTENSI CADANGAN KARBON DAN BIOMASSA
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas Jalur Hijau Penelitian
Panjang jalan penelitian berkisar antara 0,4 km hingga 4,4 km. Sedangkan
lebar jalan berkisar antara 20 m hingga 26 m. Pada jalur hijau, ukuran panjang
jalur hijau tepi terhadap panjang jalan untuk penelitian umumnya sama, akan
tetapi ukuran panjang jalur hijau di daerah median berbeda dengan panjang jalur
penelitian. Sementara untuk lebar jalur hijau berkisar 1 m hingga 8 m baik pada
tepi maupun pada median jalan.
Berdasarkan data tersebut maka dapat dapat diperoleh luas jalur penelitian.
Lokasi jalur yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Lokasi Jalur Hijau Penelitian Pada Jalan Arteri Sekunder Kota Medan
Jalur Hijau Posisi Panjang
(m) Lebar (m)
memperoleh lebar jalur tepi hanya tinggal mengambil rataannya saja. Akan tetapi
Berdasarkan data Dinas Bina Marga Kota Medan maka dapat diketahui
luas jalan yang ada di Kota Medan adalah 4.388,16 Ha. Luas tersebut hanya
memperhitungkan jalan dengan mengabaikan perhitungan jalan gang dan lorong.
Luas ini diperoleh dengan mengalikan total panjang jalan dan lebar rata-rata jalan.
Total panjang dan lebar rata-rata jalan adalah 1.567.200,06 m dan 28 m.
Berdasarkan Perda Kota Medan No.13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031, luasan jalur hijau di kota Medan
berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Dinas Pertamanan Kota Medan,
dan software Google Earth maka diperoleh luasan jalur hijau terutama pada jalan
arteri dan kolektor adalah 235,04 Ha. Sedangkan luas jalur penelitian sebesar
8,503 Ha.
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat diketahui persentase luas jalur hijau
jalan dibandingkan dengan luas jalan yang ada di Kota Medan yaitu sebesar
2,76%. Data tersebut mengindikasikan bahwa ruang terbuka hijau yang di kota
medan masih dapat dikembangkan lagi potensinya dengan memanfaatkan luas
garis sempadan bangunan (GSB). Garis sempadan bangunan merupakan garis
batas luar pengaman yang ditetapkan dalam mendirikan bangunan atau pagar yang
ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, tepi luar kepala jembatan, tepi
sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ yang tidak diperbolehkannya untuk
mendirikan bangunan. Dengan lebar GSB yang cukup besar maka akan semakin
tinggi potensi pengembangan jalur untuk di tanami tanaman.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jalur hijau terluas terdapat pada
Jalan Gatot Subroto dengan luas 2,393 Ha. Sedangkan luas jalur hijau terkecil
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 8 jalur hijau arteri sekunder
kota Medan wilayah tengah, maka dapat diperoleh jenis apa saja tanaman yang
ditanam oleh Dinas Pertamanan Kota Medan sebagai upaya dalam menyerap
emisi dan polusi dari kendaraan bermotor.
Jenis Tanaman di Jalur Hijau Jenis dan Jumlah Tanaman
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, jenis tanaman yang terdapat
pada jalur hijau penelitian terdiri dari berbagai tanaman yakni perdu, pohon, dan
tanaman semak. Sesuai dengan Permen PU No.5/PRT/M/2008, adapun tanaman
tersebut adalah tanaman yang ditanam sesuai terhadap kegunaannya yang terdiri
atas tanaman perdu, pohon dan semak yang secara alamiah berfungsi menyerap
polutan berupa gas dan partikel debu melalui daunnya.
Jenis tanaman yang dijadikan sampel adalah jenis tanaman pohon dan
palem-paleman. Terdapat 24 jenis tanaman yang terdapat pada sampel jalur hijau
penelitian. Jenis yang ditanam merupakan jenis yang memeiliki daya tumbuh yang
cepat, memiliki nilai keindahan bagi pengendara serta yang memberikan rasa
aman dan nyaman pada pengendara maupun pejalan kaki dan pohon yang berdiri
kokoh. Jenis tanaman yang terdapat pada sampel jalur penelitian dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Jenis Tanaman yang diperoleh di Jalur Hijau Penelitian Pada Jalan Arteri Sekunder Kota Medan
Nama Lokal Nama Latin Famili Jumlah
Total
Persentase (%)
Angsana Pterocarpus indicus Fabaceae 1697 74,53
Palem Oreodoxa regia Araceaceae 287 12,6
Mahoni Swietenia macrophylla Meliaceae 92 4,04
Glodokan Polyalthia longifolia Annonaceae 86 3,78
Talok Muntingia calabura Muntingiaceae 13 0,57
Mangga Mangifera indica Anacardiaceae 14 0,61
Akasia Acacia auriculiformis Fabaceae 10 0,44
Kepuh Sterculia foetida Sterculiaceae 14 0,61
Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae 6 0,26
Melinjo Gnetum gnemon Gnetaceae 10 0,44
Beringin Ficus benjamina Moraceae 10 0,44
Nangka Artocarpus heterophyllus Moraceae 4 0,17
Ketapang Terminalia catappa Combretaceae 6 0,26
Rambutan Nepheleum lappaceum Sapindaceae 1 0,04
Tanjung Mimusops elengi Sapotaceae 2 0,08
Asam Jawa Tamarindus indica Fabaceae 2 0,08
Dadap Erythrina crystagalii Fabaceae 1 0,04
Duku Lansium domesticum Meliaceae 1 0,04
Jambu Biji Psidium guajava Myrtaceae 1 0,04
Jati Tectona grandis Verbenaceae 1 0,04
Pulai Alstonia scholaris Apocynaceae 1 0,04
Sawo Manilkara zapota Sapotaceae 1 0,04
TOTAL 2277 100
Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sampel jalur hijau pada
jalur arteri sekunder Kota Medan, diketahui bahwa jenis tanaman Angsana
(Pterocarpus indicus) memiliki total jumlah sebanyak 1697 individu atau sekitar
74,53% dari total individu yang terdapat pada jalur hijau penelitian. Jenis yang
kedua terbanyak ditanami adalah jenis Palem (Odorexia regia) sebanyak 287
individu atau sekitar 12,60% dan jenis ketiga yang terbanyak ditanami adalah
jenis Mahoni (Swietenia macrophylla) sebanyak 92 individu atau sekitar 4,04%.
Angsana, Palem dan Mahoni merupakan jenis yang paling banyak ditanam
pada jalur hijau penelitian. Hal ini dikarenakan ketiga pohon ini pohon yang
cocok untuk ditanam dan memiliki banyak manfaat pada jalur hijau. Seperti
pohon Mahoni (Switenia mahagoni), pohon ini cocok dijadikan sebagi pohon
peneduh jalan karena mampu tumbuh hingga puluhan tahun, tidak mudah terkena
hama penyakit, tidak mudah tumbang dengan struktur kayu yang kuat, tumbuh
Dahlan (2007), Mahoni (Switenia macrophylla) memiliki daya serap CO2 yang
cukup tinggi yaitu 295,73 kg CO2/pohon/tahun.
Begitu juga dengan pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang merupakan
salah satu jenis yang cepat tumbuh, sebagai penyerap polusi yang baik, berfungsi
juga sebagai peneduh dan pemecah angin. Palem (Odorexia regia) sebagai jenis
yang paling banyak ditanam memiliki fungsi sebagai pengarah pandang pada
jalan. Terlebih dengan jenis pohon yang tumbuh tegak lurus ke atas tanpa
memiliki ranting, sehingga aman bagi kendaraan bermotor yang tinggi serta jenis
yang tidak mudah tumbang.
Jenis yang ditanam di jalur hijau kota Medan termasuk ke dalam jenis
yang memiliki kriteria tanaman tepi jalan, median dan tanaman daerah tikungan
atau persimpangan menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (1996). Jenis
tanaman di Kota Medan memiliki fungsi sebagai pohon peneduh, penyerap polusi
udara, penyerap kebisingan, pemecah angin, pembatas pandang, pengarah
pandangan dan pembentuk pandangan. Jenis tanaman yang memiliki fungsi
tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jenis tanaman dan fungsinya pada jalur hijau Fungsi tanaman menurut Direktorat
Jenderal Bina Marga (1996)
Kerai Payung (Filicium decipiens) Tanjung (Mimusops elengi)
Nusa indah
tikungan. Persyaratan utama dalam memilih jenis tanaman lansekap jalan yaitu
perakaran tidak merusak konstruksi jalan, mudah dalam perawatan, batang atau
percabangan tidak mudah patah, daun tidak mudah rontok dan juga
mempertimbangkan faktor keamanan, keselamatan dan kenyamanan pengendara
maupun pengguna jalan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Tanaman jalan
sebaiknya tahan terhadap hembusan angin lemah sampai sedang, ukuran buah
tidak besar, teduh, serasah sedikit, tidak terlalu gelap, mampu menyerap polusi
dan emisi kendaraan bermotor serta debu dan memiliki nilai estetika ( Dahlan,
2004).
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat jalur hijau yang
memiliki tanaman pada tepi serta median jalan. Terdapat juga jalan yang tidak
memiliki tanaman pada tepi, tanaman terdapat pada median jalan saja. Di bagian
tepi jalan, tanaman berfungsi sebagai penyerap polusi, peneduh, peredam
kebisingan dan pemecah angin, sedangkan pada bagian median jalan ditanaman
tanaman yang berfungsi sebagai pembentuk pandangan dan penahan silau lampu
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa terdapat 16 jenis
famili tanaman yang ditanam pada jalur hijau penelitian yaitu : Fabaceae,
Meliaceae, Moraceae, Myrtaceae, Sapotaceae, Annonaceae, Arecaceae,
Muntingiaceae, Anacardiaceae, Malvaceae, Combretaceae, Verbenaceae,
Gnetaceae, Sterculiaceae, Apocynaceae, Sapindaceae. Famili dengan persentase
terbesar adalah Fabaceae dengan distribusi tanaman terbanyak yakni 5 jenis
tanaman yang ditanam pada jalur hijau penelitian, yang terdiri atas
Angsana (Pterocarpus indicus), Flamboyan (Delonix regia), Dadap (Erythrina
crystagalii), Asam Jawa (Tamarindus indica), dan Akasia (Acacia auriculiformis).
Distribusi penyebaran famili jenis tanaman yang ditanam pada jalur hijau
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Distribusi Famili Jenis Tanaman Pada Jalur Hijau Penelitian
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa 66,06% tanaman yang
terdapat pada jalur hijau penelitian berasal dari famili Fabaceae dan 19,21% dari
famili Araceae. Jenis tanaman yang berasal dari kedua famili dominan tersebut
adalah jenis tanaman Angsana (Pterocarpus indicus), dan Palem Raja (Odorexia
berasal dari famili ini adalah mahoni (Swietenia macrophylla) dan duku (Lansium
domesticum). Sebanyak 4,720% jenis tanaman berasal dari famili Anonaceae,
yang berasal dari famili ini adalah glodokan (P olyalthia longifolia). Sebanyak
0,810% jenis tanaman berasal dari famili Muntingiaceae, yang berasal dari famili
ini adalah talok (Muntingia calabura). Jenis dari 11 famili lainnya mencapai
angka 0,660% sampai 0,040% yang terdiri atas. Tanaman yang berasal dari famili
tersebut adalah tanaman mangga (Mangifera indica), waru (Hibiscus tilaceus),
ketapang (Terminalia catappa), jati (Tectona grandis), kepuh (Sterculia foetida),
melinjo (Gnetum gnemon), beringin (Ficus benjamina), pulai (Alstonia scholaris),
jambu biji (Psidium guajava), sawo (Manilkara zapota), tanjung (Mimusops
elengi), dan rambutan (Nephelium lappaceum).
Sebaran diameter tanaman
Selain jenis tanaman famili dan jumlah tanamannya, dapat diketahui juga
diameter masing-masing individu tanaman. Diameter tanaman yang telah diukur
tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan Arief (2001) yaitu mulai dari
tingkat pancang dengan diameter ≥ 10 cm tinggi 1,5 m, tingkat tiang dengan
diameter lebih dari atau sama dengan 10 hingga 20 cm dan tingkat pohon dengan
diameter lebih dari atau sama dengan 20 cm. Berdasarkan hasil penelitian,
diperoleh sebaran diameter yang berbeda-beda. Umumnya sebaran diameter
didominasi oleh tingkat tiang ataupun pohon. Hasil perhitungan tanaman per jalur
Tabel 7. Sebaran Diameter Tanaman yang diperoleh di Jalur Hijau Penelitian Pada Jalan Arteri Sekunder Kota Medan
Jalur Hijau
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa dari keseluruhan jalur hijau
yang diteliti, memiliki sebaran diameter tanaman yang beragam mulai dari
pancang, tiang, maupun pohon. Tingkat pohon mendominasi sebaran diameter
tanaman. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa pada tanaman
yang terdapat pada jalur hijau tersebut, merupakan jenis tanaman pohon yang
telah lama di tanam dan bukan tanaman baru yang ditanam oleh pihak Dinas
Pertamanan Kota Medan. Tingkat pancang terdapat pada jalur hijau jalan Sunggal,
yang diperoleh sebanyak 12 individu jenis tanaman. Sehingga total keseluruhan
tanaman dari seluruh jalur hijau penelitian adalah sebesar 2.277 individu tanaman,
dengan persentase berturut-turut, pada tingkat pancang 0,52%, pada tingkat tiang
8,26%, pada tingkat pohon 78,62%, dan pada palem 12,6%
Dalam melakukan perhitungan nilai biomassa dan karbon tersimpan
khususnya dengan penggunaan model alometrik, diameter merupakan salah
parameter atau peubah yang berpengaruh terhadap nilai bahan hidup atau
kandungan organik suatu tanaman yang dapat digunakan dalam mengetahui umur
suatu tumbuhan. Sehingga semakin besar diameter suatu tanaman maka akan
pohon lebih mendominasi, sehingga akan semakin besar potensi cadangan karbon
pada diameter tersebut.
Komposisi jenis dan kerapatan tanaman
Data komposisi jenis digunakan untuk mengetahui jenis-jenis apa saja
yang ada pada suatu jalur dengan luasan tertentu. Semakin banyak jenis tanaman
diareal tersebut, maka komposisi jenis penyusun jalurnya pun akan semakin
banyak juga. Sedangkan semakin sedikit jenis penyusun di areal tersebut, maka
komposisi jenis penyusunnya juga akan semakin sedikit juga. Data kerapatan
tanaman dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kerapatan tanaman-tanaman yang
satu dengan tanaman yang lainnya. Semakin banyak individu tanaman pada satu
jalur maka semikn rapat tanaman pada jalur tersebut. Namun bila semakin sedikit
jumlah individu tanaman pada luasan jalur tertentu maka akan semin jarang
tingkat kerapatan tanaman pada jalur hijau tersebut. Hasil perhitungan komposisi
jenis dan kerapatan tanaman serta kategorinya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Komposisi Jenis dan Kerapatan serta kategorinya per jalur hijau Jalur Hijau Jl. Gatot Subroto 1,34 sangat sedikit 342,25 sangat rapat Jl. Sunggal 4,07 sangat sedikit 368,31 sangat rapat Jl. Brigjen Zein
Hamid 2,22 sangat sedikit 271,63 sangat rapat
Jl. Brigjen Katamso 1,35 sangat sedikit 192,21 sangat rapat Jl. H.M. Joni 15,46 sangat sedikit 186,53 sangat rapat
Jl. Armada 64,28 banyak 350 sangat rapat
Rata-rata 13,03 sangat sedikit 281,83 sangat rapat Sebagian besar komposisi jenis tanaman yang ada pada tiap jalur termasuk
dalam kategori sangat sedikit dengan rata-rata sebesar 13,03%. Sedangkan
kerapatan tanaman per jalur termasuk kategori sangat rapat dengan rata-rata
sangat mendominasi pada jalur hijau penelitian tersebut. Rata-rata kerapatan
individu/ha adalah 281,83 ind/ha yang merupakan termasuk dalam kategori sangat
rapat.
Komposisi jenis tanaman yang sedikit maksudnya jumlah jenis tanaman
yang ditanam pada tiap jalur, masih sedikit oleh karena itu tingkat keragamannya
juga akan menjadi rendah. Walaupun jumlah individu tanaman banyak, namun
jika jenis yang ditanam hanya beberapa jenis saja (relatif homogen) maka
komposisi jenis tanaman akan menjadi sedikit pada jalur tertentu.
Pada lokasi jalur hijau umumnya lebih baik jika komposisi tanaman, terdiri
atas beberapa jenis saja sehingga dengan komposisi jenis tanaman yang sedikit,
tanaman yang ditanam dapat ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun
semuanya, untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah, teratur dan rapi,
yang merupakan pengaruh dari aspek estetika dari penataan suatu kota.
Kerapatan tanaman tiap jalur berbeda-beda sebab hal ini dipengaruhi oleh
jumlah tanaman dan luas areal. Kelompok pepohonan yang ditanam dengan
kerapatan tinggi merupakan perlindungan karena dapat mengurangi suhu udara
yang panas dan terik pada siang hari. Menurut Lakitan (2002) pada malam hari
tanaman berfungsi sebagai penahan panas, sehingga suhu di bawah tajuknya
menjadi lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas permukaan tanah tanpa
vegetasi atau tanah terbuka.
Pada seluruh jalur hijau penelitian, kerapatan tanaman cukup homogen,
termasuk dalam kategori sangat rapat. Tingkat kerapatan Jalur dengan nilai
terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah Jalan Sunggal sebesar 368,31
Jalan Brigjen Zein Hamid sebesar 271,630 Ind/Ha; Jalan Sisingamangaraja
sebesar 261,86 Ind/Ha; Jalan Brigjen Katamso sebesar 192,21 Ind/Ha dan Jalan
HM Joni 186,53 Ind/Ha.
Banyaknya jalur dengan kategori sangat rapat dikarenakan beberapa hal,
antara lain jalur tersebut memiliki luasan yang kecil namun dengan jumlah
tanaman yang banyak sehingga kerapatan tanamannya sangat rapat. Selain itu ada
juga jalur hijau yang memang luasannya besar dan kerapatan tanamannya
termasuk dalam kategori sangat rapat.
Berbagai jenis pohon menggambarkan nilai kerapatan suatu pohon. Jika
semakin tinggi kerapatan suatu pohon maka akan berkurang pula sinar matahari
yang terdapat dibawah tajuk. Oleh karena tajuk menghalangi panas dari sinar
matahari yang turun mencapai permukaan tanah, sehingga akan diperoleh udara
sejuk di bawah tajuk pohon. Dan begitu juga sebaliknya apabila semakin rendah
nilai kerapatan suatu pohon maka sinar matahari tidak sepenuhnya tertutup oleh
tajuk sebelum turun mencapai permukaan tanah, akibatnya akan diperoleh udara
yang relatif lebih panas. Keberadaan pohon memiliki fungsi dan peran sebagai
penyerap panas sehingga dapat mendinginkan bumi dan hutan kota yang di
dalamnya terdapat berbagai macam vegetasi pada saat berfotesitesis memerlukan
sinar matahari dan Karbon Dioksida (CO2) serta unsur-unsur lainnya sehingga
dengan demikian keberadaan pohon dapat mengurangi konsentrasi CO2 di udara
dan dapat menurunkan suhu serta menjadi kontrol polusi dan menjaga kualitas
Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2
Setiap jenis tanaman memiliki nilai biomassa, simpanan karbon, dan
serapan CO2 yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pada penelitian ini dilakukan penghitungan biomassa, simpanan karbon dan
serapan CO2 pada jalur hijau jalan arteri sekunder kota medan bagian tengah.
Nilai biomassa, simpanan karbon dan serapan CO2 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Biomassa, Simpanan Karbon dan Serapan CO2 di berbagai jalur hijau
Jalur Hijau Luas Jalur
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, nilai biomassa, nilai
simpanan karbon, dan nilai serapan karbon terbesar terbesar terdapat pada
Jl. Sisingamangaraja yaitu sebesar 234,265 Ton/Ha untuk nilai biomassa, 107,762
Ton/Ha untuk simpanan karbon, dan 395,486 Ton/Ha untuk nilai serapan karbon.
Nilai biomassa yang tinggi maka akan diikuti dengan nilai simpanan karbon dan
serapan karbon yang tinggi juga. Sedangkan nilai biomassa, simpanan karbon, dan
serapan karbon terendah terdapat pada jalan Armada dengan nilai berturut-turut
yaitu 59,89 Ton/Ha, 27,55 Ton/Ha dan 101,11 Ton/Ha.
Yang menjadi parameter dalam menilai suatu biomassa, simpanan karbon
dan serapan karbon suatu tanaman adalah diameter tanaman, nilai berat jenis