i
PENGARUH KITOSAN CANGKANG KEPITING TERHADAP
JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEADAAN MIE BASAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI
SKRIPSI
Disusun oleh :
RINDANG DWIARISTIWA 201110070311059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ii
PENGARUH KITOSAN CANGKANG KEPITING TERHADAP
JUMLAH KOLONI BAKTERI DAN KEADAAN MIE BASAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Disusun Oeh :
RINDANG DWIARISTIWA 201110070311059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Rindang Dwiaristiwa
NIM : 201110070311059
Program Studi : Pendidikan Biologi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Pengaruh Kitosan Cangkang Kepiting Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Dan Keadaan Mie Basah Sebagai Sumber Belajar Biologi
Diajukan untuk Dipertanggung Jawabkan di hadapan Dewan Penguji Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)
pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
iv
SURAT PERNYATAAN
Nama : Rindang Dwiaristiwa
Tempat/tgl Lahir : Lumajang, 03 Nopember 1992
NIM : 201110070311059
Fakultas/ Jurusan : KIP/ Pendidikan Biologi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Pengaruh Kitosan Cangkang Kepiting Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Dan Keadaan Mie Basah Sebagai Sumber Belajar Biologi” adalah bukan skripsi orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.
Malang, 05 Nopember 2015
Yang menyatakan,
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang Dan diterima untuk memenuhi
Sebagian dari Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pendidikan Biologi
Mengesahkan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 05 Nopember 2015
Dekan
(Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes.)
Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Dr. Iin Hindun, M.Kes. 1. ..………
2. Dr. Moch Agus Krisno B., M.Kes. 2. ………..
3. Drs. Nur Widodo, M.Kes. 3. ………..
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”
(Tafsir QS. Insyiroh: 6-8)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
(Tafsir Qs. Al Baqarah: 216)
Dengan penuh rasa syukur saya persembahkan karya ini kepada:
Ayahanda Nasron dan Ibunda Emiyati atas motivasi, doa dan kasih sayang yang tak terhingga dan tiada batasnya, Mbak Naslah Rindu Inayah atas motivasi yang selalu membangkitkan percaya diri, serta Mas Puji Nur Wicaksono atas dukungan yang sangat berarti dan kesabarannya dalam menungguku.
Sahabat-sahabatku Sely, Nyak, Anis, Arasti atas motivasi dan kebersamaan yang indah.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia, kenikmatan, kesehatan, hidayah dan taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kitosan Cangkang Kepiting Terhadap Jumlah Koloni Bakteri Dan Keadaan Mie Basah Sebagai Sumber Belajar Biologi”. Penulisan skripsi ini digunakan untuk syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Biologi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang.
Selama proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak memperoleh dukungan, bantuan, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Dr. Yuni Pantiwati, M.M., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi.
3. Ibu Dr. Iin Hindun, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Moch. Agus Krisno B., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian serta penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen bersama staf Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan.
viii
Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, serta dapat memotivasi berkembangnya studi dan penelitian lebih lanjut. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan karya ini.
Malang, 05 Nopember 2015 Penulis,
x
2.3.4 Pembuatan Kitosan Cangkang Kepiting ... 17
2.4 Mikroba pada Mie Basah ... 18
2.5 Perhitungan Jumlah Koloni Mikroorganisme dengan Metode TPC . 20 2.5.1 Prinsip Hitungan Cawan ... 20
2.5.2 Pengenceran ... 20
2.5.3 Cara Pemupukan Metode Tuang ... 21
2.5.4 Menghitung Jumlah Koloni dan Standar Perhitungan ... 21
2.6 Uji Keadaan Mie Basah ... 22
2.7 Tinjauan Tentang Sumber Belajar Biologi ... 22
2.7.1 Sumber Belajar Biologi ... 22
2.7.2 Lembar Kerja Siswa ... 24
2.7.3 Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar ... 26
2.8 Penjabaran Kerangka Konsep ... 27
2.9 Hipotesis ... 29
3.4 Jenis dan Definisi Oprasional Variabel ... 33
3.4.1 Variabel Bebas ... 33
3.4.2 Variabel Terikat ... 33
3.4.3 Variabel Kontrol ... 34
3.4.4 Definisi Oprasional Variabel ... 34
xi
3.5.1.4 Sterilisasi alat dan Bahan ... 36
3.5.2 Pelaksaanaan Penelitian ... 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.8 Langkah Penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 54
4.1.1 Konsentrasi kitosan terhadap Jumlah Koloni Bakteri pada Mie Basah ... 54
4.1.2 Konsentrasi Kitosan terhadap Keadaaan Mie Basah ... 55
4.2 Hasil Analisis Data ... 57
4.2.1 Konsentrasi Kitosan Cangkang Kepiting terhadap Jumlah Koloni Bakteri Mie Basah ... 57
4.2.1.1 Hasil Uji Normalitas ... 57
4.2.1.2 Hasil Uji Homogenitas ... 58
4.2.1.3 Hasil Analisis Varian satu jalan ... 59
4.2.1.4 Hasil Uji Duncan ... 59
xii
4.3 Pembahasan ... 63 4.3.1 Pengaruh Konsentrasi Kitosan Cangkang Kepiting Terhadap
Jumlah Koloni Bakteri Mie Basah ... 63 4.3.2 Pengaruh Konsentrasi Kitosan Cangkang Kepiting Terhadap
Jumlah Keadaan Mie Basah ... 65 4.3.3 Perlakuan Konsentrasi Kitosan Yang Efektif mempengaruhi
Jumlah Koloni Bakteri dan Keadaan Mie Basah ... 68 4.3.4 Hasil Penelitian digunakan sebagai Sumber Belajar ... 69 BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 75 5.2 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... xviii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kandungan Mie Basah ( 100 g bahan) ... 9
2.2 Syarat Mutu Mie Basah ... 10
3.1 Denah Rancangan Acak Lengkap ... 31
3.2 Ringkasan Uji Oragoleptik ... 46
3.3 Uji Normalitas ... 47
3.4 Uji Homogenitas ... 48
3.5 Analisisa sidik analisis varian 1 arah ... 50
3.6 Ringkasan uji duncan ... 51
4.1 Hasil Ringkasan Pengamatan Jumlah Koloni Bakteri Pada Mie Basah ... 54
4.2 Hasil Ringkasan Keadaan Mie Basah ... 55
4.3 Hasil Ringkasan Uji Normalitas Konsentrasi Kitosan Cangkang Kepiting terhadap Jumlah Koloni Bakteri Pada Mie Basah ... 58
4.4 Hasil Ringkasan Uji Homogenitas Jumlah Koloni Bakteri... 58
4.5 Hasil Ringkasan Uji Analisis Varian Satu Jalan Jumlah Koloni Bakteri Pada Mie Basah ... 59
4.6 Hasil Ringkasan Uji Duncan Jumlah Koloni Bakteri pada Mie Basah ... 60
4.7 Hasil Ringkasan Uji Normalitas Keadaan Mie basah ... 60
4.8 Hasil Ringkasan Uji Homogenitas Keadaan Mie basah ... 61
4.9 Hasil Ringkasan Uji Analisis Varian Jalan Faktor Keadaan Mie basah . 61 4.10 Hasil Ringkasan Uji Duncan Keadaan Mie Basah ... 62
4.11 Hasil Ringkasan Uji Kruskal-wallis Keadaan Rasa pada Mie Basah ... 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Kimia Kitin ... 12 2.2 Struktur Kimia Kitosan ... 12 2.3 A. Bakteri E. coli yang sebelum diberi kitosan. B. Bakteri E.coli
diberi kitosan setelah 4 jam ... 15 3.1 Bagan Pembuatan Kitosan ... 37 3.2 Bagan Pembuatan Mie Basah ... 40 4.1 Diagram Batang Rerata Jumlah Koloni Bakteri Log (x) Pada Mie
Basah... 55 4.2 Diagram Batang Rerata Keadaan Mie Basah pada Pengamatan 24 jam . 56 4.3 Grafik Rerata Keadaan Bau Mie Basah ... 65 4.4 Grafik Rerata Keadaan Warna Mie Basah ... 66 4.5 Grafik Rerata Keadaan Rasa Mie Basah ... 68
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Penelitian Sesungguhnya ... . 81
2. Perhitungan Manual ... 84
3. Tabel ... 115
4. Foto Penelitian ... 125
5. LKS ... 133
6. Instrumen Penelitian Validator Ahli Materi ... 153
7. Surat Keterangan Penelitian ... 156
77 DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, Herpratiwi & Tarrkono. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Modul Interaktif Konsep Dasar Kerja Motor 4 Langkah Kelas X Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjungkarang. Artikel (Online), (http:// s2tp.fkip.unila.ac.id), diakses 12 Agustus 2015.
Ariyani, Farida & Yennie, Yusma. 2008. Pengawetan Pindang Ikan Layang (Decapterus russelli) Menggunakan Kitosan. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. No.2 Vol.3, Desember 2008.
Artianti, Yulia. 2013. Kajian Perbandingan Mocaf (Modified Cassava Flour) Dengan Bubur Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dan Lama Waktu Pengukusan Terhadap Karakteristik Mie Basah Rumput Laut. Naskah
Publikasi Sarjana Teknologi Pangan, Program Studi Teknologi Pangan
Universitas Pasundan, Bandung.
Astawan, Made. 2008. Membuat Mi dan Bihun. Jakarta: Penebar Swadaya
Disperindagkop & UMKM. 2014. Ekspor Kepiting Hidup Butuh Kargo Udara.
Disperindagkop & UMKM Kota Tarakan. (Online),
(http://disperindagkop.tarakankota.go.id/), Diakses 20 Agustus 2015. Elliot, Ronald P.S. 2004. Analisis Zat Pengawet Pada Mie Aceh Di Beberapa
Warung Makanan Jajanan Di Kelurahan Sei Sikambing B Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Tahun 2004. Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, Medan
Fahrudin. 2006. Aplikasi Bahan Pengawet Untuk Memperpanjang Umur Simpan Mie Basah Matang. Skripsi Sarjana Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
78
Harjanti, Ratna Sri. 2014. Kitosan dari Limbah Udang sebagai Bahan Pengawet Ayam Goreng. Jurnal Rekayasa Proses. No. 1 Vol. 8, 2014.
Hidayat, Taufrik. 2015. Mengandung Jamur Dan Bakteri. Jawa Pos Radar
Semarang. (Online), (http://www.radarsemarang.com/), Diakses 13
Agustus 2015.
Keenan, Wood, Knielfelter, 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga Killay, Amos. 2013. Kitosan Sebagai Anti Bakteri Pada Bahan Pangan Yang
Aman Dan Tidak Berbahaya (Review). Prosiding FMIPA Universitas Pattimura 2013. Ambon.
Koswara, S. 2009. Pengawet Alami Untuk Produk dan Bahan Pangan. eBookPangan.com.
Pramita, Dhienta Cory. 2011. Daya Hambat Lapisan SiO2 dan Komposit Kitosan/ Ag pada Kain terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi Sarjana Sains Kimia. Program Studi Kimia Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Prastowo, Andi. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA press.
Perangin-Angin, Brananda Hasiholan, Karo-Karo, Terip & Rusmarilin, Herla. 2013. Pengaruh Konsentrasi Larutan Kitosan Jeruk Nipis Dan Lama Penyimpanan Terhadap Mutu Tahu Segar. Jurnal Rekayasa Pangan. No.4 Vol I Th.2013 Hal 1-7.
Ratna, A. dan Sugiyani, S. 2006. Pembuatan Chitosan dari Kulit Udang dan Aplikasinya Untuk Pengawetan Bakso. Makalah Penelitian, Universitas Diponegoro. Semarang. 2-3.
Satyajaya, Wisnu & Nawansih, Otik. 2008. Pengaruh Konsentrasi Chitosan Sebagai Bahan Pengawet Terhadap Masa Simpan Mie Basah. Jurnal Teknologi dan Hasil Pertanian. No. 1 Vol. 13 1 Maret 2008 Hal 17-24.
79
Sembiring, Waldemar Bastian. 2011. Penggunaan Kitosan sebagai Pembentuk Gel dan Edible Coating serta Pengaruh Penyimpanan Suhu Ruang terhadap Mutu dan Daya Awet Empek-Empek. Skripsi Sarjana Gizi Masyarakat. Program Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Bogor. Siswati, Ika, Sabarudin, Ahmad & Darjito. 2014. Pembuatan Kitosan Makropori
Menggunakan Ethylene Glycol Diglycidyl Ether (Egde) Sebagai Cross-Linker Dan Aplikasinya Terhadap Adsorpsi Methyl Orange. Student Journal. No. 2 Vol. 1 Pp. 175-181 Maret 2014
Sukardjo, Js & Mawarni, Nanik Galih. 2011. Sintesis Kitosan Dari Cangkang Kepiting Dan Kitosan Yang Dimodiikasi Melalui Pembentukan Bead Kitosan Berikatan Silang Dengan Asetaldehid Sebagai Agen Pengikat Silang Untuk Adsorbsi Ion Logam Cr (Vi). Jurnal EKOSAINS. No. 3 Vol III November 2011 Hal.1-13.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitien Kuantitatif Kualitatif dan R &D . Bandung: Alfabeta.
Swastawati, Fronthea, Wijayanti, Ima & Susanto, Eko. 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Menjadi Edible Coating untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Jurnal. No. 4 Vol. 4, Desember 2008
Tanto, Rifda Naufalin Tri & Setyawati, Retno. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Rempah-Rempah Sebagai Bahan Pengawet Alami Pada Mie. Prosiding Seminar Nasional Persattuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia 3-4
November 2009. Jakarta.
TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI.2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian II. Bandung: Imperial Bhakti.
Trisnawati, E. Andesti, D. & Saleh, A. 2013. Pembuatan Kitosan Dari Limbah Cangkang Kepiting Sebagai Bahan Pengawet Buah Duku Dengan Variasi Lama Pengawetan. Jurnal Teknik Kimia, No. 2 Vol. 19 April 2013 Hal. 17-26.
Utami, Ria. 2013. Pengaruh Penambahan Kitosan Terhadap Jumlah Kuman Pada Mie Basah. Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat. Program Studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Muhammadiyah surakarta. Surakarta. Vega, E. Elkana, D. Putri, O. Leonard, R. & Andriyono, S. 2013. Rekayasa
80
Tahu. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, No. 2 Vol. 5 November 2013 Hal 146-149.
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Wicaksono, Denny Angga. 2007. Pengaruh Metode Aplikasi Kitosan, Tanin, Natrium Metabisulfit Dan Mix Pengawet Terhadap Umur Simpan Bakso Daging Sapi Pada Suhu Ruang. Skripsi Sarjana Ilmu Dan Teknologi Pangan. Departemen Ilmu Dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Widyawati, Angga Yuliesa. 2012. Penyusunan Modul Pengayaan Keanekaragaman Jenis Ikan Berdasarkan Hasil Tangkapan Nelayan Di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron Gunungkidul Bagi Siswa SMA Kelas X. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mie basah merupakan salah satu bahan pangan yang digemari masyarakat Indonesia. Hal itu terbukti dengan tingginya produksi mie basah yaitu mencapai 500-1500 kg mie setiap hari (Tanto & Setyawati, 2009). Mie basah yang merupakan bahan mentah dan belum diolah ini biasanya diproduksi dalam skala rumah tangga maupun industri-industri kecil.
Kandungan air dan protein yang cukup tinggi pada mie basah serta pengolahan yang tidak tepat menyebabkan mie basah memiliki daya simpan yang relatif rendah. Menurut Koswara (2009) mie basah memiliki kandungan air sebesar 52%. Selain itu, bahan baku yang berupa tepung juga menyebabkan mie basah cepat mengalami kebusukan karena terkontaminasi oleh bakteri. Christensen (1974) dalam Fahrudin (2006) menambahkan mikroorganisme yang terdapat pada tepung adalah kapang, khamir, dan bakteri. Bakteri yang biasa terdapat pada tepung adalah Pseudomonas, Micrococcus, Lactobacillus serta beberapa spesies Achromobacterium. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, mie basah yang diperoleh dengan cara dibuat sendiri oleh peneliti hanya mampu bertahan sekitar 20 jam.
2
Laboratorium Kesehatan Jateng, mie kuning yang diambil dari sisa makanan korban keracunan terbukti mengandung bakteri (Bacillus sp dan Enterobacter aerogenes) dan jamur (Hidayat, 2015).
Kecurangan yang sering terjadi dalam pengawetan mie basah yaitu dengan menggunakan bahan berbahaya seperti formalin (BPOM, 2006) dalam Satyajaya & Nawansih (2008) . Formalin merupakan zat kimia berbahaya dan tidak layak konsumsi. Menurut Vega (2003) formalin dengan dosis yang tinggi atau sering termakan dapat mengakibatkan kanker pada saluran pencernaan manusia.
Salah satu cara untuk mengawetkan mie basah yaitu menggunakan kitosan (Koeswara, 2009). Kitosan merupakan bubuk dari limbah cangkang kepiting, kulit udang dan bangsa crustaceae lainnya yang dihancurkan dan dihilangkan protein, mineral dan gugus asetilnya melalui proses deproteinasi, demineralisasi deasetilasi (Soekardjo, dkk, 2011). Bubuk kitosan dapat dijadikan pengawet karena kitosan mengandung antimikroba yang dapat menghambat jumlah mikroba. Menurut Kong et al (1990) dalam Yulisma, dkk (2013) gugus amino kationik (NH3+) yang dimiliki kitosan mampu berkorelasi erat dengan karakteristik permukaan sel mikroba yang bermuatan negatif, sehingga mengakibatkan depolarisasi membran seluler mikroba sebagai akibat terganggunya integritas dinding sel dari hubungan kedua molekul yang menyebabkan kematian bagi mikroba.
3
menghambat jumlah mikroorganisme sebesar 3,5 x 104 koloni/g dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Keunggulan kitosan sebagai pengawet makanan yaitu dapat dirombak secara biologis dan aman. Menurut Rismana dalam Sudarwati (2007) sifat biologi kitosan antara lain bersifat biokampatibel artinya sebagai polimer alami yang sifatnya tidak mempunyai efek samping, tidak beracun, dan biodegradable. Sedjati (2006) menambahkan bahwa kitosan tidak memiliki nilai kalori dan tidak dapat dicerna oleh tubuh sehingga dapat langsung dikeluarkan oleh tubuh melalui feses. Kitosan juga dapat mempertahankan nilai organoleptik makanan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Satyajaya & Nawansih (2008), kitosan dengan konsentrasi 150 ppm yang dicampurkan pada adonan mie basah berpengaruh paling baik untuk mempertahnkan mutu dan daya simpan mie basah. Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Vega (2013) tahu yang direndam menggunakan kitosan dalam pelarut asam asetat 1%, 2% dan 3%, tidak mempengaruhi warna dan bau khas tahu.
4
Timur (Disperindagkop & UMKM, 2014). Mengingat potensi kitin pada cangkang kepiting yang dapat dimanfaatkan cukup besar maka pengolahan limbah cangkang kepiting menjadi kitosan harus dioptimalkan.
Pemanfaatan limbah menjadi suatu produk yang bermanfaat merupakan salah satu materi yang dikembangkan pada pembelajaran Biologi kelas X. Berdasarkan KD 4.10 kurikulum 2013 yaitu ”Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan”, akan membutuhkan sumber belajar. Bila ditinjau berdasarkan konsep materi pembelajaran, penelitian tentang pengolahan cangkang kepiting menjadi produk kitosan cocok untuk dijadikan sumber belajar pada materi tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan siswa bahwa cangkang kepiting yang awalnya dianggap sebagai limbah dapat diolah menjadi bahan antimikroba sehingga dapat dijadikan sebagai pengawet makanan yang alami dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan latar belakang diatas perlu kiranya dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Kitosan Cangkang Kepiting Terhadap Jumlah Koloni
Bakteri Dan Keadaan Mie Basah Sebagai Sumber Belajar Biologi”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini, yaitu :
5
2. Adakah pengaruh pemberian konsentrasi kitosan cangkang kepiting terhadap keadaan mie basah?
3. Pada konsentrasi kitosan cangkang kepiting berapakah yang berpengaruh paling efektif dalam menghambat jumlah koloni bakteri mie basah?
4. Pada konsentrasi berapakah kitosan cangkang kepiting yang berpengaruh paling baik terhadap keadaan mie basah?
5. Bagaimanakah aplikasi pemanfaatan hasil penelitian pengaruh kitosan cangkang kepiting terhadap jumlah koloni bakteri dan keadaan mie basah sebagai sumber belajar biologi?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengaruh pemberian konsentrasi kitosan cangkang kepiting terhadap jumlah koloni bakteri mie basah
2. Mendeskripsikan pengaruh pemberian konsentrasi kitosan cangkang kepiting terhadap keadaan mie basah
3. Menentukan konsentrasi kitosan cangkang kepiting yang berpengaruh paling efektif dalam menghambat jumlah koloni bakteri pada mie basah 4. Menentukan konsentrasi kitosan cangkang kepiting yang berpengaruh
paling baik terhadap keadaan mie basah.
6
1.4. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Aspek Teoritis
Penelitian ini dapat menperkaya informasi mata pelajaran Biologi SMA kelas X tentang pengolahan limbah menjadi produk yang bermanfaat yaitu antibakteri pada makanan yang aman dan bersifat biodegradable. 2. Aspek Praktis
Bagi masyarakat penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif antimikroba alami yang aman bagi kesehatan dan lingkungan yaitu menggunakan kitosan cangkang kepiting terutama pada mie basah.
1.5. Batasan Penelitian
Agar penelitian tidak menyimpang dari fokus permasalahan perlu adanya batasan penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan kitosan yang dibuat sendiri di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang dimana cangkang kepiting sebagai bahan utama kitosan diperoleh dari limbah Rumah Makan Kenari, Tarakan-Kalimantan Timur.
2. Konsentrasi kitosan cangkang kepiting yang digunakan dalam penelitian ini 0,5, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%. Konsentrasi tersebut berdasarkan dari uji pendahuluan.
7
1.6. Definisi Istilah
1. Kitosan merupakan salah satu polisakarida kationik alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin yang banyak terdapat di alam (Harianingsih, 2010). Pembuatan kitosan didapatkan dengan cara melakukan deasetilasi cangkang kepiting yang telah dihaluskan di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Jumlah koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni (Fardiaz, 1993). Dalam penelitian ini jumlah koloni bakteri dihitung menggunakan uji TPC (Total Plate Count) selama penyimpanan 24.
3. Keadaan mie basah merupakan keadaan yang dapat diperiksa secara organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa (SNI 01-2891-1992). Dalam penelitian ini respon organoleptik yang digunakan diuji menggunakan skala hedonik.
4. Mie basah merupakan mie mentah yang sebelum dipasarkan mengalami perebusan dalam air mendidih lebih dahulu, jenis mie ini memiliki kadar air sekitar 52 persen (Koswara, 2009). Dalam penelitian ini mie basah dibuat sendiri di Laboratorium Biologi UMM dengan menambahkan kitosan 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5% dalam adonan mie basah.