PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT
SUMANDO PESISIR SEBAGAI ATRAKSI WISATA
DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
KERTAS KARYA
OLEH
M FAUZI SAKAT UJUNG
122204080
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki potensi yang sangat besar dalam pariwisata dan budaya. Terdapat suku Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah. Adat Sumando Pesisir memiliki daya tarik tersendiri pada pakaian adat pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir. Pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan potensi yang sangat besar dalam pariwisata untuk menjadi sebuah atraksi wisata di kabupaten Tapanuli Tengah. Keunikan pakaian adat Sumando pesisir harus dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjadi sebagai atraksi wisata. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.
.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirahim.
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu, Shalawat beriring salam
juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW karena beliaulah yang membawa
peradaban umat manusia menjadi lebih baik.
Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa Program Studi Pariwisata
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan menyelesaikan
sebuah kertas karya. Kertas karya ini untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Pakaian Adat pada Pesta
Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah”
Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan, pengetahuan, kemampuan dan sumber bacaan yang diperoleh. Oleh
karena itu, dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini.
Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis banyak mendapat dukungan,
semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. SyahronLubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
2. Ibu Arwina Sufika SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. selaku dosen pembimbing kertas karya ini,
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan arahan dan
saran dalam pembuatan kertas karya ini.
4. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M.Hum. selaku dosen pembaca kertas karya ini,
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan kritik dan
saran dalam pembuatan kertas karya ini.
5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, MSP, selaku koordinator Praktek Jurusan
Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata, yang telah membimbing,
memberikan dukungan dan mengarahkan penulis.
6. Tersayang dan tercinta Ibunda Hj. Nurhayani Pasi, dan Ayahanda Ruslan
Ujung yang telah memeberikan semangat dan juga bantuan moril, materil dari
awal perkuliahan sampai selesainya kertas karya ini.
7. Kakak dan Adik tersayang, AfdalinaYulita Ujung, Annajmi Husna Ujung, Riska
Aulia Ujung, Fauziah Ujung, Fauzan Ujung, dan abangda Teguh.
8. Buat sahabat penulis Yaser Arafat, Budi Jhora, Habibi, Rian Yohanes, Angga
Siahaan, Mdriansyah ( pehung ), Mauli, Fitri dan Aneta ( Cika ).
Kawan-kawan seperjuangan selama di kampus Yowanda, Kabol, Devira, Afni dan
9. Buat Kakanda Mey Syarah Nauli Sitompul, Amd, dan Abangda Lodewik
Fraus S. Marpaung, Amd. Alumni yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis, selama penelitian hingga penulisan kertas karya ini.
10.Teman-teman Usaha Wisata dan Perhotelan 2012, terima kasih buat
semuanya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.
Dan kepada engkau ya Allah segala kesempurnaan dan kami mohon atas segala
keridhoan-Mu ya Allah.
Alhamdullilahirabil’alamin
Medan, Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ... .. 12
2.4 Pengertian Atraksi Wisata ... .. 18
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH 3.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Administratif……19
3.2 Sejarah Kabupaten Tapanuli Tengah…. ... .…… 23
3.3 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Tengah ... ……… 24
BAB IV PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN
MASYARAKAT SUMANDO PESISIR SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH
4.1 Asal Usul Adat Sumando ... 25
4.2 Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat
Sumando Pesisir……… 29
4.3 Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat
Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata ... 43
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 47
5.2 Saran ... 48
ABSTRAK
Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki potensi yang sangat besar dalam pariwisata dan budaya. Terdapat suku Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah. Adat Sumando Pesisir memiliki daya tarik tersendiri pada pakaian adat pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir. Pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir di Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan potensi yang sangat besar dalam pariwisata untuk menjadi sebuah atraksi wisata di kabupaten Tapanuli Tengah. Keunikan pakaian adat Sumando pesisir harus dikembangkan dan dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjadi sebagai atraksi wisata. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Kabupaten Tapanuli Tengah.
.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Indonesia memiliki kekayaan yang cukup besar dengan beribu–ribu pulau,
beranekaragam pesona alam, budaya yang unik, peninggalan sejarah dan way of life
yang membuat Indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang mengagumkan. Provinsi
Sumatera Utara sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki
keanekaragaman budaya yang dapat dijadikan modal bagi pengembangan sektor
pariwista, khususnya kebudayaan Pesisir yang memiliki ciri khas tersendiri bagi
masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah sudah seharusnya dipromosikan baik dalam
negeri maupun luar negeri, dan terus ditingkatkan secara terencana, terarah, terpadu,
serta efektif yaitu dengan cara menjadikan kebudayaan Pesisir Tapanuli Tengah
sebagai wahana bagi perkembangan pariwisata di Sumatera Utara secara konsisten.
Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat Pesisir Tapanuli
Tengah salah satunya adalah adat perkawinan. Adat perkawinan masyarakat Pesisir
Sumando memiliki daya tarik tersendiri pada pakaian adat pesta perkawinan
masyarakat, kedua mempelai pengantin memakai baju pengantin yang begitu indah
dan berpotensi sebagai atraksi wisata untuk disaksikan sebagai daya tarik wisata
Potensi wisata yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah sangat besar, akan
tetapi belum seluruhnya dikelola secara profesional, sehingga dapat bermanfaat
dalam menunjang penerimaan daerah dan terutama dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat setempat. Atas dasar itulah penulis memilih kebudayaan Pesisir sebagai
acuan dalam pembuatan kertas karya ini dengan judul “Pakaian Adat pada Pesta
Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata di Kabupaten
Tapanuli Tengah” dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Pembangunan kepariwisataan adalah pembangunan yang diharapkan mampu
memberi kontribusi yang besar kepada pembangunan nasional berupa devisa
negara.
b. Sumatera Utara memiliki potensi pariwisata yang cukup besar berupa
keindahan alam dan keaneka ragaman budaya daerah ( Melayu, Karo,
Pak-pak, Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Nias, dan Pesisir ) yang
mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
c. Daerah Pesisir pantai barat Sumatera Utara yang meliputi Kabupaten Tapanuli
Tengah merupakan daerah yang kaya dengan keindahan alam, peninggalan
sejarah, dan budaya daerah masyarakat daerah Pesisir.
d. Adat perkawinan Sumando merupakan bagian dari adat budaya masyarakat
Pesisir yang memiliki keunikan sendiri dan masih hidup dan berkembang
Dengan adanya pengembangan kepariwisataan Cultural tourism akan lebih
meningkatkan sektor pariwisata untuk daerah Tapanuli Tengah yang mempunyai
daya tarik serta dapat memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan yang
menyaksikannya.
1.2. Pembatasan Masalah
Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan daerah wisata yang sudah mulai
berkembang dan sangat potensial untuk dijadikan daerah objek wisata. Salah satunya
adalah pariwisata budaya yang dapat dijadikan sebagai atraksi wisata budaya yaitu
mengenai pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir sebagai
aset wisata budaya di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sebagai kebudayaan yang dijadikan alat untuk menambah devisa negara bagi
daerahnya, oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah dengan
1.3. Tujuan Penulisan
Suatu pembahasan mempunyai arah serta maksud dan tujuan yang jelas agar
sesuatu yang ditulis sesuai dengan apa yang diinginkan.
Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :
a. Untuk memperkenalkan kebudayaan yang salah satunya adalah mengenai adat
perkawinan Pesisir Tapanuli Tengah, sekaligus dalam rangka
mempromosikan, pemanfaatan dan pengusahaan pelestarian kebudayaan
tradisional ini sebagai salah satu atraksi wisata budaya yang dapat menunjang
kepariwisataan di Sumatera Utara.
b. Memberikan penjelasan tentang upacara adat perkawinan pesisir Tapanuli
Tengah di Sumatera Utara.
c. Menghimbau agar Pemda Tk. II Kabupaten Tapanuli Tengah mau
memberikan perhatian khusus atas pengembangan pariwisata di Kabupaten
Tapanuli Tengah.
d. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar ahli madya pariwisata
1.4. Metode Penelitian
Dalam rangka penyusunan kertas karya ini diperlukan data-data dan informasi
yang akurat untuk dapat menjawab permasalahan yang dihadapi penulis serta dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun metode yang digunakan dalam memperoleh data
dan informasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Penelitian Perpustakaan (Library Research)
Pengumpulan data berdasarkan bahan acuan dari perpustakaan yang
berkaitan dengan objek pembahasan, baik berupa buku, majalah, brosur,
surat kabar, internet dan media cetak lainnya.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Pengumpulan data dilakukan langsung kelapangan yaitu dengan
mengunjungi Kabupaten Tapanuli Tengah, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah dan mewawancarai kepala dan
staf Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Wawancara juga dilakukan dengan penduduk lokal, organisasi
kemasyarakatan dan pihak swasta yang mengetahui pakaian adat pada
pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir, serta mengamati dan
merekam prosesi pakaian perkawinan adat Sumando Pesisir dalam bentuk
1.5. Sistematika Penulisan
Garis besar pembahasan dan penulisan kertas karya ini dibagi dalam lima bab.
Adapun sistematika penulisannya yaitu sebagai berikut :
Bab I : Pendahulan
Memuat mengenai alasan pemilihan judul, pembatasan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Menguraikan tentang beberapa pengertian tentang pariwisata dan
kepariwisataan, pengertian objek wisata dan daya tarik wisata,
pengertian produk wisata, motivasi perjalanan wisata.
Bab III : Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah
Membahas letak geografis dan batas wilayah administratif,
demography mayarakat Pesisir, sistem kekerabatan, potensi pariwisata
Bab IV :Pakaian Adat Pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir Sebagai Atraksi Wisata Di Kabupaten Tapanuli Tengah
Bab IV ini menguraikan asal usul adat Sumando, perangkat
perkawinan adat, dan pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat
Sumando Pesisir
Bab V : Penutup
BAB II
TEORETIS KEPARIWISATAAN
2.1 Pengertian Pariwisata
Secara etimologi pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari
dua kata yaitu “pari” yang berarti banyak atau berkeliling, sedangkan pengertian
“wisata” berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari
sesuatu. Didalam kamus besar bahasa Indonesia pariwisata adalah suatu kegiatan
yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Sedangkan pengertian parwisata
secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk
sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan
meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud
untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk
menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang
beraneka ragam. Beberapa pengertian pariwisata diantanya adalah sebagai berikut :
• Menurut Hunzieker, pariwisata dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di
suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk
melakukan suatu pekerjaan yang penting yang memberikan keuntungan yang
• Menurut Kuntowijoyo, pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan
dan aspek substansial, yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi
kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai
upaya manusia memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga,
pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana
perkembangannya, mulai dari direncanakan, dikelola, sampai dipasarkan
pada pembeli yakni wisatawan. (Wardiyanta, 2006 : 49)
2.2 Pengertian Wisatawan
Wisatawan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia pariwisata,
Jika ditinjau dari arti kata “wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka
sebenarnya tidaklah tepat sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata
itu berasal dari bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau
dapat disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan
perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata “traveler”
karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan”
untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya
dan kedudukan seseorang. (Irawan, 2010:12).
Adapun pengertian wisatawan antara lain:
1. Menurut Smith (dalam Kusumaningrum, 2009:16), menjelaskan bahwa
wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan
2. Menurut WTO (dalam Kusumaningrum, 2009:17), membagi wisatawan kedalam
tiga bagian yaitu:
a. Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke suatu negara lain
dimana mempunyai tempat kediaman, dengan alasan melakukan pekerjaan
yang diberikan oleh negara yang dikunjunginya.
b. Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara
tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada
negara yang sama untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
• Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan,
pendidikan, kegamaan, dan olahraga.
• Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.
c. Darmawisata atau Excursionist adalah pengunjung sementara yang
menetap kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi, termasuk orang
yang berkeliling dengan kapal pesiar.
d. Menurut Komisi Liga Bangsa-bangsa 1937 (dalam Irawan, 2010:12), “
wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih mengadakan
perjalanan di negara yang bukan tempat kediamannya yang biasa”.
e. Di dalam Instruksi Presiden RI No. 9, 1969, bab 1 pasal 1 (dalam Irawan
dari tempat tinggal untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati
perjalanan dan kunjungan.
Wisatawan menurut sifatnya (Kusumaningrum, 2009:18)
1. Wisatawan Modern Idealis, wisatawan yang sangat menaruh minat pada budaya
multinasional serta eksplorasi alam secara individual.
2. Wisatawan Modern Materialis, wisatawan dengan golongan Hedonisme (mencari
keuntungan) secara berkelompok.
3. Wisatawan Tradisional Idealis, wisatawan yang menaruh minat pada kehidupan
sosial budaya yang bersifat tradisional dan sangat menghargai sentuhan alam
yang tidak terlalu tercampur oleh arus modernisasi.
4. Wisatawan Tradisional Materialis, wisatawan yang berpandang konvensional,
mempertimbangkan keterjangkauan, murah dan keamanan.
2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata
Untuk mengembangkan pariwisata diperlukan sarana dan prasarana
kepariwisataan (Tourist Supply), Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar
merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata, yang dapat diartikan
sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran,
tempat hiburan dansebagainya serta prasarana jalan dan tranportasi yang lancar dan
2.3.1 Sarana Pariwisata
Adapun sarana kepariwisataan, terbagi atas :
a. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Superstructures)
Sesuai dengan namanya, sarana ini menyediakan fasilitas pokok yang ikut
menentukan keberhasilan sesuatu daerah menjadi daerah tujuan wisata. Banyak
perusahaan yang menggantungkan hidupnya dari arus kunjungan wisatawan, atau
orang yang melakukan perjalanan wisata, baik wisatawan mancanegara maupun
wisatawan nusantara.
Sarana pokok kepariwisataan ialah perubahan-perubahan yang hidup dan
kehidupannya sangat bergantung pada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya.
Fungsinya adalah untuk menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan
pelayanan bagi kedatngan wisatawan. Sarana pokok kepariwisataan terbagi atas :
• Receptive Tourist Plan : yaitu perusahaan-perusahaan yang
mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour seperti Travel
Agent, Tour Operator, Tourist Transportation (bus turis, taxi dan
sebagainya)
• Residential Tourist Plan : yaitu perusahaan – perusahaan yang
memberikan pelayanan untuk menginap, menydeiakan makanan /
minuman di daerah tujuan : Hotel, Motel, Bar, Restaurant, Coffe Shop
b. Sarana Pelengkap Kepariwisataan(Suplementing Tourism Superstructures)
Sarana pelengkap adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana
pokok, fungsinya adalah untuk mengusahakan agar wisatawan dapat lebih lama
tinggal di daerah yang dikunjungi. Fungsi yang terpenting adalah untuk membuat
agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu ODTW. Contoh : olahraga
seperti main ski dan berenang sehingga diusahakan agar tamu tidak mudah merasa
bosan.
c. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure)
Sarana penunjang adalah fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan. Fungsinya
adalah sebagai berikut :
• Melengkapi sarana pokok
• Melengkapi sarana pelengkap
• Melengkapi sarana diatas agar wisatawan lebih banyak membelanjakan
uangnya ditempat yang dikungjunginya.
Ketiga sarana-sarana di atas, pembangunannya harus dilaksanakan untuk lebih
banyak menarik wisatawan dan pengadaannya mutlak harus diadakan agar devisa
negara dari sektor pariwisata dapat lebih banyak dihasilkan. Yang termasuk sarana
penunjang kepariwisataan ini adalah :
• Night Club • Casino
2.3.2 Prasarana Pariwisata
Prasarana (infrastuctures) adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan
proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana wisata adalah
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan
dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi,
terminal, jembatan, dan lain sebagainya. Suwantoro (2004:21).
Lothar A. Kreck dalam bukunya Internasional Tourism dalam Yoeti
(1996:186) membagi prasarana atas dua bagian yang penting, yaitu:
a. Prasarana perekonomian (Economy Infrastructures) dibagi atas :
• Pengangkutan (Transportation)
Pengangkutan di sini adalah pengangkutan yang dapat membawa para
wisatawan dari negara di mana ia biasanya tinggal ketempat atau negara yang
merupakan daerah tujuan wisata.
• Komunikasi (Commication Infrastructures)
Tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para wisatawan
untuk mengadakan perjalanan jarak jauh. Dengan demikian wisatawan tidak
ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya. Termasuk dalam
• Kelompok yang termasuk Utilities
Sarana Utilities adalah penerangan listrik, persediaan air minum, sistem irigasi
dan sumber energi.
• Sistem perbankan
Adanya pelayanan bank bagi para wisatawan berarti bahwa wisatawan
mendapat jaminan mutu dengan mudah menerima atau mengirim uangnya
dari dan negara asalnya tanpa mengalami birokrasi pelayanan. Sedangkan
untuk pembayaran lokal, wisatawan dapat menukarkan uangnya pada tempat
– tempat penukaran valuta asing (money changer) setempat.
b. Prasarana sosial (Social Infrastructure)
Prasarana sosial adalah semua faktor yangmenunjang kemajuan atau
menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada. Termasuk dalam
kelompok ini adalah :
• Sistem pendidikan (School System)
Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam
pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tidak
hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan
• Pelayanan kesehatan (Health Service Facilities)
Harus ada jaminan bahwa di daerah tujuan wisata tersedia pelayanan bagi
suatu penyakit yang mungkin akan di derita dalam perjalanan.
• Faktor keamanan (Safety Factor)
Perasaan tidak aman (unsafe) dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja
dikunjungi. Adanya perlakuan yang tidak wajar dari penduduk setempat
seakan-akan wisatawan yang datang mengganggu ketentraman.
• Petugas yang langsung melayani wisatawan (Government Apparatus)
Termasuk dalam kelompok ini antara lain petugas imigrasi, petugas bea cukai,
petugas kesehatan, polisi, dan pejabat-pejabat lainnya yang berkaitan dengan
pelayanan para wisatawan.
c. Prasarana kepariwisataan, diantaranya adalah
• Receptive Tourist Plan
Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk badan usahatani atau organisasi
yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada
suatu daerah tujuan wisata.
• Recidental Tourist Plan
Recedintal tourist plan adalah semua fasilitas yang dapat menampung
kedatangan para wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu
• Recreative and Sportive Plan
Recreative and Sportive Plan adalah semua fasilitas yang dapat digunakan
untuk tujuan rekreasi dan olahraga.
Prasarana kepariwisataan sesungguhnya perlu dipersiapkan atau disediakan
bila akan mengembangkan industri pariwisata karena kegiatan pariwisata pada
hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekenomian juga.
Prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat
berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Fungsi prasarana adalah untuk melengkapi sarana
kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Yang
termasuk prasarana adalah :
a. Prasarana umum :
• Sistem penyediaan air bersih • Pembangkit tenaga listrik
• Jaringan jalan raya dan jembatan
• Airport, pelabuhan laut, terminal dan stasiun • Kapal tambang (ferry), kereta api, dan lain-lain
b. Kebutuhan masyarakat banyak
Prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak, yang termasuk
dalam hal ini adalah : Rumah Sakit, Apotek, Bank, Kantor Pos, Pompa Bensin,
Kantor Administrasi (Pemerintah Umum, Polisi, Pengadilan, Badan Legislatif, dan
sebagainya ).
Tanpa prasarana yang baik, sarana-sarana kepariwisataan tidak dapat
memenuhi fungsinya dalam memberikan pelayanan bagi wisatawan. Ketiga sarana-
sarana di atas pembangunannya harus dilaksanakan untuk lebih menarik wisatawan
dan pengadaannya mutlak harus diadakan agar devisa negara dari sektor pariwisata
dapat lebih banyak dihasilkan.
2.4 Pengertian Atraksi Wisata
Atraksi wisata adalah segala sesuatu ( tempat atau area, aktivitas wisata atau
cici-ciri / fenomena yang spesifik ) yang memiliki suatu karakteristik yang tertentu
yang dapat menarik ditujukan untuk menarik orang sebagai para pengunjung atau
wisatawan untuk dikunjungi, disaksikan, atau dinikmati di suatu daerah tujuan wisata.
Atraksi wisata merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembanan
sistem pariwisata dan juga faktor yang dapat menarik kunjungan wisatawan atau
pengunjung. Atraksi wisata juga merupakan dasar kegiatan pariwisata dan inti dari
merupakan sebagai kombinasi dari berbagai jenis daya tarik wisata. Setiap jenis
atraksi wisata masing-masing memiliki karakteristik dan daya tarik wisata yang
spesifik. Jadi dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan daya tarik bagi wisatawan dan merupakan alasan utama untuk
mengunjungi objek dan daya tarik wisata.
Klasifikasi atraksi wisata di antaranya sebagai berikut :
1. Atraksi wisata alamiah ( natural attraction )
Berbasiskan pada daya tarik wisata alam ( natural resources )
Contoh : Pantai dan Laut ( bahari, sungai, dana, hutan, gunung, air terjun,
flora dan fauna, wisata agro, panorama, dan bentuk alam yang unik dan
spesifik.
2. Atraksi wisata budaya ( cultural attractions )
Berbasiskan pada sumber daya tarik wisata budaya ( cultural resources )
Contoh : pola budaya dan gaya hidup masyarakat, adat istiadat masyarakat,
kesenian tradisional, keramatamahan masyarakat, peninggalan budaya atau
sejarah, perkampungan tradisional, peristiwa budaya, situs arkeologi dan
3. Atraksi wisata buatan atau binaan manusia ( man made attractions )
Berbasiskan pada sumber daya tarik wisata buatan dan binaan manusia
Contoh : taman rekreasi umum, taman rekreasi dengan tema, museum dan
galeri seni, sanggarloka, kebun binatang, taman safari, monumen, pusat
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI TENGAH
3.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Administratif
Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera
Utara. Beberapa daerah dataran tinggi dimana pengunjung dapat menikmati
perpaduan unik antara atsmosfer pesisir dengan pegunungan. Kabupaten Tapanuli
Tengah terletak di antara Kabupaten Tapanuli Utara dengan Tapanuli Selatan.
Letak wilayah yang strategis keanekaragaman potensi sumber daya alam yang
besar menyebabkan Tapanuli Tengah sebagai permata yang tersembunyi yang akan
berkilau dan sangat berharga dengan sentuhan percepatan pembangunan dan
peningkatkan investasi.
Daerah Tapanuli Tengah adalah bagian dari wilayah pengembangan
pembangunan I (Pantai Barat) memiliki daerah yang memanjang pada kaki
pegunungan Bukit Barisan, dengan luas seluruhnya 2.187 km2, pada posisi 1 25’-2
20’ LU dan 90 10’-99 0,5’ BB.
Batas-batas Kabupaten Tapanuli Tengah :
Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara
Sebelah Barat : Samudera Hindia
Sebelah Utara : Kabupaten Singkil Provinsi NAD
Secara administratif Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri atas 20 kecamatan, 30
kelurahan 147 desa, yaitu meliputi Kecamatan Manduamas, Sirandorung, Andam
Dewi, Barus, Barus Utara, Sosorgadong, Sorkam Barat, Sorkam, Pasaribu Tobing,
Kolang, Tapian Nauli, Sitahuis, Pandan, Tukka, Badiri, Pinangsori, Lumut,
Sibabangun, dan Suka Bangun. Pada bulan Desember 2007 jumlah kecamatan di
Kabupaten Tapanuli Tengah bertambah satu lagi yaitu Kecamatan Sarudik sehingga
jumlah kecamatan seluruhnya 20 kecamatan.
3.2 Sejarah Kabupaten Tapanuli Tengah
Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten tertua di
Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Tapanuli Tengah
masuk Keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang residen berkendudukan di
Sibolga.
Jauh sebelumnya kawasan Tapanuli Tengah sekarang tepatnya di Barus sudah
dikenal sebagai pelabuhan laut yang masyhur di Pulau Sumatera berabad-abad silam,
juga sebagai salah satu pusat perdagangan dan peradaban dunia. Ahli geografi
Yunani, Claudios Ptolemaios pada tahun 165 Masehi menguraikan Barus sebagai
penghasil kapur barus (Camphor), suatu produk alamiah berbentuk kristal yang
dihasilkan dari getah pohon keras (Aguilaria Malaccansis atau Cinnamomum
Camphora). Kapur barus merupakan lambang kemewahan para raja dan bangsawan
Yunani, Romawi, Mesir, Persia, dan lainnya pada saat itu. Kedudukan Barus kurang
Selain Barusdua daerah lainnya di Tapanuli Tengah, yaitu Sorkam dan
Mungkur sejak 3.000 tahun lalu juga dikenal karena ekspor kemenyan dunia yang
sangat digemari di Timur Tengah dan Mesir Kuno. Keresidenan Tapanuli beberapa
kali mengalami berubahan pembagian wilayah seiring proses pendudukan
kolonialBelanda di kawasan Tapanuli. Kawasan Tapanuli Tengah sebagai Daerah
Tingkat II baru tercermin melalui Staadblad No.563 tahun 1937. Berdasarkan
Staadblad tersebut kawasan Tapanuli Tengah masuk dalam afdeling Sibolga yang
terdiri dari Onder Distrik Sibolga, Lumut dan Barus. Adapun afdeling lainnya selain
Sibolga di Keresidenan Tapanuli adalah afdeling Nias, Sidempuan, dan Tanah Batak.
Setelah kemerdekaan, Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai daerah otonom dipertegas
oleh pemerintah dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan daerah
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah
Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah
adalah 24 Agustus 1945. (Sumber Panggabean, Bunga rampai Tapian Nauli: Sibolga,
3.3 Visi Misi Kabupaten Tapanuli Tengah 1. Visi :
• Mewujudkan Masyarakat Tapanuli Tengah yang Maju, Sejahtera, dan
Bermatabat.
2. Misi :
• Percepatan pembangunan melalui peningkatan pembangunan infrastruktur.
• Membenahi birokrasi untuk meningkatkan pelayanan publik, serta
menjamin terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih (good governance
and clean governance) serta berwibawa.
• Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui kesehatan, pendidikan
dan pengembangan SDM.
• Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan serta
menggali dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan
Pariwisata dengan kebijakan pembangunan yang pro rakyat.
• Menegakkan hukum dan HAM serta penguatan proses demokrasi untuk
terciptanya rasa aman dan damai, serta menata iklim kondusif bagi
tumbuhnya investasi.
Adapun Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Tengah tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2012-2016, yang saat ini tinggal menunggu proses legalitas Peraturan Daerah
3.4 Potensi Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah
Secara umum potensi pariwisata di Kabupaten Tapanuli Tengah sangat besar.
Dengan panjang garis pantai di pesisir barat Pulau Sumatera + 200 km memiliki
pantai-pantai yang indah, pulau-pulau kecil yang tersebar di Samudera Hindia lebih
dari 25 pulau dengan keindahan pantai dan pesona ekosistem bawah lautnya seperti
terumbu karang dan ikan hias di gugus Pulau Mursala dan Pulau Unggas.
Selain itu, objek wisata sejarah atau cagar budaya di sekitar daerah Barus dan
sekitarnya kaya dengan bahan-bahan arkeologi dan makam-makam yang menjadi
bukti sejarah kebesaran masa lampau dimana Barus menjadi salah satu pelabuhan
besar di Pantai Barat Pulau Sumatera. Alam pegunungan bukit barisan, air terjun dan
sungai yang banyak terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah serta Danau Pandan
menambah daya saing wisata Kabupaten Tapanuli Tengah.
Kabupaten Tapanuli Tengah terus dengan giat mempromosikan kekayaan
yang tersembunyi di wilayah Tapanuli Tengah dengan “ Tapanuli Tengah, Negeri
Wisata Sejuta Pesona”. Selain pesona obyek wisata, Tapanuli Tengah juga kaya
dengan beragam budaya karena wilayahnya dihuni oleh multi etnis yang berbaur
dalam harmoni. (Sumber : Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli
BAB IV
PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT SUMANDO PESISIR SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN
TAPANULI TENGAH 4.1. Asal Usul Adat Sumando
Menurut asal mulanya, suku atau etnik Sumando yang berasal dari Poncan
Ketek, datang ke Sibolga, pada tahun 1851. Dengan perpindahan penduduk dari
Poncan Ketek, ke Sibolga ini, mereka juga membawa adat isti adat meraka yang
disebut dengan adat Sumando dan selanjutnya berkembang ke Tapanuli Tengah.
Pengertian kata “Sumando” adalah pertambahan suku dari satu keluarga dengan
keluarga lain dengan ikatan pernikahan secara Islam dan adat Pesisir.
Dalam pengertian yang lebih luas, yang sumando adalah ke yang dimaksud
dengan “ Sumando “ adalah satu kesatuan ruang lingkup kebudayaan suku Pesisir
yang terdiri dari adat istiadat Pesisir, Kesenian Pesisir, Bahasa Pesisir, dan makanan
Pesisir. Sedangkan dalam pembagian pengelompokan, suku Pesisir yang dimaksud
terdapat di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga. Namun, perlu diketahui
bahwa kebudayaan Pesisir tidak hanya berlaku di wilayah Tapanuli Tengah tetapi
juga di Kabupaten Mandailing Natal, Nias, dan Singkil / Meulaboh ( Aceh ).
Sumando Pesisir ini sedikit banyaknya memang berbeda jika dibandingkan
dengan ikatan kekeluargaan Dalihan Na Tolu seperti yang terkandung dalam adat
masyarakat Batak pada umumnya. Dalihan Na Tolu ini mengatur sedemikian rupa
terdiri dari tiga marga sehingga dalam setiap peristiwa adat ada marga yang berperan
sebagai boru.
Bagi masyarakat Batak yang masih memegang teguh Dalihan Na Tolu,
pelanggaran terhadap aturan ini baik di sengaja maupun tidak akan dihadapkan
kepada sanksi adat. Dalihan Na Tolu merupakan inti dasar kebudayaan Batak ( Core
Culture ) yang menjadi dasar dan acuan bagi masyarakat Batak. Bahkan terdapat satu
ungkapan bahwa apabila sekelompok orang Batak mininggalkan Dalihan Na Tolu,
mereka dianggap hidup dalam lingkaran “ pinahan “.
Sumando Pesisir sebagai kesatuan adalah suatu pertambahan dan
pencampuran satu keluarga dengan keluarga lain yang seiman dengan ikatan tali
pernikahan menurut hukum Islam dan disahkan memakai upacara adat Pesisir. Maka
yang dimaksud sebagai “ orang Sumando “ adalah seseorang menantu atau abang ipar
maupun adik ipar yang telah menjadi keluarga sendiri sehingga segala sesuatu urusan
baik atau buruk menjadi tanggung jawab bersama orang Sumando. Pandangan hidup
dan ikatan adat istiadat masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah sangat kuat dan
hubungan kekerabatan Sumando merupakan jalur dalam menjembatani persaudaraan.
Masyarakat Pesisir sangat menghargai ikatan kekeluargaan. Itu sebabnya tidak ada
satu keputusan adat pun yang di tempuh tanpa melibatkan musyawarah semua
anggota keluarga. Orang Sumando mempunyai Motto : Bulek ai dek dipambulu,
Jika langkah-angkah pergaulan lebih jauh yang di tempuh pernikahan yang
tidak dapat dilangsungkan, karena pihak pemuda menganut adat Minangkabau yang
matrinialchaat. Akhirnya diadakanlah musyawarah di antara orangtua kedua belah
pihak guna mencari jalan keluar dari kesulitan-kesulitan yang ada. Kedua pihak
menganut sistem adat yang ketat dan tentu sulit bagi seseorang untuk mengalah
penuh.
Akhirnya toleransi tercapai dengan mengendurkan beberapa ketegangan adat
dari kedua belah pihak, karena orang Minang laki-laki di jemput atau dibeli
sedangkan Sumando hanya membayar jinamu atau mahar yang merupakan campuran
dari hukum Islam adat Minangkabau dan adat Sumando. Hal-Hal yang baik di terima
dan yang tidak sesuai dengan tata karma dan sikap hidup sehari-hari diabaikan. Itulah
yang disebut dengan “ Adat Bersendi sara’ dan sara’ bersendi Kitabullah “.
Adapun langkah-langkah tata cara perkawinan ( ketentuan-ketentuan )
Sumando disebut sebagai berikut :
a. Pernikahan dapat terjadi apabila pria meminang wanita terlebih dahulu dengan
menyerahkan sejumlah uang atau barang. Uang atau barang disebut dengan
Jinamu sebagai tanda pengikat bahwa pada waktu tertentu akan dilangsungkan
pernikahan nantinya dan dilaksanakan ijab qabul dihadapan wali saksi. Adat
Sumando tidak mengenal Tuhor atau Jurjuranseperti dalam pernikahan adat
Batak.
b. Tanggung jawab rumah tangga dan keluarga berada pada pihak pria. Anak yang
c. Mengenai pembagian harta pusaka berlaku pribahasa “ Berjenjang naik
bertangga turun “. Jumlah harta pusaka di terima seseorang bergantung pada jauh
dekatnya hubungan kekeluargaan namun demikian harta pusaka tempat tinggal (
rumah ) diprioritaskan menjadi bagian hak wanita. Pembagian harta warisan di
antara yang bersaudara pria dan wanita menjadi 1 : 1. Namun apabila anak laki –
laki tidak setuju maka jatuh pada hukum Faraid.
d. Apabila terjadi perceraian di antara suami istri maka suami meninggalkan rumah
kediaman sedangkan istri tetap tinggal menempati rumah itu. Mengenai harta
pembawaan dan yang diperoleh selama pernikahan ( harta gono-gini ) ditentukan
kemudian.
Berikut merupakan penuturan para ahli mengenai asal usul Adat Sumando
antara lain:
Perkembangan adat Sumando diwarnai oleh adat kebiasaan dari kebudayaan
luar baik lokal maupun asing sebagai akses dari pernikahan dan pergaulan. Asimilasi
dan akulturasi menambah semarak budaya adat Sumando. dalam sejarah peradatan,
eksistensi merupakan keharusan sebagai antisipasi terhadap tantangan yang terjadi
ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang terdiri dari berbagai adat, marga ( suku )
dan etnis. Ada tiga unsur yang berperan dalam menentukan adat Sumando menjadi
Tri Sakti antara lain adalah Adat, Sara, dan Qitabullah atau dengan perkataan lain “
MenurutPanggabean dalam Paggebean (1995), Sumando itu konotasi dari
Suman + Do artinya serupa. Do artinya saja, Sumando berarti serupa saja.
Maksudnya serupa saja Adat Batak dengan Melayu Minangkabau atau sebaliknya.
4.2. Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir
Potensi kebudayaan yang dimaksud disini ialah kebudayaan dalam arti luas
tidak hanya meliputi “kebudayaan tinggi” seperti kesenian atau perikehidupan
keraton dan sebagainya, akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang
hidup di tengah-tengah suatu masyarakat : pakaian, caranya berbicara, kegiatan di
pasar dan sebagainya. Pokoknya act dan artifact (tingkah laku dan hasil karya)
sesuatu masyarakat, dan tidak hanya kebudayaan yang masih hidup, akan tetapi juga
kebudayaan yang berupa peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah.
(Soekadijo, 2002:54)
Dalam perkawinan masyarakat Pesisir Sumando, pengantin akan memakai
baju pakaian adat perkawinan masyarakat Pesisir Sumando, ada beberapa
pernak-pernik hiasan busana pengantin perempuan dan laki-laki pada etnis Pesisir (Anak
Gambar 4.1 Pengantin Adat Sumando Pesisir
(Sumber : Nauli, 2006)
Gambar 4.2 Pengantin Wanita Adat Sumando Pesisir
B. Perlengakapan busana wanita
C. Perhiasan busana wanita
1. Kalung
D. Cara pemakaian busana wanita
1. Alas kaki
Alas kaki pengantin perempuan model tertutup bagian depan, terbuka bagian
belakang memakai tumit, warna warni sesuai busana, diberikan hiasan sulaman
2. Kain
Kain pengantin perempuan disebut dengan kain anak daro terbuat dari bahan
songket Batubara, warna : merah, biru, dan kuning disesuaikan dengan warna hijau.
Pada zaman dahulu warna menentukan status kedudukan didalam masyarakat Etnis
Pesisir. Warna merah, biru dipakai oleh masyarakat biasa, sedangkan warna kuning
dipakai oleh raja maupun keturunan bangsawan. Arah belitan kain menghadap ke
kanan, kepala kain berada pada bagian depan, tinggi kain tertutup mata kaki yang
melambangkan kehormatan.
Gambar 4.3 Kain Pengantin Perempuan Adat Sumando
(Sumber : Pasaribu, 2014)
3. Baju
Pengantin perempuan mengenakan busana kebaya pendek yang terbuat dari
bahan renda, brohat dan songket warna baju merah, biru, dan kuning disesuaikan
tangan tidak terlalu longer dapat diberi hiasan dari benang emas, peyet-peyet untuk
menambah keindahan busana, melambangkan kehormatan.
Gambar 4.4 Baju Pengantin Adat Sumando
(Sumber : Pasaribu, 2014)
4. Selendang
Fungsi selendang sebagai penutup tubuh di bagian atas yang disebut dengan
selendang manduaro / kendang-kendang terbuat dari bahan tenun benang emas,
warna disesuaikan dengan warna busana melambangkan kehormatan. Cara
memakainya, selendang diletakkan di atas bahu kiri dan bahu kanan dengan ujung
keduanya berada bagian depan, selendang bagian belakang ditekuk ke dalam hingga
Gambar 4.5 Selendang Pengantin Adat Sumando
(Sumber : Pasaribu, 2014)
5. Kalung
Kalung yang dipakai pengantin perempuan terdiri dari bertingkat-tingkat.
Pada masa kerajaan zaman dahulu, kalung lima tingkat dipakai untuk masyarakat
biasa. Kalung tujuh tingkat dipakai untuk kaum golongan bangsawan, sembilan
tingkat untuk golongan keturunan raja-raja.
Gambar 4.6 Kalung Pengantin Adat Sumando
Motif pada mainan kalung melahirkan nama kalung tersebut yang terdiri dari
beberapa nama sebagai berikut :
• Kalung dari bintang mempunyai motif bintang-bintang
• Kalung dari bungan mempunyai motif dari bunga-bunga
• Kalung dari bulan mempunyai motif bulan-bulan
• Kalung nago-nago mempunyai motif kepala naga
• Kalung panjang terbuat dari bahan manik-manik
Kalung terbuat dari bahan imitasi dan permata, melambangkan perdatuan dan status.
6. Tali pinggang
Tali pinggang disebut kabek patah sambilan / ponding. Hal ini melambangkan
tali pengikat kebersatuan dan keutuhan khususnya kepada kedua pengantin,
bentuknya patah-patah terdiri dari sembilan bagian, bahan terbuat dari perak dan
imitasi, dipakaikan pada pinggang dengan posisi di atas selendang manduaro.
Gambar 4.7 Tali Pinggang Perkawinan Adat Sumando
7. Gelang di atas siku
Gelang di atas siku disebut gelang nago-nago. Gelang ini berjumlah dua buah
( siku kanan dan siku kiri ), terbuat dari bahan imitasi dan busana dengan motif ular
yang melingkar, melambangkan kehormatan.
Gambar 4.8 Gelang Perkawinan Adat Sumando
(Sumber : Pasaribu, 2014)
8. Gelang pada pergelangan tangan
Gelang yang di pakai pada pergelangan tangan terdiri atas :
• Gelang keroncong terbuat dari bahan imitasi, berjumlah dua buah
• Gelang piccak jumlahnya dua buah, menik-menik jumlahnya dua buah
yang diletakkan pada sehelai kain. Semua gelang berada di atas ujung
lengan ( di luar )
9. Gelang kaki
Gelang kaki dikenakan pada pergelangan kaki. Gelang mempunyai lambang
berbunyi dipakai oleh keturunan bangsawan maupun keturunan raja-raja, sehingga ke
mana pun puteri raja melangkah akan diketahui orang lain.
10. Anting-anting
Anting-anting pengantin pada etnis Pesisir bentuknya menjurai yang terbuat
dari bahan imitasi / permata yang melambangkan kehormatan.
11.Sanggul / Perhiasan
• Rambut
Seluruh rambut diisir ke arah Top Crown kemudian diikat lalu dijepit dengan
jepitan lidi, dirapikan dengan memakai hair spray.
• Sanggu Gadang
Sanggu gadang merupakan penutup kepala pengantin perempuan dan
dikenakan pada kepala pengantin perempuan yang dibuat dari lempengan –
lempengan emas dilapisi kain terbuat dari bahan imitasi, perak dihiasi
beberapa bentuk hiasan lainnya untuk memperindah. Sanggu Gadang
melambangkan kebesaran dan kemuliaan.
Gambar 4.9 Sanggu Gadang
Hiasan-hiasan yang dipakai pada Sanggu Gadang sebagai berikut :
- Piso-piso
Bentuknya menyerupai pisau, jumlahnya sembilan buah, posisi berdiri
tegak lurus, ujungnya agak melengkung sedikit, posisi diletakkan di
sekeliling Sanggu Gadang.
- Layang-layang
Terdiri dari sepasang buah gombak yang bermotif buah gombak, terbuat
dari bahan imitasi, dipakai pada sisi kanan dan sisi kiri. Sanggu Gadang
melambangkan kehormatan.
- Goyang-goyang
Bentuk tusuk konde yang terjurai ke bawah dan mempunyai
tingkat-tingkat, dipakai pada ujung piso-piso.
Gambar 4.10 Goyang-goyang
- Sunting
Dikenakan di sebelah atas Sanggu Gadang dengan motif kembang,
bintang, dan matahari.
Gambar 4.11 Sunting
(Sumber : Pasaribu, 2014)
- Garak Gampo
Sabagai hiasan Sanggu Gadang bentuknya meyerupai sunting dan lebih
besar. Jumlahnya satu buah, dikenakan di belakang Sanggu Gadang,
fungsinya sebagai tusuk sanggul.
Gamabar 4.12 Garak Gampo
- Tatak Konde
Bentuknya menyerupai Crown terbuat dari bahan imitasi dan dikenakan
pada kening di atas alis dan mempunyai tali untuk mengikat ke belakang
Sanggu Gadang. Posisi letak di luar dari tepi Sanggu Gadang. Zaman
dahulu tatak konde ini terbuat dari kain bewarna merah sebagai alat
Sanggu Gadang.
Gambar 4.13 Tatak Konde
(Sumber : Pasaribu, 2014)
E. Perlengkapan Busana Pria dan Cara Memakainya
1. Sepatu
Sepatu terbuat dari bahan kulit, model pansus bewarna hitam dan memakai kaus
kaki.
2. Celana
Celana pengantin laki-laki disebut sarawa gunting Aceh model mengecil ke
bawah ( gunting Portugis ). Ujung celana diberi hiasan sulaman benang emas dan
memakai hiasan tabur-tabur warna merah, biru, dan kuning. Warni ini
3. Baju dalam
Baju yang dipakai di dalam merupakan kemeja bewarna putih, posisinya di
dalam celana.
4. Otto
Otto berupa baju yang dipakai di atas dada sebagai penutup dada yang diberi
hiasan sulaman benang emas pada bagian dada, memakai tali ke belakang dan
tidak memakai tangan. Otto terbuat dari bahan beludu dan bewarna, dipakai di
atas kemeja putih, mempunyai lambang memberi perlindungan kepada kedua
pengantin agar terhindar dari gangguan-gangguan berupa guna-guna dan gaib.
5. Kain
Nama kain yaitu samping Bugis ( anak daro / manduaro ), terbuat dari bahan
tenunan Songket Batubara ( Songket Banang Ameh ). Warna kain sesuai dengan
warna kain pengantin perempuan yaitu merah, biru, dan kuning, dipakai sebatas
± 10 cm di bawah lutut, arah lipatan sisi kiri arah ke tengah dan sisi kanan ke
arah ke tengah ( kedua sisi menghadap ke tengah / lipatan berhadapan ) di tengah
pusat, satu lipat dipakai oleh rakyat biasa, tiga lipat dipakai oleh keturunan
bangsawan, dan lima lipat dipakai oleh keturunan raja-raja. Kain adalah
melambangkan status kedudukan.
6. Jas luar
Baju jas luar yaitu jas Turki, terbuat dari bahan beludu. Warna merah, biru,
kuning, motip diberi hiasan tabur-tabur berbentuk koin-koin / paun-paun yang
hiasan sulaman benang emas bentuk lengan agak longgar bagi pemakaiannya di
luar pada otto. Melambangkan sosial dan kekayaan.
Gambar 4.14 Baju dan Celana Pria
(Sumber : Pasaribu, 2014)
Hiasan / Ornamen Busana Pria diantaranya adalah
1. Kalung
Nama kalung Bijo Batik. Terbuat dari bahan imitasi. Model bulat-bulat saling
bertautan. Motif biji betik / papaya dipakai di atas dari pada jas Turki,
melambangkan persatuan dan kesatuan.
2. Ikat pinggang
Tali pinggang pengantin pria di sebut kabek pinggang Patah Sembilan ( Ponding
). Disebut patah sembilan bentuknya putus-putus berjumlah sembilan bagian
yang ditautkan di antara satu dengan yang lain. Motif hiasannya motif
bunga-bunga, melambangkan tali pengikat batin di antara kedua mempelai sebagai
3. Keris / Seo
Keris diselipkan pada tali pinggang yang terbuat dari mahan imitasi dan punya
gagang, jumlahnya satu buah. Posisi keris dipakai pada pinggang bagian depan,
gagang keris ke kanan. Lambang kekuatan dan harga diri untuk mempertahankan
martabat keluarga, khususnya istri.
4. Penutup kepala
Penutup kepala dinamakan Ikkek. Terbuat dari bahan beludu. Bentuknya bulat
melingkar pada kepala dan memakai simpul pada ujungnya dengan warna hitam.
Ikkek diberi hiasan berupa satu buah gombak ( hiasan berjurai ke bawah dengan
hiasan layang-layang ) ( motif layang-layang ) melambangkan persatuan dan
kesatuan antara kedua pengantin di dalam mengarungi rumah tangga dan juga
melambangkan keutuhan adat yang berlaku sesama manusia. Ikkek diberi hiasan
tabur-tabur maupun sulaman benang emas.
(Sumber : Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah
Sibolga).
4.3. Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir sebagai Atraksi Wisata
Sebagai bangsa yang memiliki kepribadian yang kuat dan memiliki
ketahanan budaya, kita percaya bahwa akibat tingkah laku yang dibawa oleh
wisatawan asing itu pasti akan dapat kita atasi. Yang juga tidak kalah pentingnnya
budaya serta kepribadian kita merupakan modal dasar yang dapat menarik arus
wisatawan dari luar. Tanpa itu mereka akan kehilangan minat untuk datang kemari
karena kita telah kehilangan daya tarik.
Maka satu-satunya pilihan adalah membuka setiap wawasan nenek moyang
kita untuk dapat dilihat dan disaksikan oleh wisatawan asing. Di samping itu
diusahakan pula untuk menggali warisan-warisan yang masih belum sempat
diperkenalkan atau dengan cara melakukan pemeliharaan yang berkesinambungan.
Salah satu warisan peninggalan nenek moyang kita yang dapat dijadikan
sebagai daya tarik wisata khususnya di Tapanuli Tengah adalah pakaian adat pesta
perkawinan Sumando Pesisir Tapanuli Tengah yang menganut Adat Sumando.
Perkembangan adat Sumando diwarnai oleh adat kebiasaan dan kebudayaan
luar baik lokal maupun asing sebagai akses dari pernikahan pergaulan. Ada tiga
unsur yang berperan dalam menentukan adat Sumando menjadi Tri Sakti antara lain
adalah Adat, Sara, Qitabullah atau dengan perkataan lain “Adat Bersendi Sara, Sara
bersendi Qitabullah”. Adapun Tahapan Pernikahan dalam adat sumando adalah :
1. Marisik
2. Pertunangan
3. Malam Berinai
4. Akad Nikah
5. Makan Beradat
6. Resepsi Pernikahan Bagala Duo Baleh
Tahapan pada pesta perkawinan ini juga memiliki keunikan dan
keanekaragaman dengan tata acara yang penuh nuansa budaya yang tinggi,
penggunaan pakaian adat Sumando dimulai setelah akad nikah berlangsung, kedua
pengantin mengenakan pakaian kebesarannya dan disandingkan di atas pelaminan.
Rombongan kaum laki-laki yang mengantar duduk dengan berkeliling atau melingkar
di depan pelaminan dan terpisah dari kaum perempuan untuk melaksanakan
rangkaian kegiatan makan beradat. Setelah rangkaian makan beradat selesai kedua
pengantin melaksanakan resepsi pernikahan Bagala Duo Bale.
Pakaian adat pada perkawinan Adat Sumando merupakan salah satu dari
kebudayaan nasional yang bersifat khas dan bermutu, yang dapat mengidentifikasi
diri dan menimbulkan rasa bangga, selain itu terdapat pula fungsi-fungsi menurut
pesan-pesan nilai budaya yang terkandung di dalam pakaian Adat Sumando.
Pemahaman nilai budaya yang di pesankan itu lahir melalui simbol-simbol dari
hiasan yang ditampilkan dan memiliki fungsi-fungsi etika, keagamaan, sosial dan
simbolis. Keelokan pakaian adat Sumando ini merupakan aset budaya yang memiliki
nilai budaya serta nilai jual yang tinggi serta dapat dijadikan sebagai atraksi wisata
kebudayaan Kabupaten Tapanuli Tengah yang patut diperhitungkan.
Dalam UU. No 10 Tahun 2009 disebutkan “Daya Tarik Wisata adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
sesuatu yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan dan merupakan alasan
utama untuk mengunjungi objek dan tujuan wisata.
Dampak positif yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pesta perkawinan Adat
Sumando ini antara lain :
a) Menjaga kelestarian budaya pestaperkawinan adat Sumando
b) Mengundang daya tarik wisatawan
c) Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
Di Kabupaten Tapanuli Tengah hingga saat ini belum memiliki sarana untuk
memfasilitasi pesta adat perkawinan ini, salah satu langkah awal yang bisa dilakukan
pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah adalah dengan membangun sebuah rumah
adat, di mana rumah adat ini dilengkapi pakaian adat dan seluruh perlengkapan yang
digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan adat yang disajikan di kabupaten
Tapanuli Tengah. Rumah adat ini juga menyediakan jasa sewa pakaian adat, baik
untuk pesta perkawinan, maupun kepada wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu maka penulis membuat suatu
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat Sumando Pesisir di Kabupaten
Tapanuli Tengah merupakan potensi yang sangat besar dalam pariwisata untuk
menjadi sebuah atraksi wisata di Kabupaten Tapanuli Tengah.
2. Bagi masyarakat pesisir dalam melaksanakan adat perkawinan menganut adat
Sumando, yakni suatu pertambahan percampuran satu keluarga dengan kelurga
lain yang seiman dengan ikatan tali pernikahan menurut hukum Islam dan
diresmikan dengan upacara adat yang sesuai dengan tradisi masyarakat pesisir
Tapanuli Tengah.
3. Bagi masyarakat khususnya masyarakat Tapanuli Tengah harus tetap
mempertahankan dan menjalankan tradisi adat perkawinan daerah yang
merupakan salah satu cara untuk menanamkan budaya, adat yang telah terkikis
akibat masuk pengaruh budaya luar.
4. Dengan dijadikannya pakaian adat Sumando Pesisir sebagai atraksi wisata sudah
seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan
5.2 Saran
1. Pakaian adat perkawinan masyarakat pesisir Sumando merupakan suatu tradisi
yang harus selalu dilestarikan, sehingga dapat dijadikan sebagai asset wisata dan
juga turut memperkaya budaya Sumatera Utara.
2. Pelestarian pakaian adat pesisir khususnya acara adat perkawinan harus tetap
dipertahankan sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku bagi masyarakat
Tapanuli Tengah, sehingga tidak hilang dan dapat menjadi kepribadian
masyarakat pesisir Tapanuli Tengah
3. Keunikan pakaian adat Sumando Pesisir harus dikembangkan dan dikelola
dengan baik oleh pemerintah daerah untuk menjadi atraksi wisata.
4. Dengan dijadikannya pakaian adat Sumando Pesisir sebagai atraksi wisata sudah
seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan
DAFTAR PUSTAKA
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo
Karyono, Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta
Pasaribu, Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga
Penggabean, Hamid. 1995 Bunga Rampai Tapian Nauli. Jakarta : Tapian Nauli Tujuh
Sekawan
Soekadijo. 2002. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic
Linkage).Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar – Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi
Yoeti, Oka. 2002.Tours and Travel Marketing,Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Brosur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tapanuli Tengah
Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009
slideshare.net. 20 September 2015
LAMPIRAN 1. DATA INFORMAN
• Nama : Sapwan Poham, SE
Alamat: Jalan Damai, No. 35, kecamatan Sibolga Selatan kota Sibolga
Umur : 51 tahun
Pekerjaan :Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Tapanuli Tengah
No. Hp : -
Lama tinggal dilokasi : 51 tahun
• Nama : Mey Syarah Nauli Sitompul Amd.
Alamat: Jalan Napitupulu Komplek Griya Matauli Sejahtera blok A, No, 50
Umur : 31 tahun
Pekerjaan: Staff Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Tapanuli Tengah
No. Hp : 0812 6446 1718
• Nama : Lodewik Fraus S. Marpaung Amd
Alamat: Jalan Sutan Singengu, No. 23 Kecamatan Pandan
Umur :28 tahun
Pekerjaan: Staff bidang pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Tapanuli Tengah
Lama tinggal dilokasi : 28 tahun
No. Hp : 0821 6853 4777
• Nama : Noverius Gea, S.Pd
Alamat:Desa Bondarisihudon Kecamatan Andam Dewi, Kabupaten Tapanuli
Tengah
Umur : 22 tahun
Pekerjaan:Guru Sekolah Dasar dan Duta WisataKabupaten Tapanuli Tengah
2012
Lama tinggal dilokasi : 22 tahun