liii
DAFTAR PUSTAKA
A.Yoeti, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa: Bandung.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Karyono, A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia.
Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman. Provinsi Sumatera Utara: FORKLA.
Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata ( Memahami Pariwisata Sebagai Systemic Linkage ). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi Yogyakarta.
https://www.penduduk-berdasarkan-sensus-penduduk.html
xxv BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
3.1 Wilayah Mandailing
Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebuah Kabupaten di Sumatera Utara,
yang amat besar dan beribukota di
berpisah dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Mandailing Natal, Kota Padang
Sidempuan, Padang Lawas Utara dan Padang Lawas Selatan. Setelah pemekaran,
ibukota kabupaten ini pindah ke
Secara geografis letak daerah Tapanuli Selatan berada di belahan Barat
Indonesia dan sebelah Selatan Pulau Sumatera yang terletak pada 0,02’ s/d 2,3’
derajat Lintang Utara dan 98,49’ s/d 100,22’ derajat Bujur Timur.
Di kabupaten ini terdapat objek wisata Danau Marsabut dan Danau Siais.
Bahasa yang digunakan masyarakatnya adalah bahasa Batak Angkola. Agama
mayoritas penduduknya adalah
Kecamatan Aek Godang. Slogan kabupaten ini adalah Sahata Saoloan
1. Letak
Di sebelah utara, kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Tapanuli Tengah
xxvi
dan Padang Lawas Utara, sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten
Mandailing, dan tepat di tengah wilayahnya, terdapat kota Padang Sidimpuan yang
seluruhnya dikelilingi oleh kabupaten ini.
2. Topografi
Secara garis besar, Kabupaten ini dilintasi oleh bukit barisan. Kabupaten ini
masih memiliki daerah reservasi air di kawasan hutan Batang Toru yang masih kaya
akan flora dan fauna yang sudah langka seperti kancil, rusa, kelinci, harimau, kucing
hutan, tapir, anggrek hutan dan lain-lain. Dan sekarang sudah diusulkan menjadi
kawasan Hutan Lindung. Karena sudah sangat rawan dengan perambahan hutan yang
mengancam kehidupan yang ada di sekitar kawasan tersebut. Terdapat beberapa bukit
dan gunung yang terkenal, antara lain Gunung Lubuk raya, Gunung Sibual-buali
(masih aktif, dan memiliki geyser dan sumber air panas yang di tampung di dua
kolam pemandian umum di daerah sipirok, bukit (tor) Simago-mago, dan lain-lain.
3. Pariwisata
Kabupaten Tapanuli Selatan banyak memiliki objek wisata yang menarik,
antara lain Danau Buatan Cekdam (di daerah Pargarutan), Danau Siais, Danau
Marsabut, Pemandian Aek Parsariran (di daerah Batang Toru), Pemandian Aek
Sijorni, bukit (tor) simago-mago (Sipirok), Istana Adat di Muara Tais, wisata
xxvii 4. Ekonomi
Secara umum, mata pencaharian masyarakat kabupaten Tapanuli Selatan
adalah petani dan berkebun. Hasil pertanian yang terkenal adalah kopi, padi, salak,
karet, kakao, kelapa, kayu manis, kemiri, cabe, bawang merah, bawang daun, dan
sayur-sayuran.
Pembagian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli
Selatan terdiri dari 14 kecamatan yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
xxviii Pemekaran
Sejak 10 Agustus 2007, jumlah kecamatan di kabupaten Tapanuli Selatan
berkurang dengan adanyapemekaran dari kabupaten ini, yaitu melalui
pembentuka
Kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Padang Lawas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara
1.
2.
3.
4.
xxix
6.
7.
3.2 Etnik Mandailing
Etnik Mandailing adalah orang yang berasal dari Mandailing secara
turun-temurun di manapun ia bertempat tinggal. Etnik menurut garis keturunan ayah
(patrilineal) yang terdiri dari marga-marga :
1. Nasution
2. Lubis
3. Pulungan
4. Rangkuti
5. Batubara
6. Daulay
7. Matondang
8. Parinduri
9. Hasibuan
(Menurut Pandapotan Nasution dalam bukunya Adat Budaya Mandailing Dalam
Tantangan Zaman).
Marga-marga ini tidak serentak mendiami wilayah Mandailing. Ada beberapa
marga yang datang kemudian mendiami wilayah Mandailing dan tidak mau disebut
sebagai warga pendatang. Sebagai contoh marga Hasibuan yang bertempat tinggal di
xxx
Sebahagian dari marga Hasibuan telah turut membuka huta bersama-sama dengan
raja, sehingga ia disebut anak boru bona bulu. Demikian juga dengan marga lainnya.
Orang Mandailing memperhitungkan hubungan keturunan itu secara
patrilineal. Suatu kelompok kekerabatan juga dihitung berdasarkan satu ayah, satu
kakek atau satu nenek monyang. Perhitungan berdasarkan satu ayah disebut
“saamang” pada orang Mandailing perhitungan hubungan berdasarkan satu kakek
disebut “saompung”. Orang Mandailing biasanya dapat menunjukan garis hubungan
kekerabatan dengan kaum kerabatnya sampai jauh kembali ke atas beberapa
generasinya.
Di Mandailing ada falsafah yang menyebutkan “Hombar Do Adat Dohot
Ibadat”. Artinya adat dan ibadah tidak dapat dipisahkan, adat tidak boleh
bertentangan dengan agama Islam. Jika dalam upacara adat ada hal-hal yang
mengganggu dengan pelaksannaan agama, adat itu harus dikesampingkan.
3.3 Kebudayaan Mandailing
Yang disebut kebudayaan tradisional itu nyatanya masih hidup dalam
kebudayaan kontemporer. Adat perkawinan, adat menanam kepala kerbau pada waktu
membangun gedung, batik tradisional dan lain-lain kebiasaan masih dipegang teguh,
meskipun maknanya sudah tidak diketahui lagu atau sudah diberi makna baru. Akan
tetapi untuk hal-hal tertentu orang tidak merasa harus mengindahkan adat. Inilah yang
xxxi
dan juga tidak ada kebudayaan modren yang tidak mengandung unsur-unsur tradisi
walaupun kecil .
Yang membedakan kebudayaan Mandailing dari kebudayaan lainnya dapat
dilihat dari bahasa, tulisan dan adat istiadatnya baik dalam pergaulan sehari-hari dan
dalam upacara-upacara tertentu. Adat istiadat Mandailing berdasarkan “Dalihan Na
Tolu”
Bahasa Mandailing merupakan medium utama kebudayaan. Mandailing.
Bahasa Mandailing sampai sekarang masih dipakai di daerah Mandailing dan di
daerah-daerah lain di perantauan dalam pelaksanaan komunikasi di antara sesama
etnik Mandailing. Bahasa Mandailing mempunyai logat dan aksen (irama) yang
lemah lembut dan dibawakan dengan suara halus. Sesuai dengan pemakaiannya
bahasa Mandailing terdiri dari lima tingkatan, yaitu : (Menurut Pandapotan Nasution
dalam bukunya Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman).
a. Bahasa adat (bahasa pada waktu upacara adat)
b. Bahasa andung (bahasa waktu bersedih)
c. Bahasa parkapur (bahasa waktu di hutan)
d. Bahasa na biaso (bahasa sehari-hari)
e. Bahasa bura (bahasa waktu marah/kasar)
Contoh :
a. Sirih
Bahasa adat = napuran
Bahasa andung = simanggurak
xxxii Bahasa parkapur = siroan
b. Harimau
Bahasa adat = balemun
Bahasa parkapur = ompu i
Bahasa biasa = babiat
Bahasa bura = simorjut
c. Makan
Bahasa adat = marpanyogon
Bahasa biasa = mangan
Bahasa bura = mandursik
(Menurut Pandapotan Nasution dalam bukunya Adat Budaya Mandailing Dalam
Tantangan Zaman).
Bentuk masyarakat Batak Mandailing di kabupaten Tapanuli Selatan
berdasarkan pada filsafat “Dalihan Na Tolu” sebagaimana alat tempat memasak yang
bertumpu pada tiga buah batu yang merupakan tungku. Demikian juga dengan
kelompok masyarakat Tapanuli Selatan yang didukung oleh lapisan-lapisan
masyarakat yang terdiri dari :
1. Kahanggi yakni golongan yang merupakan teman semarga atau serumpun
menurut golongan marga.
2. Anak boru yakni golongan yang diberi boru (perempuan), misalnya seorang
yang bermarga Siregar mengambil istri dari marga Harahap, maka Siregar
xxxiii
3. Mora adalah pihak memberi boru, seperti contoh di atas yaitu mora dari
Siregar.
Sifat orang Mandailing adalah suka merantau, religius, kritis, mudah
menyusaikan diri, dan berani menegakkan keberanian. Sifat perantau orang
Mandailing menyebabkan mereka tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai
profesi, bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Saudi Arabia, dan Eropa.
Daerah perantauan orang Mandailing yang pertama secara lokal adalah
Sumaera Barat, Tanah Deli, Langkat dan Malaysia. Bahkan pada tahun 1800 seorang
warga Mandailing telah pergi menuntut ilmu ke negara Belanda, bernama Sati
Nasution gelar William Iskander dalam bukunya Si Bulus-bulus Si Rumbuk-rumbuk.
William Iskandar menulis falsafah dan ajaran-ajaran agama orang Mandailing
berkemauan keras menuntut ilmu. Sebagai contoh dapat dilihat dari beberapa bait
sajaknya yang berjudul Ajar ni Amangna di Anakna na kehe tu Sikola sebagai
berikut:
I abo, ale amang, sinuan tunas!
Langka ma ho, amang, marguru tu sikola Ulang hum baen song luas-luas,
Tai ringgas ho, amang, marsipoda
Anggo panganon dohot abit, Huparkatcitkon manjalahisa, Inda au nian mangkikit, Di ho mangalehensa I ma le nian, amang
Por ni rohakku ho marbisuk,
xxxiv 3.4 Penduduk Serta Mata Pencaharian
a. Penduduk
Orang Mandailing hampir 95% penganut agama Islam yang taat, oleh karena
itulah agama Islam sangat besar pengaruhnya dalam pelaksanaan upacara-upacara
adat. Bahkan dalam upacara-upacara kematian dan hukum waris sebahagian besar di
antara mereka hanya memakai hukum Islam.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2010 Menurut Kecamatan di Kab. Mandailing Natal,Kab. Tapanuli Selatan, Kab. Padang Lawas Utara,
Kab. Padang Lawas, dan Kota Padang Sidempuan
Kecamatan Laki-laki Perempuan
Total
Angka Persen
Batahan 8.905 8.623 17.528 4,34
Sinunukan 7.847 7.429 15.276 3,78
Batang Natal 11.260 11.120 22.380 5,54
Lingga Bayu 11.373 11.092 22.465 5,56
Ranto Baek 5.633 5.517 11.150 2,76
Kotanopan 12.636 13.568 26.204 6,49
Ulu Pungkut 2.097 2.146 4.243 1,05
Tambangan 5.276 6.181 11.457 2,84
Lembah Sorik Merapi 7.761 7.765 15.526 3,84
xxxv
Muara Sipongi 4.835 4.834 9.669 2,39
Pakantan 1.082 1.063 2.145 0,53
Panyabungan 37.559 39.858 77.417 19,17
Panyabungan Selatan 4.486 4.900 9.386 2,32
Panyabungan Barat 4.181 4.704 8.885 2,20
Panyabungan Utara 9.705 10.258 19.963 4,94
Panyabungan Timur 5.960 6.334 12.294 3,04
Huta Bargot 2.719 2.967 5.686 1,41
Natal 13.802 13.505 27.307 6,76
Muara Batang Gadis 7.649 7.498 15.147 3,75
Siabu 22.847 24.426 47.273 11,70
Bukit Malintang 5.348 5.540 10.888 2,70
Naga Juang 1.819 1.831 3.650 0,90
Kab. Mandailing Natal 198.623 205.271 403.894 100,00
Batang Angkola 15.634 16.498 32.132 12,17
Sayur Matinggi 18.232 19.425 37.657 14,26
Angkola Timur 9.269 9.233 18.502 7,01
Angkola Selatan 14.300 13.452 27.752 10,51
Angkola Barat 20.482 20.801 41.283 15,63
Batang Toru 14.385 14.347 28.732 10,88
Marancar 4.676 4.637 9.313 3,53
xxxvi
Sipirok 15.014 15.392 30.406 11,51
Arse 3.886 3.982 7.868 2,98
Saiper Dolok Hole 6.349 6.310 12.659 4,79
Aek Bilah 3.316 3.083 6.399 2,42
Kab. Tapanuli Selatan 131.435 132.673 264.108 100,00
Batang Onang 6.326 6.487 12.813 5,74
Padang Bolak Julu 4.823 5.101 9.924 4,45
Portibi 11.462 11.763 23.225 10,41
Padang Bolak 28.871 29.414 58.285 26,13
Simangambat 24.058 22.673 46.731 20,95
Halongonan 14.603 14.335 28.938 12,97
Dolok 11.505 11.009 22.514 10,09
Dolok Sigompulon 8.109 7.815 15.924 7,14
Hulu Sihapas 2.341 2.354 4.695 2,10
Kab. P. Lawas Utara 112.098 110.951 223.049 100,00
Sosopan 4.613 4.522 9.135 4,09
Ulu Barumun 6.829 7.038 13.867 6,21
Barumun 24.391 25.862 50.253 22,49
Lubuk Barumun 8.092 8.137 16.229 7,26
Sosa 15.854 15.796 31.650 14,16
Batang Lubu Sutam 5.988 5.899 11.887 5,32
xxxvii
Huristak 9.848 9.632 19.480 8,72
Barumun Tengah 15.654 16.062 31.716 14,19
Kab. Padang Lawas 111.587 111.893 223.480 100,00
P. Sidempuan Tenggara 14.382 15.436 29.818 15,57
P. Sidempuan Selatan 30.040 30.908 60.948 31,82
P. Sidempuan Batunadua
9.059 9.161 18.220 9,51
P. Sidempuan Utara 28.589 31.097 59.686 31,16
P. Sidempuan
Mata pencaharian masyarakat di Tapanuli Selatan pada umunya adalah bertani
Selain itu mata pencaharian lain yang sampai sekarang dilakukan adalah menambang
emas. Mata pencaharian ini dilakukan karena daerah Tapanuli Selatan merupakan
daerah yang memiliki kandungan mineral logam, khususnya emas dan perak. Deposit
emas yang sangat besar ada di Kecamatan Batang Toru, sehingga sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian mendulang emas. Mata pencaharian ini
xxxviii
Penduduk Mandailing Godang sebahagian besar petani sawah dan di Mandailing Julu
sebahagian besar petani perkebunan sesuai dengan alamnya yang bergunung-gunung.
Tanaman perkebunan yang ditanam adalah karet, kopi, kulit manis, cengkeh dan
xxxix BAB IV
PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI TAPANULI SELATAN
4.1 Pakaian Penganten Pada Acara Adat Perkawinan
Setiap etnik di Indonesia mempunyai adat-istiadat masing-masing, walaupun
pada umumnya ada kesamaan, namun dalam beberapa hal mempunyai kekhususan
masing-masing. Demikian juga dengan pakaian adat pada perkawinan. Pakaian ini
merupakan salah satu ciri dari suku itu sendiri. Etnik Mandailing pakaian adat
perkawinan disebut dengan hampu dan bulang.
a. Pakaian Penganten Laki-Laki
Hampu yaitu berbentuk kopiah yang dililit sekelilingnya yang dipakai oleh
penganten laki-laki, berbentuk pipa yang dibungkus dengan kain beludru hitam dan
ujung pipa itu diikat satu kali. Ujungnya satu menghadap ke atas dan ujung satu lagi
menghadap ke bawah. Lingkaran yang melilit kopiah tadi menunjukkan genggaman
kekuasaan. Ujungnya yang menghadap ke atas diartikan menjunjung tinggi langit dn
ujung satu lagi yang menghadap ke bawah disebut manombom tano, artinya berkuasa
di bumi. Keseluruhan hampu dihiasi (ditabur) dengan ornamen berbentuk bunga
melati dengan warna kuning keemasan yang menunjukkan ketinggian derajat
xl Kelengkapan hampu yaitu:
a. Pakaian baju : baju yang dipakai adalah baju godang seperti model jas dengan
kerah tegak dan disulam bordir dengan benang emas, demikian juga dengan
kantong depan penutupnya dibordir. Bentuk cempaka warna kuning emas,
dasar baju berwarna hitam, dari sebelah belakang juga dibordir dengan benang
berwarna kuning emas.
b. Rompi : rompi yang dipakai sebelum memakai baju godang dari luar. Rompi
berwarna hitam dan sulam dari depan dengan benang berwarna emas bermotif
bunga cempaka.
c. Puntu : gelang tangan yang berbentuk belah rotan dengan lebar ± 3 cm warna
kuning emas. Dipakai di lengan sebelah kanan dan kiri. Sebelah kanan polos
(tanpa bunga), di sebelah kiri rompi yang berukir yang polos menunjukkan
betina. Puntu ini ada 2 pasang yang satu pasang untuk penganten laki-laki dan
satu pasang lagi untuk penganten perempuan.
d. Keris : keris juga ada 2 pasang, gagangnya yang sebelah bengkok dengan
ujung runcing, sebelah lagi seperti mulut ular yang ternganga.
b. Pakaian Penganten Perempuan
Bulang merupakan pakaian kebesaran yang dipakai oleh penganten
perempuan. Bulang berwarna kuning keemasan, bertingkat tiga, namun pada saat
sekarang bulang sampai lima tingkat bahkan tujuh tingkat. Sedangkan yang
xli
Sesuai dengan nama sebagai mahkota bulang dipakai di kepala yang
dilengkapi dengan jarungjung (kembang/bunga) yang menjulang ke atas, tusuk
sanggul berwarna emas dan sisir yang dipakai di atas sanggul juga berwarna emas.
Kelengkapan bulang yaitu:
a. Baju : baju yang dipakai berbentuk baju kurung berwarn hitam yang dihiasi
dengan bordir benang emas warna kuning dihiasi dengan ornamen tabur
berbentuk bintang-bintang.
b. Kain songket pasangan baju kurung
c. Dua helai selendang tenun patani (songket) yang diselempangkan di kanan
kiri bahu dan ujungnya disilangkan ke kanan dan ke kiri pinggang. Warna
kain selendang berwarna merah hati.
d. Ikat pinggang berwarna emas yang diukir dengan bentuk segi empat di
sambung-sambung.
e. Puntu yang dipakai di kanan kiri lengan sebagaimana telah disebut di atas.
f. Sepasang keris yang dipasang pada ikat pinggang sebelah depan.
g. Anting-anting emas
h. Kalung kuning berwarna emas yang disebut dengan tapak kuda karena
bentuknya menyerupai tapak kuda.
i. Gaja meong : terbuat dari kain yang dibentuk sedemikian rupa sehingga agak
tegang dan tebal.
j. Loting-loting : berbentuk mancis tradisional untuk menggosok batu agar
keluar api.
xlii
Disamping hampu, adapula penutup kepala yang disebut rendo yaitu kopiah
yang terbuat dari kain empat persegi yang dililitkan di kepala. Dipinggirnya
yang merupakan penutup dari atas diberi jambul yang terbuat dari
pernik-pernik berwarna emas kekuning-kuningan menyerupai pita.
4.2Beberapa Pakaian Adat Perkawinan Yang Menjadi Atraksi Wisata a. Bali
Pakaian adat perkawinan di Bali sudah menjadi atraksi wisata bagi wisatawan
yang berkunjung dan para wisatawan bisa mendapatkan paket istimewa foto baju
Bali. Berlokasi di pusat kota Denpasar dengan suasana yang masih asri dengan layout
rumah adat Bali. Tempat inilah yang akan menjadi studio outdoor bagi wisatawan
untuk mengabadikan momen dengan pakaian adat Bali. Paket berfoto pakaian adat
Bali atau baju adat Bali ini bisa dilakukan bersama keluarga maupun pasangan bagi
wisatawan. Liburan di Bali akan lebih berwarna dengan membawa oleh-oleh sebuah
kenangan yang dibalut dengan pakaian adat Bali. Paket pakaian tradisional Bali
dilakukan langsung di rumah tradisional Bali dan bukan di studio yang tentunya akan
menambah kesan alami sebagai background foto pakaian adat Bali.
Tunjukan keangunan dan kegagahan foto di Bali ditunjukan saat wistawan
menjadi pasangan Bali yang sangat cantik dan tampan dengan paket pakaian adat Bali
bersama. Keunikan lain yang ditawarkan dari paket pakaian adat Bali ini adalah bisa
tahu bagaimana layout rumah Bali meskipun sudah dibangun dengan design yang
xliii
kental bisa dilihat di rumah Bali ini. Dengan baju adat Bali ini tunjukan bahwa
wisatawan memang pernah menjadi orang Bali walaupan hanya sesaat akan tetapi
bisa mengabadikan dengan bidikan lensa kamera yang tentunya akan sangat diijinkan
selain di ambil oleh seorang fotographer yang sudah berpengalaman yang sudah
termasuk dalam paket pakaian adat Bali.
Daftar harga paket foto pakaian adat di Bali
Per Orang Couple
(Pasangan)
Harga Termasuk
Rp 300.000 Rp 400.000
• Sewa pakaian adat Bali
Selain Bali, pakaian adat di Sumatera Barat juga sudah menjadi atraksi wisata bagi wisatawan yang berkunjung. Untuk wisatawan yang berkunjung ke kota Padang
rasanya belum lengkap jika belum menyempatkan diri berkunjung ke Istano Basa
xliv
properti khas minang. Untuk tampilan luar, objek wisata ini dari jauh sudah terlihat
megah dan indah, di mana terlihat sekali kesan terawat dan terjaganya.
Mengunjungi Istano Basa Pagaruyung di Batusangkar Sumatera Barat,
wisatawan bisa mencoba menjadi penganten minang sehari. Di sana ada penyewaan
pakaian adat seperti pakaian penganten, pakaian datuk juga pakaian bundo kandung.
Menggunakan baju adat yang disewa, karena untuk baju adat wanita ada aksesoris
kepala yang bernama "suntiang" yang cukup berat dan agak membuat gerak harus
berhati-hati.
Istano Basa Pagaruyung, merupakan istananya raja kerajaan Pagaruyung di
Batusangkar. Di tempat ini wisatawan bisa melihat banyak orang-orang yang
berpakaian penganten atau berpakaian datuk. Itu bukanlah anak daro dan marapulai,
sebutan untuk penganten minang, atau juga bukan datuk atau penghulu adat. Itu
adalah wisatawan yang berkunjung dan mencoba pakaian-pakaian adat di tempat
penyewaan pakaian yang ada di bawah istana ini.
Wisatawan bisa menyewa pakaian penganten lengkap dengan suntingnya,
pakaian datuk dan bundo kandung. Peminatnya tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga
wisatawan mancanegara. Berpakaian penganten semacam ini, tentunya akan menjadi
kenang-kenangan bagi wisatawan, saat balik ke kotanya ataupun ke negaranya.
Untuk menyewa kostum adat pengantin minang, dengan biaya Rp 35 ribu per
orang, wisatawan sudah dapat mengenakan pakaian adat lengkap dengan
aksesorisnya untuk wanita lengkap dengan suntiang, dan untuk lengkap dengan keris
xlv c. Tapanuli Selatan
Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya
adalah menyediakan infrastruktur, memperluas berbagai fasilitas, kegiatan koordinasi
antara pemerintah dengan pihak swasta, serta promosi. Kabupaten Tapanuli Selatan
sebagai salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai
ragam sumber daya alam dan budaya sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata. Objek
Wisata dan Daya Tarik Wisata yang ada tersebar hampir di semua kecamatan. Salah
satu alternatif pengembangan objek wisata dan dapat dijadikan pilihan para
wisatawan sebagai daerah tujuan wisata untuk dinikmati khususnya di Kabupaten
Tapanuli Selatan adalah objek wisata yang terkait dengan pariwisata alam. Di antara
objek wisata yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan salah satu objek wisata yang
potensial adalah Danau Siais yang sampai sekarang masih terbengkalai
pembangunannya dan potensi yang ada belum dimanfaatkan dengan optimal. Danau
Siais terletak Desa Rianiate Kecamatan Angkola Sangkunur yang berjarak 63 km dari
Kota Padangsidimpuan.
Budaya juga merupakan salah satu unsur pendukung kegiatan pariwisata.
Sumatera Utara juga telah terbukti banyak menarik minat wisatawan. Salah satu dari
wujud kebudayaan yang terdapat di Sumatera Utara khususnya di Tapanuli Selatan
yaitu pakaian adat perkawinan batak Mandailing. Objek wisata budaya mempunyai
daya tarik karena memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya. Pakaian
adat perkawinan ini merupakan salah satu ciri dari suku itu sendiri. Etnik Mandailing
xlvi
Penganten Mandailing menggunakan pakaian adat yang didominasi warna
merah, keemasan dan hitam. Pengantin pria menggunakan penutup kepala yang
disebut hampu atau mahkota yang dipakai raja-raja Mandailing di masa lalu, baju
godang yang berbentuk jas, ikat pinggang warna keemasan dengan selipan dua pisau
kecil disebut bobat, gelang polos di lengan atas warna keemasan, serta kain samping
dari songket Tapanuli. Sedangkan, pengantin wanita memakai penutup kepala disebut
bulang berwarna keemaasan dengan beberapa tingkat, penutup daerah dada yaitu
kalung warna hitam dengan ornamen keemasan dan dua lembar selendang dari kain
songket, gelang polos di lengan atas berwarna keemasan, ikat pinggang warna
keemasan dengan selipan dua pisau kecil, dan baju kurung dengan bawahannya
songket.
Sesuai dengan perkembangan zaman pakaian adat ini telah banyak perubahan.
Sementara untuk pengantin wanita adat Batak Mandailing, mengenakan baju warna
merah dengan hiasan bulang di atas kepalanya. Nanda merupakan pedagang pakaian
di kota Medan mengungkapkan, dahulunya pengantin wanita adat Mandailing
memakai baju kurung merah dan pria jas hitam. Tapi sejak tahun 1890-an pengantin
wanita memakai kebaya merah. Berubahnya baju kurung menjadi baju kebaya juga
belum diketahui alasannya. Menurut Nanda hal itu tidak termasuk tren karena busana
Mandailing mirip seperti Batak Toba hanya beda pada ulos dan aksesoris saja.
Aksesoris busana penganten adat Mandailing aslinya logam mulia. Tapi kini tidak
lagi. Untuk penganten perempuan, ulos diselempangkan secara silang sehingga
xlvii
Sangat disayangkan pakaian adat perkawinan ini mengalami perubahan yang
dapat menghilangkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, boleh saja pakaian adat
mengalami perubahan untuk dimodifikasi menambah keindahannya tetapi tanpa
menghilangkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pakaian adat di Tapanuli Selatan merupakan salah satu kebudayaan yang bisa
menjadi potensi sebagai atraksi wisata. Pakaian adat pada pesta perkawinan pada
suku Mandailing mempunyai keunikan dan keindahan tersendiri yang dapat dijadikan
atraksi wisata bagi wisatawan. Pakaian adat perkawinan mandailing ini dapat dikemas
dengan cara yang unik dan dengan rapi agar menarik wisatawan melihatnya dan
mengenakan pakaian adat itu sebagai momen dokumentasi foto pernah menjadi
pengantin sehari dan dengan begitu dapat dijadikan sebagai atraksi wisata. Dengan
cara memperkenalkan pakaian itu dan menyewakannya bagi para wisatawan untuk
menjadikan momen utuk berfoto, sebagaimana sesudahnya di Bali dan Sumatera
Barat pakaian adat sudah menjadi atraksi wisata bagi wisatawan yang berkunjung di
sana. Sudah seharusnya itu dilakukan pemerintah setempat untuk mengangkat
pakaian adat sebagai atraksi wisata untuk menjaga dan melestarikan serta
memperkenalkan adat budaya dari Tapanuli Selatan.
Pemerintah setempat bekerja sama dengan dinas pariwisata dalam
mengembangkan kebudayaan dari Tapanuli Selatan, selain mengadakan pameran
yang diadakan setiap tahunnya seperti di Pekan Raya Sumatera Utara di pameran ini
kebudayaan Mandailing serta pakaian adat selalu ditampilkan. Dengan begitu mampu
mempromosikan pakaian adat ini dan juga harus menjadikan sebagai atraksi wisata
xlviii
khususnya di Tapanuli Selatan harusnya ada suatu museum yang dibangun untuk
menyimpan barang peninggalan sejarah terutama mengenai pakaian adat penganten
ini dengan adanya museum itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk
berkunjung mengetahui kebudayaan Mandailing dan bisa mengenakan pakaian adat
dengan menyewanya, dengan begitu pakaian adat Mandailing dapat diperkenalkan,
dipromosikan dan juga untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan agar tidak
hilang.
Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan
sebanyak-banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan
memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung, menjadi sebuah
Daya Tarik Wisata bagi wisatawan sekaligus dapat dijadikan sebagai aset wisata
budaya bagi dunia kepariwisataan di Indonesia. Begitupun pakaian adat suku Batak
Mandailing yang penuh dengan nuansa budaya yang tinggi dan keunikan serta
keindahan sendiri mampu menarik wisatawan dengan dikemas secara baik oleh
pemerintah.
Dan masyarakat sebagai pelaku utama atraksi budaya tidak dapat melepaskan
dari peran tersebut. Tanpa adanya dukungan masyarakat, berbagai upaya-upaya
pemerintah tidak akan berarti. Memotivasi anggota keluarga untuk melestarikan
kebudayaan temurun supaya nilai-nilai kebudayaan itu tidak hilang tertelan dengan
xlix
4.3Pengemasan Produk Wisata Pakaian Adat Mandailing
Agar perjalanan wisata ke Daerah Tujuan Wisata dapat terpuaskan, maka
diperlukan pengemasan produk pariwisata yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan wisatawan. Oleh karena itu produk itu harus dikemas dengan baik dengan
cara :
1. Mengemas Produk
Mengemas produk pakaian adat Mandailing sebagai atraksi wisata yang terdapat
di Tapanuli Selatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal
sebentar. Sopo Godang merupakan rumah adat Mandailing, di mana di Sopo
Godang ini para wisatawan dapat langsung memakai dan mengabadikan momen
foto dengan memakai pakaian adat asli budaya Mandailing.
2. Mengemas Pelayanan
Untuk mencapai tingkat unggul, setiap orang harus memiliki keterampilan
tertentu, diantaranya berpenampilan baik dan rapi, bersikap ramah,
memperlihatkan gairah kerja dan sikap selalu siap melayani, tenang dalam
bekerja, tepat waktu, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai
pekerjaannya, mampu berkomunikasi dengan baik, bisa memahami bahasa isyarat
(gesture) wisatawan, dan memiliki kemampuan menangani keluhan wisatawan
secara tepat. Mengemas pelayanan yang unggul bukanlah pekerjaan mudah. Akan
tetapi bila hal tersebut dapat dilakukan, maka Daerah Tujuan Wisata yang
menyelenggarakan pariwisata akan dapat meraih manfaat yang besar, terutama
l 3. Komitmen dan Kerjasama
Komponen-komponen kepariwisataan yang berperan dalam penyelenggaraan
sistem industri pariwisata secara garis besar terdiri dari tiga komponen, yaitu
pemerintah, jasa-jasa kepariwisataan, dan masyarakat di sekitar Obyek dan
Atraksi Wisata. Kewajiban pemerintah daerah adalah merencanakan,
membangun, mengorganisasikan, memelihara, dan mengawasi secara bersama
dengan pemerintah daerah lainnya dalam segala sektor yang mendukung kegiatan
pariwisata. Pemerintah daerah berserta instansi-instansinya, industri jasa, dan
masyarakat mempunyai kewajiban untuk bekerja sama dengan pemerintah daerah
li BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adat istiadat Mandailing adalah identitas Mandailing. Dengan adanya
adat istiadat yang menjadi identitasnya akan membedakannya dengan
etnik lain. Begitu juga dengan pakaian adatnya yang memiliki khas
tersendiri harus tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang dan
mengalami perubahan yang menghilangkan keasliannya khususnya
pakaian adat perkawinan masyarakat Mandailing.
2. Dengan berbagai atraksi-atraksi yang bisa dilakukan dalam pakaian adat
ini dapat menjadikan pakaian adat sebagai atraksi wisata dengan
mengkemas dengan baik yang menjadi potensi bagi pariwisata di
lii 5.2Saran
1. Kepada pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata setempat untuk
melestarikan dan mempromosikan pakaian adat salah satunya dengan cara
menampilkan pakaian adat di acara event-event tertentu dengan begitu
bisa dikenakan wisatawan dan akan diketahui khalayak banyak tentang
keindahan dan keunikan pakaian adat dari Tapanuli Selatan.
2. Tidak hanya kepada pemerintah, kepada masyarakat setempat juga harus
ikut berperan aktif dalam menjaga dan mencintai kebudayaan yaitu
pakaian adat yang merupakan peninggalan secara turun-temurun agar
xiv BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pariwisata
Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata
yaitu :“pari”dan“wisata”. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.
Sedangkan wisata berarti perjalanan. Pariwisata dapat didefenisikan sebagai suatu
perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu
sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya
karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.
Dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan
tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin
mengetahui sesuatu.
Sihite (2000: 46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut :“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”.
xv
“Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala pariwisata yang timbul dari adanya perjalanannya tidak untuk menetap dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan mencari nafkah”.
Sedangkan menurut Meyers (2009) pariwisata adalah “aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan seseorang maupun kelompok untuk sementara waktu dari tempat asal ke
tempat tujuan dengan maksud bukan mencari nafkah ataupun untuk menetap di
tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan, rekreasi dan untuk
memenuhi keinginanan yang beragam tanpa adanya unsur paksaan.
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu
sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya
karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu
perjalanan yang dilakukan oleh sesorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk
mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui suatu. Dapat juga
karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan,
konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha lainnya. Adapun Undang- Undang
Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan Daya Tarik Wisata yang
xvi
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pengusaha.
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang didalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
8. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan
kegiatan usaha pariwisata.
9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
xvii
10. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, daya dukung lingkungan hidup,
serta pertahanan dan keamanan.
11. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
2.2 Jenis-jenis Pariwisata
Menurut jenisnya pariwisata terbagi lima, yaitu:
a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourist), yaitu:
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, untuk mengetahui kehendak rasa ingin tahu, untuk
mendapatkan ketenangan. Sementara orang mengadakan perjalanan
semata-mata untuk menikmati tempat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya
untuk dikunjungi.
b. Pariwisata dengan tujuan rekreasi (Recretion Tourist), yaitu:
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki
pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat dan menyegarkan kembali
tubuh yang telah letih selama beraktifitas. Biasanya mereka tinggal selama
xviii
c. Pariwisata Budaya (Cultural Tourism), yaitu:
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang ingin mempelajari
kebudayaan suatu negara tertentu. Biasanya mengunjungi pusat-pusat
kebudayaan seperti sanggar tari, monumen, candi-candi dan peninggalan
budaya.
d. Pariwista dengan tujuan olahraga (Sport Tourism), yaitu:
Jenis pariwisata ini terbagi atas dua kategori yaitu : Big Sport Event dan Sport
Tourism of Practitioner. Big Sport Event yaitu peristiwa-peristiwa olahraga
seperti : Olympiade, kejuaraan tinju dunia, World Cup dan sebagainya.
Sedangkan Sport Tourism of Practitioner yaitu peristiwa olahraga bagi
mereka ingin mempraktekan sendiri seperti : mendaki gunung, berburu dan
memancing.
e. Pariwisata untuk bisnis (Business Tourism), yaitu:
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh sekelompok orang yang sifatnya untuk
urusan bisnis, seperti kunjungan ke pameran produksi barang-barang.
2.3 Pengertian Wisatawan
Wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu
perjalanan wisata yang tinggal sementara, sekurang-kurangnya 24 jam. Orang-orang
yang datang berkunjung ke suatu tempat atau negara, biasanya disebut sebagai
xix
dengan bermacam-macam motivasi. Wisatawan adalah bagian yang termasuk di
dalamnya namun tidak semua pengunjung dapat disebut sebagai wisatawan.
Ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni :
1. Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurang-kurangnya
24 jam di suatu negara.
2. Pelancong adalah pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang
dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.
2.4 Jenis-jenis Wisatawan
• Menurut Cohen dalam buku (Ismayanti, 2010: 33-36) wisatawan terbagi
empat, yaitu:
1. Drifter, yaitu wisatawan yang ingin mengunjungi daerah yang sama sekali
belum diketahuinya.
2. Explorer, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanannya sendiri, tidak
mau mengikuti jalan-jalan wisata yang sudah umum. Wisatawan seperti
ini bersedia memanfaatkan fasilitas dengan standar lokal dan interaksi
dengan masyarakat lokal.
3. Individual Mass Tourist, yaitu wisatawan yang menyerahkan pengaturan
perjalanannya kepada agen perjalanan.
4. Organized Mass Tourist, yaitu wisatawan yang hanya mau menggunakan
xx
• Menurut Smith dalam buku (Ismayanti, 2010: 36-38) wisatawan terbagi
tujuh, yaitu:
1. Explorer, yaitu wisatawan yang mencari perjalanan baru dan berinteraksi
dengan masyarakat lokal, bersedia menerima fasilitas seadanya.
2. Elite, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata yang
belum dikenal, tetapi dengan pengaturan terlebih dahulu dan bepergian
dalam jumlah yang kecil.
3. Off beat, yaitu wisatawan yang mencari atraksi sendiri, tidak mau ikut
ketempat-tempat yang sudah ramai dikunjungi.
4. Unusual, yaitu wisatawan yang dalam perjalanannya sekali waktu juga
mengambil aktivitas tambahan, untuk mengunjungi tempat-tempat baru
atau melakukan aktivitas.
5. Incipient, yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan secara individual
atau dalam kelompok kecil, mencari daerah tujuan wisata yang
mempunyai fasilitas standar.
6. Mass, yaitu wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan
fasilitas yang sama dengan didaerahnya.
7. Charter, yaitu wisatawan yang mengunjungi daerah tujuan wisata daerah
lingkungan yang mirip dengan daerah asalnya dan biasanya hanya untuk
xxi 2.5 Pengertian Objek & Daya Tarik Wisata
Obyek Wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.
Menurut SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87, Obyek Wisata
adalah semua tempat atau keadaan
dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai
tempat yang dikunjungi wisatawan. Obyek wisata dapat berupa wisata alam
seperti
museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan lain-lain. Objek dan Daya Tarik
Wisata juga merupakan hal yang sangat penting dalam mensukseskan program
pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai aset yang dapat
dijual kepada wisatawan.
Daya Tarik Wisata merupakan sasaran perjalanan wisata seperti berikut :
1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan
fauna, seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan
tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan
sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta (air), wisata petualangan, taman
rekreasi, dan tempat hiburan.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti berburu, mendaki gunung, gua, industri
dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah,
xxii
Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu disuatu tempat yang
memiliki keunikan, keindahan, kemudahan dan nilai yang berwujud keanekaragaman
kekayaan alam maupun buatan manusia yang menarik dan mempunyai nilai untuk
dikunjungi dan dilihat oleh wisatawan. Suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya
tarik di samping harus ada Objek dan Atraksi Wisata. Objek dan Daya Tarik Wisata
dapat berupa alam, budaya, tata hidup, dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan
nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan sekaligus merupakan
sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara.
Objek dan Daya Tarik Wisata dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang
terdiri dari beberapa unsur, yaitu
a. Alam (Nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam dimanfaatkan dan
diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan
kepuasan bagi wisatawan, misalnya keindahan alam, flora dan fauna,
pemandangan alam dan lain-lain.
b. Kebudayaan (culture), yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang
berasal dari seni dan kreasi manusia berupa kesenian tari-tarian, upacara adat,
keagamaan dan lain-lain.
c. Tata cara hidup masyarakat (The Way Of Life), yaitu segala sesuatu yang
merupakan aktivitas atau kegiatan manusia yang khas, dan mempunyai daya
tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata, misalnya Suku Dayak di
Kalimantan dan Suku Asmat di Irian Jaya dengan gaya dan cara hidup yang
xxiii
d. Hasil ciptaan manusia (Man madeSupply), yaitu segala sesuatu yang
merupakan hasil karya manusia yang dapat dijadikan sebagai objek wisata
misalnya candi-candi, prasasti, monumen, kerajinan tangan dan lain-lain.
Suatu tempat atau daerah agar dapat dikatakan sebagai objek wisata menarik
untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat, yaitu :
a) Something to see
Di tempat tersebut harus ada Objek dan Atraksi Wisata yang berbeda dengan
yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik
khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi
wisatawan. Something to see meliputi pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan
atraksi wisata.
b) Something to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus
disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama di
tempat itu.
c) Something to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang
souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk di bawa pulang ke tempat asal.
Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang
terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya buatan yang dapat
xxiv
objek wisata yaitu, semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh
vii BAB I
PENDAHULUAN
1.1Alasan Pemilihan Judul
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan wilayah yang
cukup diminati wisatawan dunia. Tujuh puluh persen masyarakat dunia melakukan
perjalanan ke ASEAN setiap tahunnya. Hal ini merupakan peluang yang harus
dimanfaatkan oleh sektor pariwisata ASEAN. Untuk itu diperlukan upaya bersama
negara-negara ASEAN untuk mengatasi kendala-kendala yang dapat menghambat
perkembangan pariwisata seperti high cost tourism dan konektivitas antar negara
ASEAN.
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11525/SKRIPSI%20LEN
GKAP-FISIP-HI-SRI%20WAHYUNI%20RASULONG.pdf?sequence=1)
Pertumbuhan sektor pariwisata ASEAN merupakan tertinggi di dunia.
Sepanjang periode 2005-2012, sektor ini tumbuh rata-rata 8,3% per tahun atau di atas
rata-rata pertumbuhan pariwisata global yang hanya 3,6% per tahun. Pariwisata
sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran penting dalam pembangunan
perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan dan kesejahteraan yang makin
tinggi telah menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok dari kebutuhan atau gaya
hidup manusia, dan menggerakkan jutaan manusia untuk mengenal alam dan budaya
viii
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11525/SKRIPSI%20LEN
GKAP-FISIP-HI-SRI%20WAHYUNI%20RASULONG.pdf?sequence=1)
Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran penting
dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan dan
kesejahteraan yang makin tinggi telah menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok
dari kebutuhan atau gaya hidup manusia, dan menggerakkan jutaan manusia untuk
mengenal alam dan budaya ke belahan atau kawasan dunia lainnya. Pergerakan jutaan
manusia selanjutnya mengerakkan mata rantai ekonomi yang saling berkaitan
menjadi industri jasa yang memberikan kontribusi penting bagi perekonomian dunia
hingga peningkatan kesejahteraan ekonomi di tingkat masyarakat lokal. Selain dari
meningkatkan kesejahteraan bangsa, kepariwisataan berfungsi untuk:
a) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu
Obyek dan Daya Tarik Wisata.
b) Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa.
c) Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
d) Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11525/SKRIPSI%20LEN
GKAP-FISIP-HI-SRI%20WAHYUNI%20RASULONG.pdf?sequence=1)
Pariwisata merupakan salah satu faktor yang penting dalam membangun suatu
negara. Industri pariwisata juga sangat berkaitan dengan sektor lainnya. Industri
pariwisata dapat memberikan dampak yang sangat banyak kepada sektor
ix
devisa bagi suatu negara, khususnya bagi negara–negara yang memiliki kekayaan
alam dan budaya seperti Indonesia.
Negara-negara di Asia Tenggara memiliki kekayaan sumber daya alam yang
berlimpah, keberagaman budaya yang menjadi warisan leluhur, fauna dan flora yang
sangat unik serta kehidupan warganya yang masih dapat hidup dengan cara
tradisional diera globalisasi sekarang. Ini adalah sebagian kecil dari daya tarik
negara-negara ASEAN untuk mengembangkan pariwisatanya.
Potensi pariwisata di Indonesia sangatlah besar, membentang dari Sabang
sampai Marauke dengan segala keanekaragaman objek pariwisata dan berbagai seni
budaya yang menawan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pariwisata.
Itu mampu menarik lebih banyak lagi devisa negara, baik dari wisatawan
mancanegara maupun domestik. Indonesia sebagai negara yang memiliki beraneka
ragam kekayaan alam, bermacam bentuk budaya yang unik dan berbagai peninggalan
sejarah yang membuat Indonesia sebagai daerah tujuan wisata, khususnya Sumatera
Utara yang merupakan salah satu tujuan wisata. Khususnya kebudayaan Tapanuli
Selatan yang mana kebudayaan ini memiliki ciri khas tersendiri bagi masyarakatnya
yang sudah seharusnya dibudayakan.
Keanekaragaman kebudayaan Tapanuli Selatan, salah satunya adalah pakaian
pesta adat perkawinan yang merupakan bagian dari adat budaya Tapanuli Selatan.
Pakaian adat ini memiliki ciri khas dan unik. Suku Mandailing adalah suku bangsa
yang mendiami
x
da
masyarakatnya dan sudah sepantasnya kebudayaan Mandailing tersebut diketahui
banyak khalayak agar dapat terus dijaga. Yang mana setiap suku dan setiap daerah
pasti memiliki perbedaan pakaian adat perkawinan. Pakaian adat perkawinan
mandailing ini dapat dijadikan sebagai atraksi wisata dengan cara memperkenalkan
pakaian tersebut dan menyewakannya bagi para wisatawan untuk menjadikan momen
untuk berfoto, sebagaimana di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat sudah menjadi
atraksi wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke sana. Sudah seharusnya itu
dilakukan pemerintah setempat untuk mengangkat pakaian adat sebagai atraksi wisata
untuk menjaga dan melestarikan serta memperkenalkan adat budaya dari Tapanuli
Selatan.
1.2Pembatasan Masalah
Mengupas luasnya ruang lingkup Kebudayaan Mandailing ini, sehingga dalam
kertas karya ini penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu, membahas
pakaian adat pesta perkawinan batak Mandailing yang memiliki khas dan keunikan
sendiri yang hanya dipakai pada acara perkawinan saja dan menjadikannya sebagai
xi 1.3Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian dan penulisan kertas karya ini adalah :
1. Untuk memperkenalkan tentang pakaian adat masyarakat Mandailing yang
mana pakaian adat perkawinan ini sudah mengalami perubahan, dan memiliki
ciri khas tersendiri serta, memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan
Mandailing yang merupakan salah satu keanekaragaman budaya daerah di
Indonesia khususnya di Tapanuli Selatan sebagai suatu atraksi wisata.
2. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program
Diploma III Pariwisata Bidang Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
1.4 Metode Penelitian
Untuk memudahkan penyusunan kertas karya ini, penulis menggunakan dua
metode penelitian, yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu pengumpulan data dari
berbagai sumber tertulis yang berupa buku atau tulisan lainnya yang
berhubungan erat dengan pembahasan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung ke lapangan, mengamati serta mengambil
xii 1.5Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membagi pokok pembahasan dalam
lima bab, dan pembahasan di bagi ke dalam beberapa sub bab. Sistematika
pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan
penulisan, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : URAIAN TEORITIS
Menguraikan tentang Pengertian Pariwisata, Bentuk-bentuk
Pariwisata, jenis Pariwisata, Pengertian Wisatawan,
Jenis-jenis Wisatawan, serta Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata.
BAB III : GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Menguraikan tentang wilayah, etnik, kebudayan Mandailing,
penduduk serta mata pencaharian.
BAB IV : PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING
Menguraikan pakaian adat pada pesta perkawinan masyarakat
mandailing sebagai atraksi wisata serta mengemas pakaian adat
xiii BAB V : PENUTUP
Menguraikan tentang kesimpulan dan saran dari penulisan kertas
karya.
i
ABSTRAK
Pakaian adat merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia, pakaian adat atau yang biasa disebut pakaian tradisional dari masing-masing provinsi ini memiliki suatu cerita yang berbeda-beda pula. Pakaian adat etnik di Indonesia mempunyai adat-istiadat masing-masing, namun dalam beberapa hal mempunyai kekhususan yang berbeda-beda. Salah satu pakaian adat batak Mandailing dapat dijadikan sebagai atraksi wisata, yaitu pakaian adat Mandailing dapat dikemas dengan baik dan yang bisa dikenakan oleh para wisatawan yang datang, sama dengan halnya di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat dikenakan para wisatawan yang berkunjung. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Tapanuli Selatan.
Dalam hal ini khusus untuk etnik Mandailing yang juga sama dengan etnik di Tapanuli Selatan, seperti Angkola-sipirok dan Padang Lawas di pakai sebagai pakaian kebesaran yang disebut Hampu dan Bulang sedangkan Rendo hanya dikenal di Mandailing. Hampu dan Bulang merupakan kelengkapan pakaian adat raja panusunan dan permaisurinya (naduma). Kelengkapan Hampu diantaranya, pakaian (baju), puntu, keris, dan sepatu. Kelengkapan Bulang diantaranya baju, kain songket pasangan baju kurung, dua helai selendang tenun patani, ikat pinggang, puntu, sepasang keris, anting-anting emas, kalung emas, gaja meong, loting-loting, kuku emas dan sepatu. Disamping Hampu yang merupakan mahkota raja panusunan adapula penutup kepala yang disebut Rendo, kopiah yang terbuat dari kain empat persegi dengan lebar 1x1 m yang dililitkan di kepala sehingga terlihat berseni indah dan menawan.
PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN
MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA
DI TAPANULI SELATAN
KERTAS KARYA
OLEH :
ADELINA AREVI HASIBUAN
122204022
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI
ATRAKSI WISATA DI TAPANULI SELATAN Oleh : ADELINA AREVI HASIBUAN
Nim : 122204022
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr. Syahron Lubis,M.A. NIP. 19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,
LEMBAR PERSETUJUAN
PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT
MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI TAPANULI
SELATAN
OLEH
ADELINA AREVI HASIBUAN
122204022
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
i
ABSTRAK
Pakaian adat merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia, pakaian adat atau yang biasa disebut pakaian tradisional dari masing-masing provinsi ini memiliki suatu cerita yang berbeda-beda pula. Pakaian adat etnik di Indonesia mempunyai adat-istiadat masing-masing, namun dalam beberapa hal mempunyai kekhususan yang berbeda-beda. Salah satu pakaian adat batak Mandailing dapat dijadikan sebagai atraksi wisata, yaitu pakaian adat Mandailing dapat dikemas dengan baik dan yang bisa dikenakan oleh para wisatawan yang datang, sama dengan halnya di Bali dan Sumatera Barat pakaian adat dikenakan para wisatawan yang berkunjung. Dengan dijadikannya sebagai atraksi wisata sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat setempat menjaga dan melestarikan kebudayaan di Tapanuli Selatan.
Dalam hal ini khusus untuk etnik Mandailing yang juga sama dengan etnik di Tapanuli Selatan, seperti Angkola-sipirok dan Padang Lawas di pakai sebagai pakaian kebesaran yang disebut Hampu dan Bulang sedangkan Rendo hanya dikenal di Mandailing. Hampu dan Bulang merupakan kelengkapan pakaian adat raja panusunan dan permaisurinya (naduma). Kelengkapan Hampu diantaranya, pakaian (baju), puntu, keris, dan sepatu. Kelengkapan Bulang diantaranya baju, kain songket pasangan baju kurung, dua helai selendang tenun patani, ikat pinggang, puntu, sepasang keris, anting-anting emas, kalung emas, gaja meong, loting-loting, kuku emas dan sepatu. Disamping Hampu yang merupakan mahkota raja panusunan adapula penutup kepala yang disebut Rendo, kopiah yang terbuat dari kain empat persegi dengan lebar 1x1 m yang dililitkan di kepala sehingga terlihat berseni indah dan menawan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Syukur
Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik.
Kertas karya ini merupakan salah satu persyaratan yang diterapkan untuk
memperoleh gelar Diploma pada program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah
:“PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN MASYARAKAT
MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATADI TAPANULI SELATAN”. Penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan
kertas karya ini dan dalam penulisan kertas karya ini penulis banyak mendapat
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Dr. Syahron Lubis, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Arwina Sufika, S.E., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pariwisata,
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Solahuddin Nasution, S.E., MSP. Selaku Koordinator Praktek Bidang
Keahlian Usaha Wisata Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya
iii
4. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
5. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP. Selaku Dosen Pembaca yang telah bersedia
meluangkan waktu dan membantu memberikan arahan kepada penulis
dalam menyelesaikan kertas karya ini.
6. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Program Studi Pariwisata, Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
7. Teristimewa dan tersayang kepada Ayahanda Alm. Kombang Hasibuan
dan Ibunda Rasmi Ritonga penulis mengucapkan terima kasih atas kasih
sayang, doa, nasehat, motivasi dan perhatian yang tiada henti kepada
penulis selama ini.
8. Terima kasih yang tak terhingga buat kakak dan abang penulis
Darmansyah Hasibuan, Rosmidawati Hasibuan, Jurita Hasibuan,
Mardiana Hasibuan, Rendra Syafi’i Hasibuan, Abu Bakar Nur Hasibuan,
Reja Wardana Hasibuan, Penti Sumiarti Hasibuan yang memberikan
perhatian, dorongan dan nasehat selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan ini.
9. Buat sahabat-sahabat tercinta Silvia Novita, Jemmy Nova Sormin,
Asmaul Husna, Eva Fransiska Sianipar, Humaira Radhiatul Mardiah
terima kasih atas kasih sayang kalian, semangat, nasehat dan terima kasih
iv
bersama dari awal hingga akhir perkuliahan dan kelak kita semua sukses.
Terima kasih buat kenangan dan kebersamaan kita selama ini.
10. Terima kasih juga kepada Sri Wahyuni Ritonga , Sofyan Rudi dan Anisa
Dwi Tanti yang telah memberikan dukungan dan semangatnya kepada
penulis dari sekolah sampai selesai kuliah.
11. Teman-teman Usaha Wisata 2012, terima kasih buat semuanya.
Penulis menyadari kertas karya ini belumlah sempurna. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
para pembaca. Semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua khusunya
mengenai kebudayaan Mandailing. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, November2015 Penulis
Adelina Arevi Hasibuan
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penulisan ... 5
1.4 Metode Penelitian ... 5
1.5 Sistematika Penulisan ... 6
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata ... 8
2.2 Jenis-jenis Pariwisata ... 11
2.3 Pengertian Wisatawan ... 12
2.4 Jenis-jenis Wisatawan ... 13
2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 15
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN 3.1 Wilayah Mandailing ... 19
3.2 Etnik Mandailing ... 23
vi
3.4 Penduduk Serta Mata Pencaharian ... 28
BAB IV PAKAIAN ADAT PADA PESTA PERKAWINAN
MASYARAKAT MANDAILING SEBAGAI ATRAKSI WISATA 4.2 Pakaian Penganten Adat Perkawinan ... 33
4.3 Beberapa Pakaian Adat ... 36
4.3 Pengemasan Produk Wisata Pakaian
Adat Mandailing ... 43
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 46