• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA TUTUR DALAM MANGUPA-NGUPA PADA PERKAWINAN ADAT BATAK MANDAILING DI KECAMATAN MEDAN DENAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA TUTUR DALAM MANGUPA-NGUPA PADA PERKAWINAN ADAT BATAK MANDAILING DI KECAMATAN MEDAN DENAI."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA TUTUR DALAM

“MANGUPA

-

NGUPA”

PADA PERKAWINAN

ADAT BATAK MANDAILING DI KECAMATAN MEDAN DENAI :

SUATU KAJIAN PRAGMATIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh :

YENNI YUVITA SIREGAR

NIM. 2112210012

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Makna Tutur dalam Mangupa-Ngupa pada Perkawinan Adat Batak

Mandailing di Kecamatan Medan Denai: Suatu Kajian Pragmatik”.

Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan

rasa syukur yang tiada terkira pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos.,M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

6. Dra. Inayah Hanum, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis mulai dari

awal penyusunan proposal, seminar proposal hingga terselesaikannya

penyusunan Skripsi ini.

7. Drs. Azhar Umar, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis.

8. Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd., Dosen Penguji I yang telah memberikan

masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki

penulisan Skripsi ini.

9. Drs. Basyarudin, M.Pd., Dosen Penguji II yang telah memberikan

masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki

penulisan Skripsi ini.

10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu

per satu, ilmu yang Bapak/Ibu berikan adalah bekal paling berharga bagi

(7)

iii

11.Hendra Asmilan sebagai Camat Medan Denai yang sudah mengizinkan

penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Denai.

12.Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Huddin

Siregar dan Ibunda Mastirawani Pasaribu yang telah tulus dan sepenuh

hati untuk memberikan ridho, do’a dan kasih sayang serta dukungan dan

nasehat yang tidak henti-hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan

Skripsi ini.

13.Kakak dan adik ku tersayang, Yulita Silviani Siregar dan Ali Akbar

Siregar yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

14.Muhammad Ruliansyah yang selalu membantu dan menyemangati penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir Skripsi ini.

15.Teman – teman terdekat Formanty Br. Padang, Delima Simangunsong,

Rafika Citra Simamora, Ristia Ulfa, Iren Siska Rajagukguk, Asrul Khairi

Hasibuan, Rini Saroza, Aisyah Reysunnah, Adha Ritonga dan teman –

teman seperjuangan Nondik 2011 yang tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis

di dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang namanya

tidak disebutkan dalam ucapan ini. Semoga kebaikan yang diberikan mendapat

imbalan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(8)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Makna Tutur dalam Mangupa-Ngupa pada Perkawinan Adat Batak

Mandailing di Kecamatan Medan Denai: Suatu Kajian Pragmatik”.

Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan

rasa syukur yang tiada terkira pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos.,M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

6. Dra. Inayah Hanum, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis mulai dari

awal penyusunan proposal, seminar proposal hingga terselesaikannya

penyusunan Skripsi ini.

7. Drs. Azhar Umar, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis.

8. Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd., Dosen Penguji I yang telah memberikan

masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki

penulisan Skripsi ini.

9. Drs. Basyarudin, M.Pd., Dosen Penguji II yang telah memberikan

masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki

penulisan Skripsi ini.

10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu

per satu, ilmu yang Bapak/Ibu berikan adalah bekal paling berharga bagi

(9)

iii

11.Hendra Asmilan sebagai Camat Medan Denai yang sudah mengizinkan

penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Denai.

12.Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Huddin

Siregar dan Ibunda Mastirawani Pasaribu yang telah tulus dan sepenuh

hati untuk memberikan ridho, do’a dan kasih sayang serta dukungan dan

nasehat yang tidak henti-hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan

Skripsi ini.

13.Kakak dan adik ku tersayang, Yulita Silviani Siregar dan Ali Akbar

Siregar yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

14.Muhammad Ruliansyah yang selalu membantu dan menyemangati penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir Skripsi ini.

15.Teman – teman terdekat Formanty Br. Padang, Delima Simangunsong,

Rafika Citra Simamora, Ristia Ulfa, Iren Siska Rajagukguk, Asrul Khairi

Hasibuan, Rini Saroza, Aisyah Reysunnah, Adha Ritonga dan teman –

teman seperjuangan Nondik 2011 yang tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis

di dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang namanya

tidak disebutkan dalam ucapan ini. Semoga kebaikan yang diberikan mendapat

imbalan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(10)
(11)

v

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

B. Sumber Data ... 27

C. Metode Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Deskripsi Data Penelitian ... 32

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

(12)

vi

DAFTAR TABEL

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Transkip Wawancara ... 66

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya

sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide

di dalam pikirannya. Melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan perasaannya.

Suko Raharjo (2012:205) membedakan fungsi bahasa menjadi dua: fungsi

pragmatik dan magis. Fungsi pragmatik, yang lebih menekankan pada perannya

untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, meliputi penggunaan bahasa

yang naratif dan penggunaan bahasa yang aktif. Seorang penutur harus dapat

memilih dan menggunakan bahasa dengan tepat agar maksud tuturannya dapat

dipahami oleh mitra tutur. Sedangkan fungsi magis menyangkut kegiatan-kegiatan

seremonial, ritual keagamaan dan kebudayaan.

Bahasa sebagai unsur budaya juga tidak kalah pentingnya. Bagi setiap

etnis, bahasa daerah mempunyai peranan yang sangat penting. Selain berfungsi

seperti bahasa pada umumnya yaitu alat komunikasi dalam masyarakat

penuturnya, bahasa daerah juga berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah

dan lambang identitas daerah. Bahasa daerah akan mengikat penuturnya dalam

satu ikatan yang membedakan mereka dari masyarakat lainnya. Suko Raharjo

(2012: 205) mengemukakan bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang

arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,

(15)

Dalam kegiatan berkomunikasi, tentunya terdapat tuturan-tuturan yang

dilakukan oleh penutur. Setiap tuturan tersebut tentu mengandung maksud atau

mempunyai tujuan yang ingin disampaikan. Seringkali tuturan yang dilakukan

mempunyai maksud lebih dari apa yang diucapkan. Untuk mengetahui maksud

tersebut harus disesuaikan dengan situasi atau keadaan sekitar tempat terjadinya

tuturan.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kajian pragmatik sebagai telaah

mengenai relasi antarbahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan

mengenai kemampuan pemakai bahasa dalam menghubungkan serta

menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks secara tepat. Pragmatik merupakan

suatu kajian bahasa dengan melibatkan berbagai aspek di luar bahasa yang

mampu memberi makna.

Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar dari sabang sampai

merauke, masing-masing suku kaya akan adat istiadat, budaya yang berbeda-beda,

tergantung pada letak geografis dan norma yang berlaku di daerah tersebut. Pada

dasarnya Indonesia merupakan negara yang berlatarbelakanag kedaerahan,

keanekaragaman tersebut menjadi kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini.

Masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupanya ada keterkaitan antara

suku yang satu dengan yang lainya, keberagaman tidak menjadikan setiap suku

hidup sendiri, akan tetapi sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri

dalam menjalani kehidupanya. Begitu juga dengan hubungan manusia yang

(16)

teman hidup,dipersatukan lewat perkawinan sebagai awal kehidupan dalam

sebuah keluarga.

Perkawinan adalah ikatan sosial antar pribadi yang membentuk hubungan

kekeluargaan, meresmikan hubungan antar pribadi yang di dasari ikatan

perjanjianhukumdan budaya dalam setiap suku. Upacara perkawinan adat di

Indonesia sangat beragam, memiliki keunikan dan keistimewaan masing-masing,

bentuk dan tata cara perkawinan yang berbeda-beda, tergantung pada budayanya,

sebab melalui hal inilah seorang pria dan wanita memiliki status baru di

lingkungan masyarakat. Perkawinan tidak hanya melibatkan kedua mempelai

tetapi keluarga, juga seluruh masyarakat daerah setempat.

Suku didefenisikan sebagai sebuah golongan dan menjadi identitas yang

paling mendasar dan umum, serta terbentuk berdasarkan latar belakang tempat

kelahiran seseorang maupun latar belakang keluarganya, serta digunakan sebagai

acuan identitas suku bangsa atau kesukubangsaan. Boleh dikatakan suku ialah

kelompok orang yang memiliki latar belakang budaya, sejarah, dan nenek moyang

yang sama. Negara kita terdiri dari banyak suku diantaranya adalah suku Batak.

Batak terdiri atas 5 etnis yakni : Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak Dairi,

angkola/Mandailing. Suku Batak merupakan suku yang terkenal dengan sebutan

marga sebagai garis keturunan patrilineal yang berbeda-beda berdasarkan garis

keturunannya. Bahasa Batak memiliki banyak persamaan dengan bahasa sub etnis

lainnya.

Mandailing merupakan sebuah daerah di Sumatera Utara yang memiliki

(17)

Mandailing menempuh yang spesifik adalah pelaksanaan perkawinan. Perhelatan

perkawinan tradisonal Mandailing menempuh sederet upacara adat yaitu

mangaririt boru (menyelidiki keadaan perempuan sebagai calon istri oleh pihak

suami), manulak sere (penyerahan kewajiban/ syarat- syarat perkawinan dari

pihak calon suami), mangalehen mangan pamunan (memberi makan terakhir

kepada calon istri oleh orang tuanya sebelum meninggalkan rumah orang tuanya),

horja pabuat boru (upacara pelepasan mempelai wanita), horja (parhelatan

perkawinan di rumah mempelai laki-laki) dan mangupa (upacara pemberian

nasihat-nasihat perkawinan).

Mangupa sebagai puncak atau upacara terakhir dalam perkawinan

Mandailing merupakan upacara yang sangat menarik. Mangupa dihadiri oleh

perangkat dalihan na tolu (kahanggi, mora, dan anak boru) dan nasihat-nasihat

perkawinan pada saat itu disampaikan oleh seorang data pangupa. Upacara

mangupa bertujuan untuk memohon berkah dari Tuhan Yang Maha Esa agar

selalu selamat, sehat dan murah rezeki dalam kehidupan.

Sejalan dengan uraian di atas, peneliti mengkaji makna tutur yang terdapat

dalam acara mangupa yang memiliki nilai yang unik dan kaya akan khas budaya

dari suku Mandailing. Keunikannya dinilai dari makna tuturan yang disampaikan

oleh pemberi petuah-petuah agama, keluarga, teman, ataupun lainnya pada prosesi

adat perkawinan.

Fenomena ini menjadi fakta yang menarik untuk dikaji melalui penelitian

karena dapat menambah wawasan keilmuwan dibidang linguistik. Penulis akan

(18)

Denai dari segi kajian pragmatik, karena penulis merasa tertarik untuk mengetahui

makna tuturan yang digunakan pada upacara mangupa tersebut.

Selain itu, fenomena lain yang menjadi masalah dalam penelitian ini

karena ditemukan banyaknya pihak yang menyelenggarakan acara mangupa

tersebut atau pihak kedua pengantin dalam pernikahan adat Mandailing belum

mengetahui makna yang terdapat dalam acara mangupa tersebut. Sehingga dalam

hal ini, masalah yang ditemukan menjadi objek yang menarik untuk di teliti

selanjutnya.

Berdasarkanlatarbelakangtersebut,makapenulismemilihpestaperkawinanad

at Batak Mandailing sebagaiobjekpenelitian,

mengingatdalamupacaraperkawinanadalahsalahsatupestaterbesarbagimasyarakatB

atak Mandailing yang memilikinilaidanmakna yang khasbagimasyarakat,

masihdipertahankandanmenggunakanbahasaMandailingsebagaibahasautama.

Makadengandemikian, penulismenelititentangMakna Tuturdalam “Mangupa -

Ngupa” padaPerkawinanAdat BatakMandailing di Kecamatan Medan Denai:

SuatuKajianPragmatik.

B.Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan masalah-masalah yang timbul berdasarkan

uraian latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitianini adalah

sebagai berikut:

1. Tindak tutur lokusi yang digunakan dalam mangupa-ngupa pada upacara

(19)

2. Tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam mangupa-ngupa pada upacara

perkawinan adat Batak Mandailing.

3. Tindak tutur perlokusi yang digunakan dalam mangupa-ngupa pada upacara

perkawinan adat Batak Mandailing

4. Tindak tutur yang paling dominan digunakan dalam mangupa-ngupa pada

upacara perkawinan adat Batak Mandailing.

C.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk mempermudah dan memfokuskan

penelitian, agar tidak terjadi kesalahan dalam masalah yang diteliti, Mengingat

luasnya cakupan makna tuturanpada pesta perkawinan Batak Mandailing,dan

banyaknya tahapan yang terjadi pada perkawinan Mandailing, sehingga untuk

memfokuskan penelitian penulis membatasi masalah hanya pada “makna tutur

(lokusi, ilokusi, perlokusi) dalam mangupa-ngupa pada perkawinan adatBatak

Mandailing yaitu khusus pada upacara adat, pada satu pesta perkawinan Batak

Mandailing.

D.Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Tindak tutur apa saja yang terdapat dalam mangupa-ngupa pada upacara

perkawinan adat Batak Mandailing?

2. Tindak tutur apa yang paling dominan dalam mangupa-ngupa pada pada

(20)

E.Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Adapaun tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui jenis tindak tutur dalam mangupa-ngupa pada upacara

perkawinan adat Batak Mandailing.

2. Untuk mengetahui tindak tutur yang paling dominan dalam mangupa-ngupa

pada upacaraperkawinan adat Batak Mandailing.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah Khazanah informasi tentang tindak tutur dalam

mangupa-ngupa pada adat Batak Mandailing.

b. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan

tindak tutur dalam mangupa-ngupa pada adat Batak Mandailing.

c. Mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pragmatik.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan inventaris dalam usaha melestarikan kebudayaan daerah

khususnya kebudayaan Batak Mandailing.

b. Sebagai rujukan atau sumber acuan yang diharapkan dapat mengangkat

pengetahuan masyarakat tentang tindak tutur dalam mangupa-ngupa

(21)

56

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan beberapa paparan dibawah ini :

1. Tindak tutur lokusi yang ditemukan terdiri dari bentuk pernyataan

sebanyak 2 tuturan dan bentuk pertanyaan sebanyak 1 tuturan.

2. Tindak tutur ilokusi yang ditemukan terdiri dari jenis ilokusi assertif

sebanyak 3 tuturan, ilokusi direktif sebanyak 2 tuturan, ilokusi komisif

sebanyak 1 tuturan, ilokusi ekspresif sebanyak 3 tuturan dan ilokusi

deklaratif sebanyak 1 tuturan.

3. Tindak tutur perlokusi yang ditemukan terdiri dari perlokusi verbal yang

sebanyak 3 tuturan.

B. Saran

Berdasarkan hasil data yang telah penulis kemukakan di atas, pada bagian

ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Upacara mangupa sebagai kearifan lokal masyarakat suku Mandailing

sebaiknya tetap dilaksanakan dan dijaga kesakralannya karena upacara ini

memiliki makna yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan

dalam hubungan kekerabatan.

2. Sebagai generasi penerus untuk melanjutkan adat istiadat yang telah

(22)

57

mempelajari tata cara pelaksanaan upacara mangupa agar kelak

pelaksanaanya tetap sama seperti yang diwariskan dan tidak terkikis oleh

perkembangan zaman yang semakin modern.

3. Kepada prodi Sastra Indonesia, peneliti berharap adanya penelitian

lanjutan mengenai tindak tutur dalam upacara mangupa pada perkawinan

adat Batak Mandailing yang dapat memperkaya pengetahuan tentang

(23)

58

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Aslinda Syahyahya dan Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung : PT. Refika Aditama.

Austin. 1962. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa Bandung.

Baya, S. 1980. Dari Khazanah Sastra Daerah Tapanuli Selatan serta

Sumbangannya terhadap Sastra Nasional. Jakarta: Jurnal Universitas

Negeri Medan.

Chaer, Abdul. 2004. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma. 2012. Wacana dan pragmatik. Bandung: Refika aditama.

Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Gultom, Raja Marpodang Dj. 1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak. Medan. CV Armanda.

Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan.1985. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek

Bahasa dalamPandangan Semiotik. Terjemahan oleh Asruddin Basori Tou.

1992. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hasan Alwi dkk. 1998.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Hasibuan, Namsyah Hot. 2005. Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan

Berbahasa (Data Bahasa Mandailing). Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra

Universitas Sumatera Utara, Vol. 1 No. 2 Oktober 2005.

Lubis, Mangaraja Lelo, DKK. 2010. Asal-usul Marga Mandailing. Medan: Pustaka Widiarsana.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta. UI Press.

(24)

59

Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Antarbudaya. Bandung:Rosda.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nasution, Khairina. 2005. Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, Vol. 1 No.2 Oktober 2005.

Oka, I.G.N. dan Suparno. 1995. Linguistik Umum. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Depdikbud.

Parera, Jos. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU PRESS.

Purwo, Bambang Kaswania. 1994. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Raharjo, Suko. 2012. Implikatur dalam Tindak Tutur Deklarasi : Sebuah Kajian

Pragmatik terhadap Fenomena Pasuwitan pada Masyarakat Samin di Pati, Jawa Tengah. Semarang: Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 12

No.3 Desember 2012.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik: Semarang. IKIP Semarang.

Searle, J. 1969. Speech Acts: An Assay in the Philosophy of languange. CUP. Cambridge.

Siregar, Asrul. 2004. Inferensi Ujaran Upacara Mangupa Masyarakat Tapanuli

Selatan. Medan: Jurnal Ilmiah Ilmu Budaya, N0. 3 Februari 2004.

Siregar, Marida G. 2006. Kosakata Marsitonggol : Sebagai Perspektif

Pembangunan Manusia: Bahasa Batak Angkola : Jakarta. Jurnal

Linguistika, Vol. 15 No. 28 Maret 2008.

Septifo, Albina. 2012. Analisis Tindak Tutur Rakut Sitelu Saat Erdidong - Didong

(25)

60

Sugiyono. 2005 Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik: Angkasa Bandung.

Winarti, Jskun. 2011. Kajian Pragmatik Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Matematika Berbasis cerita di SMP N 6 Cilacap : Cilacap. Jurnal

Eksplanasi, Vol. 6 No. 2 September 2011.

Yuliza. DKK. 2013. Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Tindak Tutur

Ilokusi Para DAI di Mesjid Nurush Shiddiq Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara. Padang. Jurnal Universitas Negeri Padang.

Ammar, Azwar. 2012. Tradisi Upa-Upa di Kalangan Masyarakat.

Gambar

Tabel 1. Tindak Tutur Hasil Temuan Data ...................................................

Referensi

Dokumen terkait

Makna simbol pemberian ulos pada saat upacara adat perkawinan Batak Toba adalah sebagai “materai” agar permohonan yang disampaikan kepada Tuhan Yang Mahaesa menjadi

PELAKSANAAN PEWARISAN ADAT PADA MASYARAKAT BATAK MANDAILING YANG MELAKUKAN PERKAWINAN DENGAN MASYARAKAT PENDATANG (MINANGKABAU) DI KECAMATAN PANYABUNGAN DIHUBUNGKAN DENGAN

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki peran dalam

Tindak tutur ilokusi komisif dalam upacara adat perkawinan masyarakat Muna berupa tuturan-tuturan yang dituturkan oleh pelaku adat pihak laki-laki dan pelaku adat

Perkawinan semarga yang dilaksanakan masyarakat Batak Mandailing migran di Yogyakarta mengalami pergeseran makna dari budaya adat Batak, dari sistem perkawinan exogami

Nurcahaya (2007) dalam skripsi yang berjudul “ Tuturan pada upacara adat pernikahan masyarakat Batak T oba” mengkaji jenis tuturan yang terdapat pada upacara adat

Makna simbol pemberian ulos pada saat upacara adat perkawinan Batak Toba adalah sebagai “materai” agar permohonan yang disampaikan kepada Tuhan Yang Mahaesa menjadi

Perkawinan dalam adat Batak Toba tidak terlepas dari musik-musik yang mengiringi proses upacara tersebut berlangsung, yang mana alat musik yang digunakan memiliki