MAKNA TUTUR DALAM
“MANGUPA
-
NGUPA”
PADA PERKAWINAN
ADAT BATAK MANDAILING DI KECAMATAN MEDAN DENAI :
SUATU KAJIAN PRAGMATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra
Oleh :
YENNI YUVITA SIREGAR
NIM. 2112210012
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “Makna Tutur dalam Mangupa-Ngupa pada Perkawinan Adat Batak
Mandailing di Kecamatan Medan Denai: Suatu Kajian Pragmatik”.
Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan
rasa syukur yang tiada terkira pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos.,M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.
6. Dra. Inayah Hanum, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis mulai dari
awal penyusunan proposal, seminar proposal hingga terselesaikannya
penyusunan Skripsi ini.
7. Drs. Azhar Umar, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis.
8. Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd., Dosen Penguji I yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki
penulisan Skripsi ini.
9. Drs. Basyarudin, M.Pd., Dosen Penguji II yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki
penulisan Skripsi ini.
10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu
per satu, ilmu yang Bapak/Ibu berikan adalah bekal paling berharga bagi
iii
11.Hendra Asmilan sebagai Camat Medan Denai yang sudah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Denai.
12.Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Huddin
Siregar dan Ibunda Mastirawani Pasaribu yang telah tulus dan sepenuh
hati untuk memberikan ridho, do’a dan kasih sayang serta dukungan dan
nasehat yang tidak henti-hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan
Skripsi ini.
13.Kakak dan adik ku tersayang, Yulita Silviani Siregar dan Ali Akbar
Siregar yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
14.Muhammad Ruliansyah yang selalu membantu dan menyemangati penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir Skripsi ini.
15.Teman – teman terdekat Formanty Br. Padang, Delima Simangunsong,
Rafika Citra Simamora, Ristia Ulfa, Iren Siska Rajagukguk, Asrul Khairi
Hasibuan, Rini Saroza, Aisyah Reysunnah, Adha Ritonga dan teman –
teman seperjuangan Nondik 2011 yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
di dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang namanya
tidak disebutkan dalam ucapan ini. Semoga kebaikan yang diberikan mendapat
imbalan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Medan, Februari 2016 Penulis,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “Makna Tutur dalam Mangupa-Ngupa pada Perkawinan Adat Batak
Mandailing di Kecamatan Medan Denai: Suatu Kajian Pragmatik”.
Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan
rasa syukur yang tiada terkira pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos.,M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd., M.hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.
6. Dra. Inayah Hanum, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis mulai dari
awal penyusunan proposal, seminar proposal hingga terselesaikannya
penyusunan Skripsi ini.
7. Drs. Azhar Umar, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
banyak meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis.
8. Dra. Rosdiana Siregar, M.Pd., Dosen Penguji I yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki
penulisan Skripsi ini.
9. Drs. Basyarudin, M.Pd., Dosen Penguji II yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam menyempurnakan dan memperbaiki
penulisan Skripsi ini.
10.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu
per satu, ilmu yang Bapak/Ibu berikan adalah bekal paling berharga bagi
iii
11.Hendra Asmilan sebagai Camat Medan Denai yang sudah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Denai.
12.Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda Huddin
Siregar dan Ibunda Mastirawani Pasaribu yang telah tulus dan sepenuh
hati untuk memberikan ridho, do’a dan kasih sayang serta dukungan dan
nasehat yang tidak henti-hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan
Skripsi ini.
13.Kakak dan adik ku tersayang, Yulita Silviani Siregar dan Ali Akbar
Siregar yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
14.Muhammad Ruliansyah yang selalu membantu dan menyemangati penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir Skripsi ini.
15.Teman – teman terdekat Formanty Br. Padang, Delima Simangunsong,
Rafika Citra Simamora, Ristia Ulfa, Iren Siska Rajagukguk, Asrul Khairi
Hasibuan, Rini Saroza, Aisyah Reysunnah, Adha Ritonga dan teman –
teman seperjuangan Nondik 2011 yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
di dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang namanya
tidak disebutkan dalam ucapan ini. Semoga kebaikan yang diberikan mendapat
imbalan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.
Medan, Februari 2016 Penulis,
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
B. Sumber Data ... 27
C. Metode Penelitian ... 27
D. Instrumen Penelitian ... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ... 29
F. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Deskripsi Data Penelitian ... 32
B. Hasil Penelitian ... 46
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 56
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transkip Wawancara ... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bahasa berperanan penting dalam kehidupan manusia dengan fungsinya
sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide-ide
di dalam pikirannya. Melalui bahasa manusia dapat mengungkapkan perasaannya.
Suko Raharjo (2012:205) membedakan fungsi bahasa menjadi dua: fungsi
pragmatik dan magis. Fungsi pragmatik, yang lebih menekankan pada perannya
untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, meliputi penggunaan bahasa
yang naratif dan penggunaan bahasa yang aktif. Seorang penutur harus dapat
memilih dan menggunakan bahasa dengan tepat agar maksud tuturannya dapat
dipahami oleh mitra tutur. Sedangkan fungsi magis menyangkut kegiatan-kegiatan
seremonial, ritual keagamaan dan kebudayaan.
Bahasa sebagai unsur budaya juga tidak kalah pentingnya. Bagi setiap
etnis, bahasa daerah mempunyai peranan yang sangat penting. Selain berfungsi
seperti bahasa pada umumnya yaitu alat komunikasi dalam masyarakat
penuturnya, bahasa daerah juga berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah
dan lambang identitas daerah. Bahasa daerah akan mengikat penuturnya dalam
satu ikatan yang membedakan mereka dari masyarakat lainnya. Suko Raharjo
(2012: 205) mengemukakan bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
Dalam kegiatan berkomunikasi, tentunya terdapat tuturan-tuturan yang
dilakukan oleh penutur. Setiap tuturan tersebut tentu mengandung maksud atau
mempunyai tujuan yang ingin disampaikan. Seringkali tuturan yang dilakukan
mempunyai maksud lebih dari apa yang diucapkan. Untuk mengetahui maksud
tersebut harus disesuaikan dengan situasi atau keadaan sekitar tempat terjadinya
tuturan.
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kajian pragmatik sebagai telaah
mengenai relasi antarbahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan
mengenai kemampuan pemakai bahasa dalam menghubungkan serta
menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks secara tepat. Pragmatik merupakan
suatu kajian bahasa dengan melibatkan berbagai aspek di luar bahasa yang
mampu memberi makna.
Indonesia memiliki berbagai suku yang tersebar dari sabang sampai
merauke, masing-masing suku kaya akan adat istiadat, budaya yang berbeda-beda,
tergantung pada letak geografis dan norma yang berlaku di daerah tersebut. Pada
dasarnya Indonesia merupakan negara yang berlatarbelakanag kedaerahan,
keanekaragaman tersebut menjadi kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini.
Masyarakat Indonesia dalam menjalani kehidupanya ada keterkaitan antara
suku yang satu dengan yang lainya, keberagaman tidak menjadikan setiap suku
hidup sendiri, akan tetapi sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri
dalam menjalani kehidupanya. Begitu juga dengan hubungan manusia yang
teman hidup,dipersatukan lewat perkawinan sebagai awal kehidupan dalam
sebuah keluarga.
Perkawinan adalah ikatan sosial antar pribadi yang membentuk hubungan
kekeluargaan, meresmikan hubungan antar pribadi yang di dasari ikatan
perjanjianhukumdan budaya dalam setiap suku. Upacara perkawinan adat di
Indonesia sangat beragam, memiliki keunikan dan keistimewaan masing-masing,
bentuk dan tata cara perkawinan yang berbeda-beda, tergantung pada budayanya,
sebab melalui hal inilah seorang pria dan wanita memiliki status baru di
lingkungan masyarakat. Perkawinan tidak hanya melibatkan kedua mempelai
tetapi keluarga, juga seluruh masyarakat daerah setempat.
Suku didefenisikan sebagai sebuah golongan dan menjadi identitas yang
paling mendasar dan umum, serta terbentuk berdasarkan latar belakang tempat
kelahiran seseorang maupun latar belakang keluarganya, serta digunakan sebagai
acuan identitas suku bangsa atau kesukubangsaan. Boleh dikatakan suku ialah
kelompok orang yang memiliki latar belakang budaya, sejarah, dan nenek moyang
yang sama. Negara kita terdiri dari banyak suku diantaranya adalah suku Batak.
Batak terdiri atas 5 etnis yakni : Toba, Karo, Simalungun, Pak-pak Dairi,
angkola/Mandailing. Suku Batak merupakan suku yang terkenal dengan sebutan
marga sebagai garis keturunan patrilineal yang berbeda-beda berdasarkan garis
keturunannya. Bahasa Batak memiliki banyak persamaan dengan bahasa sub etnis
lainnya.
Mandailing merupakan sebuah daerah di Sumatera Utara yang memiliki
Mandailing menempuh yang spesifik adalah pelaksanaan perkawinan. Perhelatan
perkawinan tradisonal Mandailing menempuh sederet upacara adat yaitu
mangaririt boru (menyelidiki keadaan perempuan sebagai calon istri oleh pihak
suami), manulak sere (penyerahan kewajiban/ syarat- syarat perkawinan dari
pihak calon suami), mangalehen mangan pamunan (memberi makan terakhir
kepada calon istri oleh orang tuanya sebelum meninggalkan rumah orang tuanya),
horja pabuat boru (upacara pelepasan mempelai wanita), horja (parhelatan
perkawinan di rumah mempelai laki-laki) dan mangupa (upacara pemberian
nasihat-nasihat perkawinan).
Mangupa sebagai puncak atau upacara terakhir dalam perkawinan
Mandailing merupakan upacara yang sangat menarik. Mangupa dihadiri oleh
perangkat dalihan na tolu (kahanggi, mora, dan anak boru) dan nasihat-nasihat
perkawinan pada saat itu disampaikan oleh seorang data pangupa. Upacara
mangupa bertujuan untuk memohon berkah dari Tuhan Yang Maha Esa agar
selalu selamat, sehat dan murah rezeki dalam kehidupan.
Sejalan dengan uraian di atas, peneliti mengkaji makna tutur yang terdapat
dalam acara mangupa yang memiliki nilai yang unik dan kaya akan khas budaya
dari suku Mandailing. Keunikannya dinilai dari makna tuturan yang disampaikan
oleh pemberi petuah-petuah agama, keluarga, teman, ataupun lainnya pada prosesi
adat perkawinan.
Fenomena ini menjadi fakta yang menarik untuk dikaji melalui penelitian
karena dapat menambah wawasan keilmuwan dibidang linguistik. Penulis akan
Denai dari segi kajian pragmatik, karena penulis merasa tertarik untuk mengetahui
makna tuturan yang digunakan pada upacara mangupa tersebut.
Selain itu, fenomena lain yang menjadi masalah dalam penelitian ini
karena ditemukan banyaknya pihak yang menyelenggarakan acara mangupa
tersebut atau pihak kedua pengantin dalam pernikahan adat Mandailing belum
mengetahui makna yang terdapat dalam acara mangupa tersebut. Sehingga dalam
hal ini, masalah yang ditemukan menjadi objek yang menarik untuk di teliti
selanjutnya.
Berdasarkanlatarbelakangtersebut,makapenulismemilihpestaperkawinanad
at Batak Mandailing sebagaiobjekpenelitian,
mengingatdalamupacaraperkawinanadalahsalahsatupestaterbesarbagimasyarakatB
atak Mandailing yang memilikinilaidanmakna yang khasbagimasyarakat,
masihdipertahankandanmenggunakanbahasaMandailingsebagaibahasautama.
Makadengandemikian, penulismenelititentang“Makna Tuturdalam “Mangupa -
Ngupa” padaPerkawinanAdat BatakMandailing di Kecamatan Medan Denai:
SuatuKajianPragmatik.
B.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan masalah-masalah yang timbul berdasarkan
uraian latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitianini adalah
sebagai berikut:
1. Tindak tutur lokusi yang digunakan dalam mangupa-ngupa pada upacara
2. Tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam mangupa-ngupa pada upacara
perkawinan adat Batak Mandailing.
3. Tindak tutur perlokusi yang digunakan dalam mangupa-ngupa pada upacara
perkawinan adat Batak Mandailing
4. Tindak tutur yang paling dominan digunakan dalam mangupa-ngupa pada
upacara perkawinan adat Batak Mandailing.
C.Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan untuk mempermudah dan memfokuskan
penelitian, agar tidak terjadi kesalahan dalam masalah yang diteliti, Mengingat
luasnya cakupan makna tuturanpada pesta perkawinan Batak Mandailing,dan
banyaknya tahapan yang terjadi pada perkawinan Mandailing, sehingga untuk
memfokuskan penelitian penulis membatasi masalah hanya pada “makna tutur
(lokusi, ilokusi, perlokusi) dalam mangupa-ngupa pada perkawinan adatBatak
Mandailing yaitu khusus pada upacara adat, pada satu pesta perkawinan Batak
Mandailing.
D.Perumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Tindak tutur apa saja yang terdapat dalam mangupa-ngupa pada upacara
perkawinan adat Batak Mandailing?
2. Tindak tutur apa yang paling dominan dalam mangupa-ngupa pada pada
E.Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pasti ada tujuan yang ingin dicapai. Adapaun tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui jenis tindak tutur dalam mangupa-ngupa pada upacara
perkawinan adat Batak Mandailing.
2. Untuk mengetahui tindak tutur yang paling dominan dalam mangupa-ngupa
pada upacaraperkawinan adat Batak Mandailing.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah Khazanah informasi tentang tindak tutur dalam
mangupa-ngupa pada adat Batak Mandailing.
b. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan
tindak tutur dalam mangupa-ngupa pada adat Batak Mandailing.
c. Mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pragmatik.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan inventaris dalam usaha melestarikan kebudayaan daerah
khususnya kebudayaan Batak Mandailing.
b. Sebagai rujukan atau sumber acuan yang diharapkan dapat mengangkat
pengetahuan masyarakat tentang tindak tutur dalam mangupa-ngupa
56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan beberapa paparan dibawah ini :
1. Tindak tutur lokusi yang ditemukan terdiri dari bentuk pernyataan
sebanyak 2 tuturan dan bentuk pertanyaan sebanyak 1 tuturan.
2. Tindak tutur ilokusi yang ditemukan terdiri dari jenis ilokusi assertif
sebanyak 3 tuturan, ilokusi direktif sebanyak 2 tuturan, ilokusi komisif
sebanyak 1 tuturan, ilokusi ekspresif sebanyak 3 tuturan dan ilokusi
deklaratif sebanyak 1 tuturan.
3. Tindak tutur perlokusi yang ditemukan terdiri dari perlokusi verbal yang
sebanyak 3 tuturan.
B. Saran
Berdasarkan hasil data yang telah penulis kemukakan di atas, pada bagian
ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Upacara mangupa sebagai kearifan lokal masyarakat suku Mandailing
sebaiknya tetap dilaksanakan dan dijaga kesakralannya karena upacara ini
memiliki makna yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam hubungan kekerabatan.
2. Sebagai generasi penerus untuk melanjutkan adat istiadat yang telah
57
mempelajari tata cara pelaksanaan upacara mangupa agar kelak
pelaksanaanya tetap sama seperti yang diwariskan dan tidak terkikis oleh
perkembangan zaman yang semakin modern.
3. Kepada prodi Sastra Indonesia, peneliti berharap adanya penelitian
lanjutan mengenai tindak tutur dalam upacara mangupa pada perkawinan
adat Batak Mandailing yang dapat memperkaya pengetahuan tentang
58
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Aslinda Syahyahya dan Leni. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung : PT. Refika Aditama.
Austin. 1962. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa Bandung.
Baya, S. 1980. Dari Khazanah Sastra Daerah Tapanuli Selatan serta
Sumbangannya terhadap Sastra Nasional. Jakarta: Jurnal Universitas
Negeri Medan.
Chaer, Abdul. 2004. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma. 2012. Wacana dan pragmatik. Bandung: Refika aditama.
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Gultom, Raja Marpodang Dj. 1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak. Medan. CV Armanda.
Halliday, M.A.K dan Ruqaiya Hasan.1985. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek
Bahasa dalamPandangan Semiotik. Terjemahan oleh Asruddin Basori Tou.
1992. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hasan Alwi dkk. 1998.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Hasibuan, Namsyah Hot. 2005. Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan
Berbahasa (Data Bahasa Mandailing). Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra
Universitas Sumatera Utara, Vol. 1 No. 2 Oktober 2005.
Lubis, Mangaraja Lelo, DKK. 2010. Asal-usul Marga Mandailing. Medan: Pustaka Widiarsana.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta. UI Press.
59
Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Antarbudaya. Bandung:Rosda.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nasution, Khairina. 2005. Pemajemukan dalam Bahasa Mandailing. Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, Vol. 1 No.2 Oktober 2005.
Oka, I.G.N. dan Suparno. 1995. Linguistik Umum. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Depdikbud.
Parera, Jos. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU PRESS.
Purwo, Bambang Kaswania. 1994. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Raharjo, Suko. 2012. Implikatur dalam Tindak Tutur Deklarasi : Sebuah Kajian
Pragmatik terhadap Fenomena Pasuwitan pada Masyarakat Samin di Pati, Jawa Tengah. Semarang: Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol. 12
No.3 Desember 2012.
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik: Semarang. IKIP Semarang.
Searle, J. 1969. Speech Acts: An Assay in the Philosophy of languange. CUP. Cambridge.
Siregar, Asrul. 2004. Inferensi Ujaran Upacara Mangupa Masyarakat Tapanuli
Selatan. Medan: Jurnal Ilmiah Ilmu Budaya, N0. 3 Februari 2004.
Siregar, Marida G. 2006. Kosakata Marsitonggol : Sebagai Perspektif
Pembangunan Manusia: Bahasa Batak Angkola : Jakarta. Jurnal
Linguistika, Vol. 15 No. 28 Maret 2008.
Septifo, Albina. 2012. Analisis Tindak Tutur Rakut Sitelu Saat Erdidong - Didong
60
Sugiyono. 2005 Metode Penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik: Angkasa Bandung.
Winarti, Jskun. 2011. Kajian Pragmatik Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Berbasis cerita di SMP N 6 Cilacap : Cilacap. Jurnal
Eksplanasi, Vol. 6 No. 2 September 2011.
Yuliza. DKK. 2013. Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam Tindak Tutur
Ilokusi Para DAI di Mesjid Nurush Shiddiq Kelurahan Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara. Padang. Jurnal Universitas Negeri Padang.
Ammar, Azwar. 2012. Tradisi Upa-Upa di Kalangan Masyarakat.