• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS. Oleh TOMSON SIBARANI /LNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA TESIS. Oleh TOMSON SIBARANI /LNG"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN

MASYARAKAT BATAK TOBA

TESIS

Oleh

TOMSON SIBARANI

067009023/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(2)

TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN

MASYARAKAT BATAK TOBA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

TOMSON SIBARANI

067009023/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(3)

Judul Tesis : TINDAK TUTUR DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA

Nama Mahasiswa : Tomson Sibarani Nomor Pokok : 067009023

Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S.) (Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)

Tanggal lulus : 29 Agustus 2008

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Anggota : 1. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.

2. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. 3. Drs. Umar Mono, M.Hum.

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(5)

ABSTRAK

Upacara adat Batak Toba adalah upacara yang dihadiri oleh tiga unsur ‘Dalihan Na Tolu’ yaitu hulahula ’pemberi istri’, dongan sabutuha ‘kawan semarga’ dan boru yang berpartisipasi aktif dalam upacara adat. Upacara adat biasanya didahului oleh makan bersama kemudian dilanjutkan dengan acara marhata ’bicara adat’.

Tindak tutur yang digunakan oleh pihak hulahula, dongan sabutuha dan boru adalah berbeda sesuai dengan posisinya pada acara tersebut. Dalam penelitian ini dibahas tindak tutur apa yang digunakan hulahula, dongan sabutuha dan boru, tindak tutur apa yang dominan, bagaimana cara tindak tutur dilakukan, jenis dan fungsi tindak tutur dalam perkawinan masyarakat Batak Toba.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwa tindak tutur yang ditemukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba ada 13 jenis tindak tutur yaitu: Tindak tutur bersalam, memberkati, memohon, memuji, meminta, berjanji, menyarankan, memperingatkan, mengesahkan, berterima kasih, menjawab, menjelaskan, dan bertanya. Dari ketiga belas tindak tutur tersebut tindak tutur memohon lebih dominan dituturkan hulahula dan dongan sabutuha, tetapi tindak tutur boru lebih dominan dengan tindak tutur menjelaskan dan menjawab.

Tindak tutur dalam acara marhata di pesta marunjuk sangat berbeda dengan tindak tutur sehari-hari dalam masyarakat Batak Toba.

Kata Kunci : Tindak tutur perkawinan masyarakat Batak Toba

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(6)

ABSTRACT

Traditional ceremony Toba Batak is a ceremony in which ‘Dalihan Na Tolu elements’ present. The elements consist of ‘hula-hula’, ‘dongan sabutuha” and ‘boru’ who participate actively in the ceremony. It usually begins with dining together then ‘marhata’ (talking about important things in wedding ceremony according to the custom).

In ‘marhata’, dalihan na tolu elements are the main persons who have important role in talking about the custom. Speech acts which are used differently by hula-hula, dongan sabutuha and boru in accordance with their positions in the ceremony.

This thesis describes speech acts used by hula-hula, dongan sabutuha and boru, which speech act is dominant, the way to use speech act, types of speech acts and their functions in the wedding ceremony. This thesis conducts a descriptive method which include accurate and systematic description of the data. Descriptive method is choosen in order to describe obviously the object of analysis naturally.

The findings of the research reflect that speech acts are found in Batak traditional ceremony. There are 13 kinds of speech acts: greetings, blessing, praising, requesting, asking for, promising, suggesting, reminding, pronouncing, thanking, answering, explaining and asking. From those kinds of speech acts, the dominant speech act is asking which is used by hula-hula and dongan sabutuha, while ‘answering’and ’explaining’ are dominant to ‘boru’.

Speech acts used in ‘marhata’ (marunjuk party) are different with those are used in daily conversation.

Keywords: Traditional Batak wedding, speech act

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan berkatNya sehingga tesis yang berjudul “Tindak Tutur dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S dan Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A. Ph.D selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan demi kesempurnaan tesis ini. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga tesis ini dapat di selesaikan dengan baik.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan maupun kekurangan yang terkandung dalam tesis ini. Untuk itu segala saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat dalam bidang ilmu bahasa mengenai tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.

Medan, Agustus 2008 Penulis,

Tomson Sibarani

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas hidayahNyalah Tesis yang berjudul ‘Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba’ dapat diselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara yaitu Bapak Prof. Chairuddin Lubis yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi Pendidikan S2.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana yaitu Ibu Prof. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. 3. Ketua Program Studi Linguistik yaitu Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D. 4. Komisi Pembimbing yaitu Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S dan Bapak Prof.

Amrin Saragih, M.A, Ph.D yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

5. Kepala Pusat Bahasa yaitu Bapak Dr. Dendy Sugono yang telah memberikan bantuan dana untuk menyelesaikan Studi Pendidikan S2 pada Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara Medan.

6. Kepala Balai Bahasa Medan yaitu Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. yang telah memberikan izin dan bantuan dalam menyelesaikan pendidikan S2.

7. Kepada Bapak Dr. Sugiono yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(9)

8. Orang tua saya yatiu Bapak St. K. Sibarani dan Ibu S. br. Pasaribu (Alm) yang telah banyak berdoa dan memberikan bantuan serta motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Keluarga saya yaitu istri tercinta Ir. Morina Riauwaty Siregar, Dipl. Biol.M.P dan kedua anak saya yaitu Stephanie Magdalena Sibarani dan Michael Parluhutan Jupiter Sibarani yang selalu berdoa dan membantu saya untuk mencapai keberhasilan dalam tugas maupun studi.

10. Saudara-saudara saya yang telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan studi jenjang S2.

11. Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung telah berpartisipasi dalam penyelesaian studi saya di PPs Linguistik Universitas Sumatera Utara Medan Semoga budi baik dan keikhlasan mereka dapat saya amalkan dan Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat kemudahanNya untuk mereka.

Akhirnya, segala puji syukur saya persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas lindunganNya selama ini. Semoga Tuhan menyertai kehidupan kita selamanya.

Medan, Agustus 2008

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Tomson Sibarani, S.S.

Tempat /Tanggal lahir : Laguboti, 17 Oktober 1968 Pekerjaan : PNS Balai Bahasa Medan Jenis Kelamin : Laki-laki

Nama Orangtua : St. K. Sibarani/ S.br. Pasaribu (+)

Nama Istri : Ir. Morina Riauwaty Siregar, Dipl. Biol. M.P Nama Anak : 1. Stephani Magdalena Sibarani

2. Michael Parluhutan Jupiter Sibarani Pendidikan :

1. Tahun 1976 – 1982 : SD Inpres Sibarani Nasampulu Laguboti 2. Tahun 1982 – 1985 : SMP Negeri 1 Laguboti

3. Tahun 1985 – 1988 : SMA Negeri 2 Balige di Laguboti

4. Tahun 1989 – 1993 : Jurusan Bahasa dan Sastra Daerah, Universitas Sumatera Utara

5. Tahun 1998 – 2001 : Universitas Hamburg, Jerman

6. Tahun 2006 – 2008 : Program Studi Linguistik, Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan, 29 Agustus 2008 Hormat Saya,

Tomson Sibarani

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Landasan Teori ... 6 1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Tindak Tutur ... 9

2.2 Pragmatik ... 12

2.3 Aspek Situasi Tuturan ... 15

2.4 Tiga Tipe Tindak Tutur ... 16

2.5 Kerangka Konseptual ... 17

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(12)

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Data dan Sumber Data ... 21

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4 Analisis Data ... 23

BAB IV TINDAK TUTUR HULAHULA ‘PEMBERI ISTRI’, DONGAN SABUTUHA ‘KERABAT SEMARGA’ DAN BORU ‘PEMBERI ISTRI’ PADA ACARA MARUNJUK ‘PESTA ADAT PENUH’ ... 24

4.1 Tindak tutur Hulahula ‘pemberi istri’ Pada Acara Marunjuk ‘pesta adat penuh’ ... 24

4.2 Tindak tutur Dongan Sabutuha ni parboru ‘pihak perempuan’ ... 45

4.3 Tindak tutur dongan sabutuha paranak ‘teman semarga Pihak laki-laki’ ... 50

4.4 Tindak tutur boru ‘penerima istri ... 54

4.5 Tindak tutur yang Dominan oleh Pihak Hulahula, dongan sabutuha dan boru ... 66

4.5.1 Tindak tutur yang Dominan oleh Pihak hulahula….. ... 66

4.5.2 Tindak tutur yang Dominan oleh Pihak dongan sabutuha ‘kerabat semarga’ ... 80

4.5.2.1 Tindak tutur dongan sabutuha parboru ‘kawan semarga pihak perempuan’ ... 81

4.5.2.2 Tindak tutur dongan sabutuha paranak ‘kawan semarga pihak laki-laki’ ... 87

4.5.3 Tindak tutur yang dominan dari pihak boru ‘penerima istri’ ... 91

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(13)

4.5.4 Analisis Tindak Tutur pada Upacara marhata

marunjuk ... 102

4.6 Cara Tindak Tutur yang Diucapkan pada Upacara Perkawinan Batak Toba ... 120

4.6.1 Tindak Tutur Penggunaan Umpasa ... 121

4.6.2 Tindak Tutur Penggunaan Ungkapan ... 129

4.6.3 Tindak Tutur Penggunaan Frase ... 131

4.6.4 Tindak Tutur Penggunaan Kata ... 132

4.7 Jenis dan Fungsi Tindak Tutur yang digunakan Dalam Upacara Perkawinan Batak Toba ... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 141

5.1 Kesimpulan ... 141

5.2 Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Tindak tutur bersalam ... 24

Tabel 2. Tindak tutur memberkati ... 25

Tabel 3. Tindak tutur memuji ... 31

Tabel 4. Tindak tutur meminta ... 32

Tabel 5. Tindak tutur berjanji ... 34

Tabel 6. Tindak tutur menyarankan ... 35

Tabel 7. Tindak tutur memperingatkan ... 36

Tabel 8. Tindak tutur mengesahkan ... 38

Tabel 9. Tindak tutur berterimakasih ... 38

Tabel 10. Tindak tutur menjawab ... 39

Tabel 11. Tindak tutur menjelaskan ... 40

Tabel 12. Tindak tutur bertanya ... 43

Tabel 13. Tindak tutur bersalam ... 45

Tabel 14. Tindak tutur memberkati ... 46

Tabel 15. Tindak tutur menyarankan ... 48

Tabel 16. Tindak tutur mengesahkan ... 48

Tabel 17. Tindak tutur menjelaskan ... 49

Tabel 18. Tindak tutur bertanya ... 50

Tabel 19. Tindak tutur bersalam ... 51

Tabel 20. Tindak tutur memohon ... 51

Tabel 21. Tindak tutur menyarankan ... 53

Tabel 22. Tindak tutur mengesahkan ... 53

Tabel 23. Tindak tutur berterima kasih ... 54

Tabel 24. Tindak tutur menjelaskan ... 54

Tabel 25. Tindak tutur bersalam ... 55

Tabel 26. Tindak tutur memohon ... 56

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(15)

Tabel 27. Tindak tutur memuji ... 58

Tabel 28. Tindak tutur menyarankan ... 59

Tabel 29. Tindak tutur mengesahkan ... 60

Tabel 30. Tindak tutur berterima kasih ... 61

Tabel 31. Tindak tutur menjawab ... 61

Tabel 32. Tindak tutur menjelaskan ... 63

Tabel 33. Tindak tutur bertanya ... 65

Tabel 34. Tindak Tutur Hulahula ... 67

Tabel 35. Tindak Tutur yang Dominan oleh Hulahula ... 77

Tabel 36. Tindak tutur dongan sabutuha parboru ‘kawan semarga pihak perempuan’ ... 82

Tabel 37. Tindak Tutur yang Dominan oleh Dongan Sabutuha Parboru ‘kawan semarga pihak perempuan’ ... 84

Tabel 38. Tindak Tutur Dongan Sabutuha Paranak ‘Kawan Semarga Pihak Laki-Laki’ ... 87

Tabel 39. Tindak tutur yang dominan dari dongan sabutuha ‘kawan semarga’ pihak laki-laki ... 89

Tabel 40. Tindak Tutur Boru ‘penerima istri’ ... 92

Tabel 41. Tindak Tutur yang Dominan dari Pihak Boru ... 99

Tabel 42. Tindak tutur hulahula ’pemberi istri’, dongan sabutuha pihak perempuan, dongan sabutuha pihak laki-laki dan boru ‘penerima istri’ ... 119

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(16)

DAFTAR SINGKATAN

Tindak tutur bersalam : T Tbslm Tindak tutur memberkati : T Tmbkt Tindak tutur memohon : T Tmhn Tindak tutur memuji : T Tmmj Tindak tutur meminta : T Tmmt Tindak tutur berjanji : T Tbjj Tindak tutur menyarankan : T Tmyrn Tindak tutur memperingatkan : T Tmprgt Tindak tutur mengesahkan : T Tmgsh Tindak tutur berterimakasih : T Tbk Tindak tutur menjawab : T Tmjw Tindak tutur menjelaskan : T Tmjls Tindak tutur bertanya : T Tbty

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(17)

DAFTAR ISTILAH

Hulahula : Pihak pemberi istri Dongan sabutuha : Kerabat semarga

Boru : Pihak penerima istri Marhata marunjuk : Berbicara adat penuh Sinamot : Mahar

Tandok : Kantongan pandan Pauseang : Harta bagian perempuan

Panjaean : Harta bagian Suhut : Orang yang melaksanakan pesta Ulos : Selendang tradisional Batak Toba Marhata : Bicara adat

Omputa Debata : Tuhan

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 ... 146

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Batak Toba merupakan salah satu sub-etnis dari masyarakat Batak disamping Batak Simalungun, Karo, Mandailing dan Pakpak. Salah satu yang menjadi ciri pembeda antara sub-etnis diatas adalah bahasa dan letak geografis daerah. Masyarakat Batak Toba mempunyai bahasa Batak Toba sebagai lambang identitas dan manifestasi eksistensi. Eksistensi yang dimaksud adalah sebagai makhluk sosial dimana kemasyarakatan itu sendiri terbentuknya dengan adanya bahasa.

Pada pelaksanaan adat masyarakat Batak Toba sangat berbeda untuk beberapa daerah yang dikenal dengan Toba Holbung, Silindung, dan Humbang. Perbedaan yang mendasar pada ketiga daerah ini adalah dalam hal pelaksanaan adat Batak khususnya dalam pembagian Jambar (penghargaan) dan Ulos (selendang) sedangkan kesamaannya adalah alat komunikasi yang digunakan yaitu sama-sama Bahasa Batak Toba.

Masyarakat Batak Toba mempunyai sistem adat istiadat tertentu yang berazaskan Dalihan Na Tolu ‘tungku yang berkaki tiga’ disingkat ‘tungku nan tiga’. Dalihan Na Tolu merupakan dasar hidup masyarakat Batak Toba. Setiap anggota masyarakat wajib berbuat dan bertindak menurut aturan adat istiadat yang berazaskan Dalihan Na Tolu.

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(20)

Pengertian upacara adat ialah upacara yang dihadiri oleh ketiga unsur Dalihan Na Tolu, yaitu dongan sabutuha, hula-hula, dan boru yang berpartisipasi aktif dalam upacara itu. Upacara adat biasanya didahului dengan acara makan bersama, lalu diteruskan ke acara marhata ‘bicara adat’.

Penelitian ini memuat tentang Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba. Di dalam penelitian ini, lokasi penelitian penulis adalah kota Medan. Peneliti membatasi pengertian upacara adat perkawinan Batak Toba pada upacara adat yang memakai versi Toba Holbung berhubungan dengan objek penelitian yang berasal dari Laguboti.

Masing-masing pihak mempunyai ketiga komponen adat yaitu: hulahula, boru, dongan sabutuha dan inilah yang menjadi satu keluarga besar Dalihan Na Tolu yang baru. Apabila ketiga komponen dari kedua pihak tidak hadir maka apa yang disebut adat tidak memenuhi kualifikasi adat. Dengan kata lain, keterikatan ketiga komponen tersebut merujuk pada satu kesatuan yang terintegrasi sehingga pelaksanaan adat dapat berlangsung dengan baik.

Upacara adat pada masyarakat Batak Toba dilaksanakan apabila ketiga komponen yang dikenal dengan Dalihan Na Tolu telah hadir dalam situasi tersebut, hulahula sebagai ‘pemberi istri‘, boru sebagai ’penerima istri’ dan dongan sabutuha sebagai ‘kerabat semarga’. Dalihan Na Tolu ini ialah suatu kerangka yang meliputi hubungan kekerabatan darah dari hubungan perkawinan dimana ada pertemuan dua marga dari dua pihak yaitu pihak pengantin pria dan pihak pengantin wanita.

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(21)

Pesta perkawinan adalah upacara adat yang penting bagi orang Batak, oleh karena hanya orang yang sudah kawin berhak mengadakan upacara adat, dan upacara-upacara adat lainnya seperti menyambut lahirnya seorang anak, pemberian nama pada anak dan sebagainya. Pesta perkawinan sepasang pengantin merupakan semacam jembatan yang mempertemukan Dalihan Na Tolu dari orang tua pengantin laki-laki dan Dalihan Na Tolu dari orangtua pengantin wanita. Artinya karena perkawinan itulah maka Dalihan Na Tolu dari orangtua pengantin pria merasa dirinya berkerabat dengan Dalihan Na Tolu orangtua pengantin wanita dan sebaliknya. Segala istilah sapaan dan acuan yang digunakan oleh pihak yang satu terhadap pihak yang lain demikian pula sebaliknya adalah istilah-istilah kekerabatan berdasarkan Dalihan Na Tolu.

Perkawinan bagi orang Batak bukanlah merupakan persoalan pribadi suami istri melulu, termasuk orangtua serta saudara-saudara kandung masing-masing, akan tetapi merupakan ikatan juga dari orangtua si suami dengan orangtua si istri, ditambah lagi dengan boru serta hulahula dari masing-masing pihak. Akibatnya adalah kalau cerai perkawinan sepasang suami istri maka putus pulalah hubungan di antara kedua kelompok tadi.

Perkawinan orang Batak haruslah diresmikan secara adat berdasarkan adat Dalihan Na Tolu, dan upacara agama serta catatan sipil hanyalah sebagai pelengkap saja. Perkawinan orang Batak yang hanya diabsahkan dengan upacara agama serta catatan sipil boleh dikatakan masih dianggap perkawinan belum sah oleh masyarakat Batak dilihat dari sudut adat Dalihan Na Tolu. Buktinya apabila timbul keretakan di

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(22)

dalam suatu rumah tangga yang demikian, maka sudah pasti marga dari masing-masing pihak tidak ada merasa ada hak dan kewajiban untuk mencampurinya.

Kajian tindak tutur, merupakan hal yang perlu dikaji. Tindak tutur merupakan pengejewantahan kompetensi komunikasi seseorang. Scheffrin (1994:365) mengemukakan, people can do things to perform speech acts because the rules through with speech acts are realized, are part of communicative competence. Kompetensi tersebut terbentuk sejak dini, dari masa kanak-kanak hingga dewasa, berkembang sesuai dengan aturan yang merupakan konvensi dalam komunitas bahasa tiap manusia.

Grass (1996:127) mengemukakan, tindak tutur bersifat fundamental pada komunikasi manusia,… that fundamental to human communication is the nation of speech act. Sementara Cohen (1996:384) mengatakan bahwa, a speech act is functional unit in communication, yang berarti tindak tutur merupakan unit yang berfungsi penting dalam komunikasi.

Pragmatik berkaitan dengan tiga konsep yaitu makna, konteks dan komunikasi. Scheffrin (1994:190) mengemukakan “pragmatics deals with three consepts (meaning, contexs, communication)”.

Chaer dan Agustina (1995:3) mengatakan ”sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat”. Selanjutnya Nababan (1984:2) mengatakan sosiolinguistik merupakan studi atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sendiri sebagai anggota masyarakat, mempelajari atau membahas aspek-aspek

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(23)

kemasyarakatan bahasa. Siregar (2003:172-173) mengatakan bahwa komunikasi sehari-hari atau siasat bahasa dalam tindak tutur antara penutur dan petutur bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial, berhubungan dengan kesantunan

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah ungkapan tindak tutur yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba pada saat berkomunikasi yaitu dalam upacara perkawinan.

Dalam hal ini akan terlihat bagaimana tindak tutur yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba dalam upacara perkawinan:

1. Tindak tutur apakah yang digunakan oleh hulahula (pihak pemberi istri), dongan sabutuha (kerabat semarga) dan boru (pihak penerima istri) dalam upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba?

2. Tindak tutur apakah yang dominan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba?

3. Bagaimana cara tindak tutur dilakukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba?

4. Bagaimana jenis dan fungsi tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(24)

1. Mendeskripsikan tindak tutur yang digunakan pihak hulahula (pihak pemberi istri), dongan sabutuha (kerabat semarga), boru (pihak penerima istri) pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba.

2. Menentukan tindak tutur apa yang dominan digunakan pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba.

3. Menguraikan cara tindak tutur apakah yang digunakan pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba.

4. Menjelaskan jenis, dan fungsi tindak tutur yang digunakan pada saat upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba.

1.4 Landasan Teori

Dalam penelitian ini dibutuhkan teori-teori yang dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk mendukung penelitian tindak tutur dalam upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba.

Tindak tutur adalah telaah bagaimana seseorang dengan menggunakan tuturan sekaligus dengan melakukan tindakan atau ucapan kepada orang lain.

Menurut Leech (1983), teori tindak tutur dari Austin dan Searle merupakan satu bentuk tuturan yang mempunyai lebih dari satu fungsi.

Tindak ilokusi adalah salah satu dari tiga tipe tindak tutur (speech acts) yang dikemukakan oleh dua filsuf, Austin (1962) dan

Searle (1969) yaitu:

1. Tindak lokusi : melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(25)

2. Tindak ilokusi : melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu 3. Tindak perlokusi : melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu.

Menurut Hymes, pengetahuan dan kinerja bahasa harus mencakup sesuai tindaknya bahasa yang digunakan dalam konteks sosial dan di dalam bahasa kaidah-kaidah penggunaan bahasa, yang apabila diabaikan maka kaidah-kaidah-kaidah-kaidah gramatik menjadi tidak berguna sama sekali. Dalam proses pemerolehan bahasanya, seseorang mempelajari aturan-aturan kapan, kepada siapa, dimana dan bagaimana suatu kalimat digunakan.

Leech (1993:335) mengemukakan bahwa keluhan merupakan campuran antara ekspresif dan asertif (assertives). Kategori asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan. Khusus pada pengajaran ketrampilan berbahasa, pragmatik termasuk di dalamnya tindak tutur dianjurkan oleh para ahli untuk diintegrasikan dalam kurikulum. Sementara dalam kajian pemerolehan bahasa kedua, kajian tindak tutur digunakan untuk mengukur kompetensi penggunaan bahasa (language use) yang dianggap penting disamping pemakai bahasa (language usage), karena penggunaan bahasa mempengaruhi efektif tidaknya komunikasi.

Lakoff (1972,1973b) mengembangkan teori kesantunan yang meramalkan bahwa penambahan kebebasan pada pihak petutur untuk menolak suatu permohonan akan berkorelasi dengan penambahan kesantunan. Dengan kata lainnya, maka makin tinggi kesantunan atau kesantunan bertambah bersamaan dengan berkurangnya pembebanan pada pihak petutur.

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

(26)

Tomson Sibarani : Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba, 2008 USU e-Repository © 2009

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan pada kajian pragmatik, khususnya kajian tindak tutur (speech acts)

2. Memberikan sumbangan praktis pada masyarakat Batak Toba tentang tindak tutur yang digunakan pada upacara perkawinan.

3. Menambah khazanah kepustakaan atau bahan bacaan dalam bidang linguistik. 4. Menjadi bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

5. Merupakan cara melestarikan budaya Batak Toba khususnya dalam tindak tutur dalam upacara perkawinan.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan telaah bagaimana seseorang dengan menggunakan tuturan sekaligus melakukan tindakan atau ucapan kepada orang lain. Jadi tindak tutur merupakan bagian kajian pragmatik, pragmatik merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks, pada pragmatik dikaji bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterpretasikan ucapan-ucapan.

Tindak tutur merupakan salah satu bidang kajian penting pragmatik bahasa. Pengertian pragmatik yang paling bergayut dengan pokok batasan tulisan ini ialah defenisi pragmatika yang diberikan oleh D. Crystal (1985:240), yaitu pragmatik sebagai pengkajian bahasa dari sisi pengguna bahasa, khususnya tentang pilihan-pilihan yang dibuat, kendala-kendala yang ditemukan pada penggunaan bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh penggunaan bahasa itu terhadap peserta lainnya dalam tindak komunikasi. Dengan kata lainnya pragmatik ialah pengkajian tindak komunikatif di dalam kontek sosiokultural tindak itu. Dalam pengertian ini tindak komunikatif tidak hanya meliputi tindak tutur seperti memohon, memberi salam, dan sebagainya, tetapi juga mencakup peran serta di dalam percakapan, keterlibatan di dalam beberapa jenis wacana, dan menjaga kesinambungan interaksi di dalam peristiwa bahasa yang kompleks.

(28)

Tindak tutur ialah melakukan tindak tertentu melalui kata, misalnya memohon sesuatu, menolak (tawaran, permohonan), berterima kasih, memberi salam, memuji, minta maaf dan mengeluh. Bentuk lahiriah tindak tutur yang sama tidak saja dapat berbeda, tetapi daya atau kekuatan tindak tutur mungkin pula berbeda. Selain itu, dalam kebudayaan tertentu menolak (tawaran, permohonan) dapat dilakukan secara langsung, sementara dalam kebudayaan lainnya dilakukan harus dengan basa-basi tertentu sebelum penolakan diucapkan atau bahkan tanpa diucapkan sama sekali. Akibatnya adalah dalam beberapa kasus tertentu kemungkinan terjadinya salah tafsir apakah seseorang penutur telah melakukan penolakan atau tidak sedangkan kemungkinan lainnya ialah terjadinya kesalahpahaman terhadap maksud ucapan penutur.

Dalam melakukan sesuatu tindak tutur, selain menyatakan maksud dan keinginannya, penutur juga secara alami bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial tertentu antara diri penutur dengan petutur. Penutur mempertimbangkan berbagai kendala dalam menyampaikan maksudnya secara tepat dan sesuai dari segi kedekatan atau jarak antara penutur dan petutur, situasi bahasa dan sebagainya. Siasat bahasa (komunikasi) yang digunakan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial ini sering disebut siasat kesantunan. Kesantunan pada dasarnya hanya digunakan pada dua fungsi, yaitu fungsi konpetitif yang meliputi tindak tutur seperti meminta, memerintah, menuntut dan fungsi konvivial yang meliputi menawarkan, mengundang, memberi salam, berterima kasih, memberi selamat. Fungsi pertama berorientasi pada petutur sedangkan yang kedua pada

(29)

penutur sehingga menurut G. Leech (1983) tujuan konpetitif pada dasarnya bersifat keras (kasar) dan tujuan konvivial sebaliknya bersifat halus. Fungsi konpetitif lebih mengancam muka penutur bila dibandingkan dengan fungsi konvivial.

Lakoff (1972,1973b) mengembangkan teori kesantunan yang meramalkan bahwa penambahan kebebasan pada pihak petutur untuk menolak suatu permohonan akan berkorelasi dengan penambahan kesantunan. Dengan kata lainnya, maka makin tinggi kesantunan atau kesantunan bertambah bersamaan dengan berkurangnya pembebanan pada pihak petutur.

Leech (1983) mengatakan bahwa kesantunan merupakan siasat yang digunakan untuk menjaga dan mengembangkan hubungan. Menurut Brown & Levinson (1978,1987) kesantunan ialah menjaga muka petutur. Semua peserta tutur dalam suatu interaksi percakapan berkeinginan menjaga dua jenis muka, yaitu muka positif dan muka negativ. Muka positif adalah merupakan citra positif yang dimiliki orang terhadap dirinya sendiri dan hasrat untuk mendapatkan persetujuan, sementara muka negatif ialah tuntutan dasar terhadap wilayah, bagian pribadi, dan hak-hak untuk tidak diganggu.

Pengertian muka menurut Brown & Levinson membedakan kesantunan positif dan kesantunan negatif. Siasat kesantunan positif dan negatif keduanya digunakan untuk menambahkan keakraban dan mengurangi pemaksaan. Keduanya berinteraksi dengan cara yang rumit sesuai dengan sifat tindak tutur dan status penutur dan petutur. Siasat kesantunan positif mencakup: memperhatikan keinginan penutur, menggunakan pemarkah kelompok dalam, bersifat optimis, mengusahakan

(30)

persetujuan, menunjukkan kesamaan latar, dan menawarkan atau menjanjikan. Sementara itu siasat kesantunan negativ mencakup: bersifat tidak langsung, bertanya atau kalimat berpagar, bersifat pesimis, meminimalkan pemaksaan, memberi hormat dan meminta maaf.

Pragmatik berhubungan erat dengan tindak tutur karena pragmatik menelaah makna dalam kaitan dengan situasi tuturan (Leech,1983:19). Dalam menelaah tindak tutur, konteks amat penting, telaah umum mengenai bagaimana caranya konteks mempengaruhi cara kita menafsirkan kalimat disebut pragmatik (Tarigan,1986:34).

Melalui pragmatik makna-makna yang secara semantik ganjil, dapat berterima karena pertimbangan secara pragmatik atau lebih khusus lagi karena konteks.

2.2 Pragmatik

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia yang menempatkannya berbeda dengan mahluk lainnya.

Menurut Leech (1983:ix), secara praktis, pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Selanjutnya Tarigan (1986:32) menyatakan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa yang dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi.

Sementara Levinson dalam Tarigan (1986:33) memberikan batasan pragmatik sebagai telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi

(31)

suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa. Jadi merupakan telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta melerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat.

Menurut Cruse (2000:16) pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam pengertian yang paling luas) yang disampaikan melalui bahasa yang (a) tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, namun yang (b) juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut [penekanan ditambahkan].

Parker (1986:11) mengemukakan bahwa: “Pragmatics is distinct from grammar, which is the study the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used to communicate”

Tidak dapat dipungkiri bahwa pragmatik seperti semantik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual. Adapun yang menjadi kajian pragmatik tentang makna berbeda dengan semantik. Pragmatik adalah mengkaji makna secara eksternal sedangkan semantik mengkaji secara internal .

Konteks merupakan hal yang penting dalam kajian bahasa. Schiffrin (1994:365) mengemukakan bahwa “speech act theory and pragmatic both view contexs in term of knowledge: what speakers and hearers can ben assumed to know (e.g about social institution, about other’s wants and and needs, about the nature of

(32)

human nationality) and how that knowledge guide the use of language and the interpretation of utterance”.

Pragmatik dan teori tindak tutur memandang konteks sebagai pengetahuan bersama antara pembicara dan pendengar, dan pengetahuan tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan. Pengetahuan atau konteks tertentu yang menyebabkan manusia dapat mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur yang berbeda.

Pragmatik bahasa berarti mengkaji: 1. Makna penutur bahasa

2. Makna yang lebih sekedar apa yang diucapkan oleh penutur 3. Makna kontekstual

4. Pengaruh makna pada penutur, dan kendala-kendala dalam menyampaikan makna dengan cara yang tepat dan sesuai

Pengaruh pragmatika di dalam teori dan konsep pemerolehan bahasa diantaranya menekankan aspek fungsional bahasa. Secara fungsional jenis-jenis ujaran terdiri dari deklaratif (mengubah keadaan alami melalui kata), representatif (menyatakan sesuatu yang diyakini), ekspresif (menyatakan perasaan tertentu), direktif (membuat orang lain melakukan sesuatu), dan komisif (bertanggung jawab akan melakukan sesuatu). Sementara itu, secara formal jenis-jenis kalimat mencakup bentuk-bentuk deklaratif, imperatif, interogatif, dan interjeksi, sehingga penutur dihadapkan dengan pilihan-pilihan formal bahasa untuk menyampaikan fungsi-fungsi bahasa.

(33)

Parera (1990:120) mengemukakan tiga ciri yang harus dipenuhi untuk terciptanya suatu konteks, yaitu 1) setting, 2) kegiatan dan 3) hubungan (relasi). Interaksi ketiganya membentuk konteks.

1. Setting meliputi : a. unsur-unsur material yang ada di sekitar peristiwa interaksi berbahasa, b. tempat, c. waktu.

2. Kegiatan : semua tingkah laku yang terjadi dalam interaksi, seperti berbahasa itu sendiri, juga termasuk kesan, perasaan, tanggapan dan persepsi penutur dan petutur.

3. Hubungan (relasi) meliputi hubungan antara penutur dan petutur yang ditentukan oleh (a) jenis kelamin (b) umur, (c) kedudukan; status, peran, prestise (d) hubungan keluarga, (e) hubungan kedinasan. Setting, kegiatan dan hubungan ditentukan secara kultural.

2.3 Aspek Situasi Tuturan

Kajian tindak tutur harus memperhatikan aspek situasi tuturan yang membedakan dengan kajian semantik. Aspek tersebut adalah:

A. Penutur/ penulis (Pn) dan Petutur/ pembaca (Pt)

Penutur (Pn) atau penulis, petutur (Pt) atau pembaca memberikan implikasi bahwa pragmatik juga mencakup bahasa tulis.

B. Konteks Tuturan

Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh Pn dan Pt serta yang menunjang interpretasi Pt terhadap apa

(34)

yang dimaksud Pn dengan suatu ucapan tertentu. Setiap situasi tuturan atau ujaran mengandung maksud dan tujuan tertentu. Pn dan Pt terlihat pada suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.

2.4 Tiga Tipe Tindak Tutur

Teori tindak tutur (speech act) dikemukakan oleh Austin (1962) dan Searle (1969) yang terbagi atas:

a. Tindak Lokusi (Locutionary act) :

Tindak lokusi mengandung makna literal seperti pada contoh: It is hot here (panas sekali disini) Cohen: 1996 :184. Makna lokusinya berhubungan dengan temperaturan udara di tempat itu.

b. Tindak Ilokusi (Illocutionary act)

Tindak illokusi mengandung makna yang berhubungan dengan fungsi sosial. Pada kalimat It is hot here (Cohen :1996:184). Makna ilokusinya mungkin permintaan (request) agar membuka jendela lebar-lebar, atau bila kalimat tersebut diulang-ulang, mungkin mengisyaratkan keluhan (complain).

c. Tindak Perlokusi (Perlocutionary act)

Tindak perlokusi menghasilkan hasil atau efek, untuk kalimat di atas, berdasarkan konteks tertentu maka hasil yang diperoleh mungkin jendela akan dibuka lebar-lebar atau tidak menghiraukan sama sekali.

(35)

2.5 Kerangka Konseptual

Dari uraian terdahulu tindak tutur dibagi ke dalam lima kategori sebagai berikut:

1. Representatif/asertif yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan seperti peryataan,ramalan, mengeluh, membanggakan, dan menyarankan.

2. Direktif/impositif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar sipendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tindakan itu seperti perintah, larangan, peringatan, mengusulkan, memohon, atau mendesak.

3. Ekspresif/evaluatif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu seperti ucapan terima kasih, meminta maaf, dan ucapan selamat.

4. Komisif yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya seperti berjanji, ancaman, tawaran,menyetujui, bersumpah dan merencanakan.

5. Deklaratif/establisif yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (stastus, keadaan dsb) yang baru seperti peresmian, pemecatan dan pembaptisan.

Pragmatika didefinisikan sebagai pengkajian bahasa dari sisi pengguna bahasa, khususnya tentang pilihan-pilihan yang dibuat, kendala-kendala yang ditemukan pada pengguna bahasa dalam interaksi sosial dan pengaruh penggunaan

(36)

bahasa itu terhadap peserta lainnya dalam tindak komunikasi. Dalam pengertian ini tindak komunikatif tidak hanya meliputi tindak tutur seperti memohon, memberi salam, dan sebagainya, tetapi juga mencakup peran serta di dalam percakapan dan menjaga kesinambungan interaksi di dalam peristiwa bahasa yang kompleks.

Pragmatika mengkaji:

1. makna penutur bahasa,

2. makna yang lebih dari sekedar apa yang diucapkan oleh penutur, 3. makna kontekstual, dan

4. pengaruh tindak tutur dan kendala-kendala dalam menyampaikan makna dengan cara yang tepat dan sesuai.

Wijana (1996:36) membedakan tindak tutur atas: 1. tindak tutur langsung,

2. tindak tutur tidak langsung, 3. tindak tutur literal,

4. tindak tutur tidak literal, 5. tindak tutur langsung literal,

6. tindak tutur tidak langsung literal, dan 7. tindak tutur tidak langsung tidak literal.

Dari ketiga teori di atas, tiga belas kategori diturunkan dalam penelitian ini karena sesuai dengan tindak tutur dalam upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. Ketiga belas katergori tindak tutur itu adalah sebagai berikut:

(37)

1. Tindak tutur bersalam 2. Tindak tutur memberkati 3. Tindak tutur memohon 4. Tindak tutur memuji 5. Tindak tutur meminta 6. Tindak tutur berjanji 7. Tindak tutur menyarankan 8. Tindak tutur memperingatkan 9. Tindak tutur mengesahkan 10. Tindak tutur berterima kasih 11. Tindak tutur menjawab 12. Tindak tutur menjelaskan 13. Tindak tutur bertanya.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini langkah pertama yang dilakukan penulis adalah mengumpulkan data serta menyusunnya dan kemudian menjelaskannya sebelum tiba pada tahap analisa data.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana akan dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Penelitian deskriptif menurut Surakhmad (1978:739) yaitu penelitian yang mencoba menggambarkan dan menganalisis data mulai dari tahap pengumpulan data, penyusunan data dan analisis interpretasi terhadap data.

Metode deskriptif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah (Djajasudarma 1993:8-9)

Sugiyono (2005:23) menyebutkan bahwa metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan, dengan metode kualitatif peneliti melakukan penjelajahan,pengumpulan data selanjudnya diverifikasi.

Dalam mengamati interaksi yang terjadi, penulis melaksanakan ini dengan cara mengamati, ikut berperan serta dan melakukan wawancara secara mendalam kepada pengetua-pengetua adat yang berasal dari daerah Batak Toba khususnya

(39)

daerah Laguboti. Hal ini berkaitan dengan pernyataan Sugiyono (2005: 22-23) bahwa untuk memahami interaksi sosial yang kompleks penelitian dengan metode kualitatif melakukannya dengan cara ikut berperan serta, wawancara yang mendalam terhadap interaksi tersebut sehingga ditemukan pola-pola yang jelas.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya bersumber dari bahasa lisan yaitu tindak tutur sebagai data primer yang secara empiris terjadi dalam upacara perkawinan dalam masyarakat Batak Toba dan bahasa tulis sebagai data sekunder yaitu bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.

Teknik pengambilan sampel penelitian ini dipilih secara khusus sesuai dengan tujuan penelitian (purposive sampling). Dalam teknik ini, siapa yang diambil sebagai sampel diserahkan pada pertimbangan peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti (Soehartono, 1995:63). Di dalam penelitian ini yang menjadi sampel peneliti adalah orang yang dianggap mampu berbicara tentang adat perkawinan masyarakat Batak Toba.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yakni berupa tindak tutur yang diucapkan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba. Penulis menggunakan teknik pencatatan terhadap tindak tutur yang diucapkan pada pelaksanaan acara adat dan melalui

(40)

observasi atau pengamatan pada saat acara adat tersebut berlangsung. Teknik pengumpulan data melalui observasi adalah untuk merekam kejadian proses tindak tutur yang terjadi saat itu yang merupakan objek penelitian.

Observasi yang dilakukan penulis memiliki langkah yaitu melalui pengidentifikasian jenis tindak tutur yang disampaikan oleh hulahula ‘pemberi istri’, tindak tutur yang disampaikan oleh pihak boru ‘penerima istri’ dan tindak tutur yang disampaikan pihak dongan sahuta ‘kerabat semarga’. Dimana tindak tutur yang diucapkan tidak akan sama baik pihak laki-laki ataupun pihak perempuan.

Dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh penulis adalah yang ada dalam cakupan konsep Dalihan Na Tolu yaitu hulahula, boru dan dongan sahuta. Maka tindak tutur dari masing-masing unsur menjadi perhatian penulis. Di samping observasi, teknik pengumpulan data yang mendukung penelitian ini adalah mengacu pada referensi buku karena sudah ada buku mengenai upacara perkawinan Batak Toba.

Untuk menjaring data digunakan juga angket (self administered questionnaire). Pada angket digunakan pertanyaan terbuka. Pada angket pertanyaan terbuka, pertanyaan yang diajukan tidak disediakan jawaban sehingga subyek bebas menulis jawabannya sendiri.

Teknik wawancara juga digunakan dalam penelitian ini yang berfungsi untuk menanyakan kembali maksud dari pada pembicara dan jika benturan terjadi pada pemahaman tindak tutur, maka penulis akan menanyakan dalam bentuk wawancara kepada tokoh-tokoh atau orang yang sudah masuk dalam kelompok pengetua adat

(41)

atau orang yang sudah tahu (ahli) dalam adat sekaligus juga pemahamannya terhadap tindak tutur yang disampaikan pada saat acara perkawinan.

Pada penelitian ini pertanyaan terbuka, dipilih agar subyek dapat menuangkan jawaban-jawabannya secara bebas sehingga di dapat data yang beragam dan spontan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya.

3.4 Analisis Data

Metode analisis yang dipakai penulis adalah dengan analisis induktif. Menurut Sugiyono (2005:89) analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan. Sementara Djajasudarma (1993:3) menyebutkan bahwa data secara induktif yaitu data yang dikaji melalui proses yang berlangsung dari data ke teori.

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang tersedia. Penganalisisan data ini dilakukan berdasarkan beberapa tahap yaitu:

1. Mendeskripsikan tindak tutur lisan ke dalam tulisan sehingga akan tergambar dengan jelas proses bagaimana tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.

2. Mengklasifikasikan tindak tutur yang disampaikan pada upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.

3. Mengidentifikasikan tindak tutur apa yang paling menonjol atau dominan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.

4. Menyimpulkan hasil penelitian tindak tutur yang disampaikan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.

(42)

BAB IV

TINDAK TUTUR HULAHULA ‘PEMBERI ISTRI’, DONGAN SABUTUHA ‘KERABAT SEMARGA’ DAN BORU ‘PENERIMA ISTRI’ PADA ACARA

MARUNJUK ‘PESTA ADAT PENUH’

4.1 Tindak Tutur Hulahula ‘pemberi istri’ Pada Acara Marunjuk ‘pesta adat penuh’

Dari hasil penelitian dapat dikelompokkan tindak tutur hulahula ‘pemberi istri’ dalam upacara perkawinan Batak Toba sebagai berikut:

Tabel 1. Tindak tutur bersalam

No Tindak tutur bersalam Makna Kategori

1. Gabe ma hita tutu jala horas! Banyak keturunan dan sehat selalu

Menyapa hadirin Ekspresif

Tindak tutur upacara marhata dalam masyarakat Batak Toba biasanya diawali dengan kata bersalam untuk menyapa hadirin. Penggunaan kata gabe ma hita tutu jala horas ‘banyak keturunan dan sehat selalu’ merupakan bentuk bersalam yang hormat dan sopan dimana bentuk sapaan sehari-hari adalah berbeda dengan sapaan pada acara marhata marunjuk ‘berbicara adat penuh’. Bentuk sapaan sehari-hari hanya menggunakan kata horas yang berarti sejahtera.

(43)

Tabel 2. Tindak tutur memberkati

No Tindak tutur memberkati Makna Kategori

1. Ro hita tu alaman na marampang na marjual on, pangantaranni anak, pangantaran ni boru on, na marsangap na martua sai sahat martua ma hita tu joloan on.

Kita datang ke halaman yang indah ini, tempat mengantarkan anak laki-laki dan perempuan yang terhormat dan panjang umur semoga kita seluruhnya panjang umur dan banyak keturunan.

Memberkati panjang umur dan banyak keturunan. Representatif

2. Hundul di amak tiar, sai tiar ma panggabean parhorason di hita.

Duduk di tikar, semoga kita mempunyai banyak keturunan dan sehat selalu.

Memberkati supaya sehat selalu dan banyak keturunan. Representatif

3. Ba ro dison pinggan panungkunan, pinggan na hot di hundulanna, hot ma panggabean dohot parhorason dihita on saluhutna.

Disini ada piring yang menjadi pertanyaan, piring yang tepat kedudukannya, semoga kita menjumpai banyak keturunan dan kesehatan seluruhnya. Memberkati banyak keturunan dan sehat selalu Representatif

4. Dison adong parbue sakti (na pir), saipir ma tondinta tu joloan ni arion, sakti madingin sakti matogu sipasindak panaili sipeneang holiholi, asa pir tondi madingin horas tondi matogu sahat sari matua hita tu na patogutogu pahompu. Disini ada beras, semoga jiwa kita baik dihari yang akan dating, kuat dan bahagia membuat penglihatan jadi terang dan badan segar semoga jiwa selalu bahagia sampai tua dan menjaga cucu. Memberkati supaya sehat, panjang umur sampai mempunyai cucu Representatif

(44)

Lanjutan Tabel 2 …

5. Dohot miak mahasa sai miak ma roha ni Ompunta Debata mangoloi nasa pangidoanta tu joloan on.

Begitu juga minyak mahasa semoga Tuhan menyetujui semua permintaan kita.

Memberkati murah rezeki.

Representatif

6. Dohot ringgit si tio soara, sai tio ma pangomoan dohot pansarion tu joloan di hita saluhutna.

Dengan uang logam yang bersuara nyaring, semoga pencaharian semakin baik bagi kita semuanya.

Memberkati murah rezeki dan

pencaharian.

Representatif

7. Dohot demban saur manang demban mauliate, saurma mangolu, tiur boru tubu tipak nang dohot parsaulian tu joloan ni ari on.

Dengan sirih yang indah atau sirih terima kasih, panjang umur, banyak anak perempuan cepat dapat rezeki di kemudian hari. Memberkati panjang umur, banyak anak dan murah rezeki. Representatif

8. Dohot tanggotanggo na bolon, sai tanggoma partuturan haroan marharoan tu joloan on.

Dengan daging yang besar, semoga banyak keturunan kita dihari yang akan datang. Memberkati banyak anak dan lahir dengan selamat. Representatif

9. Sinur na pinahan asa adong hasagathononta, gabe na niula asa adong simahaphononta.

Banyak ternak supaya ada memuaskan kita, serasi apa yang kita tanam supaya ada kita makan.

Memberkati serasi beternak dan berhasil yang di kerjakan. Representatif

10. Sai pamurnasmai tu daging, saudara nang tu bohi.

Semoga itu baik untuk tubuh kita, dan membuat wajah kita menjadi bersahaja.

Memberkati supaya sehat selalu.

(45)

Lanjutan Tabel 2 …

11. Ba sititi ma sihompa godang palupaluna, palupaluna I toho tu ogung oloan, sai manumpak ma Ompunta Debata godangma nang pasupasuna jala pasusunai sai ganup taon marharoan.

Sititilah si hompa besar serunainya, serunainya cocok ke gendang yang indah, semoga Tuhan memberkati kita dan setiap tahun kita mendapat anak .

Memberkati supaya setiap tahun anak lahir dan banyak dapat rezeki. Representatif

12. Gabema hamu na mangalehon sipanganoni gabe nang hami na manganhon.

Banyak keturunanlah kalian yang memberikan makanan dan begitu juga kami yang diberikan.

Memberkati banyak keturunan.

Representatif

13. Gabema hamu na hugabei hami, gabe hami na manggabei hamu horas ma hitaon saluhutna.

Banyak keturunanlah kalian yang kami berkati, begitu juga kami yang memberkati kalian sehat- sehatlah kita seluruhnya. Memberkati banyak keturunan, harta dan selalu sehat. Representatif

14. Jala songon ni dok ni umpasa ma dohonon: Sai situbu laklak mai situbu singkoru solotan bungabunga, situbu anak situbu boru donganna saurmatua. Seperti kata pantun saya katakana: Semoga tumbuh laklak lah tumbuh singkoru diantaranya tumbuh bunga-bunga, lahir anak perempuan dan laki-laki kawan kita sampai lanjut usia.

Memberkati banyak keturunan, bercucu dan bercicit. Representatif

15. Asa bintang na rumiris tu ombun na sumorop, anak periris borupe antong torop.

Bintang yang beriring dan embun yang mencerca, anak laki-laki banyak dan anak perempuan juga ramai.

Memberkati banyak anak laki-laki dan perempuan.

(46)

Lanjutan Tabel 2 …

16. Balintang ma pagabe tu mundalhon sitadoan, arinta do gabe molo denggan hita marsipaolooloan.

Balintanglah pagabe membelakangi sitadoan, kita akan banyak keturunan jika kita saling bekerjasama.

Memberkati banyak harta dan anak.

Representatif

17. Asa hata sigabe-gabe i nama si paliatonta dohot mangido pasu-pasu na uli sian Ompunta Debata, asa jumpang songon ni dokni umpasa: Giringgiring gostagosta, sai mangiringgiring huhut marompaompa.

Jadi kata-kata petuah yang akan kita berikan dan meminta berkat dari Tuhan, Supaya dapat seperti kata pantun: Giringgiring gostagosta semoga dapat anak dan dapat gendongan untuk hari yang akan datang.

Memberkati cepat dapat anak laki-laki dan perempuan. Representatif

18. Asa sitorop dangkana sitorop nang rantingna rugun dohot bulungna, torop hahana torop anggina sai gabe dohot borunta.

Supaya banyak cabangnya banyak rantingnya juga banyak daunnya, banyak abangnya banyak adiknya dan banyak keturunan anak perempuan kita.

Memberkati semua keturunan mempunyai banyak anak. Representatif

19. Ba nungga marliat-liat hata nauli ba sai liatma panggabean parhorasan dihita tu joloan on.

Sudah semuanya mengucapkan petuah semoga kita banyak keturunan dan sehat selalu di hari yang akan datang.

Memberkati banyak anak,harta, dan sehat.

Representatif

20. Gabe ma nasida naung ginabean, gabe ma nang raja na manggabei nasida.

Banyak keturunanlah kalian yang diberkati, banyak keturunan juga raja yang memberkati. Banyak keturunan orang yang memberkati dan yang diberkati. Representatif

(47)

Lanjutan Tabel 2 …

21. Ba sai gabe ma boru/ibebere nami na pinamiuli dohot anak ibebere na mangoli i.

Semoga kedua pengantin nantinya banyak keturunan, harta dan panjang umur di hari yang akan datang.

Memberkati banyak anak, harta dan keturunan. Representatif

22. Sai marrokkap ma songon bagot, marsibar songon ambalang tumpahon ni Ompunta Namartua Debata dohot tumpahon ni angka sahala ni angka raja naliat naloloon.

Semoga berjodoh seperti enau, berbiji seperti ketapel diberkati Tuhan dan juga diberkati roh semuanya raja yang ada di sini.

Memberkati banyak anak.

Representatif

23. Ba songon nidok ni umpasama dohononhu, Tabotabo ni lombu tabo ni gambirian,sai gabema boru I asa adong panailian.

Seperti kata pantun saya katakana: Lemak lembu enak dibuat sambal kemiri, semoga anak perempuan kita banyak keturunan supaya ada tempat mengadu. Memberkati banyak anak dari anak perempuan. Representatif

24. Asa hariara madungdungma madungdung tu bonana,molo tubu anak dohot boru sai lehetlehetma dipurbana. Pohon ara yang rindang ,rindang di pohonnya kalau anak laki-laki dan perempuan lahir semoga cocok dengan bintangnya Memberkati jika anak lahir supaya banyak rezeki. Representatif

25. Jongjongma pusaka i ma tunggal panaluan, horasma bere na dua naung nilobulobuan.

Ditancapkanlah tongkat panaluan, sehat sejahteralah kedua pengantin yang baru di buat acara adatnya.

Memberkati supaya sehat selalu kedua pengantin.

(48)

Tindak tutur hulahula ‘pemberi istri’ yang dituturkan pada saat upacara marunjuk ‘pesta penuh’ ini adalah tindak tutur untuk memberkati pihak borunya pada umumnya supaya mempunyai banyak keturunan, banyak harta, panjang umur dan sehat. Dari tindak tutur hulahula tersebut terlihat keinginan hulahula ‘ pemberi istri’ supaya pihak borunya menjadi orang yang kaya, banyak anak laki-laki dan perempuan, panjang umur dan sehat selalu. Memang dalam budaya Batak Toba hal inilah yang akan dicapai supaya menjadi orang yang dihargai dan terpandang dalam masyarakat. Masyarakat batak Toba mengenal nilai filosopi hamoraon ‘kekayaan’, hagabeon ’banyak keturunan’ dan hasangapon ‘dihormati’. Nilai filosopi inilah yang dijelaskan dan diajarkan kepada kedua mempelai supaya menjadi orang yang terpandang harus mempunyai banyak harta dan banyak keturunan. Pengajaran nilai ini sebenarnya bukan hanya pada saat perkawinan berlangsung tetapi sejak kecil sudah diajarkan secara tidak langsung maknanya tetapi pengajaran langsung dituturkan pada saat acara perkawinan diadakan. Pada masyarakat Batak Toba bahwa sejak mulai seseorang menikah pada saat itulah mulai dia harus mengerjakan adat dalam kehidupannya sebab itu orang yang sudah menikah harus bertanggung jawab kepada keluarga, orangtua, saudara, kelompok keluarga dan terlebih terhadap pihak hulahula ’pemberi istri’.

Masyarakat Batak Toba sekarang ini yang lahir di perantauan sudah tidak mengerti lagi dengan bahasa Batak Toba sehingga dia tidak tahu pula makna dari tindak tutur yang diucapkan oleh hulahula ‘pihak pemberi istri’ saat pernikahan atau upacara adat. Hal ini menjadi kendala dalam masyarakat Batak Toba yang tinggal

(49)

diperantauan tidak lagi mengerti bahasa Batak Toba sehingga nilai-nilai budaya yang ada dalam budayanya sendiri tidak diketahui lagi.

Dalam pengamatan penulis bahwa masyarakat Batak Toba yang lahir dan besar diperantauan yang lebih banyak tidak mengerti makna bahasa Batak Toba yang diucapkan hulahula ‘pemberi istri’ pada saat memberikan tindak tutur memberkati tersebut begitu juga saat memberikan ulos ‘selendang’. Hal ini menjadi masalah dimana mereka beranggapan pesta tersebut hanya seremoni yang tidak ada hikmah yang didapatkan.

Pada masyarakat Batak Toba sebenarnya pemberian berkat pada saat upacara pernikahan itu perlu diperhatikan karena pada saat itulah semua unsur Dalihan Na Tolu ‘tungku nan tiga ‘ hadir dari kedua belah pihak hulahula ’pemberi istri‘, dongan sabutuha ‘kerabat semarga’ dan boru ‘penerima istri.

Tabel 3. Tindak tutur memuji

No Tindak tutur memuji Makna Kategori

1. Ai pat ni gaja tu pat ni hora, anak ni raja do hamu jala pahompu ni na mora.

Kaki gajag ke kaki hora, kalian anak raja dan cucu orang kaya.

Memuji anak raja dan cucu orang kaya.

Representatif

Makna tindak tutur memuji hulahula ‘ pemberi istri ‘ tersebut di atas adalah memuji pihak boru ‘pemberi istri’ adalah anak raja dan cucu orang kaya. Makna tuturan tersebut adalah untuk menjaga muka atau marwah dari pihak penerima istri supaya mereka senang dalam mengadakan pesta tersebut walaupun mengeluarkan

(50)

banyak biaya dan waktu. Tindak tutur memuji ini sangat diperlukan dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba, karena apabila pemberi istri sudah memuji pihak penerima istri itu bermakna bahwa pihak pemberi istri berada dalam suasana senang. Pujian terhadap penerima istri yang dilakukan pihak pemberi istri pada saat upacara sebenarnya menyatakan bahwa pihak pemberi istri sudah puas dan senang terhadap tingkah laku pihak boru ’penerima istri’ dalam menyambut kedatangan hulahula ’pemberi istri’. Hal ini berpengaruh terhadap apa yang akan diberikan oleh pihak penerima istri kepada pemberi istri yaitu besarnya mahar yang disepakati tidak jarang ditambahkan dan pembagian lain akan diberikan dengan jumlah yang lebih banyak pula. Jadi makna puji tersebut sangat berpengaruh terhadap jumlah uang yang akan diberikan oleh penerima istri kepada pemberi istri.

Tabel 4. Tindak tutur meminta

No Tindak tutur meminta Makna Kategori

1. Jala binsan naung porhot rohamu marhaseanghon boru nami, nuaeng dalan nami mangido gumodang panamotan sian hamu.

Jadi kalau kalian suka untuk meminta anak perempuan kami jadi menantu kalian sekarang kami meminta supaya berikan kalian banyak uang maharnya.

Meminta banyak mahar.

Direktif

2. Ba lehon damang ma gumodang panamotanmu i.

Berikanlah banyak uangmu itu.

Meminta banyak uang.

Direktif

3. Nata ma jolo mola adong rohana laho manambai tu lobuan on.

Lain halnya jika ada perhatian mereka untuk menambahi uang ke kumpulan ini.

Meminta untuk menambahi jumlah uang.

(51)

Tindak tutur meminta adalah tindak tutur yang dilakukan oleh hulahula’ pemberi istri’ kepada pihak boru ‘penerima istri’ agar memberikan uang mahar yang banyak kepada hulahula’pemberi istri’.

Dalam budaya Batak Toba apabila uang mahar diberikan banyak itu berarti pihak boru ‘penerima istri’ adalah orang kaya dan pihak pemberi istri merasa dihormati oleh penerima istri. Anggapan seperti inilah yang masih berlaku sampai sekarang dalam budaya Batak Toba sehingga pihak pemberi istri berusaha meminta lebih banyak dari pihak penerima istri. Selain uang mahar yang diberikan ada juga dengan sejumlah uang yang diberikan kepada keluarga pihak pemberi istri yang disebut dengan todoan ‘pembagian’ uang hal ini sering juga diminta lebih banyak untuk dibagi-bagikan kembali .

Budaya meminta kepada pihak penerima istri adalah yang wajar dalam budaya Batak Toba karena pihak penerima istri merupakan tempat mengadu bagi pemberi istri. Dalam budaya Batak Toba bahwa bila pihak boru ’penerima istri’ orang kaya dan dihormati maka pihak pemberi istri juga sangat senang dan bahagia karena pemberi istri ikut terangkat martabatnya oleh pihak boru ‘penerima istri’.

Budaya Batak Toba apabila pihak pemberi istri meminta kepada penerima istri hal ini harus dipenuhi oleh penerima istri, karena pemberi istri adalah yang paling di hormati dan dihargai kedudukannya.

(52)

Tabel 5. Tindak tutur berjanji

No Tindak tutur berjanji Makna Kategori

1. Taringot tu ragiragi pauseang ni sinamot hupasahat hamima i muse di angka ari na naeng ro.

Tentang harta penbagian anak perempuan kami sampaikanlah nantinya pada waktu yang akan datang. Berjanji memberikan bagian pauseang’ harta bagian perempuan. Komisif

Tindak tutur berjanji adalah tindak tutur yang diucapkan hulahula ’pemberi istri’ kepada pihak penerima istri yaitu menjanjikan harta bagian perempuan yang akan diberikan pada waktu yang akan datang.

Dalam budaya Batak Toba adalah bagian harta perempuan atau disebut dengan pauseang biasanya diberikan pada saat upacara perkawinan berlangsung. Orangtua perempuan mengumumkan bagian anak perempuannya di hadapan umum supaya seluruh yang hadir disana menjadi saksi atas pemberian itu. Tetapi pada saat ini sudah kebanyakan memberikan harta pembagian anak perempuan sesudah upacara berlangsung yaitu disaat keluarga pihak boru ‘penerima istri’ datang kerumah hulahula ’pemberi istri. Pada saat itulah diberikan bagian borunya yang dihadiri oleh semua saudara perempuan supaya jelas dan tidak ada perselisihan dikemudian hari. Pada umumnya pemberian tersebut tidak disertai pembuatan surat hanya berbentuk lisan tetapi belum pernah terjadi perselisihan walaupun tidak mempunyai bukti yang sah karena sama-sama memegang teguh janji yang diucapkan.Tindak tutur berjanji

(53)

hanya boleh diucapkan oleh hulahula ’pemberi istri’ kepada pihak borunya ‘ penerima istri’.

Tabel 6. Tindak tutur menyarankan

No Tindak tutur menyarankan Makna Kategori

1. Asa on pe nuaeng, andoshon ma jolo hatai tu suhutmu asa dialusi jala pinaliat hata sigabe-gabe on.

Jadi sekarangpun, berikan dulu kesempatan pada yang buat pesta supaya dijawab dan diberikan waktu untuk memberikan kata-kata petuah pada hadirin.

Menyarankan supaya dijawab.

Representatif

2. Jala pasahat hamuma i tu hami, jala jalo ma inang na tuatua.

Sampaikan kalianlah itu kepada kami dan terimalah ibu.

Menyarankan supaya

diberikan uang mahar.

Representatif

3. Asa ima nuaeng na tinariashon tu jolo ni raja na liat na loloon, asa ria satolop jala sahata saoloan paliathon hata sigabegabei laho mamasumasu hela dohot borunta i.

Itulah yang disampaikan dihadapan raja-raja sekalian,supaya seia sekata memberikan kata-kata petuah untuk memberkati menantu dan anak perempuan kita. Menyarankan supaya seia-sekata dalam menyampaikan berkat. Representatif

Tindak tutur menyarankan ini adalah tindak tutur yang diucapkan oleh hulahula ‘pemberi istri’ kepada boru ‘penerima istri’ supaya dilaksanakan. Menyarankan supaya dibayarkan uang mahar atau dilunasi. Dalam budaya Batak Toba apabila uang mahar belum lunas maka upacara tidak bisa dilanjutkan sebab

(54)

pembayaran uang mahar merupakan yang inti dalam upacara perkawinan. Upacara perkawinan tidak boleh dilakukan apabila mahar tidak ada atau belum dilunaskan.

Tabel 7. Tindak tutur memperingatkan

No Tindak tutur memperingatkan Makna Kategori 1. On do raja ni boru, jaga ninna di tabas

sintong di poda, jagarjagar dope i nuaeng nidokmi ndadai anggo sintongna.

Inilah raja boru kami, hati-hati di mantra dan betul di pengajaran, itu biasa yang kamu bilang itu belum itu yang sebenarnya.

Memperingatkan supaya benar.

Direktif

2. Adat ni ompunta sijolojolo tubu mandok:’molo tu aek ninna hudon huntion, molo tu onan tandok huntion’. Adat nenek moyang kita mengatakan: kalau ke sumur periuk dijingjing, kalau ke pasar pandan dijingjing.

Memperingatkan supaya mematuhi aturan adat.

Direktif

3. Taringot tu sintuhu ni sipanganon tutu sungkun ni parpudi tu sungkun ni parjolo.

Tentang makanan pertanyaan terakhir ke pertanyaan yang pertama.

Memperingatkan supaya

menjalankan semestinya.

Direktif

4. Turtu ninna anduhur tio ninna lote, nasa hata pasupasu I unang lupa unang mose.

Betul kata tekukur jernih kata puyuh, semua kata- kata petuah itu jangan lupa jangan berubah.

Memperingatkan supaya jangan lupa pada berkat.

Direktif

Tindak tutur memperingatkan yang diberikan oleh hulahula ‘pemberi istri’ adalah memperingatkat boru ‘penerima istri’ supaya bertindak benar dan tidak membuat kesalahan dalam hidupnya, yaitu mengutamakan kebenaran dan mematuhi

Gambar

Tabel 1.  Tindak tutur bersalam
Tabel 2.  Tindak tutur memberkati
Tabel 3.  Tindak tutur memuji
Tabel 4.  Tindak tutur meminta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tindak tutur perlokusi yang digunakan dalam mangupa-ngupa pada upacara. perkawinan adat

Dari hasil perolehan 37 data yang ditemukan dalam acara kematian Saur Matua adat Batak Toba yang paling dominan adalah jenis tindak tutur direktif berupa

Pada saat ini upacara adat perkawinan Batak Toba telah berubah seperti tahapan mangalehon tanda hata ( pemberian tanda burju) sudah jarang dilaksanakan, marhori- hori

Simbol yang dimaksud dalam upacara perkawinan adat Batak Toba.. ialah pada saat

4.1.2 Bentuk Eufemisme pada Tindak Tutur Direktif dalam Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Pakpak.. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang

marunjuk masyarakat Batak Toba. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahap-tahap upacara perkawinan pada masyarakat Batak Toba, bentuk wacana, bentuk kohesi dan

Dalam penelitian ini akan dijelaskan kalimat imperatif apa saja yang digunakan dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba beserta makna dan fungsinya..

marunjuk pada upacara adat perkawinan Batak Toba. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menerapkan kerangka pikir pragmatik. Lokasi penelitian ini adalah