PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN SEBAGAI VARIABLE MODERATING: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh:
ADRI FITRIYANI 107017038 / Akt
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN SEBAGAI VARIABLE MODERATING: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
ADRI FITRIYANI 107017038 / Akt
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SEBAGAI VARIABLE
MODERATING : STUDI EMPIRIS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Adri Fitriyani
Nomor Pokok : 107017038
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS. MBA, CPA) (Drs. Firman Syarif, Msi,Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan,
Telah diuji pada
Tanggal : 06 Januari 2014
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS. MBA, CPA Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, Msi,Ak
2. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak
PERNYATAAN
Judul Tesis
“PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SEBAGAI VARIABLE MODERATING: STUDI
EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis
sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam
bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik
yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Medan,
Yang membuat pernyataan
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan (ROE) dan pengaruh struktur kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing sebagai variable moderating mampu memoderasi hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan (ROE). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2012 sebanyak 130 perusahaan. Sampel perusahaan dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling
adalah sebanyak 36 perusahaan dikalikan 3 (tiga) tahun observasi sehingga menjadi 108 data . Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif causal dengan menggunakan jenis data kuantitatif. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia, terutama untuk data laporan keuangan dan annual report perusahaan sampel pada tahun 2010,2011,2012. Model analisis data menggunakan pendekatan model regresi linier sederhana dan uji interaksi, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) CSR
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROE), (2) variabel kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional sebagai variable moderating mampu memoderasi hubungan CSR dengan ROE, sedangkan variable kepemilikan asing sebagai variable moderating tidak mampu memoderasi hubungan CSRdengan ROE
THE INFLUENCE OF THE DISCLOSURE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON FINANCIAL PERFORMANCE OF COMPANY WITH OWNERSHIP STRUCTURE AS MODERATING VARIABLE:
AN EMPIRIAL STUDY ON THE COMPANIES REGISTERED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The objective of the research was to find out and to analyze the influence of the disclosure of corporate social responsibility (CSR) on financial performance (ROE) and the influence of managerial ownership structure, institutional ownership, and foreign ownership as moderating variables which can moderate the correlation between CSR and financial performance (ROE). The population was all 130 companies listed in the Indonesia Stock Exchange. The samples consisted of 36 companies multiplied by three year observations so that there were 108 data. The research used associative causal types, using quantitative data. The data consisted of secondary data which came from P RPM (Center of Capital Market Reference) of the Indonesia Stock Exchange, especially for the
data of financial report and sample of company’s annual report of 2010, 2011,
2013. The model of data analysis wa s simple linear regression model and interaction test, data normality test, and classic assumption test. The result of the research showed that 1) CSR had significant influence on financial performance (ROE), 2) the variable of management ownership could moderate the correlation between CSR and ROE, while the variable of foreign ownership as moderating variable could not moderate the correlation between CSR and ROE.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirrabbil alamin. Puji dan syukur
ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia-NYA serta shalawat dan
salam kita sampaikan kepada Rasullulah Muhammad SAW, yang sangat kita
harapkan safaatnya di kemudian hari kelak, Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Struktur
Kepemilikan Sebagai Variable Moderating: Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
Banyak pihak yang telah memberikan sumbangan baik pikiran dan tenaga
pada proses penulisan tesis ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Magister di Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, Msc, Selaku Direktur Sekola Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya
3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS. MBA, CPA selaku Ketua Program
Studi Magister Akuntansi, selaku Ketua dan anggota komisi pembimbing dan
penguji atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara serta saran dan
masukan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
5. Bapak Drs. Firman Syarif, Msi,Ak, Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, Ibu
Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si,Ak
selaku tim penguji tesis atas saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan
tesis ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Magister Akuntansi atas segala ilmu dan
pengetahuan yang telah diberikan.
8. Ayahanda H. Adnan Syah dan Ibunda Hj. Chairiah serta Kakak (Adri Arianty,
ST) dan adik-adik (M. Adna Miraza, ST, Teti Chairani, SE, dr. Irma Susanti dan Nur’Aliah, SE) atas segala doa dan dukungan yang diberikan.
9. Keumala Hayati, Mesrawati, Olivia V. Nainggolan, Chomz serta rekan-rekan
mahasiswa Ilmu Akuntansi, yang telah memberikan dukungan dan motivasi
kepada penulis
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
masih diharapkan masukan dan perhatian bagi pembaca untuk memberikan saran
yang konstruktif untuk perbaikan. Namun demikian, kiranya tesis ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu akuntansi.
Medan,
RIWAYAT HIDUP
a. Data Pribadi
Nama : Adri Fitriyani
Tempat / tanggal Lahir : Medan / 24 September 1981
Agama : Islam
Nama orang Tua : H. Adnan Syah
Hj. Chairiah
Saudara : Adri Arianty
Mhd. Adna Miraza Teti Chairani Irma Susanti Nur Aliah
Alamat : Jl. Raya Menteng Gang
Benteng No. 28 A Medan b. Pendidikan Formal
- SD Inpres No. 066057 : Medan, Lulus Tahun 1993
- SMP NEGERI 10 : Medan, Lulus Tahun 1996
- SMA Swasta Jend. Sudirman : Medan, Lulus Tahun 1999
- S1 universitas Sumatera Utara : Medan, Lulus Tahun 2004
c. Pengalaman Kerja
- Staf Keuangan PT Jamsostek (Persero) tahun 2004 - 2013
DAFTAR ISI
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
1.5. Originalitas ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Landasan Teori ... 12
2.1.1.Corporate Social Responsibility (CSR) atau Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan ... 12
2.1.2.Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan ... 16
2.1.3.Kinerja Keuangan Peusahaan ... 18
2.1.4.Struktur Kepemilikan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial ... 21
2.1.4.1. Kepemilikan Manajemen ... 22
2.1.4.2. Kepemilikan Institusional ... 23
2.1.4.3. Kepemilikan Asing ... 25
2.2. Review Peneliti Terdahulu ... 27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 32
3.1. Kerangka Konsep ... 32
3.2. Hipotesis ... 35
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 37
4.1. Jenis Penelitian ... 37
4.2. Lokasi Penelitian ... 37
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
4.5. Defenisi dan Metode Pengukuran Variable ... 39
4.6. Metode Analisis Data ... 42
4.6.1. Statistik Deskriptif... 42
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 43
4.6.3. Model Penelitian ... 46
4.6.4. Pengujian Hipotesis ... 49
4.6.4.1. Koefisien Determinasi (R²) ... 50
4.6.4.2. Uji Statistik Signifikansi (Uji Statistik F) ... 50
4.6.4.3. Uji Statistik t ... 51
4.6.4.4. Analisis Regresi Variable Moderating dengan Metode Interaksi ... 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
5.1. Deskriptif Data ... 53
5.1.1. Deskriptif Statistik Variable penelitian ... 53
5.1.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 57
5.1.2.1.Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 57
5.1.2.2.Hasil Pengujian Asumsi Multikolonieritas ... 58
5.1.2.3.Hasil Pengujian Asumsi Autokorelasi ... 59
5.1.2.4.Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 60
5.2.Hasil Analisis dan Pembahasan ... 61
5.2.1. Hasil Pengujian Hipotesis I ... 61
5.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis II... 65
5.2.3. Hasil Pengujian Hipotesis III ... 69
5.2.4. Hasil Pengujian Hipotesis IV ... 72
5.3. Pembahasan... 75
5.3.1. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 75
5.3.2. Kepemilikan Manajamen sebagai Variable Moderating dapat Memoderasi Hubungan Corporate Social Responsibility dengan Kinerja Keuangan ... 77
5.3.3. Kepemilikan Institusional sebagai Variable Moderating dapat Memoderasi Hubungan Corporate Social Responsibility dengan Kinerja Keuangan ... 79
5.3.4. Kepemilikan Asing sebagai Variable Moderating dapat Memoderasi Hubungan Corporate Social Responsibility dengan Kinerja Keuangan ... 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
6.1. Kesimpulan ... 82
6.2. Saran dan Keterbatasan ... 82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping) ... 30
Tabel 4.1. Kriteria Pengambilan Sample ... 42
Tabel 4.2. Defenisi dan Pengukuran Variabel ... 45
Tabel 5.1. Analisis Deskriptif Penelitian Sebebelum LN ... 56
Tabel 5.2. Deskriptif Variable Penelitian setelah Transformasi LN ... 60
Tabel 5.3. Hasil Pengujian Normalitas Model dengan One-Sample ... 61
Tabel 5.4. Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas Model ... 62
Tabel 5.5. Hasil Pengujian Asumsi Autokolerasi Model ... 63
Tabel 5.6. Hasil Uji Glejser Model ... 64
Tabel 5.7. Nilai R Square ... 65
Tabel 5.8. Persamaan Regresi Model ... 66
Tabel 5.9. Nilai Hitung Signifikansi ... 67
Tabel 5.10. Uji Statistik t ... 68
Tabel 5.11. Nilai R Square ... 69
Tabel 5.12. Model Persamaan Regresi ... 69
Table 5.13 Nilai Hitung Signifikansi ... 71
Tabel 5.14. Hasil Pengujian Interaksi Coporate Social Responsibility dan Kepemilikan Manajemen Sebagai Variable Moderating terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... 72
Tabel 5.15. Nilai R Square ... 73
Tabel 5.16. Model Persamaan Regresi Variable ... 73
Tabel 5.18. Hasil Pengujian Interaksi Coporate Social Responsibility
dan Kepemilikan Institusional Sebagai Variable Moderating
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ... 75
Tabel 5.19. Nilai R Square ... 76
Tabel 5.20. Model Persamaan Regresi Variable ... 76
Tabel 5.21. Nilai Hitung Signifikansi ... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual I ... 33
Gambar 3.2. Kerangka Konseptual II ... 34
Gambar 3.3. Kerangka Konseptual III ... 34
Gambar 3.4. Kerangka Konseptual IV ... 35
Gambar 5.1. Grafik Histogram Normalitas ... 59
Gambar 5.2. Normal PP Plot Residual Model ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Checklist Pengungkapan CSR ... 91
Lampiran 2. Daftar Popilasi perusahaan manufaktur yang Terdaftar
di BEI ... 95
Lampiran 3. Daftar Sample Perusahaan manufaktur yang Terdaftar
di BEI 2010-2012 ... 99
Lampiran 4. Daftar Total Pengungkapan Sosial Berdasarkan 7 Kriteria ... 100
Lampiran 5. Deskriptif Statistik sebelum LN ... 103
Lampiran 6. Pengujian Pengaruh Corporate Socia l Responsibility
terhadap Kinerja Keuanga ... 108
Lampiran 7. Pengujian Interaksi Corporate Social Responsibility
dan Kepemilikan Manajemen sebagai Variable Moderating
terhadap Kinerja Keuangan ... 109
Lampiran 8. Pengujian Interaksi Corporate Social Responsibility
dan Kepemilikan Institusional sebagai Variable Moderating
terhadap Kinerja Keuangan ... 110
Lampiran 9. Pengujian Interaksi Corporate Social Responsibility
dan Kepemilikan Asing sebagai Variable Moderating
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap kinerja keuangan (ROE) dan pengaruh struktur kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing sebagai variable moderating mampu memoderasi hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan (ROE). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai dengan 2012 sebanyak 130 perusahaan. Sampel perusahaan dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling
adalah sebanyak 36 perusahaan dikalikan 3 (tiga) tahun observasi sehingga menjadi 108 data . Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif causal dengan menggunakan jenis data kuantitatif. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia, terutama untuk data laporan keuangan dan annual report perusahaan sampel pada tahun 2010,2011,2012. Model analisis data menggunakan pendekatan model regresi linier sederhana dan uji interaksi, uji normalitas data dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) CSR
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (ROE), (2) variabel kepemilikan manajemen dan kepemilikan institusional sebagai variable moderating mampu memoderasi hubungan CSR dengan ROE, sedangkan variable kepemilikan asing sebagai variable moderating tidak mampu memoderasi hubungan CSRdengan ROE
THE INFLUENCE OF THE DISCLOSURE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON FINANCIAL PERFORMANCE OF COMPANY WITH OWNERSHIP STRUCTURE AS MODERATING VARIABLE:
AN EMPIRIAL STUDY ON THE COMPANIES REGISTERED IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE
ABSTRACT
The objective of the research was to find out and to analyze the influence of the disclosure of corporate social responsibility (CSR) on financial performance (ROE) and the influence of managerial ownership structure, institutional ownership, and foreign ownership as moderating variables which can moderate the correlation between CSR and financial performance (ROE). The population was all 130 companies listed in the Indonesia Stock Exchange. The samples consisted of 36 companies multiplied by three year observations so that there were 108 data. The research used associative causal types, using quantitative data. The data consisted of secondary data which came from P RPM (Center of Capital Market Reference) of the Indonesia Stock Exchange, especially for the
data of financial report and sample of company’s annual report of 2010, 2011,
2013. The model of data analysis wa s simple linear regression model and interaction test, data normality test, and classic assumption test. The result of the research showed that 1) CSR had significant influence on financial performance (ROE), 2) the variable of management ownership could moderate the correlation between CSR and ROE, while the variable of foreign ownership as moderating variable could not moderate the correlation between CSR and ROE.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Corporate social responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang
mengemuka di dunia perusahaan nasional maupun perusahaan multinasional.
Perusahaan di dunia khusus di Indonesia telah banyak yang melaksanakan
tanggung jawab sosialnya di masyarakat.
Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang
positif maupun negatif. Di satu sisi perusahaan menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat, namun disisi lain tidak jarang masyarakat dan lingkungan
mendapatkan dampak buruk dari aktivitas perusahaan. Banyak perusahaan yang
dianggap telah memberikan kontribusi kemajuan ekonomi dan teknologi bagi
masyarakat, tetapi mendapatkan kritikan karena telah menciptakan masalah sosial
dan lingkungan.
CSR merupakan klaim agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk
kepentingan pemegang saham saja, tetapi juga untuk orang lain di sekitarnya
dalam praktek bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM,
konsumen dan lingkungan. Global Compact Initiative (2002) menyebutkan
pemahaman ini dengan 3P (Profit, People, Pla net) , yaitu tujuan bisnis tidak
hanya mencari laba (Profit), tetapi juga mensejahterakan orang (P eople), dan
menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007).
produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan
kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM) (Monika dan
Hartanti, 2008). Di Indonesia, kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan
sudah mulai berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan yang
mengatur hal tersebut dalam Undang-undangan No.40 tahun 2007 tentang Persero
Terbatas, pada bab IV bagian kedua pasal 66 (2), poin c yang mengatur tentang
laporan tahunan, disebutkan bahwa direksi harus menyampaikan laporan tahunan
yang sekurang-kuranganya memuat laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Lebih jauh lagi, dalam Undang-undang No 40 Pasal 74 Tahun
2007, bab V tentang Tanggung Jawab Sosial. Pada pasal 74 (1), (2), (3) dan (4)
disebutkan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
ada/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan yaitu berupa biaya yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan
kepatuhan dan kewajaran. Apabila perusahaan tidak melakukan kewajiban
tersebut maka akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
dan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah Nomor 47 Tahun 2012. Kemudian agar dapat
berkesinambungan perusahaan sangat perlu mempertimbangkan lingkungan
sosialnya dalam melakukan pengambilan keputusan.
Mirfazli dan Nurdiono (2005) menyatakan bahwa kehilangan rekanan
bisnis ataupun resiko terhadap citra perusahaan (brand risk) akan berdampak pada
dikatakan bahwa tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan adalah
sebagai investasi bukan sebagai beban karena akan mendatangkan keuntungan
bagi perusahaan. Selain itu tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan
dengan benar juga akan memperkecil resiko terjadinya berbagai biaya sosial yang
mungkin terjadi akibat kelalaian perusahaan.
CSR memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan. Pengambilan
keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan,
saat ini sudah tidak relevan lagi. Eipstein dan Freedman (1994), dalam Anggraini
(2006), menemukan bahwa investor individual tertarik terhadap informasi sosial
yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Informasi tersebut berupa keamanan dan
kualitas produk serta aktivitas lingkungan. Selain itu mereka menginginkan
informasi mengenai etika, hubungan dengan karyawan dan masyarakat. Untuk itu
dibutuhkan suatu sarana yang dapat memberikan informasi mengenai aspek sosial,
lingkungan dan keuangan secara sekaligus. Sarana tersebut dikenal dengan nama
laporan keberlanjutan (sustainability reporting).
Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan
memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media
termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Haniffa dan Coke, 2005). Hal yang
sama juga dikemukan oleh Kiroyan (2006) yang menyatakan bahwa dengan
menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan
memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan
Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan terbukti memiliki dampak
produktif yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian
ini mengindikasikan bahwa perilaku etis perusahaan berupa tanggung jawab sosial
terhadap lingkungan sekitarnya memberikan dampak positif, yang dalam jangka
panjang akan tercermin pada keuntungan perusahaan dan peningkatan kinerja
keuangan (Dahlia dan Siregar, 2008).
Para pengusaha beragumen bahwa CSR tidak boleh dipaksakan karena
bersifat sukarela dan menjadi bagian dari strategi perusahaan. Mewajibkan
perseoran menyisihkan dana CSR melanggar hak asasi manusia dan merugikan
kepentingan pemegang saham karena akan meningkatkan biaya dan menurunkan
laba perseroan. Penurunan laba berdampak pada penurunan jumlah deviden yang
diterima pemegang saham dan nilai ekuitas perusahaan. Selain itu kewajiban CSR
akan menimbulkan komplikasi masalah yang merugikan dunia bisnis.
Menurut Pambudi (2006), terdapat berbagai variasi cara pandang
perusahaan terhadap CSR, apakah hal ini dianggap sebagai hal yang penting atau
tidak. Cara pandang ini selanjutnya akan memengaruhi praktik CSR yang
dilakukan oleh perusahaan dan juga akan berdampak pada pengungkapan CSR
yang disusunnya. Sejauh ini terdapat tiga cara perusahaan memandang CSR.
Pertama, sebagai strategi perusahaan yang pada akhirnya mendatangkan
keuntungan. Kedua, sebagai compliance (ketaatan) karena nantinya ada hukum
yang memaksa penerapannya. Ketiga, yang melakukannya beyond compliance
karena perusahaan merasa sebagai bagian dari komunitas. Perusahaan yang
dan manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategik dan sustainable
akan dapat menumbuhkan citra positif serta mendapatkan kepercayaan dan
dukungan dari masyarakat (Wibisono, 2007:66). Selain tuntutan masyarakat,
tekanan dari pemerintah juga berperan dalam mendorong perusahaan untuk
memperhatikan tanggung jawab sosialnya (Cahyandito dan Ebinger, 2005).
Tekanan pemerintah ini diwujudkan dalam berbagai peranan dan undang-undang
yang mengatur perusahaan dengan lingkungan sosialnya yaitu dinyatakan dalam
Undang-undang No. 40 Tahun 2007.
Penelitian mengenai CSR terhadap kinerja perusahaan telah banyak
dilakukan baik di Indonesia maupun di negara lain. Penelitian yang
menginvestigasi hubungan CSR dan kinerja perusahaan yang meliput kinerja
keuangan dan kinerja ekonomi di lakukan oleh Mahoney, et al (2003) yang
meneliti hubungan antara kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan kinerja
keuangan (return on equity/ROE dan return on assets/ROA) dengan variable
kontrol debt assets ratio dan assets. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan positif antara kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan kinerja
keuangan. Balbanis, dkk (1988) meneliti mengenai pengaruh pengungkapan CSR
terhadap profitabilitas pada perusahaan yang listing di London Stock Exchange.
Hasilnya menunjukkan bahwa pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan
berkolerasi positif terhadap profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, tetapi
berkolerasi negatif terhadap kinerja pasar. Penelitian Balbanis juga didukung oleh
Heal dan Garret (2004) yang mengatakan bahwa aktivitas CSR dapat menjadi
kepada manajemen resiko dan memelihara hubungan yang dapat memberikan
keuntungan jangka panjang perusahaan.
Di Indonesia penelitian mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja
perusahaan telah banyak dilakukan diantaranya penelitian Dahlia dan Siregar
(2008) mengatakan bahwa ada kolerasi positif dan signifikan CSR terhadap
kinerja keuangan perusahaan, tetapi berkolerasi negatif terhadap cumulative
abnormal return (CAR). Cahyono dan Yuyetta (2009) menyatakan CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROE dan
abnormal return.
Hackston & Milne (1999) mengatakan bahwa perusahaan yang
berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai
tanggung jawab sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan
meningkatkan penjualan. Anggraini (2006) dari hasil penelitiannya menemukan
bahwa persentase kepemilikan manajemen berpengaruh terhadap kebijakan
perusahaan dalam mengungkapkan informasi sosial sesuai dengan yang
diprediksi. Semakin besar kepemilikan manajemen di dalam perusahaan, manajer
perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan informasi sosial dari
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di dalam program CSR.
Dalam teori korporasi modern, struktur kepemilikan akan mempengaruhi
kinerja organisasi. Kepemilikan oleh manajemen (inside ownership) dapat
membantu mensejajarkan kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang
saham sehingga mereka akan menanggung biaya yang sama jika mereka lalai atau
peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena
kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan
untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen (Kartikawati,
2007). Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya melihat
keuntungan yang akan didapat berasal dari para stakeholder-nya, secara tipikal
berdasarkan atas home market (pasar tempat beroperasi) yang dapat memberikan
eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang (Barkemeyer, 2007). Dalam
mencapai tujuan tersebut, perusahaan multinasional haruslah menjalin hubungan
baik dengan para stakeholder. Perusahaan multinasional yang dimiliki oleh
pengusaha Eropa dan United State diyakini dapat menjalin hubungan yang lebih
baik dengan para stakeholder yang ada. Hal ini disebabkan pengusaha yang
berasal dari benua paling maju ini mengenal betul cara menjaga legitimasi dan
reputasi perusahaan. Untuk menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan,
perusahaan multinasional mengungkapkan tanggung jawab sosial sebagai
kepedulian mereka terhadap para stakeholder yang ada. Pengungkapan tanggung
jawab sosial yang dilakukan perusahaan multinasional terutama perusahaan Eropa
dan United State sangat mengedepankan isu-isu sosial; seperti hak asasi manusia ,
pendidikan, tenaga kerja dan isu lingkungan (Machmud dan Djakman, 2008).
Dengan pengungkapan informasi mengenai tanggung jawab sosial yang baik akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kinerja
perusahaan nantinya akan meningkat apabila perusahaan dapat mengungkapkan
Fenomena perkembangan isu CSR secara khusus dibahas oleh majalah
MIX edisi 16 Oktober 2006. Menurut penelusurannya, dalam lima tahun terakhir
ini istilah CSR sangat popular di Indonesia. Banyak perusahaan antusias
menjalankannya karena beberapa hal, antara lain; dapat meningkatkan citra
perusahaan dan dapat menjamin keberlangsungan perusahaan. Warta Ekonomi
pada tahun 2006 (dalam Sayekti dan Wondabio 2007) melaporkan bahwa
perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai
bagian dari strategi bisnisnya.
Fenomena lain yang berkaitan dengan pelanggaran tanggung jawab sosial
perusahaan juga telah terjadi di Indonesia. Kasus-kasus seperti banjir lumpur
panas Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo, Jawa Timur, pencemaran Teluk Buyat di
Minahasa Selatan oleh PT. Newmont Minahasa Raya, pembakaran hutan oleh
perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan, masalah
pemberdayaan masyarakat suku di wilayah pertambangan Freeport di Papua,
konflik masyarakat Aceh dengan Exxon mobil yang mengelola gas bumi di Arun,
dana dan temuan BPK berkaitan dengan cost recovery yang ditengarai banyak
mengandung penyelewengan dari para kontraktor kontrak kerjasama (KKKS)
BPMIGAS membuat masyarakat selalu berpandangan negatif akan kegiatan
operasional suatu entitas bisnis (www.csrindonesia.com)
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah untuk melihat secara empiris :
1. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
berpengaruh terhadap return on equity (ROE) pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012?
2. Apakah struktur kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional dan
kepemilikan asing sebagai variable moderating mampu memoderasi
hubungan CSR dengan ROE?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan menganalisis:
1. Pengaruh pengungkapan CSR terhadap ROE pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2010–2012
2. Pengaruh struktur kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional dan
kepemilikan asing sebagai variable moderating mampu memoderasi
hubungan CSRdengan ROE.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat kepada peneliti, tetapi
juga bermanfaat bagi akademisi dan perusahaan.
1. Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan Peneliti khususnya tentang
kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional dan kepemilikan asing
sebagai variable moderating mampu memoderasi hubungan CSR dengan
ROE.
2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
meningkatkan pengetahuan mengenai CSR dengan segala komponen yang
mempengaruhinya khususnya pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI)
3. Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang
pentingnya CSR dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan
kebijaksanaan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada
lingkungan sosial.
1.5. Originalitas
Penelitian ini didasarkan pada penelitian Dahlia dan Siregar (2008), hasil
penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengungkapan corporate social
responsibility dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap
variable ROE sebagai proksi dari kinerja keuangan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, adalah:
1. Penelitian ini mengambil 3 (tiga) tahun periode penelitian yaitu tahun 2010,
2011 dan 2012. Sedangan penelitian sebelumnya mengambil 2 (dua) tahun
2. Penelitian ini membatasi sample pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2012, sedangkan peneliti sebelumnya mengambil
sample semua perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
3. Penelitian ini menambahkan variable struktur kepemilikan manajemen,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Corporate Social Responsibility (CSR) atau Pertanggungjawaban Sosial
Perusahaan
Menjalankan bisnis dengan cara yang mampu melestarikan lingkungan
hidup (CSR) lebih dari sekedar terobosan hubungan kemasyarakatan yang baik
tetapi juga merupakan bisnis yang baik. Masalah tanggung jawab sosial muncul
ketika suatu perusahaan menetapkan misi bisnisnya dimana kebijakan sosial
secara langsung mempengaruhi konsumen, produk dan jasa, pasar, teknologi,
profitabilitas, konsep diri dan citra publik perusahaan.
Perusahaan menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga
tergantung dari hubungan perusahaan, masyarakat dan lingkungan dimana dia
beroperasi. Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan
salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan
melegitimasikan kontribusi perusahaan dari sisi ekonomis dan politis (Guthrie dan
Parker, 1990)
CSR adalah wujud dari kepedulian dan sensitifitas perusahaan untuk ikut
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan, serta merupakan
bagian dari upaya investasi yang mendukung keberlanjutan dari usaha yang
dikembangkan, tak terpisah dari strategi jangka panjang. Pola umum CSR di
filantropi atau lembaga donor dan para penyumbang dana bantuan (corporate,
dll). Kedua, kelompok perantara yaitu lembaga/organisasi nirlaba yang mengelola
dan menyalurkan dana bantuan (grant-making institution). Ketiga, kelompok
penerima dana bantuan yaitu lembaga swadaya masyarakat, dan
kelompok-kelompok masyarakat sipil lainnya yang memperoleh dan memanfaatkan dana
bantuan.
Praktek pengungkapan informasi CSR bervariasi diantara waktu ke waktu
dan antar negara. Pengungkapan CSR untuk meningkatkan citra perusahaan yang
ingin dilihat sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
di sekitar aktivitas perusahaan.
Menurut Darwin, 2004, dalam Anggraini, 2006, Pertanggungjawaban
Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya
dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi
di bidang hukum.
Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD), Corporate Social Responsibility didefinisikan sebagai komitmen
bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan,
melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga
mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun
Menurut Wikipedia, defenisi CSR adalah suatu konsep bahwa organisasi,
perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang
usaha, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.
Dalam prakteknya, terdapat berbagai bentuk pengaplikasian CSR. Peranan CSR
dalam perusahaan sangat penting. Peranan CSR bagi perusahaan adalah
keberadaan perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan dan mendapatkan citra
(image) positif dari masyarakat luas, mempertahankan SDM berkualitas,
meningkatkan pengambilan keputusan pada hal kritis dan mempermudah
pengelolaan manajemen risiko serta memperoleh akses modal.
Dari beragam defenisi CSR, ada satu kesamaan bahwa CSR tidak bisa
lepas dari kepentingan shareholder dan sta keholder perusahaan. Mereka adalah
pemilik perusahaan, karyawan, masyarakat, negara dan lingkungan. Konsep inilah
yang kemudian diterjemahkan oleh John Elkington sebagai triple bottom line
yaitu profit, people dan planet. Maksudnya tujuan CSR harus mampu
meningkatkan laba perusahaan, mensejahterakan karyawan dan masyarakat,
sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan (Titisari, 2009).
Konsep CSR melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah,
lembaga sumber daya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini
tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab
bersama secara sosial antara stakeholders dan shareholder
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan
yang disebut Sustainibility Reporting. Sustainibility Reporting adalah pelaporan
organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Sustainibility Reporting harus menjadi dokumen
strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang
Sustainibility Development yang membawanya menuju kapada core business dan
sektor industrinya.
Secara prinsip, informasi tentang aktivitas kinerja sosial dan lingkungan
perusahaan (CSR) memang harus disajikan dalam laporan keuangan. Alasannya, laporan keuangan merupakan “media” komunikasi informasi tentang posisi
keuangan dan kinerja aktivitas pendapatan, pembiayaan dan laba rugi perusahaan
pada suatu priode kepada stakeholder. Dari media laporan keuangan, para
stakeholder (investor, kreditur, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat)
bisa menilai kekuatan, keuntungan, resiko, prospek dan keberlanjutan suatu
perusahaan sebelum mengambil suatu keputusan. Karena itu, sebagai media
komunikasi, laporan keuangan memang harus menyertakan informasi investasi,
pembiayaan, aktivitas dan kinerja CSR agar para stakeholder bisa mengetahui
informasi perusahaan secara utuh sebelum mengambil keputusan ekonomi.
Menurut Wibisono (2007), manfaat perusahaan menerapkan CSR antara
lain :
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan
b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan
d. Melebarkan akses sumberdaya bagi operasional perusahaan
f. Mereduksi biaya, misalnya biaya yang terkait dengan dampak pembuangan
limbah
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
j. Peluang mendapatkan penghargaan
2.1.2. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut
sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting
(Mathews, 1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996),
merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi organisasi terhadap kelompok khususnya yang berkepentingan dan
terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung
jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk
menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang
saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai
tanggung jawab yang lebih luas dibandingkan hanya mencari laba untuk
pemegang saham (Gray et. al, 1987) dalam Eddy 2005.
Setiap unit/pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang
saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai
tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan,
sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.
Glouter dalam Utomo (2000) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam
wacana Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial adalah:
1. Kemasyarakatan
Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan,
misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta
pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.
2. Ketenagakerjaan
Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam
perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi : rekruitmen, program
pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya.
3. Produk dan Konsumen
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain
kegunaan durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan,
kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.
4. Lingkungan Hidup
Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi
pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan
perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan
2.1.3. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bermanfaat untuk memberikan
informasi mengenai tampilan tentang kondisi keuangan perusahaan selama
periode waktu tertentu. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut Honger
(2007 : 372) mempunyai tujuan untuk mengukur kinerja bisnis dan manajemen
dibandingkan dengan sasaran perusahaan.
Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi
perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan
lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk
melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi mereka di perusahaan
tersebut atau mencari alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk
memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat
secara umum bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik.
Dalam bukunya Halim (2003: 17) (website jurnal-sdm) yang berjudul “Analisis Investasi ” menyebutkan bahwa ide dasar dari pendekatan fundamental
ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Apabila
kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang
tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan
modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham . Sebaliknya apabila
terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan
penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Atau dapat dikatakan bahwa
Ada tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
secara kuantitatif (Hanafi, 2003: 76), yaitu:
a. Ukuran kriteria tunggal (single criteria ) adalah ukuran kinerja yang hanya
menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kelemahan apabila
kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja yaitu orang akan cenderung
memusatkan usahanya pada kriteria pada usaha tersebut sehingga akibatnya
kriteria lain diabaikan, yang kemungkinan memiliki arti yang sama pentingnya
dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan.
b. Ukuran kriteria beragam (multiple criteria) adalah ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kriteria manajer. Kriteria
ini mencari berbagai aspek kinerja manajer, sehingga manajer dapat diukur
kinerjanya dari beragam kriteria.Tujuan penggunaan beragam ini adalah agar
manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai
kinerja.
c. Ukuran kriteria gabungan (composite criteria ) adalah ukuran kinerja yang
menggunakan berbagai macam ukuran , untuk memperhitungkan bobot
masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran yang
menyeluruh kinerja manajer. Kriteria gabungan ini dilakukan karena
perusahaan menyadari bahwa beberapa tujuan lebih penting dibandingkan
dengan tujuan yang lain, sehingga beberapa perusahaan memberikan bobot
angka tertentu pada beragam kriteria untuk mendapatkan ukuran tunggal
Dalam proses pengambilan keputusan dari evaluasi terhadap kinerja
perusahaan, investor cenderung lebih menyukai alternatif pengukuran kinerja
yang mencerminkan laba yang tinggi (Honger, 1992:406). Indikator pengukuran
kinerja keuangan perusahaan yang sering di pakai adalah EPS (Earnings per
Share), ROI (Return on Invesment), dan ROE (Return on Equity) merupakan
pengukur kinerja yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dan pengendalian atas investasi perusahaan.
Return on invesment/ROI merupakan perbandingan laba dengan investasi
yang digunakan untuk menghasilkan laba (Mulyadi, 1997). ROI menunjukkan
seberapa banyak laba bersih yang biasa di peroleh dari seluruh kekayaan yang di
miliki perusahaan. Untuk itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata)
kekayaan perusahaan (Husna,1998) dalam Hery (2009).
Analisis rasio keuangan bertujuan untuk menilai kinerja keuangan suatu
perusahaan (Mardiyanto 2009:51).Untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba jenis rasio keuangan yang digunakan adalah rasio
profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kinerja
perusahaan secara keseluruhan dan efesiensi dalam pengelolaan aktiva, kewajiban
dan kelayakan rasio ini terdiri atas gross profit margin, operating profit margin,
net profit margin, cash flow margin, return on asset (ROA), return on equity
(ROE) dan cash return asset (Fraser 1992 dalam Sugiono dan Untung(2008:61).
Alat pengukuran kinerja keuangan yang paling populer diantara penanam
modal dan manajer senior adalah hasil atas hak pemegang saham (return on
Sendiri. ROE merupakan ratio antara laba bersih setelah pajak terhadap
penyertaan modal sendiri, yang berarti juga merupakan ukuran untuk menilai
seberapa besar tingkat pengembalian dari saham sendiri yang ditanamkan dalam
bisnis yang bersangkutan (Gatot Widiyanto, 1993)
2.1.4. Struktur Kepemilikan dengan Pengungkapan Pertanggungjawaban
Sosial
Struktur kepemilikan perusahaan merupakan salah satu mekanisme dalam
corporate governance (Gunarsih, 2003). Struktur kepemilikan menggambarkan
komposisi kepemilikan saham dari suatu perusahaan. Struktur kepemilikan juga
menjelaskan komitmen pemilik untuk mengelola dan menyelamatkan perusahaan
(Wardhani,2006).
Struktur kepemilikan merupakan salah satu dari karakteristik perusahaan.
Karena sudah banyak penelitian yang menguji karakteristik perusahaan terhadap
pengungkapan pertanggungjawaban sosial, maka dalam penelitian ini difokuskan
hanya meneliti struktur kepemilikan perusahaan. Karena pengaruh tekanan global
yang meminta transparansi dan akuntabilitas serta isu-isu global yang dihadapi
perusahaan multinasional, para investor sekarang juga mempertimbangkan kinerja
keuangan dan kinerja sosial dalam keputusan investasinya. Dalam suatu
perusahaan, ada dua jenis shareholder yaitu affiliated shareholder dan
nonaffiliated shareholder. Non affiliated shareholder merupakan pemegang
saham yang tidak terkait langsung dengan kegiatan perusahaan, seperti
merupakan pemegang saham yang terkait langsung dengan aktivitas perusahaan,
seperti manager.
2.1.4.1. Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan manajemen adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan (Cristiawan dan Tarigan 2007). Kepemilikan manajemen
diukur dengan manggunakan rasio antara jumlah saham yang dimiliki manajer
atau direksi terhadap total saham yang beredar (Rustendi dan Jummi, 2008)
Wahidawati (2002) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen adalah
persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh direksi, manajer dan dewan
komisaris. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan
akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat
sebagai akibat kepemilikan manajemen meningkat.
Konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi besar ketika
kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil. Manajer akan berusaha
untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan kepentingan
perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan
maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai
perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah.
Manajer akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan
image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas
Hasil penelitian Mudambi dan Nicosia (1995) menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Jansen Meckling (1976) menyatakan bahwa guna mengurangi konflik
kepentingan antara principal dan agen dapat dilakukan dengan meningkatkan
kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan. Dengan memiliki bagian saham
di dalam perusahaan, keinginan dan kepentingan manajer yang pada dasarnya
berbeda dapat disatukan dengan keinginan dan kepentingan pemegang saham
yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Melalui kepemilikan manajerial manajer
ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula
menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang
salah.
Retno (2006) meneliti mengenai pengungkapan informasi sosial dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan
tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI). Retno
mengatakan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan
termasuk dalam industri yang memiliki resiko politis yang tinggi cenderung
mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lain
2.1.4.2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank,
perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain).
Kepemilikan institusional merupakan pemegang saham terbesar sehingga
Investor institusional dapat meminta manajemen perusahaan untuk
mengungkapkan informasi sosial dalam laporan tahunannya untuk transparansi
kepada stakeholders untuk memperoleh legitimasi dan menaikkan nilai
perusahaan melalui mekanisme pasar modal sehingga mempengaruhi harga saham
perusahaan (Brancato dan Gaughan,1991 dalam Fauzi, Mahoney, dan Rahman,
2007).
Coffey dan Fryxell (1991) menemukan bahwa tingkat pengungkapan
corporate social performance yang tinggi akan menarik investor, khususnya
investor institusional. Waddock dan Graves (1994) menemukan bahwa
kepemilikan institusional yang ditunjukkan oleh jumlah institusi yang memiliki
saham di suatu perusahaan berpengaruh signifikan secara positif terhadap
corporate social performance. Sedangkan, kepemilikan institusional yang
ditunjukkan oleh persentase saham yang dimiliki oleh institusi di suatu
perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap corporate social
performance.
Machmud dan Djakman (2008) menemukan bahwa kepemilikan institusi
yang terdiri dari perusahaan perbankan, asuransi, dana pensiun, dan asset
management di Indonesia belum mempertimbangkan tanggung jawab sosial
sebagai salah satu kriteria dalam melakukan investasi, sehingga para investor
institusi ini juga cenderung tidak menekan perusahaan untuk mengungkapan
corporate social responsibility secara detail (menggunakan indikator GRI dalam
2.1.4.3. Kepemilikan asing
Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
perusahaan multinasional. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak
yang dianggap concern terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan (Machmud dan Djakman, 2008)
Menurut Hadi dan Sabeni (2002) bahwa perusahaan asing mendapat
pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar
negeri, perusahaan asing mungkin memiliki sistem informasi yang lebih efisien
untuk memenuhi kebutuhan internal dan perusahaan induk serta kemungkinan
permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan,
pemasok, dan masyarakat umum.
Seperti diketahui, negara-negara luar terutama Eropa dan United State
merupakan negara-negara yang sangat memperhatikan isu-isu sosial seperti
pelanggaran hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan
seperti, efek rumah kaca, pembakaran liar, serta pencemaran air (Machmud dan
Djakman, 2008). Hal ini juga yang menjadikan dalam beberapa tahun terakhir ini,
perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi
demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Simerly dan Li, 2001 dalam
Fauzi, 2006).
Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya
melihat keuntungan legitimasi berasal dari para stakeholder-nya dimana secara
memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang (Barkemeyer, 2007;
Machmud dan Djakman, 2008).
Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang
dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat
disekitarnya. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan
foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan
lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Fauzi (2006) menemukan bukti empiris bahwa pencapaian dari aspek
sosial antara perusahaan nasional dengan perusahaan multinasional adalah sama.
Sedangkan dari aspek lingkungan, pencapaian perusahaan multinasional yang ada
di Indonesia lebih baik dari pada perusahaan nasional. Tidak ada hubungan antara
kinerja sosial dengan kinerja keuangan dalam perusahaan nasional. Sedangkan
dalam perusahaan multinasional terdapat hubungan antara kinerja sosial dan
kinerja keuangan. Berarti perusahaan dengan kepemilikan asing akan cenderung
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial yang lebih besar karena mempunyai
dana yang besar untuk mendanai kegiatan sosial dan lingkungan.
Tanimoto dan Suzuki (2005) melihat luas adopsi GRI dalam laporan
tanggung jawab sosial pada perusahaan publik di Jepang, membuktikan bahwa
kepemilikan asing pada perusahaan publik di Jepang menjadi faktor pendorong
terhadap adopsi GRI dalam pengungkapan tanggung jawab sosial.
Berbeda dengan hasil penelitian oleh Marwatta (2001) dalam Machmud
signifikan antara struktur kepemilikan asing terhadap pengungkapan sukarela
dalam laporan tahunan perusahaan Indonesia.
Konsisten dengan hasil penelitian Marwata (2006), Machmud dan
Djakman (2008) menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
kepemilikan asing terhadap CSR disclosure. Kepemilikan asing dalam perusahaan
di Indonesia tidak menggambarkan tingginya indeks GRI sebagai ukuran
pengungkapan CSR. Kemungkinan yang mendasari perusahaan dengan
kepemilikan asing terutama Eropa dan Amerika ini memiliki pengungkapan yang
relatif kecil karena jika kepemilikan mereka pada perusahaan di Indonesia
dikonsolidasikan dengan perusahaan induk di negara asal maka kemungkinan
persentase kepemilikan tersebut sangat kecil, sehingga mereka menjadi kurang
memperhatikan pengungkapan CSR sebagai suatu hal yang penting untuk
diungkapkan kepada publik dan lebih banyak perusahaan unregulated company
sehingga pengungkapan CSR cenderung tidak menjadi fokus utama perusahaan
dalam menyajikan laporan tahunan.
2.2. Review Peneliti Terdahulu
Banyak literatur yang menegaskan bahwa aktivitas CSR yang tertuang
dalam pengungkapan sosial perusahaan berpengaruh dan memiliki hubungan
positif dengan kinerja perusahaan. Dalam penelitian empiris, beberapa peneliti
telah mencoba untuk mengungkapkan hal ini dalam berbagai perspektif yang
berbeda.
dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Moderating” yang mengambil
sampel perusahaan manufaktur dari perusahaan publik yang tercatat di BEI pada
tahun 2006 dan 2008. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa tidak ada
pengaruh pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan ROE dan kepemilikan asing sebagai variable moderating tidak dapat
mempengaruhi pengungkapan CSR dan kinerja keuangan.
Arida (2010), yang meneliti Pengaruh kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja keuangan
yang melakukan studi kasus pada perusahaan manufaktur Go Publik di bursa efek
Indonesia. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial,
kepemilikan Institusional dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan secara parsial, kepemilikan
manajemen berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan dan kepemilikan
institusional dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan
Dahlia dan Siregar (2008), “Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Pada perusahaan yang Tercatat Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 dan 2006)” menyimpulkan bahwa
pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan (ROE) dan corporate social responsibility berpengaruh positif
terhadap kinerja pasar (CAR).
Nurlela dan Islahuddin (2008), Pengaruh Corporate Social Responsibility
Variable Moderating (Studi Empiris Pada perusahaan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). Dalam penelitiannya menemukan bahwa Corporate Social
Responsibility, prosentase kepemilikan manajemen, serta interaksi antara
Corporate social Responsibility dengan persentase kepemilikan manajemen
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Anwar. dkk (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dan Harga Pasar” yang mengambil data sekunder time series dari
Bursa efek Indonesia (BEI) priode 2007 sampai dengan 2009 menyimpulkan
bahwa ROA (Return on Asset), ROE (Return 0n Equity), dan EVA (Economic
Value Added) dan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif
terhadap harga saham. Dari pengujian hipotesis ada pengaruh signifikan antara
ROA (Return on Asset), ROE (Return 0n Equity), EVA (Economic Value Added)
dan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap harga saham secara parsial
dapat diterima. Penelitian yang meneliti perusahaan manufaktur, komunikasi dan
bank yang terdaftar di Bursa efek Jakarta ini juga menyimpulkan bahwa
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) memberi pengaruh positif
terhadap hubungan antara kinerja keuangan perusahaan dan harga saham di pasar
modal.
Tabel 2.1
Review Peneliti Terdahulu(Theoritical Mapping)
(CSR) terhadap
Nurlela dan
antara kinerja keuangan perusahaan dan harga saham di pasar modal
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan meningkatkan kinerja
perusahaan. Dalam menjalankan kinerja perusahaan saat ini, perusahaan haruslah
memperhatikan dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup, karena kinerja
perusahaan yang diikuti dengan tiga hal tersebut dapat menjamin perusahaan
berkembang secara berkelanjutan dan menciptakan keseimbangan antara
kepentingan – kepentingan ekonomi, lingkungan dan masyarakat. Kinerja
perusahaan sendiri dapat dilihat dari beberapa aspek salah satunya adalah tingkat
profitabilitas (ROE) sebagai ukuran kinerja keuangan suatu perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan dihadapi
tuntutan yang tinggi dari lingkungan dan masyarakat. Perusahaan dituntut untuk
dapat mengembalikan sebagian dari keuntungan tersebut bagi lingkungan sekitar.
Dengan demikian perusahaan dengan tingkat keuntungan yang tinggi akan
mengungkapkan informasi CSR yang lebih banyak dibandingkan dengan
perusahaan dengan tingkat keuntungan yang lebih rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja keuangan perusahaan,
salah satu faktor yang pernah diteliti dan diduga mempengaruhi kinerja keuangan
adalah CSR. Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah pertama yang telah
Gambar 3.1 Kerangka Konsep I
Dari kerangka konsep pada Gambar 3.1 menjelaskan hubungan CSR
sebagai variable independen dengan kinerja keuangan yang diproksikan dengan
ROE sebagai variable dependen.
Struktur kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari
suatu perusahaan. Struktur kepemilikan juga menjelaskan komitmen pemilik
untuk mengelola dan menyelamatkan perusahaan.
Kepemilikan manajemen adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan (Cristiawan dan Tarigan 2007). Semakin besar kepemilikan
manajemen di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam
memaksimalkan kinerja keuangan.
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh
institusi seperti perusahaan asuransi, bank dan perusahaan-perusahaan investasi.
Kepemilikan oleh institusi akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya
terhadap keberadaan manajemen (Kartikawati, 2007). Hasil penelitian Kartikawati
(2007) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan. CSR (X)
Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
perusahaan multinasional. Perusahaan dengan kepemilikan asing di dalamnya
lebih tanggap terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang berkembang saat ini.
Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern
terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan (Djakman dan
Machmud, 2008).
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah kedua yang telah di
uraikan diatas, maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2 Kerangka Konsep II
Dari kerangka konsep II pada Gambar 3.2 menjelaskan Kepemilikan
Manajemen sebagai variable moderating dapat memoderasi hubungan CSR dan
ROE
Gambar 3.3 Kerangka Konsep III CSR (X)
Kepemilikan Manajemen (Z1)
ROE (Y)
CSR (X)
Kepemilikan Institusional (Z2)