• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Redaksi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Bandung Terhadap Aktivitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Redaksi Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Bandung Terhadap Aktivitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita bagi wartawannya. Untuk menjawab nilai diatas, maka peneliti mengangkat indikator taktik rencana, tujuan dan rangkaian tindakan untuk mengukur strategi (var. X), dan peneliti mengangkat indikator aktualitas kalender, aktualitas waktu dan aktualitas masalah untuk mengukur aktualitas penyajian berita (var. Y).

Tipe penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode Survey dengan tekhnik analisis Korelasional. Sebagian besar data dikumpulkan melalui wawancara dan angket, serta didukung oleh studi literatur. Unit samplingnya adalah seluruh wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat, maka diperoleh sampel sebanyak 9 orang. Tekhnik sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu pengambilan sampel secara total dikarenakan sampel berada di bawah angka 100. Sebelum dilakukan penyebaran angket, peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas pada setiap item pertanyaan yang ada dalam angket dengan menggunakan program SPSS 17.0. Data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket, diberi skor, dianalisa dan diolah dengan menggunakan Skala Kaplan dan Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (The Spearman Rank Order Correlation Coefficien, Rs) pada program SPSS 17.0.

Hasil penelitian menunjukan Taktik Rencana redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Tujuan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Rangkaian Tindakan Redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan. Untuk indikator Strategi (var. X). Sedangkan untuk indikator Aktualitas (var.Y) Strategiredaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap Aktualitas Kalender penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas waktu penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan, Strategi Redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas masalah penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi cukup berarti, positif, dan tidak signifikan.

Kesimpulan penelitian menunjukkan Strategi Redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat terhadap aktualitas penyajian berita wartawannya memperoleh nilai korelasi hubungan yang tinggi, positif, dan signifikan.

(2)

v

Irfan Firgiawan NIM: 41806059

Counselor:

Desayu Eka Surya S.Sos, M.Si

This study aims to identify the editorial strategy LKBN Antara Bureau of West Java on the actuality of the presentation of news for journalists. To answer the above, the researchers plan to lift indicator tactics, goals and strategies of action to measure (var. X), and researchers raised indicator calendar actuality, the actuality of the time and the actuality of the problem of measuring the actuality of presenting the news (var. Y).

This research type is quantitative. While research method used is survey method with the correlation analysis technique. Most of the data collected through interviews and questionnaires, and also supported by literature study. Sampling unit is the whole journalist LKBN Antara Bureau of West Java, then obtained a sample of nine people. The sampling technique used is total sampling that is due to sampling the total sample were under number 100. Prior to conducting the questionnaire, the researchers first to test the validity and reliability on each item in the questionnaire question by using SPSS 17.0. Data obtained from the questionnaire, given score, analyzed and processed using Kaplan Scale and Spearman Rank Correlation Coefficient (The Spearman Rank Order Correlation Coefficien, Rs) in SPSS 17.0.

The results showed Tactics editorial Plan LKBN Antara Bureau of West Java, on the actuality of presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant, objective editorial LKBN Antara Bureau of West Java, the Bureau of the actuality of presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant, series editor LKBN Actions Antara Bureau of West Java, the Bureau of the actuality of presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant. For indicator Strategy (var. X). While for the topicality indicator (var.Y) LKBN editorial Strategy Antara Bureau of West Java, the Bureau of actuality Calendar presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant, the editorial strategy LKBN Antara Bureau of West Java, the Bureau of actuality when presenting the news reporter obtained a correlation value significant, positive, and not significant, Strategy News Bureau LKBN Antara Bureau of West Java against the actuality of a problem presenting the news reporter obtained a significant correlation values, positive, and not significant.

Conclusion The study showed Editorial Strategy LKBN Between West Java, the Bureau of the actuality of presenting the news reporter obtained a high correlation values and positive and significant.

(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berubahnya tuntutan zaman yang kini lebih mengarah kepada dunia

teknologi informasi komunikasi membuka sebuah gaya hidup atau cara kerja yang

baru. Kebutuhan arus informasi yang cepat sangat membantu dalam gaya hidup

manusia saat ini yang dituntut untuk selalu mengetahui informasi atau berita

tentang keadaan disekitarnya. Kebutuhan akan berita yang baru merupakan salah

satu kebutuhan utama dalam mendapatkan informasi dan berita tersebut, sehingga

dalam penyajian sebuah berita tidak dapat dipisahkan dari nilai aktualitas berita.

Aktual artinya baru atau hangat-hangatnya sebuah kabar. Berita yang

aktual atau baru lebih menarik perhatian pemirsa dari pada berita yang sudah agak

lama atau berita basi. Untuk itulah seorang jurnalis harus mengejar dan

menyajikan berita yang aktual. Bagaimana mengukur aktualitas tersebut. Aktual

atau kebaruan sebuah berita dapat di ukur dari jarak terjadinya sebuah peristiwa

atau dikemukakannya sebuah pendapat yang berhubungan dengan berita dengan

waktu penyiarannya. Semakin cepat peristiwa atau pendapat tersebut disiarkan,

semakin aktual berita tersebut. Sebaliknya semakin lama berita tersebut disiarkan

maka berita itu akan menjadi basi.

Aktualitas sendiri bisa dipahami dalam dua hal:

Pertama, tidak teragenda. Masalah aktual seperti ini yang berkaitan dengan

(4)

(1)

http://yudhosaja.blogspot.com/2009/07/teori-komunikasi-massa-studi-deskriptif.html 5 Mei 2010, 21:15

bom, kasus narkoba, kekeringan, wabah penyakit, banjir besar, banyaknya

demostrasi. kenaikan harga BBM dan sebagainya.

Kedua, aktual teragenda. Aktualitas ini berkaitan dengan adanya hari-hari tertentu, seperti hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi’raj atau hari-hari Nasional

dan dunia yang monumental.

Peneliti memahami bahwa pola kehidupan masyarakat yang semakin

modern tidak lepas dari semakin canggihnya penerapan teknologi dalam

komunikasi massa. Informasi bagi masyarakat maju merupakan salah satu

kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Informasi aktual, pendidikan,

hiburan, bisnis dan kebudayaan dewasa ini dapat dengan mudahnya diterima

masyarakat dengan memanfaatkan teknologi komunikasi massa.

Kenyataan ini menempatkan kegiatan dibidang penyebaran informasi

mempunyai arti yang sangat penting. Apa pun bentuknya, komunikasi massa akan

terus menerus berperan penting dalam kehidupan kita. Komunikasi massa menjadi

mata dan telinga bagi masyarakat. Komunikasi massa memberikan sarana bagi

masyarakat untuk mengambil keputusan dan membentuk opini kolektif yang bisa

digunakan untuk bisa lebih memahami diri mereka sendiri dan dapat

mengembangkan nilai-nilai dalam masyarakat.

Pengertian komunikasi massa menurut Pool (1973) mendefinisikan bahwa

komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan

penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir

kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar,

(5)

(2)

http://www.antara.net.id/index.php/id/ l 5 Mei 2010, 21:25

Penulis memahami bahwa media massa merupakan sarana penunjang

berlangsungnya proses komunikasi massa. Oleh karena itu, kebutuhan adanya

media massa sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat

dikarenakan proses terjadinya komunikasi massa membutuhkan bantuan saluran

atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber komunikasi

(komunikator) untuk menyampaikan informasinya kepada khalayak (komunikan)

dalam bentuk berita.

Salah satu Kantor Berita yang bergerak dibidang komunikasi massa dan

menjadi tolak ukur perkembangan media massa di Indonesia sekarang ini adalah

LKBN Antara Biro Jawa Barat. Keberadaan Antaradi Bandung sejak tahun 1939

yang digerakan dua orang koresponden Achmad Zainoen Palindih dan Syarif

Sulaeman yang bekerja membuat berita tanpa fasilitas termasuk kantor. Untuk

pengiriman berita, kedua koresponden harus mau mencari tahu siapa ada diantara

saudara, kerabat ataupun kenalan yang mau berangkat ke Jakarta untuk

menitipkan naskah berita ke kantor pusat Antara. (2)

Antara merupakan kantor berita nasional yang telah selama 70 tahun

berkiprah sebagai penyedia informasi di Indonesia. Pada 2007 kantor berita

tersebut meluncurkan visi baru yaitu menjadi kantor berita berkelas dunia, salah

satu yang terbaik di Asia Pasifik, untuk mewujudkan masyarakat berbasis

pengetahuan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI.2002) dikemukakan berita

adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.

(6)

pertanyaan. Laporan kejadian apa ? peristiwa yang hangat bagaimana ? Apakah

setiap kejadian yang menarik dan berguna untuk disiarkan? Sebagai contoh: Anda

terjatuh dan mengalami luka-luka, ini sebuah kejadian, apakah kejadian ini

menarik dan berguna bagi pemirsa jika disiarkan ? Tentu tidak ! Kejadian hanya

menarik dan berguna bagi keluarga, rekan, atau pacar anda.

Eric C Hepwood (1996) mengemukakan, berita adalah laporan pertama

dari kejadian yang penting hingga dapat menarik perhatian umum. Definisi ini

mengungkapkan tiga unsur berita yakni aktual, penting dan menarik.

Persoalannya adalah apakah berita hanya bersumber pada sebuah kejadian,

bagaimana dengan pernyataan manusia mengenai masalah-masalah aktual.

Sementara itu pakar komunikasi lainnya seperti JB Wahyudi

mengemukakan, berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang

memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan

dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat

tidak akan dipublikasikan melalui media massa periodik.

Sebuah berita terbagi kedalam dua bentuk berita, yaitu berita lugas dan

berita halus.

1. Berita Lugas (hardnews)

Tidak semua orang memiliki waktu luang untuk membaca,

mendengar, atau menonton suatu pemberitahuaan. Apakah itu melalui

surat kabar, radio, atau televisi. Demikian pula dalam hal mengetahui

peristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari di sekitarnya atau di alam

(7)

mengetahui fakta utamanya saja dari setiap peristiwa itu. Mereka tidak

perlu mengetahuinya secara rinci sampai pada hal-hal yang tidak penting,

melainkan cukup hanya dengan mengetahui garis besar dari peristiwa

demikian. Begitu pula terhadap apa yang disajikan surat kabar, majalah,

radio, atau televisi. Dengan membaca, mendengar atau mengamati fakta

utamanya saja, rasa ingin tahu terhadap suatu peristiwa telah terpenuhi.

Kecuali kalau dalam peristiwa itu ada hubungannya dengan kegiatan atau

urusan yang sedang digarapnya. Mereka akan mencari tahu rinciannya,

darimana saja. Bahkan tidak cukup dengan membaca surat kabar saja,

mereka akan mencari informasi lainnya (yang berkenaan dengan yang

dibacanya) melalui siaran radio, televisi atau majalah.

Suatu kejadian yang baru saja pecah yang akan menarik perhatian

sebagian besar publik harus disampaikan secepat mungkin. Berita yang

pada berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan dari yang

paling penting ini disebut berita lugas, hardnews. Jadi pada awal berita

berisikan sari atau inti dari kejadian yang ingin disampaikan dengan

elaborasi detail kemudian. Gaya ini disebut ”bottom line”. Topik menarik

berita lugas misalnya pecah perang antara dua negara, peledakan bom

bunuh diri, gunung api yang meletus, tabrakan antara dua kereta api, dll.

Tetapi ada kalanya berita lugas ini berisi kejadian-kejadian rutin seperti

kegiatan pemerintahan, politik, ekonomi, pengadilan dan lainnya yang

bagi sebagian besar audiences membosankan-dull news. (Ishwara, 2005, p.

(8)

2. Berita Halus (soft news)

Ada peristiwa atau cerita yang memang tidak bisa atau sulit

disampaikan sebagai berita lugas, misalnya cerita yang sarat berisi unsur

kemanusiaan. Daniel R. Willamson, seorang peneliti profesional,

merumuskan bahwa reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature,

sebagai penelitian cerita yang kreatif, subyektif, yang dirancang untuk

menyampaikan informasi dan hiburan kepada pembaca. Terdapat beberapa

jenis feature:

A. Bright

Bright juga sering disebut dengan brite, yaitu sebuah tulisan kecil yang

menyangkut kemanusiaan (human interest featurette), biasanya ditulis

dengan gaya anekdot dengan klimaks pada akhir cerita

B. Sidebar

Cerita feature ini mendampingi atau melengkapi suatu berita utama.

Cerita tentang banjir besar misalnya, bisa disajikan dengan sidebar

tentang wawancara dengan keluarga korban, dll.

C. Sketsa kepribadian atau profil

Suatu sketsa biasanya pendek dan hanya mengenai satu aspek dari

kepribadian, seperti misalnya seseorang yang hobinya mengumpulkan

model kapal layar antik. Profil lebih panjang dari sketsa, lebih detail,

dan secara psikologis lebih dalam. Profil mencoba menggambarkan

(9)

D. Profil organisasi atau proyek

Sama dengan sketsa kepribadian atau profil, hanya organisasi/proyek

ini mengenai grup atau perusahaan, bukan mengenai individu.

E. Berita feature (newsfeature)

Ini adalah sebuat berita yang ditulis dengan gaya feature. Daripada

ditulis secara langsung dan lugas, cerita itu disampaikan dengan

menggunakan teknik feature, seperti pembukaan cerita dengan suatu

ilustrasi anekdot, walaupun sebenarnya tujuan utama dari cerita itu

adalah menyampaikan berita.

F. Berita feature yang komprehensif (comprehensive newsfeature)

Tulisan ini menggambarkan arah dan perkembangan suatu isu berita.

Jenis tulisan ini mendasarkan riset yang lebih baik daripada

berita-berita lainnya, sebab berasal dari berbagai sumber yang luas. Berita ini

pun biasanya lebih analitik dan interpretatif; menggambarkan tidak

hanya mengenai apa berita itu tetapi apa arti berita itu.

G. Artikel pengalaman pribadi

Ditulis oleh seorang wartawan atau wartawan yang menulis (

ghost-write) untuk orang lain yang mengalami peristiwa unik, misalnya

melintasi benua seorang diri dengan balon udara.

H. Feature layanan (service feature)

Ini adalah cerita tentang ”bagaimana-caranya” how-to. Tulisan ini

menggambarkann bagaimana caranya menjawab kebutuhan hidup

(10)

Menyampaikan informasi yang membantu masyarakat menanggulangi

kebutuhan sehari-hari mereka.

I. Wawancara

Walaupun kebanyakan feature didasarkan pada wawancara, feature

wartawan khusus melukiskan suatu dialog antara seorang wartawan

dengan orang lain, sering seorang tokoh masyarakat atau selebriti.

Terkadang ditulis dalam format tanya-jawab.

J. Untaian Mutiara

Ini adalah feature ”kolektif”, seperti pada seri anekdot mengenai topik

umum. Wawancara dengan orang-orang di jalan (”person on the street”

interview) termasuk dalam kategori ini, seperti juga feature Hari

Valentineyang menggambarkan ”sepuluh surat cinta terkenal sepanjang masa”.

K. Narasi

Ada pengamat yang melihar cerita atau narasi ini sebagai salah satu

bentuk feature, dan dalam pengertian murninya memang demikian.

Narasi bagaikan cerita pendek, namun narasi berhubungan dengan

materi yang faktual. Narasi memaparkan adegan demi adegan dengan

memanfaatkan deskripsi, karakterisasi, dan plot.

(Ishwara, 2005, hal. 61-65).

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa berita

adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat aktual, menarik, berguna dan

(11)

Antara Biro Jawa Barat sebagai kantor berita online, harus bisa menyajikan

berita-berita yang aktual. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang Strarategi

Redaksi Terhadap Aktualitas penyajian berita Wartawannya di LKBN Antara

Biro Jawa Barat.

Kesinambungan pemberitaan tergantung pada kesinambungan pasokan

berita yang dihasilkan wartawan oleh karena itu pun wartawan memerlukan suatu

strategi untuk bisa menyajikan berita yang aktual.

Untuk itu diperlukannya peran Redaksi untuk mengatur beberapa Strategi

yang dimilikinya agar kemasan aktualitas berita tetap terjaga sehingga masyarakat

tetap terus mengikuti perkembangan berita. Selain memberi arahan dan

memimpin rapat redaksi, redaksi juga bertugas penting yaitu bertanggung jawab

terhadap isi penerbitan dan kualitas produk penerbitan.

Definisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa

strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh

elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin

keberhasilan mencapai tujuan. Sehingga dari beberapa pemaparan diatas yang

membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang strategi

seorang wartawan dalam penulisan berita untuk menulis sebuah berita yang

aktual.

Definisi Strategi menurut Henry Mintzberg mendefinisikan strategi

sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai PERSPECTIF, strategi sebagai POSISI, strategi

sebagai PERENCANAAN, strategi sebagai POLA kegiatan, dan strategi sebagai

(12)

dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas.

Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan,

dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola

kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan

penyesuaian.

Untuk bisa menghasilkan berita yang aktual tidak lepas dari kemampuan

seorang wartawan dalam peliputan berita, dan dalam peliputan tersebut seorang

wartawan pun harus memiliki strategi untuk bisa menyajikan berita yang aktual,

khususnya dalam penelitian ini wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat.

Posisi wartawan menjadi faktor menentukan, baik dalam upaya bersama

untuk membangun citra surat kabar maupun demi mempertahankan

kesinambungan kehadiran surat kabar itu di tengah khalayak pembaca. Wartawan

selalu menjadi pihak terdepan sebagai pihak yang meliput peristiwa dan menulis

berita yang akan disampaikan kepada pembaca surat kabar. Kualitas berita yang

dihasilkan tergantung pada profesionalisme wartawan.

Oleh karena itu peneliti mencoba mengangkat sebuah rumusan masalah

dari penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Sejauhmana Strategi Redaksi

LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita

(13)

1.2. Identifikasi Masalah

1. Sejauhmana Taktik Rencana Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

2. Sejauhmana Tujuan Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap

Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

3. Sejauhmana Rangkaian Tindakan Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

4. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Terhadap Aktualitas Kalender Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

5. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Terhadap Aktualitas Waktu Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

6. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Terhadap Aktualitas Masalah Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

7. Sejauhmana Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya?

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menjabarkan Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap

(14)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Taktik Rencana Redaksi LKBN ANTARA

Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi

Wartawannya.

2. Untuk mengetahui Tujuan Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

3. Untuk mengetahui Rangkaian Tindakan Redaksi LKBN

ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita

Bagi Wartawannya.

4. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa

Barat Terhadap Aktualitas Kalender Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

5. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa

Barat Terhadap Aktualitas Waktu Penyajian Berita Bagi Wartawannya.

6. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Masalah Penyajian Berita Bagi

Wartawannya.

7. Untuk mengetahui Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa

(15)

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan

masukan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi secara umum dan

secara khusus ilmu jurnalistik. Yaitu tentang Strategi Redaksi terhadap

Aktualitas penyajian berita yang aktual.

1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini berguna sebagai bahan pengalaman dan pengetahuan,

khususnya mengenai kegiatan Jurnalistik, yaitu dalam penyajian

berita yang aktual oleh seorang wartawan.

2. Bagi Akademik

Penelitian ini berguna sebagai sumbangan informasi dalam

menambah wawasan tentang kajian yang diteliti yaitu mengenai

Strategi Redaksi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat Terhadap Aktualitas Penyajian Berita Bagi Wartawannya, dan dapat juga digunakan sebagai literatur penelitian bagi mahasiswa yang melakukan penelitian pada kajian yang sama.

3. Bagi LKBN ANTARA Biro Jawa Barat

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang

bermanfaat dan dijadikan bahan masukan didalam melaksanakan

kegiatan Jurnalistik. khususnya untuk wartawan LKBN ANTARA

Biro Jawa Barat, dalam peningkatan Strategi Redaksi terhadap

(16)

(3)

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:nKOR5QthkCcJ:blog.unila.ac.id/ satriamadangkara/files/2009/07/babii.doc+amin+wijaya+tuggal,+1995+:130&cd=1&hl=i d&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a Sabtu, 1 Mei 2010, 20:15

1.5. Kerangka Pemikiran

1.5.1. Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran merupakan alat pikir peneliti yang dijadikan

sebagai skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam

kerangka ini, peneliti akan mencoba membahas dan menjelaskan

masalah pokok penelitian. Penjelasan yang disusun akan

menggabungkan antara teori dengan masalah yang akan diangkat dalam

penelitian ini.

Variabel pada penelitian ini berjumlah dua variabel, yaitu strategi

sebagai variabel x dan aktual sebagai variabel y. Untuk mengukur

variabel x, peneliti mengangkat definisi dari Amin Wijaya Tunggal

yang mengatakan strategi adalah :

“Suatu cara atau taktik rencana dasar yang menyeluruh dari

rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran”.(3)

Bertolak dari definisi Strategi diatas, maka ditetapkan variabel

(17)

(4)

, (5), (6), http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php Minggu/2 Mei 2010, 19:46

Indikator tersebut jika didefinisikan adalah sebagai berikut :

1. Taktik Rencana

Rencana atau tindakan yang bersistem untuk mencapai tujuan

dalam pelaksanaan strategi. (4)

2. Tujuan

Arah atau haluan (jurusan) yang dituju, maksud, tuntutan (yg

dituntut).(5)

3. Rangkaian Tindakan

Sesuatu yang dilakukan atau perbuatan yang dilaksanakan untuk

mengatasi sesuatu secara tegas. (6)

Untuk mengukur variabel y, peneliti mengambil pendapat dari

Sumadiria yang mengungkapkan “Berita adalah apa yang terjadi hari

ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang terjadi hari ini,

atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda

dengan opini sebelumnya sehingga opini itu mengandung informasi

penting dan berarti”

(Sumadiria, 2008:83).

Bertolak dari definisi diatas maka peneliti menetapkan

indikator-indikator yang didapat dari kategori aktualitas berikut untuk mengukur

variabel y yaitu :

(18)

b. Aktualitas Waktu mencakup masalah berita tercepat yang terbit, yang menarik perhatian, dan dianggap penting oleh khalayak, misalnya berita peristiwa bencana alam, dsb. c. Aktualitas Masalah adalah berita yang aktualitasnya dinilai

dari kategori masalahnya yang tidak kadaluarsa, seperti berita korupsi atau kriminal lainnya.

(Sumadiria, 2008:83).

Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti mengacu pada

teori Keterkaitan Publik oleh Dave Burgin yang berisi mengenai cara

wartawan untuk memastikan tiap halaman surat kabar memiliki

beragam kisah yang cocok sehingga setiap orang ingin membaca salah

satunya. Teori ini adalah deskripsi yang lebih realistis tentang

bagaimana orang-orang berinteraksi dengan berita.

Untuk lebih jelas maka, mari kita lihat. Misalkan tiga jenjang

keterkaitan publik dalam setiap persoalan, masing-masing dengan

gradasi yang kian berkurang kepekatannya. Ada publik yang terlibat

dengan taruhan pribadi dalam sebuah persoalan dan punya pemahaman

yang kuat. Ada publik yang berminat, yang tak punya peran langsung

dalam persoalan itu tetapi terpengaruh olehnya dan menanggapi dengan

pengalaman tangan pertama. Dan ada publik yang tak berminat yang

menaruh perhatian kecil saja dan akan bergabung, jika memang

akhirnya ia memutuskan untuk begitu, setelah semua garis-garis wacana

ditata oleh orang lain. Dalam teori keterkaitan publik, kita semua

(19)

aktual yang dibuat oleh wartawan atau dilaporkan oleh suatu media.

(Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom 2001:25).

1.5.2. Kerangka Konseptual

Pada kerangka konseptual ini, peneliti mengaplikasikan definisi

dan pendapat dari beberapa ahli yang disajikan pada kerangka teoritis

untuk mengukur variabel penelitian.

Bertolak dari definisi diatas maka peneliti menetapkan kerangka

konseptual berikut untuk mengukur variabel x yaitu :

1. Rencana atau Tindakan yang dilakukan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan strategi

penyajian aktualitas berita bagi wartawannya.

2. Arah atau Haluan (jurusan) yang dituju redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat dalam tuntunan pelaksanaan penyajian berita bagi

wartawannya.

3. Rangkaian Tindakan yang dilakukan atau perbuatan yang dilaksanakan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat untuk mengatasi sesuatu secara tegas dalam pelaksanaan strategi penyajian aktualitas

berita Bagi Wartawannya.

Sedangkan bertolak dari definisi diatas maka peneliti menetapkan

(20)

1. Aktualitas kalender redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat dalam penyajian berita berdasarkan hari-hari besar yang patut diperingati.

Contohnya peringatan Tahun Baru dan perayaan hari-hari besar

Agama, seperti Hari Raya Lebaran, tahun baru IMLEK, Maulid

Nabi Muhammad SAW, Nyepi, Waisak dll.

2. Aktualitas waktu dalam penyajian berita yang disajikan wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat mencakup masalah berita tercepat

yang terbit, menarik perhatian, dan dianggap penting oleh khalayak,

misalnya berita perkembangan penangkapan teroris, berita kebakaran

di suatu daerah hingga berita hasil pertandingan sepakbola Liga

Indonesia setiap pekan, perolehan medali emas sementara pada ajang

Olimpiade, PON, dll.

3. Aktualitas masalah dalam penyajian berita yang disajikan wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat tetap menjadi aktual karena adanya

peristiwa/masalah yang menarik perhatian khalayak. Contohnya

berita tentang PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia)

meskipun hanya dengan penyajian berita yang ringan, berita tersebut

tetap aktual karena berita ini merupakan berita yang menjadi

masalah penting bagi orang banyak.

Dalam Teori Keterkaitan Publik oleh Dave Burgin adalah bahwa

tiap khalayak atau pembaca mempunyai tujuan masing-masig dalam

membaca berita LKBN Antara dan merupakan tugas dari redaksi dan

(21)

halaman surat kabar memiliki beragam berita yang cocok sehingga

setiap orang ingin membaca salah satunya. Teori ini adalah deskripsi

yang lebih realistis tentang bagaimana orang-orang berinteraksi dengan

berita.

1.6. Operasionalisasi Variabel

Setiap penelitian dibutuhkan adanya variabel-variabel yang masih

berbentuk konsep abstrak agar didapat suatu bentuk yang lebih nyata. Proses

tersebut dinamakan operasionalisasi variabel, adapun operasionalisasi variabel

dari penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1.

Operasionalisasi Variabel

NO. VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

(22)

1.7. Hipotesis

Hipotesis induk dari penelitian ini adalah:

Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka

aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka

aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

Anak hipotesis adalah:

Ha : Jika taktik rencana redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika taktik rencana redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

NO. VARIABEL INDIKATOR ALAT UKUR

2. Variabel Y Aktualitas

1. Aktualitas Kalender

 Hari Peringatan

 Agenda

2. Aktualitas Waktu  Cepat Terbit

Berita

 Cepat Tanggap

Wartawan

3. Aktualitas Masalah  Kadaluarsa

Berita

(23)

Ha : Jika tujuan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka

aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika tujuan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka

aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

Ha : Jika rangkaian tindakan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya baik. Ho : Jika rangkaian tindakan redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat

tidak baik, maka aktualitas penyajian berita bagi wartawannya tidak baik.

Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka

aktualitas kalender penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka

aktualitas kalender penyajian berita bagi wartawannya tidak baik. Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka

aktualitas waktu penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka

aktualitas waktu penyajian berita bagi wartawannya tidak baik. Ha : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat baik, maka

aktualitas masalah penyajian berita bagi wartawannya baik.

Ho : Jika strategi redaksi LKBN Antara Biro Jawa Barat tidak baik, maka

(24)

(7)

http://spupe07.wordpress.com/category/metodologi-penelitian/skripsi/ Sabtu, 1 Mei 2010, 22:00

1.8. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei dengan teknik analisis deskriptif. Dalam bukunya yang

berjudul Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan aplikasi, Bambang

Prasetyo dan Lina Miftahul Janah mengatakan:

“Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan

menggunakan pertanyaan terstruktur/sistematis yang sama kepada

banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh

peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis” (Prasetyo dan Jannah, 2005:

141).

Metode survei dengan teknik analisis deskriptif adalah metode

penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan peristiwa yang telah atau

sedang terjadi.

Berkaitan dengan hal itu, Winarno Surrachmand mengatakan:

“ Penyelidik deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada

pada masa sekarang yang mencakup berbagai teknik di antaranya

adalah penyelidik yang menuturkan, menganalisis, dan

(25)

(8)

www.damandiri.or.id/file/iputusugidarmaunbrawbab4.pdfSabtu, 1 Mei 2010, 22:15

1.9. Populasi dan Sampel Penelitian

1.9.1. Populasi

Nawawi menyebutkan bahwa populasi adalah “Totalitas semua nilai

yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran

kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu

mengenai sekumpulan objek yang lengkap”. (8)

Populasi dalam penelitian ini adalah wartawan LKBN Biro Jawa

Barat yang berjumlah 9 orang.

Tabel 1.2. Populasi Penelitian

N = 9

No. Nama Jabatan

1. Budi Setianto Kepala Biro + Wartawan

2. Sapto Heru Redaktur/Koordinator

Liputan + Wartawan 3. Yuniardi Ferdinand Redaktur + Wartawan

4. M. Yusuf Asisten Manager

Pemberitaan + Wartawan

5. Syarif Abdullah Wartawan

6. Ahmad Fikri Wartawan

7. Ajat Sudrajat Kontributor

8. Peri Purnama Kontributor (Tasikmalaya) + Wartawan

9. Hidayat Kontributor (Garut) +

Wartawan

1.9.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

(26)

(9)

http://iyosrosmana.wordpress.com/2009/06/19/populasi-dan-sampel/ Sabtu, 1 Mei 2010, 22:15

karena keterbasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betul-betul representatif (mewakili).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik

pengambilan seluruh sampel penelitian atau total sampling. Hal ini

sesuai dengan pendapat Dr. Suharsini Arikunto, bahwa bila subjek

kurang dari 100 orang lebih baik diambil dari semua. Sehingga

metode penelitian menggunakan metode sensus. Pengambilan

sampel yang dimaksud dengan sensus adalah mengambil semua

populasi untuk dijadikan sampel. (9)

1.10. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1 Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan

jumlah repondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan

(27)

melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan

telepon.

2 Angket

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan

menyebarkan angket yang berisikan sekumpulan pertanyaan yang

diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan

informasi atau keterangan mengenai masalah yang diteliti. Angket

ini disebarkan secara langsung kepada koresponden penelitian

yaitu konsumen tetap ataupun baru yang menggunakan produk

tersebut.

3 Studi Kepustakaan

Menurut J. Supranto seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya

Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, bahwa studi

kepustakaan adalah dilakukan mencari data atau informasi riset

melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan

bahan-bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan. Studi kepustakaan

digunakan untuk mempelajari sumber bacaan yang dapat

memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah

yang sedang diteliti.

4. Internet Searching

Peneliti juga menggunakan media internet dalam pencarian data

(28)

1.11. Teknik Analisa Data

Setelah memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian, maka

langkah selanjutnya adalah melakukan analisa data sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan

data serta kejelasan data.

2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data sesuai dengan

jenisnya.

3. Data dimasukan kedalam cooding book (buku koding) dan cooding

sheet (lembaran koding).

4. Mentabulasikan data yaitu menyajikan data dalam sebuah tabel

(tabel induk kemudian kedalam tabel tunggal) sesuai tujuan analisis

data.

5. Data yang ditabulasi, di analisis dengan koefisien korelasi Rank

Spearman. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara

memindahkan data kuantitatif, dengan cara pemberian skors atas

pilihan yang diberikan oleh setiap responden. pemberian skors

tersebut dimaksudkan untuk memindahkan data kuantitatif yang

berupa jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan dalam

angket ke dalam nilai-nilai kuantitatif.

Untuk mengolah data peneliti menggunakan program

SPSS (Stastitical Product and Service Solution) yang merupakan

(29)

Variabel Y digunakan Teknik analisa Korelasi Rank Spearman

Rumus :

Dimana :

di2

-

[r(xi) - r(yi)]2

Keterangan :

Rs : Korelasi Rank Spearman

di : Selisih antara dua ranking

n : Jumlah sampel

X : Strategi Wartawan

Y : Aktulitas berita

r(Xi) : Rank pada X pada data ke-i

r(Yi) : Rank pada Y pada data ke-i

Untuk menganalisa adanya pengaruh atau hubungan

menggunakan koefisien determinasi (KD) antara variabel X dan

Variabel Y dengan rumus:

Keterangan :

KD : koefisien determinasi

rs : hasil korelasi rank spearman

rs = 1-

6 ∑ di2

n (n-1)

(30)

1.12. Model Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, tentunya diperlukan suatu gambaran

dalam menghubungkan antara variabel yang ada dengan masalah penelitian. Maka

dari itu, model penelitian dibuat dengan maksud mempermudah peneliti dalam

menjelaskan hubungan variabel yang ada.

Maka dari itu, peneliti mencantumkan gambaran mengenai penelitian

dapat dilihat dalam gambar L.1 berikut ini.

Gambar 1.1.

Penelitian dilakukan di LKBN Antara Biro Jawa Barat Jl. Braga No.

(31)

1.13.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 5 Bulan terhitung dari

Bulan Maret hingga Juli 2010.

1. 14. Sistematika Penulisan

Dalam usaha untuk memberikan gambaran secara sistematis, peneliti

membagi susunan skripsi ini ke dalam 5 bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang penjelasan mengenai latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka pemikiran (kerangka teoritis, kerangka

konseptual), model penelitian, hipotesis, operasionalisasi variabel,

metode penelitian, tekhnik pengumpulan data, teknik pengolahan

dan analisis data, populasi dan sampel, lokasi, waktu dan jadwal

penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan tentang tinjauan mengenai komunikasi (pengertian

komunikasi, proses komunikasi, tujuan komunikasi, komunikasi

massa, komunikasi kelompok), tinjauan tentang Jurnal (pengertian

atau definisi Jurnal, ciri-ciri Jurnal), tinjauan tentang berita, tinjauan

(32)

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang sejarah Indosiar yang terdiri dari visi

dan misi, logo Struktur Organisasi LKBN Antara Biro Jawa Barat,

Sejarah, struktur organisasi, job description, dan responden dari

penelitian ini yaitu wartawan LKBN Antara Biro Jawa Barat.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menguji validitas dan reliabilitas angket serta

menguraikan hasil penelitian berdasarkan angket data yang

terkumpul, yang meliputi analisis deskriptif identitas responden dan

analisis deskriptif hasil penelitian serta melakukan pengolahan dan

melaporkan data hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini peneliti menarik kesimpulan dari hasil pembahasan

yang ada pada identifikasi masalah, dan juga memberikan

(33)
(34)

32 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Banyak definisi dan pengertian mengenai komunikasi yang ingin

disampaikan oleh para ahli komunikasi untuk dapat menjelaskan makna

utama dari komunikasi. Wiryanto dalam bukunya “Pengantar Ilmu

Komunikasi”menjelaskan, bahwa:

“Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah

komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu

communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata

sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.”

(Wiryanto, 2004: 5).

Pernyataan diatas sejalan dengan pernyataan Onong Uchjana Effendy, “Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication

berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata

communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.” (Effendy, 2003: 9).

Komunikasi merupakan alat utama yang digunakan dalam rangka

melakukan interaksi yang berkesinambungan untuk berbagai tujuan

menurut kepentingannya. Komunikasi bersifat fundamental karena

(35)

suatu pengungkapan atas dasar-dasar tujuan tersebut, maka dalam hal

ini komunikasi menjadi alat utama yang digunakan untuk

menyampaikan tujuan-tujuan tersebut. Komunikasi sangat mendasari

berbagai pemaknaan yang akan dibuat dan yang akan terbuat

setelahnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh oleh Fisher (1986: 17) bahwa,

“Ilmu komunikasi mencakup semua dan bersifat eklektif.

Sifat eklektif ini sejalan dengan pendapat yang digambarkan oleh

Wilbur Schramm (1963: 2) yang dikutip oleh Wiryanto bahwa,

“Komunikasi sebagai jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu

melintasinya.” (Wiryanto, 2004: 3).

Berbagai pendapat untuk menjelaskan komunikasi juga

diungkapkan oleh Charles R. Berger dan Steven H. Chaffe dalam buku

“Handbook Communication Science” (1983: 17) yang dikutip oleh

Wiryanto, menerangkan bahwa:

(36)

Sebagaimana yang dikatakan oleh Sarah Trenholm dan Arthur

Jensen (1966: 4) dalam buku “Interpersonal Communication” yang

dikutip oleh Wiryanto menerangkan komunikasi adalah : “A process by

which a source transmits a message to a receiver through some channel

(Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran).” (Wiryanto, 2004: 6).

Carl I. Hovland (1948: 371) dalam buku “Social Communication”,

yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebagai :“The

process by which an individual (the communicator) transmits stimuli

(usually verbal symbols) to modify, the behavior of other individu

(Komunikasi adalah proses di mana individu mentransmisikan stimulus

untuk mengubah perilaku individu yang lain).” (Wiryanto, 2004: 6).

Raymond S. Ross (1983: 8) dalam buku “Speech Communication;

Fundamentals and Practice” sebagimana yang dikutip oleh Wiryanto

mengatakan, bahwa:

“Komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan

mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu

pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya

yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.”

(37)

Everett M. Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981: 8) dalam buku

“Communication Network: Towards a New Paradigm for Research”

sebagaimana yang dikutip oleh Wiryanto menerangkan bahwa, “Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih

membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain,

yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.”

(Wiryanto, 2004: 6).

Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964: 527) dalam buku

“Human Behavior: An Inventory of Scientific Finding” sebagaimana

yang dikutip oleh Wiryanto mengatakan bahwa, “Communication: the

transmission of information, ideas, emotions, skills, etc. by the uses of

symbol… (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,

keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya).” (Wiryanto, 2004: 7).

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949) dalam buku “The

Mathematical Theory of Communication” sebagaimana yang dikutip

oleh Wiryanto mengatakan, bahwa:

“Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling

mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan

(38)

Dari beberapa definisi dan pengertian komunikasi yang telah

dikemukakan menurut beberapa ahli komunikasi, maka jelas bahwa

komunikasi antarmanusia hanya dapat terjadi apabila seseorang yang

menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya

komunikasi hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya

komponen atau elemen komunikasi yang diantaranya adalah sumber,

pesan, media, penerima dan efek. Ada beberapa pandangan tentang

banyaknya unsur komunikasi yang mendukung terjadi dan terjalinnya

komunikasi yang efektif. secara garis besar komunikasi telah cukup

didukung oleh tiga unsur utama yakni sumber, pesan dan penerima,

sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan

selain ketiga unsur yang telah disebutkan.

Aristoteles, seorang ahli filsafat Yunani Kuno menerangkan dalam

bukunya ”Rhetorica” sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara

mengatakan bahwa, “Suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur

yang mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan,

dan siapa yang mendengarkan.” (Cangara, 2005: 21). Pandangan

Aristoteles ini oleh sebagian pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk

mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau

retorika, karena pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk

komunikasi yang sangat populer bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur

(39)

pengiriman pesan melalui radio dan telepon, sebagaimana yang dikutip

oleh Hafied Cangara menyatakan bahwa, “Terjadinya proses

komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukung, yakni pengirim,

transmitter, signal, penerima dan tujuan.” (Cangara, 2005: 22).

Awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi sederhana yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa, “Formula ini

dikenal dengan nama "SMCR", yakni: Source (pengirim), Message

(pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima).” (Cangara,

2005: 22).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood, Gerald

Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur komunikasi

lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara, “Unsur efek

dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna.” (Cangara, 2005: 22). Kedua unsur ini

nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi

antarpribadi (persona) dan komunikasi massa.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph

de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menambahkan unsur

komunikasi lainnya, sebagaimana yang dikutip oleh Hafied Cangara

bahwa, “Faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah

pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.”

(40)

Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam

pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain,

komunikasi adalah proses membuat pesan setala (tuned) bagi

komunikator dan komunikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Onong Uchjana Effendy:

“Pertama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan

disampaikan kepada komunikan. ini berarti ia memformulasikan

pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang

diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian menjadi

giliran komunikan untuk mengawa-sandi (decode) pesan

komunikator itu. ini berarti ia menafsirkan lambang yang

mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator berfungsi

sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai

pengawa-sandi (decoder).” (Effendi, 2003: 13).

Yang penting dalam proses penyandian (coding) ialah bahwa

komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa-sandi

hanya ke dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam

pengalamannya masing-masing.

Wilbur Schramm dalam karyanya “Communication Research in the

United States” sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy

(41)

disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of

reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of

experiences and meanings) yang pernah diperoleh oleh komunikan.”

(Effendy, 2003: 13).

Kemudian Wilbur Schramm menambahkan, sebagaimana yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy bahwa, “Bidang pengalaman

(field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi.” (Effendy, 2003: 13). Pernyataan ini mengandung

pengertian, jika bidang pengalaman kominikator sama dengan bidang

pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar.

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari

komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada

unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam

bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai

pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen

atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya

komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan;

- Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang;

(42)

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila

komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan.

(Effendy, 2002 : 6)

2.1.3 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi

Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat

adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face)

2. Bermedia (Mediated)

3. Verbal (Verbal)

a. Lisan (Oral)

b. Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

a. Gerakan/ isyarat badaniah (gestural)

b. Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7)

Komuniktor (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada

komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan

pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari sikomunikan itu

sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (

(43)

menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia

kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan

pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non

verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan

(Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau

isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata

dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau

gagasannya.

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan

dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah

mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita

serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara

kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi,

yakni:

a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change)

(44)

Joseph Devito dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia

menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:

 Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita

sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga

memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar-dunia yang

dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain.

 Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan

dengan orang lain

 Untuk meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar

mengubah sikap dan perilaku kita

 Untuk bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain

dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan,

musik, dan film sebagian besar untuk hiburan.

(Devito, 1997: 31)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa 2.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Salah seorang pakar komunikasi massa, Jalaluddin Rakhmat dalam

bukunya “Psikologi Komunikasi”, menyebutkan bahwa “Abad ini

(45)

Tentunya pernyataan ini sangat relevan dengan situasi saat ini. Dimana

teknologi komunikasi massa mengalami kemajuan sangat pesat. Apabila

menginginkan berbagai informasi secara cepat tentang peristiwa yang

terjadi di belahan dunia, tidak lagi mengandalkan surat kabar atau

majalah yang harus menunggu beredar. Tetapi bisa langsung mengakses

via internet, begitu juga dengan audio visual atau media elektronik tak

ketinggalan pula.

Fenomena ini menunjukkan bahwa revolusi teknologi komunikasi

massa telah mencapai proporsinya yang luar biasa. Tentunya

perkembangan ini tidak selalu mempunyai dampak yang positif.

Semakin pesat perkembangan teknologi komunikasi massa tentunya

dampak yang ditimbulkan baik positif maupun negatif semakin besar

pula efeknya.

Untuk membahas lebih lanjut terlebih dahulu membahas pengenian

dari komunikasi massa itu sendiri. Definisi yang paling sederhana

tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980: 10) yang

kemudian di kutip oleh jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa, “Mass

communication is messages communicated through amass medium to a

large number of people. (Komunikasi massa adalah pesan yang

dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang).”

(Rakhmat, 2000: 188).

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap

(46)

menggunakan media. Melakukan kegiatan komunikasi massa jauh

lebih sukar dari pada komunikasi antar pribadi.

2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Dalam komunikasi massa terdapat juga ciri-ciri khusus seperti

yang dikatakan oleh Severin dan Tankard Jr dikaitkan dengan pendapat

Devito sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam “Ilmu

Komunikasi Teori dan Praktek”, maka komunikasi massa mempunyai

ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya,

ciri-cirinya sebagai berikut :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah, Ini berarti bahwa

tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator,

dengan kata lain perkataan komunikator tidak mengetahui

tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang

disiarkan.

2. Komunikasi pada komunikasi massa melembaga, yakni suatu

institusi atau organisasi, oleh karena itu komunikatornya

melembaga, mempunyai lebih banyak kebebasan.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, media ditujukan

kepada umum dan mengenai kepentingan umum, tidak

ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Media massa

tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak menyangkut

(47)

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan, ciri ini

merupakan yang paling hakiki dibandingkan dengan media

komunikasi lainnya.

5. Komunikasi massa bersifat heterogen, komunikasi adalah

khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang

terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang

dituju komunikator bersifat heterogen dalam keberadaannya

secara terpecah-pecah, dimana satu sama lain tidak saling

mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing

berbeda dalam berbagai hal, jenis kelaminnya, usia, agama,

ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman hidup,

kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan

sebagainya. (Effendy, 1984 : 23)

Pada umumnya memang media massa bersifat seperti diatas baik

media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi masyarakat tidak

menyadari bahwa salah satu sifat dari media massa dapat menimbulkan

keserempakan di lingkungan masyarakat.

2.2.3 Fungsi dan Efek Komunikasi Massa

Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi,

meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan

(48)

perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat terutama dalam

bidang penyiaran dan media pandang dengar (audio visual),

menyebabkan fungsi media massa telah mengalami banyak perubahan.

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media

massa timbul pada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena

itu efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis.

Mengenai efek komunikasi ini dapat kita klasifikasikan sebagai efek

kognitif, efek afektif dan efek behavioral.

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga

khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang

tadinya bingung menjadi merasa jelas.

Efek afektif berkaitan dengan perasaan. Perasaan akibat terpaan

media massa itu bisa bermacam - macam, senang sehingga tertawa

terbahak - bahak, sedih sehingga mencucurkan air mata, takut sampai

merinding, dan lain - lain perasaan yang hanya bergejolak dalam hati.

Efek Behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha,

yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Efek ini tidak

langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan

didahului oleh efek kognitif dan / atau efek afektif. Dengan perkataan

lain, timbulnya efek behavioral setelah muncul efek kognitif dan efek

(49)

2.3 Tinjauan Tentang Media

2.3.1 Definisi Media

Media seperti yang didefinisikan dalam kamus ilmu komunikasi adalah

sarana yang dipergunakan sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan

kepada komunikan, apabila komunikan berada jauh tempatnya atau banyak

jumlahnya atau kedua-duanya. (Effendy, 1989:220)

Pentingnya media dalam kegiatan penyebaran informasi terutama

ditujukan bagi efesiensi dalam menjangkau sasaran. Sasaran kegiatan penyebaran

informasi adalah masyarakat umum, terutama yang berkepentingan dengan isi

informasi tersebut. Dengan demikian pemakaian media dianggap efisien bagi

pemerataan informasi yang harus disampaikan.

Setiap media memiliki karakter atau ciri tersendiri dalam menyampaikan

pesan, baik media lisan, cetak maupun media mekanik. Dalam menginformasikan

pesan yang akan disampaikan oleh media tertentu kita harus memperhatikan

ciri-ciri tersebut, terutama untuk media tertulis dan media mekanik karena media yang

digunakan dalam proses komunikasi sekunder adalah kepanjangan dari media

primer. Jika menggunakan media lisan kita harus memperhatikan siapa

komunikan yang kita hadapi.

Dalam penyebarluasan informasi perlu pemikiran tentang pemilihan media

dan cara-cara penggunaan media tersebut sehingga benar-benar dapat

dimanfaatkan secara efektif dan efesien. Menurut Effendy, bahwa …pemilihan

(50)

efek yang diharapkan. (Effendy, 1993:303) Isi pesan komunikasi dalam

penyajian atau penyampaian pesannya perlu disesuaikan dengan daya tanggap

masyarakat yang menerima pesan atau informasi tersebut.

Penyebaran informasi sebagai kegiatan komunikasi informatif,

tentunya bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai sesuatu

hal. Pada umumnya dalam kegiatan penyebaran informasi digunakan

komunikasi bermedia. Para ahli komunikasi mengatakan bahwa,

“keefektifan dan keefesienan komunikasi bermedia hanya dalam

menyebarkan pesan-pesan yang sifatnya informatif” (Effendy, 1993:8).

2.4. Tinjauan Tentang Jurnalistik

2.4.1. Definisi Jurnalistik

Kegiatan Jurnalistik (journalistic) sebenarnya sudah lama dikenal

oleh manusia di dunia ini.karena tanpa kita sadari kegiatan Jurnalistik

selalu hadir dan ada di tengah–tengah masyarakat, sejalan dengan

kegiatan pergaulan hidup nya yang dinamis, terutama sekali dalam

masyarakat Modern sekarang ini.

Dalam perjalanannya, Jurnalistik sebagai suatu disiplin ilmu telah

mengalami perkembangan yang hebat. Di mulai dari jaman jayanya

kerajaan Romawi Kuno saat di bawah kekuasaan Raja Julius Caesar.

Pada masa itu kegiatan Jurnalistik di lakukan oleh para budak belian

yang di suruh oleh majikannya untuk mengutip informasi tentang segala

(51)

majikannya dan di beritakan dalam acta diurna (rangkaian kata hari itu)

yang di pasang di Forum Romanum (Stadion Romawi).

“Kata jurnal sendiri berasal dari bahasa Prancis, journal yang

berarti catatan harian.hampir sama bunyi ucapannya dengan kata

yang di temukan pada bahasa Latin, diurna. yang mengandung arti

hari ini. Adapun kata istik merujuk kepada masalah Estetika yang

berarti ilmu pengetahuan tentang keindahan. Keindahan yang di

maksud adalah mewujudkan berbagai produk seni dan

keterampilan dengan menggunakan yang di perlukan seperti, kayu,

batu, kertas, cat, atau suara. Dalam hal ini meliputi semua macam bangunan, kesusastraan dan musik.” (Pringgodigdo, 1973: 383).

Dengan demikian secara Etimologi, Jurnalistik dapat di artikan

sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa

sehari–hari, karya yang mana memiliki kaindahan dan dapat menarik

perhatian khalayak sehingga dapat di nikmati dan di manfaatkan untuk

kebutuhan hidup.

Menurut Astrid S. Susanto dalam buku “Komunikasi Massa

menerangkan bahwa, “Jurnalistik adalah sebagai kejadian pencatatan

dan atau pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.”

(Susanto, 1986: 73). Begitu pula dengan Onong Uchana Effendy yang

Gambar

Gambar 1.1.
Tabel 1.3.
Tabel 4.2 Usia Responden
Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden
+7

Referensi