• Tidak ada hasil yang ditemukan

Campur Kode pada Lirik Lagu Pop Indonesia (Kajian Sosiolinguistik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Campur Kode pada Lirik Lagu Pop Indonesia (Kajian Sosiolinguistik)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

CAMPUR KODE PADA LIRIK LAGU POP

INDONESIA

(KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

SKRIPSI

OLEH

AYU LUMONGGA PASARIBU

080701014

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan

tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya

perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar

kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juli 2012

Penulis

(4)

ABSTRAK

CAMPUR KODE PADA LIRIK LAGU POP INDONESIA (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

Oleh

Ayu Lumongga Pasaribu NIM 080701014

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan karunianya-Nya yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam mengerjakan

skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Selama dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun bantuan materi. Untuk itu, penulis

mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua Departemen

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera utara dan

sebagai dosen pembimbing akademik terima kasih atas perhatian ddan

kebaikan Bapak selama penulis menjalani perkuliahan.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, selaku Sekretaris Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dardanila, M.Hum., selaku pembimbing I dan bapak Drs. Amhar

kudadiri, M.Hum., selaku pembimbing II. Terimakasih atas kesabaran dan

kesediaan ibu dan bapak yang senantiasa meluangkan waktu untuk

membimbing penulis serta memberikan sumbangan pemikiran dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

(6)

dengan ilmu pengetahuan baik dalam bidang linguistik, sastra maupun

bidang-bidang ilmu lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

6. Kak Tika yang telah penulis dalam hal administrasi di Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Imu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua saya yang tersayang, ayahanda R. Pasaribu, ibunda D.Br.

Simbolon yang telah memberikan saya dukungan moral, material, kasih

sayang yang tiada habisnya dan doa yang tidak pernah berhenti. Kiranya

kasih dan karunia Tuhan yang senantiasa melindungi dan memberkati

ayahanda dan ibunda.

8. Kepada saudara-saudara saya bang Tommy, bang Doli, bang Dame, kak

Rina, bang Bintang dan Copu terimakasih atas doa dan dorongannya yang

diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada bang Ion Oktrida terimakasih atas dorongan dan motivasi yang

diberikan kepada penulis serta kesabarannya dalam mengingatkan penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Buat teman-teman stambuk 2008, khususnya sahabat saya Tina cibu, Ida

Bintangi, Ceribel chibi, Febry Benjos, Paidun Xaver Udang, Irwan De

Javu, dan Chalie Nie Chilabant, terimakasih atas semangat dan selalu

(7)

11.Senior stambuk 2005 kak Rapi, Kak Vina, kak Intan, kak Eni dan kak

Lilis yang selalu setia mengingatkan untuk serius kuliah.

12.Kepada Yenni, Jese, Ahmad, Juni, Oliver, Freddy, bang Jumantri, Adek

Thohap dan Elmut yang selalu menghibur penulis didalam kesedihan saat

menulis skripsi ini.

13.Kepada senior stambuk 2007 bang Naek, bang cardo, bang Reza

terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

14.Kepada teman-teman satu kos penulis terimakasih atas bantuan moral

maupun materi dan tak pernah bosan memberi motivasi dan semangat

kepada penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut

membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.

Medan, Juli 2012

Ayu Lumongga Pasaribu

(8)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 6

2.1.1 Sosiolinguistik ... 6

2.1.2 Penutur Bahasa Indonesia ... 7

2.1.3 Lagu Pop Indonesia ... 8

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Bilingualisme ... 8

2.2.2 Campur Kode ... 10

2.3 Tinjauan Pustaka ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 16

(9)

3.2 Populasi dan Sampel ... 16

3.2.1 Populasi ... 16

3.2.1 Sampel ... 17

3.3 Metode Penelitian ... 19

3.3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode ... 23

4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata ... 26

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase ... 33

4.1.3 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Bentuk Baster ... 39

4.1.4 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa ... 40

4.1.5 Penyisispan Unsur-Unsur yang Berwujud Pengulangan Bentuk Kata ... 43

4.2 Faktor-faktor terbentuknya Campur Kode Pada Lirik Lagu Pop Indonesia ... 44

BAB V SIMPULSN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 53

5.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

CAMPUR KODE PADA LIRIK LAGU POP INDONESIA (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

Oleh

Ayu Lumongga Pasaribu NIM 080701014

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Kajian mengenai bahasa merupakan suatu kajian yang tidak akan pernah habis

untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Bahasa merupakan perwujudan tingkah laku manusia baik lisan maupun tulisan

sehingga orang dapat mendengar, mengerti, serta merasakan apa yang dimaksud.

Sudah sewajarnya bahasa dimiliki oleh setiap manusia di dunia ini yang secara rutin

dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjalin hubungan antara sesama.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia mengalami

kontak dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya

masing-masing. Menyadari kenyataan tersebut, semakin disadari bahwa pentingnya

mempelajari bahasa asing yang dirasakan berguna bagi bermacam bidang kehidupan

seperti dunia hiburan.

Dunia hiburan yang ada di Indonesia tidak terlepas dari musik dan lagu. Salah

satu aliran musik yang berkembang di Indoneisa adalah musik Pop. Musik Pop

adalah musik populer yang didengar luas oleh masyarakat dan bersifat komersial.

Musik Populer pertama kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1920.

(12)

Semakin berkembangnya bahasa Internasional mempengaruhi para Musisi Indonesia

menciptakan lagu yang bercampur dengan bahasa asing atau yang disebut dengan

Bilingualisme. Secara sosiolinguistik, Mackey (dalam Chaer dan Agustina 2004:84)

menyatakan bahwa bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh

seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Di masa orde lama banyak ditemukan orang-orang yang memiliki latar

belakang pendidikan Belanda bercampur kode dalam komunikasi mereka dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan Belanda. Dewasa ini campur kode dilakukan

dalam penggunaan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris bahkan

semakin berkembang.

Kajian tentang campur kode sudah lama menjadi perhatian para peneliti.

Campur kode merupakan peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang

bilingual atau kedwibahasa bahkan yang multilingual. Campur kode merupakan

penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode yang sering ditemukan dalam situasi

informal. Dalam situasi yang formal jarang terdapat campur kode.

Penelitian mengenai campur kode telah banyak dilakukan oleh para peneliti

sebelumnya, diantaranya Tarihoran (2000) dalam skripsinya yang berjudul Analisis

Campur Kode pada Majalah Tempo. Tarihoran membahas bentuk-bentuk campur

kode dalam Majalah Tempo dan latar belakang penutur menggunakan campur kode.

Dikemukakan bahwa bentuk-bentuk campur kode yang terdapat dalam majalah

Tempo berupa penyisipan unsur-unsur kebahasaan yang berbentuk kata, frase, dan

(13)

menentukan di dalam melakukan campur kode tersebut. Peranan di sini artinya siapa

yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak

dicapai penutur dengan tuturannya.

Dalam penelitian ini, objek yang digunakan peneliti adalah kumpulan lirik

lagu pop Indonesia yang dirilis dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yang memiliki

campur kode dari beberapa penyanyi dan musisi yang memiliki aliran musik pop.

Campur kode yang terdapat pada lirik lagu tersebut adalah antara bahasa Indonesia

dengan bahasa inggris. Peneliti tertarik untuk meneliti campur kode antara bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris yang banyak terdapat pada lirik lagu pop Indonesia

karena semakin berkembangnya penggunaan bahasa asing dalam lirik lagu pop

Indonesia yang mana masyarakat Indonesia pada umumya lebih menyukai aliran

musik pop jika dibandingkan dengan musik yang lainnya.

Dalam penelitian ini penulis melihat peristiwa campur kode yang terjadi pada

lirik lagu Pop Indonesia. Penggunaan dua bahasa atau lebih secara bergantian dengan

memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke bahasa yang lain secara konsisten yang

disebut dengan campur kode. Campur kode sebagai salah satu fenomena yang terjadi

pada pembelajaran tidak mungkin dihindarkan. Chaer dan Agustina (1995:164-165)

mengemukakan bahwa penggunaan serpihan-serpihan dari bahasa lain yang bisa

berupa kata, frase, dan dalam berbahasa Indonesia menyelipkan bahasa daerahnya,

bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Peristiwa campur kode ini secara

(14)

bahasa lain di luar bahasa ibunya baik secara sempurna maupun tidak. Peristiwa ini

lazim terdapat pada masyarakat yang bilingual.

1.1.2 Masalah

Dalam perkembangan ilmu linguistik, penelitian tentang campur kode sudah

sering ditemukan baik itu yang berhubungan dengan bahasa daerah maupun bahasa

asing yang terdapat pada anak-anak maupun orang dewasa. Oleh karena itu penulis

merasa perlu meneliti campur kode yang terdapat pada lirik lagu pop Indonesia.

Adapun masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk campur kode pada lirik lagu Pop Indonesia?

2. Bagaimana faktor terjadinya campur kode pada lirik lagu Pop Indonesia?

1.2 Batasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi supaya penelitian terarah dan tujuan penelitian

tercapai. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah campur

kode pada lirik lagu Pop Indonesia yang dirilis dari tahun 2007 sampai dengan 2011.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian campur kode pada lirik lagu Pop Indonesia yang dirilis dari tahun

2007 sampai dengan 2011 bertujuan untuk:

1. Menjelaskan bentuk campur kode yang terdapat pada lirik lagu Pop

(15)

2. Mengungkapkan penyebab terjadinya campur kode yang terdapat pada

lirik lagu Pop Indonesia yang dirilis dari tahun 2007 samapi 2011.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai pengetahuan baru bagi masyarakat khususnya bagi mahasiswa

jurusan sastra agar semakin berminat menggali kembali peristiwa

kebahasaan yang terjadi di sekitar kita.

2. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang campur kode

pada lirik lagu Pop Indonesia

3. Sebagai perbandingan penelitian campur kode pada

(16)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar

generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok atau individu

tertentu (Singarimbun,1989:32)

2.1.1. Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik,

dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat. Sosiologi adalah kajian

yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, mengenai

lembaga-lembaga dan proses sosial yang ada dimasyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui

bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung dan tetap ada. Sedangkan linguistik

adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan

demikian secara mudah dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu

antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa

itu di dalam masyarakat (Chaer dan Agustina 2004:2).

Sosiolinguitik juga menyangkut individu sebab unsur yang sering terlihat

melibatkan individu sebagai akibat dari fungsi individu sebagai mahluk sosial. Hal

ini merupakan peluang dari linguistik yang bersifat sosial untuk melibatkan diri

dengan pengaruh masyarakat terhadap bahasa dan pengaruh bahasa pada fungsi dan

perkembangan masyarakat sebagai akibat timbal balik dari unsur-unsur sosial dalam

(17)

Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan

penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat (Nababan 1986:2). Dengan kata lain

bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan

bahasa khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang

berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial).

Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai

bahasa sebagaimana yang dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau

didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.

Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia mulai dari upacara pemberian nama bayi

yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah tentu tidak akan terlepas dari

penggunaan bahasa. Oleh karena itu, bagaimanapun rumusan mengenai

sosiolinguistik yang diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan

bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.

2.1.2 Penutur Bahasa Indonesia

Penutur adalah orang yang bertutur; orang yang berbicara; orang yang

mengucap atau mengucapkan (KBBI 2005:1231). Penutur bahasa Indonesia adalah

orang yang memiliki kemampuan mengucapkan, menggunakan, dan berbicara dengan

(18)

2.1.3 Lagu Pop Indonesia

Lagu merupakan wacana lisan bila dilihat berdasarkan medianya, tetapi lagu

juga merupakan wacana tertulis bila dilihat berdasarkan teks lagunya. Lagu

merupakan suatu hasil dari kebudayaan. Lagu (lirik) menggunakan bahasa untuk

menyampaikan maksud atau tujuan seorang penyanyi kepada pendengar. Bahasa

yang digunakan pada lagu haruslah sederhana, mudah dipahami dan efektif.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam lirik-lirik lagu mempunyai kekhasan tersendiri

sebab lirik-lirik pada lagu mempunyai peranan penting terutama dalam kehidupan

sehari-hari. Lagu pada dasarnya ungkapan perasaan atau luapan hati dari penyanyi itu

tersendiri selain itu lagu juga dapat memberikan pesan penting bagi masyarakat luas.

Lagu Pop adalah lagu populer yang didengar luas oleh masyarakat dan

bersifat komersial. Perkembangan lagu Pop di Indonesia dimulai oleh band Koes Plus

yang hingga saat ini banyak dikembangkan oleh band-band atau penyanyi Indonesia

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Bilingualisme

Istilah bilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan.

Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami yaitu berkaitan dengan

penggunaan dua bahasa sedangkan bilingual atau dwibahasawan berkaitan dengan

orang yang berbicara dalam dua bahasa. Menurut KBBI bilingual dapat diartikan

(19)

bilingualisme adalah pemakaian dua bahasa atau lebih oleh penutur bahasa atau oleh

suatu masyarakat bahasa. Bilingulisme menyertakan kemampuan dan psikologis

penutur dan melibatkan konsep sosialnya.

Dipandang dari ilmu Sosiolinguistik, Mackey 1962: 12, Fishman 1975:73

(dalam Chaer dan Agustina 2004:84) bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua

bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara

bergantian.

Nababan (1984:27) mengemukakan pendapatnya tentang bilingualisme dan

bilingualitas yakni:

“Kalau kita melihat seseorang memakai dua bahasa dalam pergaulan dengan

orang lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan

yang kita akan sebut bilingualisme. Jadi, bilingualisme adalah kebiasaan

menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain. Jika kita

berpikir tentang kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwibahasa, yaitu

memakai dua bahasa, kita akan sebut ini bilingualitas (dari bahasa Inggris

bilinguality).”

Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina, 2004:85) mengatakan bahwa

bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa

dengan sama baiknya. Jadi, menurut Bloomfield seseorang disebut bilingual apabila

dapat menggunakan bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) dengan derajat yang

(20)

2.2.2 Campur Kode

Campur kode merupakan peristiwa yang lazim terjadi dalam masyarakat yang

bilingual atau berdwibahasa, bahkan yang multilingual. Nababan (1984 : 32)

mengatakan bahwa campur kode adalah suatu keadaan berbahasa lain apabila orang

mencampur dua atau lebih bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau

discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa lain yang menuntut adanya

pencampuran bahasa tersebut.

Istilah campur kode juga dibedakan dengan alih kode. Berbicara mengenai

alih kode dan campur kode , Hudson (1996) mengemukakan pendapatnya tentang

kedua hal tersebut yaitu:

“alih kode dibatasi pada pertukaran bahasa yang sesuai untuk menyampaikan

suatu maksud tertentu, dimana situasinya berubah yang disebabkan oleh

pergantian bahasa yang dimilikinya secara tepat. Pada kasus-kasus yang lain

dimana seorang bilingual yang fasih berbicara kepada bilingual yang fasih

lainnya dan mengganti bahasa tanpa menggantikannya secara keseluruhan.

Jenis pergantian ini disebut campur kode”.

Menurut Chaer dan Agustina (2004 : 114) kesamaan yang ada antara alih

kode dan campur kode adalah digunakannya dua bahasa atau lebih, atau dua varian

dari sebuah bahasa dalam suatu masyarakat tutur. Ada banyak pendapat mengenai

alih kode dan campur kode. Namun, yang jelas kalau dalam alih kode setiap bahasa

atau ragam bahasa yang digunakan itu masih memiliki fungsi otonomi

(21)

dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan

memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam

peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja tanpa fungsi atau

keotonomian sebagai sebuah kode.

Thelander dan Fasol (dalam Chaer dan Agustina, 2004 : 115) memberikan

pendapat mengenai campur kode. Thelander menjelaskan bahwa apabila di dalam

suatu peristiwa tutur, klausa maupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa

dan frase campuran (hybrid clauses, hybrid pharases) dan masing-masing klausa atau

frase itu tidak lagi mendukung fungsi sendiri-sendiri, peristiwa yang terjadi adalah

campur kode. Sementara Fasold menjelaskan kalau seseorang menggunakan satu kata

atau frase satu bahasa dan dia memasukkan kata tersebut dalam bahasa lain yang

digunakannya dalam komunikasi, maka ia telah melakukan campur kode.

Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito

(1985:78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam, yaitu:

1.Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata

Pengertian kata adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain,

setiap satu satuan bebas merupakan kata. Kata dapat dibagi atas empat bagian yaitu :

1. Kata benda atau nomina

2. Kata kerja atau verba

3. Kata sifat atau adjektiva

(22)

2.Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frase

Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak

melampaui batas fungsi unsur klausa. Berdasarkan jenis atau kategori frase dibagi

menjadi:

1. Frase nominal

2. Frase verbal

3. Frase adjektival

4. Frase preposisi

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud bentuk baster

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster artinya penyisipan bentuk

baster atau kata campuran menjadi serpihan dari kata yang dimasukinya.

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata

Penyisipan unsur yang berwujud perulangan kata maksudnya penyisipan

perulangan kata ke dalam bahasa inti atau bahasa utama dari suatu kalimat.

5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom yaitu penyisipan

kiasan dari suatu bahasa menjadi serpihan dari bahasa inti yang dimasukinya.

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat baik

(23)

Konsep campur kode yang dipakai dalam penelitian ini pada dasarnya

mengacu pada konsep Hudson yang memberikan perbedaan antara alih kode dan

campur kode, kemudian pendapat Chaer dan Agustina yang juga memberikan

pendapat tentang perbedaan antara alih kode dan campur kode. Dalam penelitian

mengenai bentuk-bentuk campur kode, peneliti mengambil pendapat Suwito yang

memberikan lima jenis bentuk-bentuk campur kode.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode menurut

Khan (2005) adalah karena kesantaian dan faktor kebiasaan. Sedangkan menurut

Priyanto (2006) campur kode disebabkan oleh faktor-faktor sosial, keterbatasan

kemampuan linguistik dan alasan-alasan yang bersifat afektif.

Dari kedua pendapat di atas , maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah (1) kesantaian atau situasi

informal, (2) kebiasaan, (3) faktor sosial, (4) keterbatasan kemampuan linguistik, dan

(5) alasan-alasan yang bersifat afektif.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian campur kode sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, di

antaranya Tarihoran (2000) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis campur Kode

dalam Majalah Tempo”. Dalam skripsi tersebut Tarihoran membahas bentuk-bentuk

campur kode dalam majalah Tempo dan latar belakang penutur menggunakan campur

(24)

frase, dan klausa. Peneliti juga berpendapat bahwa peranan dan fungsi kebahasaan

sangat menentukan di dalam melakukan campur kode tersebut. Peranan yang

dimaksud siapa yang menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti

apa yang hendak dicapai penutur dengan tuturannya.

Khan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Alih kode dan Campur Kode

dalam Masyarakat Bilingual” membahas tentang batasan alih kode dan campur kode

serta faktor-faktor penyebab dan tujuan melakukan alih kode dan campur kode. Ia

mengemukakan bahwa alih kode dan campur kode terjadi dalam masyarakat bilingual

maupun multilingual. Faktor terjadinya alih kode disebabkan oleh pribadi pembicara,

kedudukan, hadirnya orang ketiga dan pokok pembiacaraan atau topik sedangkan

campur kode terjadi tanpa adanya sesuatu dalam situasi berbahasa yang menuntut

adanya percampuran bahasa, tetapi juga disebabkan oleh faktor kesantaian,

kebiasaan, atau tidak adanya panduan yang tepat.

Rapi (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Campur Kode Penutur

Bahasa Indonesia oleh Anak Usia 6-10 Tahun di SD Chandra Kusuma Deli Serdang”

membahas tentang bentuk-bentuk campur kode yang digunakan anak usia 6-10 tahun

di SD Chandra Kusuma Deli Serdang dan faktor-faktor tejadinya campur kode. Ia

mengatakan campur kode dapat terjadi dalam komunikasi anak yang ada di sekolah

khususnya dalam proses pemerolehan bahasa kedua maupun ketiga, campur kode

yang terdapat pada usia anak 6-10 tahun yaitu unsur-unsur berwujud kata, penyisipan

unsur-unsur berwujud bentuk frase, penyisipan unsur-unsur berwujud bentuk baster,

(25)

pengulangan kata dan penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom. Selain

itu Rapi juga mengungkapkan faktor terjadinya campur kode selain karena faktor

kebiasaan dan sosial campur kode juga dapat terjadi karena faktor yang berhubungan

dengan perasaan.

Selanjutnya, Priyanto (2006) dalam tulisannya yang berjudul “Pemilihan

Kode pada Anak” meneliti peristiwa ahli kode dan campur kode yang terjadi pada

seorang anak perempuan yang berusia empat tahun lima bulan, Dalam penelitiannya

ia mengemukakan bahwa anak yang masih mengembangkan bilingualnya juga dapat

melakukan alih kode dan campur kode. Dalam kondisi seperti ini, alih kode dan

campur kode yang terjadi selain disebabkan oleh faktor-faktor sosial juga disebabkan

keterbatasan kemampuan linguistik dan alasan-alasan yang bersifat efektif. Artinya

alih kode dan campur kode tidak hanya dikuasai penutur dewasa yang memiliki

kemampuan berbahasa tingkat tinggi.

Para peneliti sebelumnya membahas campur kode yang terdapat dalam situasi

informal akibat faktor kebiasaan yang tidak bertujuan untuk menghibur. Namun pada

penelitian ini peneliti meneliti campur kode yang terdapat pada lirik lagu pop

Indonesia selain disebabkan oleh faktor kebiasaan disebabkan juga karena adanya

kecenderungan dalam masyarakat menggunakan bahasa asing dalam berinteraksi

yang memicu para musisi menciptakan lagu bercampur dengan bahasa asing dengan

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi adalah letak atau tempat (KBBI 2005:680). Yang menjadi lokasi

penelitian adalah perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian selama dua minggu yang dimulai dari selasa 22

November 2011 sampai dengan senin 5 Desember 2011.

3.2Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber

pengambilan sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan

dengan masalah penelitian (KBBI 2005 : 889).

Berdasarkan pendapat di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian

(27)

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari pemakai bahasa yang mewakili dari satu

populasi (Sudaryanto 1993:157). Sebuah sampel dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sampel sebanyak dua puluh dua lirik lagu pop Indonesia dari beberapa

band dan penyanyi yaitu:

1. 6 Starz

Judul lagu : Pretty women

2. 7 Icons

Judul lagu : Playboy

3. T2

Judul lagu : Ok

4. Ussy Suliswaty

Judul lagu : Lovely

5. Ratu

Judul lagu : Dear Diary

6. Indra Bekti

Judul lagu : Miss Chatting

7. Nidji

Judul lagu : Lost in Love

(28)

9. The Changcuters

Judul lagu : Main Serong

10.The Changcuters

Judul lagu : Only Love

11.Smash

Judul lagu : Senyum dan Semangat

12.Duo Maia

Judul lagu : Yang Penting Happy

13.Zivilia

Judul lagu : Just Friend

14.Arnet

Judul lagu : Wanita Tukang Selingkuh

15.The Changcuters

Judul lagu : Semarak Disco Party

16.Saikoji

Judul lagu : Followback

17.T2

Judul lagu : Lebay

18.Mika Tambayong

Judul lagu : Baby

19.7 Icons

(29)

20.Gita Gutawa

Judul lagu : Come On

21.Andien

Judul lagu : Moving On

22.Cherrybelle

Judul lagu : Friend Forever

3.3 Metode Penelitian

Metodologi berasal dari kata metode yang artinya cara yang tepat untuk

melakukan sesuatu; logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi

artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk

mencapai tujuan (Narbuko, 1991:1). Metodologi ini merupakan sesuatu yang sangat

penting karena berhasil tidaknya dan tinggi rendahnya hasil penelitian sangat

ditentukan oleh ketetapan peneliti dalam memilih metodologi yang digunakan.

3.3.1 Metode dan Teknik pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian diperlukan sejumlah data sebagai bahan penelitian.

Dalam penelitian ini adapun data yang dipergunakan adalah data tulis yang diperoleh

dari dua puluh dua lirik lagu pop Indonesia yang dirilis dari tahun 2007 sampai

dengan tahun 2011 yang bersumber dari hasil penelusuran internet.

(30)

untuk mengetahui data yang berupa campur kode dan teknik yang digunakan adalah

teknik catat. Data yang dianggap relevan dicatat dan kemudian dikelompokkan

berdasarkan jenis kata, frase dan klausa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

identifikasi terhadap data penelitian.

3.3.2 Metode dan Teknik Analisis data

Data yang telah terkumpul kemudian akan dianalisis dengan teknik atau

metode yang sesuai. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode padan yaitu

alat penentunya di luar atau terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang

bersangkutan. Metode padan dapat dilakukan dengan metode pilah. Campur kode

yang terdapat pada lirik lagu pop Indonesia akan diketahui berkat daya pilah yang

digunakan peneliti.

Sebagai contoh, penulis mengutip lirik lagu yang berjudul ‘Beraksi’ oleh

(31)

BERAKSI

Ketika siapa saja sendirian

Berdiam diri tak ada hiburan

Jika kau merasakan kesepian

Datang kemari kita senang-senang

Semua berdiri, waktunya beraksi

Penindasan kekerasaan gak jaman

Kami datang membawa perdamaian

Ciptakan suasana tak terlupakan

Lantangkan suaramu dan teriakkan

Alunan distorsi, kotak pun beraksi

Yang ada disana, yang ada disini

Semua ikut bernyanyi

Hey, yang datang disini

Jangan bikin keki

Bikin suasana happy

Beraksi.., Beraksi..

(32)

Hey.., yang ada disini

Semua happy

Hey, yang ada disana yang ada disini

Semua ikut bernyanyi

Hey yang datang disini

Jangan bikin keki, bikin suasana happy

Beraksi.. beraksi.

Data:

(1) Jangan bikin keki, bikin suasana happy

(1a) Jangan bikin keki, bikin suasana senang

Campur kode yang terdapat pada lirik lagu diatas merupakan campur kode

yang merupakan penyisipan unsur-unsur yang berupa kata dengan bahasa pertama

(B1) yaitu bahasa Indonesia. Kata happy memiliki padanan kata dalam bahasa

Indonesia, dimana kata tersebut telah mewakili kata ‘senang’ dalam bahasa

Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia sebagai bahasa dasar dan bahasa Inggris

sebagai bahasa yang dipadankan. Dengan metode padan dari contoh di atas dapat

dilihat bahwa campur kode anatara bahasa Indonesia (B1) dan bahasa Inggris (B2)

dapat dipadankan dalam satu kalimat. Dengan teknik pilah maka setiap kata yang

dipadankan dapat dipilah dari bahasa pertamanya.

Daya pilah sebagai pembeda referen digunakan untuk membagi satuan lingual

(33)

oleh kata itu harus diketahui lebih dahulu. Untuk mengetahui perbedaan referen itu,

daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh setiap peneliti harus digunakan.

Dengan daya pilah itu, dapat diketahui bahwa referen itu ada yang berupa kata benda,

(34)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bentuk-Bentuk Campur Kode

Campur kode yang diteliti pada lirik lagu pop Indonesia berupa unsur-unsur

yang berasal dari bahasa asing (outtercode mixing), yaitu campur kode antara bahasa

Indonesia dengan bahasa Inggris. Dalam penelitian ini terdapat klasifikasi campur

kode yang ditemukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan data-data campur kode

yang ditemukan pada lirik lagu pop Indonesia:

Klasifikasi data yang merupakan campur kode:

No Jenis Campur Kode Jumlah

Campur kode bentuk baster

(35)

Data campur kode bahasa inggris:

Data

No Bahasa Inggris No Arti dalam Bahasa Indonesia

(36)

18

Singing all day long

Dancing all night long

No more mellow say no to galau

No more tears say no to fear

‘Tidak lagi lembut katakan tidak

pada galau’

‘Tidak lagi air mata katakan tidak

(37)

38

Cause I’m moving on

Baby

Jealous

Cause you are my best friend

forever

‘kerena aku bangkit ’

‘Sayang’

‘Cemburu’

‘Karena kau adalah temanku

selamanya’

‘Jangan menangis’

‘Jangan bersedih’

Berdasarkan tabel klasifikasi dan data yang diperoleh dalam penelitian,

(38)

4.1.1 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata

Dalam penyisipan ini, sebuah kata dari bahasa lain menyisip ke dalam bahasa

inti, yaitu bahasa Indonesia. Jenis kata yang ditemukan dalam lirik lagu pop

Indonesia yaitu kata benda atau nomina, kata kerja atau verba, dan kata sifat atau

adjektiva. Kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi dan mempunyai satu

arti(chaer,2003:53).

1. Campur Kode Kata Benda

Campur kode yang berupa kata benda yang terdapat pada lirik lagu pop

Indonesia adalah sebagai berikut:

(1) Baby babeaku suka kamu

sayang babe aku suka kamu’

(2) Hei boys

‘hei anak laki-laki’

Pada data (1) dan (2) terdapat campur kode yang berupa kata

baby dan boys yang berasal dari bahasa Inggris, yang berarti sayang dan anak

laki-laki. Contoh lain campur kode kata benda pada lirik lagu pop Indonesia

adalah:

(3) Hei ladies jangan mau dibilang lemah

‘Hei wanita jangan mau dibilang lemah’

(4) Follower pada gak pandang bulu

(39)

Pada data (3) terdapat campur kode kata benda berupa kata

ladies yang berarti wanita. Kata ladies pada lirik lagu di atas sudah mewakili

makna kata wanita dalam bahasa Indonesia. Begitu juga halnya pada data (4)

kata follower telah mewakili makna pada pengikut.

(5) Pilih friend yang keren, tentuin alamat twitter

‘Pilih teman yang keren, tentuin alamat twitter’

Pada data (5) terdapat campur kode kata kerja yaitu friend yang

berasal dari bahasa Inggris yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia

yaitu teman. Kata friend telah mewakili makna teman dalam bahasa

Indonesia.

2. Campur Kode Kata Kerja

Kata kerja atau verba merupakan unsur yang paling dominan menyisip

dalam campur kode yang terdapat pada lirik lagu pop Indonesia. Hal ini

ditandai dengan banyak data campur kode yang mengandung unsur kata kerja

atau verba. Campur kode yang berupa kata kerja pada lirik lagu pop Indonesia

adalah sebagai berikut:

(6) Perlu skill sejati agar tak jadi berantakan

‘Perlu keterampilan sejati agar tak jadi berantakan’

Pada data (6) terdapat campur kode kata kerja yaitu skill yang

di dalam bahasa Indonesia memiliki arti keterampilan. Kata skill telah

(40)

‘Kritik sambil cari perhatian’

Data (7) terdapat campur kode kata kerja yaitu campur kode

kata benda yang berasal dari bahasa Inggris yaitu attention memiliki arti

dalam bahasa Indonesia perhatian. Contoh lain dari campur kode kata

kerja adalah sebagai berikut:

(8) Stop!

‘Berhenti!’

(9) Follow kanan kiri sambil mention sana sini

Ikuti kanan kiri sambil mention sana sini’

Data (8) dan (9) terdapat campur kode berbahasa Inggris yang

berupa kata kerja. Data (8) berupa kata stop yang dalam bahasa Indonesia

adalah berhent, data (8) kata follow dalam bahasa Indonesia berarti ikuti.

Kata yang ada masing-masing mewakili kata dalam bahasa yang disisipi.

(10) Follow kanan kiri sambil mention sana sini

‘Follow kanan kiri sambil sebutkan sana sini’

(11) Di dunia online busy

‘Di dunia online sibuk’

(12) Posting sekali langsung global

kirim sekali langsung global’

(13) Makan shopping nguping ngiler

(41)

Pada data (10), (11), (12) dan (13) terdapat campur kode

berbahasa ingris yang berupa kata kerja. Pada data (10) terdapat kata

mention yang di dalam bahasa Indonesia bermakna mengikuti data (11)

terdapat kata busy di dalam bahasa Indonesia adalah minimal. Pada data

(12) berupa kata posting dalam bahasa Indonesia adalah perhatian dan data

(13) terdapat kata shopping di mana memiliki arti dalam bahasa Indonesia

belanja. Dari semua contoh data campur kode yang berupa bahasa Inggris

telah mewakili makna ke dalam bahasa Indonesia dalam penyusunan

kalimat pada lirik lagu pop Indonesia. Contoh lain campur kode pada lirik

lagu pop Indonesia sebagai berikut:

(14) Please deh jangan lebay

Mohon deh jangan lebay’

Data di atas merupakan campur kode berupa bahasa inggris. Pada

data (14) terdapat kata please yang sepadan maknanya dengan mohon

dalam bahasa Indonesia.

(15) Update status berita kondisi

Perbaharui status berita kondisi’

Pada data (15) terdapat campur kode berupa kata kerja yaitu

update dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai memperbaharui. Bahasa

pertama (bahasa Indonesia) yaitu memperbaharui disisip oleh bahasa kedua

(42)

(16) Wow, ini trend zaman sekarang

‘Wow, ini kecenderungan zaman sekarang’

Pada data diatas terdapat campur kode berupa kata kerja yang

merupakan penyisipan dari bahasa Inggris yaitu trend kedalam bahasa

Indonesia yaitu kecenderungan. Kedua kata tersebut memiliki makna yang

sama.

3. Campur Kode Kata Sifat

Selain kata kerja atau kata benda, kata sifat juga ditemukan dalam campur

kode yang terdapat pada irik lagu pop Indonesia.Penyisipan kata sifat tersebut

dapat dilihat pada data berikut ini:

(17) Hei si cowok handsome aku mengagumimu sejak dari dulu

Kau bilang aku pria paling handsome

‘Hei si cowok tampan aku mengagumimu sejak dari dulu’

‘Kau bilang aku pria paling tampan’

Pada data diatas hanya terdapat satu campur kode kata sifat

tetapi digunakan pada lirik lagu yang berbeda oleh dua penyanyi. Data (18)

yaitu handsome memiliki arti tampan dalam bahasa Indonesia. Kata

handsome sudah mewakili makna tampan dalam bahasa Indonesia walau

penerapannya menggunakan bahasa Inggris.

(18) Sixpack dikit ya (belok) ampe di sebelah kayak bego

(43)

Pada data (20) terdapat campur kode kata sifat. Menggunakan

bahasa Inggris yaitu sixpack yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia

kekar.Kata sixpack memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu kekar.

(19) Yang penting kita bisa happy

‘Yang penting kita bias senang’

Data (19) terdapat campur kode kata sifat yang disisp oleh

bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yaitu happy memiliki arti senang

dalam bahasa Indonesia.

(20) Ditinggal sebentar kamu jealous

‘Ditinggal sebentar kamu cemburu’

Pada data (20) terdapat campur kode berupa kata sifat yaitu

jealous memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu cemburu.

(21) Twitter jadi panas full tensi

‘Twitter jadi panas penuh tensi’

Data (21) terdapat campur kode kata sifat dari bahasa pertama

yaitu bahasa Indonesia dan bahasa kedua yaitu bahasa Inggris yaitu full memiliki

arti dalam bahasa Indonesia penuh.

4. Campur Kode Kata Seru atau Interjeksi

Kata seru atau interjeksi merupakan jenis kata yang paling sedikit menyisip

dalam campur kode pada lirik lagu pop Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada

(44)

(22) Bilang saja ok

‘Bilang saja iya’

Pada data (22) terdapat campur kode berupa kata seru atau

interjeksi yaitu ok dalam bahasa Indonesia memiliki arti iya. Bahasa

Indonesia sebagai bahasa pertama disisip dengan bahasa Inggris sebagai

bahasa kedua.

(23) Kita akan menjadi satu come on

‘Kita akan menjadi satu ayo’

Pada data (23) terdapat campur kode kata seru atau interjeksi

yaitu come on dalam bahasa Indonesia berarti ayo pergi. Kata come on

memiliki padanan yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu ayo, sehingga

telah mewakili maknanya ke dalam bahasa Indonesia.

4.1.2 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Frase

Chaer (1994:222) frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata

yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi

salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Penyisipan unsur-unsur atau campur

kode yang berupa frase pada lirik lagu pop Indonesia berupa frase nominal dan

(45)

1. Campur Kode Frase Nominal

Frase nominal adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata

nominal. Bentuk lirik lagu pop Indonesia yang mengandung frase nominal adalah

sebagai berikut:

(1) Dear diary kuingin cerita kepadamu

‘Kepada buku harian kuingin cerita kepadamu’

Frase dear diary yang terdapat pada data (1) yang berasal dari

bahasa inggris memiliki arti kepada buku harian dalam bahasa Indonesia.

Frase dear diary yang terdapat pada lirik lagu pop Indonesia sudah

mewakili makna dari untuk buku harian dengan kata lain kedua frase

tersebut baik dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia adalah frase

yang memiliki makna yang sepadan.

(2) Ternyata kau anggap aku just friend

‘Ternyata kau anggap aku hanya teman’

Pada data (2) terdapat campur kode frase nominal yang berasal

dari bahasa Inggris yaitu just friend memiliki arti dalam bahasa

Indonesia yaitu hanya teman.

(3) Pacarku miss chatting

‘Pacarku nona chatting

Data (10) terdapat penyisipan unsur-unsur berupa frase

(46)

chatting yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu

nona chatting.

2. Campur Kode Frase Adjektiva

Frase adjektiva adalah frase yang memiliki distribusi yang sama dengan kata

adjektiva atau kata sifat. Bentuk lirik lagu pop Indonesia yang memiliki frase

adjektiva adalah sebagai berikut:

(4) Aku akan jadi pretty womenmu yang selalu setia menemanimu

‘Aku akan jadi wanita cantikmu yang selalu setia menemanimu’

Pada data (4) terdapat campur kode frase adjektiva yaitu pretty

women yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu wanita cantik.

Kata pretty women dan wanita cantik merupakan kata yang sepadan

memiliki arti yang sama yaitu frase nominal. Contoh lain frase nominal

pada lirik lagu pop Indonesia adalah sebagai berikut:

(5) Aku bahagia hidup berdampingan denganmu my lovely

‘Aku bahagia hidup berdampingan denganmu sayangku’

Pada data (5) tedapat kata dalam bahasa Inggris yaitu my lovely

merupakan frase adjektiva yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia

adalah sayangku. Dalam penggunaannya pada lirik lagu pop Indonesia

pencipta lagu menggunakan bahasa Inggris sebab frase my lovely

memiliki makna yang sama dengan sayangku. Dengan kata lain kata my

lovely telah mewakili kata sayangku walau menggunakan dwi bahasa.

(47)

Hanya cinta hanyalah cinta’

Campur kode frase adjektiva yaitu only love yang terdapat pada

data (6) memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu hanya cinta. Only

love yang berasal dari bahasa Inggris dapat menggantikan hanya cinta

dalam bahasa Indonesia karena memiliki makna yang sama yang

keduanya dapat saling mengisi dalam lirik lagu tersebut.

(7) Jadi trending topic asik

‘Jadi topik terkenal asik’

Pada data (7) juga terdapat campur kode berupa frase adjektiva

yaitu trending topic yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti topik

terkenal.

(8) Lost in love, lost in love jalanku tanpa dirimu

Kehilangan cinta, kehilangan cinta jalanku tanpa dirimu’

Pada data (8) terdapat campur kode frase adjektival yaitu lost

in love memiliki arti dalam bahasa Indonesia adalah kehilangan cinta.

Bahasa pertama dapat disisip dengan bahasa kedua yaitu kehilangan cinta

dengan lost in love.

(9) Ma...ma..main serong berbahaya but is so fun

‘Ma…ma..main serong berbahaya tapi menyenangkan’

(48)

Pada lirik lagu tersebut bahasa pertama (bahasa Indoesia) yaitu tapi

menyenangkan disisip dengan bahasa kedua (bahasa Inggris) yaitu but is

so fun. Contoh lain dari campur kode frase verbal adalah sebagai berikut:

3. Campur Kode Frase Verbal

Frase verba merupakan frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan

kata verba. Bentuk campur kode yang terdapat pada irik lagu pop Indonesia

adalah sebagai berikut:

(10) Ikuti irama semarak disco party

‘Ikuti irama semarak pesta disko’

Pada data (10) terdapat campur kode frase verbal yaitu disco

party dari bahasa inggris dalam bahasa Indonesia memiliki arti pesta

disko. Contoh lain dari cmpur kode frase verbal sebagai berikut:

(11) Aku minta follow back minta follow back

‘Aku minta konfirmasi minta konfirmasi’

Pada data (11) terdapat campur kode frase verbal yaitu

followback, dalam bahasa Indonesia memiliki arti konfirmasi. Frase

verbal followback telah mewakili makna dari konfirmasi dalam bahasa

(49)

(12) Let’s go, let let’s go ogah sama playboy

Ayo pergi, ayo pergi ogah sama playboy’

Data (12) terdapat campur kode frase verbal yaitu let’s go

dalam bahasa Indonesia ayo pergi. Kedua kata tersebut memiliki padanan

yang sama atau makna yang sama.

(13) Don’t cry

Jangan menangis’

Pada data (13) merupakan campur kode frase verbal berasal

dari bahasa Inggris yaitu don’t cry yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia

yaitu jangan menangis. Bahasa pertama yaitu bahasa Indonesia disisip oleh

bahasa kedua yaitu bahasa Inggris.

(14) Don’t be shy

‘Jangan bersedih’

Data (14) merupakan campur kode frase verbal yang berasal

dari bahasa Inggris yaitu don’t be shy memiliki arti dalam bahasa Indonesia

yaitu jangan bersedih.

(15) Berharap mention reply sekali keracunan susah direm

(50)

Pada data diatas yaitu (15) juga terdapat campur kode frase

verbal yaitu mention reply dalam bahasa Indonesia adalah jawaban.

Mention reply sudah mewakili makna balasan dalam bahasa Indonesia.

4.1.3 Penyisipan Unsur-Unsur Berwujud Bentuk Baster

Pada data yang diperoleh dari lirik lagu pop Indonesia hanya terdapat

satu campur kode yang berupa bentuk baster. Dalam penyisipan ini,

bentuk baster dalam bahasa inggris dimasukkan dalam kalimat bahasa

Indonesia dalam kirik lagu tersebut. Adapun bentuk baster yang terdapat

pada lirik lagu pop Indonesia yaitu awalan diikuti kata (awalan + kata)

dapat dilihat pada contoh berikut:

(1) Sempat ngerasa sedih karena sering di-bully

‘Sempat ngerasa sedih karena sering digertak’

Pada data (1) terdapat campur kode berupa bentuk baster yaitu

awalan + kata yaitu di-bully yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia

yaitu digertak. Kata bully (gertak) dalam bahasa Inggris diawali dengan

awalan di menjadi di-bully (digertak).

4.1.4 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata

berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen

(51)

berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan (Chaer

2007:231). Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa pada lirik lagu pop

Indonesia hanya ditemukan campur kode klausa nominal dan campur kode

klausa verbal. Adapun penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa adalah

sebagai berikut:

1. Campur Kode Klausa Nominal

Penyisipan klausa nominal dapat dilihat pada contoh data sebagai berikut:

(1) Cause you are my friend forever

karena kau adalah temanku selamanya’

Pada data (1) terdapat campur kode klausa nominal yaitu cause

you are my friend forever yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia

yaitu karena kau adalah temanku selamanya. Pada data tersebut

bahasa pertama (bahasa Indonesia) disisip oleh bahasa kedua (bahasa

Inggris).

(2) No more tears say no to fear

‘Tidak lagi air mata katakan tidak pada rasa takut’

Pada data (2) terdapat campur kode klausa verbal yaitu no

more tears say no to fear yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia

(52)

2. Campur Kode Klausa Verbal

Campur kode klausa verbal merupakan campur kode klausa yang memiliki

unsur predikatif. Adapun contoh campur kode nominal verbal adalah sebagai

berikut:

(3) Senyumanku tak akan pernah luntur lagi, singing all day long

‘Senyumanku tak akan pernah luntur lagi, bernyanyi sepanjang hari’

Pada data (3) terdapat campur kode klausa verbal yaitu singing

all day long yang memiliki arti dalmam bahasa Indonesia bernyanyi

sepanjang hari.

(4) Semangatku tak akan pernah patah lagi, dancing all night long

‘Semangatku tak akan pernah patah lagi, menari sepanjang malam’

Data (4) juga merupakan campur kode klausa verbal

yaitu dancing all night long yang memiliki arti dalam bahasa

Indonesia yaitu menari sepanjang malam. Pada contoh data tersebut

terdapat penyisipan unsur bahasa Inggirs kedalam bahasa Indonesia.

Contoh lain dari campur kode klausa verbal adalah sebagai berikut:.

(5) Aku tak akan berhenti melangkah cause I’m moving on

(53)

Pada data (5) terdapat campur kode klausa verbal yaitu cause

I’m moving on berasal dari bahasa Inggris memiliki arti dalam bahasa

Indonesia yaitu karena aku bangkit.

3. Campur Kode Klausa Adjektiva

Penyisipan campur kode klausa dapat dilihat pada contoh data di bawah ini:

(6) No more mellow say no to galau

Tidak lagi lembut katakan tidak pada galau’

Data (6) merupakan campur kode klausa adjektiva yaitu no

more mellow say no to galau yang memiliki arti dalam bahasa

Indonesia tidak lagi lembut katakan tidak pada galau. Pada

contoh diatas terdapat penyisipan bahasa Inggris ke dalam bahasa

Indonesia.

(7) You are beautiful, beautiful, beautiful kamu dari hatimu

‘Kamu cantik, cantik, cantik dari hatimu

Data (7) terdapat campur kode klausa adjektiva berasal dari

bahasa Inggris yaitu you are beautiful memiliki arti dalam bahasa

(54)

(8) Betapa berartinya kau, your my lovely

‘Betapa berartinya kau, kau adalah sayangku’

Data (5) merupakan campur kode klausa adjektiva yaitu your

mylovely yang didalam bahasa Indonesia memiliki arti kau adalahsayangku.

Dalam lirik lagu menggunakan bahasa inggris yang sudah mewakili

maknanya didalam bahasa Indonesia. Dengan kata your my lovely dan kau

adalah sayangku merupakan makna yang sepadan yaitu sama-sama frase

nomina dan memiliki makna yang sama.

4.1.5 Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Pengulangan Kata

Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata maksudnya

penyisipan pengulangan kata ke dalam bahasa inti atau bahasa utama

kedalam suatu kalimat. Dalam penyisipan pengulangan kata dalam bahasa

Inggris di masukkan ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Adapun contoh

sebagai berikut:

(1) Aku gak kuat sama playboy plaboy

(1a) Aku gak kuat sama lelaki pemain-lelaki pemain

Pada data (1) terdapat campur kode berupa

pengulangan kata yaitu playboy playboy dalam bahasa

(55)

Indonesia yaitu sebagai bahasa pertama disisip dengan bahasa Inggris

sebagai bahasa kedua.

4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode pada Lirik Lagu Pop

Indonesia

Faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode pada lirik lagu pop Indonesia

adalah sebagai berikut:

1. Faktor kesantaian atau situasi formal

Campur kode dapat terjadi pada situasi informal yang dipengaruhi oleh,

tempat, waktu, topik pembicaraan, dan ragam bahasa yang sedang

digunakan.

2. Faktor kebiasaan

Faktor kebiasaan maksudnya pembicara memiliki kebiasaan menggunakan

bahasa tertentu yang dianggap lebih baik, atau pembicara, tidak terbiasa

menggunakan bahasa tertentu sejak lama.

3. Faktor sosial

Faktor sosial dapat menyebabkan terjadinya campur kode. Hal ini dapat

dilihat dari status sosial pembicara.

4. Faktor keterbatasan kemampuan linguistik

Faktor keterbatasan kemampuan linguistik maksudnya pembicara

(56)

tidak menemukan ungkapan atau padanan yang tepat dalam bahasa yang

sedang digunakan.

5. Alasan alasan yang bersifat efektif

Faktor-faktor pernyebab terjadinya campur kode dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor Kesantaian atau Situasi Informal

Data 1

Bernyanyi walau bukan dangdut asli

yang penting goyangnya

asyik-asyik

Berjoget walau bukan dangdut asli

yang penting kita bisa happy

Pada contoh kutipan lirik lagu di atas telah terjadi campur

kode. Penyanyi atau pencipta lagu dalam lirik lagunya memasukkan

kata happy yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya dalam bahasa

Indonesia senang. Faktor penyanyi atau pencipta lagu melakukan

campur kode adalah faktor kesantaian atau situasi informal. Penyanyi

mengajak pendengar atau penikmat musik melalui lirik lagunya agar

merasa santai dan terhibur. Situasi informal dapat dilihat dari tempat

(57)

2. Faktor Kebiasaan

Data 2

Aku bahagia

Hidup berdampingan denganmu

my lovely

Sungguh bahagia

Betapa berartinya kau

you’re my lovely

Pada data di atas telah terjadi campur kode. Faktor yang

menyebabkan terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan. Hal ini

dapat dilihat dari lirik lagu yang memasukkan unsur bahasa Inggris

kedalam bahasa Indonesia yaitu my lovely dan you’re my

lovely.merupakan kata panggilan sayang terhadap pacarnya. Kata

panggilan atau sapaan tersebut telah terbiasa diucapkan sehingga

penyebab terjadinya campur kode adalah faktor kebiasaan.

Data 3

Baby babe

aku sayang kamu

(58)

Pada kutipan lirik lagu di atas telah terjadi campur kode.

Bahasa yang digunakan adalaha bahasa Indonesia yang dicampur

dengan unsure bahasa inggris. Campur kode terjadi karena faktor

kebiasaan. Kutipan lirik lagu diatas menceritakan seseorang yang

menyayangi pacarnya terbiasa memanggil pacarnya dengan sebutan

baby.

3. Faktor Sosial

Data 4

Gak, gak, gak level

Gak, gak, gak level

Aku gak level

Sama cowok gampangan

Data 4 pada kutipan lirik lagu di atas terjadi campur kode yaitu

penyisipan bahasa inggris ke dalam bahasa Indonesia yaitu gak level.

Dalam liriknya pencipta lagu memasukkan kata gak level.karena factor

sosial. Hal ini terlihat dari tema atau penggambaran pada lirik lagu,

menggunakan kata level jelas bahwa terdapat status sosial mengenai

(59)

Data 5

Hey jangan diam saja

Hey yuk kita berdansa

Ikuti irama semarak disco party

Langkahkan kakimu

Berdansa samapai pagi.

Peristiwa campur kode pada lirik lagu di atas terjadi dengan

menyisipkan unsur bahasa inggris kedalam bahasa Indonesia yaitu

disco party. Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode adalah

faktor sosial. Lirik lagu diatas menceritakan tentang pesta dansa atau

disco party, dimana kata party sering digunakan oleh masyarakat yang

memiliki status sosial golongan atas untuk sebutan pesta yang sering

diadakan.

4. Faktor Keterbatasan Kemampuan Linguistik

Data 6

Gak, gak, gak kuat

Gak, gak ,gak kuat

Gak, gak, gak kuat

(60)

Pada data di atas telah terjadi campur kode yaitu penyisipan

unsur-unsur bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia yaitu playboy.

Pada kutipan lirik lagu tersebut terjadi campur kode karena faktor

keterbatasan kemampuan linguistik untuk menemukan ungkapan atau

padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia. Kata playboy yang artinya

pria yang gemar memiliki pacar lebih dari satu tidak memiliki kata

yang sesuai atau padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia sehingga

digunakan kata playboy yang berasal dari bahasa Inggris.

Data 7

Lihat yang muda (belok)

Sixpack dikit ya (belok)

Sampe yang di sebelah

kayak bego

Pada kutipan lirik lagu di atas terjadi campur kode karena

faktor keterbatasan kemampuan linguistik. Bahasa yang digunakan

adalah bahasa Indonesia yang dicampur dengan unsur yang berasal

dari bahasa inggris yaitu kata sixpack untuk menyebutkan badan pria

(61)

5. Alasan-Alasan yang Bersifat Efektif

Data 8

Bersama pelangi ku menari

Menyambut bebasnya hari ini

Tiada lagi yang mampu menghalangi

Aku tak akan berhenti melangkah

Cause I’m moving on

Pada data di atas terjadi campur kode yang menggunakan

bahasa Indonesia dicampur dengan unsur dari bahassa Inggris yaitu

cause I’m moving on. Faktor yang menyebabkan terjadinya campur

kode adalah faktor untuk lebih menegaskan sesuatu. Hal ini dapat

dilihat dari kata moving on yang artinya bangkit atau melangkah maju.

Data 9

Di dunia online atleast

Pilih id yang keren

Tentuin twitter address

Pada kutipan lirik lagu di atas telah terjadi campur kode.

(62)

menyebabkan terjadinya campur kode adalah adanya kebiasaan atau

kecenderungan di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh kemajuan

teknologi. Hal ini tampak dengan adanya kata twitter address. Twitter

merupakan salah satu jejaring sosial yang banyak dipakai oleh

masyarakat luas.

(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis terhadap campur kode pada lirik lagu pop Indonesia

yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk campur kode yang terdapat pada lirik lagu pop Indonesia

adalah campur kode kata benda, campur kode kata verba, campur kode kata

sifat, campur kode kata seru atau interjeksi, campur kode frase nominal,

campur kode frase verbal, campur kode frase adjektiva, campur kode klausa

nominal, campur kode klausa verbal,campur kode klausa adjektiva, campur

kode bentuk baster dan campur kode bentuk pengulangan kata. Campur kode

yang paling dominan yang terdapat pada lirik lagu pop Indonesia yaitu

campur kode kata verba, campur kode kata sifat dan campur kode frase

adjektiva.

2. Faktor terjadinya campur kode dalam lirik lagu pop Indonesia antara lain yaitu

karena adanya faktor kesantaian atau situasi informal, Faktor kebiasaan, faktor

sosial, faktor keterbatasan kemampuan lingustik dan factor alasan-alasan yang

bersifat efektif seperti untuk menegaskan sesuatu dan adanya kecenderungan

(64)

5.2 Saran

Hasil penelitian ini belumlah sempurna dan memungkinkan ada penelitian

lebih lanjut terhadap topik yang sama serta versi lirik lagu yang sama pula sehingga

penelitian ini lebih lengkap. Hendaknya untuk penelitan selanjutnya lebih banyak

yang dikaji dan bervariasi sehingga penelitian tidak monoton. Penelitian ini juga

diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif contoh bahan bagi pembaca dalam

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesa. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional Balai Pusaka.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer Abdul, Leony Agustina, 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta :

Rineka Cipta

Hasan Kailani. 2001. Butir-Butir Linguistik Umum dan Sosiolinguistik. Riau : Unri

Press

Hudson, R.A. 1996. Sosiolinguistik. London : Cambridge University Press

Khan. 2005. “Alih Kode dan Campur Kode dalam Masyarakat Bilingual”. (Skripsi).

Fakultas Sastra USU Medan.

Mahsun, 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi Metode dan Tekniknya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Nababan P. W. J. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia

Narbuko. 1991. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Nurhayati, Yuni, 2006. “CampurKode pada Novel Muara Kasih karya Muthmainnah

. (Skripsi). Fakultas Sastra USU Medan

(66)

Priyanto. 2006. “Pemilhan Kode pada Anak.” (Skripsi). Fakultas Sastra USU Medan

Purba Antilan. 1996. Kompetensi Komunikatif Bahasa Indonesia Ancangan

Sosiolinguistik. Medan : Unimed Press

Rahardi, Kunjana. 2010. Kajian Sosiolinguistik. Bogor: Ghalia Indonesia

Rahardi, Kunjana. 2010. Sosiolinguistik, Kode dan Ahli Kode. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Sihotang, Rapi, 2009. “Campur Kode Penutur Bahasa Indonesia oleh Anak Usia 6-10

Tahun di SD Chandra Kusuma Deli Serdang” (Skripsi). Fakultas Sastra USU

Medan

Singarimbun. 1989. Metode dan Proses Penelitian. Yogyakarta: Pustaka LP3ES

Sudaryanto, 1993. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian

Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Jogjakarta : Duta Wacana University

Press

Sumarsono, Paina Partana, 2002. Sosiolinguistik. Jogyakarta: Sabda

Tarihoran, M. Sofiyan. 2000. “Analisis Campur Kode dalam Majalah Tempo.”

(Skripsi). Fakultas Sastra USU Medan.

Umar Azhar, Delvi. 1994. Sosiolinguitik dan Psikolinguistik. Medan : Pustaka

Widyasarana

Web :

Referensi

Dokumen terkait

Agar tanaman kari dapat menjadi tanaman yang bisa direkomendasikan sebagai bagian dari tanaman penghasil minyak atsiri dan potensial untuk dikembangkan sebagai

Hemmm kalau menurut saya itu kak introduction to statistic karena di dalam matematika itu seperti statistic itu adalah matakuliah yang bukan hanya digunakan

Menimbang bahwa telah ditetapkan dan diberlakukan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Statuta Universitas

 untuk melakukan verifikasi dan validasi kesesuaian data proses pembelajaran setiap satuan pendidikan per kabupaten/kota berdasarkan standard (SNP dan SPM) yang sudah ditentukan

Abstrak: Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi pembelajaran kelas VIII F SMP Negeri 2 Colomadu yang terdapat kelemahan antara lain: proses pembelajaran masih

1) Menarik wisatawan dalam atau luar negeri dengan obyek daya tarik wisata alam melihat secara langsung hidupan liar satwa endemik Kalimantan yaitu bekantan.

Latar belakang penelitian ini adalah karena adanya kenyataan di lapangan bahwa sebagian pembelajaran kimia yang disampaikan oleh guru masih menggunakan model konvensional,

[r]