• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran Menggunakan Metode Algoritma tabooSearch Di SMPN1 TelukJambe-Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran Menggunakan Metode Algoritma tabooSearch Di SMPN1 TelukJambe-Karawang"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

IWAN SAEPUDIN

10104286

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

iii

Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran Menggunakan Metode Algoritma Taboosearch di SMPN1 Telukjambe-Karawang“

Sebagai perwujudan rasa syukur dan penghormatan atas selesainya tugas akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang telah di berikan. Terutama di tujukan kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat yang tak terhingga, terutama nikmat kesehatan.

2. Orang Tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi baik moril maupun materil, doa restu dan kasih sayang yang tiada hentinya.

3. Istriku tercinta Windika Larasati yang selalu memberikan dukungan moril, serta selalu memberikan kasih sayangnya kepada penulis

4. Anak – anakku tersayang Firastama Saepudin (3) dan Ciko Fazrin Saepudin (1) yang selalu membuat penulis tersenyum dikala sedang cape.

5. Mr_Zay yang selalu mendukung penulis selama kuliah dan skripsi. 6. Adik-adikku tercinta yang selalu memberi dukungan.

(3)

iv

dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Bandung.

10.Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung.

11.Bapak Andri Heryandi S.T. Selaku Dosen Wali

12.Segenap dosen, staf dan karyawan pada Universitas Komputer Indonesia Bandung.

13.Bapak Rahmat Selaku Koordinator Perpustakaan PT.Pos Indonesia Bandung. 14.Seluruh keluarga sekalian atas segala dukungannya.

15.Johns atas bantuannya dalam pembuatan tugas akhir ini.

16.Teman Seperjuangan (Very, Kahfi, Awonk, Ivan, Diki januarsyah, Arif , Anto, Yogi, Jajat, John,Dian dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu) GO SABUGA..!!!!

17.Teman IF-6 dan semua temanku yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan, doa, kebersamaan, pengalaman dan batuan selama ini.

Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi mahasiswa/i pada umumnya, serta bisa menambah wawasan dan pengetahuan di bidang teknologi informasi.

(4)

v LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK……… i

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… v

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR………..……… xii

DAFTAR SIMBOL………..………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN………..………. xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Identifikasi Masalah……….. 2

1.3 Maksud dan Tujuan………... 2

1.4 Batasan Masalah……… 3

1.5 Metodologi Penelitian………... 3

1.6 Sistematika Penulisan……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tempat Penelitian……….. 8

2.1.1 Sejarah SMPN1 Telukjambe... 8

2..1.2 Struktur Organisasi... 9

2.1.3 Visi dan Misi... 9 2.2 Konsep Dasar Sistem...………..

2.2.1 Karakteristik Sistem... 2.2.2 Klasifikasi Sistem... 2.2.3 Konsep Dasar Sistem... 2.2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi...

(5)

vi 2.4 Perangkat Lunak Penunjang...

2.4.1 Visual Basic... 2.4.2 Microsoft Access... 2.4.3 Algoritma Taboosearch... 2.4.4 Ide Dasar Taboosearch... 2.4.5 Graf...

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Analisis Sistem………... 46

3.1.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan………...……... 46

(6)

vii

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.1 Implementasi Sistem... 110

4.1.1 Perangkat Keras………... 110

4.1.2 Perangkat Lunak………... 110

4.1.3 Implementasi Database……… 110

4.1.4 Implementasi Algoritma Taboosearch... 4.1.5 Implementasi Antarmuka Simulasi Penjadualan... 4.1.6 Tampilan Antarmuka Program Simulasi... 111 112 113 4.2 Pengujian... 117

4.2.1 Rencana Pengujian Program Simulasi... 117

4.2.2 Pengujian Alpha... 4.2.2.1 Pengujian Login... 3.2.3 Analisis Kebutuhan Sistem... 3.2.3.1 Analisis Perangkat Keras... 3.2.3.2 Analisis Perangkat Lunak... 71 71 72 3.2.4 Perancangan Prosedural... 95

3.2.5 Tampilan Menu Pesan... 100

(7)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan………... 131 5.2 Saran………. 132

(8)

xii

Gambar 1.1 Model sekunsial linear (Waterfull)……… 5

Gambar 2.1 Struktur Organisasi SMPN1 Telukjambe Karawang... 9

Gambar 2.2 Model Sistem Sederhana………... 10

Gambar 2.3 Hubungan Data dan Informasi………....………. 15

Gambar 2.4 Siklus Informasi……… 16

Gambar 2.5 Kegiatan Sistem Informasi………... 20

Gambar 2.6 Graf sederhana dan Graf Ganda... 43

Gambar 2.7 Graf sebagai Representasi Constraint... 46

Gambar 3.1 Flowmap Prosedur Permintaan Kesediaan Mengajar... 48

Gambar 3.2 Flowmap Pembentukan Jadual Mata Pelajaran... 50

Gambar 3.3 Representasi Tiga Komponen Penjadualan... 67

Gambar 3.4 Pembentukan node dalam sebuah taboolis... 68

Gambar 3.5 Penggalan node-node yang terbentuk... 69

Gambar 3.6 Penelusuran dan Penempatan node pada taboolist... 71

Gambar 3.7 ERD Aplikasi Penjadualan... 73

Gambar 3.8 Diagram Konteks... 74

Gambar 3.9 DFD Level 0... 75

Gambar 3.10 DFD Level 1 proses 2.0... 76

Gambar 3.11 DFD Level 1 Proses 2 Pengolahan Data Master………... 74

Gambar 3.12 DFD Level 2 Proses 2.1 Pengolahan Data Kelas……... 77

Gambar 3.13 DFD Level 2 Proses 2.3 Pengolahan Mata Pelajaran... 78

Gambar 3.14 DFD Level 2 Proses 2.4 Pengolahan Data Waktu... 78

Gambar 3.15 DFD Level 2 Proses 2.5 Pengolahan Data Kurikulum.. 79

Gambar 3.16 DFD Level 2 Proses 2.6 Pengolahan Data Ajaran….. 79

(9)

xiii

Gambar 3.23 Perancangan Tampilan Kelas... 96

Gambar 3.24 Perancangan Tampilan Guru... 97

Gambar 3.25 Perancangan Tampilan Mata Pelajaran…………...…… 97

Gambar 3.26 Perancangan Tampilan Waktu... 98

Gambar 3.27 Perancangan Tampilan Ruang……….. 98

Gambar 3.28 Perancangan Tampilan Kesediaan... 99

Gambar 3.29 Flowchart Login...……….. 101

Gambar 3.30 Flowchart Masukan Data Kelas... 102

Gambar 3.31 Flowchart Masukan Data Guru... 102

Gambar 3.32 Flowchart Masukan Data Mata Pelajaran... 103

Gambar 3.33 Flowchart Masukan Data Waktu... 104

Gambar 3.34 Flowchart Masukan Data Ruang... 105

Gambar 3.35 Flowchart Masukan Data Kesediaan... 105

Gambar 3.38 Flowchart Proses Taboosearch... 106

Gambar 3.39 Flowchart Penelusuran Node... 107

Gambar 3.40 Flowchart Memasangkan node dengan ruang... 108

Gambar 3.41 Jaringan Semantik...………. 109

Gambar 4.1 Tampilan Form Menu Utama... 113

Gambar 4.2 Tampilan Form Data Kelas... 114

Gambar 4.3 Tampilan Form Data Guru...……… 114

Gambar 4.4 Tampilan Form Data Mata Pelajaran... 115

Gambar 4.5 Tampilan Form Data Waktu... 115

Gambar 4.6 Tampilan Form Data Ruang... 116

Gambar 4.7 Tampilan Form Data Kesediaan... 116

Gambar 4.8 Tampilan Proses Jadual... 116

(10)

xi

Tabel 3.6 Data Kesediaan Mengajar Guru... 56

Tabel 3.7 Data Jadual Lab... 58 Tabel 3.19 Tabel Perancangan Masukan Data Simulasi... 100

Tabel 3.20 Tabel Perancangan Keluaran Data Simulasi... 100

Tabel 4.1 Tabel Kelas Dalam Access... 109

(11)

xii

Tabel 4.6 Tabel Ruang Dalam Access... 110

Tabel 4.7 Tabel Detail Ruang Dalam Access... 111

Tabel 4.8 Tabel Implementasi Antar Muka... 112

Tabel 4.9 Rencana Pengujian Sistem Penjadualan... 117

Tabel 4.10 Pengujian Login... 118

Tabel 4.17 Pengujian Tambah Data Mata Pelajaran... 122

Tabel 4.18 Pengujian Simpan Data Mata Pelajaran... 122

Tabel 4.19 Pengujian Tambah Data Mata Pelajaran... 123

Tabel 4.20 Pengujian Tambah Data Waktu... 123

Tabel 4.21 Pengujian Simpan Data Waktu... .124

Tabel 4.22 Pengujian Hapus Data Waktu... 124

Tabel 4.23 Pengujian Tambah Data Ruang... 124

Tabel 4.24 Pengujian Simpan Data Ruang... 125

Tabel 4.25 Pengujian Hapus Data Ruang... 125

Tabel 4.26 Pengujian Simpan Data Kesediaan... 126

Tabel 4.27 Pengujian Pengolahan Data Jadual... 126

Tabel 4.28 Pengujian Proses Taboosearch... 127

Tabel 4.29 Pengujian Laporan Perhari...127

Tabel 4.30 Pengujian Laporan Perkelas...127

Tabel 4.31 Pengujian Kelas Lab... 128

Tabel 4.32 Hasil Pengujian Pernyataan No 1... 128

Tabel 4.33 Hasil Pengujian Pernyataan No 2...129

(12)

xix

Lampiran A Tampilan Antar Muka... A-1

Lampiran B Listing Program... B-1

Lampiran C Hasil Kuesioner………. C-1

Lampiran D Dokumen Manual Sistem Lama...………..……….. D-1

(13)

163 Yogyakarta.

[2] Bahri, Kusnassriyanto S. & Sjachriyanto, Wawan, 2005, Pemrograman Delphi, Informatika, Bandung.

[3] Husni, 2004, Pemrograman Database dengan Delphi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

[4] Nugroho, Adi, 2004, Konsep Pengembangan Sistem Basis Data, Informatika,

Bandung.

(14)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

SMPN 1 Telukjambe – Karawang merupakan salah satu sekolah yang ada di

Kecamatan Telukjambe Kab. Karawang. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang memiliki jumlah kelas terbanyak dibandingkan dengan sekolah – sekolah lain yang ada di Kecamatan Telukjambe. Di SMPN 1 Telukjambe – Karawang

terdapat beberapa bagian, antara lain bagian Tata Usaha, Guru, Bagian Keuangan dan Bagian Kurikulum. Peran dan tugas bagian kurikulum adalah mengelola dan

membuat jadual mata pelajaran.

Saat ini SMPN 1 Telukjambe dalam pembuatan jadual mata pelajaran masih menggunakan Microsoft Office Excel. Sistem penjadualan yang diterapkan saat

ini adalah berdasarkan hasil rapat seluruh guru dan berdasarkan daftar kesediaan yang telah diisi oleh guru.

Untuk membantu pengolahan jadual mata pelajaran di SMPN 1 Telukjambe – Karawang perlu adanya suatu sistem informasi penjadualan agar setiap pekerjaan yang menyangkut kegiatan belajar mengajar di SMPN 1 Telukjambe -

Karawang dapat dikurangi tingkat kesalahannya, maka dibutuhkan suatu sistem informasi penjadualan yang dapat membantu dalam menangani masalah tersebut.

Dengan dibangunnya suatu sistem informasi penjadualan diharapkan dapat berfungsi untuk perbaikan sistem yang telah ada.

Metode yang digunakan pada sistem informasi penjadualan ini adalah

(15)

sejumlah batasan dan syarat (constraint) tertentu. Constraint yang harus dipenuhi adalah pengalokasian mata pelajaran , guru dan waktu terhadap sebuah ruang

kelas yang sangat berpengaruh pada kelas – kelas lainnya dan menjadi sebuah permasalahan yang harus dipecahkan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah

“Bagaimana membangun Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran Menggunakan Metode Algoritma Taboosearch Di SMPN1 Telukjambe - Karawang”.

1.3 Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah membangun sistem informasi penjadualan mata pelajaran menggunakan metode algoritma taboosearch di SMPN1

Telukjambe - Karawang.

b. Tujuan

1. Memudahkan pihak sekolah dalam pembuatan jadual mata pelajaran.

(16)

sistem penjadualan mata pelajaran di SMPN 1 Telukjambe.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian dan pembuatan aplikasi ini, terdapat batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1. Sistem yang dijadikan simulasi hanya sebatas sistem penjadualan mata

pelajaran, bukan sistem pengolahan data akademik secara keseluruhan.

2. Penerapan algoritma Taboosearch dalam proses penjadualan mata pelajaran dibentuk berdasarkan cosnstraint.

3. Constraint dalam sistem penjadualan ini terdiri dari dua yaitu Hard Constraint (diupayakan dipenuhi dan tidak boleh dilanggar) yaitu tidak boleh ada bentrok

jadual, jumlah jam mengajar guru setiap hari, mata pelajaran di ruangan khusus (Lab. Komputer dan Olahraga), dan yang termasuk ke dalam Soft Constraint (boleh dilanggar) yaitu urutan mata pelajaran dan alokasi ruang. 4. Simulasi sistem yang dibangun menggunakan algoritma taboosearch dengan

bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan menggunakan DatabaseAccess. 5. Sismulasi sistem yang dibangun berbasis desktop dan digunakan pada

komputer stand alone.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui dari perumusan

(17)

ditetapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisa penerapan algoritma taboosearch dengan membuat simulasi sistem penjadualan menggunakan metode waterfall, uraiannya sebagai berikut:

1. System Enginerring: merupakan tahap observasi dimana metode ini digunakan untuk mendapatkan data-data di lapangan seperti data mata pelajaran, data

guru, data kelas, dan data ruang kelas serta waktu pembelajaran.

2. System Analysis: tahap pengumpulan seluruh kebutuhan elemen di tingkat perangkat lunak (Requirement Analysis), sehingga dapat ditentukan domain-domain data (informasi yang saling terkait), fungsi, proses dan prosedur yang diperlukan beserta unjuk kerjanya, dan antarmuka (User Interface). Hasil akhir dari tahap analisis adalah mendapatkan seluruh spesifikasi kebutuhan perangkat lunak.

3. System Design: Tahap untuk menerjemahkan seluruh spesifikasi perangkat lunak yang telah didapat pada tahap analisis ke dalam bentuk arsitektur perangkat lunak yang memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit

untuk diimplementasikan.

4. System Coding: proses penerjemahan data atau pemecahan masalah ke dalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh mesin (komputer).

5. System Testing: tahap pengujian digunakan untuk memeriksa apakah perangkat lunak yang dibuat sudah sesuai dengan spesifikasinya atau tidak.

(18)

akan diintegrasikan dan dikompilasi sehingga membentuk suatu perangkat lunak yang utuh.

6. System Maintenance: melakukan pemeliharan aplikasi dan data, contoh disediakan form update data dan update pertambahan atau pengurangan kebutuhan.

Metode waterfall yang digunakan dalam penelitian dan pembuatan aplikasi ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1 Metode Waterfall

1.6 Sistematika Penulisan

(19)

Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian dan Sistematika

Penulisan. Dimaksudkan agar dapat memberi gambaran tentang urutan pemahaman dalam menyajikan laporan Tugas Akhir ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori yang melandasi pembahasan dalam Tugas Akhir ini, yang mencakup pengertian dasar tentang algoritma taboosearch dan penerapannya, simulasi sistem penjadualan mata pelajaran, basis data, Visual Basic 6.0, dan Database Access.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini bembahas tentang analisis dan perancangan aliran proses sistem yang mengarah ke spesifikasi kebutuhan perangkat lunak atau simulasi sistem yang dibuat.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Bab ini membahas tentang implementasi dari sistem yang dijadikan simulasi

dalam analisa meliputi cara kerja penerapan algoritma taboosearch dan pengujiannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang kesimpulan keseluruhan laporan penelitian yang telah dibuat dan saran yang diberikan atas laporan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

(20)

8

2.1 Sejarah Singkat SMPN 1 Telukjambe

Awalnya SMP NEGERI 1 Telukjambe adalah SMP Yayasan

Pembangunan TelukJambe (YPT) sekolah swasta yang dibangun untuk

menampung lulusan SD di daerah Telukjambe Timur yang tidak mampu untuk

bersekolah ke luar daerah. Sekolah ini pada mulanya berlokasi di areal Kantor

Kecamatan Telukjambe Timur, dengan Kepala Sekolah Ibu Sriana Rusli istri dari

Camat Telukjambe Timur yang menjabat saat itu. Namun karena kebutuhan akan

sekolah lanjutan sangat mendesak, masyarakat mendorong untuk me-negeri-kan

sekolah ini. Hingga pada tahun 1979 sekolah ini menempati gedung sendiri yang

dibangun pemerintah di daerah pemukiman sepi di kawasan Jalan Raya

Telukjambe, Desa Sukadana dan secara resmi menyandang nama SMP Negeri 1

Telukjambe dengan Kepala Sekolah Anang Busra, BA.

Perjalanan yang begitu panjang telah menempa SMP ini menjadi institusi

pendidikan yang mantap dan bahkan cukup disegani. Alumni sekolah ini tersebar

diberbagai institusi, baik negeri maupun swasta. Dan secara traditif, sekolah ini

juga terkenal melahirkan banyak olahragawan andal yang beberapa diantaranya

turut mengharumkan Kabupaten Karawang. Letak sekolah ini pun sangat strategis,

(21)

Saat ini SMP Negeri 1 Telukjambe merupakan sekolah Potensial Mandiri yang

menuju SSN.

2.1.1 Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Struktur Organisasi SMPN 1 Telukjambe

2.1.2 Visi dan Misi

a. Visi

• Berprestasi berlandaskan Iman dan Taqwa serta Berwawasan Lingkungan

b. Misi

• Menunjang peningkatan mutu peserta didik dengan pembelajaran PAIKEM

dan menumbuhkan kearifan dalam bertindak dan bersikap yang bersumber

(22)

2.2 Konsep Dasar Sistem

Mempelajari suatu sistem akan lebih memahami apabila mengetahui terlebih

dahulu apakah sistem itu. Dimana definisi sistem mempunyai peranan penting di

dalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem. Pendekatan sistem yang

merupakan kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau

subsistem-subsistem merupakan definisi yang luas karena suatu sistem dapat

terdiri dari beberapa sub sistem.

Berikut ini akan diperlihatkan gambar mengenai model sistem sederhana dan

sistem yang memiliki beberapa input dan output.

Gambar 2.1 Model Sistem Sederhana

2.2.1 Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu sebagai

(23)

1. Komponen-komponen (components)

Setiap sistem baik sistem dalam skala besar maupun sistem dalam

skala kecil sekalipun memiliki komponen-komponen atau

elemen-elemen. Komponen-komponen ini saling berhubungan dan bekerja

sama sehingga tercipta satu kesatuan fungsi dari sistem. Sehingga

sistem dapat mencapai tujuannya.

2. Penghubung Sistem (Sistem Interface)

Penghubung sistem merupakan media perantara antara subsistem yang

satu dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung sistem ini,

maka subsistem-subsistem dapat saling meberi dan menerima sumber

daya sehingga terjalin kerja sama dan dapat membentuk satu kesatuan

fungsi dari sistem.

3. Lingkungan luar (Environment)

Lingkungan luar dari sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar

batas sistem. Lingkungan luar ini bisa juga berupa ekosistem dimana

sistem tersebut berada. Walaupun keberadaannya diluar sistem, tapi

lingkungan luar dapat mempengaruhi sistem. Adanya ketidakserasian

antara lingkungan luar dengan sistem dapat menyebabkan

terganggunya fungsi sistem. Oleh karena itu harus senantiasa tercipta

keharmonisan antara sistem dengan lingkungan luarnya.

(24)

Batas sistem merupakan daerah pemisah antara satu sistem dengan

sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini

memberikan ruang lingkup yang jelas dari suatu sistem. Dengan

adanya ruang lingkup yang jelas dari sistem tersebut, maka kita dapat

memisahkan dan membedakan satu sistem dengan sistem yang lainnya

maupun sistem dengan lingkungan luar.

5. Masukan Sistem (Sistem Input)

Masukan adalah bahan atau energi yang dimasukkan kedalam sistem.

Energi ini dimasukkan kedalam sistem untuk diproses oleh sistem

sesuai dengan fungsi dari sistem agar dapat menghasilkan keluaran.

6. Keluaran Sistem (Sistem Output)

Keluaran merupakan hasil dari pengolahan suatu sistem. Keluaran ini

tentunya diharapkan dapat berguna sesuai dengan tujuan dari sistem.

Selain sebagai hasil akhir, sebagian keluaran bisa juga dijadikan

masukan untuk sistem lainnya.

7. Pengolah Sistem (Sistem Processing)

Pengolah sistem adalah mesin atau mekanisme yang digunakan untuk

mengubah masukan menjadi keluaran. Pengolah memiliki peranan

(25)

masukan terjadi sehingga menghasilkan keluaran yang sesuai dengan

tujuan sistem.

8. Sasaran dan Tujuan ( goal objective )

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran ( objective ).

Tujuan merupakan hal akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem,

sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang menjadi objek dan titik

fokus untuk meraih tujuan. Suatu sistem bisa dikatakan berhasil

menjalankan fungsinya bila berhasil mencapai sasaran dan tujuan dari

sistem tersebut.

2.2.2 Klasifikasi Sistem

Sistem dapat diklasifikasikan dari berberapa sudut pandang, diantaranya

sebagai berikut:

1. Sistem diklasifikasikan sebagai abstark (abstract system) dan sistem

fisik (physical system).

Sistem Abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide

yang tidak tampak secara fisik. Sistem fisik merupakan sistem yang

ada secara fisik.

2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan

(26)

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak

dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang

oleh manusia. Sistem buatan manusia melibatkan interaksi manusia

dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang

menyebutnya dengan man-machine sytem.

3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system)

dan sistem tak tertentu (probabilistic system).

Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat

diprediksi. Interkasi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan

pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem tak

tertentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat

diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan

sistem terbuka (open system)

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak

terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem terbuka adalah sistem

yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya.

2.2.3 Konsep Dasar Data dan Informasi

Data adalah bahan yang akan diolah atau diproses, dapat berupa

huruf--huruf, angka-angka, simbol-simbol yang menunjukkan suatu fungsi berdiri

(27)

mendukung sistem informasi terutama dalam penyediaan dan pengolahan data.

Betapapun kecilnya suatu sistem selalu mengandung sub sistem-sub sistem.

Setiap sub sistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu

fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

Antar aktivitas di dalam sistem memerlukan hubungan kerja yang biasa

diwakili dengan munculnya informasi dari sistem, sehingga manajemen dapat

melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang ada.

Sebuah sistem mewakili suatu kehidupan tertentu pada suatu lingkungan,

dimana didalamnya terdapat sejumlah aktivitas kerja. Biasanya aktivitas yang

tampak adalah aktivitas yang sebagian besar dilakukan oleh manusia dan juga

aktivitas lain yang dibantu oleh teknologi komputer.

Interaksi antara elemen-elemen sistem maupun subsistem-subsistem

membentuk sebuah informasi yang berguna bagi penerimanya. Informasi sangat

penting artinya bagi sebuah organisasi dan dari informasi inilah sebuah organisasi

dapat mengetahui dan mengatur kehidupannya serta dapat mengembangkan diri.

Dari suatu pendapat dikatakan bahwa: “Informasi adalah data yang diolah

menjadi suatu bentuk tertentu yang lebih berguna dan lebih berarti bagi

penerimanya”.

Berikut akan diperlihatkan gambar mengenai hubungan antara data dengan

(28)

Gambar 2.2 Hubungan Data dan Informasi

Suatu sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan-kenyataan yang

menggambarkan kejadian atau fakta kehidupan. Untuk menghasilkan informasi,

data harus diolah melalui suatu proses. Setelah itu informasi akan diterima oleh

yang membutuhkan untuk bahan pengambilan keputusan dan melakukan tindakan.

Dari tindakan akan muncul sejumlah kejadian baru dan ditangkap kembali sebagai

data. Kemudian data baru ini akan diproses ulang melalui proses tertentu dan

seterusnya membentuk suatu siklus seperti dipelihatkan pada gambar dibawah ini

(29)

Kualitas sebuah informasi (quality of information) ditentukan oleh beberapa

faktor, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timelines)

dan relevan (relevance).

1. Akurat Artinya informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan

tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas

mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber

informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi

gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi.

2. Tepat Pada Waktunya Artinya informasi yang datang pada penerima

tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah lama tidak akan

mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan dalam

pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka

dapat berakibat fatal untuk organisasi.

3. Relevan Artinya informasi tersebut mempunyai manfaat untuk

pemakainya. Relevansi informasi untuk setiap orang akan berbeda.

Nilai suatu informasi (value of information) ditentukan oleh dua hal, yaitu

manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila

manfaatnya lebih efektif dibandingkan biaya mendapatkannya. Namun demikian

sangat sukar untuk menaksir nilai keuntungan sebagian informasi dengan satuan

mata uang. Penilaian hanya dapat dilakukan dari nilai efektifitasnya. Pengukuran

nilai informasi biasanya dihubungkan dengan nilai efektifitasnya (Cost

(30)

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen didalam

pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari sistem informasi

(information system) atau disebut juga dengan processing system atau information

processing system atau Information Generating System.

Secara umum sistem informasi dapat dikatakan sebagai sistem manusia

mesin yang terintegrasi, yang menyediakan informasi serta mendukung

pelaksanaan operasional manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam

sebuah organisasi.

Secara teori, komputer tidak harus digunakan didalam suatu sistem

informasi, tetapi pada kenyataannya tidaklah mungkin suatu sistem informasi

yang kompleks dapat berfungsi tanpa melibatkan elemen komputer dan tentunya

juga elemen non-komputer yaitu manusia itu sendiri.

2.2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi

Sistem Informasi (SI) merupakan sistem pembangkit informasi, artinya

sistem yang menyediakan informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar

sub-sistemnya, Sistem Informasi akan mampu menyediakan informasi yang

berkualitas, tepat, cepat, dan akurat sesuai dengan manajemen yang

membutuhkannya.

Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information

Sistem-CBIS) mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam

(31)

menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat

bantu pengambilan keputusan. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara

lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi, dan “basis komputer”

sebagai kata kuncinya.

Dengan semakin majunya teknologi sekarang saat ini,

diperusahaan-perusahaan selau diterapkan suatu sistem informasi yang baru dengan mengikuti

perkembangan jaman. Dengan diterapkannya sistem yang dirancang dengan baik

akan mempermudah didalam pengoreksian jika terjadi kesalahan-kesalahan atau

kendala yang terjadi di dalam perusahaan.

Informasi dihasilkan oleh suatu proses sistem informasi dan bertujuan

menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen,

operasi perusahaan dari hari ke hari dan informasi yang layak untuk pihak

perusahaan.

Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis di dalam bukunya

Accounting Informatioon Systems mendefinisikan sistem informasi sebagai

berikut:

“Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi,

bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan

(32)

Sedangkan menurut Susanto Azhar di dalam bukunya Pengantar Aplikasi

Komputer mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut:

Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem komponen baik

phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan

bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data

menjadi informasi yang berguna“.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi

merupakan perpaduan antara manusia, alat teknologi, media, prosedure dan

pengendalian yang bertujuan untuk menata jaringan komunikasi sehingga dapat

membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kegiatan yang terdapat pada

sistem informasi antara lain :

1. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data yang

akan diproses

2. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk

menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah

3. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses diatas

4. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data

5. Kontrol, suatu aktifitas untuk menjamin bahwa sistem informasi

(33)

Gambar 2.4 Kegiatan Sistem Informasi

2.2.5 Peranan Sistem Informasi

Sistem informasi pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang harus dapat

melayani kebutuhan informasi yang ada dalam organisasi. Pentingnya peran

informasi bagi organisasi menyebabkan pentingnya identifikasi terhadap

karakteristik kebutuhan.

Peran dari setiap informasi harus disesuaikan dengan pekerjaan setiap

tingkatan manajerial di organisasi. Setiap aktivitas manajerial pada suatu

organisasi memiliki target yang berbeda-beda dan memiliki kebutuhan informasi

yang sifatnya intern maupun ekstern.

Bila ditinjau dari tugas masing-masing tingkat manajerial, maka semestinya

sistem informasi untuk manajemen yang dirancang sesuai dengan tugas dan

wewenang masing-masing tingkat manajerial yang ada. Jenis informasi untuk

setiap tingkatan manajerial bermacam-macam. Berikut ini adalah penjelasan

tentang informasi yang sesuai dengan tingkat manajerial :

(34)

strategis, kebijakan dan pengambilan keputusan.

2. Manajemen Level Menengah, informasi digunakan untuk perencanaan

taktis dan pengambilan keputusan.

3. Manajemen Level Bawah, untuk pemrosesan transaksi dan merespon

permintaan.

2.3 Analisis Sistem

Analisis sistem (system analysis) dapat didefinisiskan sebagai berikut :

Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian

komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi

permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang

terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan

perbaikan-perbaikannya

Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan (system

planning), dan sebelum tahap desain sistem (system design). Tahap analisis

merupakan tahap yang sangat kritis dan sangat penting, karena kesalahan pada

tahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya.

Analsis yang dilakukan menggunakan metode analisis terstruktur, dimana

metode analisis terstruktur ini banyak memakai tool-tool dalam mempresentasikan

suatu sistem, sehingga penguraian sistem dapat terstruktur dengan baik, jelas dan

(35)

2.3.1 Diagram Konteks

Diagram konteks merupakan diagram yang mengandung satu proses yang

menggambarkan hubungan keterkaitan antara sistem dengan pihak-pihak diluar

lingkungan sistem dan posisi sistem didalam lingkungan tersebut. Pihak-pihak

tersebut merupakan pihak-pihak yang membutuhkan informasi dan data dari

sistem ataupun pihak-pihak yang menjadi sumber informasi dan data bagi sistem.

Hubungan keterkaitannya digambarkan sebagai aliran informasi dan data yang

masuk ke dalam sistem dan keluar dari sistem.

2.3.2 Data Flow Diagram (DFD)

DFD adalah sebuah teknik grafik yang menggambarkan aliran data dan

transformasi yang digunakan sebagai perjalanan data dari masukan menuju ke

keluaran. DFD dapat diartikan juga sebagai model jaringan dari sebuah sistem.

DFD dapat menggambarkan proses-proses yang terjadi dan aliran data

diantaranya.

DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa

mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau

lingkungan fisik dimana data tersebut disimpan. Secara umum DFD dapat

diartikan sebagai salah satu tools untuk analisis sistem yang dapat bermanfaat

untuk menggambarkan proses, aliran data, entity yang terlibat serta data store

yang digunakan dalam sistem yang dipelajari. Dengan menuangkan hasil analisis

(36)

dengan mudah dan baik.

Dibawah ini terdapat simbol-simbol untuk DFD yang diusulkan oleh

Yourdon :

1. Proses, suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh

orang, prosedur atau alat yang digunakan untuk mentransformasikan

data.

2. Data Flow (Arus Data), data yang mengalir dengan arah tertentu dari

asal ke tujuan. Data yang mengalir dapat berupa dokumen, surat atau

bentuk lainnya.

3. Data Store (Penyimpanan Data), digunakan untuk menyimpan dan

mengambil data oleh proses. Data yang disimpan dapat berupa data

yang terkomputerisasi maupun tidak terkomputerisasi.

4. Source atau destination atau dikenal juga dengan external entity,

berupa orang, organisasi atau sistem lain yang berada diluar batas

sistem yang berinteraksi dengan sistem yang sedang dikembangkan.

Dalam DFD terdapat beberapa aturan dasar penyusunan DFD yang dapat

membantu untuk mempermudah penggambaran diagram arus data, diantaranya :

1. Setiap data yang dihasilkan atau keluar dari proses harus didasarkan

pada data yang masuk ke proses tersebut.

(37)

diberikan harus mencerminkan aliran data antara proses, data store

dan entity yang ada.

3. Hanya data yang diperlukan untuk melakukan suatu proses saja yang

harus digunakan sebagai input suatu proses.

4. Suatu proses harus tergantung pada input dan output yang masuk ke

dalam proses itu saja, tidak perlu memperhatikan apa yang terjadi

pada proses lainnya.

5. Setiap proses yang ada harus merupakan proses yang berjalan terus

menerus, setiap proses harus diasumsikan siap menangani fungsi atau

kerja setiap proses.

Agar representasi sistem dalam DFD mudah dipahami, maka DFD disusun

dalam bentuk bertingkat (leveled) yang merupakan rincian lanjut dari proses pada

level yang sebelumnya. Dimulai dari tingkat yang tertinggi dilakukan identifikasi

proses apa saja yang ada dan data apa saja yang mengalir antar proses yang ada.

Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap setiap proses yang ada pada level

tersebut, apakah sudah merupakan proses yang melakukan satu fungsi saja atau

masih melakukan beberapa fungsi yang berbeda. Jika proses yang dianalisis masih

melakukan lebih dari satu fungsi yang berbeda, maka perlu dilakukan pemecahan

terhadap proses tersebut menjadi level lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai

(38)

Jika DFD untuk suatu sistem yang dianalisis telah dibuat, sebelum

melanjutkan kegiatan lainnya selalu dilakukan evaluasi atau pemeriksaan terhadap

DFD tersebut. Pemeriksaan dilakukan terhadap munculnya kesalahan yang dapat

diakibatkan oleh salah gambar, tidak konsistennya penggunaan simbol dan

analisis terhadap proses yang terjadi.

2.3.3 Perancangan Sistem

Perancangan sistem adalah suatu fase kreatif dalam siklus pengembangan

sistem, dimana sistem yang dirancang harus memenuhi tujuan sistem secara teknis

dan operasional. Pada tahap ini perlu dikembangkan spesifikasi untuk keluaran,

database, operasi pemrosesan data, masukkan data, pengendalian serta

pengamanan.

Perancangan sistem informasi yang dilakukan, bertujuan untuk

menghilangkan beberapa kelemahan sistem dan meningkatkan kemampuan sistem

dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan acuan hasil-hasil analisis

yang telah dilakukan.

2.3.3.1 Basis Data

Basis Data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih

(39)

Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata mewakili suatu objek

seperti manusia, barang, hewan, peristiwa dan sebagainya.

Basis data merupakan kumpulan dari data-data yang saling terkait dan saling

berhubungan satu dengan lainnya. Basis data adalah kumpulan-kumpulan file

yang saling berkaitan.

Penerapan basis data dalam sistem informasi disebut dengan sistem basis

data (database sistem). Sistem basis data ini adalah suatu sistem informasi yang

mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang

lain dan tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu

organisasi.

Tujuan dari desain basis data ini adalah untuk menentukan data-data yang

dibutuhkan dalam sistem, sehingga informasi yang dihasilkan dapat terpenuhi

dengan baik. Perancangan database yang digunakan adalah untuk memudahkan

dalam mengetahui file-file database yang digunakan dalam perancangan sistem,

sekaligus untuk mengetahui hubungan antara file dari database tersebut.

Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam database adalah sebagai

berikut :

1. Menyimpan seluruh data dan informasi secara terpusat.

(40)

3. Melakukan perubahan-perubahan data untuk menyelesaikan dan untuk

pengembangan yang akan datang.

4. Menjamin keamanan data.

2.3.3.2 Entity Relationship Diagram (ERD)

Entity Relationship Diagram (ERD) adalah suatu model diagram yang

menyatakan keterhubungan suatu entity dengan entity yang lain. Atau juga dapat

dikatakan sebagai sebuah teknik untuk menggambarkan informasi yang

dibutuhkan dalam sistem dan hubungan antar data-data tersebut.

Secara terjemahan dalam bahasa Indonesia, Entity Relationship Diagram

adalah diagram relasi atau keterhubungan entitas. Dari model Entity Relationship

Diagram akan didapatkan data-data yang dibutuhkan sistem. Dengan begitu maka

akan didapatkan pula kejelasan aktivitas yang dilakukan dalam sistem.

Didalam Entity Relationship Diagram (ERD) dikenal beberapa komponen,

yaitu sebagai berikut :

1. Entitas (Entity)

Adalah suatu objek yang memiliki hubungan dengan objek lain.

Dalam ERD digambarkan dengan bentuk persegi panjang.

(41)

Dimana entitas dapat berhubungan dengan entitas lain, hubungan ini

disebut dengan entity relationship yang digambarkan dengan garis.

Berikut adalah beberapa jenis hubungan yang dapat terjadi dalam

suatu basis data :

a. Relasi 1-1 (One to One) Hubungan antara file pertama dengan file

kedua adalah satu berbanding satu.

b. Relasi 1-N (One to Many) Hubungan antara file pertama dengan

file kedua adalah satu berbanding banyak, tetapi tidak sebaliknya,

dimana file kedua hanya berhubungan dengan satu entitas pada

file pertama.

c. Relasi N-1 (Many to One) Hubungan antara file pertama dengan

file kedua adalah banyak berbanding satu, tetapi tidak sebaliknya,

dimana file pertama hanya berhubungan dengan satu entitas pada

file kedua.

d. Relasi N-N (Many to Many) Hubungan antara file pertama dengan

file kedua adalah banyak berbanding banyak.

3. Atribut

Adalah elemen dari entitas yang berfungsi sebagai deskripsi karakter

entitas dan digambarkan dengan bentuk elips.

(42)

Kamus data atau data directory adalah katalog fakta tentang data dan

kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi”.

Dengan menggunakan kamus data, analisis sistem dapat mendefinisikan

data yang mengalir di sistem dengan lengkap. Pada tahap perancangan sistem,

kamus data dapat digunakan untuk merancang input, output, dan merancang

database program. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang ada.

2.3.3.4Model-Model SDLC

Proses pengembangan sistem informasi adalah sekumpulan tahap, tugas dan

aktivitas yang dibutuhkan untuk secara efisien mentransformasikan kebutuhan

pemakai ke suatu solusi sistem informasi yang efektif. Pemodelan proses sistem

informasi bertujuan untuk mempresentasikan aktivitas yang terjadi selama

pembuatan sistem informasi dan perubahan-perubahan (evolusi). Latar belakang

penggunaan model-model tersebut adalah kebutuhan untuk menghasilkan suatu

sistem yang benar sedini mungkin di dalam proses pengembangannya. Alasan

utama adalah biaya, semakin dini suatu kesalahan bisa dideteksi dalam

pengembangan sistem, maka perbaikannya semakin rendah. Suatu model proses

yang baik dan terstruktur akan menentukan urutan tahap dalam suatu proses dan

menciptakan kriteria transisi untuk maju ke tahap selanjutnya.

(43)

1. Model Waterfall

Model Waterfall ini juga dikenal dengan nama model tradisional atau

model klasik. Model inipaling banyak dikenal dan digunakan.

Langkah-langkah yang penting dalam model ini adalah :

a. Desain sistem dan sistem informasi.

b. Implementasi dan uji coba unit.

c. Integrasi dan ujicoba sistem.

d. Operasi dan pemeliharaan.

2. Model Prototyping

Model ini adalah suatu proses yang memungkinkan pengembangan

aplikasi untuk menciptakan suatu model dari sistem informasi yang

harus dikembangkan. Tujuan dari prototyping adalah untuk

mengurangi resiko dan ketidakpastian dari tahap-tahap awal dari life

cycle pengembangan sistem informasi.

3. Model Exploratory

Model ini dipakai dengan awal seadanya. Pengembangan sistem tidak

sepenuhnya dimengerti dan menguasai requirement (kebutuhan) dari

sistem. Sistem dikembangkan dengan adanya requirement baru.

(44)

Model ini adalah pengembangan lebih lanjut dari model exploratory

yang didesain untuk menjawab kritik terhadap prototyping.

Requirement didefinisikan dan diserahkan kepada pemakai dalam

bentuk bertahap.

5. Model Transformational

Model ini adalah model yang berorientasi pada spesifikasi formal.

Spesifikasi ini ditransformasikan melalui beberapa tahap yang telah

diuji kebenarannya sebelum menjadi sistem seutuhnya.

6. Model Spiral

Model ini dikembangkan oleh Boehm. Model ini cocok digunakan

untuk organisasi yang besar.

7. Model 4GT

Pada alat bantu Fourth Generation Technique (4GT) memungkinkan

pengembangan spesifikasi sistem informasi secara otomatis sesuai

dengan yang akan diterjemahkan ke program. Dengan menggunakan

4GT, software engineering memusatkan perhatian hanya kepada

spesifikasi sistem informasi yang diinginkan.

(45)

2.4.1 Visual Basic

Visual basic merupakan bahasa pemograman yamg tercepat dan termudah

untuk membuat satu aplikasi dalam microsoft windows. Dengan menggunakan

metode Graphical User Interface (GUI). Visual basic memudahkan pemograman

untuk berinteraksi langsung dengan elemen-elemen untuk setiap bentuk

pemograman. Visual basic dibuat sebagai langkah pengembangan untuk

menyesuaikan BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Intruction Code) yang

berbasis DOS yang tidak mempunyai kemampuan menggunakan metode GUI

dalam basis windows.

Sebagai programs yang berbasis windows, Visual Basic mempunyai

kemampuan untuk berinteraksi dengan seluruh aplikasi Windows seperti

Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Acces dan sebagainya. Dengan

kemampuan yang hampir tidak terbatas, Visual basic dapat digunakan untuk

semau jenis aplikasi pemograman. Anda dapat membuat aplikasi windows swperti

word atau excel ataupun game, multimedia, program penghitungan dan

sebagainya. Visual basic dapat digunakan untuk membuat objek-objek pembantu

program seperti misalnya Control Activex, file help, aplikasi internet dan

sebagainya. Selain itu visual basic juga dapat digunakan untuk menguji program

(debugging) dan menghasilkan program akhir berakhiran exe yang bersifat

executable atau dapat langsung digunakan.

(46)

Microsoft Access (atau Microsoft Office Access) adalah sebuah program

aplikasi basis data komputer relasional yang ditujukan untuk kalangan rumahan

dan perusahaan kecil hingga menengah. Aplikasi ini merupakan anggota dari

beberapa aplikasi Microsoft Office, selain tentunya Microsoft Word, Microsoft

Excel, dan Microsoft PowerPoint. Aplikasi ini menggunakan mesin basis data

Microsoft Jet Database Engine, dan juga menggunakan tampilan grafis yang

intuitif sehingga memudahkan pengguna. Versi terakhir adalah Microsoft Office

Access 2007 yang termasuk ke dalam Microsoft Office System 2007.

Microsoft Access dapat menggunakan data yang disimpan di dalam format

Microsoft Access, Microsoft Jet Database Engine, Microsoft SQL Server, Oracle

Database, atau semua kontainer basis data yang mendukung standar ODBC. Para

pengguna/programmer yang mahir dapat menggunakannya untuk

mengembangkan perangkat lunak aplikasi yang kompleks, sementara para

programmer yang kurang mahir dapat menggunakannya untuk mengembangkan

perangkat lunak aplikasi yang sederhana. Access juga mendukung teknik-teknik

pemrograman berorientasi objek, tetapi tidak dapat digolongkan ke dalam

perangkat bantu pemrograman berorientasi objek.

2.4.3 Algoritma Taboosearch

Taboosearch berasal dari Tongan, suatu bahasa Polinesia yang digunakan

oleh suku Aborigin Pulau tonga untuk mengindikasikan suatu hal yang tidak boleh

“disentuh” karena sakralnya. Menurut kasus Webster, Taboo berarti larangan yang

(47)

sesuatu yang dilarang karena berbahaya. Bahaya yang harus dihindari dalam

Taboosearch adalah penjadualan yang tidak layak, dan terjebak tanpa ada jalan

keluar. Dalam konteks lebih luas, larangan perlindungan dapat diganti jika terjadi

tuntutan yang mendadak.

Taboosearch adalah sebuah metode optimasi yang berbasis pada local

search. Proses pencarian bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya, dengan

cara memilih solusi terbaik neighbourhood solusi sekarang (current) yang tidak

tergolong solusi terlarang (tabu). Ide dasar dari algoritma taboosearch adalah

mencegah proses pencarian dari local search agar tidak melakukan pencarian

ulang pada ruang solusi yang sudah pernah ditelusuri, dengan memanfaatkan

suatu struktur memori yang mencatat sebagian jejak proses pencarian yang telah

dilakukan.

Struktur memori fundamental dalam taboosearch dinamakan taboolist.

Taboolist menyimpan atribut dari sebagian move (transisi solusi) yang telah

diterapkan pada iterasi-iterasi sebelumnya. Taboosearch menggunakan taboolist

untuk menolak solusi-solusi yang memenuhi atribut tertentu guna mencegah

proses pencarian mengalami cycling pada daerah solusi yang sama, dan menuntun

proses pencarian menelusuri daerah solusi yang belum dikunjungi. Tanpa

menngunakan strategi ini, local search yang sudah menemukan solusi optimum

local dapat terjebak pada daerah solusi optimum local tersebut pada iterasi-iterasi

berikutnya. List ini mengikuti aturan LIFO dan biasanya sangat pendek

(panjangnya biasanya sebesar O( ), dimana N adalah jumlah total dari operasi).

(48)

begin

{Buat solusi awal s yang feasibel dengan

menggunakan

suatu metode heuristik tertentu atau secara acak}

ke s’ yang tidak tergolong elemen dari tabulist

Perekaman solusi secara lengkap dalam sebuah forbidden list dan

pengecekan apakah sebuah kandidat solusi tercatat dalam list tersebut merupakan

cara yang mahal, baik dari sisi kebutuhan memori maupun kebutuhan waktu

komputasi. Jadi, taboolist hanya menyimpan langkah transisi (move) yang

merupakan lawan atu kebalikan dari langkah yang telah digunakan dalam iterasi

sebelumnya utnuk bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya. Dengan kata lain

taboolist berisi langkah-langkah yang membalikan solusi yang baru ke solusi yang

lama.

Pada tiap iterasi, dipilih solusi baru yang merupakan solusi terbaik dalam

neighbourhood dan tidak tergolong sebagai tabu. Kualitas solusi baru ini tidak

harus lebih baik dari kualitas solusi sekarang. Apabila solusi baru ini memiliki

nilai fungsi objektif lebih baik dibandingkan solusi terbaik yang telah dicapai

sebelumnya, maka solusi baru ini dicatat sebagai solusi terbaik yang baru.

Sebagai tambahan dari taboo list, dikenal adanya criteria aspirasi, yaitu

suatu Penanganan khusus terhadap move yang dinilai dapat menghasilkan solusi

yang dinilai dapat menghasilkan solusi yang baik namun move tersebut berstatus

tabu. Dalam hal ini, jika move tersebut memenuhi criteria aspirasi yang telah

ditetapkan sebelumnya, maka move tersebut dapat digunakan utnuk membentuk

solusi berikutnya (status tabunya dibatalkan). Berikut ini diberikan kerangka

(49)

2.4.5.1 Ide Dasar Taboosearch

Sebuah informasi akan digunakan sebagai petunjuk untuk bergerak dari i ke

solusi selanjutnya dalam N(i). Penggunaan memori sebagai pembatas dalam

pemilihan beberapa subset dari N(i) dengan mencegah pergerakan ke beberapa

solusi tetangga. Sebuah informasi akan digunakan sebagai petunjuk untuk

bergerak dari i ke solusi selanjutnya dalam N(i). Penggunaan memori sebagai

pembatas dalam pemilihan beberapa subset dari N(i) dengan mencegah

pergerakan ke beberapa solusi tetangga.

Secara formal,kita dapat menganggap masalah optimalisasi dalam cara

berikut: Diberikan sebuah himpunan solusi S dan sebuah fungsi f : S, temukan

solusi i* dalam S sehingga f(i*) dapat diterima dengan beberapa kriteria. Secara

(50)

untuk setiap i dalam S. Dalam situasi metode pencarian tabooakan menjadi sebuah

algoritma minimimasi secara pasti yang menyediakan proses eksplorasi yang

menjamin setelah sejumlah langkah-langkah terhingga i* dapat dicapai.

Untuk mendalami lagi prinsip kerja metode pencarian tabu, kita dapat

memformulakan metoda menurun klasik (classical descent method) dalam

beberapa langkah, yaitu:

1. Memilih sebuah solusi awal i dalam S

2. Membangkitkan subset V* sebagai solusi dalam N(i)

3. Mencari j ‘terbaik’ dalam V* dan menetapkan i=j

4. Jika f(j)=f(i) maka berhenti, namun jika tidak kembali ke langkah ke-2

Dalam metode menurun secara umum akan dapat langsung ditetapkan

bahwa V* = N(i). Tetapi hal ini seringkali membutuhkan waktu yang lama.

Untuk itulah cara pemilihan V* yang tepat seringkali dijadikan sebagai

peningkatan yang penting dalam metode pencarian. Dalam metode menurun

secara umum akan dapat langsung ditetapkan bahwa V* = N(i). Tetapi hal ini

seringkali membutuhkan waktu yang lama. Untuk itulah cara pemilihan V* yang

tepat seringkali dijadikan sebagai peningkatan yang penting dalam metode

pencarian. Pada kasus yang berlawanan, akan ditetapkan |V*|=1. Hal ini akan

menurunkan fase pemilihan j ‘terbaik’. Solusi j akan diterima jika f(j)=f(i),

sebaliknya hal ini akan diterima dengan kemungkinan tertentu yang bergantung

pada nilai-nilai f pada i dan j serta pada sebuah parameter yang disebut

temperatur. Tidak ada temperatur dalam metode pencarian tabu, namun

(51)

setiap langkah di mana akan terjadi penggunaan memori secara sistematis untuk

memanfaatkan informasi yang ada di luar fungsi f dan lingkungan N(i).

Sebagai pengecualian pada kasus-kasus istimewa, penggunaan prosedur

menurun (descent procedure) secara umum lebih rumit karena kita akan

terperangkap pada sebuah minimum lokal yang mungkin masih jauh dari

minimum global. Maka untuk proses iterasi dalam eksplorasi apapun sebaiknya

dalam beberapa hal juga menerima langkah-langkah yang tidak akan memberikan

perkembangan dari i ke j dalam V* (misal f(j)>f(i)). Metode pencarian

taboosecara berbeda memilih j ‘terbaik’ dalam V*.

Selama pergerakan yang tidak memberi perkembangan itu mungkin, resiko

pengunjungan kembali sebuah solusi atau lebih umumnya disebut sebagai siklus

mungkin untuk terjadi. Dalam hal inilah penggunaan memori sangat diperlukan

untuk mencegah terjadinya pergerakan ke solusi yang telah dikunjungi. Jika

memori seperti itu diperkenalkan, maka kita dapat menganggap struktur N(i)

tergantung pada pengelilingan yang merupakan pengulangan k. Jadi kita dapat

merujuk ke N(i,k) daripada N(i).

Dengan perujukan ini kita dapat mencoba untuk melakukan peningkatan

algoritma menurun dalam beberapa hal untuk lebih mendekatkan metode ini ke

prosedur dalam metode pencarian taboosecara umum. Hal ini dapat didefinisikan

dalam beberapa langkah (catatan i* adalah solusi ‘terbaik’ yang ditemukan dan k

adalah penghitung dalam pengulangan) :

(52)

2. Tetapkan nilai k=k+1 dan membagkitkan subset V* sebagai solusi dalam

N(i,k)

3. Pilih j ‘terbaik’ dalam V* dan tetapkan i=j.

4. Jika f(i) < f(i*) maka tetapkan i*=i.

5. Jika kondisi berhenti ditemukan, maka proses dihentikan, sedangkan jika

belum kembali ke langkah 2.

Amati bahwa langkah-langkah pada metode penurunan klasik termasuk

dalam formula ini (kondisi berhenti secara sederhana jika f(i)=f(i*) dan i* akan

selalu menjadi solusi akhir). Selain itu kita juga dapat mempertimbangkan

penggunaan f yang telah dimodifikasi daripada f yang dalam beberapa keadaan di

deskripsikan kemudian.

Dalam metode pencarian taboo, kondisi berhenti dapat berupa:

1. N(i,k+1) = tidak terdefinisi

2. k lebih besar daripada bilangan maksimum pada pengulangan

3. Banyaknya pengulangan selama peningkatan terakhir i* lebih besar dari

bilangan tertentu.

4. Pembuktian dapat diberikan daripada solusi optimum yang telah didapatkan.

Selama aturan-aturan berhenti ini memungkinkan untuk memiliki beberapa

pengaruh dalam prosedur pencarian dan pada hasil-hasilnya, penting untuk

menyadari bahwa pendefinisian N(i,k) dalam tiap pengulangan k dan pemilihan

V* adalah hal yang krusial. Definisi dari N(i,k) menyatakan secara tidak langsung

bahwa beberapa solusi yang telah dikunjungi dihapus dari N(i), mereka dianggap

(53)

Sebagai contoh, pemeliharaan pada pengulangan k sebuah list T(list taboo) pada

solusi yang telah dikunjungi terakhir |T| akan mencegah terjadinya siklus pada

ukuran paling banyak sebesar |T|. Pada kasus ini, kita bisa mengambil

N(i,k)=N(i)-T. Namun list T kemungkinan tidak dapat digunakan secara praktis.

Oleh karena itu, kita akan mendeskripsikan proses eksplorasi pada S dalam masa

pergerakan dari satu solusi ke solusi lainnya. Untuk setiap solusi I dalam S, kita

dapat mendefinisikan M(i) sebagai himpunan gerak yang dapat digunakan oleh i

untuk memperoleh solusi baru j (notasi: j=im). Secara umum kita dapat

menggunakan gerakan-gerakan yang dapat dibalik. Untuk setiap m terdapat

gerakan m-1sehingga (im) m-1 = i.

Jadi daripada mempertahankan list T dari solusi-solusi yang telah

dikunjungi, kita dapat secara sederhana memelihara jalur gerak terakhir |T| atau

gerak balik terakhir |T| yang diasosiasikan dfengan gerakan-gerakan yang

sebenarnya telah dilakukan. Maka dengan jelas bahwa pembatasan yang ada

adalah kehilangan informasi, dan hal itu tidak menjamin tidak terjadinya siklus

dengan panjang paling banyak |T|. Untuk kepentingan efisiensi, maka diperlukan

penggunaan beberapa list T dalam satu waktu maka beberapa unsur pokok t

(dari i atau dari m) akan diberikan taboostatus untuk mengindikasi bahwa unsur

pokok ini sedang tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam pergerakan. Secara

umum pergerakan untuk taboostatus adalah fungsi taboostatus pada unsur-unsur

pokoknya yang dapat diubah pada setiap pengulangan. Gerak taboom digunakan

pada solusi i yang mungkin tampak menarik karena itu diberikan sebagai contoh

(54)

menerima m tanpa memperhatikan statusnya. Kita akan melakukan hal tersebut

jika m memiliki tingkat aspirasi (aspiration level) a(i,m) yang lebih baik daripada

permulaan A(i,m).

Sekarang kita dapat mendefinisikan karakteristik dari prosedur pencarian

taboodalam langkah-langkah berikut, antara lain:

1. Memilih solusi awal i dalam S. Tetapkan i*=I dan k=0.

2. Tetapkan k=k+1 dan bangkitkan sebuah subset V* dari solusi dalam

N(I,k) sehingga salah satu dari kondisi taboot yang melanggar

( =1,2,…,t) atau setidaknya satu kondisi aspirasi a yang memiliki

( =1,2,…,a).

3. Pilih j terbaik melalui j=i∇m dalam V* dan tetapkan i=j.

4. Jika f(i)<f(i*) maka tetapkan i*=i.

5. Perbaharui kondisi Taboodan aspirasi.

6. Jika kondisi berhenti ditemukan, maka proses dihentikan. Jika tidak,

kembali ke langkah 2.

Hal-hal di atas dapat dikatakan sebagai bahan-bahan dasar dari metode

pencarian tabooyang nantinya akan digunakan untuk memecahkan masalah

penjadualan pekerjaan (job scheduling) pada pembahasan selanjutnya.

(55)

2.4.4.1 Definisi Graf

Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun

memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk

mempresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut.

Representasi visual dari graf adalah dengan menyatakan objek sebagai noktah,

bulatan atau titik, sedangkan hubungan antara objek dinyatakan dengan garis.

Secara metematis, graf didefinisikan sebagai berikut:

DEFINISI 1. Graf G didefinisikan sebgai pasangan himpunan (V, E), yang dalam

hal ini:

V = himpunan tidak kosong dari simpul-simpul (vertices atau node)

= { v1 , v2 , ... , vn}

dan

E = himpunan sisi (edges atau arc) yang menghubungkan sepasang simpul ={e1 , e2 , ... , en }

atau dapat ditulis singkat notasi G= (V, E).

Definisi 1 menyatakan bahwa V tidak boleh kosong, sedangkan E boleh

kosong. Kadi, sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu buah pun,

tetapi simpulnya harus ada, minimal satu. Graf yang hanya mempunyai satu buah

simpul tanpa sebuah sisi pun dinamakan graf trivial.

Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf, seperti a, b , c, ...v, w,....

dengan bilangan asli 1, 2, 3, .... atau gabungan keduanya. Sedangkan sisi yang

menghubungkan simpul vi dengan simpul vj dinyatakan dengan pasangan (vi, vj)

(56)

(a) G1 (b) G2

menghubungkan simpul vi dengan simpul vj, maka e dapat ditulis sebagai e = (vi,

vj).

Secara geometri graf digambarkan sebagai sekumpulan noktah (simpul) di

dalam bidang dwimatra yang dihubungkan dengan sekumpulan garis (sisi).

Gambar 2.5 Graf Sederhana dan Graf Ganda

2.4.5 Jenis-jenis Graf

Graf dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori (jenis) bergantung pada

sudut pandang pengelompokannya. Pengelompokan graf dapat dipandang

berdasarkan ada tidaknya sisi ganda atau sisi kalang, berdasarkan jumlah simpul,

atau berdasarkan orientasi arah pada sisi.

Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka

secara umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis:

(57)

Graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda dinamakan graf

sederhana. G1 pada gambar 2.5(a) adalah contoh graf sederhana yang

mempresentasikan jaringan komputer. Simpul menyatakan komputer,

sedangkan sisi menyatakan saluran telepon untuk berkomunikasi. Saluran

telepon dapat beroprasi pada sua arah.

2. Graf tak-sederhana (unsimple – graph).

Graf yang mengandung sisi ganda atau gelang dinamakan graf tak-sederhana

(unsimple graph). Ada dua macam graf tak-sederhana, yaitu graf ganda

(multigraph) dan graf semu (pseudograph). Graf ganda adalah graf yang

mengandung sisi ganda. Sisi ganda yang menghubungkan sepasang simpul

bias lebih dari dua buah. G2 pada gambar 2.5(b) adalah graf ganda. Sisi

ganda pada G2 dapat diandaikan sebagai saluran telepon tambahan apabila

beban komunikasi data antar komputer sangat padat. Graf semu adalah graf

yang mengandung gelang. G3 adalah graf semu (termasuk bila memiliki sisi

ganda sekalipun). Sisi gelang pada G3 dapat dianggap sebagai saluran

telepon tambahan yang menghubungakan komputer dengan dirinya sendiri

(mungkin untuk tujuan diagnostic). Graf semu lebih umum daripada graf

ganda, karena sisi pada graf semu dapat terhubung ke dirinya sendiri.

Jumlah simpul pada graf disebut sebagai kardinalitas graf, dan sinyatakan

dengan n = |V|, dan jumlah sisi dinyatakan dengan m = |E|. Berdasarkan

jumlah simpul pada suatu graf, maka secara umum graf dapat digolongkan

(58)

2.4.5.4Model Matematis Graf Sebagai Representasi Hard Constraint

Constrain adalah keadaan yang didefinisan agar penjadualan yang

dihasilkan merupakan jadual yang baik dan tidak boleh dilanggar. Untuk

mempresentasikan constrain yang ada dibangunlah sebuah model matematis

dalam bentuk graf.

Graf G didefiniskan sebagai pasangan himpunan (V,E) dimana:

V= himpunan berhingga yang tidak kosong dari simpul-simpul atau vertex/ node

{V1,V2, …….,Vn}.

E= himpunan sisi (edge atau arc yang menghubungkan sepasang simpul {e1,

e2,……, en}.

Untuk masalah penjadualan mata pelajaran yang akan diselesaikan

menggunakan algoritma Taboosearch, graf yang dibangun merupakan graf

berarah. Node-node yang terbentuk nantinya merupakan representasi dari

subject-subject yang akan dijadualkan pada waktu t, subject-subject tersebut merupakan

sekumpulan data yang terdiri dari kelas, dan mata pelajaran yang diajarkan.

Untuk masalah penjadualan mata pelajaran yang akan diselesaikan dengan

menggunakan algoritma Taboosearch dibuat graf berarah. Node-node yang

terbentuk merupakan representasi dari beberapa subject yang akan dijadualkan

pada timeslot t, subject-subject tersebut merupakan sekumpulam record yang

terdiri dari kelas, guru, dan mata pelajaran yang diajarkan. Timeslot adalah

kumpulan waktu yang memungkinkan untuk dijadualkan pada subject-subject

Gambar

Gambar 2.4 Kegiatan Sistem Informasi
Gambar 3.1 Flowmap Prosedur Permintaan Kesediaan Mengajar dan Data Penugasan
Gambar 3.2 Flowmap Pembentukan Jadual Mata Pelajaran
Tabel 3.3 Mata Data  Pelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa berdasarkan teori Bruner dalam memahami Teorema Pythagoras di kelas VIII-B

Data penelitian yang ingin diperoleh adalah (1) tingkat kemampuan keterampilan bertanya mahasiswa, dikumpulkan melalui penilaian terhadap simulasi mengajar mahasiswa

Pembangunan tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa partisipasi aktif masyarakat, terutama sektor swasta dalam kaitannya dengan program pembangunan sarana dan

Bagi tenaga kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia yang mendapat amanah untuk menyusun standar profesi bagi seluruh anggotanya, dimulai dari standar etik (Kode Etik

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara psychological empowerment dan work life balance pada pegawai Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara..

jerami padi yang diperam dengan urin atau urea terhadap pertumbuhan domba. lokal

adalah apakah psychological empowerment memiliki hubungan yang positif dengan work

Pengaruh model pembelajaran kooperatif dan konvensional terhadap perilaku sosial siswa pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis. (study eksperimen di smpn