KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS
Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteranpada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : ANDRI SUSANTO
20110310219
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS
Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteranpada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh : ANDRI SUSANTO
20110310219
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ii
Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya
Disusun Oleh: ANDRI SUSANTO
20110310219
Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal :
Dosen Pembimbing Dosen Penguji
dr. Dirwan Suryo Soularto, Sp. F., M.Sc dr. Imam Permana, M.Kes, PhD NIK : 19720223200104173047 NIK : 19700131201104173146
Mengetahui,
Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
Nama : Andri Susanto
NIM : 20110310219
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 22 April 2016 Yang membuat pernyataan,
iv
perkenan-Nya lah penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku terhadap Minuman Keras para Buruh PT Esa
Express Surabaya ” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penyusunan
karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan studi di program studi Pendidikan Dokter.
2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kemudahan sehingga studi kami dapat berjalan dengan lancar.
3. Bapak dr. Dirwan Suryo Soularto, Sp. F, M.Sc selaku dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan arahan selama proses pembuatan karya tulis ilmiah.
4. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi kepada kami.
Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan. Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT serta hasil dari penelitian ini kiranya dapat bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, 24 April 2014 Penulis
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel ... 33
D. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 35
F. Cara Pengumpulan Data ... 36
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
H. Analisis Data ... 37
I. Kesulitan Penelitian ... 38
J. Etika Penulisan ... 38
vi
Status Pernikahan, Lama Kerja ... 40
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan terhadap Minuman Beralkohol ... 42
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Minuman Beralkohol. 43 Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku terhadap Minuman Beralkohol ... 43
Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ... 44
Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasar Jawaban Responden ... 45
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengkategorian .... 46
Tabel 9. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Pengkategorian ... 47
Tabel 10. Distribusi Perilaku Responden Berdasarkan Pengkategorian ... 48
Tabel 11. Keeratan Hubungan Antar Variabel... 48
vii
masalah bahaya konsumsi minuman keras, rasa ingin tahu yang tidak terkontrol serta sedikitnya pengetahuan tentang dampak buruk pada kesehatan akibat konsumsi minuma keras dan oplosan. Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetauhan, sikap dan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan perlu dilakukan untuk mengkaji permasalah ini lebih lanjut.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi yang digunakan adalah buruh PT Esa Express Surabaya yang melakukan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan. Seluruh sampel berjumlah 50 responden dan diambil dengan metode perhitungan total sampling.
Pada perhitungan statistik uji korelasi Pearson antar variabel ditemukan tiga hasil. Hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variable pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Sedangkan hubungan variabel sikap dan perilaku juga positif (searah) dan signifikan dengan probability pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Sementara Hubungan variabel pengetahuan dan sikap juga bersifat positif (searah) dan signifikan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif (searah) antara tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan pada populasi buruh PT Esa Express Surabaya. Semakin baik tingkat pengetahuan, semakin baik pula sikap dan perilaku terhadap aktifitas konsumsi minuman keras dan oplosan.
viii
liquor and alcohol consumption problems, uncontrolled curiosity and unresponsive behavior about adverse health effects issues due to liquor and alcohol consumption. Research about relation between level of knowledge, attitudes and behavior to liquor consumption needs to be done to examine this problem further.
This study uses analytic design with cross sectional approach. The population used was workers of PT Esa Express Surabaya who held active deviate liquor consumption. The amount of sample are 50 respondents and taken by total sampling method.
In the statistical calculation of Pearson correlation test between variables found three results. The relation between knowledge and behavior variables is positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, variable relations knowledge and behavior is moderate (0.558). While the relation of variables were also positive attitudes and behavior (direct) and significant by Pearson correlation probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables attitude and behavior was strong (0.799). While the variable relation of knowledge and attitudes are also positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables knowledge and attitude is strong (0.649).
From the results of this study concluded that there is a positive relation (direct) between the level of knowledge, attitudes and sexual behavior in a population of workers in PT Esa Express Surabaya. In the better level of knowledge, the better behavior and attitude will toward and impact on deviate liquor and alcohol consumption.
vii
masalah bahaya konsumsi minuman keras, rasa ingin tahu yang tidak terkontrol serta sedikitnya pengetahuan tentang dampak buruk pada kesehatan akibat konsumsi minuma keras dan oplosan. Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetauhan, sikap dan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan perlu dilakukan untuk mengkaji permasalah ini lebih lanjut.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi yang digunakan adalah buruh PT Esa Express Surabaya yang melakukan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan. Seluruh sampel berjumlah 50 responden dan diambil dengan metode perhitungan total sampling.
Pada perhitungan statistik uji korelasi Pearson antar variabel ditemukan tiga hasil. Hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variable pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Sedangkan hubungan variabel sikap dan perilaku juga positif (searah) dan signifikan dengan probability pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Sementara Hubungan variabel pengetahuan dan sikap juga bersifat positif (searah) dan signifikan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif (searah) antara tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan pada populasi buruh PT Esa Express Surabaya. Semakin baik tingkat pengetahuan, semakin baik pula sikap dan perilaku terhadap aktifitas konsumsi minuman keras dan oplosan.
viii
liquor and alcohol consumption problems, uncontrolled curiosity and unresponsive behavior about adverse health effects issues due to liquor and alcohol consumption. Research about relation between level of knowledge, attitudes and behavior to liquor consumption needs to be done to examine this problem further.
This study uses analytic design with cross sectional approach. The population used was workers of PT Esa Express Surabaya who held active deviate liquor consumption. The amount of sample are 50 respondents and taken by total sampling method.
In the statistical calculation of Pearson correlation test between variables found three results. The relation between knowledge and behavior variables is positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, variable relations knowledge and behavior is moderate (0.558). While the relation of variables were also positive attitudes and behavior (direct) and significant by Pearson correlation probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables attitude and behavior was strong (0.799). While the variable relation of knowledge and attitudes are also positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables knowledge and attitude is strong (0.649).
From the results of this study concluded that there is a positive relation (direct) between the level of knowledge, attitudes and sexual behavior in a population of workers in PT Esa Express Surabaya. In the better level of knowledge, the better behavior and attitude will toward and impact on deviate liquor and alcohol consumption.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alkohol adalah suatu zat kimia cair yang memiliki banyak kegunaan.
Sejatinya alkohol bukanlah zat untuk di konsumsi. Alkohol dari segi medis
digunakan untuk kepentingan antiseptik dan campuran obat dalam dosis kecil.
Dalam masyarakat luas alkohol berkembang menjadi suatu minuman yang
memabukan, seperti minuman keras. Minuman keras ini mengandung alkohol
karena adanya proses fermentasi dari buah-buahan ataupun tumbuhan lainya.
Namun minuman keras mempunyai efek negatif yang sangat luas yang dapat
mengakibatkan kematian. Efek negatif seperti keracunan, kerusakan organ
ginjal dan mati mendadak sering terjadi pada para peminum minuman keras.
Fenomena yang terjadi saat ini minuman keras dicampur dengan
beberapa cairan lain untuk dijadikan minuman campuran atau oplosan.
Konsumsi minuman keras menjadi gaya hidupmasa kini, banyak masyarakat
mengkonsumsi minuman keras dengan cara yang beragam. Selain dikonsumsi
secara utuh, minuman keras dikonsumsi dengan campuran zat-zat yang
berbahaya, seperti mencampur dengan cairan thiner, spiritus, dan bensin. Gaya
hidup seperti ini banyak terjadi di kalangan masyarakat karena adanya pola
baru dalam konsumsi minuman keras. Kurangnya pengetauhan dan sikap
masyarakat akan bahaya minuman keras dan oplosan mengakibatkan semakin
Di tengah perkembangan zaman ini gaya hidup masyarakat Indonesia
makin beragam, khususnya konsumsi alkohol atau minuman keras.
Ketergantungan konsumsi alkohol di Indonesia termasuk kategori yang tinggi,
menurut data DSM-IV-TR 2014, 20% laki-laki mengkonsumsi alkohol sedangkan wanita sebanyak 8%, angka ini menunjukan penurunan seiring
bertambahnya umur, karena banyaknya para peminum alkohol meninggal
dunia saat usia muda dan keberhasilan untuk berhenti konsumsi alkohol.
Berdasarkan data Riskerdas 2007, sebanyak 5,5% dan 3,4% laki-laki umur
15-24 tahun mengkonsumsi alkohol, meningkat menjadi 6,7 % dan 4,3% pada
usia 25-34 tahun. Data World Health Organitation ( WHO ) 2009, menyebutkan jumlah kematian akibat konsumsi alkohol, sebanyak 775.000
orang meninggal dunia di seluruh benua. Data dari survei Dinas Penelitian dan
Pengembangan ( Dislitbang ) Polri 2011, memperlihatkan pemakaian
obat-obat terlarang dan alkohol terbanyak dari golongan SLTA,SLTP, maupun
mahasiswa yang mencapai 70% sedangkan pada orang lulusan SD 30 %. Jawa
timur sebagai salah satu penghasil minuman keras di indonesia, seperti kota
tuban, surabaya, dan gresik. Surabaya bahkan identik dengan minuman cukrik.
Cukrik suatu minuman beralkohol tradisional fermentasi dari ketela pohon,
telah menjadi budaya yang melekat di masyarakat Surabaya.
Masyarakat dengan ekonomi rendah dan tingkat pendidikan yang rendah
cenderung mengkonsumsi cukrik dalam batas tinggi. Salah satunya para buruh
kerja PT Esa Express Surabaya yang juga sering mengkonsumsi minuman
barang melalui darat ataupun kereta api. Para pekerja PT Esa Express
Surabaya di dominasi dengah buruh dengan tingkat pendidikan lulusan SMU
dan SMP, yang menjadikan banyak para buruh mengkonsumsi minuman keras
karena kurangnya tingkat pengetauhan terhadap bahaya minuman keras.
Melihat situasi lapangan kerja dengan tingkat kepadatan populasi buruh yang
bekerja dan intensitas kerja yang tinggi, banyak para buruh yang
mengkonsumsi minuman keras. Kepercayaan para buruh terhadap minuman
keras yang di campur minuman lain atau cairan lain dapat meningkatkan
stamina bekerja dan memotivasi pikiran untuk bekerja lebih giat. Penelitian ini
diharapkan dapat menganalisis tingkat pengetauhan dan perilaku para buruh
terhadap minuman keras. Dengan diketahui data mengenai tingkat
pengetauhan dan perilaku para buruh PT Esa Express Surabaya dapat menjadi
acuan tingkat dan pola konsumsi alkohol di PT Esa Express Surabaya.
Pentingnya pemahaman dan sikap para buruh terhadap minuman keras akan
mengurangi dampak negatif bagi masyarakat luas, perusahaan, dan
pemerintah. Menurut pandangan islam dalam ayat Al Quran Surat Al-Maidah
Ayat 90, yang berbunyi :
B. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat pengetauhan,sikap dan perilaku
konsumsi miras dan oplosan buruh PT Esa Express Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui adakah hubungan tingkat pengetahuan,sikap dan perilaku
konsumsi minuman keras pada buruh PT Esa Express Surabaya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan para buruh PT Esa Express Surabaya
b. Mengetahui sikap dan perilaku para buruh PT Esa Express Surabaya
D. Manfaat Penelitian
1. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelekaan kerja dan
meningkatkan kualitas pekerja
2. Masyarakat umum
Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi masyarakat tentang
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi alkohol atau oplosan
3. Pemerintah Kota Surabaya
Dari hasil penelitian diharapakan dapat menjadi data acuan ataupun data
pendahuluan sehingga diharapakan pemerintah dapat melakukan
pembatasan dan pembuatan peraturan kota surabaya mengenai pelarangan
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No. Judul Persamaan Perbedaan
1. Hubungan antara
pengetahuan dan sikap
mengkonsumsi alkohol
dengan tindakan yang di
konsumsi minuman
tingkat beralkohol pada nelayanpengetahuan,sikap di Kelurahan Bintang dan perilaku para Karangria
Kecamatan Tuminting
Kota Manado
(M. Salakory,2012)
Desain penelitian menggunakan
cross sectional
Objek yang
dianalisa PT Esa Express Surabaya analitik buruh PT
Esa Express
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Minuman keras
a. Pengertian
Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol.
Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan
penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman keras
dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah
melewati batas usia tertentu (Darmawan, 2010). Minuman keras telah
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan panjang
peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya bahwa Bouza, sejenis
bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan merupakan makanan
sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan oleh bangsa Mesir kuno
dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara keagamaan dan
sekaligus sebagai obat. Dalam perkembangan selanjutnya, anggur
dianggap sebagai minuman kaum ningrat (aristocrat) dan bir adalah
minuman rakyat jelata (masses). Di negara Indonesia juga dijumapi
banyak minuman tradisional yang mengandung alkohol seperti tuak,
arak dan lainnya. Setelah melalui perjalanan sejarah yang amat
panjang barulah pada paruh pertengahan abad 18 para dokter di Inggris
ini akhirnya melahirkan suatu peraturan mengenai penggunaan
minuman keras sebagai Gin Act tahun 1751 (Widianarko, 2000).
b. Epidemiologi Penyalahgunaan Alkohol
Penyalahgunaan alkohol telah menjadi masalah pada hampir
setiap Negara di seluruh dunia. Tingkat konsumsi alkohol di setiap
negara berbeda-beda tergantung pada kondisi sosio kultural, pola
religius, kekuatan ekonomi, serta bentuk kebijakan dan regulasi
alkohol di tiap negara (Sisworo, 2008). Pada saat ini terdapat
kecenderungan penurunan angka pecandu alkohol di negara-negara
maju namun angka pecandu alkohol ini justru meningkat pada
negara-negara berkembang. Di Amerika misalnya, terdapat lebih dari 15 juta
orang yang mengalami ketergantungan alkohol dengan 25%
diantaranya adalah pecandu dari kalangan wanita. Kelompok usia
tertinggi pengguna alkohol di negara Amerika adalah 20 - 30 tahun,
sementara kelompok usia terendah pengguna alkohol adalah di atas 60
tahun, dan rata-rata mereka mulai mengkonsumsi alkohol semenjak
usia 15 tahun. Sementara di Canada tercatat sekitar 1 juta orang
mengalami kecanduan alkohol, jumlah pecandu pria dua kali lipat dari
wanita dengan kelompok umur pengguna alkohol tertinggi adalah 20 – 25 tahun. Angka mengejutkan didapatkan di Russia di mana terdapat
data yang menunjukkan bahwa 40% pria dan 17% wanita di negara ini
alkohol yang terjadi di Indonesia menurut WHO (WHO SEARO,
2002) dari tahun ke tahun adalah :
1) Tahun 1986 tercatat 2,6% pria pengkonsumsi alkohol yang berusia
rata-rata 20 tahun ke atas, sementara wanita tercatat sekitar 0,8%
2) Tahun 1998 di Indonesia tercatat lebih dari 350.000 orang
meninggal dunia akibat penyakit kronis yang disebabkan konsumsi
alkohol yang menahun
3) Tahun 2000 tercatat 13000 pasien penderita penyalahgunaan
minuman keras di rumah sakit seluruh Indonesia
4) Tahun 2008 40 orang kematian tercatat, sebagai kematian
langsung akibat keracunan minuman keras. Di Surabaya tercatat 9
orang tewas di 3 tempat berbeda saat melakukan pesta minuman
keras.
Penelitian yang dilakukan Akamaking (2007) mengungkapkan di
pelabuhan Tenau Kupang dari 84 responden buruh angkut pelabuhan
dalam kaitan dampak konsumsi minuman beralkohol, 76 responden
(90,48%) menyatakan sangat membahayakan kesehatan, sedangkan 8
responden (9,52%) menyatakan tidak ada permasalahn mengkonsumsi
alkohol. Semua responden mengaku mengkonsumsi minuman alkohol
dapat meningkatkan gairah kerja, menghilangkan rasa kantuk dan
pegal, serta menghilangkan stres. Hawari (dalam buku M.Ali, 2010)
alasan yang mendasari perilaku konsumsi minuman keras yaitu,
Sedangkan dari kondisi eksternal, para peminum minuman keras
disebabkan oleh adanya pengaruh teman sebaya dan adanya minuman
keras itu sendiri. Menurut Joewana (dalam Purnomowardani dan
Koentjoro, 2000), bahwa penyimpangan konsumsi minuman keras
lebih disebabkan oleh adanya maslah pribadi, seperti halnya masalah
rumah tangga ataupun masalah keluarga. Sedangkan menurut Capuzzi
(dalam Faturahman 2003:23), penyalahgunaan obat dan minuman
keras dibagi dalam dua kelompok besar yakni : Determinan sosial (
termasuk didalamnya pengaruh keluarga, teman sebaya, dan afiliasi
religius). Determinan personal (termasuk didalamnya rasa rendah diri,
ingin memberontak, rasa ingin bebas, dan kepercayaan diri yang
rendah)
c. Faktor Determinan Penyalahgunaan Alkohol
Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol
(sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan) yang mana peranannya
sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya (WHO, 2003).
1) Sosial
Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif
sosial seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain
seperti system norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga
menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alcohol
2) Ekonomi
Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut
ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alko alkohol
di Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan
harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau
kekuatan ekonomi masyarakat. Dan secara makro, industri
minuman keras baik itu 9 ditingkat produksi, distribusi, dan
periklanan ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar
bagi pendapatan negara (tax, revenue dan excise).
3) Budaya
Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah
alkohol juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak
dijumpai produk local minuman keras yang merupakan warisan
tradisional (arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya
tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas masyarakat
Indonesia adalah kaum muslim yang notabene melarang konsumsi
alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat bertolak belakang.
4) Lingkungan
Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih
dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk
peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan
Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider
kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah
alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun advokasi
pada tingkatan decision maker(Sarwono, 2011). d. Penyalahgunaan alkohol
Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5
kategori utama menurut respon serta motif individu terhadap
pemakaian alkohol itu sendiri (Sundeen, 2007).
1) Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental.
Kondisi penggunaan alkohol pada tahap awal yang
disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang (remaja). Sesuai dengan
kebutuhan tumbuh kembangnya, remaja selalu ingin mencari
pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf coba-coba,
termasuk juga mencoba menggunakan alkohol.
2) Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional.
Penggunaan alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama
teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu,
ulang tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai
tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya (Ra’uf, M. 2002).
3) Penggunaan alkohol yang bersifat situasional.
Seseorang mengkonsumsi alkohol dengan tujuan tertentu
yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara
untuk melarikan diri dari masalah, konflik, stress dan frustasi.
4) Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan.
Penggunaan alkohol yang sudah bersifat patologis, sudah
mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung
selama 1 bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku,
mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, seperti di
lingkungan pendidikan atau pekerjaan.
5) Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan.
Penggunaan alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai
dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (alkohol). Suatu
kondisi dimana indidvidu yang biasa menggunakan zat adiktif
(alkohol) secara rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah
zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan
menimbulkan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.
e. Karakteristik dari perilaku penggunaan minuman keras
Walaupun belum ada standart secara umum tentang tingkat
keamanan konsumsi alkohol, namun secara umum terdapat 3
kelompok, yang meliputi peminum ringan, sedang, dan berat.
1) Peminum ringan yaitu mereka yang mengkonsumsi alkohol antara
2) Peminum sedang yaitu mereka yang mengkonsumsi alkohol antara
6,2–27,7 gram alkohol per hari atau setara dengan 4 botol bir 3) Peminum berat yaitu yang mengkonsumsi alkohol lebih dari 28
gram alkohol per hari atau setara lebih dari 4 botol bir
Indikator untuk mengetauhi efek minuman keras atau beralkohol
ialah dengan menggunakan ukuran tingkat kadar alkohol dalam darah.
Konsentrasi kadar alkohol dalam darah dicapai dalam 30-90 menit
setelah diminum. Ketika kandungan alkohol darah mencapai 5 % ( 5
bagian alkohol per 100 bagian darah ), peminum akan merasakan
sensasi relaks dan gembira. Dalam tahap selanjutnya peminum akan
merasa tidak enak, kehilangan kendali bicara, keseimbangan, dan
emosi.jika kandungan alkohol darah naik 0,1% lagi maka peminum
akan mabuk total, kemudian jika ditingkatan 0,2% peminum maka
akan pingsan. Saat kandungan naik 0,3% – 0,4 % peminum dapat mengalami koma dan kematian.
f. Dampak konsumsi minuman keras atau beralkohol
Dampak negative konsumsi alkohol dibedakan menjadi 3 yaitu
dampak fisik, neurologi, dan psikologi (woteki, 1992).
1) Dampak fisik
Beberapa penyakit berhubungan dengan alkohol antara lain,
sirosis hepar, kanker, penyakit jantung, dan syaraf. Sirosis hepar
sebagian besar dialami pada peminum berat ( kronis ). Sebuah
sepertiga botol minuman keras setiap hari selama 25 tahun akan
mengakibatkan sirosis hepar. Sirosis hepar adalah suatu penyakit
perlemakan hati yang menyebabkan terjadinya nekrosis, fibrosis
dan regenerasi hepar. Terdapat bukti yang konsisten bahwa alkohol
meningkatkan resiko pada penyakit kanker di beberapa bagian
tertentu yaitu: mulut, kerongkongan, tenggorokan, larynx dan hati.
Alkohol memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme.
Salah satunya alkohol mengaktifkan enzim-enzim tertentu yang
mampu memproduksi senyawa yang menyebabkan kanker.
Alkohol juga dapat merusak DNA, sehingga sel akan berlipat
ganda secara tak terkendali.Bagi para peminum minuman keras
cenderung memiliki tekanan darah yang relative lebih tinggi
dibandingkan dengan yang non peminum, mereka lebih berisiko
mengalami stroke dan serangan jantung, Peminum berat dapat pula
mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari dementia
(gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan
memori. Konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan
defisiansi thiamin, yaitu komponen vitamin B komplek berbentuk
Kristal yang esensial bagi berfungsinya system syaraf.
2) Dampak Psikoneurologis
Pengaruh-pengaruh seperti addictive, imsonia, depresi,
gangguan kejiwaan, serta dapat merusak jaringan otak secara
kemampuan penilaian, kemampuan belajar, dan gangguan neurosis
lainnya.
3) Dampak sosial
Gangguan sosial juga dapat berpengaruh bagi orang lain,
ketika perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung,
perhatian terhadap sekelilingnya menjadi terganggu. Dalam
kondisi seperti ini dapat menekan pusat pengendalian diri menjadi
lebih agresif, dan jika tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan
yang melanggar norma bahkan menjurus pada kejahatan kriminal.
Kecelakaan pada linkungan kerja dan lalu lintas juga dapat terjadi
jika konsumi alkohol dilakukan saat akan beraktivitas.
g. Pengaruh konsumsi minuman keras jangka panjang dan pendek
Pada jangka pendek para peminum minuman keras ini akan
mengalami penurunan kesadaran, mabuk, euphoria ringan, dan
kematian akibat keracunan zat alkohol. Dalam suatu penelitian di
lembaga permasyarakatan Porong, Sidoarjo 2011, didapatkan 70%
narapidana mengkonsumsi minuman alhohol sebelum melakukan
tindakan kekerasan dan lebih dari 40% kekerasan dalam rumah tangga
dipengaruhi oleh minuman alkohol ataupun minuman keras.
Pada jangka panjang para peminum minuman keras ini dapat
mengalami berbagai penyakit kronis seperti sirosis hepar, impotensi,
penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker saluran pencernaan, dan
peminum akan merasa susah tidur, perubahan kepribadian, dan
kesulitan dalam mengingat dan konsentrasi.
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tau yang terjadi setelah
melakukapengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
manusia disebut panca indera. Panca indera terdiri dari penglihatan,
pendengeran, penciuaman, perasaan, dan peraba. Sebagian
pengetauhan pada manusia diperoleh dari mata dan telinga.
Pengetauhan merupakan domain yang sangat penting bagi manusia
sebelum melakukan suatu tindakan. Apabila perilaku didasari
pengetauhan dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng (long tasting) Notoatmodjo (2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetauhan yang dicakup dalam
domain kognitif, terbagi menjadi 6 tingkatan yakni:
1) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik
2) Memahami (compression)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real)
4) Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara
satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
Penilaian-penilaian itu suatu criteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara
dan kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
1) Pendidikan
Adalah proses berubahnya sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah
visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
2) Media
Media secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat
yang sangat luas. Contoh dari media massa adalah televise,
radio,koran,dan majalah.
3) Keterpaparan informasi.
3. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologi
semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai
dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas
masing-masing. (Notoatmodjo, 2007) Menurut Skiner (1938) seorang
ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi
kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut
teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons. Skinner membedakan adanya dua respon. Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon:
1) Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini
disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.
2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena mencakup respon. Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari
bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi
2 yaitu:
a) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau
faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang
membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi
dua, yakni:
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139).
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007),
membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan
yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan,
sikap, dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007, p. 139)
b. Pengukuran Perilaku
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan
(obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka
memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung
menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa
yang telah dilakukan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.59)
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003),
perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu:
1) Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air
bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek
swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami
3) Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada
petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang
peraturanperaturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah
yang terkait dengan kesehatan.
d. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu
respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan
kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:
1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.
2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat.
4. Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat
menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007)
Sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. (Pretty,1986 dalam Azwar,
2005)
b. Komponen pokok sikap
Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek
artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran
seseorang terhadap obyek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang
terhadap obyek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk berperilaku terbuka
(Notoatmodjo, 2007)
c. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni
(Notoatmodjo,2007:144):
1) Menerima (receiving)
Menerima di artikan bahwa orang (subyek) mau dan
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain
(tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke
posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti
bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah segala yang mempunyai sikap yang
paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya
sendiri. (Wawan dan Dewi, 2010)
d. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap menurut purwanto (1998) adalah:
1) Sikap bukan dilakukan sejak lahir melainkan dibentuk atau
obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif
biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terhadap keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari/berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek
tertentuyang dirumuskan dengan jelas.
4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapankecakapan/
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Pernyataan sikap
yang berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap yang
bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.
Pertanyaan seperti ini disebut dengan pertanyaan yang tidak
favorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar
terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah
yang seimbang. Dengan demikian pernyataan disajikan tidak
semua positif dan semua negatif yang seolah-olah isi skala
e. Sifat sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative
menurut purwanto (1998):
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keluarga terhadap Obyek
Sikap antara lain:
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah
yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah
mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk.
7) Pengukur sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu
obyek. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang kegiatan
pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap
pernyataan-pernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala
likert (Notoatmodjo, 2005:57)
Skala likert merupakan metode sederhana dibandingkan
dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin
disederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu favorable dan
unfavorable sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, likert menggunakan teknik
konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta
melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing item
dalam skala yang skala yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju,
setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item
yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka sangat
setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya
5. (Wawan dan Dewi, 2010:39-40).
5. Buruh dan PT Esa Express Surabaya
Pada jaman dahulu buruh hanya digunakan untuk orang yang
melakukan pekerjaan kasar, seperti tukang, kuli, mandor, dan lain – lain. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1989:568) buruh adalah orang
yang menjual tenaganya demi kelangsungan hidup. Ia tidak memiliki
sarana atau faktor produksi selain tenaganya sendiri. Buruh adalah sumber
daya yang diperlukan dalam produksi, selain pengusaha dan pemilik
dibedakan atas buruh borongan, buruh lepas, buruh harian, dan buruh
tetap.
a. Buruh borongan adalah buruh yang biayanya didasarkan atas paket
beban, sedangkan jangka waktu ia menyelesaikan seluruh pekerjaan itu
tidak dipersoalkan.
b. Buruh harian adalah buruh yang satuan upahnya didasarkan atas satuan
hari kerja.
c. Buruh lepas adalah buruh yang tidak memiliki ikatan kerja yang tetap
dengan majikanya. Setelah pekerjaan yang menjadi bebanya selesai,
hubungan kerja sama kerja secara otomatis juga selesai. Biasanya
buruh lepas dipakai untuk pekerjaan yang sifatnya sementara.
d. Buruh tetap adalah buruh yang mempunyai ikatan kerja tetap untuk
jangka waktu yang relatif lama. Jangka waktu ini merupakan
kesepakatan antara majikan dan buruh serta di dalam kesepakatan ini
juga dibuat aturan hubungan kerja sama.
Buruh sering diartikan sebagai faktor produksi semata – mata, sehingga dapat menimbulkan masalah – masalah sosial. Seperti masalah upah, tingkat kesejahteraan rumah tangga buruh, dan maslah kesehatan.
Masih banyak pada era modern ini sistem kerja tanpa adanya imbalan
yang cukup bagi buruh. Dalam kenyataanya buruh akhirnya memilih
melepas tekanan kerja dengan cara yang beragam, anatara lain dengan
minum minuman keras, pemakaian obat terlarang, dan melakukan perilaku
buruh beranggapan dengan mengkonsumsi minuman keras, mereka merasa
tenang, semangat bekerja, dan melepas tekanan lingkungan kerja yang
berat. Oleh karena itu diperlukan adanya perlindungan upah kerja,
kesehetan, dan keselamatan kerja sehingga buruh tetap diperhatikan
martabatnya sebagai manusia. Dengan dihormatinya martabat buruh
perilaku negative yang sering dilakukan para buruh akan berkurang dan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman.
PT Esa Express Surabaya adalah suatu perusahaan swasta yang
bergerak di bidang transportasi dan logistik barang (Laporan Keuangan
Tahun 2013). Perusahaan ini mempunyai 3 bidang transportasi meencakup
transportasi darat, laut, dan udara. PT Esa Express Surabaya memiliki
kurang lebih 60 karyawan buruh tetap di lapangan, yang bertugas untuk
mengirim barang, memasukan barang kedalam kendaraan pengiriman,
mempacking barang, dan mengatur ketepatan barang tiba tepat dipihak
konsumen. Buruh PT Esa Express Surabaya didominasi oleh lulusan SMP,
SMU, S1, dan D3. Lingkungan kerja di lapangan yang begitu banyak
tekanan serta tingginya mobilitas para buruh PT Esa Express Surabaya
membuat tekanan stres menjadi tinggi. Melihat situasi lingkungan kerja
yang didominasi dengan masyarakat ekonomi rendah serta tingkat
pengetauhan rendah membuat para buruh menjadikan minuman keras
menjadi cara pelampiasan stres. Belum adanya aturan yang ketat dari
perusahaan tentang penggunaan minuman keras dalam lingkungan kerja
kecelakaan kerja setelah para buruh konsumsi minuman keras, seperti
kecelakaan lalu lintas saat pengiriman barang, terjatuh saat mengangkat
barang, dan merasa pusing saat bekerja sehingga mengganggu proses
pekerjaan. Terkadang saat kurangnya dana untuk membeli minuman keras,
para buruh membeli minuman keras tradisional “cukrik” untuk dicampur
dengan minuman suplemen seperti extra joss, kratingdaeng, dan kuku
bima. Ini dilakukan untuk meningkatkan stamina kerja para buruh dan
semangat kerja tetap tinggi. Para buruh tidak sadar akan bahayanya
minuman – minuman seperti ini dikarenakan tingkat pengetauhan yang rendah serta sikap yang cenderung menerima adanya minuman keras.
Dari literatur - literatur yang dijelaskan pada paragraph sebelumya
dapat diketauhi adanya hubungan antara tingkat pendidikan, kondisi
lingkungan, umur, pekerjaan, penyakit, dan ekonomi yang dapat
mempengaruhi tingkat pengetauhan dan sikap para buruh PT Esa Express
Surabaya dalam tindakan mengkonsumsi minuman keras.
Berdasarkan penelitian terdahulu, yang berjudul hubungan antara
pengetauhan dan sikap tentang mengkonsumsi alkohol dengan tindakan
konsumsi minuman beralkohol pada nelayan di Kelurahan Bitung
Karangria Kecamatan Tumniting Kota Manado (M Salakory, 2012)
menyimpulkan :
a. Tidak terdapat hubungan antara pengetauhan dengan tindakan
konsumsi minuman beralkohol di Kelurahan Bitung Karangria
b. Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan konsumsi
minuman beralkohol di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan
Tuminting Kota Manado
Selain itu dalam penelitian ini menunjukan hasil uji tingkat
pengetauhan dan sikap dengan tindakan mengkonsumsi minuman
beralkohol, tidak ada hubungan yang signifikan.
B. Kerangka Konsep
C. Hipotesis
1. h.1 : Adanya hubungan antara tingkat pengetauhan para buruh PT ESA
EXPRESS Surabaya terhadap sikap konsumsi minuman keras atau
oplosan.
2. h.2 : Adanya hubungan antara sikap para buruh PT ESA EXPRESS
Surabaya terhadap perilaku konsumsi minuman keras atau oplosan.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional analytic. Desain
cross sectional analytic sesuai untuk menentukan besarnya resiko para buruh PT Esa Express Surabaya yang mengkonsumsi minumaan keras dan
menganalisis hubungan sebab – akibat dari faktor – faktor pencetus.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di PT Esa Express Surabaya
2. Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan pada bulan Mei sampai Juni 2014
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada cross sectional dapat berupa kelompok masyarakat tertentu atau sebuah kelompok institusi. Dalam hal ini sampel yang saya
gunakan adalah seluruh buruh PT Esa Express Surabaya yang mengkonsumsi
minuman keras. Cara pengambilan sampel dengan total sampling pada pekerja PT Esa Express Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah para buruh PT
Esa Express Surabaya yang bekerja di bidang supir, kuli, dan yang dominan di
lapangan sebesar 50 orang.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara tertentu sehingga
dapat mewakili populasinya. Jumlah sampel di hitung berdasarkan rumus
n=
=
=
= 44.4 = 44 orang
Keterangan
N= Jumlah populasi
n = Besar Sampel minimal
d= Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05)
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah para buruh yang bekerja di PT
Esa Express Surabaya dibidang supir, kuli angkut, dan yang bekerja
dominan di lapangan.
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah para buruh PT Esa Express
Surabaya yang sudah melakukan pengobatan untuk berhenti
mengkonsumsi minuman keras
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel yang berkaitan pada penelitian ini antara lain variabel umur,
variabel pendidikan, dan variabel lama pemakaian.
a. Variabel bebas
Tingkat pengetauhan pekerja PT Esa Express Surabaya tentang
b. Variabel terikat
Sikap dan perilaku pekerja PT Esa Express Surabaya yang
mengkonsumsi minuman beralkohol atau oplosan.
2. Definisi operasional
a. Tingkat pengetauhan pekerja PT Esa Express Surabaya adalah
pemahaman pekerja PT Esa Express Surabaya tentang pengetauhan
konsumsi minuman keras atau oplosan. Mencakup kegunaan dan
kerugian mengkonsumsi minuman keras atau oplosan.
b. Sikap pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi minuman
keras atau oplosan adalah sikap aktif atau pasif dalam menyikapi
minuman keras atau oplosan, serta faktor yang mempengaruhi sikap
pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi minuman keras
atau oplosan.
c. Perilaku pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi
minuman keras atau oplosan adalah bagaimana penggunaan dan faktor
apa saja yang membuat pekerja PT Esa Express Surabaya
mengkonsumsi minuman keras atau oplosan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, dengan sistem penilaian
yaitu
1. Skala nominal untuk jenis kelamin dan umur. Dalam skala nominal tidak
2. Skala ordinal untuk menilai tingkat pendidikan dan pengetauhan tentang
minuman beralkohol atau oplosan. Dalam skala ordinal bersifat kualitatif
dan memiliki jenjang.
F. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data dilakukan dengan survei melaluli metode
wawancara dan kuesioner. Pemilihan wawancara dan kuesioner dilakukan
untuk menghindari kurang lengkapnya pengisian data kuesioner.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang memiliki ketepatan dan kecermatan. Secara sederhana yang dimaksud dengan valid adalah shahih.
Alat ukur itu dikatakan shahih atau valid bila alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur(Mahfoedz, 2007). Teknik yang
digunakan untuk mengetahui validitas angket menggunakan rumus
Pearson Product Moment, setelah itu dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.
Rumus Pearson Product Moment
=
√ } }
Keterangan : = koefisien korelasi
= Jumlah skor item
Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS For Windows
menghasilkan nilai korelasi dan signifikan. Suatu item pertanyaan
dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi yang positif dan memiliki
nilai signifikan lebih kecil dari0,05.
2. Reabilitas
Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Untuk mengetahui reabilitas angket digunakan rumus koefisien.
Untuk mencari reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Cronbach :
= ( 1-
⃙
⃙ )
Keterangan : = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
⃙ = jumlah varians butir
⃙ = varians total
Jika hasil r hitung > r tabel maka item signifikan, begitu juga
sebaliknya jika hasil r hitung < r tabel maka item dikatakan tidak
signifikan.
H. Analisis Data
Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan program
computer SPSS menggunakan metode korelasi Spearman, metode ini untuk menilai hubungan korelasi anatara sikap, tingkat pengetauhan, dan perilaku
pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap perilaku konsumsi minuman keras
I. Kesulitan Penelitian
Pada penelitian ini karena menggunakan pendekatan cross sectional
dapat menimbulkan sumber bias yang potensial. Bias dapat muncul karena
beberapa hal seperti :
1. Tidak terdapat hipotesis yang spesifik dan jika dibuat hipotesis maka sifat
hipotesis merupakan hipotesis prematur, karena penelitian cross sectional
tidak dirancang untuk penelitian analitik.
2. Keadaan awal kedua kelompok yang dibandingkan tidak diketahui,
sehingga sulit ditentukan apakah keadaan yang diperoleh merupakan sebab
atau akibat dan apakah terjadi sebelum atau setelah terpajan.
J. Etika Penulisan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin terlebih dahulu
kepada pihak-pihak yang berwenang dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Peneliti memberikan surat pengantar kepada Direktur perusahaan PT Esa
Express Surabaya dan memberikan inform consent kepada para buruh yang akan di teliti. Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan data atau informasi yang diolah dari
kuisioner penelitian. Hasil penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu
karakteristik responden, uji instrumen (validitas dan reliabilitas), analisis
deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian, dan uji korelasi.
1. Karakteristik Responden
Responden penalitian ini adalah karyawan PT Esa Ekspres Jasa
Surabaya sejumlah 44 orang yang semuanya berjenis kelamin laki-laki,
sudah menikah, dan masa kerja di atas satu tahun (tabel 2). Dilihat dari
tingkat pendidikannya,sebagian besar karyawan berpendidikan SLTA
(48%) dan yang lainnya berpendidikan SLTP (20%), Diploma (16%), dan
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendikan, Status Pernikahan, Lama Kerja
Karakteristik Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin Sumber: data primer diolah,2015
2. Uji Istrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuisioner yang terdiri dari pernyataan
yang bersifat mendukung (favourable) dan pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Pengukuran untuk setiap pernyataan menggunakan skala likert 1-5, dengan kriteria penilaian untuk pernyataan
bersifat favourable adalah SS (sangat setuju) diberi skor 5, S (setuju) diberi skor 4, R (ragu) diberi skor 3, TS (tidak setuju) diberi skor 2, dan
STS (sangat tidak setuju) diberi skor 1. Sedangkan kriteria penilaian
pernyataan bersifat unfovorable adalah kebalikan dari pernyataan bersifat
skor 4, R (ragu) diberi skor 3, S (setuju) diberi skor 2, dan SS (sangat
setuju) diberi skor 1.
a. Uji Validitas
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini (contentvalidity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang
akan diukur (Ferdinand, 2006). Pengujian validitas dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi antara setiap skor butir instrumen
dengan skor total. Koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah korelasi perason (pearson correlation), dimana dalam penghitungannya menggunakan bantuan sofware SPSS. Instrumen pertanyaan dianggap valid ketika probability sig pearson correlation < 0,05.
1) Pengetahuan tentang Minuman Beralkohol
Variabel pengetahuaan tentang minuman beralkohol diukur
dengan tiga belas pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap
butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan
bahwa hanya sepuluh butir pertanyaan yang valid untuk dijadikan
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan terhadap Minuman Beralkohol
Pertanyaan Ke- r-pearson Signifikasi Keterangan
1 0,596 0,000 Valid
2 0,525 0,000 Valid
3 0,044 0,776 Tidak valid
4 0,504 0,000 Valid
5 0,570 0,000 Valid
6 0,459 0,002 Valid
7 0,220 0,151 Tidak valid
8 0,102 0,511 Tidak valid
9 0,389 0,009 Valid
10 0,569 0,000 Valid
11 0,528 0,000 Valid
12 n.a n.a Tidak valid
13 0,508 0,00 Valid
Sumber: data primer diolah, 2015
Keterangan: n.a tidak ada angka yang muncul karena jawaban pertanyaan tersebut seragam
2) Sikap terhadap Minuman Beralkohol
Variabel sikap terhadap minuman beralkohol diukur dengan
sepuluh pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap butir
pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa
semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat ukur yang
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Minuman Beralkohol
Pertanyaan ke- r-pearson Signifikasi Keterangan
1 0,839 0,00 Valid
Sumber: data primer diolah, 2015
3) Perilaku terhadap Minuman Beralkohol
Variabel perilaku terhadap minuman beralkohol diukur
dengan tujuh pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap
butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan
bahwa semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat
ukur yang ditunjukkan oleh nilai pearson correlation yang negatif dan probabilitysig > 0,05 (Tabel 5)
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku terhadap Minuman Beralkohol
Pertanyaan ke- r-pearson Signifikasi Keterangan
1 0,562 0,00 Valid
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,
2011). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach alpha > 0.60 (Ghozali, 2011).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan sofware SPSS
diperoleh nilai cronbach alpha untuk semua instrumen variabel lebih besar dai 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa semua instrumen adalah
reliabel (Tabel 6).
Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach Alpha Kesimpulan
Pengetahuan 0,651 Reliabel
Sikap 0,914 Reliabel
Perilaku 0.757 Reliabel
Sumber: data primer diolah, 2015
3. Analis Deskriptif (Univariat)
Analisis deskriptif merupakan analisis terhadap masing-masing
variabel dengan mendeskripsikan nilai yang ada pada varibel tersebut
tanpa mengambil kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah
penelitian. Rerata nilai total untuk variabel pengetahuan dari 10
pertanyaan yang valid 42,14 nilai minimum jawaban responden 34, dan