• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS

Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteranpada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : ANDRI SUSANTO

20110310219

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TERHADAP MINUMAN KERAS

Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteranpada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : ANDRI SUSANTO

20110310219

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

Studi Kasus di PT Esa Express Surabaya

Disusun Oleh: ANDRI SUSANTO

20110310219

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal :

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. Dirwan Suryo Soularto, Sp. F., M.Sc dr. Imam Permana, M.Kes, PhD NIK : 19720223200104173047 NIK : 19700131201104173146

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

iii

Nama : Andri Susanto

NIM : 20110310219

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 22 April 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

perkenan-Nya lah penulisan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku terhadap Minuman Keras para Buruh PT Esa

Express Surabaya ” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan penyusunan

karya tulis ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dukungan moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan studi di program studi Pendidikan Dokter.

2. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kemudahan sehingga studi kami dapat berjalan dengan lancar.

3. Bapak dr. Dirwan Suryo Soularto, Sp. F, M.Sc selaku dosen pembimbing penulisan karya tulis ilmiah yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan arahan selama proses pembuatan karya tulis ilmiah.

4. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi kepada kami.

Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan. Semoga bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal baik dan mendapatkan imbalan pahala dari Allah SWT serta hasil dari penelitian ini kiranya dapat bermanfaat. Amin.

Yogyakarta, 24 April 2014 Penulis

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 33

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Cara Pengumpulan Data ... 36

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

H. Analisis Data ... 37

I. Kesulitan Penelitian ... 38

J. Etika Penulisan ... 38

(7)

vi

Status Pernikahan, Lama Kerja ... 40

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan terhadap Minuman Beralkohol ... 42

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Minuman Beralkohol. 43 Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku terhadap Minuman Beralkohol ... 43

Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ... 44

Tabel 7. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Berdasar Jawaban Responden ... 45

Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengkategorian .... 46

Tabel 9. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Pengkategorian ... 47

Tabel 10. Distribusi Perilaku Responden Berdasarkan Pengkategorian ... 48

Tabel 11. Keeratan Hubungan Antar Variabel... 48

(8)

vii

masalah bahaya konsumsi minuman keras, rasa ingin tahu yang tidak terkontrol serta sedikitnya pengetahuan tentang dampak buruk pada kesehatan akibat konsumsi minuma keras dan oplosan. Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetauhan, sikap dan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan perlu dilakukan untuk mengkaji permasalah ini lebih lanjut.

Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi yang digunakan adalah buruh PT Esa Express Surabaya yang melakukan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan. Seluruh sampel berjumlah 50 responden dan diambil dengan metode perhitungan total sampling.

Pada perhitungan statistik uji korelasi Pearson antar variabel ditemukan tiga hasil. Hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variable pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Sedangkan hubungan variabel sikap dan perilaku juga positif (searah) dan signifikan dengan probability pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Sementara Hubungan variabel pengetahuan dan sikap juga bersifat positif (searah) dan signifikan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif (searah) antara tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan pada populasi buruh PT Esa Express Surabaya. Semakin baik tingkat pengetahuan, semakin baik pula sikap dan perilaku terhadap aktifitas konsumsi minuman keras dan oplosan.

(9)

viii

liquor and alcohol consumption problems, uncontrolled curiosity and unresponsive behavior about adverse health effects issues due to liquor and alcohol consumption. Research about relation between level of knowledge, attitudes and behavior to liquor consumption needs to be done to examine this problem further.

This study uses analytic design with cross sectional approach. The population used was workers of PT Esa Express Surabaya who held active deviate liquor consumption. The amount of sample are 50 respondents and taken by total sampling method.

In the statistical calculation of Pearson correlation test between variables found three results. The relation between knowledge and behavior variables is positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, variable relations knowledge and behavior is moderate (0.558). While the relation of variables were also positive attitudes and behavior (direct) and significant by Pearson correlation probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables attitude and behavior was strong (0.799). While the variable relation of knowledge and attitudes are also positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables knowledge and attitude is strong (0.649).

From the results of this study concluded that there is a positive relation (direct) between the level of knowledge, attitudes and sexual behavior in a population of workers in PT Esa Express Surabaya. In the better level of knowledge, the better behavior and attitude will toward and impact on deviate liquor and alcohol consumption.

(10)
(11)

vii

masalah bahaya konsumsi minuman keras, rasa ingin tahu yang tidak terkontrol serta sedikitnya pengetahuan tentang dampak buruk pada kesehatan akibat konsumsi minuma keras dan oplosan. Penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetauhan, sikap dan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan perlu dilakukan untuk mengkaji permasalah ini lebih lanjut.

Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan metode cross sectional. Populasi yang digunakan adalah buruh PT Esa Express Surabaya yang melakukan perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan. Seluruh sampel berjumlah 50 responden dan diambil dengan metode perhitungan total sampling.

Pada perhitungan statistik uji korelasi Pearson antar variabel ditemukan tiga hasil. Hubungan antara variabel pengetahuan dan perilaku adalah positif (searah) dan signifkan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variable pengetahuan dan perilaku adalah sedang (0,558). Sedangkan hubungan variabel sikap dan perilaku juga positif (searah) dan signifikan dengan probability pearson correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel sikap dan perilaku adalah kuat (0,799). Sementara Hubungan variabel pengetahuan dan sikap juga bersifat positif (searah) dan signifikan dengan probability correlation (0,00)<0,05. Dilihat dari besarnya koefisien korelasi, hubungan variabel pengetahuan dan sikap adalah kuat (0,649).

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif (searah) antara tingkat pengetahuan, sikap, serta perilaku konsumsi minuman keras dan oplosan pada populasi buruh PT Esa Express Surabaya. Semakin baik tingkat pengetahuan, semakin baik pula sikap dan perilaku terhadap aktifitas konsumsi minuman keras dan oplosan.

(12)

viii

liquor and alcohol consumption problems, uncontrolled curiosity and unresponsive behavior about adverse health effects issues due to liquor and alcohol consumption. Research about relation between level of knowledge, attitudes and behavior to liquor consumption needs to be done to examine this problem further.

This study uses analytic design with cross sectional approach. The population used was workers of PT Esa Express Surabaya who held active deviate liquor consumption. The amount of sample are 50 respondents and taken by total sampling method.

In the statistical calculation of Pearson correlation test between variables found three results. The relation between knowledge and behavior variables is positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, variable relations knowledge and behavior is moderate (0.558). While the relation of variables were also positive attitudes and behavior (direct) and significant by Pearson correlation probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables attitude and behavior was strong (0.799). While the variable relation of knowledge and attitudes are also positive (direct) and significant correlation with the probability (0,00)<0.05. Judging from the magnitude of the correlation coefficient, the relationship variables knowledge and attitude is strong (0.649).

From the results of this study concluded that there is a positive relation (direct) between the level of knowledge, attitudes and sexual behavior in a population of workers in PT Esa Express Surabaya. In the better level of knowledge, the better behavior and attitude will toward and impact on deviate liquor and alcohol consumption.

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alkohol adalah suatu zat kimia cair yang memiliki banyak kegunaan.

Sejatinya alkohol bukanlah zat untuk di konsumsi. Alkohol dari segi medis

digunakan untuk kepentingan antiseptik dan campuran obat dalam dosis kecil.

Dalam masyarakat luas alkohol berkembang menjadi suatu minuman yang

memabukan, seperti minuman keras. Minuman keras ini mengandung alkohol

karena adanya proses fermentasi dari buah-buahan ataupun tumbuhan lainya.

Namun minuman keras mempunyai efek negatif yang sangat luas yang dapat

mengakibatkan kematian. Efek negatif seperti keracunan, kerusakan organ

ginjal dan mati mendadak sering terjadi pada para peminum minuman keras.

Fenomena yang terjadi saat ini minuman keras dicampur dengan

beberapa cairan lain untuk dijadikan minuman campuran atau oplosan.

Konsumsi minuman keras menjadi gaya hidupmasa kini, banyak masyarakat

mengkonsumsi minuman keras dengan cara yang beragam. Selain dikonsumsi

secara utuh, minuman keras dikonsumsi dengan campuran zat-zat yang

berbahaya, seperti mencampur dengan cairan thiner, spiritus, dan bensin. Gaya

hidup seperti ini banyak terjadi di kalangan masyarakat karena adanya pola

baru dalam konsumsi minuman keras. Kurangnya pengetauhan dan sikap

masyarakat akan bahaya minuman keras dan oplosan mengakibatkan semakin

(14)

Di tengah perkembangan zaman ini gaya hidup masyarakat Indonesia

makin beragam, khususnya konsumsi alkohol atau minuman keras.

Ketergantungan konsumsi alkohol di Indonesia termasuk kategori yang tinggi,

menurut data DSM-IV-TR 2014, 20% laki-laki mengkonsumsi alkohol sedangkan wanita sebanyak 8%, angka ini menunjukan penurunan seiring

bertambahnya umur, karena banyaknya para peminum alkohol meninggal

dunia saat usia muda dan keberhasilan untuk berhenti konsumsi alkohol.

Berdasarkan data Riskerdas 2007, sebanyak 5,5% dan 3,4% laki-laki umur

15-24 tahun mengkonsumsi alkohol, meningkat menjadi 6,7 % dan 4,3% pada

usia 25-34 tahun. Data World Health Organitation ( WHO ) 2009, menyebutkan jumlah kematian akibat konsumsi alkohol, sebanyak 775.000

orang meninggal dunia di seluruh benua. Data dari survei Dinas Penelitian dan

Pengembangan ( Dislitbang ) Polri 2011, memperlihatkan pemakaian

obat-obat terlarang dan alkohol terbanyak dari golongan SLTA,SLTP, maupun

mahasiswa yang mencapai 70% sedangkan pada orang lulusan SD 30 %. Jawa

timur sebagai salah satu penghasil minuman keras di indonesia, seperti kota

tuban, surabaya, dan gresik. Surabaya bahkan identik dengan minuman cukrik.

Cukrik suatu minuman beralkohol tradisional fermentasi dari ketela pohon,

telah menjadi budaya yang melekat di masyarakat Surabaya.

Masyarakat dengan ekonomi rendah dan tingkat pendidikan yang rendah

cenderung mengkonsumsi cukrik dalam batas tinggi. Salah satunya para buruh

kerja PT Esa Express Surabaya yang juga sering mengkonsumsi minuman

(15)

barang melalui darat ataupun kereta api. Para pekerja PT Esa Express

Surabaya di dominasi dengah buruh dengan tingkat pendidikan lulusan SMU

dan SMP, yang menjadikan banyak para buruh mengkonsumsi minuman keras

karena kurangnya tingkat pengetauhan terhadap bahaya minuman keras.

Melihat situasi lapangan kerja dengan tingkat kepadatan populasi buruh yang

bekerja dan intensitas kerja yang tinggi, banyak para buruh yang

mengkonsumsi minuman keras. Kepercayaan para buruh terhadap minuman

keras yang di campur minuman lain atau cairan lain dapat meningkatkan

stamina bekerja dan memotivasi pikiran untuk bekerja lebih giat. Penelitian ini

diharapkan dapat menganalisis tingkat pengetauhan dan perilaku para buruh

terhadap minuman keras. Dengan diketahui data mengenai tingkat

pengetauhan dan perilaku para buruh PT Esa Express Surabaya dapat menjadi

acuan tingkat dan pola konsumsi alkohol di PT Esa Express Surabaya.

Pentingnya pemahaman dan sikap para buruh terhadap minuman keras akan

mengurangi dampak negatif bagi masyarakat luas, perusahaan, dan

pemerintah. Menurut pandangan islam dalam ayat Al Quran Surat Al-Maidah

Ayat 90, yang berbunyi :

(16)

B. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara tingkat pengetauhan,sikap dan perilaku

konsumsi miras dan oplosan buruh PT Esa Express Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui adakah hubungan tingkat pengetahuan,sikap dan perilaku

konsumsi minuman keras pada buruh PT Esa Express Surabaya

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan para buruh PT Esa Express Surabaya

b. Mengetahui sikap dan perilaku para buruh PT Esa Express Surabaya

D. Manfaat Penelitian

1. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelekaan kerja dan

meningkatkan kualitas pekerja

2. Masyarakat umum

Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi masyarakat tentang

faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi alkohol atau oplosan

3. Pemerintah Kota Surabaya

Dari hasil penelitian diharapakan dapat menjadi data acuan ataupun data

pendahuluan sehingga diharapakan pemerintah dapat melakukan

pembatasan dan pembuatan peraturan kota surabaya mengenai pelarangan

(17)

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian

No. Judul Persamaan Perbedaan

1. Hubungan antara

pengetahuan dan sikap

mengkonsumsi alkohol

dengan tindakan yang di

konsumsi minuman

tingkat beralkohol pada nelayanpengetahuan,sikap di Kelurahan Bintang dan perilaku para Karangria

Kecamatan Tuminting

Kota Manado

(M. Salakory,2012)

Desain penelitian menggunakan

cross sectional

Objek yang

dianalisa PT Esa Express Surabaya analitik buruh PT

Esa Express

(18)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Minuman keras

a. Pengertian

Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol.

Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan

penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman keras

dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah

melewati batas usia tertentu (Darmawan, 2010). Minuman keras telah

menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan panjang

peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percaya bahwa Bouza, sejenis

bir, merupakan penemuan Dewi Osiris dan merupakan makanan

sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan oleh bangsa Mesir kuno

dan dipergunakan untuk perayaan atau upacara keagamaan dan

sekaligus sebagai obat. Dalam perkembangan selanjutnya, anggur

dianggap sebagai minuman kaum ningrat (aristocrat) dan bir adalah

minuman rakyat jelata (masses). Di negara Indonesia juga dijumapi

banyak minuman tradisional yang mengandung alkohol seperti tuak,

arak dan lainnya. Setelah melalui perjalanan sejarah yang amat

panjang barulah pada paruh pertengahan abad 18 para dokter di Inggris

(19)

ini akhirnya melahirkan suatu peraturan mengenai penggunaan

minuman keras sebagai Gin Act tahun 1751 (Widianarko, 2000).

b. Epidemiologi Penyalahgunaan Alkohol

Penyalahgunaan alkohol telah menjadi masalah pada hampir

setiap Negara di seluruh dunia. Tingkat konsumsi alkohol di setiap

negara berbeda-beda tergantung pada kondisi sosio kultural, pola

religius, kekuatan ekonomi, serta bentuk kebijakan dan regulasi

alkohol di tiap negara (Sisworo, 2008). Pada saat ini terdapat

kecenderungan penurunan angka pecandu alkohol di negara-negara

maju namun angka pecandu alkohol ini justru meningkat pada

negara-negara berkembang. Di Amerika misalnya, terdapat lebih dari 15 juta

orang yang mengalami ketergantungan alkohol dengan 25%

diantaranya adalah pecandu dari kalangan wanita. Kelompok usia

tertinggi pengguna alkohol di negara Amerika adalah 20 - 30 tahun,

sementara kelompok usia terendah pengguna alkohol adalah di atas 60

tahun, dan rata-rata mereka mulai mengkonsumsi alkohol semenjak

usia 15 tahun. Sementara di Canada tercatat sekitar 1 juta orang

mengalami kecanduan alkohol, jumlah pecandu pria dua kali lipat dari

wanita dengan kelompok umur pengguna alkohol tertinggi adalah 20 – 25 tahun. Angka mengejutkan didapatkan di Russia di mana terdapat

data yang menunjukkan bahwa 40% pria dan 17% wanita di negara ini

(20)

alkohol yang terjadi di Indonesia menurut WHO (WHO SEARO,

2002) dari tahun ke tahun adalah :

1) Tahun 1986 tercatat 2,6% pria pengkonsumsi alkohol yang berusia

rata-rata 20 tahun ke atas, sementara wanita tercatat sekitar 0,8%

2) Tahun 1998 di Indonesia tercatat lebih dari 350.000 orang

meninggal dunia akibat penyakit kronis yang disebabkan konsumsi

alkohol yang menahun

3) Tahun 2000 tercatat 13000 pasien penderita penyalahgunaan

minuman keras di rumah sakit seluruh Indonesia

4) Tahun 2008 40 orang kematian tercatat, sebagai kematian

langsung akibat keracunan minuman keras. Di Surabaya tercatat 9

orang tewas di 3 tempat berbeda saat melakukan pesta minuman

keras.

Penelitian yang dilakukan Akamaking (2007) mengungkapkan di

pelabuhan Tenau Kupang dari 84 responden buruh angkut pelabuhan

dalam kaitan dampak konsumsi minuman beralkohol, 76 responden

(90,48%) menyatakan sangat membahayakan kesehatan, sedangkan 8

responden (9,52%) menyatakan tidak ada permasalahn mengkonsumsi

alkohol. Semua responden mengaku mengkonsumsi minuman alkohol

dapat meningkatkan gairah kerja, menghilangkan rasa kantuk dan

pegal, serta menghilangkan stres. Hawari (dalam buku M.Ali, 2010)

alasan yang mendasari perilaku konsumsi minuman keras yaitu,

(21)

Sedangkan dari kondisi eksternal, para peminum minuman keras

disebabkan oleh adanya pengaruh teman sebaya dan adanya minuman

keras itu sendiri. Menurut Joewana (dalam Purnomowardani dan

Koentjoro, 2000), bahwa penyimpangan konsumsi minuman keras

lebih disebabkan oleh adanya maslah pribadi, seperti halnya masalah

rumah tangga ataupun masalah keluarga. Sedangkan menurut Capuzzi

(dalam Faturahman 2003:23), penyalahgunaan obat dan minuman

keras dibagi dalam dua kelompok besar yakni : Determinan sosial (

termasuk didalamnya pengaruh keluarga, teman sebaya, dan afiliasi

religius). Determinan personal (termasuk didalamnya rasa rendah diri,

ingin memberontak, rasa ingin bebas, dan kepercayaan diri yang

rendah)

c. Faktor Determinan Penyalahgunaan Alkohol

Terdapat 4 kelompok determinan dari penyalahgunaan alkohol

(sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan) yang mana peranannya

sangat kompleks dan saling terkait satu sama lainnya (WHO, 2003).

1) Sosial

Penggunaan alkohol sering kali didasari oleh motif-motif

sosial seperti meningkatkan prestige ataupun adanya pengaruh pergaulan dan perubahan gaya hidup. Selain itu faktor sosial lain

seperti system norma dan nilai (keluarga dan masyarakat) juga

menjadi kunci dalam permasalahan penyalahgunaan alcohol

(22)

2) Ekonomi

Masalah penyalahgunaan alkohol bisa ditinjau dari sudut

ekonomi. Tentu saja meningkatnya jumlah pengguna alko alkohol

di Indonesia juga dapat diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan

harga minuman keras (import atau lokal) dengan daya beli atau

kekuatan ekonomi masyarakat. Dan secara makro, industri

minuman keras baik itu 9 ditingkat produksi, distribusi, dan

periklanan ternyata mampu menyumbang porsi yang cukup besar

bagi pendapatan negara (tax, revenue dan excise).

3) Budaya

Melalui sudut pandang budaya dan kepercayaan masalah

alkohol juga menjadi sangat kompleks. Di Indonesia banyak

dijumpai produk local minuman keras yang merupakan warisan

tradisional (arak, tuak, badeg, dll) dan banyak dikonsumsi oleh

masyarakat dengan alasan tradisi. Sementara bila tradisi budaya

tersebut dikaitkan dengan sisi agama dimana mayoritas masyarakat

Indonesia adalah kaum muslim yang notabene melarang konsumsi

alkohol, hal ini tentu saja menjadi sangat bertolak belakang.

4) Lingkungan

Peranan negara dalam menciptakan lingkungan yang bersih

dari penyalahgunaan alkohol menjadi sangat vital. Bentuk

peraturan dan regulasi tentang minuman keras, serta pelaksanaan

(23)

Selain itu yang tidak kalah penting adalah peranan provider

kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah

alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun advokasi

pada tingkatan decision maker(Sarwono, 2011). d. Penyalahgunaan alkohol

Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5

kategori utama menurut respon serta motif individu terhadap

pemakaian alkohol itu sendiri (Sundeen, 2007).

1) Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental.

Kondisi penggunaan alkohol pada tahap awal yang

disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang (remaja). Sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembangnya, remaja selalu ingin mencari

pengalaman baru atau sering juga dikatakan taraf coba-coba,

termasuk juga mencoba menggunakan alkohol.

2) Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional.

Penggunaan alkohol pada waktu berkumpul bersama-sama

teman sebaya, misalnya pada waktu pertemuan malam minggu,

ulang tahun atau acara pesta lainnya. Penggunaan ini mempunyai

tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya (Ra’uf, M. 2002).

3) Penggunaan alkohol yang bersifat situasional.

Seseorang mengkonsumsi alkohol dengan tujuan tertentu

(24)

yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini merupakan cara

untuk melarikan diri dari masalah, konflik, stress dan frustasi.

4) Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan.

Penggunaan alkohol yang sudah bersifat patologis, sudah

mulai digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung

selama 1 bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku,

mengganggu fungsi dalam peran di lingkungan sosial, seperti di

lingkungan pendidikan atau pekerjaan.

5) Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan.

Penggunaan alkohol yang sudah cukup berat, telah terjadi

ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai

dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (alkohol). Suatu

kondisi dimana indidvidu yang biasa menggunakan zat adiktif

(alkohol) secara rutin pada dosis tertentu akan menurunkan jumlah

zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga akan

menimbulkan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan.

e. Karakteristik dari perilaku penggunaan minuman keras

Walaupun belum ada standart secara umum tentang tingkat

keamanan konsumsi alkohol, namun secara umum terdapat 3

kelompok, yang meliputi peminum ringan, sedang, dan berat.

1) Peminum ringan yaitu mereka yang mengkonsumsi alkohol antara

(25)

2) Peminum sedang yaitu mereka yang mengkonsumsi alkohol antara

6,2–27,7 gram alkohol per hari atau setara dengan 4 botol bir 3) Peminum berat yaitu yang mengkonsumsi alkohol lebih dari 28

gram alkohol per hari atau setara lebih dari 4 botol bir

Indikator untuk mengetauhi efek minuman keras atau beralkohol

ialah dengan menggunakan ukuran tingkat kadar alkohol dalam darah.

Konsentrasi kadar alkohol dalam darah dicapai dalam 30-90 menit

setelah diminum. Ketika kandungan alkohol darah mencapai 5 % ( 5

bagian alkohol per 100 bagian darah ), peminum akan merasakan

sensasi relaks dan gembira. Dalam tahap selanjutnya peminum akan

merasa tidak enak, kehilangan kendali bicara, keseimbangan, dan

emosi.jika kandungan alkohol darah naik 0,1% lagi maka peminum

akan mabuk total, kemudian jika ditingkatan 0,2% peminum maka

akan pingsan. Saat kandungan naik 0,3% – 0,4 % peminum dapat mengalami koma dan kematian.

f. Dampak konsumsi minuman keras atau beralkohol

Dampak negative konsumsi alkohol dibedakan menjadi 3 yaitu

dampak fisik, neurologi, dan psikologi (woteki, 1992).

1) Dampak fisik

Beberapa penyakit berhubungan dengan alkohol antara lain,

sirosis hepar, kanker, penyakit jantung, dan syaraf. Sirosis hepar

sebagian besar dialami pada peminum berat ( kronis ). Sebuah

(26)

sepertiga botol minuman keras setiap hari selama 25 tahun akan

mengakibatkan sirosis hepar. Sirosis hepar adalah suatu penyakit

perlemakan hati yang menyebabkan terjadinya nekrosis, fibrosis

dan regenerasi hepar. Terdapat bukti yang konsisten bahwa alkohol

meningkatkan resiko pada penyakit kanker di beberapa bagian

tertentu yaitu: mulut, kerongkongan, tenggorokan, larynx dan hati.

Alkohol memicu terjadinya kanker melalui berbagai mekanisme.

Salah satunya alkohol mengaktifkan enzim-enzim tertentu yang

mampu memproduksi senyawa yang menyebabkan kanker.

Alkohol juga dapat merusak DNA, sehingga sel akan berlipat

ganda secara tak terkendali.Bagi para peminum minuman keras

cenderung memiliki tekanan darah yang relative lebih tinggi

dibandingkan dengan yang non peminum, mereka lebih berisiko

mengalami stroke dan serangan jantung, Peminum berat dapat pula

mengalami berbagai gangguan syaraf mulai dari dementia

(gangguan kecerdasan), bingung, kesulitan berjalan dan kehilangan

memori. Konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan

defisiansi thiamin, yaitu komponen vitamin B komplek berbentuk

Kristal yang esensial bagi berfungsinya system syaraf.

2) Dampak Psikoneurologis

Pengaruh-pengaruh seperti addictive, imsonia, depresi,

gangguan kejiwaan, serta dapat merusak jaringan otak secara

(27)

kemampuan penilaian, kemampuan belajar, dan gangguan neurosis

lainnya.

3) Dampak sosial

Gangguan sosial juga dapat berpengaruh bagi orang lain,

ketika perasaan pengguna alkohol sangat labil, mudah tersinggung,

perhatian terhadap sekelilingnya menjadi terganggu. Dalam

kondisi seperti ini dapat menekan pusat pengendalian diri menjadi

lebih agresif, dan jika tidak terkontrol akan menimbulkan tindakan

yang melanggar norma bahkan menjurus pada kejahatan kriminal.

Kecelakaan pada linkungan kerja dan lalu lintas juga dapat terjadi

jika konsumi alkohol dilakukan saat akan beraktivitas.

g. Pengaruh konsumsi minuman keras jangka panjang dan pendek

Pada jangka pendek para peminum minuman keras ini akan

mengalami penurunan kesadaran, mabuk, euphoria ringan, dan

kematian akibat keracunan zat alkohol. Dalam suatu penelitian di

lembaga permasyarakatan Porong, Sidoarjo 2011, didapatkan 70%

narapidana mengkonsumsi minuman alhohol sebelum melakukan

tindakan kekerasan dan lebih dari 40% kekerasan dalam rumah tangga

dipengaruhi oleh minuman alkohol ataupun minuman keras.

Pada jangka panjang para peminum minuman keras ini dapat

mengalami berbagai penyakit kronis seperti sirosis hepar, impotensi,

penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker saluran pencernaan, dan

(28)

peminum akan merasa susah tidur, perubahan kepribadian, dan

kesulitan dalam mengingat dan konsentrasi.

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tau yang terjadi setelah

melakukapengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

manusia disebut panca indera. Panca indera terdiri dari penglihatan,

pendengeran, penciuaman, perasaan, dan peraba. Sebagian

pengetauhan pada manusia diperoleh dari mata dan telinga.

Pengetauhan merupakan domain yang sangat penting bagi manusia

sebelum melakukan suatu tindakan. Apabila perilaku didasari

pengetauhan dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long tasting) Notoatmodjo (2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetauhan yang dicakup dalam

domain kognitif, terbagi menjadi 6 tingkatan yakni:

1) Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

(29)

2) Memahami (compression)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real)

4) Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara

satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian-penilaian itu suatu criteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara

dan kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

(30)

b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu:

1) Pendidikan

Adalah proses berubahnya sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah

visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

2) Media

Media secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat

yang sangat luas. Contoh dari media massa adalah televise,

radio,koran,dan majalah.

3) Keterpaparan informasi.

3. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologi

semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai

dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas

masing-masing. (Notoatmodjo, 2007) Menurut Skiner (1938) seorang

ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi

(31)

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut

teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons. Skinner membedakan adanya dua respon. Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon:

1) Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini

disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena mencakup respon. Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari

bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi

2 yaitu:

a) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan

belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau

(32)

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam

memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau

faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang

membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi

dua, yakni:

1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang

mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139).

Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007),

membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan

yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan,

sikap, dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007, p. 139)

b. Pengukuran Perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan

(33)

(obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka

memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung

menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa

yang telah dilakukan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.59)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003),

perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu:

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap

masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air

bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek

swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami

(34)

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada

petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang

peraturanperaturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah

yang terkait dengan kesehatan.

d. Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu

respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan

kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila

sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit.

2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat.

4. Sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat

menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara

(35)

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007)

Sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap

dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. (Pretty,1986 dalam Azwar,

2005)

b. Komponen pokok sikap

Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek

artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap obyek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

terhadap obyek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk berperilaku terbuka

(Notoatmodjo, 2007)

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni

(Notoatmodjo,2007:144):

1) Menerima (receiving)

Menerima di artikan bahwa orang (subyek) mau dan

(36)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau

salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain

(tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke

posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti

bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah segala yang mempunyai sikap yang

paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,

meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya

sendiri. (Wawan dan Dewi, 2010)

d. Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut purwanto (1998) adalah:

1) Sikap bukan dilakukan sejak lahir melainkan dibentuk atau

(37)

obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif

biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terhadap keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari/berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek

tertentuyang dirumuskan dengan jelas.

4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapankecakapan/

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Pernyataan sikap

yang berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap yang

bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap.

Pertanyaan seperti ini disebut dengan pertanyaan yang tidak

favorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar

terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah

yang seimbang. Dengan demikian pernyataan disajikan tidak

semua positif dan semua negatif yang seolah-olah isi skala

(38)

e. Sifat sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative

menurut purwanto (1998):

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Keluarga terhadap Obyek

Sikap antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

(39)

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah

yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap sikap penulisnya,

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk.

7) Pengukur sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan

bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu

obyek. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang kegiatan

(40)

pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap

pernyataan-pernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala

likert (Notoatmodjo, 2005:57)

Skala likert merupakan metode sederhana dibandingkan

dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin

disederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu favorable dan

unfavorable sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, likert menggunakan teknik

konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta

melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing item

dalam skala yang skala yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju,

setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item

yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka sangat

setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya

5. (Wawan dan Dewi, 2010:39-40).

5. Buruh dan PT Esa Express Surabaya

Pada jaman dahulu buruh hanya digunakan untuk orang yang

melakukan pekerjaan kasar, seperti tukang, kuli, mandor, dan lain – lain. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1989:568) buruh adalah orang

yang menjual tenaganya demi kelangsungan hidup. Ia tidak memiliki

sarana atau faktor produksi selain tenaganya sendiri. Buruh adalah sumber

daya yang diperlukan dalam produksi, selain pengusaha dan pemilik

(41)

dibedakan atas buruh borongan, buruh lepas, buruh harian, dan buruh

tetap.

a. Buruh borongan adalah buruh yang biayanya didasarkan atas paket

beban, sedangkan jangka waktu ia menyelesaikan seluruh pekerjaan itu

tidak dipersoalkan.

b. Buruh harian adalah buruh yang satuan upahnya didasarkan atas satuan

hari kerja.

c. Buruh lepas adalah buruh yang tidak memiliki ikatan kerja yang tetap

dengan majikanya. Setelah pekerjaan yang menjadi bebanya selesai,

hubungan kerja sama kerja secara otomatis juga selesai. Biasanya

buruh lepas dipakai untuk pekerjaan yang sifatnya sementara.

d. Buruh tetap adalah buruh yang mempunyai ikatan kerja tetap untuk

jangka waktu yang relatif lama. Jangka waktu ini merupakan

kesepakatan antara majikan dan buruh serta di dalam kesepakatan ini

juga dibuat aturan hubungan kerja sama.

Buruh sering diartikan sebagai faktor produksi semata – mata, sehingga dapat menimbulkan masalah – masalah sosial. Seperti masalah upah, tingkat kesejahteraan rumah tangga buruh, dan maslah kesehatan.

Masih banyak pada era modern ini sistem kerja tanpa adanya imbalan

yang cukup bagi buruh. Dalam kenyataanya buruh akhirnya memilih

melepas tekanan kerja dengan cara yang beragam, anatara lain dengan

minum minuman keras, pemakaian obat terlarang, dan melakukan perilaku

(42)

buruh beranggapan dengan mengkonsumsi minuman keras, mereka merasa

tenang, semangat bekerja, dan melepas tekanan lingkungan kerja yang

berat. Oleh karena itu diperlukan adanya perlindungan upah kerja,

kesehetan, dan keselamatan kerja sehingga buruh tetap diperhatikan

martabatnya sebagai manusia. Dengan dihormatinya martabat buruh

perilaku negative yang sering dilakukan para buruh akan berkurang dan

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman.

PT Esa Express Surabaya adalah suatu perusahaan swasta yang

bergerak di bidang transportasi dan logistik barang (Laporan Keuangan

Tahun 2013). Perusahaan ini mempunyai 3 bidang transportasi meencakup

transportasi darat, laut, dan udara. PT Esa Express Surabaya memiliki

kurang lebih 60 karyawan buruh tetap di lapangan, yang bertugas untuk

mengirim barang, memasukan barang kedalam kendaraan pengiriman,

mempacking barang, dan mengatur ketepatan barang tiba tepat dipihak

konsumen. Buruh PT Esa Express Surabaya didominasi oleh lulusan SMP,

SMU, S1, dan D3. Lingkungan kerja di lapangan yang begitu banyak

tekanan serta tingginya mobilitas para buruh PT Esa Express Surabaya

membuat tekanan stres menjadi tinggi. Melihat situasi lingkungan kerja

yang didominasi dengan masyarakat ekonomi rendah serta tingkat

pengetauhan rendah membuat para buruh menjadikan minuman keras

menjadi cara pelampiasan stres. Belum adanya aturan yang ketat dari

perusahaan tentang penggunaan minuman keras dalam lingkungan kerja

(43)

kecelakaan kerja setelah para buruh konsumsi minuman keras, seperti

kecelakaan lalu lintas saat pengiriman barang, terjatuh saat mengangkat

barang, dan merasa pusing saat bekerja sehingga mengganggu proses

pekerjaan. Terkadang saat kurangnya dana untuk membeli minuman keras,

para buruh membeli minuman keras tradisional “cukrik” untuk dicampur

dengan minuman suplemen seperti extra joss, kratingdaeng, dan kuku

bima. Ini dilakukan untuk meningkatkan stamina kerja para buruh dan

semangat kerja tetap tinggi. Para buruh tidak sadar akan bahayanya

minuman – minuman seperti ini dikarenakan tingkat pengetauhan yang rendah serta sikap yang cenderung menerima adanya minuman keras.

Dari literatur - literatur yang dijelaskan pada paragraph sebelumya

dapat diketauhi adanya hubungan antara tingkat pendidikan, kondisi

lingkungan, umur, pekerjaan, penyakit, dan ekonomi yang dapat

mempengaruhi tingkat pengetauhan dan sikap para buruh PT Esa Express

Surabaya dalam tindakan mengkonsumsi minuman keras.

Berdasarkan penelitian terdahulu, yang berjudul hubungan antara

pengetauhan dan sikap tentang mengkonsumsi alkohol dengan tindakan

konsumsi minuman beralkohol pada nelayan di Kelurahan Bitung

Karangria Kecamatan Tumniting Kota Manado (M Salakory, 2012)

menyimpulkan :

a. Tidak terdapat hubungan antara pengetauhan dengan tindakan

konsumsi minuman beralkohol di Kelurahan Bitung Karangria

(44)

b. Tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan konsumsi

minuman beralkohol di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan

Tuminting Kota Manado

Selain itu dalam penelitian ini menunjukan hasil uji tingkat

pengetauhan dan sikap dengan tindakan mengkonsumsi minuman

beralkohol, tidak ada hubungan yang signifikan.

B. Kerangka Konsep

C. Hipotesis

1. h.1 : Adanya hubungan antara tingkat pengetauhan para buruh PT ESA

EXPRESS Surabaya terhadap sikap konsumsi minuman keras atau

oplosan.

2. h.2 : Adanya hubungan antara sikap para buruh PT ESA EXPRESS

Surabaya terhadap perilaku konsumsi minuman keras atau oplosan.

(45)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian cross sectional analytic. Desain

cross sectional analytic sesuai untuk menentukan besarnya resiko para buruh PT Esa Express Surabaya yang mengkonsumsi minumaan keras dan

menganalisis hubungan sebab – akibat dari faktor – faktor pencetus.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian di lakukan di PT Esa Express Surabaya

2. Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan pada bulan Mei sampai Juni 2014

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada cross sectional dapat berupa kelompok masyarakat tertentu atau sebuah kelompok institusi. Dalam hal ini sampel yang saya

gunakan adalah seluruh buruh PT Esa Express Surabaya yang mengkonsumsi

minuman keras. Cara pengambilan sampel dengan total sampling pada pekerja PT Esa Express Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah para buruh PT

Esa Express Surabaya yang bekerja di bidang supir, kuli, dan yang dominan di

lapangan sebesar 50 orang.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih secara tertentu sehingga

dapat mewakili populasinya. Jumlah sampel di hitung berdasarkan rumus

(46)

n=

=

=

= 44.4 = 44 orang

Keterangan

N= Jumlah populasi

n = Besar Sampel minimal

d= Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05)

1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah para buruh yang bekerja di PT

Esa Express Surabaya dibidang supir, kuli angkut, dan yang bekerja

dominan di lapangan.

2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah para buruh PT Esa Express

Surabaya yang sudah melakukan pengobatan untuk berhenti

mengkonsumsi minuman keras

D. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel yang berkaitan pada penelitian ini antara lain variabel umur,

variabel pendidikan, dan variabel lama pemakaian.

a. Variabel bebas

Tingkat pengetauhan pekerja PT Esa Express Surabaya tentang

(47)

b. Variabel terikat

Sikap dan perilaku pekerja PT Esa Express Surabaya yang

mengkonsumsi minuman beralkohol atau oplosan.

2. Definisi operasional

a. Tingkat pengetauhan pekerja PT Esa Express Surabaya adalah

pemahaman pekerja PT Esa Express Surabaya tentang pengetauhan

konsumsi minuman keras atau oplosan. Mencakup kegunaan dan

kerugian mengkonsumsi minuman keras atau oplosan.

b. Sikap pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi minuman

keras atau oplosan adalah sikap aktif atau pasif dalam menyikapi

minuman keras atau oplosan, serta faktor yang mempengaruhi sikap

pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi minuman keras

atau oplosan.

c. Perilaku pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap konsumsi

minuman keras atau oplosan adalah bagaimana penggunaan dan faktor

apa saja yang membuat pekerja PT Esa Express Surabaya

mengkonsumsi minuman keras atau oplosan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, dengan sistem penilaian

yaitu

1. Skala nominal untuk jenis kelamin dan umur. Dalam skala nominal tidak

(48)

2. Skala ordinal untuk menilai tingkat pendidikan dan pengetauhan tentang

minuman beralkohol atau oplosan. Dalam skala ordinal bersifat kualitatif

dan memiliki jenjang.

F. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan survei melaluli metode

wawancara dan kuesioner. Pemilihan wawancara dan kuesioner dilakukan

untuk menghindari kurang lengkapnya pengisian data kuesioner.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki ketepatan dan kecermatan. Secara sederhana yang dimaksud dengan valid adalah shahih.

Alat ukur itu dikatakan shahih atau valid bila alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang hendak diukur(Mahfoedz, 2007). Teknik yang

digunakan untuk mengetahui validitas angket menggunakan rumus

Pearson Product Moment, setelah itu dilihat penafsiran dari indeks korelasinya.

Rumus Pearson Product Moment

=

√ } }

Keterangan : = koefisien korelasi

= Jumlah skor item

(49)

Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS For Windows

menghasilkan nilai korelasi dan signifikan. Suatu item pertanyaan

dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi yang positif dan memiliki

nilai signifikan lebih kecil dari0,05.

2. Reabilitas

Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

Untuk mengetahui reabilitas angket digunakan rumus koefisien.

Untuk mencari reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Cronbach :

= ( 1-

⃙ )

Keterangan : = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

⃙ = jumlah varians butir

⃙ = varians total

Jika hasil r hitung > r tabel maka item signifikan, begitu juga

sebaliknya jika hasil r hitung < r tabel maka item dikatakan tidak

signifikan.

H. Analisis Data

Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan program

computer SPSS menggunakan metode korelasi Spearman, metode ini untuk menilai hubungan korelasi anatara sikap, tingkat pengetauhan, dan perilaku

pekerja PT Esa Express Surabaya terhadap perilaku konsumsi minuman keras

(50)

I. Kesulitan Penelitian

Pada penelitian ini karena menggunakan pendekatan cross sectional

dapat menimbulkan sumber bias yang potensial. Bias dapat muncul karena

beberapa hal seperti :

1. Tidak terdapat hipotesis yang spesifik dan jika dibuat hipotesis maka sifat

hipotesis merupakan hipotesis prematur, karena penelitian cross sectional

tidak dirancang untuk penelitian analitik.

2. Keadaan awal kedua kelompok yang dibandingkan tidak diketahui,

sehingga sulit ditentukan apakah keadaan yang diperoleh merupakan sebab

atau akibat dan apakah terjadi sebelum atau setelah terpajan.

J. Etika Penulisan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin terlebih dahulu

kepada pihak-pihak yang berwenang dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Peneliti memberikan surat pengantar kepada Direktur perusahaan PT Esa

Express Surabaya dan memberikan inform consent kepada para buruh yang akan di teliti. Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok

(51)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan data atau informasi yang diolah dari

kuisioner penelitian. Hasil penelitian dibagi menjadi tiga bagian yaitu

karakteristik responden, uji instrumen (validitas dan reliabilitas), analisis

deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian, dan uji korelasi.

1. Karakteristik Responden

Responden penalitian ini adalah karyawan PT Esa Ekspres Jasa

Surabaya sejumlah 44 orang yang semuanya berjenis kelamin laki-laki,

sudah menikah, dan masa kerja di atas satu tahun (tabel 2). Dilihat dari

tingkat pendidikannya,sebagian besar karyawan berpendidikan SLTA

(48%) dan yang lainnya berpendidikan SLTP (20%), Diploma (16%), dan

(52)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendikan, Status Pernikahan, Lama Kerja

Karakteristik Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin Sumber: data primer diolah,2015

2. Uji Istrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa kuisioner yang terdiri dari pernyataan

yang bersifat mendukung (favourable) dan pernyataan yang tidak mendukung (unfavourable). Pengukuran untuk setiap pernyataan menggunakan skala likert 1-5, dengan kriteria penilaian untuk pernyataan

bersifat favourable adalah SS (sangat setuju) diberi skor 5, S (setuju) diberi skor 4, R (ragu) diberi skor 3, TS (tidak setuju) diberi skor 2, dan

STS (sangat tidak setuju) diberi skor 1. Sedangkan kriteria penilaian

pernyataan bersifat unfovorable adalah kebalikan dari pernyataan bersifat

(53)

skor 4, R (ragu) diberi skor 3, S (setuju) diberi skor 2, dan SS (sangat

setuju) diberi skor 1.

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini (contentvalidity) menggambarkan kesesuaian sebuah pengukur data dengan apa yang

akan diukur (Ferdinand, 2006). Pengujian validitas dilakukan dengan

menghitung koefisien korelasi antara setiap skor butir instrumen

dengan skor total. Koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah korelasi perason (pearson correlation), dimana dalam penghitungannya menggunakan bantuan sofware SPSS. Instrumen pertanyaan dianggap valid ketika probability sig pearson correlation < 0,05.

1) Pengetahuan tentang Minuman Beralkohol

Variabel pengetahuaan tentang minuman beralkohol diukur

dengan tiga belas pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap

butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan

bahwa hanya sepuluh butir pertanyaan yang valid untuk dijadikan

(54)

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan terhadap Minuman Beralkohol

Pertanyaan Ke- r-pearson Signifikasi Keterangan

1 0,596 0,000 Valid

2 0,525 0,000 Valid

3 0,044 0,776 Tidak valid

4 0,504 0,000 Valid

5 0,570 0,000 Valid

6 0,459 0,002 Valid

7 0,220 0,151 Tidak valid

8 0,102 0,511 Tidak valid

9 0,389 0,009 Valid

10 0,569 0,000 Valid

11 0,528 0,000 Valid

12 n.a n.a Tidak valid

13 0,508 0,00 Valid

Sumber: data primer diolah, 2015

Keterangan: n.a tidak ada angka yang muncul karena jawaban pertanyaan tersebut seragam

2) Sikap terhadap Minuman Beralkohol

Variabel sikap terhadap minuman beralkohol diukur dengan

sepuluh pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap butir

pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa

semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat ukur yang

(55)

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap terhadap Minuman Beralkohol

Pertanyaan ke- r-pearson Signifikasi Keterangan

1 0,839 0,00 Valid

Sumber: data primer diolah, 2015

3) Perilaku terhadap Minuman Beralkohol

Variabel perilaku terhadap minuman beralkohol diukur

dengan tujuh pernyataan. Berdasarkan koefisien korelasi setiap

butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan

bahwa semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat

ukur yang ditunjukkan oleh nilai pearson correlation yang negatif dan probabilitysig > 0,05 (Tabel 5)

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku terhadap Minuman Beralkohol

Pertanyaan ke- r-pearson Signifikasi Keterangan

1 0,562 0,00 Valid

(56)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,

2011). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai cronbach alpha > 0.60 (Ghozali, 2011).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan sofware SPSS

diperoleh nilai cronbach alpha untuk semua instrumen variabel lebih besar dai 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa semua instrumen adalah

reliabel (Tabel 6).

Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha Kesimpulan

Pengetahuan 0,651 Reliabel

Sikap 0,914 Reliabel

Perilaku 0.757 Reliabel

Sumber: data primer diolah, 2015

3. Analis Deskriptif (Univariat)

Analisis deskriptif merupakan analisis terhadap masing-masing

variabel dengan mendeskripsikan nilai yang ada pada varibel tersebut

tanpa mengambil kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Rerata nilai total untuk variabel pengetahuan dari 10

pertanyaan yang valid 42,14 nilai minimum jawaban responden 34, dan

Gambar

Tabel 1. Keaslian Penelitian
Tabel 2.  Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendikan, Status Pernikahan,  Lama Kerja
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan terhadap  Minuman Beralkohol
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Variabel Sikap  terhadap Minuman Beralkohol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Islam sebagai salah satu metode yang sangat praksis identik dengan dakwah sering dipahami dengan nasehat dan peringatan yang mempunyai pengertian suatu

tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Situbondo Tahun 2oL5 Nomor s2) sebagaimana telah diubah

Seksi Pengawasan, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pengendalian teknis pelaksanaan pekerjaan jalar/jembatan, pemanfaatan jalan sesuai dengan ketentuan

♦ Reaksi berlangsung cukup cepat, sehingga keseluruhan zone reaksi berada di dalam film cairan, dan tidak ada gas A yang berdifusi ke fase cairan.. ♦ Jika C B makin besar,

Pembuatan catalog daftar Obat di apotik Vidizari dengan Visual Basic 6.0, sesuai dengan judulnya disusun dengan menggunakan Aplikasi Pemrograman Visual Basic, Visual Basic adalah

Salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk melihat derajat kesehatan dari hasil-hasil pembangunan kesehatan adalah adanya profil kesehatan yang

Penelitian oleh Arif Budianto (2013) Pengaruh Motivasi Belajar Intrinsik dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran

Private Sub Command1_Click() CommonDialog1.ShowOpen Picture1.Picture = LoadPicture(CommonDialog1.FileName) Picture3.Picture = Picture1.Picture Picture4.Picture = Picture1.Picture