PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERINTEGRASI INKUIRI TERBIMBING TERHADAP
KERJASAMA SISWA DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA
SMA NEGERI 7 MEDAN
Oleh: Hasanah Hakim NIM 4111531002
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan proposal ini dengan baik sesuai dengan waktu yag direncanakan. Adapun judul proposal ini adalah ”Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terintegrasi Inkuiri Terbimbing terhadap Kerjsama Siswa dan Hasil Belajar pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 7 Medan”. Adapun penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si selaku Dosen Pebimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai selesainya penulisan proposal ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen, staf administrasi, dan seluruh keluarga besar Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis.
v
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian Skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dalam penyempurnaan proposal ini. Kirana Skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.
Medan, Juni 2015
Penulis,
Hasanah Hakim
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERINTEGRASI INKUIRI TERBIMBING TERHADAP
KERJASAMA SISWA DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA
SMA NEGERI 7 MEDAN
Hasanah Hakim (4111531002)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dan kerjasama siswa dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Terintegrasi Inkuiri Terbimbing dan model pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada materi Larutan Penyangga di kelas XI Semester II SMA Negeri 7 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Experimen. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Semester II SMA Negeri 7 Medan yang berjumlah 6 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposif Sampling dengan mengambil 2 kelas, yaitu kelas Eksperimen I mengunakan model PBL Terintegrasi Inkuiri Terbimbing dan kelas Eksperimen II menggunakan model PBL. Berdasarkan analisa data diperoleh hasil pretest dan posttest kedua kelas yang berdistribusi normal dan kelompok yang homogen. Hasil posttest diperoleh rata-rata kelas eksperimen I 81,35, dan kelas eksperimen II 72,4. Rata-rata aktivitas kerjasama siswa pada pertemuan I sebesar 34,5%, pertemuan ke II sebesar 48,7%. Hasil uji t untuk hipotesis hasil belajar diperoleh thitung= 6,798 dan ttabel = 1,684 sehingga thitung > ttabel (6,798 > 1,684) maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh antara hasil belajar siswa pada materi Larutan Penyangga dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terintegrasi Inkuiri. Hasil uji t untuk hipotesis kerjasama siswa diperoleh thitung = 2,470 dan ttabel = 1,684 sehingga thitung > ttabel (2,470> 1,684) maka Ho ditolak an Ha diterima, artinya terdapat perbedaan sikap kerjasama siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terintegrasi Inkuiri Terbimbing pada materi Larutan Penyangga.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
RIWAYAT HIDUP ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Rumusan Masalah 5
1.5 Tujuan Penelitian 6
1.6 Manfaat Penelitian 6
1.7 Definisi Operasional 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Kerangka Teoritis 8
2.2 Pengertian Kerjasama 10
2.3 Model Pebelajaran 11
2.4 Materi Pembelajaran 18
2.5 Hipotesis 26
BAB III METODE PENELITIAN 28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 28
3.3 Metode Penelitian 28
3.4 Variabel Penelitian 29
3.5 Desain Penelitian 29
3.6 Prosedur Penelitian 33
3.7 Instrumen Penelitian 35
3.8 Teknik Pengumpulan Data 38
3.9 Teknik Analisis Data 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44
4.1 Hasil dan Pembahasan Data Instruen Penelitian 44 4.2 Hasil dan Pembahasan Data Hasil Penelitian 45
BAB V KESIMPULAN AN SARAN 52
5.1 Kesimpulan 52
5.2 Saran 52
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1Desain Non-equivalent Group pretest-posttest 30
Tabel 3.2Kisi-Kisi Instrumen Tes 30
Tabel 3.3Kisi-Kisi Instrumen Tes Setelah Validitas 31 Tabel 3.4Kisi-Kisi Lembar Observasi Penilaian Sikap 32
Tabel 3.5Persentase nilai sikap siswa 43
Tabel 4.1Rata-rata Nilai Belajar Siswa 46
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1Hubungan Variabel Independen-Dependen 29 Gambar 3.2Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian 33
Gambar 4.1Hasil Belajar Siswa 46
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus 55
Lampiran 2. RPP 58
Lampiran 3. Lembar Observasi Penilaian Sikap Kerjasama 72
Lampiran 4. Kisi-Kisi Instrumen Tes 73
Lampiran 5. Kisi-Kisi Instrumen Tes (Valid) 83
Lampiran 6. Instrumen Tes 89
Lampiran 7. Kunci Jawaban Instrumen Tes 97
Lampiran 8. Instrumen Tes (Valid) 98
Lampiran 9. Kunci Jawaban Instrumen Tes (Valid) 101
Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa (LKS) 102
Lampiran 11. Kunci Jawaban LKS 115
Lampiran 12. Lembar Validitas Isi 122
Lampiran 13. Validitas Tes 134
Lampiran 14. Tingkat Kesukaran Tes 135
Lampiran 15. Daya Beda Tes 136
Lampiran 16. Distraktor (Pengecoh) 137
Lampiran 17. Reliabilitas Tes 139
Lampiran 18. Hasil Pretest dan Posttest 144
Lampiran 19. Perhitungan Rata-Rata, Simpangan Baku, danVarians 147
Lampiran 20. Persen (%) Peningkatan Hasil Belajar 149
Lampiran 21. Lembar Nilai aktifitas Kerjasama Siswa 151
Lampiran 22. Uji Normalitas 169
Lampiran 23. Uji Homogenitas 170
Lampiran 24.Uji Hipotesis 171
Lampiran 25.Tabel r-Produk Moment 173
Lampiran 26.Tabel Persentase Distribusi t 174
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali
siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang
bermakna sangat menentukan terwujudnya pendidikan yang berkualitas, sehingga
terbentuk siswa aktif yang mampu mengembangkan potensi dirinya dan memiliki
kekuatan spritual, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kebanyakan guru masih
menggunakan model pembelajaran yang kurang efektif, sehingga materi yang
diberikan mudah dilupakan oleh siswa, karena metode yang digunakan sangat
monoton seperti ceramah, yang berakibat siswa merasa bosan dalam menerima
pembelajaran. Model pembelajaran direct instruction atau model pembelajaran
langsung adalah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat
pada guru). Guru harus menemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang
akan dilatih kepada siswa, sehingga siswa menjadi pasif.
Model pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak
seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk mengatasi hal
tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu
meningkatkan kualitas profesionalismenya yaitu dengan cara memberikan
kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik
merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah CBSA
(cara belajar siswa aktif) yang diterjemahkan dari SAL (student active training),
yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila
peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan
2
Pemerintah telah berusaha memperbaiki kurikulum dengan
dikeluarkannya PP 32 Tahun 2013 berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan
(SNP) yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan dalam penguatan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran berpedoman menggunakan pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik jika dihubungkan dengan proses pembelajaran
mencakup konteks dunia nyata, aktif menyelidiki, kooperatif, kritis, terjadi
pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya, serta
menutun siswa untuk mencari tahu bukan diberitahu. Siswa berperan aktif tidak
hanya dari segi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi tetapi siswa juga aktif dalam
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan dalam proses pembelajaran.
Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran
berkarakteristik kurikulum 2013 yang merupakan sebuah pembelajaran aktif yang
berpusat pada siswa dimana permasalahan tidak berstruktur atau mengambang (ill
structured) digunakan sebagai titik awal memandu siswa berinkuiri dalam proses
pembelajaran. PBL tidak hanya sebatas proses pemecahan masalah, tetapi juga
merupakan pembelajaran konstruktivis yang mengangkat permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang didalamnya terdapat aspek kegiatan inkuiri,
self-directed learning, pertukaran informasi, dialog interaktif, dan kolaborasi
pemecahan masalah (Arends, 2008).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi PBL adalah sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa, dimana tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghapal meteri pembelajaran, akan tetapi melalui PBL siswa katif
berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan (Suyanti, 2010). Pembelajaran berbasis masalah merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
Dalam upaya membentuk karakter dan peningkatan hasil belajar siswa,
seorang guru dituntut untuk mampu mengembangkan model pebelajaran yang
lebih inovatif. Upaya-upaya perbaikan pendidikan yang dilakukan mengarah
kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa (stuent centered, learning
oriented) menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning
terintegrasi inkuiri terbimbing memiliki dampak yang amat positif untuk siswa
yang rendah hasil belajarnya. Pembelajaran yang bersifat autentik tujuannya agar
siswa terbiasa untuk belajar berkelompok dalam rangka memecahkan masalah
atau mengerjakan tugas. Pebelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan
melihatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai
keterampilan. Diantaranya adalah keterampilan mengajar (Mulyasa, 2007).
Ketermpilan mengajar sangat berperan dan menentukan kualitas
pembelajaran, yaitu seperti keterampilan bertanya, memberi penguatan,
mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pembelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil serta mengelola kelas. Disamping aspek
pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk kecerdasan peserta didik
dan pembentukan keterampilan untuk mengebangkan kompetensi agar peserta
diik memiliki kemampuan motorik, maka pebentukan sikap peserta didik
merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya. Namun dalam proses pendidikan
disekolah, proses pembelajaran sikap kadang-kadang terabaikan.
Pada umumnya para guru masih belum bisa mengartikan makna kerjasama
yang sebenarnya, terutama bila dikaitkan dengan aplikasinya dalam pembelajaran.
Kebanyakan para guru merasa bahwa dengan telah membentuk siswa dalam
kelompok-kelompok belajar sudah melaksanakan pembelajaran kerjasama.
Karakteristik suatu kelompok kerjasama terlihat dari adanya lima komponen yang
melekat pada program kerjasama tersebut, yakni (1) adanya saling ketergantungan
yang positif diantara individu-individu dalam kelompok tersebut untuk mencapai
tujuan, (2) adanya interaksi tatap muka yang dapat meningkatkan sukses satu
sama lain diantara anggota kelompok, (3) adanya akuntabilitas dan
4
interpersonal dan kelompok kecil, dan (5) adanya keterampilan bekerja dalam
kelompok (Adhysta, 2014)
Penelitian Rudi (2013) mengemukakan bahwa model pembelajaran PBL
dapat meningkatkan aktivitas siswa, dimana pada setiap siklus cenderung
membaik dan meningkat dengan skor rata-rata aktivitas siswa dengan besar
peningkatan 25%. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rahmawati (2012)
melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Buffer Menggunakan Metode
Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan”
mengemukakan bahwa dengan menggunakan metode Inkuiri nilai rata-rata
posttest meningkat, dimana hasil pengamatan aspek keaktifan siswa pada kelas
ekserimen sebesar 85,88% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 78,70%.
Penelitian Endah (2013) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
pada Materi pokok Larutan Penyangga untuk Melatih Keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Plemah Kediri” menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri pada materi pokok larutan
penyangga mendapatkan respon baik dari siswa dengan persentase rata-rata di atas
69%.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Terintegrasi Inkuiri Terbimbing terhadap Kerjasana Siswa dan Hasil Belajar
pada Materi Larutan Penyangga SMA Negeri 7 Medan”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berfokus pada latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi
masalah yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Pemilihan metode pengajaran dilakukan oleh guru kurang bervariasi
(konvensional) sehingga menyebabkan pelajaran kimia mendapat kesan
yang kurang baik dari siswa.
2. Materi Larutan Penyangga merupakan materi yang memerlukan konsep
dan perhitungan kimia sehingga dibutuhkan keterampilan guru untuk
3. Tidak adanya kerjasama antara siswa dalam satu kelompok dalam
berdiskusi ataupun dalam memecahkan suatu permasalahan.
4. Hasil belajar siswa tentang materi Larutan Penyangga masih rendah.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah
penelitian ini, yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Problem Based
Learning (PBL) terintegrasi Inkuiri dan Model Problem Based Learning
(PBL)
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA semester 2 di SMA Negeri 7
Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015.
3. Materi yang diajarkan adalah Larutan Penyangga.
4. Hasil belajar kimia siswa dibedakan menjadi dua yaitu kognitif dan
afektif. Ranah kognitif diukur berdasarkan taksonomi Bloom C1(hapalan),
C2 (pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis) dan ranah afektif dilihat dari
sikap kerjasama siswa dalam kelompok belajarnya.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
memberikan hasil belajar yang lebih baik dibanding hasil belajar siswa yang
diajar dengan penerapan model pebelajaran Problem Based Learning (PBL)
terintegrasi Inkuiri Terbimbing pada materi Larutan Penyangga?
2. Apakah ada perbedaan sikap kerjasama siswa yang dibelajarkan menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)dengan sikap kerjasama
siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terintegrasi Inkuiri Terbimbing pada materi larutan
6
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terintegrasi
Inkuiri Terbimbing dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Larutan Penyangga.
Serta untuk mengetahui perbedaan sikap kerjasama siswa yang yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) teritegrasi
Inkuiri Terbimbing dengan sikap kerjasama siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi
Larutan Penyangga.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi guru
a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terintegrasi Inkuiri
terbimbing.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru kimia dalam memilih model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)terintegritas Inkuiri sebagai
salah satu alternatif model pembelajaran.
2. Bagi Siswa
a. Lebih termotivasi dalam pembelajaran dan menambah pemahaman siswa
pada materi Larutan Penyangga.
3. Bagi sekolah
a. Sebagai bahan masukan dari sekolah tempat berlangsungnya penelitian,
dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di SMA.
4. Bagi peneliti
a. Hasil penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan dan
1.7 Definisi Operasional
1. Model pembelajaranProblem Based Learning (PBL)
Modelproblem based learning (PBL) merupakan inovasi dalam pembelajaran
karena dalam PBL kemampuan berpikir siswa dioptimalisasikan melalui
proses kerja kelompok atau tim yang sistemasis, sehingga membantu siswa
SMA Negeri 7 Medan memberdayakan, mengasah, menguji dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
2. Model pembelajaran Inkuiri
Inkuiri adalah suatu proses pembelajaran untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau
rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu.
3. Kerjasama adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam penelitian ini sikap
kerjasama siswa diukur melalui lembar observasi penilaian sikap.
4. Larutan Penyangga (buffer)
Larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi.
Larutan penyangga adalah larutan yang dapat menyangga (mempertahankan)
pH. Larutan buffer memiliki pH yang konstan, terhadap pengaruh
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, perhitungan data dan pengujian hipotesis,
peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh hasil belajar siswa pada materi Larutan Penyangga antara
kelas yang menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
terintegrasi Inkuiri Terbimbing dan kelas yang menerapkan model Problem
Based Learning (PBL).
2. Dari uji yang dilakukan terdapat perbedaan kerjasama siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pebelajaran Problem Based Learning (PBL) terintegrasi
Inkuiri Terbimbing dengan sikap kerjasama siswa yang dibelajarkan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada materi larutan
Penyangga.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, maka peneliti mempunyai
beberapa saran :
1. Diharapkan kepada guru bidang studi kimia untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang lebih inovatif untuk porses pembelajaran, seperti
Problem Based Learning (PBL) terintegrasi Inkuiri Terbimbing khususnya
pada materi Larutan Penyangga.
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai Problem
Based Learning (PBL) terintegrasi Inkuiri Terbimbing agar lebih
memperhatikan kelemahan-kelemahan lain dalam pembelajaran ini sehingga