• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel Berbasis Web (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Baru Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel Berbasis Web (Studi Kasus: Kelurahan Tanah Baru Bogor)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

TINDAK KEJAHATAN MULTILEVEL BERBASIS WEB

(STUDI KASUS: KELURAHAN TANAH BARU BOGOR)

DWI PRASETYO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis PENGEMBANGAN SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS TINDAK KEJAHATAN MULTILEVEL

BERBASIS WEB (STUDI KASUS: KELURAHAN TANAH BARU BOGOR),

adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Maret 2008

(3)

ABSTRAK

DWI PRASETYO. Pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel berbasis Web (Studi kasus: Kelurahan Tanah Baru Bogor). Di bawah bimbingan DR. IR. SRI NURDIATI, M.Sc. dan DR. IR. BABA BARUS, M.Sc.

Dewasa ini penggunaan teknologi informasi di segala bidang berkembang pesat, karena sangat membantu pengguna untuk mengolah data dan memperoleh informasi dengan cepat, tepat dan akurat. Sistem informasi geografis adalah salah satu penggunaan teknologi informasi untuk mengolah peta dalam bentuk digital, sehingga memudahkan peta tersebut dimanipulasi dan diolah datanya.

Tindak kejahatan banyak terjadi di berbagai tempat dengan waktu kejadian yang berbeda. Hal ini memerlukan data tingkat kerawanan yang terjadi pada daerah tersebut. Informasi tentang banyaknya tindak kejahatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan penegak hukum, dalam hal ini jajaran kepolisian. Bagi semua pihak seperti masyarakat luas, informasi ini sangat berguna untuk tindakan antisipasi, khususnya bagi kepolisian membantu dalam mengambil keputusan apakah suatu daerah memerlukan pengawasan ekstra atau tidak, selain itu informasi tersebut dibutuhkan untuk mengetahui intensitas tindak kejahatan. Adanya berbagai informasi tindak kejahatan ini perlu dilihat dari berbagai sisi dan bentuk ini diterjemahkan ke berbagai level.

Penelitian ini mencoba mengembangkan suatu sistem informasi yang mampu menampilkan peta secara multilevel serta memetakan jumlah tindak kejahatan yang terjadi di dalam peta dalam bentuk yang beragam. Pengelompokan pada masing-masing daerah diambil berdasarkan ciri-ciri tertentu sehingga output yang dihasilkan memudahkan pengguna dalam membedakan tingkat kerawanan antara daerah satu dan lainnya dan juga menampilkan grafik dan perhitungan jumlah tindak kejahatan yang terjadi. Visualisasi peta dan grafik pada sistem ini diharapkan akan membantu masyarakat dan memudahkan Kepolisian Resort Kota Bogor dalam menganalisis tingkat kerawanan di tingkat kota, kecamatan hingga kelurahan. Data tindak kejahatan dilihat dari berbagai level, dengan fokus kelurahan Tanah baru, jumlah kejahatan di kelurahan Tanah baru sebesar 12,5% dibanding dengan kelurahan yang lain didominasi oleh kejahatan terhadap harta benda, dan untuk level kota ternyata kecamatan Bogor utara terdapat jumlah kejahatan yang besar (16,67%) berada pada kategori tinggi (level 2).

Kata Kunci : Sistem Informasi Geografis, Pemetaan Tindak Kejahatan, multilevel

(4)

ABSTRACT

DWI PRASETYO. The Development of Geographic Information System of Multilevel Crime Action a web based (case study: Kelurahan Tanah Baru, Bogor). Supervised by DR. IR. SRI NURDIATI, M.Sc. and DR. IR. BABA BARUS, M.Sc.

The use of information technology in any aspect of life has been developing very fast. This really helps users to process data to obtain some information more quickly, precisely and accurately. Geographic information system is one of the application of information technology used to do mapping digitally, which can be used to manipulate map as well as data.

Criminals take place at various locations and times which make authorities find difficult to determine the areas with limited possibility level. People need information about criminal action, especially the law forces, i.e. Police Department. The information is very helpful for the police to take some actions whether it is necessary to give extra supervisions or actions and to know the intensity of criminal actions. The variety of criminal events should be evaluated from different point of views, and this format can be implemented at different levels.

The research tried to develop an information system to show multilevel map of some criminal actions. Certain characters were taken for grouping so that the output will ease the user to distinguish the criminal possibility level of an area and visualize graphic and the number of criminal actions. The system with the visualization of chart and graphic will make Bogor Police Resor finds it easy to analize the criminal possibility actions in town, in subdistrict and village administrative level. The criminal data collected from different levels, focusing the Tanah Baru district, shown that it is 12.5% bigger compared to another districts, the crime itself towards the belongings. Considered from the city level, the northern Bogor area in fact has bigger crime (16.67%) and posts a high category (level 2).

(5)

©

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008

Hak cipta dilindungi

(6)

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

TINDAK KEJAHATAN MULTILEVEL BERBASIS WEB

(STUDI KASUS: KELURAHAN TANAH BARU BOGOR)

DWI PRASETYO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

JUDUL : PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TINDAK KEJAHATAN MULTILEVEL BERBASIS WEB (STUDI KASUS:

KELURAHAN TANAH BARU BOGOR) NAMA : DWI PRASETYO

NRP : G651050154

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Komputer

Dr. Sugi Guritman Prof. Dr. Ir. Khairil A.Notodiputro, MS.

(8)

M anusia berencana TU HANTU HANTU HAN yang menentukan, TU HAN

K unci keberhasilan dalam hidup adalah K erja kerasK erja kerasK erja kerasK erja keras (Ora et L abora)

“Takut akan TU HAN adalah permulaan penget ahuan,...”

Takut akan TU HAN adalah permulaan penget ahuan,...”

Takut akan TU HAN adalah permulaan penget ahuan,...”

Takut akan TU HAN adalah permulaan penget ahuan,...”

Amsal 1:7a

U ntuk yang tercinta :

DEWI ASTU TI PANDJAI TAN, ABEDNEGO WI CAK SONO & IBU-BAPAK

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, antara lain :

1. Ibu Dr.Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. dan bapak Dr.Ir. Baba Barus, M.Sc. selaku pembimbing serta bapak Brigadir kepala Polisi Catur, yang telah banyak meluangkan waktu mengarahkan dan membimbing sejak persiapan hingga penulisan tesis ini selesai.

2. Seluruh staf pengajar dan administrasi Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan bekal ilmu dan wawasan teknologi selama penulis mengikuti perkuliahan di Program Magister Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

3. Seluruh Civitas Akademika Universitas Nusa Cendana khususnya bapak Drs. Ande Pandie, Prof.Dr.Drs. Elias Kopong, M.Ed. serta bapak Achmad Firaldi, SE, yang banyak memberikan bantuan serta dorongan kepada penulis.

4. Teman-teman mahasiswa Magister Ilmu Komputer IPB yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung atas segala masukan untuk tesis ini, juga untuk kerja sama yang baik dan kekompakan yang terjalin selama kuliah. Terutama S2 ILKOM angkatan VII; Uti, mba Diah, Titi, Agus, Sani, Adi, Icam, Beze, Roni dan juga tak ketinggalan Pak Endang serta para sesepuh Bung Jeff dan Pak Mahyus.

Penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah membantu penulis.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang tercinta Dewi Astuti Pandjaitan, Abednego Wicaksono dan ibu-bapak yang dengan sabar dan penuh pengertian memberi semangat dan dukungan serta seluruh keluarga yang turut mendukung.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap supaya tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Maret 2008

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Desember 1966, sebagai anak kedua dari tujuh bersaudara, anak dari pasangan bapak Suharno dan ibu Sunarni. Penulis beristrikan Dewi Astuti Pandjaitan dan mempunyai seorang putra bernama Abednego Wicaksono.

Pada tahun 1986 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Bogor, dan pada tahun 1988 berhasil menyelesaikan pendidikan diploma jurusan Informatika Fakultas Politeknik Institut Pertanian Bogor.

Penulis diterima sebagai staf pada Pusat Komputer Institut Pertanian Bogor pada tahun 1988 sampai dengan 2004 & pada tahun yang sama pindah sebagai staf pada Pusat Komputer Universitas Nusa Cendana, Kupang. Penulis menempuh (tugas belajar) pendidikan Sarjana Ilmu Komputer pada Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor tahun 1998 dan pada tahun 2005 penulis diberi kesempatan (tugas belajar) studi lanjut di Program Magister Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peta, Kartogram dan Data Spasial ... 6

2.2. Teknologi Informasi ... 9

2.2.1. Sistem Informasi Manajemen (SIM) ... 9

2.2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 10

a. Bentuk dan Struktur Data dalam SIG ... 11

b. MapObjects dan Shapefile ... 12

c. Model Data dalam SIG ... 13

2.2.3. Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web ... 14

2.2.4. Database Management System (DBMS) ... 15

a. Entitas dan Entity – Relationship Model ... 16

b. Atribut dan Key ... 16

c. Normalisasi ... 17

2.2.5. Analisis Spasial dan Crime Analysis ... 18

2.3. Hypertext Markup Language (HTML) ... 18

2.4. Hypertext Transfer Protocol (HTTP) ... 18

2.5. Web Browser ... 19

2.6. Hypertext Preprocessor (PHP) ... 19

2.7. Isu-isu Kriminal ... 20

2.7.1. Pemetaan Tindak Kejahatan ... 21

2.7.2. Tipe Pemetaan Tindak Kejahatan ... 21

2.7.3. Analisis Kriminal ... 23

2.7.4. Tipe Analisis Kriminal ... 23

2.7.5. Hubungan Analisis Kriminal & Pemetaan Tindak Kejahatan .. 24

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran ... 25

3.1.1. Perencanaan Sistem ... 26

3.1.2. Analisis Sistem ... 27

3.1.3. Perancangan Sistem ... 28

3.1.4. Implementasi Sistem ... 29

(12)

3.2. Lingkungan Pengembangan ... 30

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Sistem ... 31

4.1.1. Identifikasi Masalah ... 31

4.1.2. Batasan Pengguna ... 31

4.1.3. Kebutuhan Sistem ... 32

4.1.4. Kebutuhan Pengguna ... 32

4.2. Analisis Sistem ... 33

4.2.1. Analisis Kebutuhan Sistem ... 33

4.2.2. Analisis Kebutuhan Informasi ... 34

4.3. Perancangan Sistem ... 36

4.3.1. Detail Desain Sistem ... 36

4.3.2. Perancangan Antarmuka ... 37

4.3.3. Alternatif Konfigurasi Sistem ... 41

4.4. Implementasi Sistem ... 42

4.4.1. Perangkat Keras ... 42

4.4.2. Perangkat Lunak ... 43

4.4.3. Sistem Manajemen Basis Data (DBMS) ... 43

4.5. Pengujian Sistem ... 43

4.6. Penggunaan Sistem ... 44

4.6.1. Administrator ... 45

4.6.2. User atau pengguna biasa ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Konsep Pengembangan Sistem Informasi Geografis

Tindak Kejahatan Multilevel ... 4

2. Kartogram wilayah administrasi Kota Bogor ... 8

3. Siklus pemrosesan informasi ... 9

4. Konsep data geospasial ... 10

5. Pemodelan data dalam SIG ... 13

6. Klasifikasi Pemetaan berbasis web ... 14

7. System Development Life Cycle (SDLC) ... 17

8. Hubungan analisis kriminal dan pemetaan tindak kejahatan ... 24

9. System Development Life Cycle (SDLC) pada SIGTIKEM ... 25

10. Konsep Multilevel pada SIG tindak kejahatan ... 26

11. Diagram konteks pengguna SIGTIKEM ... 37

12. Rancangan antarmuka sistem ... 38

13. Rancangan menu navigasi sistem ... 39

14. Tampilan pencarian data menurut kriteria tertentu ... 40

15. Borang masukan data korban tindak kejahatan ... 41

16. Borang masukan data laporan harian tindak kejahatan ... 41

17. Borang masukan data tindak kejahatan ... 41

18. Pewarnaan peta Kelurahan Tanah Baru data tahun 2006 ... 46

19. Pewarnaan peta Bogor Utara data tahun 2006 ... 48

20. Pewarnaan peta Kota Bogor data tahun 2006 ... 49

21. Grafik tindak kejahatan ... 50

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Deskripsi atribut pada SIGTIKEM ... 57

2. Data Nama & lokasi Kantor Polisi di Kota Bogor ... 62

3. Data luas wilayah kecamatan, jumlah penduduk & kepadatan penduduk ... 62

4. Pengujian dengan metode black box pada SIGTIKEM ... 62

5. Entity Relationship SIGTIKEM ... 73

6. Data Flow Diagram (DFD) SIGTIKEM Level 1 ... 74

7. Data Flow Diagram (DFD) SIGTIKEM Level 2 Proses 1 ... 75

8. Data Flow Diagram (DFD) SIGTIKEM Level 2 Proses 2 ... 75

9. Data Flow Diagram (DFD) SIGTIKEM Level 2 Proses 3 ... 76

10. Data Flow Diagram (DFD) SIGTIKEM Level 2 Proses 4 ... 76

11. Flowchart SIGTIKEM (user/pengguna biasa) ... 77

12. Flowchart SIGTIKEM (administrator) ... 78

13. Sistem Navigasi pada SIGTIKEM ... 79

14. Site Map SIGTIKEM ... 80

(16)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Hari Agung A, S.Kom, M.Si.

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penggunaan teknologi komputer berkembang seiring dengan perjalanan waktu. Berbagai aplikasi telah atau sedang dikembangkan untuk memudahkan manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan. Salah satu aplikasi yang sedang berkembang saat ini adalah aplikasi di bidang geografi. Selama bertahun-tahun sejumlah ahli berusaha untuk mengembangkan sebuah sistem yang mampu untuk mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi dan menampilkan informasi geografis. Sistem itu kemudian lebih dikenal dengan nama Sistem Informasi Geografis (SIG). Menurut Barus (2000), SIG adalah suatu sistem komputer untuk menangkap, mengatur, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisis dan menyajikan data yang bereferensi ke bumi secara spasial dan geografis.

Tidak seperti peta tercetak biasa yang hanya menyajikan data spasial seperti data jalan, lokasi ibukota dan batas wilayah. SIG mampu mengintegrasikan data atribut (misalnya data statistik penduduk) dengan data spasial. Teknologi SIG tidak hanya sebatas sistem komputer untuk menggambar peta dan menyimpan tampilan sebuah area geografis, tetapi juga mampu menyimpan data yang dapat digunakan untuk menggambar atau menampilkan suatu informasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa SIG mampu untuk mengolah gambar sekaligus mengolah basis data. Sistem Informasi Geografis adalah sebuah alat analitis dengan manfaat utama untuk mengidentifikasi relasi spasial dari masing-masing karakteristik yang digambarkan pada peta (ESRI 1999). Sistem Informasi Geografis dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan analisis dan pengambilan suatu keputusan. Salah satu bentuk aplikasinya adalah pemetaan tindak kejahatan atau pemetaan kriminal

(Crime Mapping) untuk analisis kriminal (Crime Analist). Jenis kejahatan

(18)

berimplikasi kontijensi (kerawanan sosial), dan tindak kejahatan terhadap kekayaan negara (korupsi).

Pemetaan kriminal sudah lama menjadi bagian terpenting dari analisis kriminal. Sebelum ditemukannya komputer, pemetaan tindak kejahatan sudah dilakukan dengan meletakkan pin pada sebuah peta besar. Satu kekurangan utama yang dihadapi oleh sistem ini adalah data yang lama hilang tertimpa oleh data yang baru. Oleh karena itu, pemetaan elektronis dengan menggunakan sistem komputer yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan mengorganisasi informasi geografis sangat diperlukan. Seiring dengan perkembangan teknologi, sistem ini ikut berkembang pula dan sekarang dikenal sebagai GIS crime mapping.

Pemetaan tindak kejahatan menjadi sangat penting karena dengan adanya pemetaan secara elektronis, pola penyebaran suatu tindak kejahatan dapat diketahui. Selain itu, alokasi sumberdaya yang terbatas juga dapat dilakukan dengan efektif dan efisien (Harries, 2003). Pemetaan tindak kejahatan masih belum populer di Indonesia. Masih banyak kantor polisi yang hanya mencatat kejadian–kejadian kriminal tanpa memvisualisasikan-nya ke dalam bentuk dijital dan mengolahmemvisualisasikan-nya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sumberdaya manusia dan terbatasnya dana untuk mengimplementasikan suatu sistem pemetaan otomatis. Padahal pemetaan tindak kejahatan sangat bermanfaat, salah satunya adalah mengetahui pola tindak kejahatan di suatu daerah dan pengambilan keputusan dan kebijakan bagi aparat penegak hukum, dalam hal ini kepolisian.

(19)

Kalau dilihat dari data dan potensi yang terjadi di kota Bogor, maka tidak berlebihan bila dikatakan bahwa terjadinya tindak kejahatan (pencurian, penipuan, pembunuhan, penganiayaan dan narkoba) dengan modus dan atau cara yang lebih maju (malah cenderung baru) banyak berkembang sesuai dengan perkembangan permasalahan sosial yaitu kepadatan/kerapatan penduduk, tingkat pendidikan dan kesejahteraan penduduk serta masalah-masalah sosial-ekonomi lain.

Mostafa Ahmadi (2003) melakukan penelitian ”Crime Mapping and

Spatial Analysis” dengan menggunakan/studi kasus Kota Tehran Iran.

Penelitian ini mengunakan Multicriteria Evaluation Applied for Crime

Assessments dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP), dimana

setiap jenis tindak kejahatan diproses untuk mendapatkan score kemudian diurutkan (rank).

Adji Prasetyo (2005) melakukan penelitian ”Pemetaan Pencurian motor di kota Bogor”. Penelitian tersebut hanya menampilkan titik-titik

hotspot tindak kejahatan pencurian motor, tetapi belum melibatkan analisis

spasial, selain itu belum adanya hubungan data sosial-ekonomi masyarakat dengan penelitian ini. Pengembangan sistem informasi geografis tindak kejahatan multilevel berbasis web diharapkan dapat memberikan informasi yang berbeda untuk orang (pada level) yang berbeda, artinya makin rendah tingkat levelnya maka informasi yang diperoleh makin detil, sehingga informasi yang didapatkan sesuai dengan tingkat/level datanya (multilevel). Selain itu informasi tersebut dapat diakses oleh masyarakat atau dengan kata lain distribusi informasi ke publik, karena persoalan tindak kejahatan adalah masalah publik juga. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini. Pengembangan sistem informasi geografis tindak kejahatan multilevel

(20)

Gambar 1 Konsep Pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang dan mengimplementasikan sistem informasi geografis tindak kejahatan multilevel berbasis web di kota Bogor yang dapat diakses melalui intranet atau internet.

Dari sistem yang dibangun dapat diketahui pola kepadatan tindak kejahatan di Kota Bogor; studi kasus kelurahan Tanah Baru, lokasi – lokasi yang rawan tindak kejahatan, hubungan antara waktu terjadinya tindak kejahatan, hubungan antara lokasi kantor polisi, lokasi terjadinya tindak kejahatan, hubungan antara permasalahan sosial-ekonomi dengan terjadinya tindak kejahatan.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, implementasi pemetaan tindak kejahatan hanya difokuskan pada kejadian tindak kejahatan konvensional di wilayah Kota Bogor; studi kasus kelurahan Tanah Baru tahun 2004-2006, dalam hal ini data tindak kejahatan konvensional level kota sampai data tindak kejahatan konvensional level kelurahan (Tanah Baru).

GIS

Database Informasi

(21)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sistem mampu memperlihatkan pola Tindak Kejahatan yang terjadi di kota Bogor secara keruangan/spasial yang berbasis web, dan dapat diakses dengan intranet maupun internet.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peta, Kartogram dan Data Spasial.

Menurut Barus & Wiradisastra (2000), peta merupakan representasi grafik dari data geografis yang terdistribusi menurut keruangan, dinamakan juga fitur peta (map features). Fitur peta ini disajikan dengan sekumpulan elemen grafik seperti titik, garis dan area yang dihubungkan dengan koordinat geografis tertentu. Setiap bentuk data geografis mempunyai informasi yang terdiri dari empat komponen, yaitu : posisi geografis (referensi spasial), informasi atribut, hubungan spasial dan waktu.

Skala pada peta menunjukkan perbandingan antara gambar peta dengan dunia nyata. Skala biasanya dinyatakan dengan rasio. Peta dengan skala 1:1.000.000 berarti 1 (satu) unit horizontal dalam peta sama dengan 1.000.000 unit horizontal dalam dunia nyata. Peta dengan skala yang kecil menunjukkan bahwa cakupan dari peta tersebut luas, sebaliknya, bila skalanya besar, maka peta tersebut cakupannya kecil.

Peta dapat memberikan berbagai macam informasi. Tiap-tiap informasi ini mempunyai arti yang berbeda-beda, tergantung pada penggunanya. Beberapa informasi yang dapat ditampilkan oleh sebuah peta antara lain :

1. Lokasi, ini merupakan elemen yang terpenting untuk mengetahui lokasi kejadian suatu tindak kriminal secara tepat.

2. Jarak, variabel ini menjadi berarti jika ditransformasikan menjadi suatu hubungan, seperti seberapa jauh korban tindak kriminal tinggal dari lokasi kejadian.

(23)

4. Pola, mencari pola dari suatu kejadian kriminal. Jenis-jenis pola adalah acak, seragam, bergerombol, dan menyebar. Penyebaran yang tinggi bisa digolongkan sebagai seragam atau acak,

Kartografi (Dorling, 1994) merupakan studi pembuatan peta, yang secara historis adalah upaya menggambarkan wajah geografis muka bumi. Saat ini, peta sudah tak hanya digunakan untuk keperluan navigasi atau tujuan-tujuan penelaahan geoposisi semata. Peta telah digunakan untuk berbagai keperluan yang salah satunya adalah untuk merepresentasikan data secara visual bahkan dapat pula berguna untuk upaya mencari informasi dan pola spasial.

Kartogram adalah peta yang dibuat melalui teknik yang disebut kartografi. Dalam kartogram, ukuran area daratan digabungkan dengan beberapa teknik pewarnaan telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan algoritma persamaan difusi untuk merepresentasikan data tertentu. Kartogram bertugas merepresentasikan data dalam bentuk spasial. Kartogram mesti memberikan bentuk asli namun kekuatannya adalah di data yang ditampilkan. Jadi, yang terpenting tentunya adalah ukuran relatif dari area yang ditunjukkan.

(24)

Gambar 2 Kartogram wilayah administrasi kota Bogor.

Salah satu kategori peta adalah peta tematik, yang menggambarkan peta berdasarkan tema. Cakupan peta tematik sangat luas. Kita bisa menampilkan apa saja ke dalam peta sesuai dengan keinginan. Peta tematik dikategorikan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Peta kuantitatif menunjukkan informasi numerik seperti jumlah kejadian kriminal dan laju kriminal dari suatu wilayah. Di lain pihak peta kualitatif menunjukkan data non-numerik, seperti data penggunaan lahan atau jenis kriminal apa saja yang terjadi pada suatu wilayah.

(25)

2.2. Teknologi Informasi

2.2.1. Sistem Informasi Management (SIM)

Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer yang bertujuan untuk membantu manajemen dalam mengelola informasi demi pencapaian tujuan organisasi, sedangkan sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya. Komponen sistem informasi adalah perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manusia

(brainware), data dan prosedur, dengan kata lain sistem informasi

merupakan kumpulan dari perangkat keras, perangkat lunak serta manusia yang akan mengolah data menggunakan perangkat-perangkat tersebut. Manusia terdiri dari end user dan information

system specialist. Perangkat keras terdiri atas mesin dan media.

Perangkat lunak terdiri dari sistem operasi, program, prosedur serta datanya itu sendiri. Pemrosesan informasi terdiri atas input,

proses, output dan kontrol (umpan balik). Proses tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut ini :

Gambar 3 Siklus pemprosesan informasi

Sistem Informasi pada dasarnya tidak akan lepas dari komputer, oleh karena itu ada istilah sistem informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak

Input Proses Output

Kontrol

(26)

mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.

2.2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Aronoff (1995) mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem berbasis komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data geospasial, dalam bentuk: (a) pemasukan, (b) manajemen, (c) pengolahan dan analisis, serta (d) pengembangan produk percetakan.

Data geospasial dibedakan menjadi data grafis disebut juga data geometris dan data atribut (data tematik), seperti diperlihatkan dalam Gambar 4. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (polygon) dalam bentuk vektor ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.

(27)

Pengguna dapat memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemutakhiran (updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi.

a. Bentuk dan Struktur data dalam SIG.

Dalam kerangka kerja SIG, data secara logika dibagi menjadi dua kategori, yaitu: data spasial dan data atribut (Barus & Wiradisastra, 2000). Data spasial digambarkan dalam berbagai bentuk, yaitu :

• Titik

Titik (berdimensi nol : objek yang hanya memiliki lokasi, tapi tidak mempunyai panjang) adalah tipe data paling sederhana dari data spasial. Titik menggambarkan berbagai bentuk data seperti: kota, gunung dan bandar udara.

• Garis

Garis (berdimensi dua : objek yang mempunyai panjang) adalah data yang mempunyai sifat antara lain: panjang (jarak), kelengkungan (untuk sungai), dan orientasi (untuk sumber daya mineral).

• Poligon atau bidang

Poligon (berdimensi dua : objek yang memiliki panjang dan lebar) adalah data yang berupa batas garis, seperti batas pembagian wilayah atau batas sebuah danau.

• Blok atau volume

Tipe data blok melibatkan unsur dimensi tiga, seperti ketinggian atau kedalaman ke bentuk objek berupa bangunan gedung atau gunung.

Seluruh data tersebut disusun dalam bentuk layer-layer

(28)

Menurut Barus & Wiradisastra (2000) penyimpanan tipe-tipe data di atas umumnya dibuat dalam dua bentuk utama, yaitu raster dan vektor. Penyimpanan dalam bentuk raster berarti penyimpanan dalam bentuk kotak segi (grid), sedangkan penyimpanan dalam bentuk vektor berarti data direkam dalam berbagai koordinat titik yang selanjutnya dihubungkan dengan garis.

Data atribut (data non-spasial) bersifat fleksibel tergantung dari kebutuhan dan tujuan SIG itu sendiri. Data atribut dapat berupa data luas lahan pertanian, jumlah penduduk, curah hujan, dan sebagainya.

b. MapObjects dan Shapefile.

MapObjects merupakan seperangkat komponen perangkat lunak pemetaan dimana kita dapat menambahkan peta ke dalam aplikasi yang sedang dibangun. MapObjects dapat diintegrasikan dengan komponen-komponen lain dari vendor

yang berbeda, seperti grafik, multimedia dan objek basis data. MapObjects terdiri dari sebuah control ActiveX control

(OCX) yang disebut dengan Map Control dan lebih dari 45

ActiveX Automation Objects. MapObjects digunakan untuk

pemrograman berbasis Windows.

Berikut ini adalah beberapa kemampuan MapObjects yang dapat diimplementasikan dalam pemrograman:

• Menampilkan peta dengan multi layer, seperti jalan, batas wilayah dan kota propinsi.

• Memperbesar dan memperkecil peta.

• Menggambar fitur-fitur grafis, seperti titik dan poligon.

• Mengidentifikasi fitur-fitur peta dengan cara menunjuknya.

• Memilih fitur dengan kode SQL (ESRI, 1999).

Shapefile merupakan salah satu format file keluaran ESRI

(29)

informasi lokasi geografis dan atributnya dalam bentuk fitur-fitur geografis, seperti titik, garis dan poligon. Format shapefile

terdiri dari tiga buah file sebagai berikut :

• File utama (.shp) adalah file yang menyimpan fitur geometri.

• File indeks (.shx) adalah file yang menyimpan indeks dari fitur geometri.

• File dBASE IV (.dbf) adalah file yang menyimpan informasi atribut dari fitur geomeri (ESRI, 1999).

c. Model Data dalam SIG.

Model data adalah suatu set ide untuk mendeskripsikan dan merepresentasikan beberapa aspek terpilih dari dunia nyata ke dalam komputer. Menurut Longley (2001), ketika merepresentasikan dunia nyata ke dalam komputer ada empat level yang berbeda, model data dalam SIG dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Pemodelan data dalam SIG.

(30)

model fisik adalah wujud nyata dari aplikasi SIG itu sendiri dan biasanya terdiri file-file dan basis data.

2.2.3. Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web.

Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi khususnya SIG berkembang ke arah konsep perkembangan SIG yang dinamakan SIG WEB atau disebut juga SIG berbasis web. SIG berbasis web adalah suatu aplikasi berbasis SIG yang dapat dijalankan dan diaplikasikan pada suatu web browser apakah aplikasi tersebut dalam suatu jaringan komputer global yaitu internet ataupun pada suatu jaringan komputer berbasis LAN atau dalam suatu komputer PC namun memiliki dan terkonfigurasi jaringan dalam web server.

WWW (World Wide Web) adalah media yang terkini dalam

menampilkan informasi berbasis peta/data spasial kepada masyarakat. Dalam proses penempatan peta, digunakan berbagai aturan dengan banyak fungsi sehingga informasi berbasis peta dapat diakses oleh pengguna dengan intranet maupun internet. Penampilan peta berbasis web dapat merupakan gabungan antara foto, teks, suara atau data peta-peta yang lain. Oleh karena itu pemetaan berbasis web ini dapat digunakan untuk menampilkan data geospatial yang akurat, klasifikasi pemetaan berbasis web

[image:30.595.182.540.583.715.2]

dapat dilihat pada Gambar 6.

(31)

Menurut Krak (2002), pemetaan berbasis web dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Pemetaan Statik

Kerap kali sumber-sumber peta berbasis web ini adalah produk kartografi asli yang discan dan diupload sebagai bitmap ke dalam WWW. Hal ini sering disebut juga dengan peta yang

’clickable’ dan petanya dapat berfungsi sebagai interface bagi

datanya, pemetaan jenis ini tidak dinamis. Kalau peta tersebut sudah berubah dan ingin diperbaiki tampilannya maka perlu data peta tersebut di perbaharui lagi dengan cara discan dan

diupload sebagai bitmap melalui server.

2. Pemetaan Dinamik

WWW ada beberapa pilihan untuk menampilkan proses dinamis melalui animasi. Sering disebut ’animated-GIF’ yang dapat menampilkan peta-peta yang dinamis, pemetaan jenis ini datanya selalu terkini karena sifat dari petanya yang selalu diperbaharui dan secara otomatis dilakukan penyesuaian oleh program dengan data spasialnya. Pemetaan jenis ini bisa diprogram dengan Java, JavaScript atau melalui VRML serta

QuicktimeVR.

2.2.4. Database Management System (DBMS)

DBMS atau sistem manajemen basis data adalah suatu sistem software yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, menciptakan dan memelihara database dan juga menyediakan akses kontrol pada database tersebut (Connolly, 2002).

Fasilitas-fasilitas yang umum terdapat pada DBMS adalah :

Data Definition Language (DDL), memungkinkan pengguna

(32)

Data Manipulation Language (DML), memungkinkan pengguna untuk melakukan penyisipan, pembaharuan, penghapus dan penemuan kembali data dari basis data.

• Menyediakan akses kontrol ke basis data seperti security system, integrity system, concurrency control system, recovery

control system, dan accessible system (Connolly, 2002).

DBMS merupakan elemen penting yang menunjang sistem penyimpanan dalam data vektor (Escobar, 2002). DBMS biasa digunakan untuk menyimpan data atribut dan data topologi.

a. Entitas dan Entity – Relationship Model.

Entitas merupakan sebuah objek (seperti: benda, konsep atau kejadian) yang akan direpresentasikan dalam basis data. Tipe entitas merupakan sebuah benda atau konsep yang didefinisikan oleh pengguna, memiliki keberadaan yang tidak terikat, adalah representasi dari sekumpulan objek pada dunia nyata dengan nilai atribut yang sama.

Entity – Relationship Model (ER) adalah model data

konseptual pada high level (secara umum) yang dikembangkan oleh Chen tahun 1979 untuk memfasilitasi desain basis data (Connolly, 2002).

b. Atribut dan Key

(33)

c. Normalisasi

Perancangan basis data perlu dilakukan secara cermat, agar diperoleh basis data yang kompak dan efisien dalam penggunaan ruang penyimpanan. Normalisasi difokuskan pada tinjauan komprehensif terhadap nilai atribut setiap tabel secara individual. Dengan tujuan:

• minimalisasi redudancy data,

• minimalisasi anomali operasi data.

• mempererat keterkaitan antara atribut atau kelompok atribut dalam tabel-tabel basis data relasional.

Metode yang digunakan untuk pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel berbesis web

[image:33.595.238.485.459.716.2]

ini adalah System Development Life Cycle (SDLC). SDLC merupakan suatu proses evolusioner dalam menerapkan suatu sistem atau subsistem informasi berbasis komputer (McLeod, 1995), yang terdiri fase perencanaan, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan penggunaan. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 System Development Life Cycle (SDLC)

( 1)

Planning phase

( 2)

Analysis phase

( 3)

Design phase

I mplementation phase

( 4)

( 5)

(34)

2.2.5. Analisis Spasial dan Crime Analysis

Analisis spasial adalah suatu teknik analisis dimana hasilnya tergantung lokasi entitas yang dipelajari. Hal ini termasuk dalam studi lokasi, dimensi, dan nilai atribut dari fenomena geografis (Barus, 2005). Menurut Goodchild (2001) analisis yang dilakukan bervariasi, bisa induktif atau deduktif dan juga bisa sangat matematis atau bahkan sangat sederhana.

Crime Analysis merupakan sebuah software ekstensi yang

dikembangkan oleh National Institute of Justice yang bertujuan untuk memfasilitasi penegak hukum dalam membuat keputusan yang berdasarkan pada kepentingan komunitas. Software ini mampu untuk melakukan administrasi dan pengolahan data kriminal (ESRI, 1999).

2.3. Hypertext Markup Language (HTML)

HTML adalah bahasa yang digunakan untuk membuat dokumen pada

World Wide Web (WWW). HTML adalah pengembangan dari Standard

Generalize Markup Language (SGML), yang dapat dibuat dengan

menggunakan berbagai aplikasi untuk memperbaiki naskah. HTML menggunakan tag-tag tertentu untuk menyusun sebuah dokumen, seperti <h1> dan </h1> untuk heading dari suatu dokumen yang dibuat (Prihatna, 2005).

2.4. Hypertext Transfer Protocol (HTTP)

HTTP adalah protokol yang digunakan untuk menransfer suatu halaman web dari komputer satu ke komputer yang lainnya. Pada prinsipnya HTTP secara langsung mengijinkan browser melakukan permintaan suatu item dan kemudian server mengirimkan item yang diminta itu kembali ke browser. HTTP mendukung 4 (empat) dasar operasi ketika

(35)

1. GET : permintaan suatu item ditetapkan dari server. Server

mengembalikan suatu judul yang berisi informasi status yang diikuti oleh item.

2. HEAD : permintaan status informasi tentang suatu item. Server

mengembalikan status tanpa mengembalikan salinan item yang diminta.

3. POST : mengirimkan data ke server. Server menambahkan catatan data ke suatu item.

4. PUT : mengirimkan data kepada server. Server menggunakan data tersebut untuk menggantikan suatu item.

2.5. Web Browser

Suatu program komputer yang dapat mengakses dan menampilkan informasi dari world wide web. Suatu browser berisi berbagai program aplikasi dan menggunakan data tertentu untuk menggantikan suatu item. Dalam hal ini diperlukan web server untuk menangani komunikasi tingkat tinggi antara pengguna yang mengakses web browser dengan berbagai

service yang pemetaannya didukung oleh komputer. Web server ini akan

menampilkan halaman web berisi peta dan tools yang berhubungan dengan peta tersebut kepada end user.

2.6. Hypertext Preprocessor (PHP)

PHP merupakan script untuk pemrograman server-side, selain itu untuk membuat dokumen HTML. Dokumen HTML yang dihasilkan dari suatu aplikasi bukan dokumen HTML yang dibuat dengan menggunakan editor teks atau editor HTML. Dengan menggunakan PHP maka

maintenance suatu web menjadi lebih mudah. Proses update data dapat

dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang dibuat dengan menggunakan

(36)

2.7. Isu-isu Kriminal

Awalnya, pemetaan kriminal dilakukan dengan menancapkan pin di atas sebuah peta. Banyak kelemahan pada cara ini, yaitu: jika peta ingin

di-update maka data yang lama akan hilang, memerlukan ruang yang besar,

tidak bisa dilakukan analisis lebih mendalam dan sulit untuk dibaca jika terjadi tindak kriminal dengan jenis yang berbeda-beda atau kejadian kriminal di tempat yang sama dengan waktu yang berbeda (Harries, 2003).

Menurut Vasiliev (1996) yang diacu dalam Harries (2003), kriminal terjadi dalam suatu ruang dan waktu. Lokasi dan ruang dapat dapat dilihat dan diukur dengan cara yang sederhana, seperti merepresentasikannya dengan koordinat x dan y. Waktu sangat sulit untuk divisualisasikan, tetapi peta merepresentasikannya ke dalam berbagai cara seperti:

1. Kejadian, kapan dan dimana suatu kejadian terjadi.

2. Durasi, berapa lama suatu kejadian terjadi pada suatu tempat tertentu. 3. Waktu terstruktur, merepresentasikan ruang berdasarkan waktu. 4. Jarak sebagai waktu, merepresentasikan jarak dengan waktu.

Kriminal dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu aspek hukum dan non-hukum. Menurut aspek hukum, tindakan kriminal adalah pelanggaran undang–undang kriminal yang bertujuan untuk menjaga tatanan keamanan individu, kepemilikan dan hak seseorang yang membawahi suatu wilayah hukum tertentu. Beberapa contoh kejadian menurut aspek ini adalah pembunuhan, pencurian, dan pelanggaran lalu– lintas. Di lain pihak, dari aspek non–hukum, kejadian kriminal adalah suatu kegiatan yang melanggar norma–norma sosial dalam suatu masyarakat. Sebagai contohnya adalah kegiatan prostitusi, percobaan bunuh diri, dan aborsi (Ahmadi, 2003).

Menurut Chen (2004) dalam Crime Data Mining, tindakan kriminal terbagi dalam beberapa kategori menurut tingkatan wilayahnya, yaitu wilayah lokal dan nasional /internasional. Secara lokal, tindakan kriminal dapat dibagi menjadi delapan kategori, yaitu:

(37)

2. Kejahatan seksual, seperti prostitusi, pemerkosaan dan pelecehan seksual.

3. Pencurian, seperti pencurian rumah dan pencurian kendaraan bermotor.

4. Arson, seperti membakar rumah dengan sengaja.

5. Obat terlarang, seperti memiliki dan menjual obat terlarang.

6. Kejahatan dengan kekerasan, seperti pembunuhan, penyerangan dengan senjata tajam dan perampokan dengan senjata api.

7. Penipuan, seperti pencucian uang, korupsi dan pemalsuan.

8. Cybercrime, seperti penipuan kartu kredit lewat internet.

2.7.1. Pemetaan Tindak Kejahatan

Pemetaan tindak kejahatan adalah suatu kegiatan pemrosesan dan pengontrolan terhadap data kriminal spasial yang output-nya ditampilkan secara visual sesuai dengan kebutuhan pengguna (Alex & Kate, 2001). Pemetaan kriminal dapat memberikan informasi mengenai lokasi hot spot tertentu atau mengetahui jumlah dari suatu tindakan kriminal tertentu yang dilaporkan.

Pada dasarnya, pemetaan tindak kejahatan merupakan bagian dari analisis kriminal (Boba, 2001). Pemetaan ini mempunyai tiga peran dalam analisis kriminal, yaitu:

1. menyediakan fasilitas analisis visual dan analisis statistika,

2. sebagai jembatan untuk menghubungkan data penunjang seperti data sensus, data jumlah penduduk dan data lokasi pos polisi, 3. menampilkan output berupa data visual.

2.7.2. Tipe Pemetaan Tindak Kejahatan

Menurut Boba (2001) tipe dari pemetaan tindak kejahatan terdiri dari :

1. Single symbol mapping.

(38)

dari pemetaan ini adalah kejadian pada satu tempat yang sama yang terjadi lebih dari satu kali tidak dapat dilihat dengan jelas. Pemetaan jenis ini tidak cocok digunakan untuk memetakan kejadian kriminal yang biasanya terjadi lebih dari satu kali pada satu tempat yang sama.

2. Density mapping.

Menggunakan arsir untuk menunjukkan intensitas kejadian di tempat tertentu. Semakin gelap daerah arsiran, semakin banyak kejadian yang terjadi di tempat itu.

3. Buffers.

Buffer adalah suatu area di sekitar titik/lokasi. Buffer dapat

diatur cakupan wilayahnya menjadi kecil atau besar sesuai dengan kebutuhan dan skala petanya.

4. Graduated mapping.

Ada dua tipe dalam graduated mapping. Tipe yang pertama adalah graduated color mapping dan yang kedua adalah

graduated point mapping. Semakin besar ukuran point atau

semakin gelap intensitas warnanya maka semakin sering suatu kejadian terjadi.

5. Chart mapping.

Pemetaan dengan chart dapat menampilkan beberapa nilai sekaligus dalam suatu variabel, misalnya: variabelnya adalah kriminal dan nilainya adalah pencurian, pembunuhan dan pemerkosaan. Ada dua tipe chart mapping, yaitu pie chart dan

bar chart.

6. Interactive crime mapping.

(39)

2.7.3. Analisis Kriminal

Analisis kriminal adalah suatu set proses yang diaplikasikan terhadap pola kriminal. Personel administrasi dan operasional dapat menggunakan hasil dari analisis kriminal ini untuk mencegah dan menekan aktifitas kriminal dan investigasi atas suatu tindakan kriminal (Johnson, 2000).

2.7.4. Tipe Analisis Kriminal

Tipe dari analisis kriminal menurut Ahmadi (2003) berisikan karakteristik analisis kriminal, jenis data, analisis dan tujuan yang berbeda. Ada enam tipe analisis kriminal, yaitu :

1. Tactical Crime Analysis

Teknik ini merupakan teknik analisis harian dan digunakan untuk menemukan langsung suatu pola mengenai tindak kriminal tertentu Metode ini memfokuskan pada informasi khusus antara lain metode pencurian, aksi pelaku, ciri-ciri pelaku, tipe korban, tipe alat/senjata yang digunakan serta informasi waktu, hari, tanggal dan lokasi kejadian.

2. Strategic Crime Analysis

Metode ini memanfaatkan informasi sosial–demografi dan faktor spasial untuk menentukan pola suatu aktifitas dalam jangka yang lama. Metode ini juga berguna untuk mengidentifikasi aktifitas kriminal yang tidak biasa berdasarkan waktu dan lokasi dan untuk memprediksi potensi dan konsentrasi kejadian kriminal.

3. Administrative/Academic Analysis

(40)

4. Operations Analysis

Metode ini berkaitan dengan alokasi sumberdaya dan patroli polisi. Bila digabungkan dengan Strategic Crime

Analysis membantu mengalokasikan sumberdaya lebih efisien.

5. Intelligence Analysis

Metode ini mempelajari organisasi kriminal (geng), bagaimana hubungannya dengan organisasi kriminal lainnya dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.

6. Investigative Analysis

Metode ini biasanya digunakan untuk melihat tempat kejadian perkara, psikologi dan forensik kriminal. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk menganalisis kejadian kriminal yang berurutan atau berhubungan.

Pemetaan kriminal yang digunakan pada penelitian ini bertipe

Administrative/ Academic Analysis yaitu informasi kejadian

kriminal disampaikan kepada masyarakat situs web yang di-update

secara periodik.

2.7.5. Hubungan Analisis Kriminal dan Pemetaan Tindak Kejahatan

Analisis kriminal dan pemetaan kriminal merupakan dua proses yang saling berhubungan karena untuk melakukan pemetaan kriminal dibutuhkan analisis kriminal yang di dalamnya melibatkan analisis spatial (Ahmadi, 2003). Hubungannya dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Hubungan analisis kriminal dan pemetaan tindak kejahatan

Pemetaan Kriminal

tactical

investigative strategic

operation

(41)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Metode yang digunakan untuk pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel berbasis web ini adalah System

Development Life Cycle (SDLC) yang sudah dimodifikasi. Fase-fase pada

[image:41.595.147.481.347.685.2]

SDLC terdiri fase perencanaan, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan penggunaan, tetapi kenyataannya untuk pengembangan sistem ini setelah fase tertentu bisa kembali melakukan proses pada fase sebelumnya, dan seterusnya. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 System Development Life Cycle (SDLC) pada SIGTIKEM

( 1)

Planning phase

( 2)

Analysis phase

( 3)

Design phase

I mplementation phase ( 4)

( 5)

(42)

3.1.1. Perencanaan Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, baik data spasial maupun data atribut. Kemudian data dianalisis untuk merancang sebuah sistem informasi geografis.

Pengumpulan data dilakukan melalui proses pengambilan data dari kantor Kepolisi sektor sekota Bogor dan wawancara dari beberapa anggota kepolisian di kepolisian Resta Bogor, yang menangani tugas administrasi tindak kejahatan di kota bogor.

Pada konsep Multilevel pada sistem informasi geografis tindak kejahatan mempunyai arti data/informasi tindak kejahatan semakin lengkap (detail) sedangkan daerah tindak kejahatan semakin kecil, artinya tergantung dari orang yang menggunakan data/informasi tersebut, semakin tinggi level orang/pengguna informasi tersebut maka informasi dalam bentuk laporan yang diharapkan semakin sedikit misalnya : Kapolwil hanya membutuhkan executive summary tindak kejahatan di kota Bogor, sedangkan semakin rendah level orang/pengguna informasi yang diharapkan semakin lengkap (detail) misalnya : Kepala Pos Polisi Tanah Baru mempunyai data laporan tindak kejahatan di kelurahan Tanah Baru – Bogor. Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

[image:42.595.110.545.504.732.2]
(43)

Adanya suatu fenomena dari berbagai level karena datanya kompleks, selain itu terdapat berbagai informasi tindak kejahatan yang perlu dilihat dari berbagai sisi, bentuk dan diterjemahkan keberbagai level.

Obyek atau fenomena yang kompleks dipengaruhi oleh beberapa komponen. Untuk mempermudah analisis obyek tersebut, maka fenomena tersebut harus diobservasi dari berbagai sisi atau berbagai level. Dalam teori hierarki observasi terhadap obyek dari berbagai sisi/level harus saling terkait (Goodchild 2001).

Pada konsep multilevel pada SIG (Barus, 2003) data pada level yang tertinggi bukan selalu hasil agregasi/rekapitulasi data dari level yang terkecil. Dalam hal ini, data tindak kejahatan pada level Kota Bogor bukan selalu agregasi data level kecamatan, atau data level kecamatan bukan selalu agregasi data level kelurahan dan seterusnya. Data level tertinggi bisa merupakan agregasi atau seleksi atau pemilihan atau malah loncatan dari data level terendah.

Pada penelitian ini data dari level yang terkecil akan menjadi masukan/gambaran dari data dari level yang tertinggi, artinya data level yang tinggi merupakan agregasi data level yang rendah, yang jelas ada koneksi/hubungan data antar level.

3.1.2. Analisis Sistem

Pada tahap analisis dilakukan analisis kebutuhan sistem. Hasil dari analisis kebutuhan sistem ini diperlukan sebagai acuan dalam menyusun spesifikasi sistem yang akan dikembangkan. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap analisis adalah memahami sistem yang sudah dan sedang berjalan, mengidentifikasi permasalahan pada sistem yang sedang berjalan dan menarik kesimpulan dari proses analisis yang telah dilakukan.

(44)

Pengambilan data, Wawancara dan Observasi. Pengumpulan data dari Kantor Polisi Sektor sekota Bogor yang berupa data harian kriminal di Kota Bogor selama dua setengah tahun terakhir yaitu dari tahun 2004 sampai 2006. Data ini merupakan laporan dari seluruh Pos Polisi di Kota Bogor yang kasusnya sebagian besar terselesaikan. Data spasial lain yang juga dikumpulkan dari Kantor Polwil/Polresta Bogor adalah data lokasi kantor polisi (Lampiran 2). Data penunjang lain seperti data jumlah penduduk di seluruh kecamatan diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Bogor (Lampiran 3).

3.1.3. Perancangan Sistem

Setelah dilakukan analisis, kebutuhan-kebutuhan yang didefinisikan dalam tahap analisis lalu diterjemahkan ke dalam bentuk model presentasi sistem aplikasi. Pada tahap ini dirancang arsitektur perangkat lunak, antar muka, input, proses dan output dalam menggunakan aplikasi.

Tahap perancangan dilakukan guna memudahkan tahap berikutnya yakni tahap implementasi. Tahap perancangan sistem mencakup rancangan, basis data, rancangan sistem, dan rancangan antarmuka sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dikembangkannya sistem. Perancangan Sistem Informasi yang dikembangkan dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Rancangan sistem secara umum

Rancangan sistem secara umum yang digunakan adalah perancangan secara top-down approach yang mendeskripsikan sistem secara umum dan bila diperlukan dapat diturunkan lagi sampai bentuk paling detil.

2. Rancangan sistem secara detail

(45)

navigasi, perancangan sistem dengan flowchart dan perancangan halaman.

3.1.4. Implementasi Sistem

Tahap implementasi sistem merupakan pengaplikasian bentuk sistem yang akan dirancang ke dalam bahasa program tertentu untuk menghasilkan sistem aplikasi. Tahap implementasi

(System Implementation) merupakan tahap meletakkan sistem

supaya siap untuk dioperasikan.

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Material Collecting, yaitu pengumpulan bahan yang

diperlukan dalam pengembangan SIG berbasis web.

2. Assembly, yaitu tahap pembuatan seluruh objek yang

terlibat dalam pengembangan sistem ini.

3. Testing, yaitu tahap pengujian secara modular terhadap

sistem ini.

Pada tahap ini, perangkat lunak yang digunakan adalah ArcView untuk mengolah peta, PHP untuk aplikasi web serta SQL server untuk penyediaan database. Implementasi sistem dilakukan pada PC yang disimulasikan menjadi server menggunakan IIS

(Internet Information Server), serta server yang berfungsi sebagai

web server sekaligus aplication server.

3.1.5. Penggunaan Sistem

Sistem Informasi geografis ini dapat digunakan dan diterima oleh pengguna setelah melalui proses pengujian dan perbaikan.

(46)

Pengujian dilakukan guna mengetahui apakah sistem yang dibuat telah berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Jika sistem belum berfungsi sebagaimana mestinya, maka dilakukan perbaikan terhadap sistem dan uji coba.

3.2. Lingkungan Pengembangan.

Perangkat keras yang digunakan :

! Intel Centrino 1.6 GHz.

! Memori SDRAM 512 MB.

! Hardisk 80 GB.

! VGA 128 Mb 64 bit.

Perangkat lunak yang digunakan pada proses implementasi adalah sebagai berikut:

! ArcView GIS 3.3

! MySQL & PHP

! Macromedia Dreamweaver MX2004

! Adobe Photoshop 7.0.

! Peta digital Bogor 2005 – 2006.

! Windows XP SP 1.

! Internet Explorer 6.0 sebagai browser.

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian.

(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perencanaan Sistem

4.1.1. Identifikasi Masalah

Penggunaan aplikasi dengan menggunakan teknologi informasi berbasis komputer yang tepat guna akan memudahkan pengguna untuk menyimpan dan mengolah data serta memperoleh informasi secara cepat dan aktual. Banyaknya tindak kejahatan yang terjadi di berbagai tempat dan waktu kejadian yang berbeda-beda menyebabkan kesulitan tersendiri dalam menentukan daerah-daerah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi.

Berdasarkan keterangan di atas, beberapa masalah yang muncul, di antaranya :

1. Pencatatan data tindak kejahatan yang menggunakan sistem manual tidak terlalu efektif dan efisien untuk memperoleh data secara cepat.

2. Sulitnya membandingkan tingkat kerawanan antar daerah satu dengan lainnya dalam sistem manual.

3. Komunikasi yang kurang antara mitra dan perusahaan karena keterbatasan sistem yang lama yang tidak mampu menjangkau beberapa daerah.

4.1.2. Batasan Pengguna

Dalam pembangunan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel berbasis web (SIGTIKEM) ini target pengguna yang mengakses adalah pengguna yang kurang memahami akan pengaksesan perangkat lunak SIG, sehingga metode penempatan atau tata letak dari menu navigasi, tombol fungsi maupun pemilihan warna dan jenis huruf untuk isi dari web

(48)

Pengguna SIGTIKEM dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Administrator, merupakan pengguna dengan hak otorisasi

tertinggi. Administrator berhak untuk bisa selain mengakses data SIGTIKEM juga memperbaiki dan atau menambah data.

2. User atau pengguna biasa, pengguna biasa hanya dapat

mengakses peta pada menu peta tanpa bisa mengubah isi datanya. Pengguna ini meliputi seluruh anggota masyarakat yang ingin mengakses SIGTIKEM.

4.1.3. Kebutuhan Sistem

Spesifikasi perangkat lunak yang digunakan dalam implementasi sistem ini antara lain:

1. ArcView GIS 3.3, sebagai pengolahan peta. 2. MySQL, sebagai pengolah data base/basis data.

3. Adobe Photoshop 7, untuk mendesain tampilan grafis dari antarmuka sistem.

4. PHP, sebagai bahasa pemrograman.

5. Macromedia Dreamweaver MX2004 sebagai editor bahasa pemrograman.

6. Internet Explorer 6.0 sebagai browser.

4.1.4. Kebutuhan Pengguna

Sistem ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna, yaitu :

1. menjadi bahan acuan bagi kepolisian dalam memprediksi jadwal patroli polisi serta penugasan polisi ke berbagai daerah.

2. melihat pola kriminalitas yang ditampilkan dalam bentuk geografis dan grafik.

(49)

4.2. Analisis

4.2.1. Analisis Kebutuhan Sistem

Dalam SIGTIKEM ini data yang diolah data kota Bogor yang terdiri dari kecamatan dan kelurahan. Dengan menggunakan sistem ini, pihak aparat penegak hukum akan memperoleh peta informasi mengenai daerah-daerah yang rawan tindak kejahatan.

Tindak kejahatan yang diambil adalah tindak kejahatan konvensional. Tindak kejahatan konvensional itu sendiri adalah tindak kejahatan yang dilakukan dengan motivasi dan modus tindak kejahatan umum. Tindak kejahatan konvensional terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Kejahatan terhadap manusia, terdiri dari pembunuhan, penganiayaan dengan alat berat (anirat), penganiayaan tanpa alat berat (aniring), penculikan, pemerasan/ancaman, pencurian dengan kekerasan (curas), perkosaan, zinah, pencemaran nama baik/penghinaan.

2. Kejahatan terhadap harta benda, terdiri dari penipuan, penggelapan, pencurian dengan alat berat (curat), pencurian tanpa alat berat (curing), sengketa tanah/rumah, pemalsuan otentik, asuransi, pencurian kendaraan roda dua (curanmor R-2), pencurian kendaraan roda empat (curanmor R-4). 3. Kejahatan terhadap masyarakat, terdiri dari perjudian,

pelacuran, ketertiban, pengrusakan.

(50)

jumlah tindak kejahatan dalam peta bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi..

4.2.2. Analisis Kebutuhan Informasi

Fasilitas yang ada pada Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel berbasis web (SIGTIKEM) adalah sebagai berikut :

1. Informasi tindak kejahatan berisi sebagian atau keseluruhan data tindak kejahatan.

[image:50.595.203.507.549.721.2]

2. Informasi tindak kejahatan dalam bentuk peta kecamatan dan kelurahan. Pengklasifikasian warna pada kedua peta itu merepresentasikan banyaknya kejahatan yang terjadi berdasarkan pola waktu, tindak kejahatan umum, tindak kejahatan spesifik, bulan, dan tahun kejadian. Daerah yang terdapat dalam peta menyimpan informasi tindak kejahatan di daerah tersebut. Klasifikasi warna tindak kejahatan diambil antara 0 sampai dengan 20 mempresentasikan jumlah terjadinya tindak kejahatan. Pengklasifikasi warna diperoleh setelah wawancara dengan pihal aparat hukum informasi untuk membedakan setiap daerahnya. Klasifikasi warna peta dibagi manjadi tiga, yaitu :

Tabel 1 Pewarnaan pada peta SIGTIKEM

JUMLAH TIDAK

KEJAHATAN (JTK) WARNA

KELOMPOK WARNA

>20 . 1. Coklat tua

10<JTK<=20 2. Coklat

JTK<=10 3. Coklat muda

(51)

4. Informasi tindak kejahatan dapat disajikan dalam bentuk grafik. Grafik pada SIGTIKEM ditampilkan dalam bentuk grafik diagram batang yang merepresentasikan jumlah tindak kejahatan per kelurahan, tindak kejahatan umum dan spesifik, serta pola waktu berdasarkan waktu tertentu. 5. Matriks informasi yang dapat ditampilkan setiap levelnya

[image:51.595.203.512.259.492.2]

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks informasi di setiap level pada SIGTIKEM LEVEL NO DATA/INFORMASI

KOTA KEC KEL

1 Peta administrasi

#

#

#

2 Peta Pewarnaan tindak kejahatan

#

#

#

3 Titik lokasi tindak kejahatan

$

$

#

4 Peta Akses jalan

#

$

#

5 Data Kesejahteraan Penduduk

#

$

$

6 Data Kerapatan Penduduk

#

$

$

7 Grafik Tindak Kejahatan

#

#

#

8 Perhitungan JTK & PTK

#

#

#

(52)

kesejahteraan penduduk dan kerapatan penduduk hanya ditampilkan pada level kota. Informasi grafik tindak kejahatan dan perhitungan JTK dan PTK terdapat di setiap level baik kota, kecamatan dan kelurahan.

4.3. Perancangan Sistem

4.3.1. Detail Perancangan Sistem

Sistem informasi ini dibangun dengan tujuan untuk menyediakan informasi tindak kejahatan konvensional yang terjadi di kota Bogor. Informasi yang disajikan berupa teks yang berisikan data tindak kejahatan, bentuk grafis berupa peta yang terdiri dari peta kecamatan dan kelurahan sekota Bogor, dan diagram. Setiap kebutuhan informasi dalam sistem ini diperoleh melalui diskusi dengan pengguna.

Pengguna SIGTIKEM ini terdiri atas dua kategori pengguna yaitu pengguna biasa dan administrator. Pengguna biasa yaitu seluruh lapisan masyarakat yang dapat mengakses data umum yang diberikan oleh SIGTIKEM, sedangkan administrator adalah anggota kepolisian resta Bogor pada bagian operasional yang berperan dalam mengelola dan memelihara data pada sistem.

Proses yang terjadi pada penggunaan SIGTIKEM berupa pencarian data, pemasukan data, pengeditan data, dan penghapusan data. Pemasukan data terdiri dari data umum dan data admin. Pengeditan data dan penghapusan data dilakukan pada data yang sama.

(53)

SIGTIKEM Pengguna (user)

Administrator

Tampilan pola waktu Peta

Data hasil manipulasi laporan harian Data manipulasi KUHP

Data hasil manipulasi agenda

Jenis kejahatan

Pola waktu

Tampilan peta Bulan Tahun

Informasi berdasar level & kriteria tertentu

Tampilan tahun Tampilan jenis kejahatan

Tampilan informasi berdasar level & kriteria tertentu Hak akses sistem

Password

Data hasil manipulasi KUHP Data manipulasi laporan harian

Data hasil manipulasi BaminOps Data hasil manipulasi user

Data hasil manipulasi KaSPK Data manipulasi BaminOps

Data manipulasi user

Data manipulasi agenda Data manipulasi KaSPK

[image:53.595.133.530.93.311.2]

Tampilan bulan

Gambar 11 Diagram Konteks Pengguna SIGTIKEM.

Proses perancangan SIGTIKEM dapat digambarkan dalam Sistem Navigasi pada Lampiran 9. Data Flow Diagram (DFD) level 1 dapat dilihat pada Lampiran 6, sedangkan DFD level 2 untuk masing-masing proses dapat dilihat pada Lampiran 7, 8, 9, 10 dan 11.

4.3.2. Perancangan Antarmuka

Desain antarmuka SIGTIKEM dibuat dengan menggunakan Adobe Photoshop. Desain antarmuka SIGTIKEM terdiri dari lima bagian utama yaitu area header terdiri dari :

1. Header, berisi logo Kepolisian Republik Indonesia serta

nama sistem.

2. Menu navigasi baik untuk pengguna biasa maupun administrator terdapat di bawah dari header. Menu

navigasi berisi setiap informasi yang akan ditampilkan dan

(54)

3. Tambahan, berisi link ke situs yang lain

4. Isi, berisi data/informasi baik teks, data dan peta.

5. Footer, berisi informasi dari pembuat web ini.

[image:54.595.270.454.209.367.2]

Tampilan rancangan antarmuka sistem dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Header

Menu

Tam

b

ahan Isi

Footer

Gambar 12 Rancangan antarmuka sistem.

Berikut ini adalah deskripsi menu navigasi SIGTIKEM : 1. Menu Profil Kepolisian, terdiri atas submenu-submenu :

Visi Dan Misi, berisi informasi tentang visi dan misi Kepolisian Republik Indonesia.

Agenda, berisi informasi seluruh agenda kegiatan Polresta Bogor.

Struktur, berisi bagan umum struktur Polresta Bogor.

Kode Etik, berisi informasi mengenai kode etik Kepolisian Republik Indonesia.

2. Menu Tindak Kejahatan, terdiri atas submenu-submenu :

(55)

Peta, berisi analisis berbagai tindak kejahatan konvensional yang selama ini terjadi di kota Bogor. Analisis ini disajikan dalam bentuk tampilan peta yaitu peta kecamatan dan peta kelurahan, teks, dan grafik.

[image:55.595.214.496.236.325.2]

Tampilan rancangan menu navigasi sistem dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 13 Rancangan menu navigasi sistem.

(56)
[image:56.595.144.520.85.368.2]

Gambar 14 Tampilan pencarian data menurut kriteria tertentu.

(57)
[image:57.595.219.475.95.137.2] [image:57.595.224.476.171.259.2]

Gambar 15 Borang masukan data tindak kejahatan.

Gambar 16 Borang masukan data korban tindak kejahatan.

Gambar 17 Borang masukan data laporan harian tindak kejahatan.

4.3.3. Alternatif Konfigurasi Sistem

Kebutuhan perangkat keras untuk server dan untuk client

secara spesifik berbeda karena perbedaan fungsi di antara keduanya. Agar sistem ini dapat berjalan dengan baik, kebutuhan perangkat keras yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Server

[image:57.595.220.477.285.488.2]
(58)

b. Memori 256 MB RAM. Untuk mendukung kinerja sistem supaya dapat berjalan dengan baik dibutuhkan kapasitas memori yang besar.

c. Harddisk 80 GB. Dengan memiliki memori penyimpanan

yang besar sistem mampu menyimpan data yang besar. d. Monitor Resolusi 1152 x 864. Dengan monitor beresolusi

diharapkan tampilan sistem akan lebih baik.

e. VGA Card 32 Mb. VGA Card dengan kapasitas ini akan memudahkan pengembangan sistem selanjutnya.

2. Client/Work Station

a. Prosesor Intel Pentium III 800 MHz. Prosesor berkecepatan tinggi tidak dibutuhkan karena pengguna hanya akan menerima hasil dari sistem.

b. Memori 64 MB RAM. Kebutuhan sumberdaya memori sama dengan kebutuhan processor.

c. Harddisk 10 GB. Kebutuhan ruang penyimpanan juga tidak perlu besar, yang terpenting adalah sesuai dengan kebutuhan pengguna.

d. Monitor Resolusi 800 x 600. Kebutuhan monitor beresolusi 800 x 600 merupakan kebutuhan minimum.

e. VGA Card 16 MB. Kebutuhan VGA Card 16 MB merupakan kebutuhan minimum.

4.4. Implementasi Sistem 4.4.1. Perangkat Keras

Spesifikasi komputer yang digunakan untuk mengimplementasikan SIGTIKEM adalah sebagai berikut:

1. Prosesor Intel(R) Pentium(R) Centrino 1.6 GHz 2. Memory 256 MB SDRAM

3. Harddisk 80 GB

(59)

4.4.2. Perangkat Lunak

Dalam pengimplementasiannya, SIGTIKEM membutuhkan beberapa perangkat lunak lain yang sudah ada, antara lain:

1. ArcView GIS 3.3, sebagai pengolahan peta. 2. MySQL, sebagai pengolah data base/basis data.

3. Adobe Photoshop 7.0, untuk mendesain tampilan grafis dari antarmuka sistem.

4. PHP, sebagai bahasa pemrograman.

5. Macromedia Dreamweaver MX2004 sebagai editor bahasa pemrograman.

6. Internet Explorer 6.0 sebagai browser.

4.4.3. Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Basis data yang digunakan untuk menyimpan dan memberikan informasi data merupakan implementasi dari hasil identifikasi kebutuhan antara analis sistem dengan pengguna. Data yang digunakan dalam membangun SIGTIKEM adalah data umum dan data administrasi yang terbagi atas beberapa tabel yang saling berelasi. Data laporan harian merupakan data utama pada SIGTIKEM. Tabel-tabel lengkap SIGTIKEM dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.5. Pengujian Sistem

(60)
[image:60.595.175.485.87.492.2]

Tabel 3 Pengujian SIGTIKEM

PENGUJIAN FASILITAS/MENU

Antarmuka - Depan

- Visi & Misi, Kode Etik, Struktur, BagOps

- Agenda, KUHP

- Jumlah & penyalesaian tindak kejahatan.

- Peta kota Bogor,

kecamatan &kelurahan.

- Tampilan grafik

- Data agenda - Data laporan harian

- Data tindak kejahatan

- Data pelapor, korban, pelaku, saksi & pengguna

- Data BaminOps

- Data Kepala SPK

- Laporan Polisi

Password - Log-in administrator

Mencari Data (query)

-- Visi & Misi, Kode Etik,

Struktur, BagOps

- Agenda, KUHP - Jumlah & penyalesaian

tindak kejahatan.

- Peta kota Bogor, kecamatan &kelurahan.

- Data agenda

- Data laporan harian

- Data tindak kejahatan - Data pelapor, korban,

pelaku, saksi & pengguna

- Data BaminOps, Kepala SPK

- Laporan Polisi

Menu yang diuji

Kasus Uji

- Data pengguna

- Jumlah & penyalesaian tindak kejahatan.

- Peta kota Bogor,

kecamatan &kelurahan - Tampilan grafik

Manipulasi data

- Agenda

- BaminOps & Ka SPK - Laporan harian tindak

kejahatan

- Pelapor, korban, pelaku &

saksi tindak kejahatan. - Pengguna

Hasil pengujian sistem secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4, SIGTIKEM diuji dengan menggunakan browser Internet Explorer 6.0 dan Mozilla Firefox. Fungsi-fungsi yang terdapat pada SIGTIKEM apabila dijalankan

Gambar

Gambar 1  Konsep Pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel
Gambar 2   Kartogram wilayah administrasi kota Bogor.
Gambar 4  Konsep data geospatial
Gambar 5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada website Sistem Informasi Geografis Sensus Penduduk Kabupaten Sragen ini terdiri atas enam proses yaitu proses olah tabel GIS, proses olah forum, proses olah

Dari penelitian ini akan dibuat sebuah Sistem Informasi Geografis yang dapat memberikan informasi kepada user untuk mengetahui lokasi wisata secara online dan

Berkaitan dengan sumber daya alam, maka informasi geografis akan berisi mengenai lokasi suatu daerah, dan informasi mengenai sumber daya alam yang terkandung pada

Atau dalam arti yang lebih sempit adalah sistem komputer yang memliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menyampaikan informasi bereferensi geografis, misalnya

Salah satu cara promosi suatu daerah yang efektif adalah dengan merancang website berbasis geografis Informasi Sistem yang dapat menampilkan peta digital pada

Gambar bidang-bidang tanah harus menggambarkan seluruh bidang- bidang tanah pada satuan wilayah yang telah ditentukan dengan menyesuaikan data geografis yang

Urutan proses object diagram adalah pada Sistem Informasi Geografis Pemetaan Rumah Makan di Kabupaten Tanah Laut memiliki banyak mengelola di antaranya mengelola admin,

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada sistem informasi geografis untuk pemetaan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Pasaman Barat pada bab sebelumnya maka dapat