II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peta, Kartogram dan Data Spasial.
Menurut Barus & Wiradisastra (2000), peta merupakan representasi grafik dari data geografis yang terdistribusi menurut keruangan, dinamakan juga fitur peta (map features). Fitur peta ini disajikan dengan sekumpulan elemen grafik seperti titik, garis dan area yang dihubungkan dengan koordinat geografis tertentu. Setiap bentuk data geografis mempunyai informasi yang terdiri dari empat komponen, yaitu : posisi geografis (referensi spasial), informasi atribut, hubungan spasial dan waktu.
Skala pada peta menunjukkan perbandingan antara gambar peta dengan dunia nyata. Skala biasanya dinyatakan dengan rasio. Peta dengan skala 1:1.000.000 berarti 1 (satu) unit horizontal dalam peta sama dengan 1.000.000 unit horizontal dalam dunia nyata. Peta dengan skala yang kecil menunjukkan bahwa cakupan dari peta tersebut luas, sebaliknya, bila skalanya besar, maka peta tersebut cakupannya kecil.
Peta dapat memberikan berbagai macam informasi. Tiap-tiap informasi ini mempunyai arti yang berbeda-beda, tergantung pada penggunanya. Beberapa informasi yang dapat ditampilkan oleh sebuah peta antara lain :
1. Lokasi, ini merupakan elemen yang terpenting untuk mengetahui lokasi kejadian suatu tindak kriminal secara tepat.
2. Jarak, variabel ini menjadi berarti jika ditransformasikan menjadi suatu hubungan, seperti seberapa jauh korban tindak kriminal tinggal dari lokasi kejadian.
3. Arah, umumnya dikaitkan dengan jarak. Variabel ini biasanya digunakan untuk menjelaskan suatu kejadian dalam cakupan yang umum seperti kejadian pencurian cenderung bergerak ke arah barat.
4. Pola, mencari pola dari suatu kejadian kriminal. Jenis-jenis pola adalah acak, seragam, bergerombol, dan menyebar. Penyebaran yang tinggi bisa digolongkan sebagai seragam atau acak,
Kartografi (Dorling, 1994) merupakan studi pembuatan peta, yang secara historis adalah upaya menggambarkan wajah geografis muka bumi. Saat ini, peta sudah tak hanya digunakan untuk keperluan navigasi atau tujuan-tujuan penelaahan geoposisi semata. Peta telah digunakan untuk berbagai keperluan yang salah satunya adalah untuk merepresentasikan data secara visual bahkan dapat pula berguna untuk upaya mencari informasi dan pola spasial.
Kartogram adalah peta yang dibuat melalui teknik yang disebut kartografi. Dalam kartogram, ukuran area daratan digabungkan dengan beberapa teknik pewarnaan telah dimodifikasi sedemikian rupa dengan algoritma persamaan difusi untuk merepresentasikan data tertentu. Kartogram bertugas merepresentasikan data dalam bentuk spasial. Kartogram mesti memberikan bentuk asli namun kekuatannya adalah di data yang ditampilkan. Jadi, yang terpenting tentunya adalah ukuran relatif dari area yang ditunjukkan.
Penggunaan kartogram telah sangat luas penggunaannya untuk berbagai tujuan mulai dari keperluan visualisasi penjualan produk yang berskala besar, analisis politik, analisis cuaca dan iklim, hingga keperluan-keperluan intelijen, militer, pertahanan dan keamanan. Kartogram kota Bogor diilustrasikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Kartogram wilayah administrasi kota Bogor.
Salah satu kategori peta adalah peta tematik, yang menggambarkan peta berdasarkan tema. Cakupan peta tematik sangat luas. Kita bisa menampilkan apa saja ke dalam peta sesuai dengan keinginan. Peta tematik dikategorikan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Peta kuantitatif menunjukkan informasi numerik seperti jumlah kejadian kriminal dan laju kriminal dari suatu wilayah. Di lain pihak peta kualitatif menunjukkan data non-numerik, seperti data penggunaan lahan atau jenis kriminal apa saja yang terjadi pada suatu wilayah.
Data spasial adalah data yang mencerminkan segala keadaan, kondisi dan potensi sumber daya fisik maupun non fisik, sumber daya alam maupun buatan serta segenap kejadian aktifitas dan kegiatan yang ada atau yang berlangsung dalam wilayah geografis (Asmoro, 2003).
2.2. Teknologi Informasi
2.2.1. Sistem Informasi Management (SIM)
Sistem Informasi Manajemen adalah suatu sistem berbasis komputer yang bertujuan untuk membantu manajemen dalam mengelola informasi demi pencapaian tujuan organisasi, sedangkan sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen-komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya. Komponen sistem informasi adalah perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manusia (brainware), data dan prosedur, dengan kata lain sistem informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras, perangkat lunak serta manusia yang akan mengolah data menggunakan perangkat-perangkat tersebut. Manusia terdiri dari end user dan information
system specialist. Perangkat keras terdiri atas mesin dan media.
Perangkat lunak terdiri dari sistem operasi, program, prosedur serta datanya itu sendiri. Pemrosesan informasi terdiri atas input, proses, output dan kontrol (umpan balik). Proses tersebut dapat digambarkan seperti gambar berikut ini :
Gambar 3 Siklus pemprosesan informasi
Sistem Informasi pada dasarnya tidak akan lepas dari komputer, oleh karena itu ada istilah sistem informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak
Input Proses Output
Kontrol
mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.
2.2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Aronoff (1995) mendefinisikan SIG sebagai suatu sistem berbasis komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data geospasial, dalam bentuk: (a) pemasukan, (b) manajemen, (c) pengolahan dan analisis, serta (d) pengembangan produk percetakan.
Data geospasial dibedakan menjadi data grafis disebut juga data geometris dan data atribut (data tematik), seperti diperlihatkan dalam Gambar 4. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (polygon) dalam bentuk vektor ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.
Pengguna dapat memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat jadwal pemutakhiran (updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan yang diinginkan dan merencanakan aplikasi.
a. Bentuk dan Struktur data dalam SIG.
Dalam kerangka kerja SIG, data secara logika dibagi menjadi dua kategori, yaitu: data spasial dan data atribut (Barus & Wiradisastra, 2000). Data spasial digambarkan dalam berbagai bentuk, yaitu :
• Titik
Titik (berdimensi nol : objek yang hanya memiliki lokasi, tapi tidak mempunyai panjang) adalah tipe data paling sederhana dari data spasial. Titik menggambarkan berbagai bentuk data seperti: kota, gunung dan bandar udara.
• Garis
Garis (berdimensi dua : objek yang mempunyai panjang) adalah data yang mempunyai sifat antara lain: panjang (jarak), kelengkungan (untuk sungai), dan orientasi (untuk sumber daya mineral).
• Poligon atau bidang
Poligon (berdimensi dua : objek yang memiliki panjang dan lebar) adalah data yang berupa batas garis, seperti batas pembagian wilayah atau batas sebuah danau.
• Blok atau volume
Tipe data blok melibatkan unsur dimensi tiga, seperti ketinggian atau kedalaman ke bentuk objek berupa bangunan gedung atau gunung.
Seluruh data tersebut disusun dalam bentuk layer-layer (lapisan data) berdasarkan tema, bentuk, waktu atau prioritas yang dikehendaki.
Menurut Barus & Wiradisastra (2000) penyimpanan tipe-tipe data di atas umumnya dibuat dalam dua bentuk utama, yaitu raster dan vektor. Penyimpanan dalam bentuk raster berarti penyimpanan dalam bentuk kotak segi (grid), sedangkan penyimpanan dalam bentuk vektor berarti data direkam dalam berbagai koordinat titik yang selanjutnya dihubungkan dengan garis.
Data atribut (data non-spasial) bersifat fleksibel tergantung dari kebutuhan dan tujuan SIG itu sendiri. Data atribut dapat berupa data luas lahan pertanian, jumlah penduduk, curah hujan, dan sebagainya.
b. MapObjects dan Shapefile.
MapObjects merupakan seperangkat komponen perangkat lunak pemetaan dimana kita dapat menambahkan peta ke dalam aplikasi yang sedang dibangun. MapObjects dapat diintegrasikan dengan komponen-komponen lain dari vendor yang berbeda, seperti grafik, multimedia dan objek basis data.
MapObjects terdiri dari sebuah control ActiveX control (OCX) yang disebut dengan Map Control dan lebih dari 45
ActiveX Automation Objects. MapObjects digunakan untuk
pemrograman berbasis Windows.
Berikut ini adalah beberapa kemampuan MapObjects yang dapat diimplementasikan dalam pemrograman:
• Menampilkan peta dengan multi layer, seperti jalan, batas wilayah dan kota propinsi.
• Memperbesar dan memperkecil peta.
• Menggambar fitur-fitur grafis, seperti titik dan poligon. • Mengidentifikasi fitur-fitur peta dengan cara menunjuknya. • Memilih fitur dengan kode SQL (ESRI, 1999).
Shapefile merupakan salah satu format file keluaran ESRI
informasi lokasi geografis dan atributnya dalam bentuk fitur-fitur geografis, seperti titik, garis dan poligon. Format shapefile terdiri dari tiga buah file sebagai berikut :
• File utama (.shp) adalah file yang menyimpan fitur geometri.
• File indeks (.shx) adalah file yang menyimpan indeks dari fitur geometri.
• File dBASE IV (.dbf) adalah file yang menyimpan informasi atribut dari fitur geomeri (ESRI, 1999).
c. Model Data dalam SIG.
Model data adalah suatu set ide untuk mendeskripsikan dan merepresentasikan beberapa aspek terpilih dari dunia nyata ke dalam komputer. Menurut Longley (2001), ketika merepresentasikan dunia nyata ke dalam komputer ada empat level yang berbeda, model data dalam SIG dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Pemodelan data dalam SIG.
Pada level yang pertama, realita terbentuk dari kejadian– kejadian di dunia nyata. Kedua, model konseptual adalah persepsi manusia terhadap benda dan proses yang dirasa relevan terhadap suatu pokok masalah. Ketiga, model logika adalah representasi yang berorientasi implementasi dari realita yang diwujudkan ke dalam diagram atau tabel. Keempat,
model fisik adalah wujud nyata dari aplikasi SIG itu sendiri dan biasanya terdiri file-file dan basis data.
2.2.3. Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis web.
Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi khususnya SIG berkembang ke arah konsep perkembangan SIG yang dinamakan SIG WEB atau disebut juga SIG berbasis web. SIG berbasis web adalah suatu aplikasi berbasis SIG yang dapat dijalankan dan diaplikasikan pada suatu web browser apakah aplikasi tersebut dalam suatu jaringan komputer global yaitu internet ataupun pada suatu jaringan komputer berbasis LAN atau dalam suatu komputer PC namun memiliki dan terkonfigurasi jaringan dalam web server.
WWW (World Wide Web) adalah media yang terkini dalam
menampilkan informasi berbasis peta/data spasial kepada masyarakat. Dalam proses penempatan peta, digunakan berbagai aturan dengan banyak fungsi sehingga informasi berbasis peta dapat diakses oleh pengguna dengan intranet maupun internet. Penampilan peta berbasis web dapat merupakan gabungan antara foto, teks, suara atau data peta-peta yang lain. Oleh karena itu pemetaan berbasis web ini dapat digunakan untuk menampilkan data geospatial yang akurat, klasifikasi pemetaan berbasis web dapat dilihat pada Gambar 6.
Menurut Krak (2002), pemetaan berbasis web dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pemetaan Statik
Kerap kali sumber-sumber peta berbasis web ini adalah produk kartografi asli yang discan dan diupload sebagai bitmap ke dalam WWW. Hal ini sering disebut juga dengan peta yang
’clickable’ dan petanya dapat berfungsi sebagai interface bagi
datanya, pemetaan jenis ini tidak dinamis. Kalau peta tersebut sudah berubah dan ingin diperbaiki tampilannya maka perlu data peta tersebut di perbaharui lagi dengan cara discan dan diupload sebagai bitmap melalui server.
2. Pemetaan Dinamik
WWW ada beberapa pilihan untuk menampilkan proses
dinamis melalui animasi. Sering disebut ’animated-GIF’ yang dapat menampilkan peta-peta yang dinamis, pemetaan jenis ini datanya selalu terkini karena sifat dari petanya yang selalu diperbaharui dan secara otomatis dilakukan penyesuaian oleh program dengan data spasialnya. Pemetaan jenis ini bisa diprogram dengan Java, JavaScript atau melalui VRML serta
QuicktimeVR.
2.2.4. Database Management System (DBMS)
DBMS atau sistem manajemen basis data adalah suatu sistem software yang memungkinkan pengguna untuk
mendefinisikan, menciptakan dan memelihara database dan juga menyediakan akses kontrol pada database tersebut (Connolly, 2002).
Fasilitas-fasilitas yang umum terdapat pada DBMS adalah : • Data Definition Language (DDL), memungkinkan pengguna
untuk mendefinisikan basis data, menspesifikasikan tipe data, struktur, serta kendala data yang akan disimpan.
• Data Manipulation Language (DML), memungkinkan
pengguna untuk melakukan penyisipan, pembaharuan, penghapus dan penemuan kembali data dari basis data.
• Menyediakan akses kontrol ke basis data seperti security
system, integrity system, concurrency control system, recovery control system, dan accessible system (Connolly, 2002).
DBMS merupakan elemen penting yang menunjang sistem penyimpanan dalam data vektor (Escobar, 2002). DBMS biasa digunakan untuk menyimpan data atribut dan data topologi.
a. Entitas dan Entity – Relationship Model.
Entitas merupakan sebuah objek (seperti: benda, konsep atau kejadian) yang akan direpresentasikan dalam basis data. Tipe entitas merupakan sebuah benda atau konsep yang didefinisikan oleh pengguna, memiliki keberadaan yang tidak terikat, adalah representasi dari sekumpulan objek pada dunia nyata dengan nilai atribut yang sama.
Entity – Relationship Model (ER) adalah model data
konseptual pada high level (secara umum) yang dikembangkan oleh Chen tahun 1979 untuk memfasilitasi desain basis data (Connolly, 2002).
b. Atribut dan Key
Atribut adalah property (ciri) yng menjelaskan beberapa
aspek dari entitas dalam basis data. Candidate key merupakan satu atau sekumpulan atribut yang mendefinisikan entitas secara unik. Primary key adalah candidate key yang dipilih untuk mendefinisikan entitas secara unik. Foreign key adalah atribut yang digunakan untuk menghubungkan tabel satu dengan tabel yang lain.
c. Normalisasi
Perancangan basis data perlu dilakukan secara cermat, agar diperoleh basis data yang kompak dan efisien dalam penggunaan ruang penyimpanan. Normalisasi difokuskan pada tinjauan komprehensif terhadap nilai atribut setiap tabel secara individual. Dengan tujuan:
• minimalisasi redudancy data, • minimalisasi anomali operasi data.
• mempererat keterkaitan antara atribut atau kelompok atribut dalam tabel-tabel basis data relasional.
Metode yang digunakan untuk pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel berbesis web ini adalah System Development Life Cycle (SDLC). SDLC merupakan suatu proses evolusioner dalam menerapkan suatu sistem atau subsistem informasi berbasis komputer (McLeod, 1995), yang terdiri fase perencanaan, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan penggunaan. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 System Development Life Cycle (SDLC) (1) Planning phase (2) Analysis phase (3) Design phase Implementation phase (4) (5) Use phase
2.2.5. Analisis Spasial dan Crime Analysis
Analisis spasial adalah suatu teknik analisis dimana hasilnya tergantung lokasi entitas yang dipelajari. Hal ini termasuk dalam studi lokasi, dimensi, dan nilai atribut dari fenomena geografis (Barus, 2005). Menurut Goodchild (2001) analisis yang dilakukan bervariasi, bisa induktif atau deduktif dan juga bisa sangat matematis atau bahkan sangat sederhana.
Crime Analysis merupakan sebuah software ekstensi yang
dikembangkan oleh National Institute of Justice yang bertujuan untuk memfasilitasi penegak hukum dalam membuat keputusan yang berdasarkan pada kepentingan komunitas. Software ini mampu untuk melakukan administrasi dan pengolahan data kriminal (ESRI, 1999).
2.3. Hypertext Markup Language (HTML)
HTML adalah bahasa yang digunakan untuk membuat dokumen pada
World Wide Web (WWW). HTML adalah pengembangan dari Standard Generalize Markup Language (SGML), yang dapat dibuat dengan
menggunakan berbagai aplikasi untuk memperbaiki naskah. HTML menggunakan tag-tag tertentu untuk menyusun sebuah dokumen, seperti <h1> dan </h1> untuk heading dari suatu dokumen yang dibuat (Prihatna, 2005).
2.4. Hypertext Transfer Protocol (HTTP)
HTTP adalah protokol yang digunakan untuk menransfer suatu halaman web dari komputer satu ke komputer yang lainnya. Pada prinsipnya HTTP secara langsung mengijinkan browser melakukan permintaan suatu item dan kemudian server mengirimkan item yang diminta itu kembali ke browser. HTTP mendukung 4 (empat) dasar operasi ketika
1. GET : permintaan suatu item ditetapkan dari server. Server mengembalikan suatu judul yang berisi informasi status yang diikuti oleh item.
2. HEAD : permintaan status informasi tentang suatu item. Server mengembalikan status tanpa mengembalikan salinan item yang diminta.
3. POST : mengirimkan data ke server. Server menambahkan catatan data ke suatu item.
4. PUT : mengirimkan data kepada server. Server menggunakan data tersebut untuk menggantikan suatu item.
2.5. Web Browser
Suatu program komputer yang dapat mengakses dan menampilkan informasi dari world wide web. Suatu browser berisi berbagai program aplikasi dan menggunakan data tertentu untuk menggantikan suatu item. Dalam hal ini diperlukan web server untuk menangani komunikasi tingkat tinggi antara pengguna yang mengakses web browser dengan berbagai
service yang pemetaannya didukung oleh komputer. Web server ini akan
menampilkan halaman web berisi peta dan tools yang berhubungan dengan peta tersebut kepada end user.
2.6. Hypertext Preprocessor (PHP)
PHP merupakan script untuk pemrograman server-side, selain itu
untuk membuat dokumen HTML. Dokumen HTML yang dihasilkan dari suatu aplikasi bukan dokumen HTML yang dibuat dengan menggunakan editor teks atau editor HTML. Dengan menggunakan PHP maka
maintenance suatu web menjadi lebih mudah. Proses update data dapat
dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang dibuat dengan menggunakan
2.7. Isu-isu Kriminal
Awalnya, pemetaan kriminal dilakukan dengan menancapkan pin di atas sebuah peta. Banyak kelemahan pada cara ini, yaitu: jika peta ingin
di-update maka data yang lama akan hilang, memerlukan ruang yang besar,
tidak bisa dilakukan analisis lebih mendalam dan sulit untuk dibaca jika terjadi tindak kriminal dengan jenis yang berbeda-beda atau kejadian kriminal di tempat yang sama dengan waktu yang berbeda (Harries, 2003).
Menurut Vasiliev (1996) yang diacu dalam Harries (2003), kriminal terjadi dalam suatu ruang dan waktu. Lokasi dan ruang dapat dapat dilihat dan diukur dengan cara yang sederhana, seperti merepresentasikannya dengan koordinat x dan y. Waktu sangat sulit untuk divisualisasikan, tetapi peta merepresentasikannya ke dalam berbagai cara seperti:
1. Kejadian, kapan dan dimana suatu kejadian terjadi.
2. Durasi, berapa lama suatu kejadian terjadi pada suatu tempat tertentu. 3. Waktu terstruktur, merepresentasikan ruang berdasarkan waktu. 4. Jarak sebagai waktu, merepresentasikan jarak dengan waktu.
Kriminal dapat dikategorikan ke dalam dua aspek, yaitu aspek hukum dan non-hukum. Menurut aspek hukum, tindakan kriminal adalah pelanggaran undang–undang kriminal yang bertujuan untuk menjaga tatanan keamanan individu, kepemilikan dan hak seseorang yang membawahi suatu wilayah hukum tertentu. Beberapa contoh kejadian menurut aspek ini adalah pembunuhan, pencurian, dan pelanggaran lalu– lintas. Di lain pihak, dari aspek non–hukum, kejadian kriminal adalah suatu kegiatan yang melanggar norma–norma sosial dalam suatu masyarakat. Sebagai contohnya adalah kegiatan prostitusi, percobaan bunuh diri, dan aborsi (Ahmadi, 2003).
Menurut Chen (2004) dalam Crime Data Mining, tindakan kriminal terbagi dalam beberapa kategori menurut tingkatan wilayahnya, yaitu wilayah lokal dan nasional /internasional. Secara lokal, tindakan kriminal dapat dibagi menjadi delapan kategori, yaitu:
1. Pelanggaran lalu – lintas, seperti melanggar lampu merah, tabrak lari dan mengemudi dalam keadaan mabuk.
2. Kejahatan seksual, seperti prostitusi, pemerkosaan dan pelecehan seksual.
3. Pencurian, seperti pencurian rumah dan pencurian kendaraan bermotor.
4. Arson, seperti membakar rumah dengan sengaja.
5. Obat terlarang, seperti memiliki dan menjual obat terlarang.
6. Kejahatan dengan kekerasan, seperti pembunuhan, penyerangan dengan senjata tajam dan perampokan dengan senjata api.
7. Penipuan, seperti pencucian uang, korupsi dan pemalsuan. 8. Cybercrime, seperti penipuan kartu kredit lewat internet.
2.7.1. Pemetaan Tindak Kejahatan
Pemetaan tindak kejahatan adalah suatu kegiatan pemrosesan dan pengontrolan terhadap data kriminal spasial yang output-nya ditampilkan secara visual sesuai dengan kebutuhan pengguna (Alex & Kate, 2001). Pemetaan kriminal dapat memberikan informasi mengenai lokasi hot spot tertentu atau mengetahui jumlah dari suatu tindakan kriminal tertentu yang dilaporkan.
Pada dasarnya, pemetaan tindak kejahatan merupakan bagian dari analisis kriminal (Boba, 2001). Pemetaan ini mempunyai tiga peran dalam analisis kriminal, yaitu:
1. menyediakan fasilitas analisis visual dan analisis statistika,
2. sebagai jembatan untuk menghubungkan data penunjang seperti data sensus, data jumlah penduduk dan data lokasi pos polisi, 3. menampilkan output berupa data visual.
2.7.2. Tipe Pemetaan Tindak Kejahatan
Menurut Boba (2001) tipe dari pemetaan tindak kejahatan terdiri dari :
1. Single symbol mapping.
Pemetaan ini menggunakan satu simbol saja untuk menunjukkan lokasi suatu tempat/kejadian tertentu. Kelemahan
dari pemetaan ini adalah kejadian pada satu tempat yang sama yang terjadi lebih dari satu kali tidak dapat dilihat dengan jelas. Pemetaan jenis ini tidak cocok digunakan untuk memetakan kejadian kriminal yang biasanya terjadi lebih dari satu kali pada satu tempat yang sama.
2. Density mapping.
Menggunakan arsir untuk menunjukkan intensitas kejadian di tempat tertentu. Semakin gelap daerah arsiran, semakin banyak kejadian yang terjadi di tempat itu.
3. Buffers.
Buffer adalah suatu area di sekitar titik/lokasi. Buffer dapat
diatur cakupan wilayahnya menjadi kecil atau besar sesuai dengan kebutuhan dan skala petanya.
4. Graduated mapping.
Ada dua tipe dalam graduated mapping. Tipe yang pertama adalah graduated color mapping dan yang kedua adalah
graduated point mapping. Semakin besar ukuran point atau
semakin gelap intensitas warnanya maka semakin sering suatu kejadian terjadi.
5. Chart mapping.
Pemetaan dengan chart dapat menampilkan beberapa nilai sekaligus dalam suatu variabel, misalnya: variabelnya adalah kriminal dan nilainya adalah pencurian, pembunuhan dan pemerkosaan. Ada dua tipe chart mapping, yaitu pie chart dan
bar chart.
6. Interactive crime mapping.
Teknik ini sebenarnya bukan suatu teknik pemetaan melainkan teknik untuk menyampaikan informasi yang telah terangkum kepada pengguna. Biasanya ditampilkan melalui website.
2.7.3. Analisis Kriminal
Analisis kriminal adalah suatu set proses yang diaplikasikan terhadap pola kriminal. Personel administrasi dan operasional dapat menggunakan hasil dari analisis kriminal ini untuk mencegah dan menekan aktifitas kriminal dan investigasi atas suatu tindakan kriminal (Johnson, 2000).
2.7.4. Tipe Analisis Kriminal
Tipe dari analisis kriminal menurut Ahmadi (2003) berisikan karakteristik analisis kriminal, jenis data, analisis dan tujuan yang berbeda. Ada enam tipe analisis kriminal, yaitu :
1. Tactical Crime Analysis
Teknik ini merupakan teknik analisis harian dan digunakan untuk menemukan langsung suatu pola mengenai tindak kriminal tertentu Metode ini memfokuskan pada informasi khusus antara lain metode pencurian, aksi pelaku, ciri-ciri pelaku, tipe korban, tipe alat/senjata yang digunakan serta informasi waktu, hari, tanggal dan lokasi kejadian.
2. Strategic Crime Analysis
Metode ini memanfaatkan informasi sosial–demografi dan faktor spasial untuk menentukan pola suatu aktifitas dalam jangka yang lama. Metode ini juga berguna untuk mengidentifikasi aktifitas kriminal yang tidak biasa berdasarkan waktu dan lokasi dan untuk memprediksi potensi dan konsentrasi kejadian kriminal.
3. Administrative/Academic Analysis
Pemetaan kriminal digunakan oleh polisi, media dan ahli riset sebagai alat untuk menyampaikan informasi kejadian kriminal kepada masyarakat. Informasi yang dihasilkan biasanya berupa laporan tertulis. Penyampaian informasi ini bisa melalui laporan tercetak atau situs web yang di-update.
4. Operations Analysis
Metode ini berkaitan dengan alokasi sumberdaya dan patroli polisi. Bila digabungkan dengan Strategic Crime
Analysis membantu mengalokasikan sumberdaya lebih efisien.
5. Intelligence Analysis
Metode ini mempelajari organisasi kriminal (geng), bagaimana hubungannya dengan organisasi kriminal lainnya dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.
6. Investigative Analysis
Metode ini biasanya digunakan untuk melihat tempat kejadian perkara, psikologi dan forensik kriminal. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk menganalisis kejadian kriminal yang berurutan atau berhubungan.
Pemetaan kriminal yang digunakan pada penelitian ini bertipe
Administrative/ Academic Analysis yaitu informasi kejadian
kriminal disampaikan kepada masyarakat situs web yang di-update secara periodik.
2.7.5. Hubungan Analisis Kriminal dan Pemetaan Tindak Kejahatan Analisis kriminal dan pemetaan kriminal merupakan dua proses yang saling berhubungan karena untuk melakukan pemetaan kriminal dibutuhkan analisis kriminal yang di dalamnya melibatkan analisis spatial (Ahmadi, 2003). Hubungannya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Hubungan analisis kriminal dan pemetaan tindak kejahatan
Pemetaan Kriminal tactical investigative strategic operation intelligence administrative
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Metode yang digunakan untuk pengembangan Sistem Informasi Geografis Tindak Kejahatan Multilevel berbasis web ini adalah System
Development Life Cycle (SDLC) yang sudah dimodifikasi. Fase-fase pada
SDLC terdiri fase perencanaan, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan penggunaan, tetapi kenyataannya untuk pengembangan sistem ini setelah fase tertentu bisa kembali melakukan proses pada fase sebelumnya, dan seterusnya. Tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 System Development Life Cycle (SDLC) pada SIGTIKEM (1) Planning phase (2) Analysis phase (3) Design phase Implementation phase (4) (5) Use phase
3.1.1. Perencanaan Sistem
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, baik data spasial maupun data atribut. Kemudian data dianalisis untuk merancang sebuah sistem informasi geografis.
Pengumpulan data dilakukan melalui proses pengambilan data dari kantor Kepolisi sektor sekota Bogor dan wawancara dari beberapa anggota kepolisian di kepolisian Resta Bogor, yang menangani tugas administrasi tindak kejahatan di kota bogor.
Pada konsep Multilevel pada sistem informasi geografis tindak kejahatan mempunyai arti data/informasi tindak kejahatan semakin lengkap (detail) sedangkan daerah tindak kejahatan semakin kecil, artinya tergantung dari orang yang menggunakan data/informasi tersebut, semakin tinggi level orang/pengguna informasi tersebut maka informasi dalam bentuk laporan yang diharapkan semakin sedikit misalnya : Kapolwil hanya membutuhkan executive summary tindak kejahatan di kota Bogor, sedangkan semakin rendah level orang/pengguna informasi yang diharapkan semakin lengkap (detail) misalnya : Kepala Pos Polisi Tanah Baru mempunyai data laporan tindak kejahatan di kelurahan Tanah Baru – Bogor. Konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Level Kota Level Kecamatan Level Kelurahan
Adanya suatu fenomena dari berbagai level karena datanya kompleks, selain itu terdapat berbagai informasi tindak kejahatan yang perlu dilihat dari berbagai sisi, bentuk dan diterjemahkan keberbagai level.
Obyek atau fenomena yang kompleks dipengaruhi oleh beberapa komponen. Untuk mempermudah analisis obyek tersebut, maka fenomena tersebut harus diobservasi dari berbagai sisi atau berbagai level. Dalam teori hierarki observasi terhadap obyek dari berbagai sisi/level harus saling terkait (Goodchild 2001).
Pada konsep multilevel pada SIG (Barus, 2003) data pada level yang tertinggi bukan selalu hasil agregasi/rekapitulasi data dari level yang terkecil. Dalam hal ini, data tindak kejahatan pada level Kota Bogor bukan selalu agregasi data level kecamatan, atau data level kecamatan bukan selalu agregasi data level kelurahan dan seterusnya. Data level tertinggi bisa merupakan agregasi atau seleksi atau pemilihan atau malah loncatan dari data level terendah.
Pada penelitian ini data dari level yang terkecil akan menjadi masukan/gambaran dari data dari level yang tertinggi, artinya data level yang tinggi merupakan agregasi data level yang rendah, yang jelas ada koneksi/hubungan data antar level.
3.1.2. Analisis Sistem
Pada tahap analisis dilakukan analisis kebutuhan sistem. Hasil dari analisis kebutuhan sistem ini diperlukan sebagai acuan dalam menyusun spesifikasi sistem yang akan dikembangkan. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap analisis adalah memahami sistem yang sudah dan sedang berjalan, mengidentifikasi permasalahan pada sistem yang sedang berjalan dan menarik kesimpulan dari proses analisis yang telah dilakukan.
Data yang diperlukan untuk menunjang penelitian di peroleh dari berbagai kegiatan, antara lain : Studi Pustaka,
Pengambilan data, Wawancara dan Observasi. Pengumpulan data dari Kantor Polisi Sektor sekota Bogor yang berupa data harian kriminal di Kota Bogor selama dua setengah tahun terakhir yaitu dari tahun 2004 sampai 2006. Data ini merupakan laporan dari seluruh Pos Polisi di Kota Bogor yang kasusnya sebagian besar terselesaikan. Data spasial lain yang juga dikumpulkan dari Kantor Polwil/Polresta Bogor adalah data lokasi kantor polisi (Lampiran 2). Data penunjang lain seperti data jumlah penduduk di seluruh kecamatan diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Bogor (Lampiran 3).
3.1.3. Perancangan Sistem
Setelah dilakukan analisis, kebutuhan-kebutuhan yang didefinisikan dalam tahap analisis lalu diterjemahkan ke dalam bentuk model presentasi sistem aplikasi. Pada tahap ini dirancang arsitektur perangkat lunak, antar muka, input, proses dan output dalam menggunakan aplikasi.
Tahap perancangan dilakukan guna memudahkan tahap berikutnya yakni tahap implementasi. Tahap perancangan sistem mencakup rancangan, basis data, rancangan sistem, dan rancangan antarmuka sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dikembangkannya sistem. Perancangan Sistem Informasi yang dikembangkan dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Rancangan sistem secara umum
Rancangan sistem secara umum yang digunakan adalah perancangan secara top-down approach yang mendeskripsikan sistem secara umum dan bila diperlukan dapat diturunkan lagi sampai bentuk paling detil.
2. Rancangan sistem secara detail
Spesifikasi sistem yang dibangun, secara lebih rinci meliputi perancangan database, perancangan struktur
navigasi, perancangan sistem dengan flowchart dan perancangan halaman.
3.1.4. Implementasi Sistem
Tahap implementasi sistem merupakan pengaplikasian bentuk sistem yang akan dirancang ke dalam bahasa program tertentu untuk menghasilkan sistem aplikasi. Tahap implementasi (System Implementation) merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : 1. Material Collecting, yaitu pengumpulan bahan yang
diperlukan dalam pengembangan SIG berbasis web. 2. Assembly, yaitu tahap pembuatan seluruh objek yang
terlibat dalam pengembangan sistem ini.
3. Testing, yaitu tahap pengujian secara modular terhadap sistem ini.
Pada tahap ini, perangkat lunak yang digunakan adalah ArcView untuk mengolah peta, PHP untuk aplikasi web serta SQL server untuk penyediaan database. Implementasi sistem dilakukan pada PC yang disimulasikan menjadi server menggunakan IIS (Internet Information Server), serta server yang berfungsi sebagai
web server sekaligus aplication server.
3.1.5. Penggunaan Sistem
Sistem Informasi geografis ini dapat digunakan dan diterima oleh pengguna setelah melalui proses pengujian dan perbaikan.
Proses pengujian/evaluasi adalah tahap dari proses implementasi, yang hasilnya dibandingkan dengan hasil uji yang diharapkan. Apabila tidak sesuai dengan yang diharapkan akan dilakukan perbaikan kemudian diuji kembali, sampai memenuhi hasil yang diharapkan.
Pengujian dilakukan guna mengetahui apakah sistem yang dibuat telah berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Jika sistem belum berfungsi sebagaimana mestinya, maka dilakukan perbaikan terhadap sistem dan uji coba.
3.2. Lingkungan Pengembangan. Perangkat keras yang digunakan :
! Intel Centrino 1.6 GHz. ! Memori SDRAM 512 MB. ! Hardisk 80 GB.
! VGA 128 Mb 64 bit.
Perangkat lunak yang digunakan pada proses implementasi adalah sebagai berikut:
! ArcView GIS 3.3 ! MySQL & PHP
! Macromedia Dreamweaver MX2004 ! Adobe Photoshop 7.0.
! Peta digital Bogor 2005 – 2006. ! Windows XP SP 1.
! Internet Explorer 6.0 sebagai browser.
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari hingga Oktober tahun 2007, bertempat di Laboratorium Pascasarjana Departemen Ilmu Komputer, FMIPA-IPB Kampus IPB Baranangsiang.