• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemangkasan pohon dan letak benih dalam buah terhadap peningkatan produksi dan mutu benih pepaya (Carica papaya L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemangkasan pohon dan letak benih dalam buah terhadap peningkatan produksi dan mutu benih pepaya (Carica papaya L)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMANGKASAN POHON DAN LETAK BENIH

DALAM BUAH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN

MUTU BENIH PEPAYA (Caricapapaya

L.)

LUIS MANUEL BRANCO

PROGRAM STUD1 AGRONOMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis pengaruh pemangkasan pohon dan letak benih dalam buah terhadap peningkatkan produksi dan mutu benih pepaya, belu~n diajukka~l dala~n bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Su~nber informasi dan yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan lnaupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalain daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

(3)

RINGKASAN TESIS

LUIS MANUEL BRANCO. Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih daliun Buah terhadap Pcningkatan Produksi dan Mutu Benih Pepaya (Carica papaya L.). Dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO dan ENDANG MURNIATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan pollon dan letak benih dalam buah terhadap mutu benih pepaya dan mengetahui pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda terhadap produksi dan mutu benih pepaya. Penelitian ini terdiri dari dua tallap percobaan yaitu: percobaan I: untuk mengetahui pengaruh pe~nangkasan pohon dan let& benih dalam buah terhadap kualitas benih pepaya dan terdiri dari dua faktor yang meliputi: Faktor I yaitu pemangkasan pohon (P) yang terdiri dari dua taraf yaitu: pohon tidak dipangkas (PI) dan pohon dipangkas (P2); dan faktor I1 adalah letak benih dalam buah pepaya (A) terdiri dari tiga taraf yaitu benih dari pangkal buah (A1), tengah (A2), ujung buah (A3). Percobaan I1 bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda terhadap produksi dan mutu benih pepaya d m merupakan faktor tunggal yang terdiri dari satu perlakuan dengan enam taraf yaitu: letak buah pada pohon tunggal (PI), letak buah pada cabang primer pada pohon dengan dua cabang (Pz), letak buah pada cabang sekunder pada pol1011 dengan dua cabang (P3), letak buah pada cabang primer pada pohon dengan tiga cabang (P4), letak buah pada cabang sekunder pada pohon dengan tiga cabang (Ps) dan letak buah pada cabang tersier pada pohon dengan tiga cabang (P6).

(4)

kandungan unsur kalium dalam benih. Pada bagian ujung buah (A3), baik pohon yang tidak dipangkas (PI) maupun pohon yang dipangkas (P2) menunjukkan kandtmgan fosfor yang tidak berbeda nyata.

Hasil percobaan I1 menunjukkan bahwa viabilitas potensial benih berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB) umumnya tidak berbeda nyata, kecuali pada cabang sekunder pada pohon dua cabang (P3) menunjukkan daya berkecambah (DB) yang lebih rendah dari pohon yang tidak bercabang (PI). Kecepatan tumbuh (Kcr) benih yang berasal dari buah pada pohon tidak bercabang (PI), cabang primer pada pohon dua cabang (P2) dan cabang tersier pada pohon tiga cabang (P6) tidak menunjukka~ perbedaan yang nyata. Pada kecepatan tumbul~ benih dari cabang sekunder pada pohon dua cabang (P3) dan cabang primer dan sekunder pada pohon tiga cabang (P4 dan Ps) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan pohon yang tidak bercabang (PI). Fenomena ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah cabang tidak mempengaruhi viabilitas potensial maupun vigor kekuatan tumbuh benih berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB) dan kecepatan tumbuh (KCT). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 50% total kecambah normal (TSo) menunjukkan bahwa benih dari buah yang berasal dari pohon tidak bercabang (PI) dan benih yang berasal dari cabang primer pada pohon dua cabang (P2) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata, selanjutnya T s ~ pada cabang sekunder pada pohon dua cabang (P3), cabang primer, cabang sekunder dan cabang tersier pada pohon tiga cabang (P4, PS dan Pg) menunjukkan perbedaan yang nyata. Seiring dengan peningkatan jumlah cabang, vigor kekuatan tumbuh benih berdasarkan tolok ukur Tso semakin inenunm. Kandungan P fitin dalam benih pepaya pada penelitian ini secara umum tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, kecuali benih dari buah pada cabang primer pohon dua cabang (P2) menunjukkan berbeda nyata dengan kandungan P fitin dari benih yang berasal dari buah pada pohon yang tidak bercabang (PI)

(5)

ABSTRACT

The objectives of this research are study the effect of pruning and seed position inside the fruit on papaya seeds quality and study the effect of fruits location in difference branches on papaya seeds production and quality. The research where consist of two experiment, the first experiment the influence of tree pruning and seed location in the fruit to seeds quality of papaya and the second, relation of fruit location on different papaya tree branches to seeds production and quality. Using papaya seeds (IPB-2) harvested from Center for Tropical Fruits Studies orchard in Bogor. The first experiment was arranged factorial random group two factors with four replications. The other band experiment was arranged single factor group with three replications. The results showed the single brunch has high prodnction of the seed and seeds from primary branches have high vigor and high nitrogen, phosphor, and potassium content in seeds.

(6)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi undang-undang

I . Dilarang mengut@ sebagian atau seluruh karya tztlis ini tampa ntencanttmikan atau nienyebutkan sutnber

a. Pengutipan hanya untztk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilrniah, penyusunan laporan, penulisan kritik

atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak irzerugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengul~zumkan dun ntemperbanyak sebagian atau seltrruh

(7)

PENGARUH PEMANGKASAN POHON DAN LETAK BENIH

DALAM BUAH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN

MUTU BENIH PEPAYA

(Carica papaya

L.)

LUIS MANUEL BRANCO

Tesis

sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronorni

PROGRAM STUD1 AGRONOMI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tesis : Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih terhadap Peningkatkan Produksi dan Mutu Benih Pepaya

(Carica papaya L.) Nanla : Luis Manuel Branco NRP : A351050061

Program Studi : Agronomi

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbiug

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Agronomi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana

(9)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik. Adapun judul

dari laporan penelitian ini adalah "Pengarnh Pemangkasan Pohon dan Letak

Benih dalam Buah terhadap Peningkatkan Produksi dan Mutu Benih Pepaya

(Carica papaya L.)."

Pada kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan teri~na kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr Ir M. Rahmad Suhartanto, MS. Selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan

penelitian ini dengan baik .

2. Dr Ir Endang Murniati, MS. Selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah meluangkm waktunya untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan laporan penelitian ini dengan baik.

3. Dr Ir Endah Retno Palupi, M.Sc yang telah bersedia menjadi penguji luar

Komisi Pembimbing dan n~enlberikan nlotivasi serta semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

4. Dr Ir Sobir, MS. Selaku Direktur PKBT (Pusat Kajian Buah-Buahan

Tropika) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

lnelaksanakan penelitian di kebun perbocaan PKBT Pasir Kuda Ciomas

Bogor.

5. Dr Ir Satriyas Ilyas, MS. Selaku Ketua Progran~ Studi Agrononli Fakultas

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

6. Dr Arsenio, selaku Direktur DAAD Jerman dan seluruh staf SEAEO-

SEARCA yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai

penerima beasiswa untuk melanjutkan Pendidikan Progranl Magister

Sains, di Institut Pertanian Bogor.

7. Pemerintah Republik Demoktratik Timor Leste (RDTL) yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi Program

(10)

8. Prof Dr Ir Sri Setyati Haryadi, M.Sc, yang telah memberikan nasehat dan

motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini

dengan baik.

Semua pihak yang telah memberikan bantuan berupa moril maupun materi

yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil

penelitian ini dengan baik.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi upaya peningkatan

produksi dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani pepaya serta dapat

menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Peuulis dilahirkan di Desa Barikafa Kecamatan Luro-Kabupaten Lautem Timor Leste, pada tanggal 14 Oktober 1975, sebagai anak ke-6 dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Maumotto (Alm.) dan Ibunda Dibiray (Almh.). Tamat dari SD Negeri 14 Aimutin Comoro Dili tahun 1989, dilanjutkan ke SMP Negeri 2 Dili dan lulus tahun 1992. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Becora Dili tahun 1995, penulis langsung melanjutkan kuliah di Akademi Analis Farmasi dan Makanan (DIII) lulus tahun 1998 dan selesai Sarjana Pertanian di Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Kadiri di Kediri Jawa Timur tahun 2002.

Penulis sempat bekerja sebagai Guru SMU Negeri 1 Becora Dili Timur pada tahun 1999 dan SMU Katholik SZo Pedro Paroki Comoro Dili Barat dari tahun 1999- 2000, dan kembali mengajar di SMU yang sama pada tahun 2002- 2004. Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai staf pengajar tidak tetap pada Jurusan Peternakan di Universidade Nacional de Timor Lorosae (UNTL) dari Tahun 2002-2005. Penulis menjadi staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universidade de Dili mulai 2003- sekarang.

(12)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

PENDAHULUAN

Latar Belakang

...

. .

Tujuan Penelltlan

...

Hipotesis

...

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Pepaya

...

...

Pembentukan Bunga dan Benih

...

Pemangkasan Pohon dan Produksi Benih Berlnutu

...

Berbagai Indikasi Fisiologi dan Biokimiawi Vigor Benih BAHAN DAN METODE

...

Waktu dan Tempat Penelitian

Bahan dan Alal

...

. .

Metode Penehtlan

...

. .

Pelaksanaan Penelltlan

...

17

Pengamatan

...

19

Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

...

23

IWSIL DAN PEMBAHASAN Percobaan I: Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih Dalam Buah Terhadap Mutu Benih Pepaya

...

26

Percobaan 11: Hubungan Letak Buah Pada Cabang yang Berbeda

...

Terhadap Produksi dan Mutu Benih Pepaya 31 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

...

36

Saran

...

36

DAFTAR PUSTAKA

...

37
(13)

DAFTAR TABEL

Rekapitulasi hasil analisis raganl pengaruh pemangkasan pohon (P) dan letak benih (A) terhadap semua tolok ukur yang dianlati

...

26

Pengaruh pemangkasan pohon (P) terhadap viabilitas potensial, viabilitas total dan vigor kekuatan tumbuh berdasarkan tolok ukur DB, PTM, KCT, KCP dan T50 benih pepaya (Carica papaya L.)

...

27 Pengaruh letak benih dalam buah (A) terhadap kecepatan tumbuh KC^), kecepatan perkecambahan (KcP), TSO dan jumlah benih per bagian buah pepaya (Caricapapaya L.)

...

28 Pengaruh intreaksi perlakuan pemangkasan pohon (P) dan letak benih (A) terhadap konsentrasi unsur NPK dalam benih pepaya (Carica papaya L.)

...

29 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda (P) terhadap produksi benih berdasarkan tolok ukur fruit set, seed set dab jumlah benih per buah pepaya

...

(Carica papaya L.) 3 1

Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda (P) terhadap viabilitas dan vigor benih pepaya

32

...

(Carica papaya L.)

Pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda (P) terhadap beberapa tolok ukur viabilitas potensial dan vigor kekuatan tumbuh

(14)

DAFTAR GAMBAR

I-Ialarnan

1 Struktur Molekul Asam Fitat

...

11

2 Pohon Pepaya tidak Bercabang, Bercabang Dua dan Bercabang 16

Tiga

...

3 Metode Pernilahan Benih Berdasarkan Letak Benih Dalam Buah

...

18

. .

4 Bagan Alir Penelltian

...

25
(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

...

Penentuan NPK-Total (Cara Semi Mikro Kjeldahl) 44

[image:15.532.94.461.145.442.2]

Deskripsi Tanaman Pepaya

...

46

Gambar Buah Pepaya Genotipe IPB-2

...

46

Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pemangkasan Pohon dan Letak Benih dalam Buah Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Pepaya

...

47 Analisis Ragam Penganth Perlakuan Pemangkasan Pohon dan Letak Benih lerhadap Vigor dengan Kandungan N, P, dan K dalam Benih Pepaya

...

48

Analisis Ragam Kontras Ortogonal Pengaruh Jumlah Cabang Terhadap Produksi Benih Pepaya

...

48

Analisis Ragam Kontras Ortogonal Pengaruh Jurnlah Cabang

...

Terhadap Mutu Benih Pepaya 50

Analisis Ragarn Kontras Ortogonal Pengaruh Junllah Cabang Terhadap Kandungan P Fitin dalam Benih Pepaya

...

50
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu buah-buahan tropika

yang menjanjikan di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Pasar buah pepaya

secara lokal dan regional terus meningkat. Dalam perdagangan dunia, buah

pepaya telah menjadi komoditi ekspor beberapa negara produsen di kawasan Asia

seperti Malaysia, Thailand, Philippina dan Indonesia. Negara pengimpor pepaya

masih didominasi oleh Singapura dan Ausralia. Indonesia merupakan negara

penghasil buah pepaya ke-8 terbesar di dunia. Permintaan pasar dunia terus

meningkat dari beberapa negara Eropa seperti Inggris, Jerman, Perancis, Belanda

dan Swedia (Purba 2005). Pengembangan budidaya pepaya secara intensif dan

komersial memiliki prospek yang cerah.

Produksi buah pepaya dari tahun 1994-2001 mengalami peningkatan.

Peningkatan produksi ini ditandai dengan tahun 2001 sebesar 470 ribu ton

dibandingkan tahun 1994 yang hanya 371.41 1 ton (FA0 2001). Seiring dengan

peningkatan produksi buah pepaya, terjadi perubahan selera masyarakat terhadap

buah pepaya. Masyarakat Indonesia saat ini lebih menginginkan buah pepaya

yang berukuran kecil (PKBT 2004).

Peningkatan produksi pepaya perlu diikuti dengan ketersedian benih

varietas unggul. Upaya untuk mencapai produksi yang tinggi adalah melalui

teknik budidaya tananlan dengan penggunaan benih bermutu. Pemangkasan pada

tanaman pepaya rnerupaltan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi buah

pepaya. Produktivitas dan potensi panen buah pepaya dari cabang primer dan

sekunder serta tersier dari hasil pemangkasan pohon tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata (Sudaryati 2006).

Pengaruh pemangkasan pepaya untuk meningkatkan produksi benih

belum pernah dilakukan. Diharapkan pemangkasan yang bertujuan untuk

menghasilkan percabangan dapat meningkatkan produksi benih dan tetap

mempertahankan nlutu benih yang dihasilkan. Penggunaan benih bermutu tinggi

(17)

benih. Produksi benih bermutu diperoleh dari teknik budidaya yang tepat d m

penggunaan sumber benih yang baik.

Cara lain untuk memperoleh benih pepaya be~mutu adalah dengan

melakukan pemilahan berdasarkan letak benih dalam buah. Diduga letak benih

rnempengaruhi vigor benih yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada varietas pepaya Cibinong dan Dampit benih yang berasal dari bagian tengah

cenderung memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang

berasal dari bagian ujung maupun pangkal buah (Maisyaroh dan Suwarno 1988).

Selanjutnya dilaporkan Sulistyowati (2004) bahwa benih yang berasal dari bagian

ujung buah pepaya memiliki viabilitas yang lebih baik.

Penelitian tentang pengaruh pemangkasan pohon pepaya untuk

meningkatkan produksi dan mutu benih perlu dilakukan. Begitu juga dengan

bubungan pemangkasan pohon dan letak benih dalam buah terhadap mutu benih

khususnya pada tanaman pepaya.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui pengaruh pemangkasan

pohon dan letak benih dalam buah terhadap mutu benih pepaya, (2) mengetabui

pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda terhadap produksi dan mutu benib

pepaya.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) peningkatan jumlah cabang pada pohon pepaya dapat meningkatkan produksi

dan mutu benih pepaya dan (2) benih yang berasal dari buah pada cabang primer

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah berupa herba

dari kelas Dicofyledonae, Ordo Caricales, familia Caricaceae, dan genus

Caricn Tanaman pepaya merupakan tanaman yang beraneka ragam tipe

(Wills et al. 1990). El Moussaoui el al. (2001) melaporkan bahwa buah pepaya

biasanya dikonsumsi sebagai buah segar juga dapat diolah menjadi berbagai

bentuk makanan dan minuman yang diminati oleh pasar domestik dan

mancanegara. Olahan pure, pasta pepaya, sari buah pepaya, manisan kering dan

manisan basah, serta saus, obat tradisional, pakan ternak, industri penyamakan

kulit, bahan untuk kosmetik dan sebagainya. Menurut Nakasone dan Paul1 (1998)

biji pepaya dapat diolah menjadi minyak dan tepung. Minyak biji pepaya yang

berwama kuning, mengandung asam oleat (71,60%), asam palmitat (15,13%),

asam linoleat (7,68%), asam stearat (3,60%), dan asam lemak lainnya dalam

persentase yang kecil.

Buah pepaya sangat berair dan mengandung vitamin A dan C, serta

mengandung 4-10% gula. Kandungan gizi dalam buah serta daun pepaya adalah

sebagai berikut: Protein 0.50 g, karbohidrat 12.20 g, kalsium 23.00 g, fosfor 12.00

g, zat besi 1.70 g, vitamin A 365 .OO ST, vitamin B1 0.04 mg, vitamin C 78.00 mg,

air 87.70 g, kalori 46.00 kkal (Verheij dan Coronel 1997).

Pepaya termasuk tanaman tropis yang sangat peka terhadap suhu dingin,

suhu optimum untuk pertumbuhan dan produksi antara 21-33 OC dan curah hujan

minimum 100 mmlbulan akan mendorong pertumbuhan dengan baik tanpa

.

tambahan penyiraman. Pepaya dapat tumbuh pada tipe tanah yang bervariasi,

namuu dengan drainase yang baik (Elder et al. 2000).

Pembentukan Bunga dan Benih

Tanaman pepaya dikenal memiliki dua tipe pohon yaitu pohon bertipe

dioecious dan gynodioecious. Tanaman pepaya tipe dioecious memiliki bunga

(19)

bunga jantan dan betina berada pada satu tanaman atau disebut juga sebagai

hermaprodit (biseksual), tetapi umunlnya tanaman dioecious yang akan

menghasilkan buah. Tipe yang dioecious direkomendasikan untuk dikembangkan,

karena tipe ini dapat berproduksi tinggi. Jenis pepaya dapat dibedakan sampai

pada fase generatif yaitu pada saat munculnya bunga, hanya bunga betina dan

bunga hermaprodit saja yang dapat memproduksi buah dan akan dipanen setelah

sembilan sampai dua belas bulan setelah tanam (Drew ef aal. 1998; OECD 2003).

Bunga pepaya umumnya muncul dalam ketiak daun, bunga betina

memiliki panjang 33-5 cm dan kelopaknya berbentuk cawan panjangnya 3-4 mm,

daun mahkota tersusun lima yang saling lepas dan berbentuk lanset serta melilit

serla tebal, buah berbentuk bulat sampai lonjong memiliki rongga tengah yang

berisi calon biji, kepala putiknya lima berbentuk kipas dan bertangkai serta terdiri

dari lima karpel. Bunga hermaprodit berkelompok biasanya bertangkai pendek,

daun mahkota menyatu dan berbenang sari 10 utas yang tersusun dalam dua seri,

bakal buah memanjang dan kesepuluh benang sari tersusun melingkar pada bakal

buah. Lima buah benang sari bertangkai pendek dan lainnya bertangkai panjang

(Khan et al. 2002; Kalie 2005).

Pada tanaman pepaya terjadi penyerbukan silang, penyerbukan sendiri dan

secara partenokarpi (pembentukan buah tanpa melalui fertilisasi) tergantung pada

tipe tanaman tersebut (Louw 2000). Rodrigues-Pastor el al. (1990) melaporkan

bahwa saat penyerbukan silang pada pepaya Sunrise Solo dan Kapoho Solo

akan menghasilkan 90-94,7% buah. Buah yang terbentuk berasal dari bunga

hermaprodit. Bentuk buah pepaya tergantung varietas dan jenis pohon (betina atau

hermaprodit). Bentuk buah dari pohon betina adalah sperikal dan hermaprodit

menunjukkan bermacam-macam bentuk tergantung pada modifikasi faktor yang

mempengaruhi morfologi bunga selama penyerbukan. Ukuran buah 0,255 kg

sampai 6,8 kg dengan ketebalan daging buah 1,O-1,5 cm tergantung varietas.

Karpel buah normal terdiri dari lima, sebagai pusat rongga yang berisi biji.

Buah merupakan hasil perkembangan bakal buah yang berfungsi sebagai

tempat berkembangnya bakal biji. Buah berfungsi untuk melindungi benih dan

membantu penyebarannya serta terkadang merupakan faktor yang menentukan

(20)

Pembungaan merupakan peristiwa-perisliwa reprodukiif yang terjadi pada

tanaman dan diikuti dengan penyerbukan untuk menghasilkan buah dan biji,

melalui sejumlah proses adaptasi, termasuk adaptasi terhadap suhu rendah seperti

vernalisasi dan kepekaan terhadap panjang hari dan intensitas cahaya matahari

yang diterima oleh tanaman. Proses pembungaan tanaman dibagi menjadi empat

stadia yaitu: (1) induksi bunga, inisiasi, atau evokasi, (2) defferensiasi bunga,

(3) pendewasaan bagian-bagian bunga, dan (4) antesis. Pada stadia induksi terjadi,

apeks vegetatif diselubungi oleh suatu selaput bunga, terbentuknya kubah

apikal merupakan indikasi bahwa tunas berubah dari vegetatif ke reproduktif

(Ryugo 1988).

Keberhasilan tanaman bertransisi ke fase reproduktif tergantung atas

kemampuan tanaman menginduksi bunga (Koshita et al. 1999). Induksi

pembungaan menurut Krajawski dan Rabe (1995) merupakan suatu proses dimana

terjadi rangsangan dari luar menuju ke titik tumbuh (shoot apex) dan ha1 tersebut

yang menginduksi terjadinya inisiasi bunga. Pada prinsipnya terdapat tiga konsep

pokok tentang induksi pembungaan: (1) adanya l~ormon pembungaan (florigen)

atau stimulus pembungaan pada daun yang mengalilkan pertumbuhan vegetatif ke

pertumbuhan reproduktif, (2) adanya kondisi nutrisi optimum bersamaan dengan

perubahan di dalam apeks, (3) terjadi perubahan pada apeks yang mengubah dan

mengkonversi nutrisi sehingga terjadi induksi pembungaan. Induksi pembungaan

berkaitan dengan hubungan karbohidrat dan nitrogen atau nisbah C/N pada

tanaman. Jika nisbah C/N lebih tinggi maka tanaman menginduksi bunga.

Sebaliknya jika nisbah C/N rendah maka tanaman dipacu lebih kearah

pertumbuhan vegetatif (Hampel et al. 2000).

Proses pembentukan bunga sangat menentukan dalam produksi benih,

karena kapasitas pada suatu tanaman akan menentukan banyaknya buah maupun

benih yang terbentuk. Dalam buah pepaya terdapat banyak benih yang

menunjukkan bahwa dalanl bakal buah terdapat banyak ovul-ovul yang harus

dibualli. Klein et al. (2003) melaporkan bahwa produksi benih tergantung pada

jumlah serbuk sari yang dihasilkan oleh tanaman tersebut dan faktor-faktor yang

dapat mendukung terjadinya proses penyerbukan. Jahns el a1.(1997) mengatakan

(21)

posisi dan letak bunga, waktu berbunga, kemampuan putik menerima serbuk sari

dan turunnya serbuk sari ke kepala putik.

Fotosintesis berperan penting dalam pembungaan karena berhubungan

dengan kandungan karbohidrat yang dibutulkan sebagai sumber energi bagi

induksi pembungaan, differensiasi dan inisiasi bunga. Peranan penting fotosintesis

antara lain dalam penyediaan ATP dan kerangka karbon dalam lintasan respirasi.

Meningkatnya kebntuhan fotosjntat selama inisiasi dan perkembangan bunga

menyebabkan meningkatnya laju fotosintesis dam-daun pada pohon yang

mendukung perkembangan bunga tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan

kekuatan sink (sink s ~ e n g t h ) dengan adanya organ reproduksi pada bagian pohon

iersebut (Shivashankara dan Mathai 1999).

Pembentukan benih pada tanaman pepaya tergantung pada proses

reproduksi seksual yang terjadi di dalam bunga. Jadi benih berkembang dari

bunga, tetapi tidak setiap bunga berkembang menjadi buah dan benih yang

matang. Menurut Mugnisjah dan Setiawan (1990) bahwa perkembangan struktur

reproduksi tanaman dalam pembentukan benih melalui tahap berikut:

(a) pembentukan benang sari dan putik dalanl kuncup bunga, (b) pembukaan

bunga, menandakan organ reproduksi telah matang secara seksual,

(c) penyerbukan, yang terdiri dari pemindahan serbuk sari dari benang sari ke

kepala putik, perkecambaban serbuk sari dan pembentukan tabung sari,

(d) pembuahan sel telur dan inti kutub oleh inti spenna dari tabung serbuk sari,

(e) pertumbuhan telur yang teIah dibuahi dan differensiasi menjadi embrio dan

selaput benih,

(q

pemasakan benih yang ditandai dengan akumulasi cadangan

makanan ke dalam benih.

Perkembangan kuncup menjadi bunga dan bakal benih sangat tergantung

dari pasokan air, hara mineral, dan cahaya. Untuk itu selalu ada kompetisi antar

organ pada tanaman. Jika terdapat keterbatasan faktor-faktor tadi, maka tanaman

akan mengugurkan sebagian dari bagian organnya untuk menjaga keseimbangan

pertumbuhannya. Menurut Weber el al. (1998) bahwa akumulasi pati, protein dan

lemak dalam benih tergantung pada spesies tanaman. Produk yang disintesis di

dalam organ penyimpanan umumnya berdasarkan pada sukrosa dan asam amino

(22)

Sumber dan translokasi asimilat yang dipasok bagi benih yang

berkembang pada suatu tanaman, pasokan karbohidrat seperti gula, pati, dan

polisakarida lain mencapai konsentrasi maksimum dalam bagian-bagian vegetatif

tanaman induk pada waktu bunga antesis dan setelah itu konsentrasinya mulai

menurun. Sebagian besar karbohidrat yang disimpan ini akan ditranslokasikan

ke dalam benih yang sedang tumbuh dan berkembang (Mugnisjah dan

Setiawan 1990).

Pemangkasan Pohon dan Produksi Benih Bermutu

Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang bertujuan untuk

pembentukan tajuk tananlan yang efektif dan efisien dalam memproduksi buah.

Hal ini merupakan upaya idealisasi tajuk secara agronomis. Pemangkasan

bertujuan untuk menghentikan pengangkutan fotosintesis ke mahkota bunga atau

kuncup tunas sehingga hasil fotosintesis dapat terakumulasi sehingga diperoleh

produksi buah dan benih yang bermutu tinggi. Selain itu pemangkasan juga dapat

meningkatkan jurnlah tunas; mengatur bentuk tanaman, meningkatkan jumlah

bunga, dan mengatur waktu pembungaan, inengurangi kerusakan yang disebabkan

oleh angin (Widodo 1995).

Pemangkasan pohon pepaya dilakukan pada batang atas dengan

ketinggian 10-15 cm dari permukaan tanah. Menurut hasil penelitian Vicente-

Chandler et al. dnlam Napitupulu (1980) pada tanaman kudzu pemangkasan pada

posisi yang lebih tinggi akan meningkatkan bahan kering total dan kadar protein

pada bagian batang dibandingkan di posisi lebih rendah selain itu pemangkasan

pada posisi lebih tinggi tidak akan mengganggu ketersediaan makanan pada akar

dan perkembangan akar pada tanaman.

Menurut Harjadi (1989) beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum

pemangkasan adalah (1) waktu saat tunas berdeferensiasi dalam kaitannya dengan

pembungaan; (2) umur batang yang menghasilkan tunas yang paling banyak tunas

dengan lnutu yang paling bagus. Pohon yang di bentuk dan dipangkas dengan

sempuma akan sehat, berbunga dan berbuah serentak dan meughasilkan

buab yang bermuh~ dan memudahkan pemeliharaan pohon. Selanjutnya

Purwanto (2000) inengatakan bahwa pemangkasan yang tepat perlu dilakukan

(23)

Pemangkasan yang tepat berarti hasil bersih fotosintesis yang diperoleh

maksimum dan efisiensi yang tinggi dalam pembagian asimilat. Melalui

percabangan diperoleh hasil produksi buah yang banyak meskipun ukurannya

nlenjadi lebih kecil.

Menurut Warisno (2003) bahwa pemangkasan tauaman pepaya sebaiknya

dilakukan saat musim kemarau dan dengan cara sebagai berikut: (a) batang

pepaya yang sudah tua dipotong dengan menggunakan gergaji atau sabit tajam

beberapa centimeter di atas permukaan tanah; (b) lubang di dalam batang bekas

dipotong harus ditutup dengan plastik; (c) bersamaan dengan pemotongan

dilakukan juga pemupukan tanaman; (d) setelah kurang lebih 15 hari akan muncul

tunas-tunas baru. Dipilih tunas baru yang sehat dan kuat, yang tumbuh pada

batang pohon dengan arah yang berlawanan. Tunas lain selain yang tidak dipilih

sebaiknya dibuang; (e) tunas baru yang dipilih dipelihara dan akan menghasilkan

buah pepaya lagi setelah enam sampai tujuh bulan setelah pemotongan.

Pemangkasan pada tanaman pepaya akan membentuk cabang-cabang, dan

cabang-tersebut tersebut aka11 menghasilkan jurnlah daun yang banyak

dibandingkan dengan tanaman yang tidak dipangkas. Hal ini akan mempengaruhi

produksi asimilat yang dihasilkan oleh daun dari hasil fotosintesis. Hasil

fotosintesis yang tersedia untuk pertumbuhan dan beberapa metabolisme dalam

buah dan benih, sangat tergantung pada nisbah luas daun per jumlah buah dan

aktivitas daun. Peningkatan ketersediaan asimilat akan meningkatkan akumulasi

fraksi karbobidrat tertentu di seluruh sistem, seperti pati di daun dan bahan kering

di dalam buah dan biji (Harjadi 1989; French 1999). FIubungan pemangkasan

pohon pepaya dengan produksi buah dilaporkan oleh Sudaryati (2006) bahwa

produktivitas dan potensi panen pada pollon yang dipangkas maupun lid&

dipangkas tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Berbagai Indikasi Fisiologi dan Biokimiawi Vigor Benih

Vigor benih merupakan sifat benih yang inengindikasikan peitumbul~an

dan perkernbangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi

lapang yang beragam. Lot benih mempunyai vigor yang tinggi akan mampu

(24)

(Perry 1973; Ching 1973; Sadjad 1983; Sutopo 2002). Vigor benih menurut

AOSA (2001) adalah suatu indikator yang dapat menunjukkan bagaimana benih

tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor merupakan gabungan antara

umur benih, ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui

kondisi fisiologisnya, yaitu pengujian stress atau melalui analisis biokimia.

Selanjutnya menurut ISTA (2006) adalah sekumpulan sifat yang dimiliki

benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan performa benih atau

lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Performa tersebut

adalah (1) proses dan reaksi biokimia selama perkecambahan seperti reaksi enzim

dan aktivitas respirasi, (2) rata-rata dan keseragaman perkecambahan benih dan

pertumbuhan kecambah, (3) rata-rata dan keseragaman munculnya kecambah dan

pertumbuhannya di lapang dan (4) kemampuan rnunculnya kecambah pada

kondisi lingkungan yang sub optimum.

Penggunaan benih bervigor tinggi dari varietas unggul merupakan

persyaratan yang harus dipenuhi karena dengan benih bervigor tinggi akan

mampu tumbuh pada kondisi lahan yang suboptimum dan menghasilkan produksi

yang tinggi. Status benih yang bervigor tinggi sangat ditentukan oleh komposisi

kimiawi benih (Copeland 1976). Menurut Heydecker (1972) ciri benih bervigor

tinggi sebagai berikut: (1) tahan simpan, (2) berkecambah cepat, (3) bebas dari

penyakit terbawa benih, (4) tahan terhadap gangguan berbagai mikroorganismne,

(5) bibit tumbuh kuat baik ditanah basah maupun tanah kering, (6) bibit dapat

memanfaatkan bahan makanan dalam benih semaksimal mungkin,

(7) menghasilkan tanaman yang berproduksi tinggi dalam waktu tertentu.

Ching (1973) menyatakan bahwa vigor benih ditinjau dari beberapa aspek:

(1) efisiensi kepulihan dan reaktivasi keseluruhan sistem pada benih, semakin

kompeten awal pembentukan sistem-sistem dari membran, enzim, protein, asam

nukleat dan organel-organel sel maka semakin tinggi vigor benih; (2) sintesis yang

cepat dan cukup bagi enzim-enzirn dan organel untuk degradasi cadangan

makanan dalam nlensuplai substrat untuk pertumbuhan bibit; (3) kecepatan

penyampaian informasi genetik dalam transkripsi dan translasi mRNA untuk

enzim-enzim anabolik dan protein struktural tRNA untuk sintesis protein dari

(25)

(4) adanya lingkungan mikro biosintesis yang optimum khusus substrat, energi,

koenzim, kofaktor, aktifator, pH, air, suhu, dan oksigen.

Komposisi kimiawi benih yang merupakan salah satu indikator vigor

benih adalah kandungan unsur hara makro yaitu: N, P dan K. Unsur N dalam

tanaman berperan sebagai penyusun setiap sel hidup enzim, asam amino, protein

dan klorofil. Unsur nitrogen banyak dijumpai pada jaringan muda dan

terakumulasi dalarn daun dan benih. Dilaporkan oleh Novizan (2001) bahwa unsur

nitrogen dibutuhkan tanaman untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil,

asam nukleat dan enzim. Karena itu nitrogen biasanya dibutuhkan dalam jumlah

yang relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada

perturnbuhan vegetatif. Schenk (1996) mengatakan nitrogen diserap tanaman

dalam bentuk NO? dan N H ~ . Kebutuhan tanaman akan nitrogen diambil dalam

bentuk N03.. Pengambilan ion oleh akar sangat tergantung pada proses

metabolisme, sedangkan laju pengangkutannya tergantung pada permukaan akar

tanaman tersebut.

Setelah nitrat diserap oleh tanaman umumnya tidak langsung digunakan

dalam proses sintesis asam amino. Bentuk nitrat harus diubah dalam bentuk

ammonium oleh enzim nitrat reduktase dan nitrit reduktase. Reduksi nitrat dapat

terjadi diakar dan tajuk tanaman (Dubey dan Pessakli 1995). Nitrat sangat

berpengaruh pada perkembangan tanaman dipengaruhi oleh waktu dan cara

pemupukan, kombinasi efek osmotik pada pengambilan air dan hara dan sintesis

protein (Mclntyre 1997).

Salah satu unsur hara makro lain yang berperan dalam vigor benih adalah

unsur fosfor (P). Peranan P sangat penting bagi pertumbuhan tanaman mulai dari

awal perkecambahail sampai tumbuh dan berkembang menghasilkan benih lagi.

IJnsur P dalam benih sebagai cadangan makanan dalam benih yang biasanya

disimpan dalam bentuk P fitin sebagai bentuk utama P total dalam benih yang

sangat menentukan status vigor benih karena senyawa ini berfungsi sebagai

cadangan fosfor sebagai penghasil energi bersama dengan unsur N saat benih

mengalami fase perkecambahan ( Sadjad 1983; Raboy 2000).

Kandungan P yang tinggi dalam benih akan mempengaruhi viabilitas dan

(26)

perkembangan dan pemasakan benih. Pemupukan P juga dapat meningkatkan

produksi dan mutu benih. Senyawa P total benih sebagian besar dalam bentuk

senyawa fitin, sedangkan sisanya dalam bentuk P anorganik, fosfolipida,

fosfoprotein dan asam nukleat (Bewley dan Black 1985; Suwarno 1991;

Wilcox et al. 2000).

on O W

I

.a-p- 0-J-O. 0.

I

-*

a

&

o+J-o.

A.

O H I

Gambar 1 Strzrktur Molekul Asarn Fitat (rnyo-Ir~ositol-1,2,3,4,5,6-

hemphosphate (Sunlber: Wikzpedia Encyclbpedia, 2006)

Senyawa P dalam benih sebagian besar dalam bentuk organik, sedangkan

dalam bentuk anorganik dalam jumlah sedikit. Senyawa P disimpan dalam

bentuk fitin yaitu dalam bentuk garam (Ca, Mg) dari asam fitat (myo-inositol

heksafosfat). Fitin dalam benih biasanya disimpan dalam bentuk kristal globoid

protein. Dalam benih kedelai konvensional mengandung 4,3 g/kg fitin dan

0,7g/kg P anorganik. Unsur P dalam benih merupakan salah satu indikator

biokimia vigor benih dan unsur P diperlukan untuk biosintesis makromolekular,

antara lain fosfolipid, gula fosfat, nukleotida dan koenzim. Asam fitat

merupakan sumber P bagi proses metabolisme selama perkecambahan (Mayer dan

Mayber 1982; Suwarno 1995; Wilcox et al. 2000).

Fitin sebagai bentuk utama P total dalam benih sangat menentukan status

vigor benih dan bei-fungsi sebagai cadangan fosfor yang berperan untuk

menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Kandungan fitin

yang lebih tinggi akan mempengaruhi vigor benih, sehingga mampu turnbuh dan

berkembang pada kondisi lingkungan yang optimum maupun suboptimum. Benih

yang bewigor tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan perkembangan

akar yang cepat sehingga menghasilkan tanaman yang mampu tumbuh dalam

berbagai kondisi lingkungan tumbuh dan akan menghasilkan produksi yang tinggi

(27)

Menurut Willams dalanz Widajati (1999) menyatakan bahwa akuinulasi

asam fitat selama perkembangan benih sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan tumbuh tanaman induk. Pada kondisi cekaman kecepatan akurnulasi

~naksilnum asam fitat pada aleuron benih gandum terjadi pada hari ke-23,

sedangkan pada kondisi normal terjadi pada hari ke-28. Dilanjutkan oleh

Duff et al. (1989) bahwa fungsi dari P dalam benih antara lain: (1) pembelahan

sel; (2) pembentukan lemak dan albumin; (3) pembentukan bunga; (4) buah dan

biji; (5) mempercepat kematangan biji; (6) perkenlbangan akar; (7) peningkatan

ketahanan terl~adap penyakit. Sedangkan senyawa fitin menurut Copeland (1976)

berfungsi sebagai cadangan fosfor dan untuk pemeliharaan energi dalam benih,

sebab dapat bergabung dengan nukleutida ADP menjadi ATP.

Biosintesis fitin dalam benih jagung dilaporkan oleh Djamaluddin, (1986)

terjadi selama periode reproduktif, yaitu pada minggu kedua sainpai keempat

sesudah polinasi, sedangkan aka11 meningkat kembali pada saat terjadi kemasakan

benih. Menurut Murniati (1990) bahwa fosfor dapat inembantu pembentukan biji,

mempercepat kematangan biji serta membantu pengangkutan asimilat dari bagian

lain ke biji sehingga menjadi padat dan berisi.

Menurut Pollock dan Ross (1972) Kandungan fitin yang lebih tinggi akan

mempengaruhi vigor benih, sehingga rnampu turnbull dan berkembang pada

kondisi lingkungan yang optimuin mauptln suboptimum. Dilanjutkan ole11

Sadjad (1983) Bahwa benih yang kandungan fitin rendah akan memiliki vigor

yang rendah pula, benih yang bewigor tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat

dengan perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan tanaman yang

inantap dalam berbagai kondisi lingkungan tumbuh dan menghasilkan produksi

yang tinggi.

Menurut Maschener (1995) unsur K diperlukan untuk pembentukan

bunga, mengatur respirasi, transpirasi, dan translokasi nitrogen dan fosfat. Jensen,

Andersen dan Losch (1992) menyatakan bahwa pengaruh penggunaan K adalah

untuk meningkatkan konsentrasi kadar air daun dan ~nenurunkan potensial

osmotik, karena fungsi utama K adalah mengatur potensial osmotik. Dala~n

perkecambahan, benih akan melakukan proses respirasi untuk menghasilkan ATP

(28)

Menurut Ahnadi et al. (1994) bahwa kekurangan K akan menghambat

proses fotosintesis, metabolisme dan translokasi karbohidrat dari daun ke biji,

akibatnya produksi bahan kering menurun serta menyebabkan terjadinya penyakit

fisiologi, kehamnpaan biji tinggi.

Untuk mendapatkan produksi benih dengan vigor tinggi harus

mengupayakan faktor lingkungan tumbuh tanaman harus n~enunjang antara lain:

(1) kondisi yang m e m p e n g d u pembentukan bunga dan biji; (2) iklim; (3)

kesuburan tanall dan (4) bahan kimia untuk proteksi, tolok ukur yang digunakan

menilai vigor benih lnasih memerlukan perhatian seksatna untuk menentukan

vigor benih. Benih bewigor tinggi selain tahan bersaing dalam pertumbuhan juga

dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit karena kemarnpuan turnbuhnya

yang tinggi. Dengan demikian laju tumnb~th bibit lebih cepat pada keadaan lapang

(29)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan awal bulan Oktober 2006 sampai

Juni 2007. Percobaan lapang dilakukan di kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-

Buahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor, Pasir Kuda Ciomas, Bogor.

Lokasi kebun terletak pada ketinggian 250 m di atas pemukaan laut (dpl) dengan

curah hujan sebesar 300 rnm per bulan dengan kelembaban relatif 82,6%.

Analisis pengujian mutu benih &an dilakukan di Laboratorium Teknologi

Benih Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan pengujian

N,

P, K total

dilakukan di Laboratoriuin Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Faperta IPB,

sedangkan analisis P Fitin dilakukan di Laboratorium Biokimia Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Cimanggu Bogor.

Bahan dan Aiat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dan benih dari buah

pepaya genotipe IPB-2, yang berasal dari kebun percobaan Pasir Kuda Ciomas-

Bogor melalui PKBT (Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika) Institut Pertanian

Bogor. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea, KC1, SP-36 sebagai pupuk

dasar dan pupuk susulan, pasir, KN03 15%.

Alat yang digunakan untuk uji viabilitas dan vigor benih di green house

adalah: kipas angin, box perkecambahan, dalam analisis laboratorium untuk

kandungan unsur N, P,

K

dan P fitin alat yang digunakan adalah tanur listrik, neraca anlitik, oven, Spektrofotometri UV-VIS, dan alat HPLC.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu :

Percobaan 1 : Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih dalam Buah terhadap Kualitas Benih Pepaya (Carica papaya L.)

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan pohon

dan letak benih dalam buah terhadap mutu benih pepaya. Percobaan ini

(30)

dua faktor. Faktor I yaitu pemangkasan pohon (P) yang terdiri dari dua taraf yaitu:

pohon tidak dipangkas (PI) dan pohon dipangkas (PI); dan faktor 11 adalah letak

benih pepaya (A) terdiri dari tiga taraf yaitu benih dari pangkal buah (Al),

Tengah (A& ujung buah (A3), selungga dalam percobaan ini diperoleh enam

koinbinasi perlakuan, untuk setiap kombinasi perlakuan diulang empat kali.

Sehingga diperoleh 24 satuan percobaan serta setiap satuan percobaan digunakan

25 butir benih pepaya. Jumlah benih pepaya yang dibutuhkan adalah sebanyak

600 butir benih untuk setiap peubah pengamatan. Peubah yang diamati: jumlah

benih per buah, bobot 1000 butir, analisis kandungan N, P, K, daya berkecambah,

potensi turnbuh maksimum, kecepatan tumbuh, indeks vigor dan Tso. Untuk

mengetahui adanya pengaruh perlakuan yang dilakukan terhadap peubah respon

yang diamati dilakukan analisis ragam (uji-F). Persamaan model linier yang

digunakan yaitu:

Y - ~k = p

+

a i

+

p,

+

(apij)

+

pk

+

eijk

Keterangan:

Yijk = Pengamatan pada perlakuan ke-i, perlakuan ke- j dan kelompok ke-k

F

= Rataan umum

a i = Pengaruh perlakuan ke-i

13,

= Pengaruh perlakuan ke-j

(ap)ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j pk = Pengaruh ulangan ke-k

eijk = Galat perlakuan ke-i, dan Perlakuan ke-j dan kelompok ke-k

Data hasil pengunatan dianalisis secara statistik menggunakan analisis

ragam (ANOVA) jika diantara perlakuan ada yang berpengaruh nyata, maka

dilakukan analisis lanjutan dengan DMRT (Duncan's Multiple Range Test) pada

taraf nyata 5% (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Percobaan 11: Pengaruh Letak Buah pada cabang yang berbeda terhadap

prodnksi dan kualitas Benih Pepaya

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak buah pada

(31)

inenggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yang terdiri dari

satu perlakuan dengan enam taraf yaitu: Letak buah pada pohon tunggal (PI), letak

buah pada cabang primer pada pohon dua cabang (P2), letak buah pada cabang

sekunder pada pohon dua cabang (P3), letak buah pada cabang primer pada pohon

tiga cabang (P4), letak buah pada cabang sekunder pada pohon tiga cabang (P5)

dan letak buah pada cabang tersier pada pohon tiga cabang (P6).

Cara untuk menentukan cabang primer, sek~mder dan tersier untuk setiap

perlakuan berdasarkan letak tunas atau cabang terhadap mata pangkasan, bahwa

cabang yang letaknya paling dekat dengan titik pangkasan dinamakan cabang

primer, cabang sekunder yaitu cabang yang letaknya di bawah cabang primer dan

[image:31.539.71.468.57.647.2]

sedangkan cabang tersier adalah cabang yang letaknya di bawah cabang tersier.

Gambar 2 Pohon pepaya tidak bercabang, bercabang dua dan tiga

Dengan demikian dapat diperoleh 6 perlakuan. Setiap perlakuan diulang

sebanyak tiga kali. Sehingga diperoleh 18 satuan percobaan untuk setiap peubah.

Jumlah benib yang dipakai dalam persatuan percobaan 25 butir benih. Adapun

jumlah benih pepaya yang dibutuhkan adalah sebanyak 450 butir benih untuk

setiap peubah pengamatan. Peubah yang diamati adalah jumlah benih per buah,

bobot 1000 butir, analisis kandungan P fitin, daya berkecambah (DB), potensi

tumbuh maksimuin (PTM), kecepatan tumbuh KC^), indeks vigor (IV) dan

waktu yang diperlukail untuk mencapai total kecambah normal (Tso).

Untuk produksi benih peubah yang diamati jumlah bunga hermaprodit,

buah berpotensi panen, fruit sel, seed set, jumlah benih per buah. Untuk

(32)

yang diamati dilakukan aualisis ragam (uji-F). Persamaan model linier yang

digunakan yaitu :

Y - = p 11

+

r i

+

pi

+

E~~

Dimana :

yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i, dan kelompok ke- j

i* = Rataan umum

T i = Pengaruh perlakuan ke-i

fij

= Pengaruh kelompok ke-j

Sij = Galat perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan analisis

ragam (ANOVA) jika diantara perlakuan ada yang berpengaruh nyata, maka

dilakukan analisis lanjutan dengan metode kontras ortogonal pada taraf nyata 5%

(Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Pelaksanaan Penelitian

Sebagian dari tahapan percobaan ini untuk materi penelitiau telah

dilaksanakan sejak bulan Juli 2005, adapun kegiatan selama persemaian benih

sampai panen antara lain: benih pepaya disemai terlebih dahulu, kemudian setelah

bibit berumur 40 hari baiu dipindahkan ke lahan d m setiap lubang tanam

ditanami 2 bibit dengan jarak tanam 2,50

x

2,50 m. Satu minggu setelah

pembuatan lubang tanam, diberi pupuk dasar yang terdiri dari 20 kg pupuk

kandang, 20 g pupuk urea, 25 g pupuk KC1 dan 350 g pupuk SP36. Pemupukan

selanjutnya dilakukan setiap tiga bulan sekali yaitu pada tanggal 01 Oktober 2005,

01 Januari 2006 dan 01 Mei 2006 serta 04 Juli 2006. Pemangkasan batang pepaya

dilakukan setelah bibit tanaman berumur 3-4 bulan setelah tanam dengan

ketinggian 30 cm di atas permukaan tanah. Sesuai dengan perlakuan sebelumnya,

15 hari setelah pemangkasan akan muncul tunas-tunas baru dan pada saat tunas

baru berdaun 3- 4 helai baru dipelihara beberapa tunas sesuai dengan perlakuan.

Untuk tanaman yang bercabang dua dipilih tanaman yang cabangnya tegak dan

kuat serta sehat dengan arah tumbuh kearah yang berhadapan, sedangkan tanaman

yang bercabang tiga dipilih tanaman yang cabangnya tidak sating berlekatan satu

(33)

Pemeliharaan dilakukan dengan penjarangan tanaman penyiangan gulma,

pengairan, pemberantasan hama dan penyakit serta pemupukan susulan dan

penyimbunan tanah disekitar batang populasi tanaman sampel sehingga sampai

tanaman berproduksi dan kelihatannya pemangkasan dilakukan diatas permukaan

tanah. I-Ial ini dikarenakan seiring dengan ritme pertumbuhan tanaman batang

bawah semakin lama semakin besar ukurannya. Penjarangan tanaman dilakukan

setelah muncul bunga. Pemupukan dilakuan dengan meningkatkan dosis pupuk

pada tiap tahapan pemupukan.

Percobaan I

Pada percobaan ini buah pepaya yang telah 70-80% masak fisiologis

dipanen dengan rata-rata waktu panen 1-12 hari dan buah yang berasal dari nomor

cabang dengan perlakuan yang sama dikumpulkan menjadi satu. Buah diperam

satu malam untuk menghilangkan getahnya, kemudian buah dibelah menjadi dua

bagian dan pisahkan bagian yang tidak ada benih. Bagian yang ada benih dipotong

dengan ukuran 33,33% pangkal dan 33,33% bagian tengah, serta 33,33% bagian

ujung dipisahkan.

Gambar 3 Metode pemilahan benih berdasarkan letak benih dalam buah

Benih yang terdapat di masing-masing bagian dikumpulkan dan

dibiarkan semalam kemudian diekstraksi dengan abu gosok untuk menghilangkan

lapisan sarkotesta yang menyelimuti benih. Selanjutnya pengeringan sampai kadar

air *12% dengan metode pengeringan buatan sela~na 3-4 jam dengan kipas angin

(34)

ruang terbuka selama satu malam untuk menstabilkan kadar air benih, setelah itu

ditetesi air 5 tetes lalu dibiarkan berimbibisi secara perlahan selama 2 jam,

selanjutnya direndam dengan larutan KN03 15% selama 2 jam untuk mematahkan

dormansi pada benih pepaya sebelum benih dikecambahkan (Melvin et al. 2004 ).

Benih siap dikecambahkan dengan menggunakan media perkecambahan pasir

steril dan setiap kombinasi perlakuan diulang dua kali (duplo) untuk masing-

masing ulangan. Sedangkan untuk analisis NPK dalam benih dapat dilihat pada

lampiran 2.

Percobaan I1

Pada percobaan ini buah pepaya yang berasal dari setiap cabang yang

sama dikumpulkan menjadi satu dan buah dibelah menjadi dua bagian, kemudian

setiap belahan dibagi tiga bagian dengan ukuran 25% bagian pangkal, 50% bagian

tengah buah dan 25% bagian ujung. Ekstraksi benih sama seperti pada

percobaan I. Benih yang sudah siap dikecambahkan dengan menggunakan media

perkecambahan pasir dan setiap kombinasi perlakuan diulang dua kali untuk

masing-masing ulangau. Sedangkan untuk analisis P fitin dalam benih dapat

dilihat pada lampiran 1.

Untuk tujuan pengamatan terhadap peubah fruit set dan seed set,

pengamatan dilakukan dilapang pada pohon yang telah diberi label sebagai

tanaman sampel dan dengan intensitas pengamatan 15 hari sekali, mulai tanggal

10 Januari-13 Maret 2007, terhadap jumlah bunga hermaprodit dan jumlah bunga

jantan yang telah mekar. Sedangkan untuk pengamatan seed set dilakukan dengan

memanen bunga hermaprodit yang telal~ mekar untuk menghitung jumlah ovul

yang terbentuk di dalam ovarium menggi~nakan kaca pembesar.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap mutu benih pepaya yang dihasilkan.

Untuk produksi dan mutu benih, diamati berupa beberapa peubah produksi dan

viabilitas potensial dan vigor kekuatan tumbuh benih yang nleliputi beberapa

(35)

1. Jumlah BenihIBuah

Jurnlah benih per buah dapat dihitung berdasarkan banyaknya benih yang

dapat dihasilkan dalatn setiap buah yang diamati, setelah dilakukan ekstraksi

untuk menghilai~gkan lapisall sarkotesta yang menyelimuti kulit benih

pepaya..

2. Fruit Set rlnn Seed Set ')

Pengamatan untukfiuit set dilakukan pada masing-masing tiga pohon sampel

untuk setiap perlakuan dengan rnenghitung senlua bugs hermaprodit yang

terbentuk pada masing-masing cabang dan bunga yang telah mekar. Frekuensi

pengamatan 15 hari sekali, selanla awal bulan Januari sampai dengan akhir

bulan Maret 2007. Cara menentukan ,fiuit set dengan menghitung jumlah

bunga hermaprodit yang terbentuk dan baru mekar dibagi dengan jumlah buah

yang berasal dari bunga hermaprodit yang berpoiensi dapat dipanen. Uniuk

menentukan persen fruil sel (FS) dengan menggunakan rumus :

2 Buah Potensi Panen

Fruit Set (%) = x 100%

Z

Bunga Hermaprodit

Pengamatan seed sel dilakukan dengan memanen bunga yang telah mekar dari

masing-masing cabang pada tiga pohon sampel yang telah ditentukan

(Pada pengamatan fiuit set ). Setiap pohon dipetik dua bunga yang telah

mekar sehingga sekali pengamatan jumlah bunga yang harus dipetik sebanyak

18 untuk setiap pengamatan. Kemudian cara menentukan seed set berdasarkan

jtunlah benih per bud1 yang dihasilkan pada saat panen pada pertengallan

bulan April sampai Juni 2007 dan dibagi dengan jumlah ovul per buah. Untuk

menghitung jumlah ovul, bunga yang telah mekar dan berpotensi akan menjadi

buah dipetik lalu dibelah secara melintang iintuk menghitung jumlah ovul per

buah (Metode n~anual dengan kaca Lup). Rumus yang digunakan untuk

menentukan persen seed sel (SS) adalah:

C Benih / Buah

Seed Set (%) = x 100% C Ovul / Bua11

(36)

3. Bobot 1000 Butir

Penentuan bobot 1000 butir berdasarkan ISTA (1999). Bobot 1000 butir benih

dihiku~g dengan menghitung rata-rata bobot 1000 butir benih dari delapan atau

lebih ulangan berat dari 100 butir benih. Dalam penelitian ini menggunaltan

lima ulangan. Pada hitungan variance (ragam) dengan menggunakan rumus :

(a) V = n ( C X ~ ) - ( X X ) ~

11 (n - 1) Keterangan:

V = Ragan

X = Berat masing-masing ulangan

n = Jumlab ulangan

4. Analisis kandungan P Fitin Benih (BB PPPP, 2001)

Analisis P fitin dalam benih dengan metode HPLC dengan absorbansi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 290 nm. P fitin dapat ditentukan

dengan rumus:

FPxFHxAxlOO xlOO% P fitin dalam sampel (%) =

W Keterangan :

FP = faktor pengenceran

FH = Faktor h i t u n g 4 (CX2/ C X . Y )

A = Absorbansi sampel (400 nm) W = Bobot Kering sampel

5. Daya Berkecambah (DB)

Daya kecamnbal~ dihitung berdasarkan persentase kecambah normal (KN)

pengamatan pertama dilakukan pada hari ke-14 sampai hari ke-21 setelah

dikecambahkan, dengan menggunakan rumus:

C K N I

+

X KN I1

DB (%) = x 100%

C benih yang dikecambahkan Keterangan:

KN I = Kecambah nornlal pada hitungan pertanla hari ke -14

(37)

6. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi tumbuh maksimn~~m dapat ditentukan berdasarkan persentase benib

yang berkecambah baik yang normal maupun abnormal. Pengamatan

dilakukan setiap hari hingga hari ke-21, rumus yang digunakan yaitu :

C KecambahNomal I-Iitunganl PTM (%) =

C Jumlah benih yangdi tan am

7. Kecepatan Tumbuh (Kc.1.)

Kecepatan tumbuh dihitung berdasakan persentase kecambah per harian. KCT

maksimum didapat dari asumsi bahwa saat hitungan pertama kecambahan

normal sudah mencapai 100 %.

Keterangan:

t = waktu pengamatan

N = % kecambah normal setiap pengamatan

tn = waktu akbir pengamatan

8. Kecepatan Perkecambahan (KCr)

Kecepatan perkeca~nbahan (Kw) benih diukur berdasarkan total jumlah

kecambah normal per hari pengamatan. Runlus yang dig~makan adalah:

CKN

+

...+

C KN

Kc, =

HariPengamstanke- 1 HariPengamstan ke-2 1

9. Indeks Vigor (IV)

Indeks vigor dihitung berdasarkan persentase kecambah normal yang tumbuh

pada perhitungan pertama (KN I) pada pengujian daya kecambah.

C Kecanlbah normal hitungan I

Indeks Vigor (IV) = ~ 1 0 0 %

(38)

10. Analisis NPK dalam Benih

Ekstrak (preparasi)

P

dan K dipisahkan. Masing-masing ditimbang 1 g contoh

sampel yang telah dihaluskan 40 mes, dimasukkan kedalam cawan poslen,

selanjutnya dimasukkan dalam tanur (mapel) pada sul~u 5 5 0 ' ~ selama 2 jam

hingga sampel dalatn cawan membentuk abu putih. Angkat dan dinginkan

dalam desikator. Di dalam ruang asam, tetesi dengan HCI pekat 5 tetes dan

d i a d ~ k dengan pengaduk gelas sampai merata. Sampel dipanaskan diatas hot

plate pada suhu 9 0 ' ~ sampai seluruh uap I-ICl hilang (dikerjakan dalam ruang

asam), selanjutnya diangkat dan didinginkan. Selanjutnua diberikan 5 tetes

HC1 pekat dan diulangi 2 x lagi dengan catatan tiap 1 x pemberian, diaduk

merata, selanjutnya dipanasikan. Kemudian ditambahka~ HC1 IN diaduk rata

dan disaring dengan kertas saring, hasil saringan selanjutnya dipipet 1 mm

dimasukkan dala~n labu ukur 50 ml, diencerkan dengan aquades. Dihimpitkan

sampai tanda tera (sampai kembali menjadi 50 ml tadi). Untuk analisis

masing-masing unsur sebagai berikikut: (1) Analisis K: menggunakan Limp

Fotometer (photo nyala); (2) Analisis P: menggunakan spektrofotometer

(metode pengabuan kering); (3) Analisis N: menggunakan metode Kjedah:

Nitrogen (%) = mlHC1x N'HC1 x 14,008 x f mglml ml sanlpel

l000xl0 x50x10/1000x0,00821xPembacaa1~ Fosfor

(96)

=

10000

Keterangan : f = faktor pengenceran (f = 10).

11. T 50

TS0 merupakal waktu yang dibutuhkan untuk mencapai 50% total

(39)

terakhir terhadap kecambah yang mulai muncul dipermukaan media tanam.

Satuan yang digunakan adalah hari.

Keterangan :

ti = waktu antara pada saat atau sebelum benih berkecambah

tj = waktu antara setelah benih berkecambah 50%

n 50% = jumlah benih yang berkecambah (50% dari total benih yang berkecambah).

"j = jumlah benih kecambah pada waktu tj

(40)

Kerangka Pemikiran Penelitian

I

Panen I, 11, 111, IV

(U langan)

Pemeraman buah satu malam

Percobaan I Percobaan I l

Selama 3 jam KA 11-13%

1. Faktor I. Pelnangkasan Pohon (P)

* Pohon tidak dipangkas (PI) Pohon dipangkas (P2) 2. Faktor 11. Asal Benih (A)

Pangkal buah (Al) Tengah buah (A?)

Media Perkeca~nbahan

I

I . PI

2. Pz

3. P, 4. Pq

5. P5 6. P6

+

PENGUJIAN MUTU BENIH

I . Jumlah benihlbagian 1. Jumlah BenihIBuah

Ujung buah (A,)

.'

1

, : ,

2. Bobot 1000 Butir 2. Bobot 1000 Butir

3. f i u i l Sel

3. Analisis Kandungan NP K Total. 4. Seed sel

4. Daya Berkecambah 5 . Analisis Kandungan P Fitin 6. Daya Berkecambah

5. Potensi Tu~nbr~h Maksimum

7. Potensi Tumbuh Max.

6. Kecepatan Tumbuh 8. Kecepatan Tumbuh

7. Kecepatan perkeca~nbahan 9. lndeks Vigor

10. T50

8. lndeks Vigor

[image:40.532.74.459.97.708.2]

9. T5o

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan I: Pengaruh Pemangkasan Pohon dan Letak Benih dalam Buah terhadap Mutu Benih Pepaya

Rekapitulasi hasil analisis ragam percobaan pengaruh pemangkasan pohon

(P) dan letak benih dalam buah (A) serta interaksinya (P x A) benih terhadap

viabilitas dan vigor benih serta kandungan unsur NPK dalam benih pepaya dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengar~h pemangkasan pohon (P) dan letak benih (A) terhadap selnua tolok ukur yang diamati

Perlakuan

Tolok Ukur KK (%)

P A P x A

Daya berkecambah (DB %)

*

tn tn 2,46

Potensi tumbuh maks. (PTM %)

*

tn tn 2,15 Indeks Vigor (IV) tn tn tn 4,42

Kecepatan tumbuh (KCT %/etmal) 5;*

**

tn 5,62

TS0 (E-Iari) tn tn tn 3 3 7 Kecepatan Perkecambahan (KCp)

* *

* *

tn 5,18

Bobot 1000 ~ u t i r Benih (g) tn tn tn 9,79

Jumlah benih per bagian buah tn x-j; tn 18,28

Kadar nitrogen

O\J

%) ~ i *

**

* X 0,41

Kadar fosfat ( P %) x x * X

**

4,65

Kadar kalium (K %)

**

**

K-.- 3,02

Keterangan :/I? = iidnkpm~g.arirh nynrapada inraf 5 %;

*

= Berpetlgaruh nyalapnda raraf 1%

** = Berpengarzrh sangal nyala pada taraf' 5 %; KK= koejisien Keragarnan

Rekapitulasi hasil analisis ragam pada Tabel 1 menunjukkan perlakuan

pemangkasan pohon (P) berpengaruh nyata pada tolok ukur daya berkecambah

(DB), potensi tumbull maksimum (PTM), berpengaruh sangat nyata pada tolok

ukur kecepatan tumbuh KC.^) dan kecepatan perkecambahan (Km) serta

kand~~ngan unsur nitrogen, fosfat dan kalium. Pada tolok ukur indeks vigor, bobot

(42)

nyata. Pada perlakuan letak benih dalam buah (A) menunjukkan pengaruh yang

sangat nyata pada tolok ukur kecepatan lumbuh (Kcr), kecepatan perkecambahan

(KC,,) dan jumlah benih per bagian buah serta kandungan unsur N, P dan K,

sedangkan tolok ukur lainnya tidak nyata.

Interaksi perlakuan antara pemangkasan pohon (P) dan letak benih dalam

buah (A) umumnya berpengaruh tidak nyata, kecuali pada tolok ukur kandungan

unsur nitrogen, fosfat dan kalium dalam benih (Lampiran 5).

Viabilitas potensial berdasarkan tolok ukur daya berkecambah (DB) dan

viabilitas total berdasarkan tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM) benih

yang berasal dari buah pada pohon yang tidak dipangkas (PI) memiliki nilai yang

lebih tinggi dari pada benih yang berasal dari buah pada pohon yang dipangkas

(Pz). Waktu yang diperlukan untuk mencapai 50% total kecambah normal (Tjo)

pada hasil penelitian iui menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, sedangkan

pada kecepatan turnbuh (KcT) dan kecepatan perkecambahan (KcP) benih yang

dibasilkan dari buah pada pohon yang dipangkas memiliki vigor kekuatan h~mbuh

yang Iebih tinggi (Tabel 2).

Tabel 2 Pengaruh pemangkasan pohon (P) terhadap viabilitas potensial, viabilitas total dan vigor kekuatan tumbuh berdasarkan tolok ukur DB, PTM,

KCT,

KCp dan TsO benih pepaya (Caricapapaya L.)

Tolok Ukur Mutu Benib Pemangkasan

Tso KCT

Pohon DB(%) PTM(%) Kcp(CKN/h) (hari) (%/etmal)

Pohon tidak

97,33 a 97,67 a 12,23 a 7,71 b

dipangkas (PI) 1,93 b

Pohon

95,00 b 95,33 b 12,49 a 5,39 a

dipangkas (Pz) 2,09 a

Keterangan: Niloi pada masing-masing ~olok iikzrr pnda kolom yang sama yang ~liik~ili hlrruf yang sama lidak berbeda nyarapada uji DMRT 5%,

Diduga bahwa pemangkasan pohon dapat menyebabkan perubahan

distribusi unsur hara yang berasal dari akar dan pasokan asimilat dari daun lebih

efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kandungan unsur NPK dalam benih

(43)

benih mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel yang lebih cepat sehingga

aktifitas metabolisme benih lebih cepat pula. Hal ini sejalan dengan pendapat

Pranoto el al. (1990) bahwa benih yang mengandung unsur N lebih tinggi akan

lebih cepat berimbibisi. Dilanjutkan oleh Sutopo (2002) bahwa nitrogen tersimpan

dalam jaringan penyimpanan pada benih dalam bentuk karbohidrat, protein, lemak

dan mineral sebagai bahan baku dan energi bagi embrio untuk perkecambahan.

Selanjutnya menurut Lot( el al. (2000) kandungan P dan K dalam benih

bergabung dengan unsur lain dan tersimpan dalam bentuk fitin sebagai cadangan

energi yang akan terhidrolisis selama proses perkecambahan benih.

Tabel 3 Pengaruh letak benih dalam buah (A) terhadap kecepatan tumbuh (Kc.r), kecepatan perkecambahan (KC,'), T50 dan jumlah benih per bagian buah pepaya (Cauicapapayu L.)

Tolok Ukur Mutu Benih Letak Benih

K~~ (%letmal) Kcp(CKN/h) Tjo (hari) C BenihIBagian

Bagian Ujung

7,42 c 1,85 c 12,08 a 809,75 a (A31

Keterangan: Nilai pada rrzasing-masing lolok zikur pada kolom yang sanza yong diiktrli hzrrzd

yang sarno tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5

Benih yang terletak di bagian pangkal buah (A,) memiliki kecepatan

tumbuh (Km) dan kecepatan perkecambahan (KC?) yang lebih tinggi dari pada

benih yang letaknya di bagian tengah (A2) dan ujung buah (A3). T50 menunj~lkkan

tidak berbeda nyata, meskipun kandungan unsur hara NPK di bagian ujung buah

pada hasil penelitian ini lebih tinggi (Tabel 4). Tidak lerdapat perbedaan jumlah

benih per bagian buah menunjukkan benih yang letaknya di bagian lengah (Az)

dan ujumg buah (A3). Diduga bahwa j~unlah benih di bagian ujung buah lebih

sedikit sehingga pasokan asimilat ke bagian pangkal buah lebih optimum. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Maisyaroh dan Suwamo (1988)

bahwa benih di bagian pangkal buah pepaya varietas Jingga memiliki nilai vigor

bibit yang lebih baik dari pada di bagian tengah maupun ujung buah. Hasil

(44)

menyatakan bahwa benih yang berasal dari bagian ujung buah (A3) memiliki

viabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan benih di bagian tengah (A2)

maupun pangkal buah (AI) pada tanaman pepaya.

Jumlah benih yang dihasilkan dari bagian tengah buah (A2) dan ujung

buah (A3) lebih banyak dibandingkan dengan bagiau pangkal buah (Al). Diduga

kuat bahwa secara morfologi bagian tengah buah memiliki rongga yang lebih

besar menyebabkan benih yang terbentuk lebih banyak dari pada di bagian

pangkal dan ujung buah, sehingga pada penelitian ini didapatkan benih dibagian

tengah buah (A2) menghasilkan jumlah benih yaug lebih banyak (Tabel 3).

Tabel 4 Pengaruh intreaksi perlakuan pemangkasan pohon (P) dan letak benih dalam buah (A) terhadap konsentrasi unsur NPK dalam benih pepaya (Carica papayu L.)

Kandungan Letak Pemangkasan Pohon (P)

Unsur hara Benih (A) Pohon tidak dipangkas (PI) Pohon dipangkas(P2)

("/.I

("/.I

A1 (Pangkal buah) 3,59 f 3,68 e

Nitrogen A2 (Tengah buah ) 3,75 d 3,82 c

A3 (Ujung buah) 3,90 b 3,98 a

A1 (Pangkal buah) 0,41 e 0,45 d

Fosfor A2 (Tengah buah ) 0,49 c 0,53 b

A3 (Ujung buah) 0,58 a 0,61 a

A1 (Pangkal buah) 0,62 f 0,68 e

Kalium A2 (Tengah buah ) 0,73 d 0,79 c

A3 (Ujung buah) 0,82 b 0,90 a

Keterangan: Nilai pada niasing-musing folok ukur pada kolorn dan baris yang berbeda yang diikzrti hzrntfyang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

Umumnya pohon yang tidak dipangkas (PI) memiliki kandungan utlsur

nitrogen yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam

benih pada pohon yang dipangkas (Pz) baik pangkal (A,), tengah (Az) maupun

ujung buah (A3), sedangkan pada pohon yang dipangkas (P2) kandungan unsur

nitrogen dalam benih yang terletak di bagian ujung buah (A3) lebih tinggi

dibandingkan dengan bagian pangkal (A!) dan tengah buah (Az). Hal yang sama

(45)

Gambar

Gambar Buah Pepaya Genotipe IPB-2 ................................................
Gambar 2 Pohon pepaya tidak bercabang, bercabang dua dan tiga
Gambar 4 Bagan AIir Pelaksanaan Penelitian
Tabel 7 Pengaruh letak buah pada cabang yang berbeda (P) terhadap beberapa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keadaan aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya, Pasal 123 Ayat

Berdasarkan data hasil observasi pendahuluan pada lokasi berbeda dan berdekatan, dapat diperoleh hasil bahwa lalat sebagai vektor mekanis pembawa bakteri patogen dan

Oleh sebab itu, usaha kecil-kecilan tersebut dilakukan semata untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (Wawancara, 5 Desember 2018).. Mengacu pada penjelasan di atas, dapat

ihotulehdus, sorkkavälin ajotulehdus ja osittain myös kantasyöpymä (Kujala ym 2006). Toisaalta jos tarkastellaan sorkkasairauksien etiologiaa, voidaan puhua 1) ensisijaisista

Penghitungan populasi di dalam akar (reisolasi) dilakukan dengan cara yang sama dengan isolasi bakteri endofit, akar tanaman nilam dicuci bersih, ditimbang, kemudian

Kelainan refraksi adalah suatu kondisi penurunan tajam penglihatan akibat cahaya yang datang tidak jatuh tepat pada suatu titik di retina.Survei Departemen Kesehatan Republik

Hasil penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap remaja yang bermakna pada kedua kelompok, tetapi peningkatan video lebih tinggi dari leaflet.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang profil penerimaan diri remaja orang tua tunggal beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya,