SKRIPSI
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN DAN NILAI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH RATI ASTUTI
110503030
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pengungkapan Corporte Social Responsibility, Good Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel
Pemoderasi pada Perusahaan Pertambangan” adalah benar hasil karya saya sendiri
dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan,
Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PERUSAHAAN DAN NILAI PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pengungkapan corporate social responsibility, dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan sebagai variabel pemoderasi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2011-2013. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda dan regresi dengan variabel moderasi, dengan jumlah sampel sebanyak 21 perusahaan, dengan pengumpulan data dilakukan secara studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility dan good corporate governance memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return on asset. Adapun secara parsial, corporate social responsibility berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return on asset, sedangkan good corporate governance berpengaruh secara negatif signifikan. Nilai perusahaan sebagai variabel pemoderasi tidak mampu memoderasi hubungan antara corporate social responsibility dengan return on asset, serta good corporate governance dengan return on asset.
ASBTRACT
EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO COMPANY FINANCIAL
PERFORMANCE WITH COMPANY VALUE AS MODERATING VARIABLE IN MINING COMPANIES
LISTED ON INDONESIAN STOCK EXCHANGE
This research aim is to analyse the effect of corporate social responsibility, good corporate governance to company financial performance with company value as moderating variable in mining companies listed on Indonesian Stock Exchange period 2011-2013. This research uses multiple regression analysis and moderating regression analysis with number of samples are 21 companies, with data collection taken using documentary studies. Research shows that simultaneously corporate social responsibility and good corporate governance are affecting positively and significantly to return on asset, while partially, corporate social responsibility has positive and significant effect, then good corporate governance has negative significant effect to return on asset. Company value as moderating variabel is not able to moderating relationship between corporate social responsibility and return on asset, and so relationship between good corporate governance and return on asset.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporte
Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan
Pertambangan” guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
serta dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.Terutama
penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran, kedua orang tua penulis Bapak Ilham Efendi dan Ibu
Zahara. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang
dibanggakan. Kemudian kepada kakak , Alfi Syahrah dan Rafiqah Nuri. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,Ca, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua
Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Drs.Idhar Yahya,M.B.A.,Ak selaku Dosen Pembimbing.
5. Bapk Drs.Hotmal jafar,Ak.,M.M selaku Dosen Penguji dan Bapak
Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku Dosen Penguji.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen pengajar yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis selama kuliah.
7. Kepada seseorang yang selalu memberikan dukungan terbesarnya
Wahyu Hidayat
8. Sahabat penulis, ola,ulfha,wywyk,anggie,astir,uly,Vienna,nurul,putri
dan teman-teman seperjuangan akuntansi 011 atas waktu, bantuan,
dan motivasi yang diberikan.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi.
Medan, 22 Februari 2015
2.7 Hipotesis ... 57
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Objek Penelitian ... 58
3.4 Operasionalisasi Variabel dan Definisi Variabel ... 62
3.4.1 Definisi Variabel ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 72
4.1.1 Statistik Deskriptif ... 72
4.1.2 Regresi tanpa Variabel Pemoderasi ... 73
4.1.2.1 Uji Normalitas ... 74
4.1.3 Regresi dengan Variabel Pemoderasi 1 ... 85
4.1.3.1 Uji Normalitas ... 85
4.1.3.2 Uji Multikolinearitas ... 87
4.1.3.3 Uji Heteroskedasititas ... 88
4.1.3.4 Uji Autokorelasi ... 90
4.1.3.5 Model Regresi dengan Variabel Moderating ... 91
4.1.4 Regresi dengan Variabel Pemoderasi 2 ... 92
4.1.4.1 Uji Normalitas ... 92
4.1.4.2 Uji Multikolinearitas ... 94
4.1.4.4 Uji Autokorelasi ... 97
4.1.4.5 Model Regresi dengan Variabel Moderating ... 98
4.1.5 Pembahasan ... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 102
5.2 Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 104
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 The Triple Bottom Line of CSR ... 21
2.2 Indikator CSR ... 22
2.3 Penelitian Terdahulu ... 45
3.1 Populasi Penelitian ... 59
3.2 Kriteria Pemilihan Sampel ... 60
3.3 Sampel Penelitian ... 61
3.4 Operasional Variabel ... 63
4.1 Statistik Deskriptif ... 72
4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 76
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 77
4.4 Uji Autokorelasi ... 79
4.5 Hasil Analisis Regresi ... 80
4.6 Model Summary ... 82
4.7 Hasil Uji t ... 83
4.8 Hasil Uji F ... 84
4.9 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 87
4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 88
4.11 Uji Autokorelasi ... 90
4.12 Hasil Analisis Regresi ... 91
4.13 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 94
4.14 Hasil Uji Multikolinearitas ... 95
4.15 Uji Autokorelasi ... 97
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 47
4.1 Grafik Histogram ... 74
4.2 Normal Probability Plot ... 75
4.3 Grafik Scatterplot ... 78
4.4 Grafik Histogram ... 85
4.5 Normal Probability Plot ... 86
4.6 Grafik Scatterplot ... 90
4.7 Grafik Histogram ... 92
4.8 Normal Probability Plot ... 93
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Indikator CSR ... 107
2 Sampel Penelitian ... 110
3 Data Penelitian ... 111
4 Regresi tanpa Moderat ... 113
5 Regresi dengan Moderat ... 117
ASBTRACT
EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO COMPANY FINANCIAL
PERFORMANCE WITH COMPANY VALUE AS MODERATING VARIABLE IN MINING COMPANIES
LISTED ON INDONESIAN STOCK EXCHANGE
This research aim is to analyse the effect of corporate social responsibility, good corporate governance to company financial performance with company value as moderating variable in mining companies listed on Indonesian Stock Exchange period 2011-2013. This research uses multiple regression analysis and moderating regression analysis with number of samples are 21 companies, with data collection taken using documentary studies. Research shows that simultaneously corporate social responsibility and good corporate governance are affecting positively and significantly to return on asset, while partially, corporate social responsibility has positive and significant effect, then good corporate governance has negative significant effect to return on asset. Company value as moderating variabel is not able to moderating relationship between corporate social responsibility and return on asset, and so relationship between good corporate governance and return on asset.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporte
Social Responsibility, Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan dan Nilai Perusahaan sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan
Pertambangan” guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
serta dukungan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak.Terutama
penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran, kedua orang tua penulis Bapak Ilham Efendi dan Ibu
Zahara. Terima kasih atas semua kasih sayang, do’a, dukungan, didikan, dan semangat yang sangat berarti. Semoga penulis dapat menjadi anak yang
dibanggakan. Kemudian kepada kakak , Alfi Syahrah dan Rafiqah Nuri. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec,Ac,Ak,Ca, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua
Departemen dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia ekonomi dan usaha berkembang dengan sangat pesat sejak awal
tahun 1980-an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan pesat di dunia teknologi
yang memudahkan komunikasi di antara pelaku dunia usaha. Kemajuan teknologi
ini kemudian memicu semakin kompetitifnya tingkat persaingan di dalam dunia
usaha. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan
persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan
profit ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat penjualan produk,
sedangkan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang
ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring, 2005).
Dalam perkembangannya, meningkatkan nilai investasi yang ditanamkan
dalam perusahaan yaitu melalui pasar modal. Pasar modal pada hakekatnya adalah
pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal,
di mana ada pedagang, pembeli, dan juga tawar menawar harga. Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah menggariskan bahwa pasar
modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional.
Pertumbuhan suatu pasar sangat tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk
mengembangkan prasarana industri efek diperlukan investasi yang besar.
Faktor-faktor yang dapat mengurangi jumlah investasi diperlukan
Perkembangan tersebut, dapat dicapai apabila faktor tersebut mampu
menghasilkan investasi aman dan berkualitas tinggi terutama pelayanan yang
optimal kepada para investor sehingga perkembangannya sangat mempengaruhi
minat dari para calon investor baru yang ingin mencoba berinvestasi dipasar
modall (Sumber:http://elearning.gunadarma.ac.id).
Pasar modal merupakan alternatif tempat investasi yang sangat penting
bagi investor. Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return
berupa dividen maupun capital gain serta mendapatkan hak kepemilikan atas
perusahaan.Selain mempertimbangkan return saham yang akan diterima, para
investor dalam melakukan investasi juga mempertimbangkan nilai perusahaan.
Bagi perusahaan yang go public, nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya.
Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut
(Husnan, 2002).
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan
investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan
adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. Akan
tetapi selain melalui pasar modal, perusahaan memiliki langkah lain dalam
meningkatkan profit yaitu melalui penjualan produk. PT Aneka Tambang
(Persero) Tbk mengkhawatirkan krisis ekonomi Eropa yang berkepanjangan bisa
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini karena harga
Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi di bidang keuangan yang
telah dicapai perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dipublikasi oleh
perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan
inilah yang akan mendapat perhatian besar dari pihak-pihak yang berkepentingan
melalui hasil analisis perkembangan kinerja, maka pihak-pihak yang terkait dapat
mengambil kebijakan masing-masing (Mulyadi,1997). Menteri Negara BUMN,
Sugiharto mengatakan rencara privatisasi BUMN 2006 baru akan dilakukan
setelah dilakukan audit atas kinerja perusahaan-perusahaan berplat merah itu pada
2005. Semua BUMN itu sedang dan akan diaudit hasil usahanya pada 2005. Tentu
paling arif dalam rangka proses privatisasi adalah selalu melihat kinerja keuangan
yang terakhir yang telah diaudit. Hampir semua BUMN dan swasta sekarang
sedang sibuk menyajikan laporan yang akuntabel yang akan diaudit (Sumber
:http://antaranews.com).
Setiap perusahaan atau lembaga yang sudah mendeklarasikan perusahaan
yang go public dituntut memberikan kinerja yang bernilai tidak hanya bagi
lembaganya sendiri, melainkan juga masyarakat luas. Salah satu faktor yang
berpengaruh pada upaya peningkatan nilai adalah komitmen organisasional yang
tinggi.
Ada berbagai tolak ukur dalam melihat pencapaian kinerja. Salah satu
diantaranya adalah sejalan yang dikemukakan oleh Denilson (2000) bahwa suatu
kepuasan para karyawannya. Kinerja keuangan diartikan juga sebagai penentuan
ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba (Ermayanti, 2009). Tetapi selain laba (profit) dan
pertumbuhan tak kalah pentingnya yaitu keberlangsungan atau sustainability
(Sembiring, 2005).
Kunci utama pencapaian keberlangsungan adalah adanya penerimaan
publik akan kehadiran perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang diinginkan
publik tidak hanya berupa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial,
melainkan dalam bentuk suatu pengintegrasian kegiatan bisnis dan operasional
dengan aspeksosial (Wayan, 2007).
Keberlangsungan dapat dicapai dengan lahirnya suatu konsep yang dikenal
sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility
merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial
dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan
stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga dapat
meningkatkan harga saham (Kiroyan, 2006).
Belakangan ini Corporate Social Responsibility menjadi isu yang banyak
dibicarakan berbagai kalangan, karena ada kesan buruk terhadap perusahaan yang
terlanjur ada dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha dianggap
sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada kerusakan lingkungan. Perusahaan
sebagai pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat luas. Seiring dengan semakin
kepada masyarakat dan juga memberikan kerugian berupa permasalahan social
kepada masyarakat yang berasal dari aktivitas perusahaan.
Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan
dalam kondisi keuangan saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan
lingkungannya (Husnan, 2007). Dasar pemikiran yang hanya semata-mata pada
kesehatan finansial tidak akan menjamin keberlangsungan (sustainability)
perusahaan untuk bisa tetap tumbuh dan berkembang (Irawati, 2006).
Keberlangsungan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan
memperhatikan dimensi terkait lainnya, seperti dimensi sosial dan lingkungannya.
Perusahaan juga harus melakukan pengukuran terhadap kinerja kemudian
mengkomunikasikannya kepada para stakeholder. Bentuk kinerja mencakup tiga
aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup yang biasa disebut tripl
ebottom line. Ketiga aspek tersebut merupakan kunci dari konsep pembanguan
berkelanjutan ( Sawir, 2004).
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility mempersyaratkan kesadaran
penuh bahwa setiap kegiatan pemanfaatan atau pengubahan sumber daya alam
termasuk energi menjadi output tertentu dalam rangka bisnis selalu berada dalam
interaksi konstan dan terus menerus dengan lingkungan sosial dan fisik
disekitarnya. Kesadaran ini juga menjelaskan bahwa seluruh proses kegiatan
bisnis akan selalu berdampak baik positif maupun negatif. Karena itulah wujud
denganupaya memaksimumkan dampak negatif dari suatu kegiatan atau bisnis
tertentu (Iman, 2011).
Menurut Sueb (2001), apabila perusahaan tidak memperhatikan seluruh
faktor yang mengelilinginya, mulai dari karyawan, konsumen, lingkungan, dan
sumber daya alam sebagai satu kesatuan yang saling mendukung suatu sistem,
maka akan mengakhiri eksistensi perusahaan itu sendiri. Kerusakan dan gangguan
yang timbul dari faktor eksternal tersebut akan menganggu bahkan dapat
menghentikan operasi perusahaan. Citra perusahaan akan semakin baik dimata
masyarakat apabila dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya
terhadap lingkungan eksternal, misalnya adanya alokasi dana untuk program
pengolahan limbah, pendidikan dan pelatihan, pensiun, serta tunjangan lainnya.
Corporate Social Responsibility diperlukan untuk menjaga keharmonisan
hubungan antara perusahaan dengan lingkungan sekitarnya. Akuntansi sebagai
alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap
aktivitas suatu unit usaha (Januarti dan Apriyanti, 2005). Makin meluasnya
tanggung jawab perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial
dalam pertanggungjawaban perusahaan kedalam akuntansi. Hal ini mendorong
timbulnya suatu konsep yang biasa disebut sebagai Social Accounting, Social
Ecnomic ataupun Social Responsibilty Accounting (Sueb, 2001).
Akuntansi sosial merupakan bidang ilmu yang berusaha mengidentifikasi,
mengukur, menilai, dan melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost
yang ditimbulkan oleh lembaga. Akuntansi sosial dan lingkungan dikembangkan
bagisemua pihak yang berkepentingan termasuk manajemen perusahaan,
pemegang saham, karyawan, pelanggan, masyarakat umum dan pemerintah
(Januarti dan Apriyanti, 2005).
Aktivitas-aktivitas sosial perusahaan ini menjadi sangat penting untuk
diungkapkan karena kesadaran masyarakat Indonesia yang semakin meningkat.
Oleh karena itu, kepedulian perusahaan terhadap masyarakat yang berupa
aktivitas-aktivitas sosial perusahaan tersebut harus diungkapkan berupa laporan
tanggung jawab sosial yang membahas pencatatan setiap transaksi keuangan
perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat. Biaya yang
berkaitandengan kemasyarakatan tersebut disebut sebagai biaya sosial (Januarti
dan Apriyanti, 2005).
Disahkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pada Pasal 74 ayat 1 yang menyebutkan bahwa perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain itu,
adanya pernyataan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) paragraph
sembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung
jawabakan masalah sosial. Dimana perusahaan dapat menyajikan laporan
mengenailingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement),
khususnya bagi industri dimana fakor-faktor lingkungan hidup memegang
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep atau
program yang dimiliki oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Tanggung
jawab sosial berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan
ekonomi di dalam pembuatan keputusannya (Hani,2003). Konsep Corporate
Social Responsibility menyiratkan bahwa perusahaandengan sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasi dan
interaksi mereka dengan stakeholders. Sehingga secara tidak langsung konsep ini
dapat membangun citra positif bagi perusahaan.
Corporate Social Responsibility pada dasarnya dapat diterapkan dalam
setiap perusahaan. Akan tetapi tantangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan
berbeda dari tantangan yang dihadapi oleh perusahaan lainnya. Salah satu
perusahaan yang menarik untuk dicermati yaitu perusahaan pertambangan.
Sebagai perusahaan pertambangan, mereka menyadari bahwa kegiatan operasi
perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan dan
masyarakat sekitar. Perusahaan menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan
khususnya pengembangan masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi
merupakan bagian dari risiko perusahaan yang harus dikelola dengan baik.
Karakteristik industri pertambangan di Indonesia sebagai industri
pembuka daerah tertinggal dan terisolir juga menjadikan peran perusahaan
tambang untuk berperan aktif dalam pengembangan masyarakat sekitar. Hal ini
akan berperan penting dalam menurunkan risiko adanya gangguan terhadap
terhadap upaya pelestarian lingkungan serta partisipasi secara proaktif dalam
pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan kegiatan
pertambangan.
Fenomena yang terjadi pada Perusahaan Pertambangan adalah pada setiap
kegiatan penambangan berpotensi memberi dampak negatif pada lingkungan
sekitar lokasi kegiatan penambangan, karena potensi itulah perusahaan melakukan
pengawasan untuk menghindari kemungkinan pencemaran lingkungan.
Diantaranya dengan melakukan reklamasi, penghijauan dan rehabilitasi. Hal
tersebut dilakukan setelah masa tutup tambang
(http://webcache.googleusercontent.com).
Berdasarkan hal tersebut, kini pergeseran orientasi pemikiran oleh para
pemegang saham atau investor untuk lebih peduli pada sektor lingkungan
membuat permintaan akan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) makin
meningkat. Aspek penting yang ada dalam Laporan Keberlanjutan adalah
penjelasan tidak hanya mengenai manajemen, operasional, produk, tetapi juga
membahas dampak lingkungan, dan juga keterlibatan dengan komunitas sekitar
(Chapra,1983). PT. Antam Tbk, PT. Timah Tbk dan PT. Tambang Batu Bara
Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan pertambangan yang melakukan
pengembangan kegiatan tanggung jawab sosial.
Menurut Herdinata (2008), perusahaan di Indonesia memiliki karakteristik
yang tidak berbeda dengan perusahaan di Asia pada umumnya, dimana
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Claessens, Stijin, Simeon
Djankov dan Larry H.P dalam Herdinata (2008), ditemukan bahwa dalam tahun
1996 kapitalisasi pasar dari saham yang dikuasai oleh 10 perusahaan keluarga di
Indonesia mencapai 57,7%. Untuk Filipina dan Thailand mencapai 52,5% dan
46,2%. Sedangkan kapitalisasi pasar dari saham yang dikuasai oleh 15 perusahaan
keluarga di Korea sebesar 38,4% dan Malaysia sebesar 28,3%. Hal ini
menunjukkan rendahnya struktur kepemilikan manajerial karena sebagian besar
masih didominasi oleh keluarga. Pola dan kepemilikan usaha seperti ini akan
mendorong praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang pada akhirnya akan
menjatuhkan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah satu
mekanisme GCG yang dapat mempengaruhi insentifbagi manajemen untuk
melaksanakan kepentingan terbaik dari pemegang saham (Midiastuty dan
Machfoedz, 2003). GCG muncul dan berkembang dari teori agensi, yang
menghendaki adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian
perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen
akan berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan para pemegang saham.
Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen juga akan memperoleh
keuntungan bila perusahaan memperoleh laba. Berdasarkan uraian di atas
memberikan inspirasi perlu diadakannya sebuah penelitian tentang bagaimana
pengungkapan CSR dan GCG mempengaruhi kinerja keuangan Berdasarkan
uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia(BEI)”
1.2 Masalah Penelitian
Berdasarkan hal di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah
yangakan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good
Corporate Governance pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2011, 2012 dan 2013
2) Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013
3) Seberapa besar pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility
dan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar diBEI tahun 2011.
4) Apakah pengungkapan CSR dan GCG akan dapat memperkuat atau justru
memperlemah hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013
1.3 Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data, mencari
danmendapatkan informasi tentang pengaruh implementasi Corporate Social
Responsibility dan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan
1) Mengetahui pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good
Corporate Governance pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2011, 2012 dan 2013
2) Mengetahui kinerja keuangan pada Perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI tahun 2011, 2012 dan 2013
3) Mengetahui seberapa besar pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility dan Good Corparate Governance terhadap kinerja
keuangan pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2011, 2012 dan 2013
4) Mengetahui seberapa besar pengaruh pengungkapan CSR dan GCG
mempengaruhi hubungan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011,2012, dan 2013.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis
Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai
pihak, antara lain :
1) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan
pengenalan terhadap permasalahan mengenai pengungkapan Corporate Social
kinerja keuangan perusahaan, sehingga penulis bisa menerapkan teori yang
selama ini diperoleh selama masa perkuliahan dengan kondisi yang sebenarnya
di lapangan.
2) Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Perusahaan
pertambangan untuk dapat tetap melaksanakan program Corporate Social
Responsibility dan Good Corporate Governance secara berkelanjutan sebagai
bentuk tanggung jawab social perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
3) Bagi Investor
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wacana baru
dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam
investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter.
4) Bagi Pembaca
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
pengaruh CSR dan GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan
menjadi bahan pemikiran yang berguna bagi perusahaan sebagai dasar perbaikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam perkembangannya, konsep CSR tidak memeliki definisi tunggal.Ini
terkait pengungkapan dan penjabaran CSR yang dilakukan perusahaan yang juga
berbeda-beda. Dalam bahasa Indonesia, Darwin (2004) dalam Rimba (2010:11)
mengartikan bahwa:
“Pertanggung jawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam operasinya
dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi
di bidang hukum”.
Belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai
lembaga. Beberapa definisi CSR dibawah ini menunjukan keragaman pengertian
CSR menurut berbagai organisasi, antara lain sebagai berikut: (Edi,2007; Philip
Kotler,2008; Sukada dan Jalal, 2008).
1. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
CSR adalah komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk
berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya
meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya,serta komunitas
2. International Finance Corporation
CSR adalah komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan,
keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan
kehidupan mereka melalui cara-cara yang lebih baik bagi bisnis maupun
pembangunan.
3. CSR Asia
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan
prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam
kepentingan para stakeholders.
Sedangkan menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun
2007 pasal satu butir tiga (2007:2) menyatakan bahwa :“Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan gunameningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya”.
Selain itu, ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga
memberikan definisi CSR. Menurut ISO 26000 (draft 3, 2007) dalam Rista
(2009), CSR adalah:
“Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang
harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara
menyeluruh”.
Pada intinya tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility) adalah kewajiban organisasi bisnis untuk mengambil bagian
dalam\ kegiatan yang bertujuan melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatsecara keseluruhan.
Di dalam ISO 26000, Corporate Social Responsibility mencakup enam isu
pokok, yaitu :
1) Pengembangan masyarakat
2) Konsumen
3) Praktek kegiatan institusi yang sehat
4) Lingkungan
5) Ketenagakerjaan
6) Hak Asasi Manusia
Berdasarkan konsep ISO 26000, maka untuk penerapan Corporate Social
Responsibility hendaknya terintegrasi dalam seluruh aktivitas perusahaan yang
mencakup 6 (enam) isu pokok di atas.
Di Indonesia sendiri, munculnya Undang-Undang No. 40 tahun
2007tentang Perseroan Terbatas menandai babak baru pengaturan Corporate
Social Responsibility. Selain itu, pengaturan tentang Corporate Social
Responsibility juga tercermin di dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007
Corporate Social Responsibility sudah dimulai jauh sebelum kedua
undang-undang tersebut disahkan. Salah satu pendorong perkembangan Corporate Social
Responsibility yang terjadi di Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha
yang tidakhanya semata-mata untuk mencari keuntungan saja, melainkan juga
bersikap etisdan berperan dalam penciptaan investasi sosial.
2.1.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak
hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan
sekitar) dalam jangka panjang. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat
dipandang sebagai asset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim
bisnis yang makin sarat kompetisi. Menurut Adam dan Zutshi (2004) dalam
Rahmawati Rahayu (2012:27) CSR dapat memberi banyak manfaat yaitu :
1) Peningkatan profit bagi perusahaan dan kinerja finansial yang lebih baik.
2) Menurunkan risiko benturan dengan komunitas masyarakat sekitar.
3) Mampu meningkatkan reputasi perusahaan tersebut yang juga merupakan
bagian dari pembangunan citra perusahaan (corporate image building).
Dengan adanya CSR akan meningkatkan profit bagi perusahaan dan
kinerja finansial yang lebih baik karena banyak perusahaan-perusahaan besar yang
mengungkapkan program CSR menunjukan keuntungan yang nyata terhadap
peningkatan nilai saham. Disamping itu CSR dapat menurunkan risiko benturan
disebuah kawasan, dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang
difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program
pengembangan masyarakat sekitar atau dalam pengertian kemampuan perusahaan
untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang
terkait. CSR juga mampu meningkatkan reputasi perusahaan yang dapat
dipandang sebagai social marketing bagi perusahaan. Social marketing akan dapat
memberikan manfaat dalam pembentukan brand image suatu perusahaan dalam
kaitannya dengan kemampuan perusahaan terhadap komitmen yang tinggi
terhadap lingkungan selain memiliki produk yang berkualitas tinggi.
Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif terhadap voume unit
produksi yang terserap pasar yang akhirnya akan mendatangkan keuntungan yang
besar terhadap peningkatan laba perusahaan. Kegiatan CSR yang diarahkan
memperbaiki konteks korporat inilah yang memungkinkan alignment antara
manfaat sosial dan bisnis yang muaranya untuk meraih keuntungan materi dan
sosial dalam jangka panjang.
Seperti yang dikemukakan oleh Susanto (2007) dalam Fitriyani (2011:21)
bahwa dari sisi perusahaan terdapat 6 (enam) manfaat yang dapat diperoleh dari
aktivitas CSR, yaitu :
1) Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang
diterima perusahaan.
2) CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan
meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis.
4) CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan
mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder-nya.
5) Meningkatkan penjualan.
6) Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan
khusus lainnya.
Maka dari itu untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program
CSR diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari
semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR.Program CSR menjadi
begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab bahwa dimasa
mendatang tetap ada manusia di muka bumi ini.
2.1.3 Komponen Dasar Corporate Social Responsibility
John Elkington (1997) yang dikutip oleh Hasibuan dan Sedyono (2006:73)
menyebutkan bahwa Corporate Social Responsibility dibagi menjadi tiga
komponen utama, yaitu: people, profit, dan planet. Ketiga komponen inilah
yangsaat ini kerap dijadikan dasar perencanaan, pengungkapan dan evaluasi
(pelaporan) program-program Corporate Social Responsibility yang kemudian
Tabel 2.1
The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility
People Profit Planet
Definisi Sebuah bisnis harus bertanggungjawab untuk organisasinya saja tetapi harus dapat member kemajuan
Sumber: Hasibuan dan Sedyono (2006:73)
Triple bottom line merupakan sinergi dari tiga elemen yang merupakan
komponen dasar dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility. Triple bottom
line sering dijadikan acuan dalam pembuatan program-program Corporate Social
Responsibility.
Sedangkan menurut pendapat Yusuf Wibisono (2007:32) mengemukakan
bahwa: “Pada dasarnya perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah 3P, selain
mengejar Profit perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat
dalampemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif
Jadi berdasarkan pendapat diatas, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada
tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang
direfleksikan dalam kondisi financialnya saja, namun juga harus memperhatikan
aspek sosial dan lingkungannya.
2.1.4 Indikator Corporate Social Responsibility
Untuk mengukur pengungkapan CSR berdasarkan Indikator-indikator
menurut Edy Rismanda Sembiring (2005) sebagai berikut :
Tabel 2.2 Indikator CSR
ITEM CSR INDIKATOR CSR
LINGKUNGAN
1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi.
2. Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi ataumemenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.
3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.
4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi daratan ataureboisasi.
5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi,minyak, air dan kertas.
6. Penggunaan material daur ulang
7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.
8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.
9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan. 10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.
11. Pengelolaan limbah.
12. Riset mengenai pengelolaan limbah.
13. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.
14. Perlindungan lingkungan hidup.
ENERGI
1. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi. 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi. 3. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.
4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi. 5. Peningkatan efisiensi energi dan produk.
SUMBER DAYA MANUSIA
1. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja. 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau
mental.
3. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.
4. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja. 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja. 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.
7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja. 8. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
9. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orangcacat. 10. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orangcacat
dalam tingkat managerial.
11. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan.
12. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat. 13. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu ditempat kerja. 14. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang
pendidikan.
15. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.
16. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan. 17. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.
18. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi. 19. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun.
20. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan. 21. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan. 22. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada.
23. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan.
24. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka. 25. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan pertenaga
kerja.
26. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut. 27. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja. 28. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain.
29. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan dan motivasi kerja.
30. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerjadan masa depan perusahaan.
31. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.
32. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh. 33. Melaporkan gangguan dan aksitenaga kerja.
34. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan. 35. Peningkatan kondisi kerja secara umum.
36. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja. 37. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.
PRODUK
1. Pengungkafan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan.
3. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untukmemperbaiki produk.
4. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan. 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen.
6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan. 7. Pengungkapan peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan
dan penyiapan produk.
8. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan. 9. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam
penerimaan penghargaan
10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000).
MASYARAKAT
1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni.
2. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar.
3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat. 4. Membantu riset media.
5. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni.
6. Membiayai program beasiswa.
7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat. 8. Mensponsori kampanye nasional.
9. Mendukung pengembangan industri lokal.
UMUM
1. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. 2. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain
yang disebut di atas. Sumber: Sembiring (2005)
2.1.5 Program Corporate Social Responsibility
Untuk mendukung perencanaan jangka panjang perlu dibuat
program-programyang mendukung pencapaian dari tujuan tersebut. Melaksanakan
Corporate Social Responsibility membutuhkan langkah-langkah pembentukan dan
persiapan hingga akhirnya dapat dilaksanakan. Langkah-langkah persiapan dan
penerapan Corporate Social Responsibility menurut Rahendrawan (2006:63)
adalah sebagai berikut :
- Mempersiapkan target dan tujuan dari pelaksanaan Corporate Social
Responsibility untuk perusahaan.
- Mempersiapkan perangkat alat ukur kinerja dan alat ukur status dari
Corporate Social Responsibility.
- Mengidentifikasi inovasi dan/atau intervensi terhadap sistem yangsedang
diterapkan.
- Mengidentifikasi masalah Corporate Social Responsibility yang relevan
dengan kegiatan operasional perusahaan.
- Mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility, baik dengan unit organisiasi, dan/atau darikematangan
Corporate Social Responsibility itu sendiri.
- Menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan Corporate
Social Responsibility di dalamnya.
- Mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak
yang relevan dalam merancang Corporate Social Responsibility.
- Mempersiapkan program-program dari Corporate Social Responsibility.
2) Persiapan aktivitas Corporate Social Responsibility
- Proses pengambilan keputusan dan pengesahan program-program
Corporate Social Responsibility.
- Memanage perubahan dan inovasi-inovasi yang dibutuhkan.
- Organisasi program-program Corporate Social Responsibility, baik
- Sumber daya internal perusahaan dari perusahaan (sumber dayamanusia,
modal, dll).
3) Pengungkapan Corporate Social Responsibility
- Menghubungkan program-program Corporate Social Responsibility
dengan para stakeholders, yang keterlibatannya akan ditentukan
berdasarkan kondisi, prioritas dan anggaran perusahaan.
- Mengungkapkan program.
- Person(s) in charge, orang yang memimpin pelaksanaan
programCorporate Social Responsibility.
4) Evaluasi
- Metode pengawasan dan perangkatnya.
- Metode evaluasi dan perangkatnya.
- Mekanisme pengembangan terus menerus.
- Person(s) in charge, orang yang ditugaskan untuk memimpin jalannya
evaluasi.
- Mengidentifikasi masalah Corporate Social Responsibility yang relevan
dengan kegiatan operasional perusahaan.
- Mengidentifikasi tingkat kesiapan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility, baik dengan unit organisiasi, dan/atau dari kematangan
Corporate Social Responsibility itu sendiri.
- Menentukan daerah operasi perusahaan yang akan diterapkan Corporate
- Mengidentifikasi stakeholders perusahaan, dan melibatkan pihak-pihak
yang relevan dalam merancang Corporate Social Responsibility.
- Mempersiapkan program-program dari Corporate Social Responsibility.
5) Pelaporan
- Mekanisme dan sistem pelaporan internal dan eksternal.
- Komunikasi internal dan sistem koordinasi.
- Sistem komunikasi eksternal.
- Laporan verifikasi.
2.1.6 Tujuan Perusahaan Melaksanakan Corporate Social Responsibility
Menururt Chuck Williams (2001:123) menyebutkan bahwa :“Tujuan perusahaan menerapkan CSR agar dapat memberi manfaat yang terbaik bagi
stakeholders dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan
kebijakan,
1. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: make a profit. Motif
utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah pondasi
perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai
prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup (survive) dan berkembang.
2. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya: obey the law. Perusahaan harus taat
hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar
kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.
3. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan
perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan. Kata kuncinya:
be ethical.
4. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba,
taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat
memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh
masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkankualitas kehidupan
semua. Kata kuncinya: be a good citizen.
Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggung
jawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal
dengan istilah non-fiduciary responsibility”.
Keempat jenjang tanggung jawab tersebut perlu dipahami sebagai satu
kesatuan. Walaupun demikian, kesalahan interpretasi umumnya kerap terjadi
dimana muncul argumen bahwa laba yang harus diutamakan. Tetapi kegiatan
mencari keuntungan atau laba hendaknya dikaitkan atau tidak terlepas dengan
kegiatan lainnya, seperti mengembangkan masyarakat.Corporate Social
Responsibility pada saat ini bukan lagi hanya sekedar kegiatan philanthropy
konvensional, memberikan sejumlah dana untuk tujuan-tujuan yang baik di akhir
tahun saat pembukuan selesai. Namun sudah lebih luas lagi dan ini justru
dijadikan tanggung jawab yang perusahaan lakukan sepanjang tahun untuk
lingkungan di sekitar mereka, untuk kegiatan bekerja yang lebih baik, untuk
komitmen perusahaan terhadap komunitas lokal dan untuk pengakuan atas brand
keunikan yang mereka miliki, namun juga pada interaksi perusahaan dengan
tenaga kerja yang dimilikinya, komunitas dan lingkungan secara kumulatif.
2.2 Good Corporate Governance
Menurut Daniri (2004), dengan mengutip riset Berle dan Means pada
tahun 1934, isu GCG muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan
pengelolaan perusahaan. Pemisahan ini memberikan kewenangan kepada
pengelola (manajer/direksi) untuk mengurus jalannya perusahaan, seperti
mengelola dana danmengambil keputusan perusahaan atas nama pemilik.
Pemisahan ini didasarkan pada principal-agency theory yang dalam hal ini
manajemen cenderung akan meningkatkan keuntungan pribadinya daripada tujuan
perusahaan. Selain memiliki kinerja keuangan yang baik, perusahaan juga
diharapkan memiliki tata kelola yang baik. Definisi dan prinsip CG yang saat ini
masih bertahan dan dapat diakomodasiserta diadaptasi oleh berbagai regulasi yang
ada khususnya di negara Indonesia (Utama, 2004), yaitu:
1. Cadbury Committee
Menurut Komite Cadburry (2004), yang kemudian dikutip oleh FCGI
dalam publikasi pertamanya, corporate governance adalah seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak – hak dan
kewajiban mereka, atau dengan katalain suatu sistem yang mengatur dan
bahwa GCG terdiri dari 3 prinsip utama yaitu, keterbukaan, integritas, dan
akuntabilitas.
2. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
Sebagaimana yang diuraikan oleh OECD (2004), yang dikutip oleh
FCGIdalam terbitannya ada 4 unsur penting dalam CG yaitu:
a. Keadilan (Fairness), yaitu kepastian perlindungan atas hak seluruh
pemegang dari penipuan (fraud) dan penyimpangan lainnya serta adanya
pemahaman yang jelas mengenai hubungan berdasarkan kontrak diantara
penyedia sumber daya perusahaandan pelanggan.
b. Transparansi (Transparancy), yaitu keterbukaan mengenai informasi
kinerja perusahaan, baik ketepatan waktu maupun akurasinya. Hal ini
berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi yang dihasilkan.,
c. Akuntabilitas (Accountability), yaitu penciptaan sistem pengawasan
yang efektif berdasarkan pembagian wewenang, peranan, hak dan
tanggung jawab dari pemegangsaham, manajer, dan auditor.
d. Pertanggung jawaban (Responsibility), yaitu pertanggung jawaban
perusahaan kepada stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan itu
berada. CG timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan
kepada pihak penyandang dana (principal/investor) bahwa dana yang
ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan CG,
perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen (agent) bertindak
menciptakan kondisiyang kondusif dan landasan yang kokoh untuk
menjalankan operasional perusahaan yang baik, efisien dan
menguntungkan. Coombes dan Watson (2000) dalam Fachrurozi (2007)
menyatakan bahwa pemegang saham saat ini sangat aktif dalam meninjau
kinerja perusahaan karena mereka menganggap bahwa CG yang lebih
baikakan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi bagi mereka. Tujuh
puluh lima persendari investor mengatakan bahwa praktek CG paling tidak
sama pentingnya dengan kinerja keuangan ketika mereka mengevaluasi
perusahaan untuk tujuan investasi. Bahkan 80% dari investor mengatakan
bahwa mereka akan membayar lebih mahaluntuk saham perusahaan yang
memiliki CG yang lebih baik (wellgoverned company atau WGC)
dibandingkan perusahaan lain dengan kinerja keuangan relatif sama. Dey
Report (1994) mengemukakan bahwa CG yang efektif dalam jangka
panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan para
pemegang saham. Morck, Shleifer dan Vishny (1988) dalam Bernhart dan
Rosenstein (1998) yang menguji hubungan antara kepemilikan manajerial
dan komposisi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan menemukan
bahwa nilai perusahaan meningkat sejalan dengan peningkatan
kepemilikan manajerial sampai dengan 5%, kemudian menurun pada saat
kepemilikan manajerial 5%-25%, dan kemudian meningkat kembali
seiring dengan adanya peningkatan kepemilikan manajerial secara
berkelanjutan. Black et al. (2003) dalam Sri Wardany (2006) berargumen
lebih menguntungkan sehingga mendapat dividen yang lebih tinggi.
Kedua, disebabkan oleh karena investor luar dapat menilai earnings atau
dividen yang sama dengan lebih tinggi untuk perusahaan yangmenerapkan
CG yang lebih baik. Hasil menunjukkan bahwa tidak ditemukan bukti
bahwa perusahaan dengan CG yang baik lebih menguntungkan atau
membayardividen yang lebih tinggi, tetapi ditemukan bukti bahwa
investor menilai earnings atau arus dividen yang sama dengan lebih tinggi
untuk perusahaan yang menerapkan CG yang lebih baik.
2.2.1 Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme CG merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan
yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan
control, pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme CG diarahkan
untuk menjamindan mengawasi berjalannya sistem governance dalam sebuah
organisasi (Walsh dan Schward, 1990 dalam Arifin, 2005). Menurut Barnhart dan
Rosenstein (1998) dalam Lastanti (2004), mekanisme CG dibagi menjadi dua,
yaitu internal mechanism (mekanisme internal), seperti komposisi dewan
direksi/komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Mekanisme
yang kedua yaitu external mechanism (mekanisme eksternal), seperti
pengendalian oleh pasar dan level debt financing. Mekanisme CG yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, karena keterbatasan data
mekanisme yang lain. Dalam penelitian ini semakin tinggi kepemilikan manajerial
kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan oleh pihak manajemen
juga akan memperoleh keuntungan bila perusahaan memperoleh laba.
Kepemilikan managerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh
managerial. Kepemilikan managerial merupakan alat monitoring internal yang
penting untuk memecahkan konflik agensi antara external stockholders dan
manajemen (Chen dan Steiner, 1999). Kepemilikan manajemen adalah proporsi
pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman (2009), dalam
Wien (2010)). Munculnya kepemilikan saham dalam pihak manajemen akan
menjadikan nilai perusahaan dapat meningkat karena pihak manajemen bisa
melaksanakan dan selalu mengawasi perkembangan perusahaan sekaligus
memperhitungkan kebijakan dividen yang terbaik dari dua sisi yaitu dari sisi
pemegang saham dan kemajuan perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham
pada pihak manajerial, maka pihak manajerial akan bekerja lebih pro aktif dalam
mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan meningkatkan
kepercayaan, kemudian nilai perusahaan juga akan naik.
2.3 Kinerja Keuangan
2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan
Pengertian kinerja menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003:215)
menyatakan bahwa: “Kinerja atau performance adalah suatu istilah umum yang
digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan aktivitas dari suatu organisasi
biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung
jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya”.
Menurut Indra Bastian (2001:329) menyebutkan bahwa :“Kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam perumusan, skema strategis(strategic
planning) suatu organisasi, secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja
merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu”.
Menurut Wibowo (2008) menyatakan bahwa definisi kinerja yaitu
“Kinerja berasal dari pengertian performance. Adapun pengertian makna luas,
tidak hanya hasil kerja, tetapi bagaimana proses pekerjaan berlangsung.”
Adapun menurut pendapat yang dikemukakan oleh Amstrong dan Baron
dalam Wibowo (2008) adalah: “Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen,
dan memberikan kontribusi pada ekonomi.”
Menurut Syafarudin (2003: 96) menyatakan bahwa: “Kinerja keuangan
merupakan adalah mengukur sampai sejauhmana prestasi, peningkatan, posisi,
atau performance dari nilai perusahaan yang diukur melalui laporan keuangan
baik melalui neraca maupun laba rugi yang dibutuhkan oleh pihak yang
berkepentingan.”
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
Efektivitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan efesiensi diartikan sebagai rasio perbandingan antara masukan
dankeluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.
2.3.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut (Munawir, 2007:30) faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerjakeuangan :
1. Likuiditas, yang mampu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi
ataukemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
pada saat ditagih.
2. Solvabilitas, yang mampu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi
baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Rentabilitas atau profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Stabilitas ekonomi, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban
bunga dan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur
tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan, yang mencakup perbandingan kinerja perusahaan
dengan perusahaan lain dalam industri yang sama dan mengevaluasi
kecenderungan posisi keuangan perusahaan sepanjang waktu. Teknik analisis
yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan adalah melalui
analisis rasio.
Menurut Moeljadi (2004:67) Analisis Rasio tersebut yaitu di antaranya
sebagai berikut :
1) Rasio Likuiditas, yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Meliputi
cash ratio, current ratio, acid test ratio atau quick ratio.
2) Rasio Leverage, yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
kebutuhan dana perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meliputi debt
tototal assets ratio, debt to equity ratio, dan time interest earned.
3) Rasio Aktivitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam memanfaatkan sumber dananya. Meliputi inventory turnover,
receivable turnover, fixed asset turnover, dan other asset turnover.
4) Rasio Profitabilitas, yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Meliputi profit margin,
Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Return on
5) Rasio Penilaian, yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menciptakan nilai kepada para investor atau pemegang saham.
Meliputi Price Earning Ratio (PER), dan market to book valueratio.
6) Market Value Added (MVA), merupakan perbedaan antara nilai pasar
ekuitas dengan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan oleh investor.
Jadi, MVA difokuskan pada pengukuran pengaruh tindakan manajerial
sejak pendirian perusahaan.
7) Economic Value Added (EVA), merupakan nilai tambah kepada pemegang
saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu. Jadi, EVA difokuskan
pada efektivitas manajerial selama satu tahun tertentu.
8) Analysis Du Pont, dirancang untuk menunjukan hubungan antara
pengembalian atas investasi, perputaran aktiva, margin laba, dan leverage.
Meliputi ROA dan Earning Power.
Sedangkan menurut Robert F. Halsey (2005:41) rasio keuangan yang dapat
digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menginterpretasikan data dalam
menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu :
Hasil pengembalian Aset atau yang lebih dikenal dengan nama Return on
Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. Return on Assets (ROA) juga merupakan suatu
ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola asetnya. Rumus untuk
mencari Return on Assets (ROA) adalah :
!"#$%& !" !""#$" !"# = !"#$%$& !"#$%
!"#$%$&# !"# !"#