1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Stres merupakan hal umum yang dialami manusia. Stres terjadi apabila
suatu atau beberapa peristiwa (stressor) menuntut individu melakukan
penyesuaian diri. Pekerjaan merupakan salah satu sumber stres tersebut, ketika
individu merasa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
pekerjaannya seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik, rekan kerja,
pimpinan, bawahan, klien, dan tugas-tugas yang harus segera diselesaikan. Tidak
hanya menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, individu juga dituntut dapat
menyesuaikan diri atau menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, bahkan
dengan pendidikan bila seseorang bekerja disertai dengan sekolah.
Stres kerja berawal dari adanya persepsi atau self talk individu mengenai
suatu peristiwa yang sedang dialami. Stres dalam batas tertentu sehat bagi
individu, stres membantu untuk tetap aktif dan waspada (Nevid, Rathus, dan
Greene, 2005).Berkaitan dengan ini, ada yang dinamakan stres positif (eustress)
dan stres negatif (distress). Stres positif merupakan suatu motivasi untuk dapat
meningkatkan kemampuan beradaptasi atau melakukan suatu yang berdaya guna.
Ini sangat baik untuk kemajuan karir, seperti menjadi suatu kekuatan untuk lebih
produktif (Higgins, 2005), memacu kreativitas (Charlesworth & Nathan, 1996),
2 Stres negatif (distress) terjadi ketika individu merasa bahwa peristiwa atau
kondisi yang dialami tidak mampu dikendalikan sehingga mempengaruhi
kesehatannya. Nevid, dkk (2005), mengemukakan bahwa distress mengacu pada
penderitaan fisik atau mental. Stres yang sangat kuat dan berlangsung lama dapat
melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasi (coping ability) dan
menyebabkan distress emosional seperti depresi atau kecemasan maupun keluhan
fisik seperti kelelahan dan sakit kepala.
Setiap jenis pekerjaan memiliki peluang bagi tiap individu mengalami
stres. Namun, ada beberapa jenis atau bidang pekerjaan yang rentan terhadap
stres. Salah satunya adalah pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan
pelayanan. Hal ini terlihat dari hasil rating scale yang dilakukan oleh University
of Manchester Institute of Science and Technology tahun 1987 (Martino, 2003)
dan National Safety Council (2004) yang menyebutkan beberapa daftar pekerjaan
yang menghasilkan stres cukup tinggi. Ditemukan pekerjaan yang bergerak dalam
bidang pelayanan lebih banyak menghasilkan stres. Hal ini didukung dengan
potensinya yang besar mengalami burnout (kejenuhan kerja) yang disebabkan
oleh stres. Noveria (tanpa tahun), mengungkapkan bahwa organisasi-organisasi
atau departemen-departemen pemerintah yang bertanggung jawab dalam
pemberian jasa pelayanan sangat signifikan mengalami burnout, di antaranya
enterpreuner, guru, pekerja sosial, komunitas kesehatan, serta keperawatan.
Perawat dapat disebut sebagai profesi yang mulia dan menyenangkan
karena dengan profesi ini, seseorang dapat membantu merawat kesehatan orang
lain. Ketika pasien yang sedang sakit parah dapat diselamatkan jiwanya, lepas dari
3 yang paling menyenangkan bagi perawat maupun dokter, bahkan dapat menjadi
momentum yang mengharukan. Timbul pemikiran bahwa usaha yang dilakukan
tidaklah sia-sia. Di sisi lain, profesi ini nyatanya rentan mengalami stres. Hal ini
dinyatakan dalam berbagai literatur, bahwa tingkat stres perawat cukup tinggi
(Cox, Griffith, Cox, 1996; McVicar, 2003; Mojdeh, et. al, 2008).
Di Indonesia, insidensi perawat mengalami stres juga cukup tinggi.
Wahyuningsih (2007), menyebutkan hasil survei yang dilakukan Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006. Hasil survei tersebut menyatakan
bahwa sekitar 50,9 % perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia
mengalami stres kerja berupa sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena
beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, serta gaji rendah tanpa insentif yang
memadai. Kondisi ini didukung oleh Rating scale yang dilakukan oleh University
of Manchester Institute of Science and Technology tahun 1987. Diperoleh 19
daftar jenis pekerjaan dengan tingkat stres yang cukup tinggi (high stress levels).
Perawat masuk dalam posisi ke- 12 rating scale 6,5 (Martino, 2003), bahkan
Mojdeh, dkk (2008), mengemukakan bahwa profesi perawat merupakan profesi
pada urutan pertama dari 40 jenis pekerjaan yang mengalami stres yang tinggi.
Hal ini wajar saja terjadi, bila dilihat dari perannya, di mana perawat
sebagai ujung tombak atau posisi kunci dalam pelayanan kesehatan.
Pemahamannya adalah perawat bertanggung terhadap pasien, serta menjadi ujung
tombak di bangsal rawat inap (Rahmawati dan Purwanti, 2008). Dalam keadaan
bagaimana pun, perawat bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan
4 dalam keadaan darurat sebelum dokter datang. Perawat juga kemudian bekerja
sama dengan dokter untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan pasien.
Kondisi demikian menyebabkan komunikasi menjadi sangat penting di
antara perawat-pasien, perawat-perawat, dan perawat-dokter. Komunikasi sendiri
merupakan suatu aktivitas, tindakan, atau kegiatan menyampaikan dan menerima
informasi. Komunikasi terbagi atas dua kategori, yakni komunikasi intrapersonal
dan interpersonal. Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang dilakukan
oleh diri individu pribadi sehubungan dengan apa yang dirasakan, dipikirkan,
serta memutuskan yang akan dilakukan. Sedangkan komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih, di mana ada yang
berperan menyampaikan pesan (komunikator) dan menerima pesan (komunikan).
Di antaranya dapat saling bertukar pikiran atau pandangan atau ide.
Menurut Atkinson (tanpa tahun), berkomunikasi dengan orang lain dapat
menjadi sumber stres. Apalagi beberapa pekerjaan sangat bergantung pada
komunikasi dengan orang lain. Perawat sebagai orang yang paling dekat dan
paling sering berhubungan dengan pasien, harus mampu menjalin komunikasi
interpersonal yang efektif dengan pasien maupun dengan rekan kerja, dokter, dan
juga atasan. Di mana komunikasi tersebut berkaitan dengan kesehatan pasien.
Komunikasi dapat berjalan dengan baik, apabila antara perawat, rekan sesama
perawat dan dokter memahami maksud yang disampaikan dan menanggapi sesuai
dengan apa yang dimaksudkan. Komunikasi akan terganggu bila pesan atau
informasi yang diutarakan tidak dapat dipahami dengan baik, atau bahkan
dipahami dengan maksud yang berbeda dari apa yang telah disampaikan.
5 berbagai pihak, seperti pasien, perawat, dokter, petugas-petugas kesehatan lain
yang berhubungan, bahkan kesehatan atau kesejahteraan organisasi juga dapat
terganggu.
Bagi pasien, kesalahan fatal dapat mengakibatkan kesehatan fisiknya
menurun, ditambah dengan menurunnya kesehatan mental. Umumnya,
kebanyakan orang tidak senang bila harus menginap di rumah sakit dan mengikuti
semua peraturannya. Seorang pasien mungkin saja mengalami tekanan karena hal
ini, dan kesalahan dalam perawatan dapat meningkatkan tekanan tersebut. Apalagi
bila didapati kesehatannya menjadi semakin buruk. Tidak berbeda dengan tenaga
medis yang telah melakukan kesalahan. Kesalahan memicu munculnya stres dan
dampaknya dapat mengarah pada terganggunya kesehatan fisik dan mental yang
diakibatkan oleh kecemasan atau ketakutan akan nasibnya.
Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang merupakan salah satu rumah sakit
swasta yang memiliki motto “layananku ibadahku”, di mana menjadikan rumah
sakit selain untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat juga
mewujudkan fungsi rumah sakit sebagai sarana dakwah. Ini dibuktikan dengan
pelaksanaan shalat berjama’ah setiap harinya yang sebagian besar diikuti oleh
para staf rumah sakit. Disertai dengan ceramah agama sesudah shalat. Pada salah
satu ceramah yang diikuti penulis, ceramah menekankan betapa kesehatan adalah
hal yang sangat penting yang dimiliki oleh manusia. Sementara kematian tidak
dapat diketahui kapan datangnya. Untuk itu, segenap individu yang masih sehat
6 Rumah Sakit Islam (RSI) Aisyiyah Malang juga merupakan salah satu
rumah sakit yang dipimpin oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
Malang dan dibina oleh seorang direktur. Bidang keperawatan adalah salah satu
dari sekian wilayah yang dikepalai oleh direktur. Di bidang keperawatan ini,
perawat bertugas pada empat unit, yaitu unit gawat darurat (UGD), unit rawat
jalan (URJ), unit kamar bedah dan steril, dan unit rawat inap (URI). Selain itu,
kamar operasi, kamar bersalin, dan ruang anak. Sama dengan rumah sakit lainnya,
jam kerja perawat dibagi menjadi tiga sift yakni pagi, siang, dan malam untuk
semua unit, kecuali perawat di kamar operasi. Bertugas hanya pada sift pagi dan
siang saja. Dengan demikan, ketika ada ada situasi darurat untuk operasi pasien di
malam hari, maka perawat yang bertugas akan segera dipanggil.
Berkaitan dengan komunikasi interpersonal yang efektif, RSI Aisyah
Malang memiliki tujuan untuk mewujudkan pengelolaan organisasi yang efektif,
produktif, transparan, dan syarat komunikasi yang humanis dengan semua pihak.
Hal ini berarti, keefektifan komunikasi interpersonal adalah salah satu modal yang
turut berperan dalam pelayanan kesehatan pasien di rumah sakit.
Selain komunikasi interpersonal, stres kerja juga dapat disebabkan oleh
faktor kepribadian. Kepribadian dapat dikelompokkan dalam berbagai tipe
kepribadian. Dalam tulisan ini, penulis mencoba menggunakan tipe kepribadian A
dan B. Orang dengan tipe kepribadian A memiliki kecenderungan melakukan
berbagai hal dengan cepat, cenderung tergesa-gesa, tidak sabaran, ambisius, selalu
merasa kekurangan waktu dan lebih suka melakukan dua hal secara bersamaan.
Hal ini dikarenakan individu dengan tipe A ingin agar apa yang dikerjakannya
7 Ini sangat bertolak belakang dengan individu berkepribadian tipe B yang
cenderung lamban, sabar, melakukan hal-hal bukan untuk berkompetisi tetapi
lebih untuk kesenangan diri sendiri, mengerjakan segala sesuatu satu persatu,
lebih bisa memahami orang lain, namun sulit untuk berterus terang karena takut
menyakiti hati orang lain (Mohyi, 1999).
Ketika dihubungkan dengan perawat sebagai pekerja profesional, orang
dengan tipe kepribadian A dan B memiliki kemungkinan akan mengalami
benturan bila menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan kepribadiannya.
Individu dengan kepribadian tipe A mungkin akan merasa kesulitan bila
dihadapkan pada kondisi-kondisi yang membutuhkan kesabaran seperti
menangani pasien yang banyak tuntutan atau berhadapan dengan situasi lengang
atau tenang. Sedangkan individu dengan tipe B mungkin akan merasa kesulitan
bila dihadapkan pada keadaan-keadaan yang membutuhkan kecepatan.
Situasi-situasi seperti bekerja pada shift malam, di mana malam adalah
jam untuk tidur, membujuk pasien, atau melihat rekan kerja yang dirasa lambat
dalam menyelesaikan tugasnya akan dapat membuat perawat tipe A merasa tidak
sabar. Dalam hal-hal seperti ini, profesinya di bidang pelayanan kesehatan dan
kewajibannnya untuk menciptakan kepuasan pasien, sangat bertentangan dengan
dirinya. Memungkinkan perawat tipe A lebih mudah mengalami stres, apalagi bila
didukung dengan komunikasi yang tidak efektif.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh
efektivitas komunikasi interpersonal dan tipe kepribadian A dan B terhadap stres
8 B. Rumusan masalah
1. Apakah ada pengaruh efektivitas komunikasi interpersonal terhadap stres
kerja perawat?
2. Apakah ada pengaruh tipe kepribadian A dan B terhadap stres kerja perawat?
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui pengaruh efektivitas komunikasi interpersonal terhadap stres
kerja perawat.
2. Mengetahui pengaruh tipe kepribadian A dan B terhadap stres kerja perawat.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran di bidang psikologi berkenaan
dengan kesehatan tenaga kerja perawat, baik fisik, mental dan perilaku, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi, sehingga nantinya diharapkan ada upaya
peningkatan kesehatan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaaat bagi para pembaca atau masyarakat
yang ingin mempelajari mengenai perawat dan segala hal yang berhubungan
dengan perawat itu sendiri, baik tugas dan tanggung jawabnya, kemampuannya
berkomunikasi, serta kepribadiannnya. Dengan demikian, masyarakat ataupun
perawat itu sendiri diharapkan mampu memahami tugas-tugas perawat, tercipta
9 perawat dengan para petugas kesehatan lainnya, perawat dengan pasien dan
i
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN TIPE KEPRIBADIAN A DAN BTERHADAP STRES KERJA PERAWAT DI
RUMAH SAKIT ISLAM AISYIYAH MALANG
TESIS
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh Derajat S-2
Program Studi Magister Sains Psikologi
Diajukan oleh :
Dwi Sari Usop
NIM 09820005
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh :
DWI SARI USOP
Nim : 09820005
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 26 April 2012
DEWAN PENGUJI
Ketua : Prof. Dr. Asip Hadipranata ...
Sekretaris : Dra. Tri Dayakisni, MSi, Psi ...
Penguji 1 : Dr. Diah Karmiyati, MSi, Psi ...
iii
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN TIPE KEPRIBADIAN A DAN B TERHADAP STRES KERJA PERAWATDI
RUMAH SAKIT ISLAM AISYIYAH MALANG
TESIS
Yang diajukan oleh :
Dwi Sari Usop
NIM : 09820005
Telah disetujui
Tanggal 26 April 2012
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Asip Hadipranata Dra. Tri Dayakisni, Msi, Psi
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi
Magister Psikologi
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Dwi Sari Usop
NIM : 09820005
Program Studi : Magister Sains Psikologi
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :
1. Tesis dengan judul
PENGARUH EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN TIPE KEPRIBADIAN A DAN B TERHADAP STRES KERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM AISYIYAH MALANG
Adalah hasil karya saya dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan
GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH
DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSLUSIF.
Demikaian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Malang, 21 April 2012
Yang menyatakan,
v
Karya Sederhana Ini Kupersembahkan Kepada :
Kedua orang tua, ketiga saudaraku tersayang, dan
sahabat-sahabat yang telah memberikan dukungan
vi
MOTTO :
Anomali hidup merupakan pintu gerbang
Menuju
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat ALLAH S.W.T atas
terselesaikannya tesis yang berjudul “Pengaruh Efektivitas Komunikasi
Interpersonal Dan Tipe Kepribadian A dan B terhadap Stres Kerja Perawat di
Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang”.
Dalam penulisan tesis ini, banyak kendala yang dialami penulis dan
banyak hal baru yang menjadikan itu sebagai sebuah pelajaran yang sangat
berharga.Seiring dengan berjalannya waktu dan bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M. Ap selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Malang
2. Bapak Prof. Dr. Asip Hadipranata selaku dosen pembimbing utama, terima
kasih banyak atas bimbingannya selama ini.
3. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si. Psi selaku dosen pembimbing pendamping,
terima kasih banyak atas bimbingannya selama ini.
4. Ibu Dr. Diah Karmiyati, M.Si. Psi selaku ketua program studi pascasarjana
psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membina dan membekali ilmu pengetahuan
kepada penulis selama duduk dibangku kuliah.
6. Seluruh karyawan program pascasarjana yang telah memberikan
viii
7. Ibu Marti’ah yang telah membantu dan mendukung penulis untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit Islam Aisyiyah Malang
8. Bapak Agus Nur Arba’i. Amd.Kep yang telah membimbing dan mendukung
berlangsungnya pengumpulan data terhadap perawat di RSIA Malang.
9. Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh kepala ruangan dan perawat
yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
10.Kedua orang tua dan ketiga saudara yang tak henti selalu mendukung dan
memberikan semangat.
11. Pak Mudhar, Bu Dewi Mustami’ah, terima kasih atas dukungannya
12. Bu Isti, Bu Ani, Bu Zakiah, Bu Esni, Atin, Piyush, dan semua teman-teman
yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis, khususnya dan
para pembaca umumnya .
Malang, 15 April 2012
Penulis
ix
2. Kode etik keperawatan Indonesia ... 12
B. Stres kerja 1. Pengertian stres kerja ... 15
2. Gejala-gejala stres kerja ... 16
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja ... 17
4. Dampak stres kerja ... 21
C. KOMUNIKASI INTERPERSONAL 1. Pengertian komunikasi interpersonal ... 26
2. Unsur-unsur komunikasi interpersonal ... 28
x
interpersonal ... 35
5. Dampak komunikasi interpersonal ... 41
D. TIPE KEPRIBADIAN A dan B 1. Pengertian tipe kepribadian A dan B ... 43
2. Karakteristik tipe kepribadian A... 45
3. Dampak tipe kepribadian A ... 47
4. Karakteristik tipe kepribadian B ... 48
5. Dampak tipe kepribadian B ... 49
E. Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap stres kerja Perawat ... 50
F. Pengaruh Tipe Kepribadian A dan B terhadap Stres kerja Perawat ... 57
G. Hipotesis ... 61
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 62
B. Variabel penelitian ... 62
C. Definisi operasional variabel penelitian ... 63
D. Subjek penelitian ... 64
H. Pelaksanaan penelitian ... 78
I. Teknik analisa data ... 79
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data ... 80
1. Deskripsi data rumah sakit Islam Aisyiyah Malang ... 80
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sumber stres bagi perawat ... 20
Tabel 2 Blue print skala efektivitas komunikasi interpersonal ... 69
Tabel 3 Blue print kepribadian tipe A dan tipe B ... 72
Tabel 4 Blue print stres kerja ... 73
Tabel 5 Waktu uji coba alat ukur ... 74
Tabel 6 Hasil uji validitas skala efektivitas komunikasi interpersonal item valid dan gugur ... 75
Tabel 7 Hasil uji validitas skala kepribadian tipe A dan tipe B item valid dan gugur ... 76
Tabel 8 Hasil uji validitas skala stres kerja item valid dan gugur ... 76
Tabel 9 Hasil uj reliabilitas skala efektivitas komunikasi interpersonal, skala kepribadian tipe A dan tipe B, dan skala stres kerja ... 77
Tabel 10 Pelaksanaan penelitian ... 78
Tabel 11 T score efektivitas komunikasi interpersonal ... 82
Tabel 12 Tingkat efektivitas komunikasi interpersonal ... 82
Tabel 13 Efektivitas komunikasi interpersonal perawat tetap dan kontrak ... 83
Tabel 14 T score skala stres kerja ... 83
Tabel 15 Tingkat stres kerja ... 84
Tabel 16 Tingkat stres kerja perawat tetap dan kontrak ... 84
Tabel 17 Statistik deskriptif kepribadian tipe A dan tipe B ... 85
Tabel 18 Tipe kepribadian perawat ... 85
xii
Tabel 20 Regresi berganda signifikansi nilai F ... 86
Tabel 21Sumbangan efektif efektivitas komunikasi interpersonal dan kepribadian tipe A dan tipe B terhadap stres kerja ... 87
Tabel 22 Pengaruh efektivitas komunikasi interpersonal, kepribadian tipe A dan tipe B terhadap stres kerja ... 87
tabel 23 Sumbangan efektif efektivitas komunikasi interpersonal terhadap stres kerja ... 89
Tabel 24 Sumbangan efektif tipe kepribadian A dan B terhadap stres kerja ... 89
Tabel 25 Koefisien korelasi item valid dan tidak valid efektivitas komunikasi interpersonal ... 119
Tabel 26 Koefisien korelasi item valid dan tidak valid kepribadian tipe A dan tipe B ... 133
Tabel 27 Koefisien korelasi item valid dan tidak valid stres kerja ... 135
Tabel 28 Efektivitas komunikasi interpersonal perawat ... 150
Tabel 29 Tipe kepribadian perawat ... 151
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model perseptual dari komunikasi ... 30
Gambar 2 Kerangka pikir pengaruh efektivitas komunikasi
interpersonal terhadap stres kerja perawat ... 56
Gambar 3 Kerangka pikir pengaruh kepribadian tipe A dan tipe B
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2002. Pengantar pendidikan keperawatan. Jakarta : Sagung Seto
Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Malang : UMM Press
APA. (1994). Diagnostic criteria from DSM-IVTM. USA
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Assumpta, Sr. M. 2002. Dasar-dasar public relations. Jakarta : PT. Grasindo
Atkinson, J.M. (tanpa tahun). Mengatasi stres di tempat kerja. Tangerang : Binarupa aksara
Azwar, S. (2005). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Berry, L.M & Houston, J.P. (1993). Psychology at work : An introduction to industrial and organizational psychology. America : Wm. C. Brown Communication, Inc
Boeree, C.G. 2008. General psychology : Psikologi kepribadian, persepsi, kognisi, emosi, dan perilaku. Jogjakarta : Prismasophie
Brannon, L & Feist, J. (2000). Health psychology : An introduction to behavior and Health. USA : Thomson Learning
Chaplin, J.P. (2009). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Charlesworth, E.A & Nathan, R.G. (1996). Manajemen stres dengan teknik relaksasi.
Jakarta : Abdi Tandur
Cox, T & Griffiths, A; Cox, S. Work-related stress in nursing : Controlling the risk to health. Working Paper CONDI/T/WP.4/1996 (Geneva, ILO, 1996)
DeVito, Joseph. (2011). Komunikasi antarmanusia. Tangerang : Karisma
Feldman, R.S. (1985). Social psychology : Theories, research, and aplications. Singapore : McGraw-Hill Book Company
Friedman, W.S. & Schustack, M.W. (2006). Kepribadian : Teori klasik dan riset modern. Jakarta : erlangga
xv
Glazer, Stetz, & Izso. (2004). Effects of personality on subjective job stress: a cultural analysis. Personality and Individual Differences 37. Elsevier. 645– 658
Hamaideh, S.H.; Mrayyan, M.T; Mudallal, R; Faori, I.G; Khasawneh, I.G. (2008). Jordanian nurses’ job stressors and social support. International Council of Nurses. 40-47
Higgins, E.M & Colligan, T.W. (2005). Workplace stress : Etiology and consequence.
Journal of Workplace Behavioral Health, Vol. 21(2),89-98
Ivancevich, J.M; Konopaske, R; Matteson, M.T. (2006). Perilaku dan manajemen organisasi. Edisi ketujuh. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Kittel, F; Kornitzer, M; Dramaix, M. (1986). Evaluation of type A personality.
Postgraduate Medical Journal. 62, 781-783
Kreitner R & Kinicki. (2005). Perilaku organisasi. Buku 2. Edisi 5. Salemba empat
Konstantinos, N & Christina, O. (2008). Factors influencing stress and job satisfaction of nurses working in psychiatric units : A research review. Health Science Journal. Vol. 2 Issue 4,183-195
LaMontagne, A.D; Louie, A; Keegel, T; Ostry, A; & Shaw, A. (2006). Workplace stress in Victoria : Developing a systems approach. Full report. Australia : Victorian Health Promotion Foundation
Liu, W.W; Pan, F.C; Wen, P.C; Chen, S.J; & Lin, S.H. (2010). Job stressors and coping mechanismms among Emergency Departement Nurses in the Armed Force Hospitals of Taiwan. International Journal of Human and Social Sciennces, 5:10, 626-633
Luthans, F. (2006). Perilaku organisasi. Yogyakarta. ANDI
Makin, P.E & Lindley, P.A. (1994). Mengatasi stres secara positif. Jakarta : Gramedia
Martino, Vittorio di. (2003). Workplace violence in the health sector : Relationship between work stress. And workplace violence in the health sector. Geneva : ILO
Maulana, D.J. (2007). Promosi kesehatan. Jakarta : EGC
McVicar, A. (2003). Workplace stress in nursing : A literature review. Journal of Advanced : Nursing, 44(6), 633–642
xvi
Mohyi, A. (1999). Teori dan perilaku organisasi : Cara mengenal, mengelola, dan mengembangka. (organisasi disertai contoh soal-soal ujian middle-final dari UNC
Mojdeh, S; Sabet, B; Irani, M.D; Hajian, E; & Malbousizadeh. (2008).
Relationship of nurse’s stress with enviromental-ocupation factors. Original article. Iranian journal of Nursing and Midwifery Reseacrch. Vol. 13 No. 1: 5-9
Mojoyinola, J.K. (2008). Effects of job stress on health, personal and work behavior of nurses in public hospital in Ibadan Metropolis, Nigeria. Ethno-Med, 2 (2) : 143-148
Moustaka, E & Constantinidis, T.C. (2010). Sources and effects of work-related stress in nursing. Health Science Journal. Vol. 4, Issue 4 : 210-216
National Safety Council. (2004). Manajemen stres. Jakarta : EGC
Nevid, J.S; Rathus, S.A; Greene, B. (2005). Psikologi abnormal. Edisi kelima. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
Noveria, P.S. Dampak penatalaksanaan pasien adiksi NAPZA terhadap burnout syndrom pada petugas di rumah sakit ketergantungan obat (RSKO) Jakarta (The impact of drug treatment management on burnout syndrome of the RSKO staff). Buletin Ilmiah Populer – Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Ouyang, Y. (2009). The mediating effects of job stress and job involvement under job instability : banking service personnel of Taiwan as an example. Journal of Money, Investment and Banking - Issue 11 16-26
Pawito. (2007). Penelitian komunikasi kualitatif. Yogyakarta : LkiS
Priharjo (1995). Pengantar etika keperawatan. Yogyakarta : Kanisius
Rahmawati, Y dan Purwanti, O.S. (2008). Hubungan komunikasi perawat-dokter dengan stres kerja perawat di instalasi rawat inap (IRNA) penyakit dalam Rumah Sakit Umum daerah Sragen. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1, No. 3 : 107-112
Rakhmat, J. (1996). Psikologi komunikasi. Edisi revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi. Edisi revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Raza, A. (2007). Personality at work : A study of type A-B. Market Forces. Vol. 3 No. 3 Rivai, V & Mulyana, D. 2003). Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Edisi ketiga.
xvii
Ruky, A.S. (2002). Sukses menjadi manajer profesional tanpa gelar MM atau MBA. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Salleh, A.L; Bakar, R.A; Keong, W.K. (2008). How detrimental of job? : A case study of executives in the Malaysian Furniture Industry. International Review Business Research Papers. Vol. 4 No. 5 Pp64-73
Sari, D.R & Arrum, D. (2006). Stres dan koping perawat kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B di ruang rawat inat RSU DR. Pringadi Medan. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Vol. 2, No. 1 : 9-17
Simamora, R.H. (2009). Buku ajar pendidikan dalam keperawatan. Jakarta : EGC
Sumiati, T; Dwidiyanti, M; Anggorowati; Bambang, E.W. Pemahahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual klien pada lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Diakses 18 Juli 2011 dari http://eprints.undip.ac.id/10288/1/INANIYAH.pdf
Supratiknya. (1999). Tinjauan psikologis komunikasi antar pribadi. Yogyakarta : kanisius Sosiawan, E.A. Kajian internet sebagai media komunikasi interpersonal dan massa.
Diakses 31 Agustus 2011 dari
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/Internet%20as%20media.pdf
Sutanto, E.M & Djohan, L. (2006). Pengaruh persepsi akan dimensi desain organisasi dan tipe kepribadian terhadap tingkat stres karyawan PT. Internasional Deta Alfa mandiri.
Jurnal manajemen dan kewirausahaan, Vol. 8, No. 1, 25-39
Swarth, J. (2002). Stres dan nutrisi. Jakarta : Bumi Aksara
Teddy, B.Th. (2005). Hubungan antara stres kerja, kepribadian, dan kinerja manajer bank. Jurnal Mutiara kesehatan Indonesia. Vol. 1, No. 1 : 17-23
Vecchio, R.P. (2000). Organizational behavior : Core concepts. Fourth edition. USA : Harcourt, Inc
Vokić, N.P & Bogdanić, A. Individual differences aand occupational stress perceived : a
survey. Working paper series. Paper No. 07-05 (zagrebu, 2007) Wahyuningsih, A. S. (2007). Stres akibat kerja. Kemas. Vol. 3, No. 1. 48-55
Wijayakusuma, H. (2007). 15 menit menuju sehat dengan ayunan tangan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
xviii
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang : UMM Press
Wiryanto. (2008). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta : Grasindo.
Wood, J.T. (2002). Interpersonal communication : Everyday encounters. USA : Wadsworth-Thomson Learning