• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT BANK PERKREDITAN RAKYAT SAHABAT SEDATI DI SIDOARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT BANK PERKREDITAN RAKYAT SAHABAT SEDATI DI SIDOARJO"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT BANK PERKREDITAN

RAKYAT SAHABAT SEDATI DI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

Diah Nawang Pratiwi 08610261

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SAHABAT SEDATI DI SIDOARJO

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat mendapat Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh

Diah Nawang Pratiwi 08610261

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal. 2003. ManajemenPerbankan. UMM Press

Arikunto, Suharsimi.2010. ProsedurPenelitian. EdisiRevisi. Jakarta: PT. RinekaCipta. CetakBiru BPR diaksespadatanggal 20 Juli 2012

Endriana Agung (2010). Analisis Tingkat Kesehatan Bank pada BPR Bank Daerah kota Madiun tahun 2007-2009. Manajemen. UMM

Fahmi, Irham. 2011. AnalisisKinerjaKeuangan. Bandung: Alfabeta

Manurung Mandala, PrathamaRahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. FE UI Taswan. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi II. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Triandaru Sigit, Totok Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Edisi2. Jakarta: Salemba Empat

..., Peraturan Bank Indonesia No. 8/19/PBI/2006 Tentang KualitasAktiva Produktif dan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat ..., Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 26/ PBI/ 2011 tentang Perubahan atas peraturan

Bank Indonesia No. 8/ 19/ PBI/ 2006 tentang Kualitas Aktiva Produktif dan

Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Bank Perkreditan Rakyat. ..., PBI No. 8/18/PBI/2006 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BPR ..., SE BI No. 8/28/DPBPR, tanggal 12-12-2006 Perihal: Kewajiban Penyediaan Modal

Minimum BPR

..., SE BI No. 8/30/DPBPR, tanggal 12-12-2006 Perihal: Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat

(12)

Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi ketiga. Bayumedia Publising. Malang http://entrepreneurship-peran-bank-perkreditan-rakyat-bprdiakses pada tanggal 5 Oktober 2011

www.sejarahbpr.com diakses pada tanggal 19 Oktober 2011

www.bpr.com diakses pada tanggal 19 Oktober 2011

(13)

KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikumWr. Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati di Sidoarjo” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat memperoleh gelar

Kesarjanaan dibidang Ekonomi, Program Studi Manajemen pada Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha memberi sebaik mungkin, namun demikian penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman penulis, sehingga masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

(14)

2. Dra. Aniek Rumijati, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Warsono, M.M., selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan baik berupa saran, kritik, arahan dan perbaikan demi selesainya skripsi ini dengan baik.

4. Dra. Erna Retna Rahadjeng, M.M., selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan baik berupa saran, kritik, arahan dan perbaikan demi selesainya skripsi ini dengan baik.

5. Dra. Uci Yuliati, MM. selaku Dosen Wali yang terus memberikan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak/ Ibu pimpinan, staff dan seluruh jajaran PT BPR Sahabat Sedati yang telah banyak membantu dan memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian. 7. Ayah Pardi dan Ibu Yayuk Suharti Tercinta, yang senantiasa memberikan

kasihsayang sepanjangmasa, dan DoaNya untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini baik materiil maupun spiritual.

Semoga amal baik Ibu, Bapak, dan saudara- saudara yang telah merekaberikan kepada penulis semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT.

(15)

yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan bagi penulis dimasa yang akan datang. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassallamu’allaikumWr. Wb.

Malang, 02 Agustus 2012 Penulis

(16)
(17)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 8

B. Tinjauan Teori ... 8

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 36

D. Hipotesis ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 38

(18)

Halaman

C. Definisi Operasional Variabel ... 38

D. Jenis data dan Sumber Data ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Uji Hipotesis... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. BPR Sahabat Sedati ... 46

B. Analisis Data ... 50

C. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76 DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Nilai Aset, Jumlah Kredit dan Dana yang dihimpun pada PT. Bank

Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati per 31 Desember Th 2007-2010 ... 4

Tabel 2.1 Peringkat Tingkat Kesehatan Bank ... 10

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian kesehatan faktor permodalan ... 27

Tabel 2.3 Kriteria penilaian tingkat kesehatan KAP ... 32

Tabel 2.4 Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor rentabilitas ... 34

Tabel 2.5 Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor likuiditas ... 36

Tabel 4.1 Kondisi Jumlah Modal PT BPR Sahabat Sedati ... 48

Tabel 4.2 Jumlah Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan PT BPR Sahabat Sedati ... 48

Tabel 4.3 Jumlah Aktiva Produktif PT BPR Sahabat Sedati ... 49

Tabel 4.4 Laba sebelum pajak PT BPR Sahabat Sedati ... 50

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 52

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan KAP 1 ... 54

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan KAP 2 (Rasio PPAP) ... 55

Tabel 4.8 Hasil Management ... 57

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Return On Asset ... 58

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan BOPO ... 59

(20)

Halaman

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 62

Tabel 4.13 Hasil Analisis Kinerja Keuangan PT BPR Sahabat Sedati Th. 2007 sampai tahun 2010... 64

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Capital Adequqcy Ratio (CAR) ... 65

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan KAP 1 ... 66

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan KAP 2 (Rasio PPAP) ... 67

Tabel 4.17 Hasil Management ... 68

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Return on Asset (ROA)... 68

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan BOPO ... 69

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Cash Rasio ... 70

(21)

DAFTAR GAMBAR

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil perhitungan CAMEL tahun 2007 sampai 2010 2. Laporan Neraca tahun 2007 sampai 2010

3. Laporan Laba Rugi tahun 2007 sampai 2010

4. Laporan Komitmen dan Kontinjensi tahun 2007 sampai 2010

5. Laporan Kualitas Aktiva Produktif dan Informasi Lainnya tahun 2007 sampai 2010

6. Peraturan Bank Indonesia Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkrditan Rakyat.

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Industri perbankan di Indonesia sangat penting peranannya dalam pembangunan perekonomian terutama sekali dalam menyediakan dana bagi dunia usaha. Perbankan dibutuhkan karena mempunyai fungsi yang mendukung bagi pertumbuhan perekonomian jasa keuangan yang dilakukan oleh bank, di samping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk pinjaman.

Perekonomian Indonesia yang saat ini bertumpu pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu dasar penetapan strategi pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional yaitu pembangunan yang terfokus pada pemberdayaan UMKM. Sejalan dengan strategi pemerintah tersebut, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu bank yang selama ini telah memberikan pelayanan perbankan terutama kepada usaha mikro dan kecil (UMK) sangat diharapkan untuk dapat lebih meningkatkan peran dan kontribusinya dalam pengembangan UMK. Sesuai dengan tujuan awal pendirian Bank Perkreditan Rakyat yaitu sebagi bank yang melayani UMK dan masyarkat pedesaan.

(24)

2

mengalami penurunan menjadi 2.141, dan akhir bulan juli 2006 ada 1.935. penurunan ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk melakukan penyehatan industri BPR. Melalui kebijakan tersebut, BPR yang mempunyai permasalahan struktural dan tidak dapat diselamatkan lagi dicabut izin usahanya dan bank yang memiliki kategori sehat namun demikian memiliki keterbatasan permodalan, maka mendorong pengelola untuk melakukan merger guna meningkatkan efisiensi dan permodalannya.

BPR menunjukkan bahwa selama ini kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan kelompok pengusaha ekonomi lemah belum mampu melakukan akses ke lembaga keuangan yang sudah ada. Peranan lembaga keuangan BPR sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia terutama kesejahteraan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dan kelompok pengusaha ekonomi lemah.

Kredit yang disalurkan BPR berhasil menghindarkan rakyat ataupun pengusaha kecil dari jeratan pelepas uang yang mengenakan bunga diatas ambang kewajaran. Dilihat dari porsi penyaluran kredit ke wilayah pedesaan kecil, maka BPR telah mengambil peran dalam perbaikan distribusi pendapatan dan kegiatan ekonomi. BPR telah menjalankan peran sebagai pendorong bertumbuhnya kewirausahaan pada masyarakat bawah.

(25)

3

saat ini. Sehingga kinerja BPR perlu di nilai untuk melihat tingkat kesehatan BPR dalam melayani kebutuhan dana bagi masyarakat ekonomi lemah.

Kinerja keuangan bank dapat dijadikan sebagai suatu acuan bagi para investor untuk mengetahui kondisi suatu bank sehingga akan membentuk mereka dalam mengambil keputusan. Analisis kinerja dilakukan untuk melihat kinerja keuangan BPR yang dilihat bahwa semakin signifikan perkembangan BPR dalam melakukan perannya sebagai penyalur dana pada UMK ataupun masyarakat kecil. Alasan pengambilan judul karena terdorong oleh fenomena BPR yang dimana peran BPR saat ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan UMKM di Indonesia terutama di sidoarjo dan sekitarnya, karena di sidoarjo sudah sangat banyak pertumbuhan usaha-usaha besar yang dapat mengalahkan usaha-usaha kecil disekitarnya.

PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati yang berkedudukan di jalan Sedati Agung no. 20 Sedati Sidoarjo merupakan perusahaan perbankan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa konvensional berorientasi pada laba yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tujuan PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati di Sidoarjo ialah melakukan usaha Bank Perkreditan Rakyat dengan kegiatan:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka dan tabungan;

(26)

4

Tabel 1.1 berikut ini merupakan data umum pada Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati Sidoarjo per 31 Desember periode tahun 2007-2010. Tabel 1.1. Nilai Aset, Jumlah Kredit dan Dana yang dihimpun pada PT Bank

Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati per 31 Desember Th. 2007-2010

(Ribuan RP)

Keterangan 2007 2008 2009 2010

Nilai Aset 3.520.830 3.688.194 4.738.829 3.717.991 Jumlah Kredit yang

disalurkan

2.734.562 3.319.153 3.776.929 3.037.944 Dana yang dihimpun 1.418.080 664.259 967.104 607.226 Sumber: PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati, 2011

Berdasarkan data Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa perkembangan nilai asset, jumlah kredit yang disalurkan dan dana yang berhasil dihimpun dari tahun ketahun mengalami perkembangan yang fluktuatif. Adanya perkembangan tersebut bahwa nilai asset PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati tahun 2007 sebesar Rp. 3.520.830.000,- tahun 2008 sebesar Rp. 3.688.194.000,- tahun 2009 sebesar Rp. 4.738.829.000,- dan tahun 2010 sebesar Rp. 3.717.991.000,- dengan jumlah kredit yang di salurkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 2.734.562.000,- tahun 2008 sebesar Rp. 3.319.153.000,- tahun 2009 sebesar Rp. 3.776.929.000,- dan tahun 2010 sebesar Rp. 3.037.944.000,-, dan

(27)

5

belum maksimal, karena jumlah kredit yang di salurkan dengan dana yang dihimpun nilai nya lebih tinggi kredit yang disalurkan dari pada dana yang dihimpun.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan betapa pentingnya analisis kinerja keuangan bank untuk mengetahui kesehatan bank yang dinilai dengan menggunakan metode CAMEL. Peneliti mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati di Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimana kinerja keuangan PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat

Sedati Tahun 2007 sampai 2010?”

C. Batasan Masalah

Batasan penelitian perlu dilakukan agar penelitian terfokus pada tujuan yang akan diteliti, maka diperlukan pembatasan masalah. Sesuai dengan judul yang dititik beratkan pada kinerja keuangan Bank BPR, maka penulis membatasi masalah dengan ruang lingkup yang lebih sempit.

(28)

6

2. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan manajemen PT BPR Sahabat Sedati.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati tahun 2007 sampai 2010.

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Manajemen PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan atau tambahan sumbangan informasi kepada pihak manajemen bank jika terjadi penyimpangan-penyimpangan sebagai peringatan awal untuk menjaga kondisi kesehatan bank

b. Bagi Kreditor PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mempermudah pihak PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati untuk menyalurkan kredit kepada kreditur.

c. Bagi Deposan PT Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati.

(29)

7

d. Bagi peneliti selanjutnya

(30)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Endriana Agung S (2010) dengan obyek yaitu BPR Bank Daerah kota Madiun tahun 2007 – 2009. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa BPR Bank Daerah kota Madiun per 31 desember periode tahun 2007-2009 analisis tingkat kesehatan bank menggunakan CAMEL yaitu faktor permodalan (capital), kualitas asset (asset quality), rentabilitas (earning) dan likuiditas (liquidity) periode 2007 yaitu dengan hasil sebesar 90,88 dengan predikat sehat, sedangkan pada periode th. 2008 diperoleh dengan hasil sebesar 90,68 dengan predikat tingkat kesehatan yaitu sehat. untuk periode tahun 2009 diperoleh dengan hasil sebesar 93,59 dengan predikat tingkat kesehatan yaitu sehat, sementara standart penilaian yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 81-100 untuk predikat sehat sehingga kriteria BPR kota Madiun dapat disimpulkan sehat.

B. Tinjauan Teori

1. Kinerja Bank

(31)

9

merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpun dana maupun penyalur dana yang biasanya di ukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank (Abdullah, 2003: 108).

Penilaian aspek penghimpun dana dan penyalur dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Sedangkan penilain kondisi likuiditas bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan. Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan menciptakan profit, yang sudah barang tentu penting bagi para pemilik. Dengan kinerja bank yang baik pada pihak ekstern bank. Menurut Abdullah, 2003:108) Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan:

a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua asset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

(32)

10

mempertahankan investasi mereka diperusahaan tersebut atau mencari alternative lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik. Berdasarkan hasil penilaian, ditetapkan empat predikat tingkat kesehatan Bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Skep DIR-BI nomor 30/2/UPPB/1997 jo SE nomor 30/23/UPPB/1998 :

Tabel 2.1. Peringkat Tingkat Kesehatan Bank Predikat Tingkat Kesehatan Nilai Kredit

Sehat 81 - 100

Cukup Sehat 66 -< 81

Kurang Sehat 51 -< 66

Tidak Sehat 0 -< 51

Sumber: Bank Indonesia

Kinerja BPR senantiasa dievaluasi sama seperti yang dilakukan oleh bank umum, indikator kinerja yang digunakan juga sama seperti yang digunakan dalam analisis kinerja bank umum. Dengan demikian laporan-laporan keuangan utama, yaitu neraca dan laporan-laporan rugi laba, menjadi sangat penting. Berdasarkan kedua laporan keuangan itulah kinerja BPR dievaluasi. Menurut BI, penilaian tingkat kesehatan perbankan mempunyai beberapa tujuan (Manurung 2004: 209).

Pertama, sebagai tolok ukur bagi manajemen bank untuk menilai

(33)

11

individual maupun perbankan secara keseluruhan. Kinerja BPR perlu dievaluasi karena memberikan gambaran tentang efisiensi alokasi sumber daya keuangan.

Efisiensi alokasi sumber daya keuangan oleh perbankan dapat mencerminkan kondisi internal perusahaan, seperti struktur permodalan, pendanaan, manajemen, dan kualitas sumber daya manusia. Karena itu, pengukuran kinerja bank juga sangat bermanfaat bagi manajemen dan pemilik bank dalam pengelolaan bank yang mereka miliki. Tingkat efisiensi yang dicapai sebuah BPR dilihat dari berbagai aspek: berapa tingkat pengembalian modal yang ditanam dan berapa tingkat keuntungan yang diperoleh.

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut merupakan suatu batasan batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.

(34)

12

masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain. Kelima, pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku (Triandaru dan Budisantoso 2006:51).

Penilaian tingkat kesehatan pada bank umum yang menggunakan sistem CAMELS ini mengukur apakah manajemen bank telah melaksanakan sistem perbankan dengan asas-asas yang sehat. Enam komponen dan indikator tersebut adalah sebagai berikut:

1. Aspek Permodalan (capital)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara lain dlakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku.

b. Komposisi permodalan

c. Trend ke depan/ proyeksi KPMM

d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal bank.

e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)

Indikator pendukung, seperti:

Dividend Pay Out Ratio =

(35)

13

Dividen yang dibagikan adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dan telah mengurangi modal bank.

f. Rencana permodalanbank untuk mendukung pertumbuhan usaha Indikator pendukung seperti persentase rencana pertumbuhan modal dibandingkan dengan persentase rencana pertumbuhan volume usaha.

a) Rencana pertumbuhan modal dan rencana pertumbuhan volume usaha didasarkan rencana bisnis bank selama 2-3 tahun ke depan secara triwulan.

b) Perhitungan modal berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku

c) Persentase Rencana Pertumbuhan Modal =

d) Persentase Rencana Pertumbuhan Volume Usaha =

e) Modal adalah modal inti dan modal pelengkap g. Akses kepada sumber permodalan

Indikator pendukung, seperti:

a) Laba per saham (earning per share- EPS) atau rasio harga terhadap saham (price earning ratio – PER)

(36)

14

h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai komponen ini antara lain:

a) Kondisi keuangan pemegang saham b) Peringkat perusahaan pemegang saham

c) Usaha utama (core busniess) pemegang saham d) Catatan reputasi (track record) pemegang saham 2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Assets quality)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif

b. Debitur inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.

(37)

15

d. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP).

e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif Indikator pendukung, seperti:

a) Keterlibatan pengurus bank dalam menyusun dan menetapkan kebijakan Aktiva Produktif serta memonitor pelaksanaan

b) Konsistensi kebijakan dengan pelaksanaan, tujuan, dan strategi usaha bank (rencana bisnis)

c) Kecukupan sistem dan prosedur

f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif. Indikator pendukung, seperti:

a) Frekuensi kaji ulang, Kaji ulang ini termasuk pengawasan terhadap kecukupan PPKPB, SOB dari setiap jenis aktiva produktif

b) Kaji ulang independen (4 eye principles), Pengkajian ulang harus independen terhadap pihak yang menetapkan dan melaksanakan kebijakan.

c) Ketaatan terhadap peraturan internal dan eksternal, Kaji ulang oleh audit internal dan kepatuhan (compliance)

(38)

16

e) Proses keputusan manajemen, Respons pengurus terhadap laporan hasil kaji ulang.

g. Dokumen aktiva produktif Indikator pendukung, seperti:

a) Kelengkapan dokumen dan kemudahan penelusuran jejak audit (audit taril)

b) Sistem penata usahaan dokumen c) Back up dan penyimpanan dokumen

h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. Indikator pendukung, seperti:

a)

Kredit yang direstruktur adalah kredit yang direstruktur sesuai ketentuan berlaku.

b)

c)

a. PPAP adalah PPAP khusus untuk kredit dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

b. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

d)

(39)

17

a. AYDA adalah agunan yang diambil alih bank untuk penyelesaian kredit yang tercantum dalam pos rupa-rupa aktiva

b. Total kredit adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain)

a) Kualitas penanganan Aktiva Produktif bermasalah b) Kaji ulang terhadap independensi unit kerja

penangan Aktiva Produktif bermasalah (workout unit)

3. Aspek Manajemen (management)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

1. Manajemen umum

Indikator pendukung yang digunakan untuk menilai faktor manajemen umum adalah:

a. Struktur dan komposisi pengurus Bank b. Penanganan conflict of interest

c. Independensi pengurus Bank

d. Kemampuan untuk membatasi atau mencegah penurunan kualitas GCG

(40)

18

2. Penerapan sistem manajemen risiko

Sistem manajemen risiko ini dinilai dari 4 pilar: a. Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko

d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

3. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lain. Penilaian komponen ini dilakukan bagi kepatuhan Bank terhadap:

a. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) b. Posisi Devisa Neto (PDN)

Perhitungan pelanggaran dan pelampauan BMPK serta perhitungan PDN berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia yank berlaku.

c. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer / KYC Principles) dan Tindak Pencucian Uang (Anti Money

Laundering/ AML)

(41)

19

komitmen Bank yang tercantum dalam Action Plan, rencana bisnis, dan lain-lain.

4. Aspek Rentabilitas (Earning)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

a. Return On Assets (ROA) b. Return On Equity (ROE) c. Net Interest Margin (NIM)

d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO)

e. Perkembangan laba operasional.

f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan

Indikator pendukung, seperti:

a) Komposisi portofolio Aktiva Produktif disbanding komposisi endapatan operasional dari Aktiva Produktif (series)

b) Fee based income ratio:

g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya

(42)

20

a) Konsistensi pengakuan pendapatan bunga berkaitan dengan Kualitas Aktiva Produktif

b) Metodologi akuntansi pengakuan pendapatan dan biaya h. Prospek laba operasional

Indikator pendukung, seperti:

Hasil stress testproyeksi laba operasional berdasakan rencana bisnis

5. Aspek Likuiditas (Liquidity)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen: a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva

liquid kurang dari 1 bulan b. Month maturity mismatch ratio c. Loan to Deposit Ratio (LDR)

d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang

e. Ketergantungan pada dana antara bank dan deposan inti

f. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assest and Liabilities Management/ ALMA)

Indikator pendukung, seperti:

a) Kecukupan contingency funding plan

b) Kesesuaian kebijakan dengan struktur asset dan kewajiban c) Kecukupan penetapan dan prosedur limit

(43)

21

g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya.

Indikator pendukung, seperti:

a) Peringkat Bank, peringkat bank diberikan oleh pihak eksternal

b) Persyaratan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) c) Catatan reputasi (track record) dan ketersediaan money

market line (credit line)

d) Tingkat Bunga PUAB vs bunga PUAB yang dikenakan pada bank

h. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK) Indikator pendukung, seperti: a) Pertumbuhan DPK

b) Pertumbuhan Deposan Inti

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap resiko pasar anatar lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen:

(44)

22

b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar

c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

2. Faktor – Faktor Penentu Kinerja

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan kinerja kesehatan BPR antara lain: (Taswan, 2010:509)

a. Perselisihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan dampak negative dalam BPR.

b. Campur tangan pihak-pihak diluar BPR dalam kepengurusan (manajemen) BPR, termasuk didalamnya kerja sama yang tidak wajar yang mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri.

c. Window dressing dalam pembukuan dan atau laporan bank yang secara material dapat berpengaruh terhadap keadaaan keuangan bank sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap BPR.

d. Praktik bank dalam bank, atau melakukan usaha bank diluar pembukuan bank.

e. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak ketiga.

(45)

23

Penilaian tingkat kesehatan BPR menurut BI memiliki dua dasar pertimbangan yaitu:

a. Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait. b. Dengan ditetapkannya UU No. 7 tahun 1992 perbankan

dikelompokkan 2 jenis bank yang lingkup dan kegiatan usahanya berbeda yaitu bank umum dan BPR.

UU No. 7/1992 Pasal 1 ayat 6 menyatakan bahwa BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (kliring). Kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR yang meliputi:

a. Menerima simpanan, berupa Giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran

b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing c. Melakukan pemrataan modal

d. Melakukan usaha perasuransian

e. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang di maksud dalam UU No. 7/1992 pasal 13.

3. Model Pengukuran Kinerja BPR

Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan BPR harus memperhatikan:

(46)

24

kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Penilaian Terhadap Faktor Permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) sebagaimana diatur oleh BI tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (KPMM), dengan ketentuan sebagai berikut:

- Pemenuhan KPMM 8% diberikan predikat “ SEHAT” dengan nilai 81 dan seiap kenaikan 0,1% dari 8% nilai ditambah 1 maksimum 100.

- Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat “Kurang Sehat” dengan nilai 65 dan setiap penurunan

0,1% dari 7,9% nilai dikurangi 1 dengan minimal 0. Dasar perhitungan:

CAR =

Untuk nilai Kredit diatas 8%

Nilai Kredit = + 1

Untuk nilai Kredit dibawah 7,9%

(47)

25

Modal itu terdiri dari :

1. Modal Inti, terdiri dari: a. Modal disetor

h. Laba-laba tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunannya oleh RUPS.

i. -/- Goodwill j. -/- Disagio

k. -/- Rugi tahun lalu l. -/- Rugi tahun berjalan

2. Modal Pelengkap (dapat diperhitungkan setinggi-tingginya 100% dari modal Inti), terdiri dari:

a. Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap

b. PPAP Umum setinggi-tingginya 1,25% dari Aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)

c. Modal Pinjaman, dengan syarat sebagai berikut:

- Tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal dibayar penuh

(48)

26

- Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian BPR melebihi laba ditahan dan Cadangan-cadangan yang termasuk Modal Inti, meskipun BPR belum dilikuidasi.

- Pembayaran Bunga dapat ditangguhkan apabila BPR dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.

d. Pinjaman Subordinasi, setinggi-tingginya sebesar 50% dari Modal Inti, dengan syarat:

- Terdapat perjanjian tertulis antara BPR dengan pemberi pinjaman

- Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia - Tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah dibayar

penuh

- Paling singkat berjangka waktu 5 tahun

- Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan BPR tetap sehat

(49)

27

Tabel 2.2 Kriteria penilaian kesehatan faktor permodalan

Kriteria Hasil Rasio

2. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)

Sebagai lembaga yang melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, kinerja dan kelangsungan usaha bank Perkreditan Rakyat sangat bergantung pada kualitas penyediaan dana pada aktiva produktif. kondisi penyediaan dana pada aktiva produktif yang buruk akan mengakibatkan memburuknya kinerja bank dan dapat mempengaruhi kelangsungan usaha bank.

Dalam rangka menjaga dan memelihara kelangsungan usahanya, Bank Perkreditan Rakyat wajib menilai, memantau dan menjag agar penyediaan dana bank pada aktiva produktif senantiasa dalam kondisi lancar. Selain hal tersebut, untuk mengantisipasi kerugian yang mngkin timbul dikemudian hari atas penanaman dana bank pada aktiva produktif maka Bank Perkreditan Rakyat wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif.

(50)

28

memperoleh penghasilan, dalam bentuk Kredit, Sertifikat Bank Indonesia dan penempatan dana Antar Bank (Tabungan, deposito berjangka, Sertifikat Deposito, Kredit yang diberikan dan penempatan dana lainnya yang sejenis). Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah Cadangan yang harus dibentuk sebesar prosentase tertentu dari Baki Debet berdasarkan Penggolongan kualitas aktiva produktif yang terdiri dari :

- Lancar (0,5% x Aktiva Produktif) termasuk PPAP Umum

- Kurang Lancar (10% x Aktiva Produktif – Nilai Agunan) termasuk PPAP khusus

- Diragukan (50% x Aktiva Produktif – Nilai Agunan) termasuk PPAP khusus

- Macet (100% x Aktiva Produktif – Nilai Agunan) termasuk PPAP khusus

Aturan Nilai Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentuk PPAP adalah sebagai berikut:

(51)

29

- 85% dari nilai pasar untuk agunan berupa emas perhiasan

- 80% dari nilai hak tanggungan untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik (SHM) atau Hak Guna Bangunan (SHGB) yang diikat dengan hak Tanggunan

- 70% dari nilai agunan berupa resi gudang yang penilaiannya dilakukan kurang dari atau sampai dengan 12 bulan dan sejalan dengan Undang-Undang serta ketentuan prosedur yang berlaku

- 60% dari Nilai Jual Obyek pajak (NJOP) untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik (SHM) atau Hak Guna Bangunan (SHGB), hak pakai tanpa hak tanggungan

- 50% dari nilai jual obyek pajak untuk nilai agunan berupa tanah dengan bukti kepemilikan berupa surat Girik (Letter C) yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir.

(52)

30

- 50% dari nilai pasar untuk agunan berupa kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan dan diikat sesuai ketentuan yang berlaku.

- 50% dari nilai agunan berupa resi gudang yang penilaiannya dilakukan lebih dari 12 bulan sampai dengan 18 bulan dan sejalan dengan Undang-Undang serta ketentuan dan prosedur yang berlaku.

- 50% untuk bagian dana yang dijamin oleh BUMN / BUMD yang melakukan usaha sebagai penjamin kredit.

- 30% dari nilai pasar untuk agunan berupa kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan dan diikat notaris (waarmeking).

- 30% dari nilai agunan berupa resi gudang yang penilaiannya dilakukan lebih dari 18 bulan namun belum melampaui 30 bulan dan sejalan dengan Unang-Undang serta ketentuan dan prosedur yang berlaku.

Catatan: selain agunan yang tersebut diatas tidak dapat diperhitungkan sebagai pengurangan dalam pembentukan PPAP

(53)

31

atau lebih diberi nilai 0 dan setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

Rasio KAP =

Nilai Kredit =

b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif disebut PPAP, adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan kualitas aktiva produktif. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk oleh bank terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang Wajib dibentuk oleh bank (Rasio PPAP). untuk Rasio sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan setiap kenaikan 1% mulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

Rasio PPAP =

(54)

32

Tabel 2.3 Kriteria penilaian tingkat kesehatan KAP

Kriteria

Penilaian manajemen merupakan inti dari pengukuran masyarakat apakah sebuah bank telah berdasarkan asas-asas perbankan yang sehat (sound banking business) atau dikelola secara tidak sehat. selain itu dengan penilaian manajemen maka ketrampilan manajerial dan profesionalisme perbankan dari pimpinan atau manajer BPR yang bersangkutan dapat diukur.

Menurut peraturan dari Bank Indonesia tentang tata cara penilaian tingkat produktif, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuidias, penilaian faktor manajemen didasarkan pada 25 aspek dan penilaian terhadap faktor manajemen mencakup 2 komponen yaitu:

(55)

33

2. Manajemen Resiko (15 pertanyaan):

- Resiko Likuiditas 2 pertanyaan - Resiko Kredit 3 pertanyaan - Resiko Operasional 3 pertanyaan - Resiko Hukum 3 pertanyaan - Resiko Pemilik/ Pengurus 4 pertanyaan

Perhitungan Nilai Kredit untuk setiap jawaban diberi nilai 0, 1, 2, 3, 4 Nilai 0 : untuk kondisi lemah

Nilai 1,2,3 : untuk kondisi antara Nilai 4 : untuk kondisi baik

4. Rentabilitas (Earnings) merupakan penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.

a. Return on Assets (ROA) adalah merupakan sejauh mana kemampuan asset-asset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba.

Rasio Rentabilitas (ROA) = ROA =

Nilai Kredit =

(56)

34

b. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional.

Rasio Rentabilitas BOPO =

x 100%

Nilai Kredit =

Untuk rasio 100% atau lebih diberi kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

Tabel 2.4 Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor Rentabilitas

Kriteria

Hasil Rasio

Rasio ROA Rasio BOPO

Sehat > 1,215% = <93,52%

Cukup Sehat >0,999% - < = 1,215% >93,52% - < =94,72% Kurang Sehat >0,765% - < = 0,999% >94,72% - < =95,92% Tidak Sehat = < 0,765% >95,92%

Sumber: Bank Indonesia

(57)

35

a. Rasio CR (Cash Ratio) adalah rasio likuid terhadap hutang lancar yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar hutang lancarnya dengan menggunakan alat likuidnya.

Rasio likuiditas (Cash Ratio) = x 100%

Nilai Kredit =

Untuk rasio sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,05% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimal 100.

b. Rasio LDR (Loan to Deposito Ratio) yaitu perbandingan antara kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank (Loan to Deposito Ratio LDR)

Rasio Likuiditas (LDR) =

Nilai kredit = (115% - RASIO ) x 4

(58)

36

Tabel 2.5 Kriteria Penilaia tingkat kesehatan faktor Likuiditas

Kriteria Hasil Rasio

(59)

37

Gambar 2.1. Kerangka pikir peneliti

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah serta tinjauan pustaka yang ada, bahwa diduga kinerja keuangan PT. Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati tahun 2007-2010 sehat.

PT. Bank Perkreditan Rakyat Sahabat Sedati

Laporan Keuangan

CAMEL

Kinerja Keuangan

 Baik

 Tidak Baik

Gambar

Tabel 2.1. Peringkat Tingkat Kesehatan Bank
Tabel 2.2 Kriteria penilaian kesehatan faktor permodalan
Tabel 2.3  Kriteria penilaian tingkat kesehatan KAP
Tabel 2.4 Kriteria penilaian tingkat kesehatan faktor Rentabilitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

CIPTA MANDIRI PERENCANA..

Sekretaris Pengadilan Negeri Banda Aceh Kuasa

digunakan. Wakil dari masing- masing kelompok tampil ke depan kelas untuk membacakan puisi dengan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang sesuai dengan isi puisi. •

Penentuan tahap sensitiviti kepelbagaian budaya dalam kalangan guru pelbagai etnik yang terlibat dalam kajian ini adalah berdasarkan kepada min tertinggi bagi setiap kategori guru

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang

Melalui hasil angket pada uji coba produk dapat dilihat bahwa media simulasi digital materi pemuaian untuk siswa kelas VII SMPN 23 Surabaya dikategorikan sangat

Tahap ini anak telah menguasai cara menuliskan secara konvensional yaitu menggunakan bentuk huruf dan ejaan yang berlaku umum untuk mengekspresikan barbagai ide abstrak. Pada

Hasil : asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny “I” selama kehamilan trimester II dengan konstipasi sudah teratasi, pada persalinan dengan persalinan spontan tanpa ada