• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANFAATAN DAUN SANG (Johannesteijsmannia altifrons)

SKRIPSI

Oleh

Salma Yuniati

071201007/Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons)

Nama Mahasiswa : Salma Yuniati

Nim : 071201007

Program Studi : Manajemen Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si. Kansih Sri Hartini, S. Hut., M. P. Ketua Komisi Anggota Komisi

Mengetahui

(3)

ABSTRACK

SALMA YUNIATI, Analysis of Community Perceptions to Utilization Daun Sang. (Johannesteijsmannia altifrons) guided by Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si dan Kansih Sri Hartini, S. Hut., M. P.

The research have a purpose to know the community perception and the intensity of utilization Daun Sang, Analyzing the relationship between utilization Daun Sang by society to age, income, education, perception, counseling, understanding Daun Sang, livelihoods and long settled. The research was done by using a list of questions (questionnaire), and respondent's answers are measured by using Likert scale against community perceptions and intensity of utilization Daun Sang, analyze the relationship between the utilization Daun Sang by society against age, income, education, perception, counseling, understanding of Daun Sang, livelihoods and livelihoods and long settled using multiple regression analysis. The results showed that there are 3 (three) factors that greatly affect the intensity of utilization of the Leaf (1) income, (2) counseling, understanding of Daun Sang. Lack of understanding to Daun Sang gives the perception that are less good for the community during at Dusun Aras Napal. Based on the results of research the community responses at Dusun Aras Napal against Daun Sang of preservation programs is very positive and agrees to perform the utilization of other alternatives and reduce the intensity of utilization Daun Sang. in the implementation of preservation programs and using utilization other alternative, at Dusun Aras Napal Resort Sei Betung The leuser Mountain National Park.

(4)

ABSTRAK

SALMA YUNIATI, Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons). Dibimbing oleh Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si dan Kansih Sri Hartini, S. Hut., M. P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat dan intensitas pemanfaatan Daun Sang, Menganalisis hubungan antara pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat terhadap umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman status Daun Sang, mata pencaharian dan lama bermukim. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), dan jawaban-jawaban responden tersebut diukur dengan menggunakan skala likert terhadap persepsi masyarakat dan intensitas pemanfaatan Daun Sang, menganalisis hubungan antara pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat terhadap umur, pendpatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman Daun Sang, mata pencaharian dan lamanya bermukim menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 (tiga) faktor yang sangat mempengaruhi intensitas pemanfaatan Daun Sang yaitu (1) pendapatan, (2) penyuluhan, dan (3) pemahaman terhadap Daun Sang. Kurangnya pemahaman mengenai Daun Sang memberikan persepsi yang kurang baik bagi masyarakat Dusun Aras Napal selama ini. Berdasarkan hasil penelitian tanggapan masyarakat Dusun Aras Napal terhadap program pelestarian Daun Sang sangat positif dan setuju untuk melakukan pemanfaatan alternatif lain dan mengurangi intensitas pemanfaatan Daun Sang, dalam pelaksanaan program pelestarian Daun Sang serta melakukan pemanfaatan alternatif lainnya di Dusun Aras Napal Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Takengon pada tanggal 24 Juni 1989, anak pertama dari empat bersaudara. Penulis merupakan anak dari pasangan, Bapak Harizal yang bekerja sebagai TNI-AD dan Ibu Rosniarni sebagai wiraswasta. Penulis memulai pendidikan formal di bangku pendidikan sekolah SD Neg. 7 dan tamat pada tahun 2001, kemudian penulis melanjutkan sekolah di bangku pendidikan SLTP Neg.3 Takengon dan tamat pada tahun 2004, kemudian penulis melanjutkan pendidikan sekolah di bangku SMA. Neg 3 Takengon dan tamat pada tahun 2007.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons) di Dusun Aras Napal Kawasan Hutan Sekundur Taman Nasional Gunung Leuser”. Hasil penelitian ini merupakan salah satu data pelengkap disertasi Ibu Kansih Sri Hartini, S. Hut., M. P.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta yang telah memberikan semangat, bimbingan dan dorongan selama mengikuti perkuliahan di Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Kansih Sri Hartini, S. Hut., M. P selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan berbagai masukan berharga.

Di samping itu penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Latifah. S. Hut., M. Si. Ph.D selaku Ketua Program Studi Kehutanan dan semua staf pengajar dan pegawai di program studi kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan hasil penelitian ini. Semoga proposal penelitian ini bermanfaat.

(7)

DAFTAR ISI

Faktor Penyebab Kelangkaan Daun Sang dan Hutan Tidak Lestari ... 8

Persepsi dan Prilaku Masyarakat ... 9

Interaksi Masyarakat Terhadap Lingkungan... 9

Kearifan Lingkungan... 10

Peraturan Perundangan Ekosistem Lingkungan Hidup dan Tanaman Endemik yang Dilindungi... 11

METODE PENELITIAN... 13

Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 13

Alat dan Bahan ... 13

Populasi dan Sampel…... 13

(8)

Teknik pengumpulan data... 15

Analisis Data... 15

Skala Pengukuran Variabel... 20

Uji Hipotesis... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat ... 25

Persepsi dan Pemanfaatan Daun Sang ... 32

Analisis Data……….. ... 38

Analisis persepsi dan intensitas pemanfaatn Daun Sang oleh masyarakat Dusun Aras Napal ... 38

Analisis regresi berganda ... 37

Uji Hipotesis ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

(9)

DAFTAR TABEL

No Hlm

1. Bobot Jawaban Skala Likert ... 17

2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 26

3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 28

4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 29

5. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian ... 30

6. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 31

7. Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Daun Sang ... 38

8. Interpretasi Intensitas Pemanfaatan Daun Sang ... 40

9. Model Ringkasan Regresi Linear Berganda ... 41

10.Hasil Pengujian Analisis Regresi Linear Berganda ... 42

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hlm

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hlm

1. Kuisioner Penelitian ... 52

2. Identitas Responden/Karakteristik Sosial Ekonomi masyarakat ... 56

3. Klasifikasi Data Interval SPSS. 16 ... 58

4. Dokumentasi Penelitian ... 60

(12)

ABSTRACK

SALMA YUNIATI, Analysis of Community Perceptions to Utilization Daun Sang. (Johannesteijsmannia altifrons) guided by Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si dan Kansih Sri Hartini, S. Hut., M. P.

The research have a purpose to know the community perception and the intensity of utilization Daun Sang, Analyzing the relationship between utilization Daun Sang by society to age, income, education, perception, counseling, understanding Daun Sang, livelihoods and long settled. The research was done by using a list of questions (questionnaire), and respondent's answers are measured by using Likert scale against community perceptions and intensity of utilization Daun Sang, analyze the relationship between the utilization Daun Sang by society against age, income, education, perception, counseling, understanding of Daun Sang, livelihoods and livelihoods and long settled using multiple regression analysis. The results showed that there are 3 (three) factors that greatly affect the intensity of utilization of the Leaf (1) income, (2) counseling, understanding of Daun Sang. Lack of understanding to Daun Sang gives the perception that are less good for the community during at Dusun Aras Napal. Based on the results of research the community responses at Dusun Aras Napal against Daun Sang of preservation programs is very positive and agrees to perform the utilization of other alternatives and reduce the intensity of utilization Daun Sang. in the implementation of preservation programs and using utilization other alternative, at Dusun Aras Napal Resort Sei Betung The leuser Mountain National Park.

(13)

ABSTRAK

SALMA YUNIATI, Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons). Dibimbing oleh Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M. Si dan Kansih Sri Hartini, S. Hut., M. P.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat dan intensitas pemanfaatan Daun Sang, Menganalisis hubungan antara pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat terhadap umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman status Daun Sang, mata pencaharian dan lama bermukim. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), dan jawaban-jawaban responden tersebut diukur dengan menggunakan skala likert terhadap persepsi masyarakat dan intensitas pemanfaatan Daun Sang, menganalisis hubungan antara pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat terhadap umur, pendpatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman Daun Sang, mata pencaharian dan lamanya bermukim menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 (tiga) faktor yang sangat mempengaruhi intensitas pemanfaatan Daun Sang yaitu (1) pendapatan, (2) penyuluhan, dan (3) pemahaman terhadap Daun Sang. Kurangnya pemahaman mengenai Daun Sang memberikan persepsi yang kurang baik bagi masyarakat Dusun Aras Napal selama ini. Berdasarkan hasil penelitian tanggapan masyarakat Dusun Aras Napal terhadap program pelestarian Daun Sang sangat positif dan setuju untuk melakukan pemanfaatan alternatif lain dan mengurangi intensitas pemanfaatan Daun Sang, dalam pelaksanaan program pelestarian Daun Sang serta melakukan pemanfaatan alternatif lainnya di Dusun Aras Napal Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Leuser merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan. Sebagian besar kawasan ini didominir oleh ekosistem hutan Dipterocarpaceae dengan flora langka dan endemik (khas) Rafflesia atjehensis dan Johannesteijsmannia altifrons (pohon payung raksasa) dan Rizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar, langka dan dilindungi dengan diamater 1,5 meter. Taman Nasional Gunung Leuser juga kaya akan jenis fauna dan diperkirakan ada sekitar 89 jenis satwa yang tergolong langka dan dilindungi ada di sini di samping jenis satwa lainnya (Caniago, 2009).

Daun Sang atau disebut juga “Daun Payung” (karena daunnya yang lebar dan dapat digunakan sebagai payung pada saat hujan) merupakan salah satu jenis tumbuhan dari keluarga palem (Arecaceae). Palem ini pantas dikatakan tanaman endemik dan langka, karena penyebaran Daun Sang terbatas sehingga di dunia keempat jenis dari marga Johannesteijsmannia yang ada diketahui hanya tumbuh di Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Serawak Barat saja, dan untuk (Johannesteijsmannia altifrons) dikategorikan rentan dengan resiko kepunahan yang sangat tinggi di alam (Priatna, 2001).

(15)

deforestasi. Sehingga pohon-pohon bertajuk besar yang menjadi naungan Daun Sang berkurang dan ini mengakibatkan sinar matahari langsung menyinari Daun Sang yang pada akhirnya membunuh tanaman endemik ini.

Pemahaman masyarakat yang masih kurang terhadap informasi mengenai status Daun Sang, yang mengakibatkan masyarakat secara berkelanjutan baik disengaja maupun tidak disengaja melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat merubah bahkan merusak habitat Daun Sang, mengambil dan memanfaatkannya tanpa ada upaya pelestarian. Oleh karena itu pemahaman yang terbentuk dalam masyarakat mengenai keberadaan Daun Sang tersebut merupakan dari suatu proses persepsi. Sehingga perlu dilakukan suatu proses interaksi dengan masyarakat dan pihak lembaga terkait, guna mengkaji tanggapan masyarakat terhadap keberadaan dan pemanfaatan Daun Sang, sehingga intensitas pemanfaatan secara berlebihan dapat dihindari dengan dengan adanya program pemanfaatan alternatif terkait dalam upaya pelestarian tanaman endemik dan langka ini.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengambilan serta pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat secara intensif sehingga perlu ditingkatkan suatu upaya pelestarian keberadaan Daun Sang yang akan ditelusuri dengan pertanyaan yang dirumuskan sebagai berukut:

1. Bagaimanakah persepsi masyarakat dan intensitas terhadap pemanfaatan Daun Sang di Dusun Aras pada Kawasan Hutan Sekundur Napal TNGL?

(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui persepsi masyarakat dan intensitas terhadap pemanfaatan Daun Sang di Dusun Aras Napal.

2. Menganalisis hubungan antara pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat terhadap umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman status Daun Sang, mata pencaharian dan lama bermukim.

Hipotesis Penelitian

Diduga terdapat pengaruh nyata terhadap pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat terhadap umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman status Daun Sang, mata pencaharian dan lamanya masyarakat bermukim.

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi dan pihak terkait agar lebih memperhatikan keberadaan Daun Sang, sehingga kepunahan populasi dapat dihindari agar potensinya kelak tetap dapat dimanfaatkan.

2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman pada masyarakat sekitar tentang keberadaan Daun Sang yang semakin langka, sehingga dapat dibentuk program kerjasama terkait upaya pelestarian Daun Sang yang melibatkan masyarakat.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Nasional Gunung Leuser

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) ditetapkan sebagai kawasan strategis karena kawasan penyangga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam melindungi dan memberikan penyangga bagi Wilayah disekitarnya yang kaya akan keanekaragaman hayati dan juga merupakan habitat penting bagi flora dan fauna karena kawasan ini memiliki peranan yang sangat besar dalam melindungi dan memberikan jasa lingkungan kepada Wilayah sekitarnya aspek perlindungan yang selama ini diberikan oleh kawasan penyangga tersebut antara lain meliputi perlindungan hidrologis, perlindungan ekosistem dan flora, fauna langka serta pengawetan hutan, tanah dan air (Ahmad, 1999).

Cagar Biosfer Gunung Leuser mempunyai keanekaragaman jenis yang sangat tinggi yang tersebar di ekosistem hutan dataran rendah Dipterocarpaceae sampai hutan pegunungan tinggi. Tidak kurang dari 3.200 jenis tumbuhan telah teridentifikasi di antaranya adalah suku Dipterocarpaceae. Banyak jenis dari Dipterocarpaceae yang berpotensi untuk bahan industri, kerajinan, obat dan kosmetik. Jenis tumbuhan langka yang terdapat di area inti ini adalah Johannesteijsmannia altifrons dan 3 jenis bunga rafflesia yaitu Rafflesia arnoldi, R. micropylora, R. rocbussenii dari 15 jenis yang ada di dunia (Mogea, 2004).

Aras Napal

(18)

Besitang kabupaten Langkat Sumatera Utara. Dusun Aras Napal terbagi dua yaitu Dusun Aras Napal Kiri yang berada disebelah kiri Sungai Besitang bila berangkat dari Hilir dan Dusun Aras Napal Kanan di sebelah kanan Sungai Besitang (Panjaitan, dkk. 2009).

Kawasan hutan di Aras Napal termasuk pada tipe hutan dataran rendah dengan ketinggian antara 75-100 m. Topografi kawasan umumnya dataran landai hingga perbukitan yang landai hingga curam. Iklim di kawasan ini sangat basah tanpa bulan kering. Terdapat spesies flora endemik yang hanya ditemukan di hutan Sekundur dekat Dusun Aras Napal yakni Daun Sang (Johannesteijsmania altifrons). Lokasi hutan Aras Napal dapat ditempuh dengan mobil atau bus hingga di Tekong Pantai Buaya Desa Bukit Mas. Untuk menuju ke Dusun Aras Napal perjalanan dilanjutkan dengan memakai boat/perahu mesin menyusuri Sungai Besitang sejauh 8 km atau sekitar 45 menit. Jalur lain menuju Dusun Aras Napal yakni dengan menyebrangi Sungai Besitang dengan getek (perahu penyebrangan) kemudian dilanjutkan dengan naik ojek atau berjalan kaki sejauh 4 km melintasi perkebunan sawit, ladang masyarakat dan batas hutan TNGL (Thoha, 2009).

Ciri-ciri Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons)

(19)

ditemukan hidup di bawah naungan pepohonan. Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons) hidup secara berkelompok membentuk rumpun namun penyebarannya sangat terbatas (Alamendah, 2010).

Penyebaran Daun Sang

Seorang ahli ekologi hutan tropis (Whitmore, 1972) mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul “Palm of Malaya” bahwa hanya ada satu jenis saja dari marga

Johannesteijsmannia di dunia yaitu, Johannesteijsmannia altifrons saja. Kemudian pada tahun yang sama John Dransfield, seorang ahli botani dari Inggris melakukan revisi kembali terhadap marga ini, ditemui tiga jenis baru yang dibedakan berdasarkan karakter morfologinya yaitu Johannesteijsmannia parekensis yang hanya tumbuh di hutan tropis perak, Malaysia, dan Johannesteijsmannia magnifica, serta

Johannesteijsmannia lanceolata yang tersebar di Selanggor dan Negeri Sembilan, Malaysia sedangkan Daun Sang Johannesteijsmannia altifrons penyebarannya lebih luas lagi di Semananjung Malaya, Serawak Barat dan Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser) (Priatna, 2001).

Pemanfaatan Daun Sang

(20)

Faktor Penyebab Kelangkaan Daun Sangdan Hutan Tidak Lestari

Adanya perubahan habitat yang terjadi yaitu berupa penebangan hutan serta pemanfaatan oleh masyarakat, konversi hutan menjadi perkebunan seperti perkebunan sawit merupakan penyebab berkurangnya populasi Daun Sang (Johannesteijsmannia altifrons). Dengan adanya konversi hutan menjadi lahan perkebunan sehingga terjadi pembukaan tajuk, menyebabkan sinar matahari langsung menerpa Daun Sang lama-kelamaan mengering dan mati. Mengupayakan pencegahan pembukaan hutan berarti mencegah punahnya jenis tanaman endemik ini (Witono, dkk. 2009).

Pemanfaatan atau eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan secara berlebihan atau kurang bijaksana akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup. Seharusnya pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan memperhatikan dan menerapkan asas-asas pelestarian lingkungan hidup. Kemajuan teknologi produksi dalam eksploitasi telah mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup (Manik, 2009).

Persepsi dan Prilaku Masyarakat

(21)

Secara umum diketahui bahwa akibat kegiatan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya sering terjadi degradasi lingkungan. Degradasi lingkungan adalah menurunnya peruntukan lahan akibat kegiatan manusia dalam mempengaruhi lingkungannya yang nantinya juga akan berdampak negatif terhadap manusia itu sendiri. Akibat dampak-dampak negatif yang timbul itu, maka perhatian terhadap keadaan lingkungan hidup mulai bermunculan satu per satu dari tiap kalangan, yang pada intinya mereka menuntut adanya perlakuan khusus terhadap lingkungan hidup agar kelestariannya tetap terjaga (Suryohadikusumo, 2008).

Interaksi Masyarakat Terhadap Lingkungan

Ada satu tahapan (evolusi) yaitu adanya interaksi antara manusia dan lingkungan. Tahapan tersebut dimulai dari tahap yang sangat sederhana, dimana manusia tunduk pada alam (pan cosmism) sampai pada tahapan yang multi kompleks dimana manusia menguasai dan mengeksploitasi alam (anthropocentris), dan sekarang tahapan evolusi tersebut telah menginjak kepada paradigma yang dicita-citakan, yakni kehidupan manusia yang selarasdengan alam (holism) (Hadi, 2000 dalam Umar, 2009).

(22)

Kearifan Lingkungan

Hubungan antara masyarakat lokal dengan sumberdaya alam khususnya hutan disekitarnya, bahwa ‘kearifan lokal’ identik dengan pengetahuan tradisional. Kearifan lokal (termasuk di dalamnya kearifan lingkungan) merupakan pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan kebudayaan yang berkenaan dengan model-model pengelolaan sumberdaya alam secara lestari (Sardjono, 2004).

Secara umum keterlibatan masyarakat yang semakin dekat terkait dengan kegiatan usaha pokok akan memberi dampak yang lebih besar dan lebih terjamin keberlanjutannya. Oleh karena itu program/usaha berbagai pihak, termasuk para pengusaha dalam rangka membangun masyarakat desa sekitar hutan seharusnya memiliki bentuk-bentuk kegiatan yang lebih dekat terkait dengan usaha kehutanan yang pokok, atau bahkan merupakan bagian yang terpadu dengan kegiatan usaha pokok tersebut (Darusman, 2002 dalam Sukardi, 2009).

Peraturan Perundangan Ekosistem Lingkungan Hidup dan Tanaman Endemik yang Dilindungi

(23)

alam hayati mengandung tiga aspek, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan plasma nutfah dan pemanfaatan yang lestari.

Dalam pasal 24 ayat (1), (2), dan (3), Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya alam Hayati dan Ekosistem Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan diterapkan dalam kawasan konservasi akan dipidana penjara antara 1 sampai 10 tahun dan dikenakan denda sebesar Rp 5 juta rupiah sampai Rp 200 juta

Kebijakan pemerintah yang terkait dengan upaya perlindungan tanaman endemik dan langka yaitu Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa pada pasal 5 ayat 1 (a, b dan c) bahwa Suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila telah memenuhi kriteria:

a. mempunyai populasi yang kecil

b. adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam

(24)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2011 di Dusun Aras Napal Kawasan Hutan Sekundur Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang akan digunakan pada pelaksanaan penelitian ini adalah kamera digital sebagai alat dokumentasi penelitian, tape recorder sebagai alat untuk merekam hasil wawancara responden, dan Software Statistic Package for Social (SPSS) 16.0 for windows, sebagai aplikasi dari perhitungan analisis regresi berganda.

Adapun bahan yang akan digunakan pada pelaksanaan penelitian ini adalah kuisioner sebagai penunjang kelengkapan data penelitian.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang berkaitan langsung atau yang berkepentingan terhadap pengambilan serta pemanfaatan Daun Sang yaitu masyarakat di Dusun Aras Napal Kiri dan Dusun Aras Napal Kanan.

(25)

untuk Dusun Aras Napal Kanan terdiri dari 59 KK dan Dusun Aras Napal Kiri terdiri dari 60 KK. Pengambilan sampel sebesar 25%, maka diperoleh jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 KK. Menurut (Sumardi, dkk. 1997 dalam Utomo, 2008) apabila jumlah subjek (populasi) < 100 lebih baik di ambil semuanya, namun jika subjeknya ≥ 100 dapat diambil 10-25% dari total populasi.

Metode Pengumpulan Data

Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah a. Data primer

Data yang diperlukan yaitu karakteristik responden yakni umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman status Daun Sang, dan mata pencaharian, yang diperoleh melalui survei lapangan, kuisioner dan wawancara.

b. Data sekunder

Diperlukan data umum mengenai kondisi sosial masyarakat di WilayahSekundur Dusun Aras Napal Kanan dan Dusun Aras Napal Kiri pada instansi tingkat Pemerintah Desa, tingkat Kecamatan, Yayasan Leuser Indonesia (YLI) dan lembaga-lembaga yang terkait.

Teknik pengumpulan data

Adapun data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Observasi

(26)

2. Wawancara

Ada proses tanya jawab dengan masyarakat mengenai tanggapan masyarakat terhadap keberadaan dan pemanfaatan Daun Sang yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

3. Kuisioner

Kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu disebarkan kepada beberapa responden yang ada di Dusun Aras Napal. Sampel yang diambil secara sengaja (Purposive Sampling) sebanyak 25% yaitu (30 kepala keluarga) dari 120 jumlah populasi masyarakat di Dusun Aras Napal TNGL.

4. Dokumentasi

Perlu dilakukan dokumentasi setiap kegiatan, sehingga dapat dijadikan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan penelitian.

Analisis Data

Untuk mengambarkan tentang pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat sekitar digunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengumpulan data primer ditabulasi sesuai dengan kelompok data masing-masing. Data sosial ekonomi responden dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang bersifat rata-rata yaitu, distribusi frekuensi dan persentase dari variabel yang digunakan sebagai alat ukur.

a. Analisis persepsi masyarakat dan intensitas pemanfaatan Daun Sang

(27)

P

=

Keterangan :

P = Persentase responden (%)

ni = Jumlah sampel (berdasarkan kriteria pengukuran)

N = Total jumlah sampel yang di ambil secara sengaja (Purposive Sampling)

Analisis dalam penelitian ini akan menggunakan alat bantu berupa kuisioner, yang mana jawaban-jawaban responden tersebut akan diukur dengan menggunakan skala likert. Menurut (Lembang, 2010) skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap responden terhadap suatu objek dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan atau statement. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan dan jawaban dari pertanyaan tersebut dapat berupa kata-kata. Oleh karena itu untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, yaitu :

- Sangat setuju (SS) = 5 - Setuju (S) = 4 - Netral (N) = 3 - Tidak setuju (TS) = 2 - Sangat tidak setuju (STS) = 1

(28)

Tabel 1. Bobot Jawaban Skala Likert

Skala Likert Bobot Nilai Sangat Setuju 5 Setuju 4 Ragu-ragu 3 Tidak Setuju 2 Sangat Tidak Setuju 1

Cara menghitung skor dan persentase penggolongan skor penilaian adalah a. Cara Menghitung Skor

Skor = frekuensi x bobot nilai

Jumlah skor = jumlah skor skala penilaian 1 sampai dengan 5 b. Cara penghitungan presentase penggolongan total skor penilaian

Penggolongan total skor penilaian dilakukan berdasarkan skor ideal, dimana nilainya tergantung pada jumlah responden yang ingin dilihat (Soehartono, 2002). Yaitu jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan responden yang berjumlah 30, maka: Skor ideal (skor tertinggi) = 30 x bobot nilai tertinggi = 30 x 5

= 150 (sangat setuju)

Skor terendah = 30 x bobot nilai terendah = 30 x 1 = 30 (sangat tidak setuju)

Kelas interval untuk penggolongan total skor yaitu:

=

= 24%

Sehingga kriteria interpretasi untuk penilaian total skor berdasarkan kelas interval kelompok responden, yaitu:

(29)

3. Angka 45% - 64% = Ragu - ragu 4. Angka 65% - 84% = Setuju

5. Angka 85% - 104% = Sangat setuju

Berdasarkan kelas interval di atas yaitu untuk kriteria interpretasi penilaian total skor di aplikasikan dalam perhitungan data analisis skala likert yaitu karateristik responden seperti umur, pendidikan, pendapatan, mata pencaharian dan lama bermukim, kemudian analisis persepsi masyarakat dan intensitas pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat Dusun Aras Napal.

b. Analisis regresi berganda

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat terhadap umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman status Daun Sang, mata pencaharian dan lamanya masyarakat bermukim di daerah tersebut dengan menggunakan analisis regresi berganda dan perhitungannya akan di aplikasikan dalam Software SPSS 16.0 for windows.

Regresi linear berganda yaitu model regresi linear dengan variabel bebas lebih dari satu. Regresi ini lebih sesuai dengan kondisi yang diperoleh di lapangan bahwa suatu variabel terikat tidak hanya dapat dijelaskan oleh satu variabel bebas saja tetapi perlu dijelaskan oleh beberapa variabel bebas. Keunggulan regresi adalah kemampuannya untuk membantu memberikan penjelasan secara statistik pengaruh variabel-variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y) (Suharjo, 2008).

Untuk itu model persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Y = β0+ β1 X1+ β2 X2 + βn Xn + e

(30)

Y = b0+ b1 X1 + b2 X2 +b3 X3+b4 X4+ b5 X5+ b6 X6 + b7X7 + b8X8 + e Keterangan:

Y = Pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat X1 = Umur

X2 = Pendidikan X3 = Pendapatan X4 = Persepsi X5 = Penyuluhan

X6 = Pemahaman tentang status Daun Sang X7 = Mata pencaharian

X8 = Lama Bermukim b1- b8 = Koefisien regresi e = Faktor error

Skala Pengukuran Variabel a. Variabel terikat (Y)

Keputusan pemanfaatan adalah serangkaian unsur-unsur yang mencerminkan keputusan masyarakat dalam memanfaatkan Daun Sang, berdasarkan pertanyaan yang akan diajukan pada data kuisioner dengan menggunakan skala likert, yang akan diukur melalui indikator:

- Sangat sering = 5

- Sering = 4

- Sedang /beberapa kali = 3

- Jarang = 2

(31)

b. Variabel bebas (X)

1. Umur (X1) yang digunakan dalam penelitian ini diukur melalui indikator: - 24 - 31 tahun = 1

- 32 - 39 tahun = 2 - 40 - 47 tahun = 3 - 48 - 55 tahun = 4 - > 56 tahun = 5

2. Pendidikan (X2) yang digunakan dalam penelitian ini adalah disesuaikan dengan tingkat pendidikan terakhir repsonden yang diukur melalui indikator:

- Tidak Sekolah = 1

- SD = 2

- SMP/SLTP = 3 - SMU/STM/SMK = 4 - Perguruan Tinggi = 5

3. Pendapatan (X3) yang digunakan dalam penelitian ini adalah disesuaikan berdasarkan penghasilan per bulan dari masing-masing kepala keluarga yang akan diukur melalui indikator:

- Rp 300.000 – 500.000 = 1 - Rp 510.000 – 700.000 = 2 - Rp 710.000 - 900.000 = 3 - Rp 910.000 - 1.200.000 = 4 - Rp 1.200.000 = 5

(32)

untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap pemanfaatan Daun Sangyang akan diukur melalui indikator:

- Sangat setuju = 5

- Setuju = 4

- Ragu- ragu = 3 - Tidak setuju = 2 - Sangat tidak setuju = 1

5. Penyuluhan (X5) yang digunakan dalam penelitian ini adalah disesuaikan berdasarkan pertanyaan yang akan diajukan pada data kuisioner dengan menggunakan skala likert untuk mengetahui keikut sertaan masyarakat dalam sosialisasi terkait keberadaan Daun Sangyang diukur melalui indikator:

- Sangat sering = 5

- Sering = 4

- Sedang = 3

- Jarang = 2 - Tidak pernah = 1

6. Pemahaman tentang status Daun Sang(X6) yang digunakan dalam penelitian ini adalah disesuaikan berdasarkan pertanyaan yang akan diajukan pada data kuisioner, untuk mengetahui pemahaman masyarakat terkait status Daun Sangsebagai tanaman endemik dan langka yang dilindungi yang akan diukur melalui indikator:

- Sangat mengetahui = 5

- Mengetahui = 4

(33)

- Sangat tidak mengetahui = 1

7. Mata Pencaharian (X7) yang digunakan dalam penelitian ini adalah diukur melalui indikator sebagai berikut :

- Pekerjaan tetap/pokok = 1 - Perkerjaan tidak tetap/sampingan = 2

8. Lama Bermukim (X8) yang digunakan dalam penelitian ini adalah di ukur melalui indikator:

- 1 - 4 tahun = 1 - 5 - 9 tahun = 2 - 10 - 14 tahun = 3 - 15 - 19 tahun = 4 - > 19 tahun = 5

Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0<R2>1), jika R2 semakin besar (mendekati satu) menunjukkan bahwa semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol) menunjukkan bahwa semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Suharjo, 2008).

(34)

b. Uji Signifikan Individual (uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara parsial (individual) menerangkan variasi variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah:

- H0 : bi = 0 artinya hubungan antara tingkat umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman masyarakat tentang status Daun Sang, mata pencaharian dan lama bermukim tidak berpengaruh nyata terhadap pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat di Dusun Aras Napal

- Ha : bi ≠ 0 artinya hubungan antara tingkat umur, pendapatan, pendidikan, persepsi, penyuluhan, pemahaman masyarakat tentang status Daun Sang, mata pencaharian dan lama bermukim berpengaruh nyata terhadap pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat di Dusun Aras Napal.

Kriteria pengambilan keputusan:

Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau H0 ditolak Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak atau H0 diterima

c. Uji Signifikaan Simultan (uji-F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

(35)

- Ha : bi ≠ 0 artinya semua variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8) secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y)

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat adalah sikap yang melekat pada masing-masing individu masyarakat. Sehingga karakteristik ekonomi masyarakat tersebut menjadi salah satu unsur yang dapat mempengaruhi pola pikir dan aktivitas responden terhadap pemanfaatan Daun Sang. Oleh karena itu untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi responden di Dusun Aras Napal dalam mempengaruhi pemanfaatan Daun Sang, maka digunakan lembar kuisioner, wawancara dan observasi di daerah pengamatan yaitu pada Kawasan Hutan Sekundur.

Kemudian wawancara kepada responden untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan disajikan pada Gambar 1. Secara umum masyarakat Aras Napal Kiri didiami oleh mayoritas beretnis Jawa. Disamping itu juga terdapat masyarakat dengan etnis Batak Tapanuli, Batak Karo, dan Melayu. Sedangkan di Dusun Aras Napal Kanan di huni oleh masyarakat dengan mayoritas etnis Batak Tapanuli. Adapun masyarakat di sekitar hutan Aras Napal Kanan terdiri atas warga pendatang yang berasal dari luar daerah. Hal ini dapat diketahui dengan adanya beberapa suku yang ada di Aras Napal Kanan ini yaitu Batak dan Melayu.

(37)

Adapun karakteristik responden terdiri dari umur, pendidikan, pendapatan, mata pencaharian dan lamanya masyarakat bermukim. Untuk memperjelas karakteristik responden yang dimaksud, maka disajikan tabel mengenai data-data responden.

1. Umur Responden

Diketahui tingkat umur berdasarkan 30 responden di Dusun Aras Napal Kanan dan Dusun Aras Napal Kiri diperoleh kriteria umur mulai dari umur 24 - 63 tahun, yang telah di wawancarai mengenai tanggapan mereka terhadap pemanfaatan Daun Sang. Klasifikasi umur responden akan di aplikasikan dengan skala likert berdasarkan kelas interval yaitu dengan kriteria interpretasi terdiri dari sangat muda, muda, sedang, tua dan sangat tua. Klasifikasi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Variabel Tingkat umur

(38)

Walaupun demikian mereka menyatakan akan tetap memanfaatkan Daun Sang secukupnya saja karena himpitan ekonomi keluarga. Bahkan beberapa di antara mereka memberikan upah kepada warga lain, mulai dari pengambilan Daun Sang hingga pemasangan atap dihargai sebesar Rp 1.000 perlembar.

Sedangkan untuk tingkat umur 24-30 tahun merupakan umur responden termuda. Kelompok responden tersebut merupakan masyarakat pendatang atau masyarakat yang baru berumah tangga, sehingga belum mengetahui kondisi Wilayah Sekundur dan hanya menggunakan Daun Sang secukupnya saja.

2. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden di asumsikan dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap masyarakat terhadap pemanfaatan Daun Sang. Tingkat pendidikan mayarakat Dusun Aras Napal beragam yaitu mulai dari yang tidak bersekolah, SD, SMP, SMA, Hingga Universitas. Klasifikasi tingkat pendidikan responden akan di aplikasikan dengan skala likert berdasarkan kelas interval yaitu dengan kriteria interpretasi terdiri dari sangat rendah, rendah, menengah, tinggi dan sangat tinggi. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Variabel Tingkat Pendidikan Skor Jumlah

responden

Persentase (%)

Total skor Pendidikan Tidak sekolah

SD

(39)

responden yang diwawancarai kebanyakan kelompok responden hanya bersekolah hingga tingkat SD saja, yang terdiri dari 12 responden dengan persentase 40%.

Hal tersebut dikarenakan sulitnya akses keluar-masuk dari Dusun Aras Napal menuju sekolah. Untuk sarana pendidikan Dusun Aras Napal hanya memiliki Sekolah Dasar, sehingga untuk melanjutkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat sekitar harus rela untuk pergi ke luar daerah. Kemudian harus menempuh perjalanan yang cukup jauh lalu menyeberangi sungai dengan rakit (getek), sedangkan perahu jarang beroperasi. Dan mereka lebih memilih menggunakan getek untuk menyeberangi sungai daripada perahu, karena dengan menggunakan getek hanya dikenakan biaya sebesar Rp 500 perorang sedangkan dengan perahu sebesar Rp 10.000 perorang. Minimnya pendapatan keluarga menyebabkan mereka tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

3. Tingkat Pendapatan Responden

(40)

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Variabel Tingkat Pendapatan Skor Jumlah

responden

Persentase (%)

Total skor Pendapatan Rp 300.000 – 500.000

Rp 510.000 – 700.000

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah total skor pada tingkat pendapatan responden sebesar 84, termasuk dalam kriteria interpertasi “tinggi”. Jika dilihat pada tabel 4 diketahui bahwa hanya 1 responden yang memiliki pendapatan Rp 300.000 – 500.000 perbulan. Sedangkan kelompok responden lainnya memiliki pendapatan yang berkisar dari Rp 510.000 – 1.400.000 perbulan. Akan tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat dalam melakukan pemanfaatan Daun Sang. Mereka menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan jumlah pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran perbulan, bahkan cenderung jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah pendapatan. Kelompok responden menyatakan bahwa jumlah pengeluaran rata-rata perbulan berkisar dari Rp 800.000 – 1.000.000 perbulan.

Berdasarkan pernyataan kelompok responden, mereka menyatakan bahwa dengan adanya Daun Sang sangat membantu untuk menutupi kebutuhan keluarga sehari-hari yaitu untuk membeli kebutuhan pangan, pakaian, rokok, uang saku anak, biaya sekolah, transportasi dan biaya tak terduga lainnya.

4. Tingkat Mata Pencaharian Responden

(41)

beberapa di antaranya yang mempunyai pekerjaan sampingan seperti berjualan dan beternak. Sepuluh tahun lalu Aras Napal dan Desa Bukit Mas terkenal sebagai daerah penghasil jeruk Pantai Buaya. Namun karena serangan penyakit, kini tanaman jeruk Pantai Buaya tidak ditemukan lagi. Dan masyarakat disekitar juga sudah mulai kurang memanfaatkan hasil hutan akibat banjir bandang pada tahun 2006 yang lalu.

Klasifikasi mata pencaharian responden akan di aplikasikan dengan skala likert berdasarkan kelas interval yaitu dengan kriteria interpretasi terdiri dari pekerjaan tetap dan pekerjaan sampingan. Klasifikasi responden berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 4

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Mata Pencaharian Variabel Pekerjaan Skor Jumlah

responden

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah total skor pada mata pencaharian responden sebesar 35, termasuk dalam kriteria interpertasi memiliki “pekerjaan tetap”. Pada Tabel 5 secara umum mata pencaharian masyarakat Dusun Aras Napal adalah bertani. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak punya keahlian lain selain bercocok tanam. Kelompok responden menyatakan bahwa hak kepemilikan tanah yang ada di Dusun Aras Napal berasal dari tanah garapan, dimana tanah yang telah digarap harus disahkan terlebih dahulu dengan SK Desa, lalu tanah hak milik dibeli dan disahkan dengan surat. Sekarang tanah hak milik sudah disahkan dengan SK Camat.

(42)

pernyataan tersebut hal ini menunjukkan semakin banyak peluang masyarakat Dusun Aras Napal untuk tetap memanfaatkan Daun Sang.

5. Lamanya Masyarakat Bermukim

Masyarakat Aras Napal bermukim di Dusun Aras Napal sejak tahun 1980. Berdasarkan data dari 30 responden yang diwawancarai lamanya mereka bermukim mulai dari 2 – 26 tahun. Klasifikasi lama bermukim responden akan di aplikasikan dengan skala likert berdasarkan kelas interval yaitu dengan kriteria interpretasi terdiri dari sangat baru bermukim, baru bermukim, sedang, lama dan sangat lama. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermukim Variabel Lama bermukim Skor Jumlah

responden

(43)

Persepsi dan Pemanfaatan Daun Sang

Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan hasil hutan dianggap sangat penting guna mengetahui sikap dan prilaku masyarakat sekitar hutan, dalam memanfaatkan hasil hutan dengan bijaksana. Menurut (Wibowo, 1988 dalam Rahmawaty dkk. 2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek adalah faktor pengalaman. Masyarakat Dusun Aras napal merupakan sebuah dusun yang berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) oleh karena itu, mereka setiap harinya akan berinteraksi langsung dengan kawasan hutan yang ada baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan adanya interaksi ini maka masyarakat memiliki pengalaman-pengalaman tentang kawasan hutan, hal tersebut menjadi peluang yang cukup besar bagi masyarakat Dusun Aras Napal dalam memanfaatkan Daun Sang, sehingga mereka dapat memberikan persepsi mereka terhadap hutan serta pemanfaatan Daun Sang yang mereka lakukan.

(44)

keseluruhan masyarakat Dusun Aras Napal pernah memanfaatkan Daun Sang dalam kapasitas yang cukup besar ketika merintis di Aras Napal pada tahun 1980.

Pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat Dusun Aras Napal sudah dilakukan sejak tahun 1980-an, hingga sekarang dapat ditemui beberapa di antaranya yang masih menggunakan Daun Sang sebagai bahan kontruksi bangunan. Mereka menyatakan sudah terbiasa menggunakan Daun Sang, Daun Sang memiliki karakteristik daun yang ukurannya panjang dan lebar serta kuat, karena daunnya tidak mudah robek, hal inilah yang menjadikan Daun Sang banyak dimanfaatkan sebagai material bangunan bagi masyarakat dan dapat digunakan hingga 4-6 tahun, sampai saat ini mereka menyatakan belum ada solusi pemanfaatan alternatif dari pihak TNGL. Karena kurangnya pengawasan terhadap pelestarian Daun Sang sehingga masyarakat lebih leluasa memanfaatkan Daun Sang hingga sekarang.

Berdasarkan pernyataan kelompok responden, mereka menyatakan bahwa pemanfaatan yang mereka lakukan dikarenakan kurangnya pendapatan kemudian pemanfaatan tersebut didukung juga dengan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai status Daun Sang sebagai Tanaman langka dan dilindungi. Hal ini ditandai dengan tidak pernah dilakukan kegiatan penyuluhan khusus mengenai Daun Sang. Padahal menurut (Rahmawaty, dkk. 2006) bahwa pengetahuan yang berasal dari kegiatan penyuluhan merupakan dari pendidikan non-formal. Oleh sebab itu dapat dikemukankan bahwa pendidikan non-formal kelompok responden Dusun Aras Napal juga ikut menentukan persepsi yang mereka sampaikan.

(45)

pengamatan dilapangan masyarakat Aras Napal mengenal 2 (dua) jenis Daun Sang yaitu Daun Sang Minyak (Johannesteijsmannia lanceolata) dan Daun Sang Gajah (Johannesteijsmannia altifrons) yang disajikan pada Gambar 2. Akan tetapi berdasarkan dari pihak Unit Manajemen leuser menyatakan bahwa hingga saat ini pada Kawasan Hutan Sekundur TNGL hanya terdapat jenis Johannesteijsmannia altifrons saja. Dikarenakan belum adanya penelitian dan pengamatan yang lebih spesifik mengenai kedua jenis tumbuhan unik tersebut.

(a) (b)

Gambar 2. (a) Daun Sang Minyak, (b) Daun Sang Gajah

(46)

Sejauh ini masyarakat Dusun Aras Napal memanfaatkan Daun Sang hanya daunnya saja. (Chan, 2007) secara umum Daun Johannesteijsmannia banyak digunakan oleh orang asli dan masyarakat lokal sebagai atap bangunan, yang mana dapat membantu untuk beberapa tahun kedepan. Tanaman ini juga digunakan sebagai hiasan dan seni taman. Di Kelantan buah dari Johannesteijsmannia altifrons digunakan sebagai obat herbal oleh masyarakat Cina.

Kelompok responden menyatakan untuk buah dan bunga Daun Sang sulit untuk ditemui mereka menyatakan bahwa hewan seperti tupai, tikus dan monyet menyukai buah Daun Sang. (Priatna, 2001) menyatakan bahwa secara umum, Johannesteijsmannia tergolong jenis palem yang pertumbuhannya lambat. Yaitu bahwa setiap jenis memiliki musim berbunga dan berbuah yang berbeda, misalnya Johannesteijsmania altifrons

biasa berbunga pada bulan Januari. Pola pemencaran biji atau buahnya yang berukuran cukup besar (diameter 4-6 cm), juga belum diketahui dengan jelas sampai saat ini. Namun besar kemungkinan yang menjadi agen pemencar biji atau buahnya adalah hewan pengerat seperti tikus atau tupai. (Chan, 2009) Perbungaan Johannesteijsmannia lanceolata berlangsung selama 2 minggu, dan produksi buah Johannesteijsmania lanceolata pembiakan dari bunga ke buah mengambil masa 14–15 bulan, dengan penghasilan buah matang yang sangat rendah (2-6 biji per musim buah). (Rahman, 2010). Buah yang masak bagi Johannesteijsmannia altifrons adalah berwarna perang, seperti gabus dan dipenuhi banyak benjolan sedangkan buah bagi Johannesteijsmannia lanceolata berbentuk seperti buah mata kucing.

(47)

salah seorang responden untuk membangun rumah yang beratapkan Daun Sang, diperlukan 2100 lembar Daun Sang dengan ukuran rumah 6 x 7 meter. Pemanfaaatan Daun Sang dapat digunakan hingga 4-6 tahun, jika Daun Sang disusun dengan rapat dan jumlah daun tidak banyak hanya dapat bertahan hingga 2-3 tahun saja. Pada Gambar 3. Disajikan Jenis-jenis pemanfaatan Daun Sang yang digunakann oleh masyarakat Dusun Aras Napal.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3. (a) Gubuk ladang, (b) kamar mandi, (c) dinding rumah, (d) atap dan dinding rumah dari daun sang, (e) kadang ternak

(48)

Sang yang sering digunakan oleh masyarakat adalah jenis Daun Sang Minyak, mereka menyatakan Daun Sang Minyak lebih banyak dan lebih mudah ditemui di sekitar Kawasan Hutan Sekundur daripada Daun Sang Gajah dan dikarenakan Daun Sang Minyak lebih awet digunakan sebagai bahan kontruksi bangunan.

Analisis Data

a. Analisis persepsi masyarakat dan intensitas pemanfaatan Daun Sang 1. Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan Daun Sang

Persepsi masyarakat Dusun Aras Napal berdasarkan pemahaman dan tanggapan mereka terhadap pemanfaatan Daun Sang, hal tersebut terlihat berdasarkan jawaban responden dari hasil wawancara dan kuisioner, yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Interpretasi Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Daun Sang Variabel Persepsi

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa jumlah total skor persepsi masyarkat terhadap pemanfaatan Daun Sang sebesar 84, termasuk dalam kriteria interpertasi “setuju”. Beberapa kelompok responden menyatakan bahwa mereka sangat tergantung terhadap Daun Sang, bagi mereka Daun Sang sangat awet digunakan sebagai bahan kontruksi bangunan dan mereka sudah terbiasa menggunakan Daun Sang, oleh karena itu sampai saat ini mereka belum mau memanfaatkan alternatif lain selain Daun Sang.

(49)

dengan masih dapat ditemui beberapa masyarakat Dusun Aras Napal yang masih memanfaatkan Daun Sang dan tidak takut untuk memanfaatkan Daun Sang secara berlebihan. Mereka menyatakan bahwa selama ini tidak pernah ada himbauan serta penyuluhan mengenai status Daun Sang. Sehingga banyak di antara mereka yang tidak mengetahui Daun Sang merupakan tanaman yang langka dan di lindungi dan harus dilestarikan. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai status Daun Sang merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan berkurangnya populasi Daun Sang, karena secara tidak langsung masyarakat akan beranggapan bahwa Daun Sang bukan merupakan tanaman yang penting sehingga tidak perlu dijaga kelestariannya. Oleh karena itu hingga sekarang pemanfaatan Daun Sang tetap dilakukan bahkan dalam kapasitas yang cukup besar.

Walaupun demikian berdasarkan pernyataan responden, mereka setuju untuk mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai pelestarian Daun Sang dan program alternatif lain untuk dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan semakin tingginya respon masyarakat terhadap keberadaan Daun Sang, maka akan semakin sedikit peluang masyarakat untuk tetap memanfaatkan Daun Sang. Hal tersebut ditandai berdasarkan hasil pengamatan di Dusun Aras Napal Kanan hanya terdapat 2 responden yang masih menggunakan Daun Sang untuk atap dan dinding rumah mereka, sedangkan di Dusun Aras Napal Kiri terdapat 7 orang dan selebih menggunakan Daun Sang untuk kamar mandi, kandang ternak dan gubuk diladang.

2. Intensitas pemanfaatan Daun Sang

(50)

ditandai berdasarkan pengamatan serta jawaban-jawaban responden dari hasil wawancara dan kuisioner, yang sajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Interpretasi Intensitas Pemanfaatan Daun Sang Variabel Persepsi

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa jumlah total skor intensitas pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat Dusun Aras Napal sebesar 68, termasuk dalam kriteria interpertasi “sering”. Beberapa kelompok responden menyatakan memanfaatkan Daun Sang secara rutin. Hal tersebut mereka lakukan karena sudah terbiasa menggunakan Daun Sang dan bagi mereka sulit untuk menemukan alternatif yang memiliki karakteristik daun yang ukurannya panjang dan lebar serta kuat seperti Daun Sang.

(51)

b. Analisis Regresi

Untuk mengetahui besarnya keeratan hubungan antara variabel terikat yaitu pemanfaatan Daun Sang terhadap variabel bebas yaitu umur, pendidikan, pendapatan, persepsi, penyuluhan, pemahaman status Daun Sang dan mata pencaharian dan lama bermukim, maka digunakan angka R square atau koefiesien determinasiyang disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Model Ringkasan Regresi Linear Berganda

Model

Sumber:Hasil pengolahan data pada SPSS 16,00

Berdasarkan Tabel 9 R adalah koefisien korelasi yang menunjukkan hubungan variabel bebas yaitu sebesar 89% sedangkan R kuadrat merupakan koefesien determinan sebesar 0,799 yang artinya bahwa pengaruh pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat Dusun Aras Napal terhadap variabel bebas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam model regresi yaitu pendapatan (X3), penyuluhan (X5), pemahaman status Daun Sang (X6) adalah sebesar 79,9%. dan sisanya adalah sebesar 20,1% dan merupakan pengaruh faktor lain yaitu umur (X1), pendidikan (X2), persepsi (X4), mata pencaharian (X7), dan lama bermukim (X8).

(52)

Tabel 10. Hasil Pengujian Analisis Regresi Linear Berganda

Karakteristik sosial ekonomi masyarakat di Dusun Aras Napal yang diduga mempengaruhi pemanfaatan Daun Sang (Y) adalah umur (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3), persepsi (X4), penyuluhan (X5), pemahaman status Daun Sang (X6), mata pencaharian (X7), dan lama bermukim (X8). Dari hasil analisis tersebut diperoleh persamaan umum regresi adalah sebagai berikut :

Y = 0,294 + 0,187 X1 - 0,290 X2 + 0,537 X3 + 0,147 X4 + 0,401 X5 - 0,404 X6 - 0,643 X7

+ 0,269 X8

Dalam persamaan dapat dilihat nilai konstanta sebesar 0,294. Nilai negatif pada koefisien variabel bebas menunjukkan hubungan yang tidak searah dan nilai positif menunjukkan hubungan yang searah dengan variabel terikat pemanfaatan Daun Sang (Y). Dari hasil regresi diperoleh variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap Pemanfaatan Daun Sang adalah pendapatan (X3), penyuluhan (X5), dan pemahaman status Daun Sang (X6).

(53)

pendapatan masyarakat sekitar maka akan semakin besar kapasitas pemanfaatan daun sang, hal ini dikarenakan untuk menutupi kebutuhan ekonomi keluarga. Sama halnya dengan penyuluhan (X5) semakin sedikit masyarakat yang tidak ikut serta dalam kegiatan penyuluhan guna meningkatkan kesadaran dan upaya pelestarian Daun Sang maka akan semakin besar peluang masyarakat untuk tetap memanfaatkan Daun Sang.

Pemahaman masyarakat terhadap status Daun Sang (X6) dapat mempengaruhi kegiatan pemanfaatan Daun Sang bahwa semakin rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap tanaman status Daun Sang, maka akan semakin besar kemungkinan dan peluang masyarakat tetap mengambil serta memanfaatkan Daun Sang, dikarenakan kurangnya pemahaman mereka terhadap peraturan perundangan mengenai tanaman langka dan dilindungi.

Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa variabel bebas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap Pemanfaatan Daun Sang adalah umur (X1) yaitu Semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan Daun Sang pada usia yang tidak produktif lagi yaitu pada usia > 50 tahun, maka semakin rendah kemampuan mereka untuk mengambil Daun Sang pada daerah-daerah yang curam. Pada umumnya masyarakat yang dengan kriteria umur lebih muda dan sehat mempunyai fisik yang lebih baik dan berproduktif dari pada masyarakat yang berusia lebih tua.

(54)

status Daun Sang, maka masyarakat dapat merespon dan memberikan tanggapan dengan baik sebagai upaya pelestarian Daun Sang tersebut. Persepsi (X4) masyarakat juga sangat mempengaruhi kapasitas pengambilan Daun Sang, semakin tinggi tanggapan masyarakat mengenai status tanaman Daun Sang yang langka dan dilindungi tersebut, maka akan semakin kecil kemungkinan masyarakat memanfaatkan Daun Sang dalam kapasitas yang berlebihan.

Mata pencaharian (X7) tidak signifikan dikarenakan hampir keseluruhan masyarakat bekerja sebagai petani yang rutin mereka lakukan setiap hari, sehingga semakin sedikit peluang masyarakat untuk mengambil serta memanfaatkan Daun Sang secara berlebihan dan rutin. Kemudian lamanya masyarakat bermukim (X8) juga merupakan salah satu faktor yang tidak signifikan terhadap pemanfaatan Daun Sang, bahwa masyarakat yang telah lama bermukim di Dusun Aras Napal merupakan masyarakat dengan umur yang tidak berproduktif lagi sehingga tidak memungkinkan bagi mereka mengambil Daun Sang dengan kondisi tempat tumbuh Daun Sang pada daerah-daerah yang curam, sedangkan responden pada umur muda kebanyakan masyarakat pendatang dan belum mengetahui seluk beluk Kawasan Hutan Sekundur.

Uji Hipotesis

a. Uji Signifikan Individual (uji-t)

(55)

Pengujian dengan cara membandingkan antara t tabel dengan t hitung. Mencari t tabel dengan kriteria = 5%, df = n k (30 - 8 = 22). Sehingga t tabel sebesar 1,7171. Pada Tabel 10 diketahui bahwa hanya variabel bebas yaitu pendapatan (X3), penyuluhan (X5), pemahaman status Daun Sang (X6) yang memiliki signifikan di bawah 0,05 sehingga pengambilan keputusannya hanya variabel bebas (X3, X5, dan X6) yaitu Ha diterima atau H0 ditolak, sehingga diperoleh bentuk pengujiannya adalah :

- artinya hubungan antara tingkat pendapatan, penyuluhan, dan pemahaman masyarakat tentang status Daun Sang berpengaruh nyata terhadap pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat di Dusun Aras Napal.

Sedangkan untuk variabel bebas umur (X1), pendidikan (X2), persepsi (X4), mata pencaharian (X7) dan lama bermukim (X8) memiliki signifikansi di atas 0,05 sehingga pengambilan keputusannya yaitu Ha ditolak atau H0 diterima yang artinya hanya tingkat umur, pendidikan, persepsi, mata pencaharian dan lama bermukim tidak berpengaruh nyata terhadap pemanfaatan Daun Sang, hal tersebut dikarenakan pada umumnya masyarakat di Dusun Aras Napal hanya bersekolah hingga tingkat SMA, walaupun banyak di antaranya yang hanya memperoleh pendidikan hingga SD saja, hal ini tidak berpengaruh nyata sehingga akan menimbulkan persepsi atau tanggapan yang tidak signifikan dengan kondisi sebenarnya, ditambah lagi dengan kondisi umur responden yang sudah lama bermukim di Dusun Aras Napal sehingga tidak produktif lagi untuk menanggapi dengan cepat serta merespon informasi penting yang disampaikan.

(56)

signifikan dikarenakan hampir keseluruhan masyarakat bekerja sebagai petani yang rutin mereka lakukan setiap hari, sehingga akan semakin sedikit peluang pengambilan serta pemanfaatan Daun Sang secara berlebihan.

b. Uji Signifikaan Simultan (uji-F)

Analisis uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hal ini ditunjukkan dari besarnya nilai F hitung yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%.

Nilai F hitung akan diperoleh dengan program SPSS 16,00 yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Model Pendugaan Signifikaan Simultan (uji-F) Model Jumlah

kuadrat

Df (Derajat

bebas)

Rata-rata

Kuadrat F Sig. 1 Regression (df1) 23.850 8 2.981 10.405 .000a

Residual (df2) .017 21 .287 Total 29.867 29

Sumber:Hasil pengolahan data pada SPSS 16,00

(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan Daun Sang di Dusun Aras Napal yaitu termasuk dalam kriteria interpretasi “Setuju”.

2. Intensitas pemanfaatan Daun Sang yang dilakukan oleh Masyarakat Dusun Aras Napal yaitu termasuk dalam keriteria interpretasi “Sering”.

3. Pemanfaatan Daun Sang oleh masyarakat Dusun Aras Napal dipengaruhi secara signifikan oleh variabel pendapatan, penyuluhan, dan pemahaman masyarakat tentang status Daun Sang.

Saran

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. M. 1999. Berjuang Mempertahankan Hutan, Kearifan Tradisional Masyarakat Ekosistem Leuser. Madani Press. Jakarta.

Alamendah. 2010. Daun Sang, Tanaman Unik Panjang Daunnya 6 M. Diakses dari Almaendah 2009. http://alamendah.wordpress.com/2010/05/10

/daun-sang-tanaman-unik-panjang-daunnya-6-m/. [21 Maret 2011].

Caniago, A. R. 2009. Taman Nasional Di Pulau Sumatera. Diakses dari

[21 Maret 2011].

Chan, Y.M. 2007. Conservation Malaysia. A Bulletin Supporting Plant and Animal Conservation In Malaya. Malaysia.

Chan, Y. M. 2009. The reproductive Biology and ecology of Johannesteijsmannia lanceolata J. Dransf (Arecaceae). Original Literary Work Declaration. Universiti Malaya. Malaysia.

Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta.

Priatna, D. 2001. Dari Leuser untuk Dunia. Unit Manajemen Leuser. Nanggroe Aceh Darussalam.

Fauzi, M. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Walisongo Press. Semarang.

Indriani, Y. Cory, M. Panji, A. F. dan Eka S. 2009. Inventarisasi dan Analisis Habitat Tumbuhan langka Salo (Johannesteijsmannia altifrons) di Dusun Metah, Resort Lahai Taman Nasional Bukit Tiga puluh Provinsi Riau-Jambi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Keputusan Menteri Kehutanan No. 276/Kpts-VI/1997. dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya alam Hayati dan Ekosistem Lingkungan Hidup

Lembang, R. D. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga Promosi Terhadap Keputusan Pembelian The Siap Minum dalam Kemasan Merek The Botol Sosro. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Manik, K. E. S. 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT. Ikrar Mandiriabadi. Jakarta.

(59)

Panjaitan, H. Salma, Y. Ferry P. Sapril, A. Reni, E. S. Irfan, P. S. dan Reni, M. M. 2009. Praktik dan pengelolaan Hutan (P3H). Fakultas Pertanian program studi

kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang : Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa (Tumbuhan Dan Satwa yang dilindungi).

Rahman, N. A. 2010. Kenali Palma: Johannesteijsmannia. Di akses dari

Rahmawaty, Khairida dan Eva, S. 2006. Persepsi Masyarakat Terhadap Upaya Konservasi di Taman Hutan RayaBukit Barisan. Fakultas Pertanian Departemen Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sardjono, M. A. 2004. Mosaik Sosiologis Kehutanan Masyarakat Lokal, Politik dan Kelestarian Sumberdaya. Debut Press. Yogyakarta.

Soehartono dan 2002. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Edisi-10.

Imagraph. Jakarta.

Suharjo, B. 2008. Analisis Regresi Terapan Dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sukardi, L. 2009. Desain Model Pemberdayaan Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Kasus Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Rinjani Pulau Lombok. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Suryohadikusumo. 2008. Interaksi Manusia Adat Kajang dengan Lingkungannya. Di

akes dari

Thoha, A. S. 2009. Kondisi Umur Aras Napal dan Pulau Sembilan. Lokasi Umum

Praktik. Diakses dari

(20 Mei 2011).

Umar. 2009. Persepsi dan Prilaku Masyarakat dalam Pelestarian Fungsi Hutan sebagai Daerah Resapan Air (studi kasus hutan penggaro kabupaten Semarang). [Tesis]. Program Megister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

(60)

Utomo, B. 2008. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Kegiatan GERHAN. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan

(61)

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur : Tahun

3. Jenis Kelamin : laki-laki/perempuan 4. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah

b. SD

Pertanyaan Panduan (mohon dilingkari atau menyilang yang Bapak/Ibu anggap benar)

B. Intensitas Pemanfaatan/pengambilan Daun Sang oleh Masyarakat Desa Sekundur

1. Apakah saudara sendiri pernah mengambil dan memanfaatkan Daun Sang a. Sangat sering d. jarang

b. Sering e. tidak pernah c. Sedang

2. Pernah Apakah saudara pernah melakukan aktivitas dihutan seperti perambahan hutan

a. Sangat sering d. jarang b. Sering e. tidak pernah c. Sedang

3. Selain dimanfaatkan apakah pernah saudara melakukan jual beli Daun Sang ini a. Sangat sering d. jarang

(62)

4. Biasanya selain untuk bangunan rumah, apakah pernah saudara memanfaatkan Daun Sang ini untuk kebutuhan lainnya

a. Sangat sering d. jarang b. Sering e. tidak pernah c. Sedang

5. Apakah pernah saudara mengambil dan memanfaatkan Daun Sang tersebut secara berlebihan atau dalam kapasitas yang banyak

a. Sangat sering d. jarang b. Sering e. tidak pernah c. Sedang

6. Apakah sampai saat ini saudara masih mengambil dan memanfaatkan Daun Sang a. Sangat sering d. jarang

b. Sering e. tidak pernah c. Sedang

C. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Daun Sang

1. Apakah saudara setuju jika masyarakat Desa Aras Napal dan Sekundur menggunakan Daun Sang untuk membangun rumah

a. Sangat setuju d. Tidak setuju b. Setuju e. Sangat tidak setuju c. Biasa saja

2. Apakah saudara setuju Daun Sang digunakan untuk atap dan dinding rumah a. Sangat setuju d. Tidak setuju

b. Setuju e. Sangat tidak setuju c. Biasa saja

3. Apakah saudara setuju jika Daun Sang tersebut sangat membantu sekali dalam perekonomian keluarga

a. Sangat setuju d. Tidak setuju b. Setuju e. Sangat tidak setuju c. Biasa saja

4. Apakah saudara setuju jika Daun Sang diperjual belikan a. Sangat setuju d. Tidak setuju

b. Setuju e. Sangat tidak setuju c. Biasa saja

5. Apakah saudara setuju jika menggunakan alternatif lainya selain Daun Sang a. Sangat setuju d. Tidak setuju

b. Setuju e. Sangat tidak setuju c. Biasa saja

(63)

b. Setuju e. Sangat tidak setuju c. Biasa saja

D. Pemahaman Masyarakat Terhadap Status Daun Sang sebagai Tanaman Endemik dan Langka yang Dilindungi

1. Apakah saudara mengetahui tentang Peraturan Perundangan tentang tanaman endemik dan langka yang dilindungi

a. Sangat mengetahui d. Tidak mengetahui b. mengetahui e. Sangat tidak mengetahui c. cukup

2. Apakah peraturan dan perundang-undangan tersebut saudara ketahui dari pihak YLI, Pemerintah dan lembaga lainnya

a. Sangat benar d. Tidak benar b. benar e. Sangat tidak benar c. cukup

3. Atau dari membaca buku dan selebaran

a. Sangat benar d. Tidak benar b. benar e. Sangat tidak benar c. cukup

4. Menurut saudara apakah benar bahwa Daun Sang adalah tanaman yang langka dan endemik

a. Sangat benar d. Tidak benar

b. Benar e. Sangat tidak benar c. Cukup

E. Kegiatan Penyuluhan Terkait Keberadaan Daun Sang

1. Apakah pernah ada pemberitahuan dari YLI/lembaga setempat mengenai Daun Sang sebagai tanaman unik dan langka yang dilindungi

a. Sangat sering d. Tidak pernah b. Sering e. Sangat tidak pernah c. Pernah

2. Apakah setiap bulannya penyuluhan tersebut dilakukan a. Sangat sering d. Tidak pernah b. Sering e. Sangat tidak pernah c. Pernah

3. Apakah penyuluhan tersebut bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan menerapkannya pada lingkungan saudara

(64)

c. biasa saja

4. Apakah masyarakat yang mengikuti pertemuan itu ramai a. Sangat ramai d. Tidak ramai

b. ramai e. Sangat tidak ramai c. biasa saja

5. Apakah saudara sendiri pernah mengikuti pertemuan tersebut a. Sangat sering d. Tidak pernah

b. sering e. Sangat tidak pernah c. pernah

6. Apakah pernah ada warga setempat yang terkena sanksi oleh pihak YLI/lembaga setempat ketika sedang mengambil dan memanfaatkan daun sang tersebut

a. Sangat sering d. Tidak pernah b. Sering e. Sangat tidak pernah c. Pernah

7. Apakah saudara sendiri pernah diberikan sanksi oleh pihak YLI/Lembaga setempat a. Sangat sering d. Tidak pernah

b. Sering e. Sangat tidak pernah c. Pernah

8. Menurut saudara apakah kita perlu memperketat pengawasan tentang peraturan dan perundangan di Desa Aras Napal dan Sekundur tersebut

(65)
(66)

Lampiran 2. Tabel Klasifikasi Data Interval SPSS. 16

Nama Responden Umur Pendidikan endapatan Persepsi Penyuluhan

(67)

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian

Gambar 4. Wawancara responden

Gambar

Tabel 1. Bobot Jawaban Skala Likert
Gambar 1. Wawancara kepada masyarakat Dusun Aras Napal
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Makna adalah sesuatu yang dirasa penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberikan nilai khusus yang layak dijadikan tujuan hidup bagi seseorang (Bastaman, 2007, h.

bahwa dalam rangka tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk

Adapun hal yang penghambat dalam pelaksanaan lelang barang jaminan gadai ( rahn ) bermasalah dikarenakan adanya modifikasi dalam aturan yang dibuat oleh pihak bank

pertumbuhan kembali (regrowth) dan produksi hijauan yang dihasilkan, dengan demikian perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh interval defoliasi pada hari ke 20, hari

1) pelanggan menyampaikan keluhan kepada perusahan atau penyedia jasa, dengan demikian perusahaan dapat mengambil tindakan perbaikan. Pelanggan yang merasa masalahnya

Dari hasil uji t antara nilai yang dirasakan terhadap loyalitas merek menunjukkan t hitung sebesar 3,254 &gt; t tabel sebesar 1,660 dengan demikian dinyatakan hipotesis keempat

Dari beberapa pendapat di atas tentang penanganan rasa takut anak dalam perawatan gigi maka penulis berpendapat bahwa penanganan rasa takut anak dalam perawatan gigi dapat

operasional perpustakaan seperti proses pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan perbaikan buku perpustakaan, proses pendaftaran anggota perpustakaan, proses