• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan Dan Kinerja Guru Di Smp Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan Dan Kinerja Guru Di Smp Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TUNJANGAN SERTIFIKASI TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI SMP SWASTA DHARMA PATRA RANTAU

KABUPATEN ACEH TAMIANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh

DIELLA ALMIRA NASUTION

110902039

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Diella Almira Nasution Nim : 110902039

Judul :Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang

Medan, April 2015

DOSEN PEMBIMBING

NIP : 19630319 199303 1 001 Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D

KETUA DEPARTEMEN

NIP : 19710927 1998101 20 001 Hairani Siregar S.Sos, M.SP

DEKAN FISIP USU

(3)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sertifikasi Guru ... 8

2.1.1 Hakikat Sertifikasi Guru ... 8

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru ... 12

2.1.3 Dasar Hukum Sertifikasi Guru ... 14

2.1.4 Guru Professional ... 15

2.2 Kesejahteraan dan Kinerja ... 18

2.2.1 Kesejahteraan Sosial ... 18

2.2.2 Kesejahteraan Guru ... 22

2.2.3 Pengertian Tingkat Kesejahteraan ... 26

2.2.4 Kinerja ... 29

2.2.5 Kinerja Guru ... 32

2.2.6 Teori Motivasi ... 35

2.2.7 Tunjangan Profesi ... 36

2.3 Kerangka Pemikiran ... 37

2.4 Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 41

2.4.1 Definisi Konsep ... 41

2.4.2 Definsi Operasional ... 41

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 54

3.2 Lokasi Penelitian ... 54

3.3 Populasi ... 54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.5 Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Berdirinya SMP Swasta Dharma Patra Rantau ... 57

(4)

4.3 Data Siswa Lima Tahun Terakhir ... 59

4.4 Data Ruang SMP Swasta Dharma Patra Rantau ... 61

4.5 Data Guru dan Staff ... 62

4.6 Visi dan Misi Sekolah ... 62

4.7 Struktur Organisasi SMP Swasta Dharma Patra Rantau ... 64

4.8 Tabel Daftar Guru dan Sarana ... 65

BAB V : ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 71

5.2 Karakteristik Umum Responden ... 72

5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 72

5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Etnis/Suku ... 73

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan... 74

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 75

5.3 Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja ... 77

5.3.1 Tunjangan Sertifikasi (Variabel Bebas) ... 77

5.3.2 Kesejahteraan dan Kinerja (Variabel Terikat) ... 82

BAB VI : PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 133

6.2 Saran ... 135

(5)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.5Daftar Guru dan Sarana ... 65

2. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

3. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Etnis/Suku ... 73

4. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 74

5. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 75

6. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pertambahan Gaji Setelelah Menerima Tunjangan Sertifikasi ... 77

7. Tabel 5.6 Distribusi Jumlah Pemotongan Pajak Tunjangan Sertifikasi .... 80

8. Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Besar Pendapatan Rumah Tangga ... 82

9. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Rumah Tangga 83 10.Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Konsumsi Daging dalam Seminggu ... 84

11.Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Konsumsi Telur dalam Seminggu ... 85

12.Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru dalam Setahun ... 86

13.Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Tampat Tinggal ... 87

14.Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Tempat Tinggal ... 88

15.Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Televisi... 89

16.Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah AC ... 90

(6)

18.Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Sakit yang Sering

Diderita ... 92 19.Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Jaminan Kesehatan

yang Dimiliki ... 95 20.Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pelayanan

Kesehatan yang Digunakan ... 96 21.Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Masih

Bersekolah ... 97 22.Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kendaraan Pribadi

yang Dimiliki ... 99 23.Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Kendaraan

Pribadi untuk Bekerja ... 100 24.Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Kendaraan yang

Digunakan untuk Bekerja ... 101 25.Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Identifikasi Karakteristik

Belajar Setiap Peserta Didik ... 102 26.Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Penyesuaian Aktivitas

Pembelajaran Berdasarkan Tingkat Pemahaman Peserta Didik ... 104 27.Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Aktivitas

Pembelajaran untuk Membantu Proses Belajar Peserta Didik ... 107 28.Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Analisis Hasil Belajar

Berdasarkan Bentuk Penilaian ... 109 29.Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Aktivitas

Pembelajaran Peserta Didik untuk Belajar Sesuai dengan Kecakapan

(7)

30.Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan yang Diberi

Bersifat Terbuka ... 112 31.Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Perhatian dan

Menanggapi Peserta Didik ... 113 32.Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan dan

Tanggapan Peserta Didik yang Menyulitkan untuk Dijawab ... 114 33.Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Peserta Didik

Membantu dalam Pengembangan Pembelajaran Selanjutnya ... 115 34.Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Analisis Hasil Penilaian

untuk Identifikasi Topik/Kompetensi dasr yang Sulit ... 116 35.Tabel 5.34 Distribusi Responden BerdasarkanPengadaan

Remedial/Pengayaan ... 117 36.Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Hasil

Penilaian ... 118 37.Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Perancangan

Pembelajaran ... 119 38.Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Msukan dari Peserta

Didik ... 121 39.Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan Kemauan Menerima

Masukan dari Peserta Didik ... 122 40.Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Penerapan Masukan dari

Peserta Didik ... 123 41.Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaktifan Siswa ... 125 42.Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan Penyampaian Informasi

(8)

43.Tabel 5.42 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Aktif dalam

Kegiatan di Luar Pembelajaran ... 128 44.Tabel 5.43 Distribusi Responden Berdasarkan Evaluasi Diri Secara

Spesifik ... 130 45.Tabel 5.44 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Gambaran

(9)

DAFTAR BAGAN

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Identitas Responden di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang

2. Metode Penelitian Pengaruh Tunjangan Sertifikikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang

3. Kuesioner Penelitian

4. Surat Keterangan Komisi Pembimbing 5. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

6. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 7. Surat Balasan Izin Penelitian dari SMP Swasta Dharma Patra Rantau

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Diella Almira Nasution NIM : 110902039

Abstrak

Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

Dalam proses pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting. Guru merupakan orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar. Namun rendahnya gaji guru khususnya guru-guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang menyulitkan guru bertindak profesional dalam menjalankan tugasnya.Banyaknya guru yang bekerja di sektor informal untuk menambah penghasilan mengakibatkan kegiatan penunjang profesi yang seharusnya dilakukan guru seperti membaca buku, browsing di internet atau mengikuti seminar tidak dapat dilakukan karena ketiadaan waktu dan biaya.Melalui program sertifikasi guru menjadi langkah untuk perbaikan kesejahteraan dan kompetensi guru.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.

Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Jalan Jakarta Komplek Pertamina Rantau, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru.Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 13 guru yang telah disertifikasi di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.

(12)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Diella Almira Nasution Nim : 110902039

Abstract

Effect of Certification Against Welfare Benefits and Performance Dharma Teachers in Private Junior Patra Overseas Aceh Tamiang

In the process of education, the teacher has a very important role. The teacher is a person who has the ability to design learning programs and be able to organize and manage the classroom so that students can learn. However, low salaries of teachers, especially teachers in junior Patra Overseas Private Dharma, Aceh Tamiang difficult for teachers to act professionally in carrying out their duties. The number of teachers who work in the informal sector to supplement their income support activities resulted in a profession that should be a teacher like reading books, browsing the Internet or seminars can not be done due to lack of time and expense. Through the teacher certification program into action for the welfare and improvement of teacher competence. This study aims to determine the effect of certification on welfare benefits and performance of teachers in junior Patra Overseas Private Dharma, Aceh Tamiang.

This research was conducted in Patra Dharma Overseas Private junior, Jalan Jakarta, Pertamina Complex Overseas, District Rantau, Aceh Tamiang. This type of research is a descriptive study that aims to describe the effect of certification on welfare benefits and teacher performance. The samples in this study were 13 teachers who have been certified in Patra Dharma Overseas Private junior, Aceh Tamiang. While the techniques of data analysis in this study using a single table and described in detail.

Based on data analysis, it can be seen that there are significant benefits to the welfare and performance certification of teachers in junior Patra Overseas Private Dharma, Aceh Tamiang.

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Diella Almira Nasution NIM : 110902039

Abstrak

Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

Dalam proses pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting. Guru merupakan orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar. Namun rendahnya gaji guru khususnya guru-guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang menyulitkan guru bertindak profesional dalam menjalankan tugasnya.Banyaknya guru yang bekerja di sektor informal untuk menambah penghasilan mengakibatkan kegiatan penunjang profesi yang seharusnya dilakukan guru seperti membaca buku, browsing di internet atau mengikuti seminar tidak dapat dilakukan karena ketiadaan waktu dan biaya.Melalui program sertifikasi guru menjadi langkah untuk perbaikan kesejahteraan dan kompetensi guru.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.

Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Jalan Jakarta Komplek Pertamina Rantau, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru.Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 13 guru yang telah disertifikasi di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.Sementara itu teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel tunggal dan dijelaskan secara terperinci.

Berdasarkan analisis data, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.

(14)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name: Diella Almira Nasution Nim : 110902039

Abstract

Effect of Certification Against Welfare Benefits and Performance Dharma Teachers in Private Junior Patra Overseas Aceh Tamiang

In the process of education, the teacher has a very important role. The teacher is a person who has the ability to design learning programs and be able to organize and manage the classroom so that students can learn. However, low salaries of teachers, especially teachers in junior Patra Overseas Private Dharma, Aceh Tamiang difficult for teachers to act professionally in carrying out their duties. The number of teachers who work in the informal sector to supplement their income support activities resulted in a profession that should be a teacher like reading books, browsing the Internet or seminars can not be done due to lack of time and expense. Through the teacher certification program into action for the welfare and improvement of teacher competence. This study aims to determine the effect of certification on welfare benefits and performance of teachers in junior Patra Overseas Private Dharma, Aceh Tamiang.

This research was conducted in Patra Dharma Overseas Private junior, Jalan Jakarta, Pertamina Complex Overseas, District Rantau, Aceh Tamiang. This type of research is a descriptive study that aims to describe the effect of certification on welfare benefits and teacher performance. The samples in this study were 13 teachers who have been certified in Patra Dharma Overseas Private junior, Aceh Tamiang. While the techniques of data analysis in this study using a single table and described in detail.

Based on data analysis, it can be seen that there are significant benefits to the welfare and performance certification of teachers in junior Patra Overseas Private Dharma, Aceh Tamiang.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seorang guru terpaksa harus menjadi pemulung demi mencari uang tambahan untuk menghidupi keluarganya.Itulah yang dirasakan Mahmud, seorang guru sekaligus kepala sekolah di salah satu satu sekolah agama di Jakarta Barat.Ia hidup di antara dua dunia yang sangat berbeda, menjadi guru di satu saat, dan karena alasan ekonomi menjadi pemulung sampah di saat lain. Sudah hampir 40 tahun Mahmud menjadi guru, sejak ia berusia 14 tahun. Penghasilannya sebagai guru di sebuah sekolah hanya sekitar 500 ribu rupiah, sedangkan ia harus membiayai sekolah anaknya dan membiayai perobatan istrinya yang terkena kanker otak. Itulah sebabnya di luar profesi guru, diam-diam Mahmud menjadi pemulung sampah.. Inilah potret nyata kehidupan guru di tanah air (Masrun, 2007).

(16)

Menurut Balitbang Depdiknas tahun 2009 guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP Negeri 54,12%, swasta 60,99%; Guru SMA Negeri 65,29%, swasta 64,73%; Guru SMK Negeri 55,91%, swasta 58,26% (Sukarti, 2013: 39). Faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain disebabkan oleh : 1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri, baik membaca, menulis, apalagi membuka internet; 2) belum adanya standar professional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju; 3) kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan outputnya kelak di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesinya; 4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

(17)

Kebijakan ini menjadi suatu langkah maju menuju perbaikan kesejahteraan guru sekaligus tuntutan kualifikasi dan kompetensi guru, guna menjawab tantangan dunia global yang semakin kompleks dan kompetitif.Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan sumber daya manusia yang handal dan ini biasa dihasilkan dari dunia pendidikan yang dikelola guru yang professional. Ditetapkannya UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur hak dan kewajiban guru bermuara pada kesejahteraan dan kompetensi guru, seperti yang tertulis pada pasal 14 ayat 1 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam poin (a) disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Sebagaimana Journal PAT (2001) juga menjelaskan bahwa pemerintah Inggris dan Wales melakukan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan guru dalam meningkatkan profesionalisme guru, sebab semakin sejahteranya seseorang maka semakin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kinerjanya. Selain itu, terpenuhinya berbagai macam kebutuhan manusia akan menimbulkan kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya (Mulyasa, 2007: 9).

(18)

kebutuhan keamanan diikuti oleh timbulnya kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih seperti dorongan untuk mempunyai kawan dan berkeluarga, dorongan untuk menjadi anggota kelompok dan sebagainya.

Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan ini bisa mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian. Misalnya orang menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan dipercaya oleh orang lain. Selanjutnya Maslow berasumsi bahwa jika seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.Cara aktualisasi diri pada setiap orang berbeda-beda.Setelah itu, terdapat pula kebutuhan untuk tahu dan mengerti, kebutuhan untuk memuaskan dorongan ingin tahu, mencari ilmu dan memperoleh pemahaman.Maslow juga berpendapat bahwa tidak sedikit orang yang mempunyai kebutuhan estetis, dorongan keindahan, yaitu kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan (Mahmud, 1990: 167-169).

(19)

Lain halnya dengan guru bukan PNS yang belum disetarakan dengan kualifikasi akademik, pangkat, dan masa kerja yang berlaku bagi guru PNS, diberikan bantuan tunjangan profesi sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) per bulan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan.Tunjangan sertifikasi bagi guru ini berdampak positif bagi guru dan dunia pendidikan di Indonesia.Selain meningkatkan motivasi kerja dan kinerja, juga meningkatkan kesejahteraan guru.Sebelum adanya kebijakan mengenai tunjangan sertifikasi ini, masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri, baik membaca, menulis, apalagi membuka internet. Tetapi setelah adanya kebijakan tunjangan sertifikasi ini, guru dituntut untuk lebih professional dalam bekerja dan tidak meninggalkan pekerjaannya dengan semena-mena, karena akan ada sanksi bagi guru yang melepaskan tanggung jawabnya, dan hal itu juga berdampak pada tunjangan sertifikasi yang diterima apabila jam kerja guru itu tidak memenuhi syarat untuk menerima tunjangan sertifikasi.

(20)

mengukur seberapa berpengaruhnya tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru-guru di sekolah tersebut, yang dirangkum dalam skripsi berjudul “Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tunjangan sertifikasi terhadap kesejahteraan dan kinerja guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan kualitas guru dan dalam rangka pengembangan pendidikan.

(21)

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian metodologi penelitian yang terdiri dari tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Deskripsi lokasi penelitian berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sertifikasi Guru

2.1.1 Hakikat Sertifikasi Guru

Pada hakikatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan professional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen, sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Oleh karena itu sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.

(23)

akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran dan kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau program diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk guru dan S-2 untuk dosen. Saat ini, seorang pendidik dikatakan sudah memenuhi standar professional apabila yang bersangkutan sudah mengikuti uji sertifikasi.Ada dua macam pelaksanaan uji sertifikasi yaitu yang merupakan bagian dari pendidikan profesi, bagi mereka calon pendidik, dan yang berdiri sendiri bagi mereka yang saat diundangkannya UUGD sudah berstatus pendidik (Sukarti, 2013: 39).

(24)

dan pelatihan profesi guru yang akan dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Sukarti, 2013: 40).

Pada hakikatnya program sertifkasi guru adalah menghasilkan guru yang professional, memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dan pendidik sesuai dengan visi dan misi sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya. Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti, sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Broke & Stone, dalam Mulyasa 2008: 25). Seorang pendidik diharapkan mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian, professional dan sosial.Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran bagi peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik/siswa, pengelolaan pembelajaran yaitu perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.

(25)

42).Guru hanyalah satu bagian dari 13 faktor tersebut. Berdasarkan teori tersebut maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar memang tidak semata-mata dipengaruhi oleh kualitas guru. Secara garis besar, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas guru dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kategori,yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terkait dengan diri guru yang bersangkutan, seperti faktor motivasi, keluarga, dan lainnya; sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar pribadi guru tersebut, seperti kebijakan institusi/pemerintah serta kondisi lingkungan tempat kerja guru, jaminan perlindungan hak, dan lainnya.

(26)

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut : 1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (Wibowo, dalam Mulyasa 2007: 35).

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1) Pengawasan Mutu

(1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasikan dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik.

(2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.

(3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya. (4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu

(27)

2) Penjaminan Mutu

(1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna akan semakin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna.

(2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.

Sudjanto (2009) mengungkapkan bahwa manfaat sertifikasi guru adalah sebagai berikut :

1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.

2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak professional.

3. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.

(28)

yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun non-kependidikan yang ingin memasuki profesi guru.Sertifikasi guru dikenakan baik pada calon guru lulusan LPTK, maupun yang berasal dari perguruan tinggi non-kependidikan (bidang ilmu) tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi.Lulusan dari jenis perguruan tinggi non-kependidikan, sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK.Di samping itu, agar fungsi penjaminan mutu guru dapat dilakukan dengan baik, guru yang sudah bekerja pada interval waktu tertentu (0-15) tahun, dipersyaratkan mengikuti program resertifikasi.

2.1.3 Dasar Hukum Sertifikasi Guru

Menurut Dirjen PMTK Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007, dasar hukum sertifikasi profesi guru adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

a) Pasal 42 ayat 1, Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b) Pasal 43 ayat 2, Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen:

(29)

b) Pasal 11 ayat (1): Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat (2): Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah, ayat (3): Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel, ayat (4): Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

2.1.4 Guru Professional

(30)

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Uno (dalam Aditya & Wulandari 2011: 28) guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik.Guru yang memiliki kualitas mengajar yang baik merupakan pusat dari keberhasilan suatu sistem pendidikan (Perie & Baker, dalam Aditya & Wulandari 2011: 36).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga professional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, sampai pendidikan menengah. Guru professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja guru, serta loyalitasnya terhadap profesi pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru harus mampu mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga menyenangkan bagi peserta didik maupun guru.

Untuk menjadi professional, seorang guru dituntut memiliki lima hal sebagai berikut :

(31)

2. Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada peserta didik;

3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi;

4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya;

5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya (Supriadi, dalam Mulyasa 2007).

Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara professional, yaitu :

1. Mampu mengemban tanggung jawab dengan baik. 2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat.

3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah. 4. Mampu melaksankan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.

(32)

lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai seorang pendidik.Guru professional memiliki dua ciri yaitu tingkat kemampuan yang tinggi dan komitmen yang tinggi (Glickman, dalam Mulyasa 2007).

2.2 Kesejahteraan dan Kinerja 2.2.1 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.Taraf kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka, tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual (Adi, 2003). Kesejahteraan sosial dapat dianalogikan seperti kesehatan jiwa, sehingga dapat dilihat dari empat sudut pandang, yaitu :

1. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan (kondisi).

Sebagai suatu kondisi (keadaan), kesejahteraan sosial dapat dilihat dari rumusan Undang-Undang No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, pasal 2 ayat 1 : “Kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

(33)

yang meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan suatu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan titik keseimbangan.Titik keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah, ataupun keseimbangan antara aspek material dan spiritual.

2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu.

Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro, mezzo maupun makro.Ilmu kesejahteraan sosial mengembangkan beberapa metode intervensi (termasuk di dalamnya aspek strategi dan teknik) guna meningkatkan taraf hidup komunitas sasaran.Metode intervensi dalam ilmu kesejahteraan sosial secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu intervensi makro dan mikro.Sebagai ilmu yang terkait dengan profesi yang memberikan bantuan (helping professions) terhadap klien ataupun beneficiaries (penerima layanan), ilmu kesejahteraan sosial merupakan suatu ilmu yang mencoba mensinergikan berbagai ilmu yang sudah berkembang guna meningkatkan taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat.

3. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan.

(34)

yang dikemukakan Friedlander di atas sekurang-kurangnya menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan (kegiatan) yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun dalam pengertian yang dikemukakannya Friedlander secara eksplisit menyatakan bahwa target dari kegiatan tersebut adalah individu dan kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian Friedlander juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas.

4. Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan.

Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir ke seluruh penjuru dunia, sehingga menjadi suatu gerakan tersendiri yang bertujuan memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan hal yang perlu diperhatikan secara seksama oleh masyarakat dunia, baik secara global maupun parsial.Oleh karena itu muncullah berbagai macam gerakan dalam wujud organisasi lokal, regional, maupun internasional yang berusaha menangani isu-isu kesejahteraan sosial ini.

(35)

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial, pemerintah membuat UU yang berisi tanggung jawab pemerintah dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang tertuang dalam UU No. 11 Tahun 2009 bagian II pasal 25 yang meliputi : 1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial; 2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang

menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya;

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial;

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial;

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan;

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial;

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

11.Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional;

12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional;

(36)

14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam APBN.

Dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan adalah untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan mengembangkan kesejahteraan sosial.Pernyataan tersebut mengartikan bahwa usaha-usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya yang ditujukan kepada manusia baik individu, kelompok maupun masyarakat.

2.2.2 Kesejahteraan Guru

(37)

kepegawaian, (c) persyaratan teknis dan administratif bagi seorang guru, (d) pandangan/opini masyarakat yang didasari pengertian dan kesadaran tentang pentingnya peranan guru.

Untuk meningkatkan status/kesejahteraan guru, perlu usaha-usaha dari beberapa pihak, baik guru, pemerintah, maupun masyarakat.Usaha-usaha tersebut terutama dapat diarahkan kepada kesejahteraan guru baik yang bersifat moril maupun materiil yang juga melibatkan pihak guru, pemerintah, dan masyarakat. Usaha dari pihak guru antara lain : a) guru perlu meningkatkan mutu profesinya; b) tetap berpijak pada moral dan mental guru; c) berpijak pada kode etik guru, d) loyal kepada pemerintah. Usaha dari pihak pemerintah berupa : a) kebijaksanaan yang mendukung peningkatan status/kesejahteraan guru, b) realisasi kebijaksanaan di bidang kesejahteraan guru, c) perhatian terhadap calon guru (pendidikan guru) maupun pensiunan guru, d) memberikan fasilitas sesuai dengan kemampuan, e) mempersiapkan situasi dan kondisi yang relevan bagi pelaksanaan profesi guru secara baik. Usaha dari masyarakat dinyatakan dalam bentuk : a) membantu usaha dari pihak guru, b) membantu usaha dari pihak pemerintah, c) mengikuti secara positif dan konstruktif perkembangan pendidikan pada umumnya dan pendidikan guru pada khususnya.

(38)

kesejahteraan guru yang rendah (dengan indikator utama gaji), maka status sosialnya pun tidak begitu baik dalam masyarakat. Agak berbeda dengan profesi lain (misalnya dokter), tingginya penghormatan pada guru karena perannya yang sangat penting dalam pendidikan tidak dengan sendirinya menjadi jaminan bagi lebih baiknya tingkat kesejahteraan mereka. Pokja Pemberdayaan Guru pada Bappenas (dalam Jalal & Supriadi, 2001) menyimpulkan bahwa dilihat dari berbagai aspek dan kriteria, memang tingkat kesejahteraan guru, khusunya gaji, masih rendah dibandingkan dengan beban tugasnya yang berat dan perannya yang sangat penting dalam keseluruhan proses pendidikan.

Jalal (2001: 221-225); dan Tilaar (2003: 382-391) mengungkapkan bahwa proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru, pembinaan, dan peningkatan karir guru.

1. Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan intensif yang diperoleh. Gaji guru di Indonesia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Rendahnya kesejahteraan guru bisa mempengaruhi kinerja guru, semangat pengabdiannya, dan juga upaya mengembangkan profesionalismenya. Kenaikan gaji dilakukan bersamaan dengan perbaikan aspek-aspek kesejahteraan lain yaitu prosedur kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir, penghargaan terhadap tugas atau peran keguruan (Jalal, dalam Mulyasa 2007). Kesejahteraan guru sebaiknya selain berasal dari pemerintah pusat, juga didukung oleh pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat dan dunia usaha. 2. Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan

(39)

(4) prestasi guru dalam mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti, dan membimbing, serta berhubungan dengan stakeholder.

3. Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diinginkannya. Ada kasus, guru yang ditempatkan di desa tertentu tidak pernah muncul, atau kalau datang bertugas selalu berhalangan untuk hadir, yang akhirnya minta dipindahkan ke tempat yang diinginkannya. Untuk menghilangkan masalah seperti itu, maka dalam rekrutmen dan penempatan perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut:

a. asal tempat calon guru;

b. memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil pendidikan dan seleksi;

c. menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah; d. memberikan insentif dan jaminan lain bagi calon guru yang ditempatkan di

daerah terpencil;

e. memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanksi bagi yang melanggar;

f. memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru yang berasal dari daerah lain;

g. untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari kota, sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat itu dengan legitimasi dari pemerintah daerah.

(40)

2.2.3 Pengertian Tingkat Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan seseorang baik sosial material maupun spiritual yang disertai dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin sehingga dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosialnya.Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah mengadakan program yang disebut dengan pendataan keluarga.Pendataan ini bertujuan untuk memperoleh data tentang dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Adapun pentahapan keluarga sejahtera yaitu :

a. Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti : kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator-indikator keluarga sejahtera I.

b. Keluarga sejahtera I yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, seperti: kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan sekitar dan transportasi.

(41)

d. Keluarga sejahtera III yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal dan teratur bagi masyarakat dalam bentuk material, seperti : sumbangan materi untuk kepentingan sosial kemasyaratakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.

e. Keluarga sejahtera III plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun pengembangan serta telah memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Dari pentahapan ini, dapat diketahui tingkat kesejahteraan guru dalam lingkup keluarganya.Untuk mengukur tingkat kesejahteraan, telah dikembangkan beberapa indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan. Beberapa indikator tersebut yaitu :

a. Keluarga pra sejahtera

Keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I. b. Keluarga sejahtera I

1) Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing. 2) Makan dua kali sehari atau lebih.

3) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan. 4) Lantai rumah bukan dari tanah.

(42)

1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing-masing.

2) Minimal seminggu sekali keluarga tersebut menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.

3) Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir. 4) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2.

5) Anggota keluarga sehat dalam keadaan tiga bulan terakhir, sehingga dapat menjalankan fungsi masing-masing.

6) Bisa baca tulis latin bagi anggota keluarga dewasa yang berumur 10-60 tahun.

7) Seluruh anak yang berumur 7-15 tahun bersekolah pada saat ini.

8) Anak hidup dua atau lebih dan saat ini masih memakai alat kontrasepsi. d. Keluarga sejahtera III

1) Keluarga mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama. 2) Keluarga mempunyai tabungan.

3) Keluarga biasanya makan bersama minimal sekali dalam sehari. 4) Turut serta dalam kegiatan masyarakat.

5) Keluarga mengadakan rekreasi bersama..

6) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/televisi/majalah. 7) Anggota keluarga dapat menggunakan sarana transportasi.

e. Keluarga sejahtera III plus

1. Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela untuk kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materi.

(43)

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal keluarga yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan meliputi : pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan asset dan tabungan; sedangkan faktor eskternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber daya keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, pembagian tugas, dan pengontrolan kegiatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan (8), yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

2.2.4 Kinerja

(44)

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujaun, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu.Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai criteria keberhasilan yang telah ditetapkan.kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. Kinerja mengacu pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan pegawai. Kinerja merefleksikan seberapa baik pegawai memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan pegawai.

Darma (dalam Suruni, 2002) mengatakan bahwa faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja terdiri dari : 1) kemampuan, 2) sikap, 3) minat, 4) persepsi. Sedangkan faktor eksternal meliputi : 1) struktur tugas, 2) iklim organisasi, 3) sistem imbalan. Menurut Arikunto (1990) ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : sikap, minat, inteligensi, motivasi dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal meliputi sarana dan prasarana, insentif atau gaji, suasana kerja dan lingkungan kerja (Aswir, 2013).Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi pengunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, dalam Mahsun: 2006).

(45)

diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1) harapan mengenai imbalan, (2) dorongan, (3) kemampuuan, (4) kebutuhan dan sifat, (5) persepsi terhadap tugas, (6) imbalan internal dan eksternal, (7) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, maka pengertian atau definisi kinerja dapat disimpulkan sebagai berikut : hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dnegan kewenangan dan tugas tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategis organisasi, dengan menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi, dan misinya.

2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indicator kinerja mengacu pada engukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama dan indicator kinerja kunci.

3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi.

(46)

seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya.

Unsur-Unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari : 1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti : motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya.

3. Pencapaian tujuan organisasi. 4. Periode waktu tertentu.

Berdasarkan hal-hal di atas, kinerja didefinisikan sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.

2.2.5 Kinerja Guru

(47)

pengajaran, 2) kemampuan guru dalam melaksanakan program pengajaran, 3) keluesan guru dalam berinteraksi sesama guru dan siswa, 4) keterampilan guru dalam menilai hasil pengajaran.

Kinerja guru merupakan hasil atau keluaran dari proses atau kemampuan aplikasi kerja guru dalam wujud nyata, yaitu pekerjaan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan guru dalam tugas keguruannya. Kinerja seorang guru tercermin dari kemampuannya mencapai prasyarat-prasyarat tertentu yang telah ditetapkan atau dijadikan standar. Kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan kemampuannya menjalankan tugas pada proses pembelajaran yang mencakup aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Kinerja guru yang tinggi tentunya menjadi impian bagi para guru.Namun dalam realitanya untuk mencapai kinerja guru yang tinggi sebagian guru kesulitan untuk mencapainya.Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya sebagian guru yang kesulitan merancang perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan inovatif.Masih ada guru yang kesulitan dalam mengelola kelas, monoton dalam penggunaan metode, sumber belajar dan media pembelajaran.Selain itu masih ada guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran yang belum objektif.

(48)

berhubungan dengan kualitas dalam menjalankan tugasnya. Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi : (1) unjuk kerja, (2) penguasaan materi, (3) penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4) penguasaan cara-cara penyesuaian diri, dan (5) kepribadian untuk melaksanakan kualitas dengan baik (Sulistyorini, 2001: 55).

Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja dengan pendekatan yang berpusat pada pelaksanaan tugas, dilakukan dengan cara menilai perilaku pegawai sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Standar penilaian kinerja hendaknya berlandaskan pada persyaratan kerja.Secara garis besar penilaian kinerja guru digunakan untuk menilai 14 indikator dengan butir-butir kinerja yang telah ditentukan, yaitu :

1. Mengenal karakteristik peserta didik

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3. Pengembangan kurikulum

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Memahami dan mengembangkan potensi 6. Komunikasi dengan peserta didik

7. Penilaian dan evaluasi

8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

10.Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru 11.Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

(49)

13.Penguasaan materi struktur konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

14.Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif

2.2.6 Teori Motivasi

Motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongon, atau impuls.Motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku. Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang.

Teori motivasi terdiri dari dua, yaitu teori isi dan teori proses. Teori isi memusatkan perhatiannya pada pertanyaan “apa penyebab perilaku terjadi dan berhenti”.Jawabannya terpusat pada 1) kebutuhan, keinginan atau dorongan yang memacu untuk melakukan kegiatan, 2) hubungan karyawan dengan faktor-faktor eksternal dan internal yang menyebabkan mereka melakukan kegiatan. Sedangkan teori proses memusatkan perhatian pada bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan.

(50)

maksud tersebut, muncul usaha-usaha motivasi.Usaha-usaha motivasi dan kemampuan mempengaruhi tingkat kinerja.Tingkat kinerja mempengaruhi ganjaran (hadiah) dan produktivitas.Produktivitas mempengaruhi insentif organisasi dan ganjaran mempengaruhi kepuasan. Apabila kepuasan telah terpenuhi, maka akan muncul pula kebutuhan-kebutuhan baru. Demikian seterusnya.

2.2.7 Tunjangan Profesi

Tunjangan profesi guru adalah tunjangan yang diberikan kepada guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sertifikat pendidik.Sedangkan bantuan tunjangan profesi guru adalah subsidi tunjangan yang diberikan kepada guru berstatus Bukan Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS) yang memiliki sertifikat pendidik. Tujuan pemberian tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi adalah untuk meningkatkan motivasi, profesionalisme, dan kinerja serta kesejahteraan guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar dan prestasi belajar peserta didik.

Besaran tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi guru/pengawas adalah :

a. Tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi guru/pengawas :

1. Guru PNS dan Pengawas diberikan tunjangan sebesar gaji pokok per bulan. 2. Guru Bukan PNS diberikan bantuan tunjangan profesi setara dengan

kualifikasi akademik, pangkat, dan masa kerja yang berlaku bagi guru PNS. 3. Guru Bukan PNS yang belum disetarakan dengan kualifikasi akademik,

(51)

4. Tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi guru/pengawas dibayarkan mulai bulan Januari tahun berikutnya, terhitung sejak tanggal yang bersangkutan dinyatakan lulus ujian sertifikasi guru sebagaimana yang tercantum dalam sertifikat pendidik dan memperoleh NRG.

5. Guru yang memperoleh sertifikat pendidik sebelum tahun 2008, tunjangan profesi atau bantuan tunjangan profesinya dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2008.

2.3 Kerangka Pemikiran

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen, sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Pada hakikatnya program sertifkasi guru bertujuan untuk menghasilkan guru yang professional, memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dan pendidik sesuai dengan visi dan misi sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya. Dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru, dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya.

(52)

16 bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik berhak mendapatkan insentif berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi tersebut adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya bagi guru PNS dan Rp 1.500.000,- bagi guru yang bukan PNS. Itu berarti pendapatan guru yang telah disertifikasi juga meningkat. Peningkatan pendapatan tersebut juga berdampak positif terhadap motivasi kerja guru yaitu keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi guru tersebut sehingga ia terdorong untk bekerja, sehingga selain meningkatkan kesejahteraan guru, juga meningkatkan kinerja dan kualitas guru yang selanjutnya juga akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan. Diharapkan guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global.

(53)
(54)

Gambar 1.1

BAGAN ALIRPIKIR

TUNJANGAN SERTIFIKASI

MOTIVASI KERJA

Keinginan atau kebutuhan yang melatar

belakangi seseorang sehingga ia terdorong

untuk bekerja

KINERJA

1. Mengenal karakteristik peserta didik

2. Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

3. Pengembangan kurikulum

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

5. Memahami dan mengembangkan

potensi

6. Komunikasi dengan peserta didik

7. Penilaian dan evaluasi

8. Bertindak sesuai dengan norma agama,

hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia

9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan

teladan

10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,

dan rasa bangga menjadi guru

11. Bersikap inklusif, bertindak objektif,

serta tidak diskriminatif

12. Komunikasi dengan sesama guru,

tenaga pendidikan, orang tua peserta

didik, dan masyarakat

13. Penguasaan materi struktur konsep dan

pola piker keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu

14. Mengembangkan keprofesian melalui

tindakan reflektif KESEJAHTERAAN

1. Pendapatan

a. Tinggi (>Rp 10.000.000,-)

b. Sedang (Rp 5.000.000 –

Rp 10.000.000,-)

c. Rendah (<Rp 5.000.000,-)

2. Konsumsi atau pengeluaran

keluarga

a. Tinggi (> 5.000.000,-)

b. Sedang (Rp 1.000.000 –

Rp 5.000.000,-)

c. Rendah (<Rp 1.000.000,-)

3. Keadaan tempat tinggal

a. Permanen

b. Semi permanen

c. Non permanen

4. Fasilitas tempat tinggal (a.

lengkap, b. cukup, c. kurang)

5. Kesehatan anggota keluarga (a.

bagus, b. cukup, c.kurang)

6. Kemudahan mendapatkan

pelayanan kesehatan (a.

mudah, b. cukup, c. sulit)

7. Kemudahan memasukkan anak

ke jenjang pendidikan (a.

mudah, b. cukup, c. sulit)

8. Kemudahan mendapatkan

fasilitas transportasi (a. mudah,

(55)

2.4 Definisi Konsep dan Definisi Operasional

2.4.1 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Definisi konsep menggambarkan secara cermat rencana sosial yang akan dikaji (Siagian, 2011: 136). Untuk lebih mengetahui pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Pengaruh adalah suatu kekuatan atau daya dari tunjangan sertifikasi terhadap perubahan kinerja dan kesejahteraan guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Tunjangan sertifikasi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sertifikat pendidik. Sedangkan bantuan tunjangan profesi guru adalah subsidi tunjangan yang diberikan kepada guru berstatus Bukan Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS) yang memiliki sertifikat pendidik.

3. Kesejahteraan guru adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan guru dan keluarganya agar dapat mencapai standar hidup yang memuaskan.

4. Kinerja guru merupakan hasil atau keluaran dari proses atau kemampuan aplikasi kerja guru dalam wujud nyata, yaitu pekerjaan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan guru dalam tugas keguruannya.

2.4.2 Definisi Operasional

(56)

pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi. Definisi operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah dapat diukur dari :

a. Variabel bebas (independent variable), yaitu sekelompok atribut yang mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap variabel atau sekelompok atribut lain. Ada kalanya variabel bebas itu disebut dengan variabel pengaruh. Biasanya untuk variabel bebas diberikan simbol “X”, sehingga sering disebut variabel X (Siagian, 2011: 89). Adapun yang menjadi variabel X adalah Tunjangan Sertifikasi.

Variabel terikat (dependent variable) yang dapat diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat sering juga disebut variabel terpengaruh.Biasanya untuk variabel terikat ini diberi simbol “Y”, sehingga disebut sebagai variabel Y (Siagian, 2011: 90). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kesejahteraan dan Kinerja Guru dengan indikator sebagai berikut :

1. Kesejahteraan : a. Pendapatan :

1. Tinggi (> Rp 10.000.000,-)

(57)

b. Konsumsi atau pengeluaran keluarga :

1. Tinggi ( > Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000,-) 2. Sedang ( Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000,-) 3. Rendah (< Rp 1.000.000,-)

4. Makan 3 kali sehari c. Keadaan tempat tinggal :

1. Rumah semi permanen ataupun permanen 2. Lantai terbuat dari trasam/pelur ataupun keramik d. Fasilitas tempat tinggal :

1. Memiliki alat elektronik (misalnya : televisi, kulkas, pendingin ruangan)

2. Memiliki penerangan di rumah 3. Memiliki WC yang layak e. Kesehatan anggota keluarga

1. Anggota keluarga sehat (tidak memiliki penyakit kronis) 2. Anggota keluarga tidak memiliki penyakit tahunan f. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

1. Mampu berobat ke dokter atau pelayanan kesehatan lain apabila sakit 2. Jarak antara rumah dengan rumah sakit atau pelayanan kesehatan

dapat dengan mudah terjangkau

g. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 1. Mampu membiayai sekolah anak-anak

(58)

1. Memiliki kendaraan bermotor milik pribadi (mobil ataupun sepeda motor)

2. Memiliki ongkos untuk bepergian bukan dengan kendaraan pribadi. 4. Kinerja :

a. Mengenal karakteristik peserta didik

1. Guru mengidentifikasi karakteristik belajar setia peserta didik di kelasnya.

2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang samapada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.

4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya.

5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik.

6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarginalkan (terselisihkan, diolok-olok, minder, dsb).

(59)

1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.

2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut. 3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang

dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.

4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar peserta didik.

5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik.

6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

c. Pengembangan kurikulum

1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.

2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan

(60)

4. Guru memilih materi pembelajaran yang a) sesuai dengan tujuan pembelajaran, b) tepat dan mutakhir, c) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, d) dapat dilaksanakan di kelas, e) sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.

2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik emrasa tertekan.

3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik. 4. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai

tahapan proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang harus dikoreksi.

5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. 6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan

waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik.

Gambar

Gambar 1.1 BAGAN ALIRPIKIR
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
+7

Referensi

Dokumen terkait