• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sertifikasi Guru 2.1.1 Hakikat Sertifikasi Guru - Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan Dan Kinerja Guru Di Smp Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sertifikasi Guru 2.1.1 Hakikat Sertifikasi Guru - Pengaruh Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan Dan Kinerja Guru Di Smp Swasta Dharma Patra Rantau Kabupaten Aceh Tamiang"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sertifikasi Guru

2.1.1 Hakikat Sertifikasi Guru

Pada hakikatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk

mendapatkan guru yang baik dan professional, yang memiliki kompetensi untuk

melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada

umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Sertifikasi adalah

proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen, sedangkan sertifikat

pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan

dosen sebagai tenaga professional. Oleh karena itu sertifikasi guru dapat diartikan

sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki

kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan

tertentu, setelah uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.

Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk

mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian

sertifikat pendidik.

Dalam hal ini, sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah

seorang guru/calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.Hal

ini diperlukan karena lulusan lembaga pendidikan tenaga keguruan sangat bervariasi,

baik di kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta.Sertifikasi guru telah

dilakukan oleh pemerintah sejak tahun 2007. Dalam Undang-Undang Guru dan

(2)

akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran dan kualifikasi

akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau program

diploma empat (D-IV) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk guru dan S-2

untuk dosen. Saat ini, seorang pendidik dikatakan sudah memenuhi standar

professional apabila yang bersangkutan sudah mengikuti uji sertifikasi.Ada dua

macam pelaksanaan uji sertifikasi yaitu yang merupakan bagian dari pendidikan

profesi, bagi mereka calon pendidik, dan yang berdiri sendiri bagi mereka yang saat

diundangkannya UUGD sudah berstatus pendidik (Sukarti, 2013: 39).

Wahab (dalam Sukarti, 2013: 39) menyatakan bahwa program sertifikasi

guru pada dasarnya diorientasikan kepada guru prajabatan dan guru dalam jabatan.

Namun mengingat kondisi dan tuntutan yang ada maka program sertifikasi guru

sementara diprioritaskan bagi guru dalam jabatan.Berdasarkan Surat Keputusan

Mendiknas No. 18 tahun 2007 tentaang penilaian, sertifikasi guru dalam jabatan

dilakukan dalam bentuk portofolio. Komponen penilaian portofolio dipilih dalam 3

(tiga) unsur, yaitu : Unsur A terdiri dari kualifikasi akademik, pengalaman mengajar,

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; Unsur B terdiri dari pendidikan dan

pelatihan, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya

pengembangan profesi; Unsur C terdiri dari keikutsertaan dalam forum ilmiah,

pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial, dan penghargaan yang

relevan dengan bidang pendidikan (Sukarti, 2013: 39-40). Menurut Permendiknas

No. 16 tahun 2007, guru yang memiliki nilai di atas batas minimal dinyatakan lulus

penilaian portofolio dan berhak menerima sertifikat pendidik. Namun, guru yang

hasil penilaian portofolionya memperoleh nilai kurang namun mendekati batas

minimal diberi kesempatan untuk melengkapi portofolio. Bagi guru yang

(3)

dan pelatihan profesi guru yang akan dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang

ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional (Sukarti, 2013: 40).

Pada hakikatnya program sertifkasi guru adalah menghasilkan guru yang

professional, memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai

guru dan pendidik sesuai dengan visi dan misi sekolah khususnya, serta tujuan

pendidikan pada umumnya. Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang

hakikat perilaku guru yang penuh arti, sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Broke & Stone,

dalam Mulyasa 2008: 25). Seorang pendidik diharapkan mempunyai kompetensi

pedagogik, kepribadian, professional dan sosial.Kompetensi pedagogik adalah

kemampuan mengelola pembelajaran bagi peserta didik yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik/siswa, pengelolaan pembelajaran yaitu perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar.

Kompetensi kepribadian adalah pribadi yang berakhlak mulia dan dapat

diteladani bagi peserta didik.Kepribadian tersebut meliputi kepribadian pendidik

yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.Kompetensi professional meliputi

kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran yang memungkinkan

membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.Kompetensi

sosial meliputi kemampuan pendidik untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi

secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang

tua/wali peserta didik, dan masyarakat.Keberhasilan siswa dalam belajar memang

tidak hanya ditentukan dari kemampuan guru dalam mengajar.Keberhasilan siswa

(4)

42).Guru hanyalah satu bagian dari 13 faktor tersebut. Berdasarkan teori tersebut

maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar memang tidak

semata-mata dipengaruhi oleh kualitas guru. Secara garis besar, faktor-faktor yang

diduga berpengaruh terhadap kualitas guru dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua)

kategori,yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor

yang terkait dengan diri guru yang bersangkutan, seperti faktor motivasi, keluarga,

dan lainnya; sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar pribadi

guru tersebut, seperti kebijakan institusi/pemerintah serta kondisi lingkungan tempat

kerja guru, jaminan perlindungan hak, dan lainnya.

Dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru, dimaksudkan untuk

mengangkat harkat dan martabat guru dalam kesejahteraannya, hak-haknya, dan

memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya.

Melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan,

diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta

tegaknya kebenaran dan keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan.

Diharapkan guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan zaman, karakteristik lingkungan dan tuntutan global.Dalam standar

kompetensi dan sertifikasi guru, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki

kinerja sekolah melalui kinerja guru agar dapat mencapai tujuan secara optimal,

efektif, dan efisien. Standar kompetensi dan sertifikasi guru sebagai proses

pemberdayaan merupakan cara untuk membangkitkan kemauan dan potensi guru

agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan lingkungannya untuk dimanfaatkan

(5)

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut :

1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga

merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan

menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap

pelamar yang kompeten.

4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

kependidikan.

5. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan (Wibowo, dalam Mulyasa 2007: 35).

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga

kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1) Pengawasan Mutu

(1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasikan dan menentukan

seperangkat kompetensi yang bersifat unik.

(2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk

mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan.

(3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu

awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya.

(4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu

maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan

(6)

2) Penjaminan Mutu

(1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja

praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi

lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian

pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna akan semakin

menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi profesi dapat

memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna.

(2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para

pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian

dan keterampilan tertentu.

Sudjanto (2009) mengungkapkan bahwa manfaat sertifikasi guru adalah

sebagai berikut :

1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat

merusak citra profesi guru.

2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas

dan tidak professional.

3. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) dari

keinginan internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari

ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia No.

20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.Pasal 61 menyatakan bahwa sertifikat dapat

berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh

melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium.

Namun, sertifikat kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga

(7)

yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk

tenaga kependidikan maupun non-kependidikan yang ingin memasuki profesi

guru.Sertifikasi guru dikenakan baik pada calon guru lulusan LPTK, maupun yang

berasal dari perguruan tinggi non-kependidikan (bidang ilmu) tertentu yang ingin

memilih guru sebagai profesi.Lulusan dari jenis perguruan tinggi non-kependidikan,

sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti program pembentukan

kemampuan mengajar di LPTK.Di samping itu, agar fungsi penjaminan mutu guru

dapat dilakukan dengan baik, guru yang sudah bekerja pada interval waktu tertentu

(0-15) tahun, dipersyaratkan mengikuti program resertifikasi.

2.1.3 Dasar Hukum Sertifikasi Guru

Menurut Dirjen PMTK Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007, dasar

hukum sertifikasi profesi guru adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional :

a) Pasal 42 ayat 1, Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi

sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b) Pasal 43 ayat 2, Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi

yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.

2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen:

a) Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

(8)

b) Pasal 11 ayat (1): Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8

diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat (2): Sertifikasi

pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program

pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh

pemerintah, ayat (3): Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif,

transparan, dan akuntabel, ayat (4): Ketentuan lebih lanjut mengenai

sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi

bagi Guru dalam Jabatan.

2.1.4 Guru Professional

Dalam proses pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting.

Guru merupakan orang yang memiliki kemampuan merancang program

pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat

belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir

dari proses pendidikan (Uno, dalam Aditya & Wulandari 2011: 36). Guru adalah

figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam

pendidikan (Djamarah, dalam Aditya & Wulandari 2011: 27). Guru merupakan kunci

dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap

usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif

(9)

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa guru

adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut

Uno (dalam Aditya & Wulandari 2011: 28) guru adalah orang dewasa yang secara

sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta

didik.Guru yang memiliki kualitas mengajar yang baik merupakan pusat dari

keberhasilan suatu sistem pendidikan (Perie & Baker, dalam Aditya & Wulandari

2011: 36).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru adalah

tenaga professional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia

dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, sampai pendidikan menengah. Guru

professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode

pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan

wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki

pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat.

Hakikat-hakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja guru, serta loyalitasnya

terhadap profesi pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru harus

mampu mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna,

kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga menyenangkan bagi peserta didik

maupun guru.

Untuk menjadi professional, seorang guru dituntut memiliki lima hal sebagai

berikut :

(10)

2. Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara

mengajarnya kepada peserta didik;

3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara

evaluasi;

4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari

pengalamannya;

5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

profesinya (Supriadi, dalam Mulyasa 2007).

Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang

dinilai kompeten secara professional, yaitu :

1. Mampu mengemban tanggung jawab dengan baik.

2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat.

3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah.

4. Mampu melaksankan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.

Peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu guru

yang belum memiliki kualifikasi professional menjadi professional.Dengan demikian

peningkatan kemampuan professional guru merupakan bantuan atau memberikan

kesempatan kepada guru tersebut melalui program dan kegiatan yang dilakukan

pemerintah.Namun demikian, bantuan profesionalisme hanya sekedar bantuan,

sehingga yang harus lebih berperan aktif adalah guru itu sendiri.Artinya, bahwa

gurulah yang seharusnya meminta bantuan kepada yang berwenang untuk

mendapatkan pembinaan.Bantuan yang diberikan juga merupakan bantuan

professional, yang tujuan akhirnya adalah menumbuhkembangkan profesionalisme

guru.Peningkatan kemampuan profesionalisme guru bukan sekedar diarahkan kepada

(11)

lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai

seorang pendidik.Guru professional memiliki dua ciri yaitu tingkat kemampuan yang

tinggi dan komitmen yang tinggi (Glickman, dalam Mulyasa 2007).

2.2 Kesejahteraan dan Kinerja 2.2.1 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai

tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.Taraf

kehidupan yang lebih baik ini tidak hanya diukur secara ekonomi dan fisik belaka,

tetapi juga ikut memperhatikan aspek sosial, mental, dan segi kehidupan spiritual

(Adi, 2003). Kesejahteraan sosial dapat dianalogikan seperti kesehatan jiwa,

sehingga dapat dilihat dari empat sudut pandang, yaitu :

1. Kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan (kondisi).

Sebagai suatu kondisi (keadaan), kesejahteraan sosial dapat dilihat dari rumusan

Undang-Undang No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok

Kesejahteraan Sosial, pasal 2 ayat 1 : “Kesejahteraan sosial ialah suatu tata

kehidupan dan penghidupan sosial materiil maupun spiritual yang diliputi oleh

rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang

memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi

diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta

kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila”.

Rumusan tersebut menggambarkan kesejahteraan sosial sebagai suatu

(12)

yang meliputi kehidupan material maupun spiritual, dengan tidak menempatkan

suatu aspek lebih penting dari yang lainnya, tetapi lebih mencoba melihat pada upaya

mendapatkan titik keseimbangan.Titik keseimbangan yang dimaksud adalah

keseimbangan antara aspek jasmaniah dan rohaniah, ataupun keseimbangan antara

aspek material dan spiritual.

2. Kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu.

Sebagai suatu ilmu, pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba

mengembangkan pemikiran, strategi dan teknik untuk meningkatkan

kesejahteraan suatu masyarakat, baik di level mikro, mezzo maupun makro.Ilmu

kesejahteraan sosial mengembangkan beberapa metode intervensi (termasuk di

dalamnya aspek strategi dan teknik) guna meningkatkan taraf hidup komunitas

sasaran.Metode intervensi dalam ilmu kesejahteraan sosial secara garis besar

dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu intervensi makro dan

mikro.Sebagai ilmu yang terkait dengan profesi yang memberikan bantuan

(helping professions) terhadap klien ataupun beneficiaries (penerima layanan),

ilmu kesejahteraan sosial merupakan suatu ilmu yang mencoba mensinergikan

berbagai ilmu yang sudah berkembang guna meningkatkan taraf hidup

(kesejahteraan) masyarakat.

3. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan.

Sebagai suatu kegiatan, pengertian kesejahteraan sosial dapat terlihat dari

definisi: kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisir dari berbagai

institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu

individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan

yang lebih memuaskan (Friedlander, dalam Adi 2003). Meskipun tidak secara

(13)

yang dikemukakan Friedlander di atas sekurang-kurangnya menggambarkan

kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem pelayanan (kegiatan) yang dirancang

guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Meskipun dalam pengertian yang

dikemukakannya Friedlander secara eksplisit menyatakan bahwa target dari

kegiatan tersebut adalah individu dan kelompok, tetapi dalam arti luas pengertian

Friedlander juga melihat masyarakat sebagai suatu totalitas.

4. Kesejahteraan sosial sebagai suatu gerakan.

Sebagai suatu gerakan, isu kesejahteraan sosial sudah menyebar luas hampir ke

seluruh penjuru dunia, sehingga menjadi suatu gerakan tersendiri yang bertujuan

memberitahukan kepada dunia bahwa masalah kesejahteraan sosial merupakan

hal yang perlu diperhatikan secara seksama oleh masyarakat dunia, baik secara

global maupun parsial.Oleh karena itu muncullah berbagai macam gerakan dalam

wujud organisasi lokal, regional, maupun internasional yang berusaha menangani

isu-isu kesejahteraan sosial ini.

Salah satu pengertian yang dikembangkan oleh Pre-Conference Working

Committee for the 15th International Conference of Social Welfare mungkin dapat

digunakan sebagai landasan untuk memandang kesejahteraan sosial sebagai suatu

gerakan yang global.Pengertian itu adalah kesejahteraan sosial merupakan

keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya

tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan

berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan; jaminan sosial;

kesehatan; perumahan; pendidikan; rekreasi; tradisi budaya; dan lain sebagainya

(14)

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial, pemerintah membuat UU

yang berisi tanggung jawab pemerintah dalam upaya penyelenggaraan kesejahteraan

sosial yang tertuang dalam UU No. 11 Tahun 2009 bagian II pasal 25 yang meliputi :

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan

perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang

menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

5. Mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan

tanggung jawab sosialnya;

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang

kesejahteraan sosial;

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan

kesejahteraan sosial;

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas

pembangunan;

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial;

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap

penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

11.Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan

kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional;

12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional;

(15)

14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam

APBN.

Dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok

kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial adalah upaya yang

terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah,

dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar

setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan

sosial, dan perlindungan sosial. Semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan

adalah untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan

mengembangkan kesejahteraan sosial.Pernyataan tersebut mengartikan bahwa

usaha-usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya yang ditujukan kepada manusia baik

individu, kelompok maupun masyarakat.

2.2.2 Kesejahteraan Guru

Saat ini, masalah status/kesejahteraan guru sedang hangat-hangatnya

dibicarakan oleh banyak pihak.Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah

mulai menaruh perhatian terhadap masalah guru.Perhatian masyarakat ini tentunya

tidak datang begitu saja, tetapi ada alasan-alasannya.Perhatian tersebut bertitik tolak

pada dua hal, yaitu tumbuhnya kesadaran dan pengertian masyarakat tentang tugas

dan fungsi guru dan status/kesejahteraan guru yang tidak sesuai dengan urgensi tugas

dan fungsinya. Peningkatan status/kesejahteraan guru sebagai suatu usaha akan lebih

mudah dirintis realisasinya bila dilandasi oleh suatu legitimasi hukum. Walaupun

landasan hukum yang formal dan langsung belum ada, usaha untuk merealisasikan

maksud tersebut dapat mempergunakan landasan-landasan sebagai berikut : (a)

(16)

kepegawaian, (c) persyaratan teknis dan administratif bagi seorang guru, (d)

pandangan/opini masyarakat yang didasari pengertian dan kesadaran tentang

pentingnya peranan guru.

Untuk meningkatkan status/kesejahteraan guru, perlu usaha-usaha dari

beberapa pihak, baik guru, pemerintah, maupun masyarakat.Usaha-usaha tersebut

terutama dapat diarahkan kepada kesejahteraan guru baik yang bersifat moril

maupun materiil yang juga melibatkan pihak guru, pemerintah, dan masyarakat.

Usaha dari pihak guru antara lain : a) guru perlu meningkatkan mutu profesinya; b)

tetap berpijak pada moral dan mental guru; c) berpijak pada kode etik guru, d) loyal

kepada pemerintah. Usaha dari pihak pemerintah berupa : a) kebijaksanaan yang

mendukung peningkatan status/kesejahteraan guru, b) realisasi kebijaksanaan di

bidang kesejahteraan guru, c) perhatian terhadap calon guru (pendidikan guru)

maupun pensiunan guru, d) memberikan fasilitas sesuai dengan kemampuan, e)

mempersiapkan situasi dan kondisi yang relevan bagi pelaksanaan profesi guru

secara baik. Usaha dari masyarakat dinyatakan dalam bentuk : a) membantu usaha

dari pihak guru, b) membantu usaha dari pihak pemerintah, c) mengikuti secara

positif dan konstruktif perkembangan pendidikan pada umumnya dan pendidikan

guru pada khususnya.

Usaha-usaha dari ketiga pihak tersebut di antaranya dapat berwujud :

mendukung penerapan kode etik guru, mengadakan penataran untuk meningkatkan

mutu guru, meningkatkan/menyempurnakan lembaga-lembaga pendidikan guru,

menaikkan gaji guru, memberikan tunjangan khusus untuk guru, memperkuat

koperasi guru, dan menyediakan asuransi jiwa bagi guru. Status sosial profesi guru

dan kesejahteraannya berkaitan sangat erat. Kesejahteraan yang tinggi akan membuat

(17)

kesejahteraan guru yang rendah (dengan indikator utama gaji), maka status sosialnya

pun tidak begitu baik dalam masyarakat. Agak berbeda dengan profesi lain (misalnya

dokter), tingginya penghormatan pada guru karena perannya yang sangat penting

dalam pendidikan tidak dengan sendirinya menjadi jaminan bagi lebih baiknya

tingkat kesejahteraan mereka. Pokja Pemberdayaan Guru pada Bappenas (dalam

Jalal & Supriadi, 2001) menyimpulkan bahwa dilihat dari berbagai aspek dan

kriteria, memang tingkat kesejahteraan guru, khusunya gaji, masih rendah

dibandingkan dengan beban tugasnya yang berat dan perannya yang sangat penting

dalam keseluruhan proses pendidikan.

Jalal (2001: 221-225); dan Tilaar (2003: 382-391) mengungkapkan bahwa

proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya

harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru,

pembinaan, dan peningkatan karir guru.

1. Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan intensif yang diperoleh. Gaji guru

di Indonesia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

Rendahnya kesejahteraan guru bisa mempengaruhi kinerja guru, semangat

pengabdiannya, dan juga upaya mengembangkan profesionalismenya. Kenaikan

gaji dilakukan bersamaan dengan perbaikan aspek-aspek kesejahteraan lain yaitu

prosedur kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir,

penghargaan terhadap tugas atau peran keguruan (Jalal, dalam Mulyasa 2007).

Kesejahteraan guru sebaiknya selain berasal dari pemerintah pusat, juga

didukung oleh pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat dan dunia usaha.

2. Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan

dengan mempertimbangkan: (1) kesulitan tempat bertugas, (2) kemampuan,

(18)

(4) prestasi guru dalam mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti, dan

membimbing, serta berhubungan dengan stakeholder.

3. Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat

mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang

diinginkannya. Ada kasus, guru yang ditempatkan di desa tertentu tidak pernah

muncul, atau kalau datang bertugas selalu berhalangan untuk hadir, yang

akhirnya minta dipindahkan ke tempat yang diinginkannya. Untuk

menghilangkan masalah seperti itu, maka dalam rekrutmen dan penempatan perlu

dipertimbangkan beberapa hal berikut:

a. asal tempat calon guru;

b. memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil

pendidikan dan seleksi;

c. menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah;

d. memberikan insentif dan jaminan lain bagi calon guru yang ditempatkan di

daerah terpencil;

e. memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanksi bagi yang

melanggar;

f. memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin

kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru yang

berasal dari daerah lain;

g. untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari kota,

sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat itu dengan legitimasi

dari pemerintah daerah.

4. Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu

(19)

2.2.3 Pengertian Tingkat Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan

seseorang baik sosial material maupun spiritual yang disertai dengan rasa

keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin sehingga dapat memenuhi

kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosialnya.Untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) yang telah mengadakan program yang disebut dengan pendataan

keluarga.Pendataan ini bertujuan untuk memperoleh data tentang dasar

kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan

kemiskinan. Adapun pentahapan keluarga sejahtera yaitu :

a. Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasar secara minimal, seperti : kebutuhan spiritual, pangan, sandang,

papan dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu

indikator-indikator keluarga sejahtera I.

b. Keluarga sejahtera I yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan

kebutuhan sosial psikologisnya, seperti: kebutuhan akan pendidikan, keluarga

berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan sekitar dan

transportasi.

c. Keluarga sejahtera II yaitu keluarga-keluarga yang selain dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya,

tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti menabung dan

(20)

d. Keluarga sejahtera III yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

keseluruhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya dan kebutuhan

pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal dan

teratur bagi masyarakat dalam bentuk material, seperti : sumbangan materi untuk

kepentingan sosial kemasyaratakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian,

olahraga, pendidikan, dan lain sebagainya.

e. Keluarga sejahtera III plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi

seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun

pengembangan serta telah memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan

bagi masyarakat.

Dari pentahapan ini, dapat diketahui tingkat kesejahteraan guru dalam

lingkup keluarganya.Untuk mengukur tingkat kesejahteraan, telah dikembangkan

beberapa indikator operasional yang menggambarkan tingkat pemenuhan kebutuhan

dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan. Beberapa indikator

tersebut yaitu :

a. Keluarga pra sejahtera

Keluarga yang tidak dapat memenuhi syarat-syarat sebagai keluarga sejahtera I.

b. Keluarga sejahtera I

1) Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing.

2) Makan dua kali sehari atau lebih.

3) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.

4) Lantai rumah bukan dari tanah.

5) Jika anak sakit dibawa ke sarana/petugas kesehatan.

(21)

1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang

dianut masing-masing.

2) Minimal seminggu sekali keluarga tersebut menyediakan daging/ikan/telur

sebagai lauk pauk.

3) Memperoleh pakaian baru dalam setahun terakhir.

4) Luas lantai tiap penghuni rumah 8 m2.

5) Anggota keluarga sehat dalam keadaan tiga bulan terakhir, sehingga dapat

menjalankan fungsi masing-masing.

6) Bisa baca tulis latin bagi anggota keluarga dewasa yang berumur 10-60

tahun.

7) Seluruh anak yang berumur 7-15 tahun bersekolah pada saat ini.

8) Anak hidup dua atau lebih dan saat ini masih memakai alat kontrasepsi.

d. Keluarga sejahtera III

1) Keluarga mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

2) Keluarga mempunyai tabungan.

3) Keluarga biasanya makan bersama minimal sekali dalam sehari.

4) Turut serta dalam kegiatan masyarakat.

5) Keluarga mengadakan rekreasi bersama..

6) Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/televisi/majalah.

7) Anggota keluarga dapat menggunakan sarana transportasi.

e. Keluarga sejahtera III plus

1. Memberikan sumbangan secara teratur dan sukarela untuk kegiatan sosial

masyarakat dalam bentuk materi.

(22)

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga antara lain

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal keluarga yang mempengaruhi

tingkat kesejahteraan meliputi : pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota

keluarga, umur, kepemilikan asset dan tabungan; sedangkan faktor eskternal yang

mempengaruhi kesejahteraan adalah kemudahan akses finansial pada lembaga

keuangan, akses bantuan pemerintah, kemudahan akses dalam kredit

barang/peralatan dan lokasi tempat tinggal. Sementara itu, unsur manajemen sumber

daya keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan, pembagian

tugas, dan pengontrolan kegiatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2005), indikator

yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan (8), yaitu

pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas

tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan

kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, dan kemudahan

mendapatkan fasilitas transportasi.

2.2.4 Kinerja

Kinerja ialah hasil kerja dan kemajuan yang telah dicapai seseorang dalam

bidang tugasnya. Kinerja artinya sama dengan prestasi kerja. Kinerja merupakan

tanda keberhasilan suatu organisasi dan orang-orang yang ada dalam organisasi

tersebut (Hikman, dalam Usman 2010).Stoner & Freeman (dalam Usman, 2010)

mengemukakan bahwa kinerja adalah kunci yang harus berfungsi secara efektif agar

organisasi secara keseluruhan dapat berhasil. Kinerja digunakan apabila seseorang

menjalankan tugas atau proses dengan terampil sesuai dengan prosedur dan

(23)

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujaun,

misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan

individu maupun kelompok individu.Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau

kelompok individu tersebut mempunyai criteria keberhasilan yang telah

ditetapkan.kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu

yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi

tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya. Kinerja mengacu

pada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah pekerjaan pegawai.

Kinerja merefleksikan seberapa baik pegawai memenuhi persyaratan sebuah

pekerjaan pegawai.

Darma (dalam Suruni, 2002) mengatakan bahwa faktor internal yang dapat

mempengaruhi kinerja terdiri dari : 1) kemampuan, 2) sikap, 3) minat, 4) persepsi.

Sedangkan faktor eksternal meliputi : 1) struktur tugas, 2) iklim organisasi, 3) sistem

imbalan. Menurut Arikunto (1990) ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : sikap,

minat, inteligensi, motivasi dan kepribadian, sedangkan faktor eksternal meliputi

sarana dan prasarana, insentif atau gaji, suasana kerja dan lingkungan kerja (Aswir,

2013).Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan

terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi

atas : efisiensi pengunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas

barang dan jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan

efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, dalam Mahsun: 2006).

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu

(24)

diberikan, serta dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu.

Kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : (1) harapan

mengenai imbalan, (2) dorongan, (3) kemampuuan, (4) kebutuhan dan sifat, (5)

persepsi terhadap tugas, (6) imbalan internal dan eksternal, (7) persepsi terhadap

tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan

di atas, maka pengertian atau definisi kinerja dapat disimpulkan sebagai berikut :

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dnegan kewenangan dan

tugas tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun

etika.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan beberapa aspek yang

mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut :

1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategis organisasi, dengan menetapkan secara

umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi, dan

misinya.

2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada penilaian

kinerja secara tidak langsung, sedangkan indicator kinerja mengacu pada

engukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama dan

indicator kinerja kunci.

3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil

pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan

tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi.

4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan

(25)

seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang

diambil organisasi selanjutnya.

Unsur-Unsur yang terdapat dalam kinerja terdiri dari :

1. Hasil-hasil fungsi pekerjaan.

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti :

motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya.

3. Pencapaian tujuan organisasi.

4. Periode waktu tertentu.

Berdasarkan hal-hal di atas, kinerja didefinisikan sebagai hasil-hasil fungsi

pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode

waktu tertentu.

2.2.5 Kinerja Guru

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada suatu

organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan dan

memberikan hasil yang maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi

tersebut.Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara pekerjaan

dan keahliannya. Kinerja guru adalah perilaku yang berhubungan dengan kerja

guru.(Anoraga: 1998). Suhertin (dalam Aswir, 2013) mengatakan kinerja guru

merupakan cerminan dari kualitas guru itu sendiri, sedangkan kemampuan yang

dimiliki oleh guru tersebut sangat erat sekali kaitannya dengan kinerja guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik di sekolah. Ada beberapa indikator dari

(26)

pengajaran, 2) kemampuan guru dalam melaksanakan program pengajaran, 3)

keluesan guru dalam berinteraksi sesama guru dan siswa, 4) keterampilan guru dalam

menilai hasil pengajaran.

Kinerja guru merupakan hasil atau keluaran dari proses atau kemampuan

aplikasi kerja guru dalam wujud nyata, yaitu pekerjaan atau rangkaian kegiatan yang

dilakukan guru dalam tugas keguruannya. Kinerja seorang guru tercermin dari

kemampuannya mencapai prasyarat-prasyarat tertentu yang telah ditetapkan atau

dijadikan standar. Kinerja guru adalah hasil kerja yang dicapai guru berdasarkan

kemampuannya menjalankan tugas pada proses pembelajaran yang mencakup aspek

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil

pembelajaran. Kinerja guru yang tinggi tentunya menjadi impian bagi para

guru.Namun dalam realitanya untuk mencapai kinerja guru yang tinggi sebagian guru

kesulitan untuk mencapainya.Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya sebagian

guru yang kesulitan merancang perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang efektif

dan inovatif.Masih ada guru yang kesulitan dalam mengelola kelas, monoton dalam

penggunaan metode, sumber belajar dan media pembelajaran.Selain itu masih ada

guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran yang belum objektif.

Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.Ada 10 (sepuluh) komponen portofolio

(penilaian diri) bagi guru sesuai dengan Permendiknas No. 18 tahun 2007 yaitu : (1)

kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4)

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas,

(6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam

forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, (10)

(27)

berhubungan dengan kualitas dalam menjalankan tugasnya. Menilai kualitas kinerja

dapat ditinjau dari beberapa indikator yang meliputi : (1) unjuk kerja, (2) penguasaan

materi, (3) penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4) penguasaan

cara-cara penyesuaian diri, dan (5) kepribadian untuk melaksanakan kualitas dengan baik

(Sulistyorini, 2001: 55).

Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan penilaian kinerja.

Penilaian kinerja dengan pendekatan yang berpusat pada pelaksanaan tugas,

dilakukan dengan cara menilai perilaku pegawai sesuai dengan tugas dan tanggung

jawabnya. Standar penilaian kinerja hendaknya berlandaskan pada persyaratan

kerja.Secara garis besar penilaian kinerja guru digunakan untuk menilai 14 indikator

dengan butir-butir kinerja yang telah ditentukan, yaitu :

1. Mengenal karakteristik peserta didik

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

3. Pengembangan kurikulum

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

5. Memahami dan mengembangkan potensi

6. Komunikasi dengan peserta didik

7. Penilaian dan evaluasi

8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia

9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

10.Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru

11.Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

12.Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua peserta didik, dan

(28)

13.Penguasaan materi struktur konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu

14.Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif

2.2.6 Teori Motivasi

Motivasi ialah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah

kebutuhan, keinginan, dorongon, atau impuls.Motivasi merupakan keinginan yang

terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan

tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku.

Motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatar

belakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi merupakan

proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat

berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang.

Teori motivasi terdiri dari dua, yaitu teori isi dan teori proses. Teori isi

memusatkan perhatiannya pada pertanyaan “apa penyebab perilaku terjadi dan

berhenti”.Jawabannya terpusat pada 1) kebutuhan, keinginan atau dorongan yang

memacu untuk melakukan kegiatan, 2) hubungan karyawan dengan faktor-faktor

eksternal dan internal yang menyebabkan mereka melakukan kegiatan. Sedangkan

teori proses memusatkan perhatian pada bagaimana perilaku dimulai dan

dilaksanakan.

Terjadinya proses motivasi diawali oleh adanya kebutuhan. Kebutuhan itu

dipenuhi oleh insentif atau gaji/upah dari organisasi tempat kita bekerja.Gaji/upah

yang diterima memberikan dampak persepsi.Misalnya, jika organisasi semakin maju

maka organisasi semakin untung. Apabila organisasi banyak keuntungannya,

(29)

maksud tersebut, muncul usaha-usaha motivasi.Usaha-usaha motivasi dan

kemampuan mempengaruhi tingkat kinerja.Tingkat kinerja mempengaruhi ganjaran

(hadiah) dan produktivitas.Produktivitas mempengaruhi insentif organisasi dan

ganjaran mempengaruhi kepuasan. Apabila kepuasan telah terpenuhi, maka akan

muncul pula kebutuhan-kebutuhan baru. Demikian seterusnya.

2.2.7 Tunjangan Profesi

Tunjangan profesi guru adalah tunjangan yang diberikan kepada guru

berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sertifikat pendidik.Sedangkan

bantuan tunjangan profesi guru adalah subsidi tunjangan yang diberikan kepada guru

berstatus Bukan Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS) yang memiliki sertifikat pendidik.

Tujuan pemberian tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi adalah untuk

meningkatkan motivasi, profesionalisme, dan kinerja serta kesejahteraan guru dalam

rangka meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar dan prestasi belajar peserta

didik.

Besaran tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi guru/pengawas

adalah :

a. Tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi guru/pengawas :

1. Guru PNS dan Pengawas diberikan tunjangan sebesar gaji pokok per bulan.

2. Guru Bukan PNS diberikan bantuan tunjangan profesi setara dengan

kualifikasi akademik, pangkat, dan masa kerja yang berlaku bagi guru PNS.

3. Guru Bukan PNS yang belum disetarakan dengan kualifikasi akademik,

pangkat, dan masa kerja yang berlaku bagi guru PNS diberikan bantuan

tunjangan profesi sebesar Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) per

(30)

4. Tunjangan profesi dan bantuan tunjangan profesi guru/pengawas dibayarkan

mulai bulan Januari tahun berikutnya, terhitung sejak tanggal yang

bersangkutan dinyatakan lulus ujian sertifikasi guru sebagaimana yang

tercantum dalam sertifikat pendidik dan memperoleh NRG.

5. Guru yang memperoleh sertifikat pendidik sebelum tahun 2008, tunjangan

profesi atau bantuan tunjangan profesinya dibayarkan terhitung mulai tanggal

1 Januari 2008.

2.3 Kerangka Pemikiran

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen,

sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan

kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. Sertifikasi guru dapat diartikan

sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki

kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan

tertentu, setelah uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Pada

hakikatnya program sertifkasi guru bertujuan untuk menghasilkan guru yang

professional, memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai

guru dan pendidik sesuai dengan visi dan misi sekolah khususnya, serta tujuan

pendidikan pada umumnya. Dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru,

dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dalam kesejahteraannya,

hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih

mapan kehidupannya.

Guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik berhak pula mendapat

(31)

16 bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik berhak mendapatkan insentif

berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi tersebut adalah sebesar

satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya bagi guru PNS dan Rp 1.500.000,- bagi

guru yang bukan PNS. Itu berarti pendapatan guru yang telah disertifikasi juga

meningkat. Peningkatan pendapatan tersebut juga berdampak positif terhadap

motivasi kerja guru yaitu keinginan atau kebutuhan yang melatar belakangi guru

tersebut sehingga ia terdorong untk bekerja, sehingga selain meningkatkan

kesejahteraan guru, juga meningkatkan kinerja dan kualitas guru yang selanjutnya

juga akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Melalui standar kompetensi dan

sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata

kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan di

kalangan guru dan tenaga kependidikan. Diharapkan guru dapat melaksanakan

pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan

dan tuntutan global.

Dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru, pemberdayaan dimaksudkan

untuk memperbaiki kinerja sekolah melalui kinerja guru agar dapat mencapai tujuan

secara optimal, efektif, dan efisien. Melalui program sertifikasi ini, guru akan dapat

meningkatkan kinerja mereka sehingga juga akan berdampak terhadap peningkatan

prestasi siswa. Di samping peningkatan kinerja, diharapkan juga program sertifikasi

ini dapat meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga pendidik. Indikator

kesejahteraan guru dilihat dari antara lain :pendapatan, konsumsi atau pengeluaran

keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota

keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan

(32)

Sedangkan indikatorpenilaian kinerja guru dapat dilihat dari : mengenal

karakteristik peserta didik, menuasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik,

memahami dan mengembangkan potensi, komunikasi dengan peserta didik, penilaian

dan evaluasi, bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia, menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, etos kerja,

tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru, bersikap inklusif,

bertindak objektif, serta tidak diskriminatif, komunikasi dengan sesama guru, tenaga

pendiidkan, orang tua peserta didik, dan masyarakat, penguasaan materi struktur

konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu,

(33)

Gambar 1.1

BAGAN ALIRPIKIR

TUNJANGAN SERTIFIKASI

MOTIVASI KERJA

Keinginan atau kebutuhan yang melatar

belakangi seseorang sehingga ia terdorong

untuk bekerja

KINERJA

1. Mengenal karakteristik peserta didik 2. Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

3. Pengembangan kurikulum

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

5. Memahami dan mengembangkan

potensi

6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan evaluasi

8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia

9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan

teladan

10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru

11. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

12. Komunikasi dengan sesama guru,

tenaga pendidikan, orang tua peserta

didik, dan masyarakat

13. Penguasaan materi struktur konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang diampu

14. Mengembangkan keprofesian melalui

tindakan reflektif KESEJAHTERAAN

1. Pendapatan

a. Tinggi (>Rp 10.000.000,-)

b. Sedang (Rp 5.000.000 –

Rp 10.000.000,-)

c. Rendah (<Rp 5.000.000,-)

2. Konsumsi atau pengeluaran

keluarga

a. Tinggi (> 5.000.000,-)

b. Sedang (Rp 1.000.000 –

Rp 5.000.000,-)

c. Rendah (<Rp 1.000.000,-) 3. Keadaan tempat tinggal

a. Permanen b. Semi permanen

c. Non permanen

4. Fasilitas tempat tinggal (a.

lengkap, b. cukup, c. kurang) 5. Kesehatan anggota keluarga (a.

bagus, b. cukup, c.kurang)

6. Kemudahan mendapatkan

pelayanan kesehatan (a.

mudah, b. cukup, c. sulit)

7. Kemudahan memasukkan anak

ke jenjang pendidikan (a.

mudah, b. cukup, c. sulit)

8. Kemudahan mendapatkan

fasilitas transportasi (a. mudah,

(34)

2.4 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.4.1 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang

dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 138). Definisi konsep menggambarkan

secara cermat rencana sosial yang akan dikaji (Siagian, 2011: 136). Untuk lebih

mengetahui pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti

membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Pengaruh adalah suatu kekuatan atau daya dari tunjangan sertifikasi terhadap

perubahan kinerja dan kesejahteraan guru di SMP Swasta Dharma Patra Rantau,

Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Tunjangan sertifikasi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru berstatus

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki sertifikat pendidik. Sedangkan

bantuan tunjangan profesi guru adalah subsidi tunjangan yang diberikan kepada

guru berstatus Bukan Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS) yang memiliki sertifikat

pendidik.

3. Kesejahteraan guru adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan dasar, kebutuhan

sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan guru dan keluarganya agar dapat

mencapai standar hidup yang memuaskan.

4. Kinerja guru merupakan hasil atau keluaran dari proses atau kemampuan aplikasi

kerja guru dalam wujud nyata, yaitu pekerjaan atau rangkaian kegiatan yang

dilakukan guru dalam tugas keguruannya.

2.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan definisi

(35)

pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena

yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya transformasi

konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi. Definisi

operasional sering disebut sebagai suatu proses operasionalisasi konsep.

Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis

menjadi dinamis (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah dapat

diukur dari :

a. Variabel bebas (independent variable), yaitu sekelompok atribut yang

mempengaruhi atau memberikan akibat terhadap variabel atau sekelompok

atribut lain. Ada kalanya variabel bebas itu disebut dengan variabel pengaruh.

Biasanya untuk variabel bebas diberikan simbol “X”, sehingga sering disebut

variabel X (Siagian, 2011: 89). Adapun yang menjadi variabel X adalah

Tunjangan Sertifikasi.

Variabel terikat (dependent variable) yang dapat diartikan sebagai variabel

yang dipengaruhi oleh variabel lain. Melihat kedudukannya, maka variabel terikat

sering juga disebut variabel terpengaruh.Biasanya untuk variabel terikat ini diberi

simbol “Y”, sehingga disebut sebagai variabel Y (Siagian, 2011: 90). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Kesejahteraan dan Kinerja Guru dengan indikator sebagai

berikut :

1. Kesejahteraan :

a. Pendapatan :

1. Tinggi (> Rp 10.000.000,-)

2. Sedang ( Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000,-)

(36)

b. Konsumsi atau pengeluaran keluarga :

1. Tinggi ( > Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000,-)

2. Sedang ( Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000,-)

3. Rendah (< Rp 1.000.000,-)

4. Makan 3 kali sehari

c. Keadaan tempat tinggal :

1. Rumah semi permanen ataupun permanen

2. Lantai terbuat dari trasam/pelur ataupun keramik

d. Fasilitas tempat tinggal :

1. Memiliki alat elektronik (misalnya : televisi, kulkas, pendingin

ruangan)

2. Memiliki penerangan di rumah

3. Memiliki WC yang layak

e. Kesehatan anggota keluarga

1. Anggota keluarga sehat (tidak memiliki penyakit kronis)

2. Anggota keluarga tidak memiliki penyakit tahunan

f. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

1. Mampu berobat ke dokter atau pelayanan kesehatan lain apabila sakit

2. Jarak antara rumah dengan rumah sakit atau pelayanan kesehatan

dapat dengan mudah terjangkau

g. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan

1. Mampu membiayai sekolah anak-anak

2. Jarak antara sekolah dengan tempat tinggal dapat terjangkau

3. Tidak ada kesulitan pada saat penerimaan anak di sekolah

(37)

1. Memiliki kendaraan bermotor milik pribadi (mobil ataupun sepeda

motor)

2. Memiliki ongkos untuk bepergian bukan dengan kendaraan pribadi.

4. Kinerja :

a. Mengenal karakteristik peserta didik

1. Guru mengidentifikasi karakteristik belajar setia peserta didik di

kelasnya.

2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan

kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar

yang samapada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan

kemampuan belajar yang berbeda.

4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta

didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta

didik lainnya.

5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan

peserta didik.

6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu

agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik

tersebut tidak termarginalkan (terselisihkan, diolok-olok, minder,

dsb).

(38)

1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai

materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui

pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi.

2. Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap

materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktivitas

pembelajaran berikutnya berdasarkan tingkat pemahaman tersebut.

3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang

dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan

rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.

4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotivasi kemauan

belajar peserta didik.

5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu

sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun

proses belajar peserta didik.

6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang

memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya

untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

c. Pengembangan kurikulum

1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum.

2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus

untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat

mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan

3. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan

(39)

4. Guru memilih materi pembelajaran yang a) sesuai dengan tujuan

pembelajaran, b) tepat dan mutakhir, c) sesuai dengan usia dan tingkat

kemampuan belajar peserta didik, d) dapat dilaksanakan di kelas, e)

sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan

yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut

mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.

2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk

membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga

membuat peserta didik emrasa tertekan.

3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan)

sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik.

4. Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai

tahapan proses pembelajaran, bukan semata-mata kesalahan yang

harus dikoreksi.

5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan

mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.

6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan

waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan

usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian

peserta didik.

7. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk

dengan kegiatannya sediri agar semua waktu peserta dapat

(40)

8. Guru mampu menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang

dengan kondisi kelas.

9. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain.

10. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis

untuk membantu proses belajar peserta didik.

11.Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio visual untuk

meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

e. Memahami dan mengembangkan potensi

1. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian

terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan

masing-masing.

2. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang

mendorong peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan

pola belajar masing-masing.

3. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk

memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berpikir kritis peserta

didik.

4. Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran

dengan memberikan perhatian kepada setiap individu.

5. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat,

potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.

6. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai

(41)

7. Guru memusatkan perhatian pada interaksi dengan peserta didik dan

mendorongnya untuk memahami dan manggunakan informasi yang

disampaikan.

f. Komunikasi dengan peserta didik

1. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan

menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan

terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan

pengetahuan mereka.

2. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan

tanggapan peserta didik, tanpa menginterupsi, kecuali jika diperlukan

untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

3. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan

mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa

mempermalukannya.

4. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan

kerja sama yang baik antar peserta didik.

5. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua

jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah

untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

6. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan

meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan

kebingungan pada peserta didik.

(42)

1. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang

tertulis dalam RPP.

2. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis

penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan

mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang

tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan

dipelajari.

3. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi

topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan

kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan

pengayaan.

4. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya

untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat

membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan

pembelajaran, materi tambahan dan sebagainya.

5. Guru memanfaatkan hasil penelitian sebagai bahan penyusunan

rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

h. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia

1. Guru menghargai dan mempromosikan prinsip-prinsip Pancasila

sebagai dasar ideologi dan etika bagi semua warga Indonesia.

2. Guru mengembangkan kerjasama dan membina kebersamaan dengan

(43)

3. Guru saling menghormati dan menghargai teman sejawat sesuai

dengan kondisi dan keberadaan masing-masing.

4. Guru memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia.

5. Guru mempunyai pandangan yang luas tentang keberagaman bangsa

Indonesia (misalnya : budaya, suku, agama).

i. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

1. Guru bertingkah laku sopan dalam berbicara, berpenampilan, dan

berbuat terhadap semua peserta didik, orang tua, dan teman sejawat.

2. Guru mau membagi pengalamannya dengan teman sejawat, termasuk

mengundang mereka untuk mengobservasi cara mengajarnya dan

memberikan masukan.

3. Guru mampu mengelola pembelajaran yang membuktikan bahwa guru

dihormati oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik selalu

memperhatiakn guru dan berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran.

4. Guru bersikap dewasa dalam menerima masukan dari peserta didik

dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

5. Guru berperilaku baik untuk mencitrakan nama baik sekolah.

j. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru

1. Guru mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan tepat waktu.

2. Jika guru harus meninggalkan kelas, guru mengaktifkan siswa dengan

melakukan hal-hal produktif terkait dengan mata pelajaran, dan

(44)

3. Guru memenuhi jam mengajar dan dapat melakukan semua kegiatan

lain di luar jam mengajar berdasarkan izin dan persetujuan pengelola

sekolah.

4. Guru meminta izin dan memberitahu lebih awal, dengan memberikan

alas an dan bukti yang sah jika tidak menghadiri kegiatan yang telah

direncanakan, termasuk proses pembelajaran di kelas.

5. Guru menyelesaikan semua tugas administratif dan non-pembelajaran

dengan tepat waktu sesuai standar yang ditetapkan.

6. Guru memanfaatkan waktu luang selain mengajar untuk kegiatan

yang produktif terkait dengan tugasnya.

7. Guru memberikan kontribusi terhadap pengembangan sekolah dan

mempunyai prestasi yang berdampak positif terhadap nama baik

sekolah.

8. Guru merasa bangga dengan profesinya sebagai guru.

k. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

1. Guru memperlakukan semua peserta didik secara adil, memberikan

perhatian dan bantuan sesuai kebutuhan masing-masing tanpa

mempedulikan faktor personal.

2. Guru menjaga hubungan baik dan peduli dengan teman sejawat

(bersifat inklusif), serta berkontribusi positif terhadap semua diskusi

formal dan informal terkait dengan pekerjaannya.

3. Guru sering berinteraksi dengan peserta didik dan tidak membatasi

perhatiannya hanya pada kelompok tertentu.

l. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga pendidikan, orang tua peserta

Gambar

Gambar 1.1 BAGAN ALIRPIKIR

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan keputusan penerima beasiswa dari implementasi fuzzy logic memberikan keputusan pasti, dengan mengacu pada peraturan penerimaan beasiswa

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel premi berpengaruh negatif signifikan terhadap laba dengan nilai sig sebesar 0,000 dan nilai t hitung

Narkotika secara farmakologik adalah opioida, tetapi menurut UU no 22, tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

Karena di Semarang tidak ada sumber aktivitas radionuklida yang menghasilkan 137 Cs, maka diduga aktivitas yang ada berasal global fallout yaitu buangan Fukushima yang

Berdasarkan hasil uji alat ukur gas elpiji 3 kg yang dilakukan Dinas Peindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda terhadap pelaku usaha (SPPBE), maka

For the numerical solution we use nite dierence methods on the basis of an approximation of the partial derivatives in (2.1.4a) by dierence quotients (cf.. It represents a uniform

Maka, dalam hal ini penulis akan menganalisis 2 indikator, yaitu indicator kesehatan dengan melihat apakah jumlah gizi buruk di suatu daerah ada

Dari hasil penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian pakan terbatas secara nyata menurunkan produksi telur, bobot telur, FCR dan mempercepat molting, akan