• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014)

http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2014

IMPLEMENTASI PASAL 24 UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN

1981 TENTANG METROLOGI LEGAL TERHADAP UJI ALAT UKUR

LPG 3 KG DI SPPBE KOTA SAMARINDA

W A H Y U D I1

(yudi.wahyudi1092@yahoo.com)

Ivan Zairani Lisi2

(ivanlisi_fhunmul@yahoo.co.id)

Erna Susanti3

(r_nas77@rocketmail.com)

Abstrak

Dalam dunia perdagangan salah satu unsur penting yang diperlukan ialah terciptanya tertib ukur, takar, timbang guna mencapai tertib niaga.Dalam setiap transaksi jual beli barang, baik kualitas maupun kuantitasnya harus selalu terjamin jumlah maupun ukurannya, sehingga produsen/penjual dan konsumen atau pembeli tidak merasa dirugikan, termasuk barang dalam keadaan terbungkus seperti gas elpiji 3 kg.

Permasalahan yang diteliti adalah masih terdapatnya pelanggaran yang menyimpang dari ketentuan pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah yang dikemukakan adalan Bagaimana implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal Terhadap Uji Alat Ukur LPG 3 kg di SPPBE Kota Samarinda dan Apa faktor penghambat dalam implementasi Pasal 24 Undang-Undang Metrologi Legal TerhadapPelaksanaan Uji Alat Ukur Elpiji 3 kg pada SPPBE di kota Samarinda.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal Terhadap Uji Alat Ukur LPG 3 kg di SPPBE Kota Samarinda belum berjalan dengan baik dan faktor penghambatnya yaitu, kurangnya sarana dan fasilitas yang berstandar, kurangnya sumber daya manusia dan saat melakukan kegiatan uji alat ukur SPPBE tersebut tidak dalam kegiatan produksi. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya persiapan yang matang dari pihak Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda agar peraturan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan yang dicita-citakan.

Kata Kunci : Implementasi Hukum, SPPBE, LPG 3 KG.

1Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2

Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

(2)

PENDAHULUAN

Saat ini Indonesia terus melakukan pembangunan secara menyeluruh guna tercapainya cita-cita bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, yaitu terrwujudnya masyarakat yang adil, sejahtera, makmur dan merata baik moril maupun spiritual. Dalam dunia perdagangan salah satu unsur penting yang diperlukan ialah terciptanya tertib ukur, takar, timbang guna mencapai tertib niaga. Dalam setiap transaksi jual beli barang, baik kualitas maupun kuantitasnya harus selalu terjamin jumlah maupun ukurannya, sehingga produsen/penjual dan konsumen atau pembeli tidak merasa dirugikan karena penggunaan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP) secara tidak benar. Peran kemetrologian dalam pengelolaan standar ukuran sangatlah penting untuk meningkatkan daya saing nasional.4 Permasalahan mengenai segala sesuatu dalam ukur mengukur, takar menakar dan timbang menimbang secara luas yang lazim disebut permasalahan “metrologi” mencakup semua teori maupun praktek yang berhubungan dengan pengukuran yaitu macamnya, sifatnya, keseksamaan dan kebenarannyayang ditetapkan dalam atau berdasarkan undang-undang yang bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengabdian kepada umum tentang pengawasan dan kebenaran pengukuran disebut “metrologi legal” (legal metrology atau metrologie legate).5

4

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Disperindagkop, 2006, Transaksi Atas Dasar: Ukuran,Tarakan, Timbangan Dan Perlengkapannya (UTTP), Samarinda, Halaman 1

5

Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal

(3)

Selaras dengan perkembangan dan pesatnya kemajuan produksi dan perdagangan, maka barang-barang dagangan dengan keadaan terbungkus mempunyai peranan penting. Diantaranya dapat memberikan kemudahan pelaku usaha dalam penjualan dan pendistribusian barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, termasuk gas elpiji 3 kg. Gas elpiji 3 kg merupakan Barang Dalam Kaeadaan Terbungkus (BDKT) karena elpiji merupakan satu produk yang dalam pemasarannya kepada masyarakat diperlukan suatu kemasan yaitu tabung gas.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, gas elpiji berpotensi menimbulkan permasalahan bagi konsumen. Dengan dibungkus dan dikemasnya gas elpiji 3 kg tersebut bukan tidak menimbulkan permasalahan bagi konsumen jika isi dari gas elpiji tidak sesuai dengan apa yang tertera pada label. Label menjadi sumber informasi bagi konsumen dan merupakan media antara pelaku usaha dengan konsumen dalam mengenalkan produknya. Selain itu informasi pada label adalah penentu bagi konsumen untuk memutuskan membeli atau tidak. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda juga mencatat bahwa terdapat isi dari tabung gas elpiji 3 kg pada Stasiun Pengisian dan Pengagkutan Bulk Elpiji (SPPBE) yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal berupa isi dari dari tabung gas elpiji yang tidak sesuai dengan yang tertera pada label bungkus atau kemasan tabung gas elpiji. Dari catatan tersebut menandakan bahwa terdapat produsen melakukan pelanggaran terhadap pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yang isinya menjelaskan bahwa setiap barang yang akan diedarkan, dipamerkan, dijual atau untuk komersialisasi lainnya harus

(4)

mencantumkan berat bersih barang tersebut yang sesuai dengan yang tertera pada label.6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui seksi Metrologi adalah penyelenggara pelayanan publik yang mengemban tugas memberikan perlindungan terhadap masyarakat, baik kepada para konsumen maupun produsen mengenai kebenaran pengukuran dan kepastian hukum di dunia usaha, sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.“Di sini hukum berperan aktif sebagai alat untuk alat rekayasa social(law a tol of social engineering) yang berfungsi sebagai sarana sosial kontrol dalam kehidupan masyarakat”.7

PEMBAHASAN

Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia perdagangan dan kemajuan produksi para pelaku usaha saat ini menawarkan berbagai macam barang kepada masyarakat selaku konsumen dalam berbagai bentuk. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat selaku konsumen. Salah satu barang yang ditawarkan yaitu gas elpiji 3 kg. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, gas elpiji dikategorikan sebagai salah satu barang dalam keadaan terbungkus, karena untuk menggunakannya harus membuka atau merusak segel yang terdapat pada bungkus (tabung) gas elpiji tersebut. Selain itu, juga untuk memudahkan pelaku usaha (SPPBE) dalam hal penjualan dan pendistribusian dari satu tempat ke tempat lainnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal disebutkan bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya

6

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal, pasal 22 7 Roscoe Pound,Pengantar filsafat hukum, Bhratara, Jakarta, 1972, Halaman 42

(5)

jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya. Dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dalam masyarakat, diperlukan lembaga yang memiliki otoritas untuk melakukan kegiatan metrologi legal. Untuk wilayah Kota Samarinda diberikan kewenangan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi yang memiliki kewenangan dalam metrologi legal.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda selain memudahkan proses pendistribusian dan penjualan oleh pihak pelaku usaha (SPPBE), gas elpiji tersebut juga berpotensi menimbulkan masalah bagi konsumen.8 Karena terdapat celah bagi para pelaku usaha yang nakal untuk membohongi konsumen terkait kuantitas isi dari gas elpiji tersebut. Dalam hal ini, para pelaku usaha bisa saja berbuat curang dengan mengurangi kuantitas dari isi tabung yang tidak sesuai dengan apa yang dicantumkan dalam label atau bungkus gas elpiji tersebut. Disini label berperan sangat penting karena melalui label tersebut calon konsumen akan mengetahui informasi yang berkaitan dengan barang yang nantinya akan dibeli dan sebagai sarana komunikasi bagi konsumen dan pelaku usaha dalam mengenalkan produknya. Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elipiji (SPPBE) atau dalam hal ini pelaku usaha harus memberikan informasi yang benar, jelas, jujur dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran atas klaimnya, oleh karena itu guna menghindari kecurangan maka

8

Hasil Wawancara dengan Bapak Amir Mahmud Kepala Seksi Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda tanggal 03 April 2014

(6)

dilaksanakan kegiatan uji alat ukur atau ukur ulang yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi. Hal ini dilakukan untuk menciptakan tertib ukur di dalam masyarakat agar peredaran gas elpiji yang dibungkus tadi sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

Kegiatan yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setahun sekali dalam melakukan uji alat ukur atau pengukuran ulang terhadap gas elpiji 3 kg di SPPBE kota Samarinda. Alat timbang yang digunakan untuk pengujian kuantitas isi gas elpiji yaitu timbangan elektronik yang bertanda tera sah yang berlaku serta melakukan pengecekan terhadap alat timbang pelaku usaha (SPPBE), untuk memastikan apakah alat timbang yang digunakan dalam menimbang gas elpiji tersebut sudah sesuai dengan standar atau telah di tera.

Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal Terhadap Uji Alat Ukur Elpiji 3 kg pada Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) di Kota Samarinda

Penyelenggaraan kegiatan kemetrologian yang diatur melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metoda pengukuran dan alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya.9 Dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981

9

(7)

tentang Metrologi Legal dalam masyarakat, diperlukan lembaga yang memiliki otoritas untuk melakukan kegiatan metrologi legal. Di kota Samarinda dibentuk UPTD Metrologi di bawah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi & UKM sebagai intansi yang memiliki kewenangan dalam metrologi legal.

Untuk melindungi kepentingan umum tersebut, maka pelaksanaan dari pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal sangat penting karena dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa setiap barang yang dikemas dalam keadaan terbungkus, maka isi berat yang sebenarnya harus sesuai dengan isi yang dicantumkan atau tertera dalam label/bungkus barang tersebut guna memberikan perlindungan kepada konsumen dan produsen dengan cara menciptakan jaminan dalam kebenaran pengukuran serta adanya ketertiban dalam pemakaian satuan Ukuran, Takaran, Timbangan dan Perlengkapannya (UTTP). Berkaitan dengan pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, maka perlu adanya kepastian mengenai terlaksananya aturan ini. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi yang dalam hal ini memiliki otoritas untuk melakukan uji alat ukur terhadap barang dalam keadaan terbungkus dalam hal ini elpiji 3 kg guna terciptanya tertib ukur dan tertib niaga.

Kegiatan pengukuran ulang yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda dilaksanakan karena merupakan salah satu bentuk keberhasilan dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Kegiatan ini dilaksanakan guna untuk meningkatkan kesadaran dari para pelaku usaha dan masyarakat dalam hal ini sebagai konsumen dalam

(8)

hal penggunaan UTTP dalam setiap transaksi jual-beli barang. Melalui penggunaan UTTP yang baik dan tertib, pelaku usaha merasa mendapatkan kepastian hukum begitu pula dengan kepercayaan masyarakat terhadap transaksi perdagangan akan menjadi lebih pasti.

Berdasarkan hasil uji alat ukur gas elpiji 3 kg yang dilakukan Dinas Peindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda terhadap pelaku usaha (SPPBE), maka didapatkan hasil yang menyebutkan bahwa untuk peredaran gas elpiji 3 kg khususnya diwilayah kota Samarinda masih tidak sesuai dengan apa yang dikonsepkan dan dicita-citakan di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal khususnya pasal yang terkait masalah isi dari suatu barang yang diatur di dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Di dalam pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal menyebutkan bahwa peraturan mengenai barang-barang dalam keadaan terbungkus yang diedarkan, dijual, ditawarkan atau dipamerkan wajib diberitahukan atau dinyatakan pada bungkus atau labelnya dengan tulisan singkat, benar dan jelas mengenai nama barang, ukuran dengan satuan lambang, dan jumlah barang dalam bungkusan tersebut dengan menggunakan angka Arab dan huruf latin yang mudah dibaca. Kemudian bungkus pada tiap barang tersebut harus mencantumkan nama dan tempat perusahaan yang melakukan pembungkusan. Oleh karena itu, kegiatan uji alat ukur yang dilakukan rutin oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi terhadap SPPBE sebagai salah satu bukti terselenggaranya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dan demi melindungi kepentingan

(9)

umum dalam transaksi jual-beli. Selain itu kegiatan ini juga bermanfaat diantaranya memberikan informasi kepadai konsumen untuk lebih teliti lagi dalam membeli barang, memberikan pengetahuan secara tidak langsung kepada konsumen tentang kegiatan Kemetrologian, dan sebagai sarana komunikasi langsung bagi konsumen apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran yang diatur dalam Undang-undang.

Dengan demikian berdasarkan hasil tersebut, maka implementasi dari Pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal terhadap uji alat ukur elpiji 3 kg di kota Samarinda belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. Hal ini didasarkan pada masih terdapatnya ketidaksesuaian antara isi tabung gas elpiji 3 kg dengan yang tertera pada labelnya yang bertentangan dengan pasal 24 dan mengakibatkan kerugian yang dialami oleh masyarakat selaku konsumen yang menggunakan gas elpiji 3 kg.

Faktor Penghambat dalam Implementasi Pasal 24 Undang-Undang Metrologi Legal Terhadap Pelaksanaan Uji Alat Ukur Elpiji 3 kg pada Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) di Kota Samarinda

1. Kurangnya Sarana dan Fasilitas yang Berstandar

Pada hakikatnya persoalan penerapan berkaitan erat dengan efektifitas hukum dalam masyarakat demi tercapainya tujuan hukum. Menurut Soerjono Soekanto ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu penerapan hukum salah satunya adalah sarana dan fasilitas yang mendukung. Berdasarkan hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013, beberapa kendala yang dialami menyangkut proses

(10)

kegiatan kemetrologian antara lain kurangnya daya dukung laboraturium dan instalasi pengujian alat UTTP, rendahnya kesadaran masyarakat pemilik UTTP tentang pentingnya tera/tera ulang, kurangnya alat pengujian yang memenuhi standar dan luasnya cakupan wilayah pelayanan UPTD Metrologi sehingga belum dapat terjangkau seluruhnya.

Hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013, menunjukan bahwa salah satu poin kurangnya alat pengujian yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda masih kurang yang sesuai dengan standar. Hal tersebut menunjukan sarana dan fasilitas yang dimiliki saat ini kurang mendukung kelancaran kegiatan kemetrologian yang dilakukan. Perlengkapan yang berkaitan dengan sarana atau fasilitas saat melakukan kegiatan uji alat ukur elpiji 3 kg sangatlah erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan kemetrologian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi. Kegiatan kemetrologian tidak akan dapat terlaksana apabila kelengkapan berupa alat pengujian tidak ada. Oleh karena itu perlu adanya kelengkapan terkait masalah sarana dan fasilitas dalam melakukan kegiatan kemetrologian. Selain itu juga kelengkapan alat pengujian yang sesuai standar akan memudahkan pihak Seksi Metrologi untuk menyesuaikan

ukuran standar timbangan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dengan standar ukuran

timbangan yang digunakan pelaku usaha (SPPBE) yang nantinya akan menjadi tolak ukur atau indikator dari isi tabung elpiji 3 kg tersebut.

(11)

2. Kurangnya Sumber Daya Manusia

Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan kemetrologian yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legaltentunya akan dipengaruhi oleh tenaga penera maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil Metrologi Legal yang selanjutnya disingkat PPNS diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang tentang Metrologi Legal untuk meakukan pengawasan dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang metrologi legal baik dari kualitas maupun kuantitas. Dalam hal ini, tenaga penera maupun PPNS yang nantinya akan melakukan pengawasan dilapangan terhadap kegiatan kemetrologian yang dilaksanakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan melalui Seksi Metrologi untuk melakukan uji alat ukur terhadap elpiji 3 kg di SPPBE.

Pada teori yang dipakai sebelumnya, yakni teori Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penegakan suatu aturan perundang-undangan erat kaitannya dengan penegak hukumnya.Artinya keberhasilan penegakan suatu aturan dapat dipengaruhi oleh para penegak hukumnya baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk Unit Pelaksana Teknis Daerah kota Samarinda sendiri terdapat kekosongan SDM pada bidang penera non fungsional dan lulusan diklat pranata laboratorium. Rinciannya terdapat 3 orang pada penera struktural, 8 orang pada penera fungsional, 3 orang pada pengamat tera dan 4 orang yang menjabat sebagai PPNS Metrologi. Kekosongan yang terjadi pada bagian penera non fungsional dan pranata

(12)

laboratorium kembali menunjukan tidak terlaksananya Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 48/M-DAG/PER/12/2010 tentang Pengelolahan Sumber Daya Manusia Kemetrologian. Hal ini tentunya akan menyebabkan dampak buruk berupa kinerja pada instansi tersebut tidak akan berjalan lancar.

Komposisi pegawai dari segi kuantitas juga saat ini masih minim dibandingkan dengan beban kerja dalam pelaksanaan kegiatan.10Jumlah tenaga penera atau pegawai yang ada saat ini masih dianggap belum cukup mengingat jumlah kegiatan kemetrologian dan luasnya cakupan wilayah pelayanan UPTD Metrologi sehingga belum dapat terjangkau seluruhnya.

Perlu adanya perbaikan manajemen pelayanan tera/tera ulang alat UTTP dan penambahan atau mendidik pegawai baru agar jumlah SDM bertambah yang nantinya akan membantu dalam kegiatan kemetrologian. Sehingga kegiatan kemetrologian dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa adanya kemunduran jadwal yang telah disusun sebelumnya.

3. Tidak Melakukan Proses Produksi

Kegiatan produksi yang dimaksud adalah kegiatan untuk memproduksi gas elpiji yang nantinya akan didistribusikan kepada masyarakat selaku konsumen. Tidak memproduksinya gas elpiji bagi SPPBE dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu keterlambatan penyediaan bahan dasar yang akan digunakan oleh PT.Pertamina dan dapat pula disebabkan

10Ibid.

(13)

jumlah persediaan yang ada di gudang peminbunan gas elpiji masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap gas elpiji.

Bila salah satu dari faktor tersebut terjadi maka kegiatan kemetrologian yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda akan mengalami hambatan. Jadwal yang semula telah disusun akhirnya harus disusun ulang kembali terkait adanya pembatalan sementara kegiatan kemetrologian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi sampai kegiatan produksi dari SPPBE tersebut berlangsung kembali. Hal ini tentunya akan mengganggu jadwal kegiatan kemetrologian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda yang lainnya, mengingat komposisi pegawai dibidang metrologi dari segi kuantitas yang ada saat ini masih minim dibandingkan intensitas atau beban kerja dalam pelaksanaan kegiatan.

PENUTUP

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut Implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal terhadap uji alat ukur elpiji 3 kg di SPPBE kota Samarinda masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini didasarkan pada hasil kegiatan kemetrologian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan melalui Seksi Metrologi Kota Samarinda yang mengemban tugas memberikan perlindungan kepada masyarakat mengenai kebenaran pengukuran dan kepastian huum di dunia usaha sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Hasilnya menunjukan bahwa masih terdapatnya tabung

(14)

elpiji 3 kg yang isinya tidak sesuai dengan yang tertera pada label dan telah melewati batas toleransi. Dengan demikian telah terdapat penyimpangan dari ketentuan pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal yaitu barang dalam keadaan terbungkus yang dijual, dipamerkan atau ditawarkan harus memberitahukan isi, ukuran dan berat bersih barang tersebut. Kemudian faktor penghambat dalam implementasi pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal terhadap pelaksanaan uji alat ukur elpiji 3 kg di SPPBE kota Samarinda kurangnya sarana dan fasilitas yang berstandar, yaitu berupa alat-alat timbangan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan kemetrologian belum semua tersedia.

Perlengkapan inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur terhadap alat timbangan yang digunakan pelaku usaha (SPPBE) sudah memenuhi standar atau tidak; kurangnya sumber daya manusia, yaitu kurangnya SDM kemetrologian yang komposisinya dari segi kuantitas maupun kualitas yang ada masih minim dibandingkan dengan intensitas dan beban kerja dalam pelaksanaan kegiatan yang menyebabkan kegiatan pengawasan tidak berjalan lancar; serta tidak sedang memproduksi, hal inilah yang menjadi salah satu hambatan dalam pelaksanaan uji alat ukur elpiji 3 kg karena harus menyusun kembali jadwal pengawasan yang bertepatan dengan kegiatan produksi yang dilakukan oleh SPPBE. Hal ini tentu akan mengganggu jadwal kegiatan kemetrologian lainnya mengingat jumlah SDM yang tersedia terbatas. Bagi jangka waktu pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan uji alat ukur elpiji 3 kg yang dilakukan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda melalui Seksi Metrologi, perlu

(15)

adanya pengawasan yang lebih rutin dilakukan. Dengan adanya pengawasan yang lebih rutin dilaksanakan, maka tingkat pelanggaran atau penyimpangan menurut pasal 24 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal dapat diminimalisir sehingga dampak kerugian yang dialami oleh masyarakat sebagai konsumen tidak bertambah. Bagi UPTD Metrologi Kota Samarinda perlu adanya penambahan jumlah SDM dalam tenaga penera agar jumlah kebutuhan kerja sesuai dengan beban pekerjaan, kekosongan-kekosongan dapat dihindarkan dan semua pekerjaan dibidang kemetrologian dapat dilaksanakan dengan lancar.Selain itu hal paling penting perlu adanya kelengkapan berupa alat pengujian yang memenuhi kriteria standar menurut undang-undang yang berlaku.Agar kegiatan kemetrologian yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar dan tepat sesuai jadwal yang telah disusun.

DAFTAR PUSTAKA

A.

Buku

Ali,Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

Hartono, Sunaryati, 1994, Pandangan Terhadap Kebijakan Publik, Alfabeta, Bandung.

Kansil, C.S.T., 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Nasution, Az., 2002, Hukum Perlindugan Konsumen : Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur Disperindagkop, 2006, Transaksi Atas Dasar : Ukuran, Takaran, Timbangan, dan Perlengkapannya (UTTP), Samarinda.

Pound, Roscoe, 1972, Pengantar Filsafat Hukum, Bhratara, Jakarta.

Sudikno, 2010, Mengenal Hukum Sebuah Pengantar Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta.

Soekanto, Soerjono, 1993, Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

(16)

Sujanto, 1986, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 1997, Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

B.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M-DAG/PER/3/2010 tentang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya (UTTP) yang Wajib Ditera Ulang

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20/M-DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/10/2011 tentang Barang Dalam Keadaan Terbungkus Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya MineralRepublik Indonesia

Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penyedian dan Pendistribusian Liquified Petroleum Gas

C.

Artikel Internet

Artikel berjudul “Keadilan dan Kebenaran”, http://teacher-007.blogspot.com./2012/02/keadilan-dan-kebenaran.html?m=1, diakses tanggal 20 Februari 2014, pukul 17.26 WITA

Artikel berjudul “Pengertian Implementasi”, http://docs.google.com/viewerPengertianImplementasi.html, diakses pada tanggal 23 Februari 2014, pukul 19.51 WITA

Artikel berjudul “Pengertian Pengawasan”,

http://iamfadhli.wordpress.com/2013/01/09/39-pengertian-pengawasan/, diakses tanggal 20 Februari 2014, pukul 19.53 WITA

D.

Dan Lain-Lain (Dokumen Hukum, Jurnal Ilmiah, Skripsi)

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 03/PID.Sus/2013/PN. Bali.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013 Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Propinsi Kalimantan Timur.

Fajarani,Lita Annita, 2010, Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT), Diklat Kemetrologian Pengamat Tera.

Kifflie , Sunarto, 2009, “Ketertelusuran Standar Ukuran : Bagi Kegiatan Metrologi Legal”, Media Kemetrologian, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

merupakan program prioritas dalam percepatan informasi tentang desa, sehingga potensi desa, produk unggulan desa, dan progres pembangunan desa bisa dipromosikan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap aktivitas perilaku (jam biologi), palatabilitas jenis pakan, dan bentuk sarang yang disukai oleh burung gelatik jawa di

[r]

mengambil kebijakan dan acuan untuk dapat menentukan apa yang akan diatur dan diterjemahkan kedalam kalimat hukum. Namun, praktiknya selama ini naskah akademik terkadang hanya

Market Brief Atase Perdagangan KBRI Roma, 2016 4 tersebut, pengenalan informasi pasar produk ini cukup penting diketahui oleh eksportir Indonesia yang akan atau telah

Surat Setoran Retribusi Darah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke

Hasil penelitian yang sudah dijalankan berupa data transportasi pengangkutan sampah tiap kecamatan di Palembang dan pendolahan data dengan memodelkan data jarak

Melihat dari permasalahan di atas dan juga riset yang sudah dilakukan ketua peneliti sebelumnya Pusat Bisnis Teknologi dan Industri sebagai salah satu Pusat yang