• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pendokumentasian Penatalaksanaan Dan Outcome Pre-Eklampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Pendokumentasian Penatalaksanaan Dan Outcome Pre-Eklampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2012"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENDOKUMENTASIAN PENATALAKSANAAN DAN OUTCOME PRE-EKLAMPSIA BERAT

DI RSUD Dr PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012

MARLINA SUKAESIH SIHOMBING 135102099

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D –IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Evaluasi Pendokumentasian Penatalaksanaan Dan Outcome Pre-Eklampsia Berat

di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2012

ABSTRAK

Marlina Sukaesih Sihombing

Latar Belakang : Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsi. Angka Kematian Ibu untuk Sumatera Utara pada tahun 2012, adalah 203/100.000 kelahiran hidup. Penanganan kasus preeklampsia masih tetap kontroversi, karena sampai saat ini etiologi dan patofisiologi penyakit masih belum jelas diketahui sehingga penanganan dan pencegahannya yang baik dan sempurna belum bisa dilaksanakan dan masih bersifat empiris.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pendokumentasian penatalaksanaan pre-eklampsia berat tahun 2012

Metodologi : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif catatan rekam medis tahun 2012. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 27 catatan rekam medis. Analisa data yang digunakan univariat.

Hasil : Hasil penelitian diperoleh bahwa pendokumentasian tidak lengkap sebanyak 26 (96,29%), dan yang mencatat pengukuran protein urin berjumlah 14 orang ( 51,58%), outcome ibu yang sehat berjumlah 24 orang ( 88,18%), outcome bayi yang sehat berjumlah 21orang ( 77,77%), partus yang tercatat berjumlah 25 orang ( 92,59%).

Kesimpulan : Mayoritas pendokumentasian penatalaksanaan pre eklampsia berat tidak lengkap. Diharapkan supaya seluruh yang terlibat langsung dalam memberikan pelayanan baik medis maupun non medis agar selalu mengikuti sesuai dengan Standar Pelayanan Medis di RSUD Dr Pirngadi Medan agar morbiditas dan mortalitas akibat pre eklampsia berat menurun.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Evaluasi Penatalaksanaan Pendokumentasian Pre Eklampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi Medan.

Peneliti menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

3. dr. M. Fahdhy,Sp.OG, M.Sc selaku dosen pembimbing 4. Ismayadi,S.Kep,M.Kes selaku dosen penguji I

5. Ikhsanuddin A. Harahap, SKP, MNS selaku dosen penguji II

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(5)

8. Teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini selesai.

9. Semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terimahkasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Medan, Juli 2014

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... DAFTAR SKEMA ... DAFTAR SINGKATAN... ABSTRAK... BAB I Pendahuluan ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan Umum ... 3

2. Tujuan Khusus ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Pustaka ... 5

A.Evaluasi ... 5

1. Pengertian ... 5

B.Pre Ekampsia Berat... 6

1. Pengertian ... 6

2. Gejala ... 6

3. Etiologi dan Patofisiologi ... 8

4. Faktor Predisposisi ... 9

5. Faktor Resiko yang mungkin berperan ... 10

6. Pencegahan kejadian Pre Eklampsia dan Eklampsia ... 13

7. Komplikasi ... 14

C.Rekam Medis ... 14

1. Isi Rekam Medis ... 15

A. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan ... 15

(7)

D.Standar Pelayanan Medik Obstetri Ginekologi Pre Ekampsia Berat RSUD

Dr Pirngadi Medan ... 17

BAB III Kerangka Konsep ... 20

A.Kerangka Konsep ... 20

B.Defenisi Operasional ... 20

BAB IV Metodologi Penelitian. ... 23

A.Desain Penelitian ... 23

B.Populasi dan Sampel ... 23

C.Tempat Penelitian ... 23

D.Waktu Penelitian ... 24

E. Etika Penelitian ... 25

F. Instrumen Penelitian. ... 25

G.Pengumpulan Data. ... 25

H.Pengolahan Data. ... 25

I. . Analisa Data ...26

BAB V Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 27

A.Hasil Penelitian ... 27

B.Pembahasan ... 36

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil. ... 36

2. Keterbatasan Penelitian. ... 38

3. Implikasi Penelitian. ... 39

BAB VI Kesimpulan Dan Saran ... 40

A.Kesimpulan ... 40

B.Saran... 41

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.b. Defenisi Operasional... Tabel 5.1 Distribusi frekuensi pendokumentasian penatalaksanaan pre eklampsia

berat di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2012

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi cara persalinan pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Tabel 5.3. distribusi frekuensi outcome ibu pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Tabel 5.4 distribusi frekuensi outcome bayi pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Tabel 5.5 distribusi frekuensi cara persalinan pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan > 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Tabel 5.6 distribusi frekuensi outcome ibu pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan Tabel 5.7 distribusi frekuensi outcome bayi pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan

> 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Tabel 5.8. Tabulasi Silang Pendokumentasian Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 minggu dengan outcome ibu

Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pendokumentasian Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 minggu dengan outcome bayi

Tabel 5.10 Tabulasi SilangPendokumentasian Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 minggu dengan outcome ibu

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

DAFTAR SINGATAN

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Checklist

Lampiran 2 : Surat Izin Data Pendahuluan Instansi Pendidikan

Lampiran 3 : Surat Balasan Izin Data Pendahuluan RSUD Dr Pirngadi Medan Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian Instansi Pendidikan

(12)

Evaluasi Pendokumentasian Penatalaksanaan Dan Outcome Pre-Eklampsia Berat

di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2012

ABSTRAK

Marlina Sukaesih Sihombing

Latar Belakang : Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsi. Angka Kematian Ibu untuk Sumatera Utara pada tahun 2012, adalah 203/100.000 kelahiran hidup. Penanganan kasus preeklampsia masih tetap kontroversi, karena sampai saat ini etiologi dan patofisiologi penyakit masih belum jelas diketahui sehingga penanganan dan pencegahannya yang baik dan sempurna belum bisa dilaksanakan dan masih bersifat empiris.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pendokumentasian penatalaksanaan pre-eklampsia berat tahun 2012

Metodologi : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif catatan rekam medis tahun 2012. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling sebanyak 27 catatan rekam medis. Analisa data yang digunakan univariat.

Hasil : Hasil penelitian diperoleh bahwa pendokumentasian tidak lengkap sebanyak 26 (96,29%), dan yang mencatat pengukuran protein urin berjumlah 14 orang ( 51,58%), outcome ibu yang sehat berjumlah 24 orang ( 88,18%), outcome bayi yang sehat berjumlah 21orang ( 77,77%), partus yang tercatat berjumlah 25 orang ( 92,59%).

Kesimpulan : Mayoritas pendokumentasian penatalaksanaan pre eklampsia berat tidak lengkap. Diharapkan supaya seluruh yang terlibat langsung dalam memberikan pelayanan baik medis maupun non medis agar selalu mengikuti sesuai dengan Standar Pelayanan Medis di RSUD Dr Pirngadi Medan agar morbiditas dan mortalitas akibat pre eklampsia berat menurun.

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia (2012). Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu ini meningkat dari sebelumnya 228/100.000 kelahiran hidup di tahun 2007( Depkes, 2012).

Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia di samping perdarahan adalah pre-eklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal yang tinggi. Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya belum diketahui. Pada kondisi berat pre-eklamsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan gejala kejang-kejang (Sarwono, 2009 hal. 237.1).

(14)

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yakniyang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana halini terjadi, istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnyasama karena eklamsia merupakan peningkatan dari pre-eklamsia yang lebih beratdan berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu (Hanifa, dkk, 2002)

Pre-eklampsia berat dan eklampsia merupakan risiko yang membahayakan ibu di samping membahayakan janin melalui placenta (Hovatta O, dkk 1983) . Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia (Dudley L, 1992). Incidens eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700 (Crowther, 1985). Beberapa kasus memperlihatkan keadaan yang tetap ringan sepanjang kehamilan. Pada stadium akhir yang disebut eklampsia, pasien akan mengalami kejang. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat akan terjadi kehilangan kesadaran dan kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati atau perdarahan otak ( Erica,1989).

Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai (Unicef & Goi, 2000), atau pelayanan berkualitas dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan (Standar Pelayanan Kebidanan,2009).

Sedangkan Angka Kematian Ibu untuk Sumatera Utara pada tahun 2012 berdasarkan Survei yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara( USU) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumut adalah 203/100.000 kelahiran hidup (http:www.waspada, 2013).

(15)

kontroversi, karena sampai saat ini etiologi dan patofisiologi penyakit masih belum jelas diketahui sehingga penanganan dan pencegahannya yang baik dan sempurna belum bisa dilaksanakan dan masih bersifat empiris (Obstetrics,2007).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di RSUD dr Pirngadi Medan didapatkan jumlah kasus Pre eklampsia Berat tahun 2012 sebanyak 27 kasus.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Evaluasi Pendokumentasian Penatalaksanaan Dan Outcome Pre- Eklampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi Medan Tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Evaluasi pendokumentasian penatalaksanaan Pre –Eklampsia Berat di

RSUD Dr Pirngadi Medan?

2. Evaluasi out come Pre-Ekampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi Medan?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi pendokumentasian penatalaksanaan dan out come Pre-Eklampsia Berat di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pendokumentasian penatalaksanaan pre eklampsia berat yang lengkap berdasarkan Standar Pelayanan Medis Obstetri Ginekologi

(16)

D. Manfaat Penelitian 1) Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan baru dan pengetahuan dalam penelitian tentang evaluasi penatalaksanaan dan out come Pre- Eklampsia Berat berdasarkan rekam medis.

2) Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau referensi di Perpustakaan, khususnya bagi mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan sebagai acuan dalam pembuatan penelitan selanjutnya.

3) Bagi Instansi Kesehatan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi 1. Pengertian

Menurut kamus besar Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian dimana penilaian yang ditujukan kepada seseorang. Evaluasi adalah suatu proses penilaian positif dan negatif atau juga gabungan dari keduanya (Depdikbud, 2009).

Pengertian evaluasi menurut WHO (1990) adalah :

a. Suatu cara yang sistematis untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan dengan cara menyeleksi alternatif tindakan yang akan diambil

b. Suatu proses yang berlanjut sehingga kegiatan menjadi lebih relevan, efisien,dan efektif

c. Suatu proses untuk mengukur pencapaian tujuan dengan cara membandingkan terhadap standar nilai yang telah ditentukan.

Ada 3 jenis evaluasi, yaitu menurut Widiarty (2007)

1. Evaluasi pada awal program (formative evaluation), adalah evaluasi yang dilakukan pada saat merencanakan suatu program. Tujuan utama adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut

(18)

penyimpangan- penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program tersebut. Ada 2 bentuk evaluasi pada tahap pelaksanaan program, yaitu pemantauan dan penilaian berkala.

3. Evaluasi pada akhir program (summative evaluation), adalah evaluasi yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan. Tujuan utama adalah mengukur keluaran (output) dan mengukur dampak (impact) yang dihasilkan. Evaluasi keluaran lebih mudah daripada penilaian dampak karena relatif diperlukan dalam waktu yang lebih lama.

B. Pre- Eklampsia Berat 1. Pengertian

Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi (hipertensi), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadipada trimester kedua kehamilan (Hanifa, 2002). Sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat pre-eklampsia berat bahkan dapat menjadi eklampsia yaitu dengantambahan gejala kejang-kejang dan atau koma (Manuaba, 2009).

Perkataan “eklampsia” berasal dari Yunani yang berarti “halilintar” karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian preeklampsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan preventif (Manuaba, 2009).

2. Gejala

(19)

dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia( Benson, 2001).

Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mm Hg, atau peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mm Hg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mm Hg atau lebih atau dengan kenaikan 20 mm Hg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnosa (Taber, 1994). Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat (Sellers, 1993).

Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai (Hanifa, 2002). Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan mungkin merupakan tanda preeklampsia ( Benson, 2001).

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2 + ( menggunakan metode turbidimetrik standard ) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam (Hanifa, 2002).

(20)

a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg atau lebih

b. Proteinuria 3 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif (Phelan, dkk,1999).

3. Etiologi dan Patofisiologi

Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui(Hanifa, 2002). Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-akibat penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawabanyang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: (a) sebab bertambahnya frekuensi pada primigrafiditas, kehamilanganda, hidramnion dan mola hidatidosa; (b) sebab bertambahnya frekuensidengan makin tuanya kehamilan; (c) sebab terjadinya perbaikan keadaanpenderita dengan kematian janin dalam uterus; (d) sebab jarangnya terjadieklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya; dan (e) sebab timbulnyahipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma (Wiknyosastro Hanifa, 2002).

(21)

Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia dan eklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air (Manuaba, 2009). Teori iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut:

a. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida,hamil ganda, dan mola hidatidosa.

b. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan c. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin (Manuaba, 2009).

Dampak terhadap janin, pada pre-eklampsia / eklampsia terjadi vasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan akibat menurunya aliran darah ke placenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang berfungsi baik sebagai nutritisi maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oleh mengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang seharusnya diterima oleh janin ( Sibai,dkk, 1981).

4. Faktor Prediposisi

(22)

a. Nulipara

b. Kehamilan ganda c. Usia < 20 atau > 35 th

d. Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya e. Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia

f. penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan

g. obesitas.

5. Faktor Risiko Yang Mungkin Berperan

Melalui pendekatan safe motherhood terdapat peran determinan yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi kehamilan seperti preeklampsia/ eklampsia yang menjadi faktor utama yang menyebabkan angka kematian ibu tinggi disamping perdarahan dan infeksi persalinan. Determinan tersebut dapat dilihat melalui determinan proksi/dekat ( proximate determinants ), determinan antara ( intermediate determinants ), dan determinan kontekstual (Contextual determinants ).

a) Determinan proksi/dekat

Wanita yang hamil memiliki risiko untuk mengalami komplikasi preeklampsia berat, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko tersebut.

b) Determinan intermediat

Yang berperan dalam determinan intermediat antara lain: 1. Status reproduksi.

a) Faktor usia

(23)

lebih besar dari anak-anak.Padahal daru suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahunsetelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkinmencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7 % dan tinggi badan 1 % (Moerman,). Dampak dari usia yang kurang, dari hasil penelitian diNigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai angka kematian ibu 7kali lebih besar dari wanita berusia 20 – 24 tahun (Harrison, 1985).

b) Paritas

Catatan statistik menunjukkan dari seluruh insidensi dunia, dari 5%-8% pre-eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravida (Sellers, 1993). Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Duffus,dkk, 1994).Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan.telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7% , dan kehamilan ketiga 1,8%.

c) Kehamilan ganda

Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah distensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 8 dari 24 kasus pre eklampsia berat (4%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebih dari satu.

(24)

Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yangditurunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanitadari ibu penderita pre-eklampsia (Manuaba Ida Bagus, 2009). Atau mempunyai riwayat preeklampsia/

eklampsia dalam keluarga (Taber, 1994).Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karenamendukung insiden hipertensi kronis yang mendasari.Kami menganalisa kehamilan pada 5.622 nulipara yang melahirkandi Rumah Sakit Parkland dalam tahun 1986, dan 18% wanita kulitputih, 20% wanita Hispanik serta 22% wanita kulit hitammenderita hipertensi yang memperberat kehamilan (Cuningham dan Leveno, 2006). Insiden hipertensi dalam kehamilan untukmultipara adalah 6,2% pada kulit putih, 6,6% pada Hispanik, dan8,5% pada kulit hitam, yang menunjukkan bahwa wanita kulit hitam lebih sering terkena penyakit hipertensi yang mendasari.Lebih dari separuh dari multipara dengan hipertensi juga menderitaproteinuria dan karena menderita superimposed pre-eclampsia (Cunningham, dkk 2006).

2) Status kesehatan a) Riwayat preeklampsia

Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa terdapat 83 (50,9%) kasus pre-eklampsia mempunyai riwayat preeklapmsia, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 12 (7,3%) mempunyia riwayatpre-eklampsia berat.

b) Riwayat hipertensi

(25)

Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus ( Supperimposed preeklampsia ), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahanotak (Cunningham,dkk 2006).

6. Pencegahan kejadian pre-eklampsia dan eklampsia

Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria (Hanifa, 2002).

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Karena para wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tanda-tanda preeklampsia yang sudah terjadi, maka deteksi dini keadaan ini memerlukan pengamatan yang cermat dengan masa interval yang tepat (Cunningham,dkk 2006). Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, komplikasi dapat dihindari dengan penanganan yang tepat

a) Pengawasan antenatal ( hamil )

(26)

1) Uji kemungkinan pre-eklampsia:

a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema a) Pemeriksaan protein urin

b) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.

2) Penilainan kondisi janin dalam rahim a) Pemantauan tingi fundus uteri

b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban

c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakansikap yang harus dipilih 7. Komplikasi

Komplikasi tergantung dari derajat preeklamsia atau eklamsia. Yang termasuk komplikasi antaralain atonia uteri. Sindroma HELLP (hemolysis,elevated liver enzimes, low platelet count), ablasia retina, KID, gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian (Sibai, 1994).

C. Rekam Medis

(27)

Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada kesehatan. Sedangkan dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging). dan rekaman elektro diagnostik.Rekam Medis harus dibuat elektronik yang diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.Rekam medis terdiri dari catatan-catatan data pasien yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Catatan-catatan tersebut sangat penting dalam pelayanan bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat memberikan informasi dalam menentukan keputusan, baik pengobatan, penanganan, tindakan medis dan lainnya. Dokter atau dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis sesuai peraturan yang berlaku.

1. Isi Rekam Medis /medical record

Data-data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk pasien yang diperiksa di unit rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Setiap pelayanan apakah itu di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut.

A. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Data pasien rawat jalan yang dimasukkan dalam kurangnya antara lain:

a. Identitas Pasien b. Tanggal dan waktu.

c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

(28)

e. Diagnosis

f. Rencana penatalaksanaan g. Pengobatan dan atau tindakan

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi denga

dan

j. Persetujuan tindakan bila perlu. B. Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam kurangnya antara lain:

a. Identitas Pasien b. Tanggal dan waktu.

c. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit).

d.

e. Diagnosis

f. Rencana penatalaksanaan / TP (treatment planning) g. Pengobatan dan atau tindakan

h. Persetujuan tindakan bila perlu

i. Catatan

j. Ringkasan pulang (discharge summary)

k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan.

(29)

D. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Pre-Eklampsia Berat RSUD Dr. Pirngadi Medan

1. Kehamilan < 37 minggu a. Perawatan ekspektatif Pengobatan medisinal

1) Pemberian MgSO4 selama 1x24 jam dimulai dengan loading dose 4 mg MgSO4 20% /IV, yang diteruskan dengan 6 mg MgSO4 40% dalam infus 500 cc RL1gr/jam atau 28 tts/i)

2) Pemberian kortikosteroid dexametasone 6 mg/12 jam IM sebanyak 4 kali 3) Pemberian antihipertensi nifedepin 10 mg oral, diulangi 30 menit, maksimal

pemberian 120 mg dalam 24 jam.

4) Monitoring gejala nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual muntah, nyeri perut kuadran kanan atas/nyeri epigastrium, kenaikan berat badan yang cepat 5) Mengukur proteinuria sewaktu masuk dan diulang kembali setiap 2 hari 6) Menimbang berat badan sewaktu masuk dan selanjutnya setiap hari 7) Pemeriksaan laboratorium darah rutin, RFT, LFT, LDH, HST

8) Pemeriksaan USG : biometri janin untuk menilai IUGR dan volume air ketuban. 9) Penderita boleh dipulangkan bila telah bebas dari tanda-tanda PEB selama 3

hari berturut-turut.

b. Perawatan aktif (terminasi kehamilan) Indikasi

1) Indikasi ibu

Kegagalan pengobatan medisinalis :

(30)

b) Setelah 24 jam sejak dimulai pengobatan medisinal tidak terjadi perbaikan

c) Muncul tanda dan gejala impending eklampsia: PE berat disertai gejala-gejala: nyeri kepala hebat, gangguan visus ,muntah, nyeri epigastrium, kenikan TD yang progressif.

d) Dijumpai gangguan fungsi hati/ginjal e) Dicurigai terjadi solusio plasenta f) Inpartu, KPD, perdarahan

2) Indikasi Janin

a) Usi kehamilan > 37 minggu b) PJT berat berdasarkan USG

c) NST non reaktif dan profil biofisik abnormal d) Oligohidramnion

3) Indikasi laboratorium : Sindroma HELLP Penanganan Obstetrik :

Setelah 1- 2 jam setelah pemberian MgSO4 atau setelah terjadi stabilisasi dilakukan terminasi.MgSO4 diteruskan sampai 24 jam paska persalinan.

Cara persalinan:

a. Persalinan pervaginam merupakan pilihan yang dianjurkan 1) Belum Inpartu

a. Induksi persalinan bila bishop score > 5

b. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan balon kateterno.24 dengan 400 cc aquadest

(31)

1 Bila induksi persalinan gagal ( 6 jam setelah diinduksi, tidak tercapai his yang adekuat

2 Terjadi maternal/fetal distress 2) Inpartu

a) Kemajuan persalinan dibantu dengan partograf b) Persingkat kala II persalinan secara EV/EF

c) Indikasi SC bila; terjadi maternal/fetal distress, 6 jam tidak masuk fase aktif, penyimpangan partograf

b. SC primer

Kontraindikasi persalinan pervaginam usia kehamilan < 34 minggu Penyulit

1. Kelainan ginjal 2. Kelainan hati

3. Kelainan pembekuan darah

Persetujuan penanganan ( informed consent) :perlu

Lama rawatan :3-7 hari

Masa pemulihan :40 hari

Riwayat penyakit dan penanganan :perlu

Hasil pemeriksaan sitologik/histologik (PA) :-

Otopsi :-

Risalah penyakit dan penanganan :-

(32)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan hasil uraian di atas maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut

B. Defenisi Operasional

No Variabel

Penelitian

Defenisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1. Pendokumentasian Penatalaksanaan yang lengkap sesuai Standar Pelayanan Medik Obstetri Pencatatan tindakan yang tepat yang lengkap sesuai Lembar Checklisst Membandingkan Standar Pelayanan Medik dengan Rekam Medis 1= lengkap 0= tidak lengkap

Nominal Pre- Eklampsia Berat

pendokumentasian Penatalaksanaan

Lengkap Tidak lengkap

(33)

Ginekologi standar pelayanan medik obstetri ginekologi RSUD Dr.Pirngadi Medan 2. Outcome ibu Hasil dari

proses dicatat atau tidak dicatat sesuai Standar Pelayanan Medik Data Rekam Medik Mencatat dari hasil rekam medik 1= sehat 2= ada komplikasi 3= meninggal 4= PAPS Nominal

(34)
(35)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif yang artinya rancangan penelitian ini dilakukan dengan melihat kembali ke belakang dari catatan rekam medis tahun 2012 mengenai penatalaksanaan dan outcome Pre- Eklampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi, Medan (Hidayat, 2010)

B.Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua catatan rekam medis pasien Pre- Eklampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2012 sebanyak 27 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara menentukan besaran sampel untuk estimasi menggunakan teknik total sampling.

C.Tempat Penelitian

(36)

D. Waktu Penelitian

NO Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1 Penyusunan proposal

X X X X X X X X

2 Survei awal X

3 Sidang proposal X

4 Penelitian X

(37)

E. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis tidak mencantumkan identitas pasien, hanya Nomor Rekam Medis, dan tidak dipublikasikan.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar check list dengan cara mengevaluasi medical record yang berhubungan dengan Pre-Eklampsia Berat di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Dimana untuk pendokumentasian dari masing-masing penatalaksanaan dikatakan lengkap ( kategori 1) jika penatalaksanaan tercatat, dan kategori 0( tidak lengkap), Dan selanjutnya mencatat outcome dari Rekam Medis.

G.Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder dari medical record yang berhubungan dengan evaluasi pendokumentasian penatalaksanaan dan outcome Pre Eklampsia Berat di RSUD Dr.Pirngadi Medan

H.Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengolah data

dilakukan dengan komputerisasi dan kemudian dianalisis. Menurut Hastono (2007, hal.6) ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui

yaitu:

(38)

2) Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

3) Processing adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat di analisis, dilakukan dengan meng – entry data dari kuesioner ke paket program computer.

4) Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan ada atau tidak.

I. Analisa Data

(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

[image:39.595.75.490.485.757.2]

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai evaluasi pendokumentasian penatalaksanaan dn outcome Pre-Eklampsia Berat di RSUD Dr Pirngadi Medan 2012. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan Pre- Ekampsia Berat, peneliti menggunakan lembar check list yang terdiri dari penatalaksanaan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan penatalaksanaan diatas 37 minggu. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu penatalaksanaan PEB usia kehamilan < 37 minggu, penatalaksanaan PEB usia kehamilan > 37 minggu di RSUD Dr Pirngadi Medan.

Tabel 5.1.

Distribusi frekuensi pendokumentasian penatalaksanaan pre eklampsia berat di RSUD Dr Pirngadi Medan tahun 2012

No Tindakan Kehamilan < 37 minggu yang tecatat Kehamilan < 37 minggu yang tidak tecatat Kehamilan > 37 minggu Yang tecatat

Kehamilan > 37 minggu

Yang tidak tecatat

f % f % f % f %

1 Pemberian MgSO4

10 100 - - 17 100 - -

(40)

kortikosteroid dexamethasone

3. Pemberian antihipetensi nifedepin

10 100 - - 17 100 - -

4. Monitoring gejala nyeri ulu hati, nyeri kepala, mual, muntah

2 20 8 80 - - - -

5. Mengukur protein uria

5 50 5 50 8 47,1 9 52,9

6. Menimbang

berat badan sewaktu masuk dan selanjutnya tiap hari

1 10 9 90 - - - -

7. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, RFT, LFT, LDH, HST

9 90 1 10 17 100 - -

(41)

USG

Berdasarkan tabel 5.1. hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat bahwa pemberian MgSO4 pada Pasien Pre eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu yang tercatat sebanyak 10 orang ( 100%).

Hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat bahwa pemberian korikosteroid dexamethasone pada Pasien Pre eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu yang tercatat sebanyak 9 orang ( 90%).

Hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat usia kehamilan < 37 minggu bahwa pemberian antihipertensi nifedepin pada Pasien Pre eklampsia berat yang tercatat sebanyak 10 orang ( 100%).

Hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa monitoring gejala nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual, muntah yang tidak tercatat sebanyak 8 orang ( 80%).

Hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa mengukur protein uria sewaktu masuk pada Pre eklampsia berat yang tidak tercatat sebanyak 5 orang ( 50%).

Hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa menimbang berat badan sewaktu masuk dan selanjutnya tiap hari masuk pada Pre eklampsia berat yang tidak tercatat sebanyak 9 orang ( 90%).

(42)

Hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa pemeriksaan USG yang tercatat sebanyak 8 orang ( 80%).

Hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa pemberian MgSO4 pada Pre eklampsia berat yang tercatat sebanyak 17 orang ( 100%).

Hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa pemberian kortikosteroid dexamethasone pada Pre eklampsia berat yang tercatat sebanyak 17 orang ( 100%).

Hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa pemberian antihipertensi nifedepinpada Pre eklampsia berat yang tercatat sebanyak 17 orang ( 100%).

Hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa pengukuran protein uria pada Pre eklampsia berat yang tidak tercatat sebanyak 9 orang ( 52,9%).

Hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa pemeriksaan laboratorium pada Pre eklampsia berat yang tercatat sebanyak 17 orang ( 100%).

(43)
[image:43.595.68.491.148.362.2]

Tabel 5.2.

Distribusi frekuensi cara persalinan pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Cara persalinan pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu

Frekuensi Persentase (%)

Tercatat 8 50

Tidak partus 2 20

Total 10 100

Berdasarkan tabel 5.2 hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa cara persalinan pada Pre eklampsia berat yang tercatat sebanyak 8 orang ( 80%).

Tabel 5.3.

Distribusi frekuensi outcome ibu pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Outcome ibu Frekuensi Persentase (%)

Sehat 8 80

Meninggal 1 10

PAPS/akibat biaya 1 10

[image:43.595.64.490.578.763.2]
(44)
[image:44.595.85.519.263.446.2]

Berdasarkan tabel 5.3 hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwaoutcome ibu pada Pre eklampsia berat yang sehat sebanyak 8 orang ( 80%).

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi outcome bayi pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Outcome bayi Frekuensi Persentase (%)

Sehat 4 40

Meninggal 5 50

Paps 1 10

Total 10 100

Berdasarkan tabel 5.4 hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa outcome bayi pada Pre eklampsia berat yang meninggal sebanyak 5 orang ( 50%).

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi cara persalinan pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan > 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Cara persalinan Frekuensi Persentase (%)

[image:44.595.62.492.644.720.2]
(45)
[image:45.595.64.490.263.411.2]

Berdasarkan tabel 5.5 hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa cara persalinan pada Pre eklampsia berat yang tercatat sebanyak 17 orang ( 100%).

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi outcome ibu pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan > 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Outcome ibu Frekuensi Persentase (%)

Sehat 16 94,1

PAPS/akibat biaya 1 5,9

Total 17 100

Berdasarkantabel 5.19 hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa outcome ibupada Pre eklampsia berat yang sehat sebanyak 16 orang ( 94,1%)

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi outcome bayi pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan > 37 minggu di RSUD dr Pirngadi Medan tahun 2012

Outcome bayi Frekuensi Persentase (%)

Sehat 16 94,1

PAPS 1 5,9

[image:45.595.67.491.579.730.2]
(46)
[image:46.595.66.491.261.474.2]

Berdasarkan tabel 5.7 hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa outcome bayipada Pre eklampsia berat yang sehat sebanyak 16 orang ( 94,1%).

Tabel 5.8.

Tabulasi Silang Pendokumentasian Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 minggu dengan outcome ibu

Penatalaksanaan

Outcome ibu

Sehat Persentase (%) PAPS

Persentase (%)

Lengkap 1 5,9 0 0

Tidak lengkap 15 88,2 1 5,9

Total 17 100

(47)
[image:47.595.65.496.139.372.2]

Tabel 5.9

Tabulasi Silang Pendokumentasian Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 minggu dengan outcome bayi

Penatalaksanaan

Outcome bayi

Sehat Persentase (%) PAPS

Persentase (%)

Lengkap 1 5,9 0 -

Tidak lengkap 15 88,2 1 5,9

Total 17 100

(48)
[image:48.595.44.541.149.461.2]

Tabel 5.10

Tabulasi SilangPendokumentasian Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 minggu dengan outcome ibu

Pendoku mentasia n Penatalak sanaan Outcome ibu Seha t Persentase (%) PAPS Persent ase (%) Meningga l Persentase (%) Ada komplika si Persentas e (%)

Lengkap - - - - - - - -

Tidak lengkap

8 80 1 10 1 10 - -

Total 10 100

(49)
[image:49.595.45.476.150.432.2]

tabel 5.11.

Tabulasi Silang Pendokumentasian Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 minggu dengan outcome bayi

Pendoku mentasia n Penatalak sanaan Outcome bayi Sehat Persent ase (%) PAPS Persentase (%)

Meninggal Persentase (%)

Lengkap - - - - - -

Tidak lengkap

4 40 1 10 5 50

Total 10 (100%)

Berdasarkan tabel 5.11 hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa pendokumentasian penatalaksanaan yang tidak tercatat didapat bahwa bayi yang meninggal sebanyak 5 orang( 50%).

B. Pembahasan

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil

A. Penatalaksanaan Pre-eklampsia berat usia kehamilan < 37 minggu

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat bahwa pemberian MgSO4 yang sesuai standar sebanyak 10 orang ( 100%).

(50)

jam akan sadar dan pulih orientasinya tentang tempat dan waktu. Apabila MgSo4 diberikan untuk menghentikan dan mencegah rekurensi kejang eklampsia, sekitar 10 sampai 15 persen wanita akan mengalami kejang. Magnesium sulfat tidak diberikan untuk mengobati hipertensi ( Cunningham, 2005).

Berdasarkantabel 5.2.diatas dapat dilihat dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat bahwa pemberian korikosteroid dexamethasone yang sesuai standar sebanyak 9 orang ( 90%).

Dalam upaya meningkatkan kematangan paru janin, terapi ini tampaknya tidak memperparah hipertensi ibu, dan diklaim dapat menurunkan insidensi gawat nafas dan memperbaiki kelangsungan hidup janin ( Cunningham, 2005). Tompkins dan Thiagarajah ( 1999) melaporkan bahwa glukokortikoid menimbulkan perbaikn yang signifikan namun transien pada kelainan hematologis pada sindrom HELLP (Cunningham, 2005).

Berdasarkantabel 5.3. diatas dapat dilihat dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat bahwa pemberian antihipertensi nifedepin pada Pasien Pre eklampsia berat yang sesuai standar sebanyak 10 orang ( 100%).

Pemakaian obat antihipertensi nifedepin sebagai upaya memperpanjang kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan tidak satupun dari hasil penelitian menunjukkan manfaat terapi antihipertensi (Cunningham, 2005). Hasil penelitian Mabie dkk (1998) pemberian antihipertensi nifedepin secara sublingual pada 34 wanita, 2 wanita mengalami hipotensi yang mengkhawatirkan.

(51)

penurunan tekanan darah kurang dari 1 jam, jarang dibutuhkan obat antihipertensi lain atas indikasi kurangnya respon terhadap hidralazin (Cunningham, 2005).

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dari 10 pasien Pre-Eklampsia bahwa mengukur protein uria sewaktu masuk pada Pre eklampsia berat yang tidak dilakukan sebanyak 6 orang ( 60%).

Untuk memastikan diagnosis Pre eklampsia harus terdapat protein uria, Meyer dkk ( 1994) menekankan bahwa yang diukur adalah ekskresi urin 24 jam (Cunningham, 2005).

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat bahwa cara persalinan pada Pre eklampsia berat yang sesuai standar sebanyak 5 orang ( 50%).

Apabila didiagnosis Pre-eklampsia berat, kecenderungannya adalah pelahiran janin segera, persalinan pervaginam adalah yang terbaik bagi ibu, induksi persalinan yang gagal tidak berbahaya bagi bayi mereka yang beratnya sangat rendah (Cunningham, 2005), hasil serupa juga dilaporkan oleh Nasar dkk, (1998).

2. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya tetapi tidak ada mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan asli penelitian secara optimal, namun berbagai kendala yang tidak jarang muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melakukan penelitian ini, diantaranya adalah terbatasnya waktu untuk meneliti di RSUD Dr Pirngadi Medan, serta isi Rekam Medik yang tidak sesuai dengan diagnosa pasien.

3. Implikasi penelitian a) Bagi RSUD Dr Pirngadi

(52)
(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang evaluasi pendokumentasian penatalaksanaan dan outcome Pre-Eklampsia Berat . Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkantabel 5.8 hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa pendokumentasian penatalaksanaan yang tidak lengkap didapat bahwa ibu yang sehat sebanyak 15 orang( 88,2%).

2. Berdasarkantabel 5.9 hasil penelitian dari 17 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan > 37 bahwa pendokumentasian penatalaksanaan yang tidak lengkap didapat bahwa bayi yang sehat sebanyak 15 orang ( 88,2%)

3. Berdasarkan tabel 5.10 hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa pendokumentasian penatalaksanaan yang tidak lengkap didapat bahwa ibu yang sehat sebanyak 8 orang ( 80%)

4. Berdasarkan tabel 5.11 hasil penelitian dari 10 pasien Pre-Eklampsia Berat pada usia kehamilan < 37 bahwa pendokumentasian penatalaksanaan yang tidak tercatat didapat bahwa bayi yang meninggal sebanyak 5 orang( 50%).

B. Saran

1. Diharapkan supaya seluruh yang terlibat langsung dalam memberikan pelayanan baik medis maupun non medis agar selalu mengikuti sesuai dengan Standar Pelayanan Medis di RSUD Dr Pirngadi Medan agar morbiditas dan mortalitas akibat Pre Eklampsia Berat menurun.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ben-zion Taber, MD. Kapita selekta. Kedaruratan Obstetri & Ginecologi; Alih bahasa; Teddy Supriyadi; Johanes Gunawan; Editor Melfiawati S, Ed 2, Jakarta, EGC.1994

Crowther C ; Eclampsi at Harare Maternity Hospital; An Epidemiological Study. Sout Art Med J 1985;68: 927-929

Cunningham, FG, et al (2013). Obstetri Williams (Williams Obstetri). Jakarta, EGC

..., Departemen Kesehatan RI,2012

..., Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 2009

Derek Lewellyn-jones, Dasar-dasar obstetric dan ginekologi, Alih bahasa;Hadyanto, Ed.6 Jakarta, 2001

Dudley L; Maternal Mortality a Associated With Hipertensive Disorders of Pregnancy in Africa, Asia, Latin America and Carambean. Br Obstetri Gynaecol. 1992;99: 347-553

Duffus, G.M. and Mac Gillivray, I. The incidence of penyakit jantung koroner bukan merupakan preeklampsia toxcaemia in smolers and non smoker. Lancet. 1994

FK. Unpad; Obstetri Patologi Bag. Obstetri dan ginekologi, Bandung,1984

GOI & UNICEF. Laporan Nasional Tindak Lanjut Konfrensi Tingkat Tinggi Anak (Draff) 2000

Harrison, K.A. Child bearing, Health and social prioritirs. A survey of 22,774 consecutive birth in Zaria, Northen, Nigeria. British Journal of Obstetries and Gynecology, 1985

(55)

Jeffery P.Phelan, David B. Cotton, Gary D.V. Hankins, Steven L. Clark, Critical Care obstetrics, Ed 2, Boston, Blackwell Scientific Publication, 1999.

Manuaba Ida Bagus Gede; Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga berencana untuk pendidikan bidan, Editor: Seriawan, Jakarta, EGC,2009

Michael D. Benson;Handbook of Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition, Mc Graw Hill, 2001

Moerman, M.L. Growth of the birth canal in adolescent girls, American Journal of obstetric and gynecology, 143-182

Pauline Mc.Call Sellers; Midwifery, A tekbook and reference Book for Midwifery in Southern Africa, Volume II Complication in Childbirth, 1993

Prawirohardjo Sarwono, . Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 2009. hal. 237.

Royston Erica ( Division of family health World Health Organization Geneva, Switzerland & Sw Armstrong ( Freelance Journalis London, England), 1989.

Sarah Dina, . LUARAN IBU DAN BAYI PADA PENDERITA PREEKLAMPSIA BERAT

DAN EKLAMPSIA DENGAN ATAU TANPA SINDROMA HELLP, 2003

Sibai BM; Mc. Cubbin JH; Anderson. G.D : Eclampsia observation from 67 recent cases. Obstetrics and gynecology. Vol. 58. No 5. 1981

…………, Standar Pelayanan Kebidanan,2009

Widiarty,2007. Pengertian Panduan Evaluasi. Jogjakarta

(56)

Prawirohardjo Sarwono, . Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta 2009. hal. 237.

(57)

EVALUASI PENDOKUMENTASIAN PENATALAKSANAAN DAN OUTCOME PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RSUD Dr PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2012

PROGRAM D –IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

LEMBAR CHECKLIST

No.RM

TAHUN

:

Berikan tanda checklist (√) pada salah satu jawaban

NO PENATALAKSANAAN YA TIDAK

Perawatan ekspektatif ( kehamilan < 37 minggu) 1. Pemberian MgSO4dimulai dengan loading

dose 4 mg MgSo4 20%/IV, yang diteruskan dengan 6 mg MgSO4 40% dalam infus 500 cc RL ( 1gr/jam atau 28 tts/i)

2. Pada kehamilan kurang dari 37 minggu diberikan kortikosteroid dexametasone 6 mg/12 jam IM sebanyak 4 kali (pada kehamilan < 37 minggu)

3. Pemberian antihipertensi nifedepin 10 mg oral, diulangi 30 menit, maksimal pemberian 120 mg dalam 24 jam (pada kehamilan < 37 minggu)

4. Monitoring gejala nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual muntah, nyeri perut kuadran kanan atas/nyeri epigastrium, kenaikan berat badan yang cepat (pada kehamilan kurang dari 37 minggu)

5. Mengukur proteinuria sewaktu masuk dan diulang kembali setiap 2 hari (pada kehamilan < 37 minggu)

(58)

7. Pemeriksaan laboratorium darah rutin, RFT, LFT, LDH, HST (pada kehamilan < 37 minggu)

8. Pemeriksaan USG : biometri janin untuk menilai IUGR dan volume air ketuban(pada kehamilan < 37 minggu)

Perawatan aktif (terminasi kehamilan)

1. Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan

medisinal terjadi kenaikan tekanan darah yang persisten

2. Setelah 24 jam sejak dimulai pengobatan medisinal tidak terjadi perbaikan

3. Muncul tanda dan gejala impending

eklampsia: PE berat disertai gejala-gejala: nyeri kepala hebat, gangguan visus ,muntah, nyeri epigastrium, kenikan TD yang progressif.

4. Dijumpai gangguan fungsi hati/ginjal 5. Dicurigai terjadi solusio plasenta 6. Inpartu, KPD, perdarahan

7. Mengukur protein uria sewaktu masuk 8. Usia kehamilan > 37 minggu

9. PJT berat berdasarkan USG

10. NST non reaktif & profil biofisik abnormal

11. Oligohidramnion

12. Indikasi Lab :Sindroma HELLP

13. Cara persalinan :persalinan pervaginam 14. Indikasi SC bila terjadi maternal/fetal

(59)

Outcome ibu 1. Sehat

2. Ada Komplikasi 3. Meninggal 4. PAPS Outcome bayi

1. Sehat

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

Gambar

Tabel 5.1.
Tabel 5.3.
Tabel 5.5
Tabel 5.6  Distribusi frekuensi outcome ibu pada Pre-eklampsia berat usia kehamilan > 37
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan orangtua siswa pada indikator tangibles rendah karena pada umumnya mereka menilai kondisi sarana pendidikan seperti gedung sekolah dan ruang kelas sekolah banyak yang

Pengujian secara bersama-sama (simultan) peubah yang terdiri dari stok ubi kayu akan datang, permintaan lainnya, ekspor ubi kayu, konsumsi ubi kayu, dan permintaan ubi kayu tahun

sesuai dengan kadar usahanya dalam mencarikan barang, dan usaha yang dilakukan oleh seorang makelar ketika mencari barang itu berpengaruh terhadap perolehan upah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Berdasarkan aspek teknis yang mencakup kesesuaian iklim dan persyaratan tumbuh, jenis tanah dan penerapan teknik budidaya, usahatani

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran tubuh yang dapat dijadikan sebagai pembeda jenis kelamin benih ikan Betutu yaitu A2 (pangkal moncong atas – ujung dorsal kepala), A4

” Keluarga Sakinah Pemangkin Keutuhan Kerjaya” sebagai satu ramuan khas untuk membantu para ibu bapa yang sibuk bekerja melahirkan generasi anak soleh dan

JALAN, TRANSPORTASI, DAN KAWASAN KEBUN + TERNAK TAN + TAMBANG KEBUN + PERUMAHAN TAMBANG TAMBANG KEBUN KOTA BARU. DENGAN INTEGRASI DAN KONSOLIDASI PEMBANGUNAN JALAN

Semua praktek pembuangan harus mematuhi seluruh undang- undang dan peraturan yang berlaku, baik nasional maupun propinsi/daerah Peraturan perundangan mungkin berbeda