EFEKTIVITAS
VARIETY SHOW
PROGRAM KELUARGA
BERENCANA MELALUI MEDIA TELEVISI
DAMAYANTI
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakanbahwa tesis“Efektivitas
VarietyshowProgram Keluarga Berencana Melalui Media Televisi”adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimibing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2012
DAMAYANTI.The Effectiveness of varietyshow family planning television program.Under direction of AMIRUDDIN SALEH as chairman advisory committee and RICHARD W.E. LUMINTANG as member.
The study intended to determine and analyze the effectiveness of variety show family planning television program among teenagers. The variables were communicator characteristics, message, media and communican aspects. Those aspec were analyzed partially and simultaneously. the study was located at SMAN 4 Depok, West Java, during April 2012. The study was designed by using quasi-experimental method with explanative correlations. Sampling method was simple random method.Respondens was totally 80 students, devided into two groups: 40 students as a control group, and 40 students was treated. Data was analyze by descriptive frequency, Path analysis, t test, and Kendall’s tau b correlation. Result study indicated the program was highly effective. The treated group indicated more aware about family planning program than the control group was. The treated group has more averaged cognitive, affective and conative level than the control group. Meanwhile the communicator characteristics, messages, media and communicant aspect explained the program was more effective for teens, as well as the content, media and communicants aspects. In case of communicans aspect, merely the message influenced.
DAMAYANTI. Efektivitas Varietyshow Program Keluarga Berencana melalui Televisidibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan RICHARD W.E. LUMINTANG.
Dalam usaha menanggulangi ledakan penduduk di masa mendatang, Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencanangkan program Keluarga Berencana yang ditujukan bagi kalangan remaja. Hal ini dikarenakan pada tahun 2000an program ini sempat terabaikan sehingga terjadi penggelembungan jumlah penduduk pada usia tersebut. Karenanya dibutuhkan penyampaian pesan agar kalangan remaja dapat ikut berpartisipasi dalam menyukseskan program Keluarga Berencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas varietyshow program KB melalui televisi di kalangan remaja.
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Depok, pada bulan April 2012.Disain penelitian berupa quasi-experimental dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer.Pengambilan contoh dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) dengan membagi dua kelas yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah 40 siswa tergabung dalam kelompok eksperimen dan 40 siswa tergabung dalam kelompok kontrol.
Data di analisis secara deskriptif berupa distribusi frekuensi dan analisis inferensial, untuk melihat sejauhmana situasi peubah dilihat dari peubah lainnya. Analisis inferensial dilakukan dengan uji statistik untuk menjelaskan secara logis keterkaitan dan pengaruh antar peubah tersebut melalui analisis path, uji t, dan korelasi Tau B-Kendall dengan program SPSS 17,0 for windows.
saja pengetahuan (kognitif) tetapi juga memiliki sikap dan nilai (afektif) dan keinginan untuk melakukan program KB (konatif) yang lebih banyak daripada kelompok kontrol.
Karakteristik komunikator, isi pesan, media dan aspek komunikan berpengaruh nyata terhadap efektivitas varietyshow program KB. Pesan, media dan, aspek komunikan memperlihatkan pengaruh yangsangat nyata terhadap efektivitas varietyshow program KB.Karakteristikkomunikator kebermaknaannya ditunjukkan oleh pengaruh tidak langsung atau melalui aspek komunikan.Karakteristik komunikator, pesan, media dan aspek komunikan secara bersama-sama mempengaruhi efektivitas varietyshow program KB sebesar 20,7 persen.
©Hak cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan ataumenyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
BERENCANA MELALUI MEDIA TELEVISI
DAMAYANTI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Damayanti NIM : I352100141
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Ketua Anggota
Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan
Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr
Alhamdulillahirobbilalamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Efektivitas Varietyshow Program Keluarga Berencana Melalui Media Televisi” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pedesaan (KMP), Sekolah Pascasarjana IPB.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA, selaku anggota komisi pembimbing, karena dengan segala kesabaran, dedikasi dan motivasi dalam memberikan bimbingan telah memberi arahan dan masukan hingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Basita Ginting, MA selaku dosen penguji luar, Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai Koordinator Mayor KMP beserta seluruh staf pengajar yang telah memberikan materi dan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.
Kedua orangtua, Ahmad Masduki dan Fauziah, suami tercinta Bani Saksono, anak-anak tersayang, Kayne Aqilla Maheswari dan Lawdzai Nuzulul Azhfar serta kakak dan adik-adik terkasih, Kinana, Khaerunnisa, Fauzan Hilal dan Adhe Zakir Zia Ahmad yang dengan cinta mereka memberi dukungan, semangat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Teman seperjuangan yang selalu memberi semangat Maya May Syarah dan seluruh teman-teman di KMP angkatan 2010, Dewi, Ratih, Babe, Ntong, Ine, Om Wije, Alim, Lang Lang, Uki, Eli, Poppy dan Om Jack, terima kasih untuk saling mendukung dan kebersamaan selama dua tahun terakhir dalam menyelesaikan studi di KMP.Terima kasih juga penulis sampaikan kepada instansi BKKBN, MNC TV,SMA Kornita, dan SMAN 4 Depok, berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta seluruh staf administrasi program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Nopember 1969 dari pasangan Bapak Ahmad Masduki dan Ibu Fauziah. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Tahun 1999 penulis menikah dengan Bani Saksono dan telah dikaruniakan putra dan putri yang bernama Kayne Aqilla Maheswari dan Lawdzai Nuzulul Azhfar.Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas diselesaikan di Jakarta Selatan. Pendidikan Strata 1 ditempuh di Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1996. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Magister pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR TABEL ……….………..………. vi
DAFTAR GAMBAR ……….………….. vii
DAFTAR LAMPIRAN………..………... viii
PENDAHULUAN ……….…...………. 1
Latar Belakang …………..…………..……….. . 1
Identifikasi Masalah ……….. . 4
Perumusan Masalah ………. . 4
Tujuan Penelitian ……… 5
Manfaat Penelitian ………. .. 5
TINJAUAN PUSTAKA……… .. 7
Komunikasi Massa ……… .. 7
Proses Komunikasi Massa ……….. .. 8
Fungsi Komunikasi Massa ……… .. 9
Komunikator Komunikasi Massa ………. .. 11
Efek Komunikasi Massa ……… .. 12
Media Audio Visual ………. 13
Efektivitas Komunikasi ……… 18
Khalayak Sasaran Media Televisi ………. 20
Program Keluarga Berencana ……….. 23
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ………... 27
Kerangka Pemikiran ……….….. 27
Hipotesis Penelitian ………....30
Metode Penelitian ………... 31
Desain Penelitian ………... 31
Populasi dan sampel ……….….. 33
Lokasi dan Waktu Penelitian……….………….…. 34
Data dan Instrumentasi ……….. 34
Definisi Operasional ………36
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi ……… 38
Pengumpulan Data ……….… 39
Pengolahan dan Analisis Data ……….………….... 41
PEMBAHASAN ………..…. 43
Gambaran Umum ……….… 43
Keterbatasan penelitian ..………. 49
aspek Komunikan dengan Efektivitas Varietyshow Program KB……... 53
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas ……….. 57
Hubungan Aspek Komunikan dengan Efektivitas Varietyshow Program KB ………62
Hubungan Karakteristik Komunikator, Isi Pesan dan Media dengan Aspek Komunikan Varietyshow Program KB .……….58
KESIMPULAN DAN SARAN ……….…….. 73
Kesimpulan ……….. 73
Saran ……… 73
DAFTAR PUSTAKA ………...75
Halaman
1. Perbedaan metode eksperimen sungguhan dan semu ………. 31 2. Rataan skor efektivitas varietyshow program KB(setelah
perlakuan)……….………50 3. Efektivitas varietyshow program KB sebelum(pretest) dansesudah perlakuan
(posttest)………. 52 4. Faktor-faktor elemen komunikasi yang berpengaruh dan aspek-
aspek komunikan dengan efektivitas vareityshow program KB ….….…… 54 5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas varietyshow
Program KB ……….………. 58 6. Hubungan aspek komunikan dengan efektivitas varietyshow
Halaman
1. Formula Lasswell...………..….. 8
2. Kerangka berpikir penelitian eksperimental kemasan pesan variety show program KB………..……….….. 29
3. The Nonequivalent control group design……….. 32
4. Tayangan pembuka acaravariety show program KB………. 43
5. Penyajian musik pada acara variety show program KB ……….. 43
6. Penyajian drama komedi pada acara variety show program KB ………... 44
7. Iklan BKKBN pada acara variety show program KB ……… 44
8. Penyajian musik 2 pada acara variety show program KB ……... 45
9. Narasumber yang diwawancarai secara terpisah ……… 46
10. Narasumber dari BKKBN dan komisi IX DPR ……….. 47
11. Penyajian talk show pada variety show program KB ……….... 48
12. Bagian penutup pada acara variety show program KB ………... 49
Halaman
1. Kuesioner penelitian lapangan ………... 81
2. Uji validitas dan reliabilitas………...……… 89
3. Uji hubungan antar peubah ……….... 99
4. Uji beda kelompok kontrol dan eksperimen ……… 109
Program Keluarga Berencana (KB) yang pada masa orde baru
sukses dilaksanakan, pada saat ini justru terabaikan. Hal ini terlihat dari
data yang disampaikan Kantor Badan Kependudukan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) yang mencatat jumlah penduduk Indonesia 238 juta
jiwa. Jumlah ini meleset sekitar empat juta jiwa dari perkiraan sebanyak
234 juta jiwa. Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono selalu
mengingatkan dan sempat dikutip beberapa media bahwa laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia sudah “lampu kuning” (BKKBN,
2011a)
Hal tersebut terjadi karena program KB sempat kurang mendapat
perhatian mulai tahun 2000-an hingga ke titik nadir yang mengkhawatirkan
(BKKBN, 2011b). Selain itu Menurut Kepala Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE) BKKBN Adi Wahyudi, “Adanya kebijakan desentralisasi yang
mengakibatkan BKKBN tidak bisa berbuat banyak untuk mengatur
kependudukan di tingkat daerah.” Menurut data BKKBN dengan Laju
Pertumbuhan Penduduk (LPP) 1,49% per tahun, maka pertambahan
penduduk setiap tahun sekitar 3-4 juta jiwa atau sekitar 10.000 bayi lahir
setiap hari (BKKBN, 2011a). Hal ini berimplikasi tidak hanya pada
kuantitas, namun juga kualitas sumberdaya manusia. BKKBN
mencanangkan kembali program KB agar pada tahun berikut pertumbuhan
jumlah penduduk Indonesia dapat dikendalikan.
Pertumbuhan laju penduduk tersebut, menurut data BKKBN pada
tiga tahun terakhir (tahun 2009 – 2011), jumlah balita lebih kecil dibanding
tiga tahun sebelumnya. Hal ini mengisyaratkan proses sosialisasi cukup
berhasil untuk menekan jumlah kelahiran, namun terjadi penggelembungan
pada usia remaja (BKKBN, 2011b). Hal ini berarti, apabila pada tingkat usia
tersebut kurang diberikan sosialisasi mengenai program KB, kemungkinan
laju penduduk akan kembali tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Hal
tersebut akan berimbas pada meningkatnya permasalahan sosial seperti
angka pengangguran yang semakin tinggi, kemiskinan, kepadatan
serta rendahnya tingkat pendidikan masyarakat yang nantinya juga akan
berimbas pada tingginya angka kriminalitas.
Program KB yang dicanangkan BKKBN saat ini, tidak hanya
difokuskan pada pasangan usia subur (PUS) namun juga pada generasi
mudanya. BKKBN telah mencanangkan program untuk kategori remaja
yaitu yang disebut dengan program Genre (Generasi remaja), sasarannya
adalah kalangan remaja yang telah memasuki masa akil baligh (mensturasi
bagi wanita dan mimpi basah bagi pria) sampai pada usia 24 tahun,
dengan tujuan agar mereka mengetahui dan merencanakan keluarga kecil
sejahtera.
Sosialisasi program KB oleh BKKBN menggunakan komunikasi
langsung dan melalui media, yaitu melalui penyuluh di berbagai daerah,
dan melalui media massa, baik media massa cetak, elektronik maupun
media luar ruang. Media massa cetak yang digunakan melalui berbagai
jenis, seperti brosur, leaflet, pamflet, booklet, majalah bulanan Gemari,
serta media massa cetak lainnya melalui iklan di surat kabar dan majalah.
Media elektronik audio visual yang dilakukan saat ini selain iklan
komersial, iklan layanan masyarakat, juga info niaga di Indosiar semingu
dua kali dan audio visual televisi variety show di MNC TV yang
diselenggarakan setiap hari sabtu mulai pukul 07.00 sampai 08.00 WIB,
sedangkan media luar ruang yang digunakan berupa poster, baliho, dan
billboard.
Program KB yang disosialisasikan BKKBN ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai jenis peralatan yang dapat digunakan
untuk membatasi kelahiran. Program yang saat ini sedang digencarkan
adalah tubektomi dan vasektomi untuk PUS, sementara remaja perlu
mengetahui bagaimana merencanakan pernikahan untuk memperoleh
keluarga yang terencana dan sejahtera.
Di Indonesia, dari segi jenis kelamin, hanya sekitar dua persen
laki-laki yang menjadi akseptor keluarga berencana sementara jumlah
perempuan lebih banyak yakni sebesar 98%. Perempuan masih
merupakan akseptor andalan dalam program keluarga berencana, melalui
program vasektomi diharapkan banyak dari kaum laki-laki yang
Dari penelitian yang dilakukan oleh BKKBN, keluarga pasangan usia
subur yang memiliki banyak anak datang dari keluarga tidak mampu,
sementara kesadaran untuk ikut program KB lebih banyak dilakukan oleh
keluarga dari kalangan menengah ke atas keluarga mampu). Hal ini perlu
mendapat perhatian karena kalangan kelas menengah ke bawah adalah
penduduk yang memiliki kesulitan dalam memperoleh akses informasi
mengenai program KB.
Melihat perkembangan penduduk tiga tahun terakhir, perlu adanya
perhatian terhadap perkembangan penduduk dari kalangan remaja.
Kalangan remaja menjadi perhatian dan sasaran BKKBN agar dapat
menginformasikan mengenai pemeliharaan alat reproduksi dan
perencanaan keluarga sejahtera. Salah satu media informasi yang
digunakan adalah melalui media televisi.
Hal tersebut berkaitan dengan otonomi yang kini tak lagi dimiliki oleh
BKKBN. Sejak diberlakukannya UU No 52 tahun 2009, BKKBN tidak lagi
sebagai Badan Koordinasi Keluarga Berencana, namun menjadi Badan
Kependudukan Keluarga Berencana. Hal ini menyebabkan BKKBN tidak
memiliki otoritas ke daerah-daerah untuk melakukan penyuluhan yang
dikoordinasi dari pusat. Menurut Kepala Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) BKKBN Adi Wahyudi, “Pemerintah Daerah melakukan penyuluhan
sendiri-sendiri tidak lagi dikoordinasi oleh BKKBN, oleh karena itu jumlah
penyuluhpun semakin berkurang.” Tidak seperti pada masa orde baru,
BKKBN melakukan koordinasi melalui penyuluh KB sampai ke pelosok
daerah. Hal tersebut diperkuat lagi dengan Pepres No 62 tahun 2010 yang
menyatakan BKKBN sebagai Badan Kependudukan bukan Badan
Koordinasi. Menurut kepala KIE BKKBN, Wahyudi “Penyuluh Lapangan
Keluarga Berencana atau petugas PLKB di mutasi menjadi sekretaris lurah
atau pejabat. BKKBN banyak kehilangan petugas penyuluh yang kini hanya
satu orang di satu kelurahan bahkan ada yang hanya satu orang di satu
kecamatan.”
Berkaitan dengan penggunaan media audio visual televisi, menurut
Iswarahadi (2009) “Televisi memang mempunyai daya tarik yang luar
biasa, karena televisi mempunyai bahasa khusus, yang diarahkan pada
perasaan atau emosi manusia dengan teknologi yang canggih dan
Televisi mampu menyebarkan informasi secara serentak dan ditonton
oleh berbagai kalangan. Program acara televisi dirancang sedemikian rupa
agar dapat menarik minat penonton. MNC TV adalah salah satu media
elektronik yang digandeng BKKBN untuk menyosialisasikan program KB
baik untuk kalangan usia PUS maupun Generasi remaja.
Khalayak sasaran MNC TV adalah masyarakat kalangan menengah
ke bawah yang sesuai dengan target pasar program keluarga berencana.
Hal tersebut yang menjadi salah satu pilihan BKKBN bekerjasama dengan
MNC TV untuk menyosialisasikan program KB. Dalam program yang
ditayangkan seminggu sekali tersebut, dibuatkan beberapa acara yang
digabung dalam satu program yaitu variety show.
Selain isi pesan yang disampaikan berkenaan dengan keluarga
berencana, format program dibuat beragam seperti talkshow, humor,
drama, musik dan lagu. Menurut Kepala KIE BKKBN, Wahyudi, “Hal
tersebut sengaja divariasikan agar dapat menarik minat penonton. Selain
acaranya, penonton akan menikmati sajian musiknya, informasinya
maupun pembawa acaranya, semua disiapkan sedemikian rupa agar
menarik minat penonton.”
Identifikasi Masalah
Televisi merupakan salah satu media yang dapat diakses masyarakat
untuk memperoleh informasi. Kemudahan mengakses informasi tersebut
disebabkan karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memperolehnya.
Menurut Silih Agung Wisesa (2006) “Televisi mampu menjangkau banyak
orang dalam sebuah komunitas, dan juga mampu menarik minat
masyarakat ketimbang media komunikasi yang lain.”
Untuk menarik minat penonton, televisi mengemas beragam acara,
salah satunya melalui variety show yang mempunyai program bervariasi,
dengan menghadirkan pembawa acara, bintang tamu dalam acara talk
show, serta hiburan musik dan drama. Menurut Kepala KIE BKKBN Adi
Wahyudi, “Presenter yang menyajikan program pembawa acara sengaja
dibuat semenarik mungkin, selain itu pesan dikemas sedemikian rupa agar
penonton dapat terus menikmati acara tersebut.”
Untuk mengetahui bagaimana pesan yang dikemas dalam program
variety show tersebut perlu dilakukan penelitian, hal ini penting karena
sebagai salah satu media yang digunakan dalam menyosialisasikan
program keluarga berencana.
Perumusan Masalah
Untuk mengetahui apakah program keluarga berencana melalui
media televisi dengan format program variety show efektif, dan telah
memenuhi kebutuhan informasi dan harapan pemirsa khususnya generasi
remaja, maka dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut:
1. Sejauhmana efektivitas variety show program KB bagi generasi remaja
di SMAN 4 Depok?
2. Seberapa besar pengaruh bersama antara faktor-faktor elemen
komunikasi dengan efektivitas variety show program KB bagi generasi
remaja di SMAN 4 Depok?
3. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap efektivitas variety
show program KB bagi generasi remaja di SMAN 4 Depok?
4. Seberapa besar hubungan aspek komunikan dengan efektivitas variety
show program KB bagi generasi remaja di SMAN 4 Depok?
5. Seberapa besar hubungan Komunikator, isi pesan dan media dengan
aspek komunikan variety show program KB bagi generasi remaja di
SMAN 4 Depok?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui sosialisasi
program Keluarga Berencana dengan menggunakan media televisi melalui
program acara varietyshow di MNC TV. Secara spesifik bertujuan:
1. Mengidentifikasi efektivitas program KB bagi generasi remaja SMAN 4
Depok dalam menonton acara variety show BKKBN.
2. Menganalisis pengaruh antara faktor-faktor elemen komunikasi dan
aspek-aspek komunikan dengan efektivitas variety show program KB
bagi generasi remaja SMAN 4 Depok.
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada program acara
variety show BKKBN terhadap efektivitas program KB bagi generasi
remaja SMAN 4 Depok.
4. Menganalisis hubungan aspek komunikan dengan efektivitas variety
5. Menganalisis hubungan Komunikator, isi pesan dan media dengan
aspek komunikan variety show program KB bagi generasi remaja SMAN
4 Depok.
Manfaat Peneltian
Dengan adanya tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka
diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat:
1. Secara akademik, hasil peneltian ini dapat memberikan kontribusi dalam
penelitian dan pengembangan keilmuan di bidang komunikasi,
khususnya bidang sosialisasi program melalui media televisi.
2. Bagi Lembaga BKKBN dan Media Massa Elektronik MNC TV, Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan kepada BKKBN
serta MNC TV dalam mengembangkan program variety show BKKBN.
3. Secara umum, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi departemen
dan instansi serta organisasi terkait di seluruh Indonesia dalam upaya
mengembangkan program Keluarga Berencana.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup peneltian ini difokuskan pada bagaimana variety show
program KB BKKBN, penyampai pesan, isi pesan dan media yang
digunakan dalam menyampaikan program KB terhadap efektivitas variety
show program KB BKKBN, selain itu penelitian juga diarahkan untuk
Komunikasi massa diungkapkan secara sederhana, menurut Bittner
(Rahmat, 2005b) adalah “Pesan yang dikomunikasikan melalui media massa
pada sejumlah besar orang.” Definisi tersebut menggambarkan bahwa
komunikasi massa adalah pesan yang menggunakan saluran media massa yang
ditujukan kepada sejumlah besar orang. Komunikasi massa yang termasuk
media massa adalah radio siaran dan televisi yang banyak dikenal sebagai
media elektronik atau media siaran. Selain itu ada surat kabar dan majalah yang
dikenal dengan media cetak. Media lainnya adalah film, dan kini media massa
yang kian berkembang pesat adalah media online (Mc Phail, 2009).
Pengertian komunikasi massa lainnya yang lebih lengkap dikemukakan
oleh ahli komunikasi Gebner (1967). Menurut beliau, komunikasi massa adalah
produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus
pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
Maletzke (Rahmat, 2005b) menghimpun banyak definisi mengenai
pengertian komunikasi massa yang berkaitan dengan komunikasi melalui media
massa yakni:
1. Komunikasi massa diartikan, bahwa setiap bentuk komunikasi yang
menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media, penyebaran teknis
secara tidak langsung, dan satu arah pada publik yang tersebar (Vermittelt
warden Maletzke).
2. Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu
kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi
dan berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau
sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan
tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar
komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama untuk semua orang
yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Freidsow).
3. Bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena
memiliki karakteristik utama sebagai berikut; diarahkan pada khalayak yang
relatif besar, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka
seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat
sekilas; komunikator cenderung bergerak dalam organisasi yang kompleks
Dari definisi di atas dapat terlihat bahwa komunikasi massa melibatkan
audiens dalam jumlah yang besar tidak saling mengenal dan pesan yang
disampaikan diterima oleh khalayak sasaran dalam waktu serentak dengan
menggunakan alat-alat khusus dalam hal ini media massa.
Adapun Husaini (2002) mengemukakan, komunikasi secara paradigmatik,
didefinisikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.
Proses Komunikasi Massa
Schramm (Ardianto et al., 2009) mengatakan, untuk berlangsungnya suatu
kegiatan komunikasi minimal diperlukan tiga komponen yaitu: source, message
dan destination, atau komunikator, pesan, dan tujuan berkomunikasi.
Lasswell (Ardianto & Erdinaya, 2006) seorang ahli politik di Amerika Serikat
mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian
komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam
menentukan scientific study dari suatu proses komunikasi massa dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what
(berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa)
dan with what effect (dengan efek apa?). Lasswell sendiri menggunakan formula
ini dengan tujuan untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal
ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
WHO SAYS WHAT IN WHICH
CHANNEL
TO WHOM WITH WHAT
EFFECT
Siapa Berkata apa Melalui saluran apa
Kepada siapa Dengan Efek Apa Komunnikator Pesan Media Penerima Efek
Control
Studies
Analisis Pesan Analisis Media Analisis Khalayak
Analisis Efek
Gambar 1. Formula Lasswell (Ardianto & Erdinaya, 2006)
Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses
komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam
a. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses
komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi
maupun instansi.
b. Says What (apa yang dikatakan): pertanyaan umum, dapat berupa suatu ide,
informasi, opini, pesan dan sikap, yang erat kaitannya dengan masalah
analisis pesan.
c. In Which Channel (melalui saluran apa): Media komunikasi atau saluran yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi.
d. To Whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran
komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut diajukan, berkaitan dengan
masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak
(audience analysis).
e. With What Effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha
penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan
dengan analisis efek (Ardianto & Erdinaya, 2006).
Menurut Husaini (2002) setiap proses komunikasi melibatkan sejumlah
komponen: (1) komunikator (penyampai pesan), (2) pesan (pernyataan yang
didukung oleh lambang), (3) komunikan (penerima pesan), (4) media (sarana
atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh atau banyak), (5) efek
(dampak sebagai pengaruh dari pesan).
Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (Ardianto &
Erdinaya, 2006) terdiri dari survilance (pengawasan), interpretation (penafsiran),
lingkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan
entertainment (hiburan):
a. Surveillance (pengawasan)
Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama (1)
warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (2) instrumental
surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi
ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan,
meletusnya gunung merapi, atau serangan militer. Sebuah stasiun televisi
mengelola program untuk menayangkan sebuah peringatan atau
menayangkannya dalam jangka panjang.
Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran
kehidupan sehari-hari. Contoh pengawasan instrumental: Berita tentang film
yang sedang dimainkan di bioskop, produk-produk baru, ide-ide tentang mode,
resep masakan dan sebagainya.
b. Interpretation (Penafsiran)
Media massa tidak saja memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan
penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh nyata penafsiran media
dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran tidak
terbatas pada tajuk rencana. Rubrik artikel yang disajikan pun memberikan
analisis kasus di belakang peristiwa yang menjadi berita utama, misalnya tentang
kebijakan pemerintah, pemilihan umum dan lainnya. Selain surat kabar, radio
siaran, televisi pun memiliki fungsi penafsiran, seperti tayangan acara derap
hukum di SCTV, dan tayangan penafsiran sejenis lainnya. Tujuan penafsiran
media adalah, ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas
wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antar personal atau
komunikasi kelompok.
c. Linkage (Pertalian)
Media massa menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama
tentang sesuatu. Contoh kasus di Indonesia adalah kasus Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) yang sebelumnya menjabat Menko Polkam dalam jajaran
Kabinet Gotong-Royong Presiden Megawati Soekarnoputri. Ketika beliau jarang
diajak rapat kabinet dan kemungkinan mengundurkan diri, maka tayangan
beritanya di televisi, radio siaran dan surat kabar telah menaikkan pamor Partai
Demokrat yang mencalonkan SBY sebagai Presiden.
d. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai)
Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu
kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media
massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca.
Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa
yang diharapkan mereka. Televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi
(penyebaran nilai-nilai) pada anak muda, terutama anak-anak yang telah
melampaui usia 16 tahun, yang banyak menghabiskan waktunya menonton
e. Entertainment
Sulit dibantah lagi bahwa kenyataannya hampir semua media menjalankan
fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian
hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap harinya merupakan
tayangan hiburan. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain
adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak. Dengan membaca
berita-berita ringan, atau melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat
pikiran khalayak segar kembali.
Komunikator Komunikasi Massa
Proses komunikasi massa diawali oleh komunikator (communicator).
Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik,
reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Pada media elektronik,
komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program (rumah
produksi), penulis naskah, produser, aktor, presenter, personel teknik,
perusahaan periklanan, dan lain-lain (Hiebert et al., 1975).
Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator dalam
komunikasi antarpersona. Pengirim pesan dalam komunikasi massa bukan
seorang individu melainkan suatu institusi, gabungan dari berbagai pihak yang
ada pada media televisi tersebut (Ardianto et al., 2009).
Menurut Effendy (2000), Komunikator pada media massa diklasifikasikan
sebagai komunikator kolektif (collective communicator) dan komunikator
individual (individual communicator). Pembaca berita, penyiar acara, reporter
olah raga, atau reporter peristiwa adalah komunikator kolektif; sedangkan
orang-orang di luar crew yang muncul di layar televisi seperti penceramah –apakah itu
mengenai agama, bahasa, psikologi, kesehatan, dan aspek-aspek kehidupan
lainnya yang setiap malam atau hari Minggu muncul di layar televisi– adalah
komunikator individual, meskipun ada di antaranya yang muncul membawakan
lembaganya.
Hovland dan Weis (Ardianto et al., 2009) menyebut ethos (karakter
komunikator menurut Aristoteles) sebagai credibility yang terdiri dari dua unsur
yakni expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Bila media
massa ingin menampilkan kolom atau narasumber dalam acara talkshow tentang
politik, tentu dia akan memilih pakar politik. Unsur lain dalam persyaratan
menjadi komunikator yaitu acceptability. Di sini masalahnya adalah penerimaan
menyangkut karakter komunikator yang jujur, tulus, tidak kontroversial, baik
dalam bersikap maupun dalam mengemukakan pernyataan-pernyataannya
(Ardianto et al., 2009).
Efek Komunikasi Massa
Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada
media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu bukan
untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana
surat kabar dan televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau
menggerakkan perilaku kita inilah yang disebut sebagai efek komunikasi massa
(Rakhmat, 2005b).
Menurut Robert (Schramm & Roberts, 1977) Efek adalah “perubahan
perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.” Fokusnya pada pesan,
maka efek haruslah berkatian dengan pesan yang disampaikan media massa.
Dampak yang ditimbulkan oleh proses komunikasi dapat diklasifikasikan
menurut kadarnya: (1) dampak kognitif, yaitu perubahan pada intelektualitas
komunikan (bertambahnya pengetahuan), (2) dampak afektif, yaitu lebih tinggi
dari dampak kognitif. Tujuan dari komunikator bukan hanya membuat tahu
komunikan, tetapi menggerakkan hati/perasaan; komunikan diharapkan menjadi
iba, sedih, gembira, marah dan sebagainya, (3) dampak behavioral, yaitu
perubahan tingkah laku pada komunikan (Husaini, 2002).
Menurut Rakhmat (2005b), Efek kognitif terjadi apabila ada perubahan
pada apa yang diketahui, dipahami, data dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan
dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi. Efek
afektif timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau
dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai. Efek
behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi
pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Marlina Lina, et al.,(2009) dengan
judul penelitian “Perbandingan Efektivitas Media Cetak (Folder dan
Poster-Kalender) dan Penyajian Tanaman Zodia terhadap Peningkatan Pengetahuan
Masyarakat,” menemukan, bahwa (1) efektivitas media dapat ditingkatkan
melalui penggunaan media fisik; (2) peningkatan pengetahuan sangat efektif
melalui kombinasi media; (3) media poster-kalender yang disertai tanaman Zodia
pengetahuan masyarakat; (4) umur, pendidikan dan pendapatan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat; (5) sifat inovasi
sangat berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat.
Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa, menggunakan
kombinasi media sangat efektif dalam peningkatan pengetahuan Masyarakat
terhadap tanaman zodia, demikian juga dengan sifat inovasi yang sangat
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan. Dari segi aspek komunikan,
umur, pendidikan dan pendapatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan
pengetahuan.
Sebuah komunikasi dikatakan efektif, apabila menghasilkan efek-efek atau
perubahan yang sebagaimana diinginkan oleh sumber. Bisa dikatakan, efek
komunikasi menjadi indikator atau tolok ukur keberhasilan komunikasi (Effendy,
2003). Adapun efek dari komunikasi adalah:
a. Efek kognitif: efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, kepercayaan
atau informasi. Dengan kata lain, khalayak yang dari semula tidak tahu
menjadi tahu.
b. Efek afektif; efek ini mengarah pada perasaan setelah mengkonsumsi media.
Efek ini berhubungan dengan emosi, sikap atau nilai.
c. Efek konatif (behavioral): efek ini bersangkutan dengan niat, tekad, upaya,
dan usaha yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati. Efek ini
baru muncul setelah efek kognitif dan efek afektif terjadi dalam diri khalayak.
Media Audio Visual
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Hubeis (2007)
mengenai tingkat pengetahuan petani melalui media audio-visual video. Unsur
visual, audio, materi, dan penggunaan waktu dalam penayangan penggunaan
pupuk agrodyke melalui video sangat berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan pengetahuan petani.
Artinya, unsur-unsur dalam penggunaan video tersebut memberikan
dampak kognitif terhadap petani. Audio visual yang dilakukan melalui media
video tersebut dikemas sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan petani.
Berbeda dengan audio-visual video yang ditayangkan oleh BKKBN mengenai
program KB melalui media televisi. Meski sama-sama menggunakan media
audio visual, media televisi adalah media massa yang sasarannya heterogen
visual video. Dibandingkan dengan media massa lainnya, Televisi mempunyai
kelebihan yaitu bersifat audio visual (didengar dan dilihat), dapat
menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang
sedang terjadi ke setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada
(Ardianto & Erdinaya, 2006).
Televisi menurut Effendy (1993) merupakan media komunikasi jarak jauh
dengan penayangan gambar dan pendengaran suara. Baik melalui kawat
maupun secara elektromagnetik tanpa kawat.
Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki
televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan.
Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari
(Agee et al., 2001). Televisi merupakan media yang dapat mendominasi
komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan khalayak.
Televisi mempunyai daya tarik yang kuat tidak perlu dijelaskan lagi, karena
televisi mempunyai unsur kata-kata, musik, sound effect serta unsur visual
berupa gambar. Gambar ini merupakan gambar hidup yang mampu
menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Salah satu sifat siaran
televisi adalah langsung, tidak berbelit-belit. Keistimewaan yang dimiliki televisi
ini menyebabkan televisi dianggap lebih efektif dalam penyampaian pesan
kepada khalayak. Aktivitas dalam penyampaian pesan tersebut terlihat pada
keberadaan televisi dalam menjalankan fungsinya dengan baik sebagai media
komunikasi massa.
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan
radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk.
Fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yang menyatakan
bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto et al.,
2009).
Mengenai unsur hiburan, Penelitian yang juga pernah dilakukan oleh
Bunna Agustina Tandi dengan judul penelitian “Desain media komunikasi untuk
pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap
Sungai Lesan, Berau, Kalimantan Timur”. Tesis Institut Pertanian Bogor tahun
2010, menyatakan bahwa, lebih efektif menyampaikan media bersifat visual dan
menghibur seperti poster dan lagu untuk masyarakat kampung, sedangkan untuk
masyarakat perkotaan lebih menyukai mendapat informasi melalui media massa
(radio, televisi dan sebagainya). Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan
preferensi masyarakat dalam memilih media untuk menyampaikan informasi.
Dari peneliltian terlihat bahwa, masyarakat yang belum terjangkau oleh
media masa seperti masyarakat kampung menyukai media yang bersifat
menghibur. Unsur hiburan merupakan hal yang penting dalam menyampaikan
informasi.
Ditinjau dari stimulasi alat indera, televisi memiliki tiga karakteristik, yaitu:
1. Audio-visual: Televisi dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audio-visual).
Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan
efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak.
Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata.
2. Berpikir dalam gambar: Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir
dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni
menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar
secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus
menunjukkan obyek-obyek tertentu menjadi gambar yang jelas dan
menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Kedua,
penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual
sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
3. Pengoperasian lebih kompleks: Dibandingkan dengan radio siaran, pengope-
rasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang.
Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk
mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang
terampil dan terlatih (Ardianto & Erdinaya, 2006).
Pesan yang disampaikan media televisi memerlukan
pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah sebagai berikut (Ardianto &
Erdinaya, 2006):
1. Pemirsa: Individu yang menggunakan media massa elektronik dalam
memenuhi suatu tujuan tertentu. Jadi, setiap acara yang ditayangkan
2. Waktu: Menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemir-
sa. Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara yang
ditayangkan secara proposional dapat diterima oleh khalayak sasaran.
3. Durasi: Berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan
acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan
tuntutan skrip atau naskah. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena
durasi terlalu singkat.
4. Metode penyajian: Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut
khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah
informasi. Dengan mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan
metode penyajian tertentu dimana pesan non hiburan dapat mengandung
unsur hiburan. Pada umumnya pesan yang mengandung non hiburan kurang
diminati pemirsa.
Salah satu cara yang dapat digunakan media massa televisi adalah
dengan memanfaatkan kemampuan elektronik yang tepat, dan karya artistik
yang baik, memungkinkan penyajian tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi
penontonnya.
Program Televisi
Untuk memperoleh perhatian dari pemirsanya, stasiun televisi setiap
harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan
beragam jenisnya. Pada dasarnya, apa saja bisa dijadikan program untuk
ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audien serta tidak
bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku.
Salah satu penelitian yang pernah dilakukan mengenai penayangan
tersebut adalah “Pengaruh Tayangan Sinetron Religius terhadap Perilaku
Beragama Ibu Rumah Tangga Muslimah (di Desa Kedung Jaya dan Desa Tuk
Kecamatan Kedawung Kabupaten Cirebon), Tesis, Institut Pertanian Bogor,
tahun 2007 yang dilakukan oleh Nurfalah Farida. Penelitian ini menganalisis
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pola menonton tayangan sinetron
religius dan akan mempengaruhi perilaku menonton. Faktor-faktor yang diteliti
adalah karakteristik ibu rumah tangga, karakteristik tayangan sinetron religius
dan kegiatan pendalaman agama. Sementara dari segi tayangan sinetron,
variabel yang diteliti, tema cerita, muatan cerita, kualitas acting, tampilan fisik
Sebuah tayangan, selain tak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan
peraturan yang berlaku, juga harus memperhatikan unsur-unsur lain seperti tema
cerita, muatan cerita, acting, tampilan fisik dan kesesuaian jam tayang.
Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas
mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Berbagai jenis
program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan
jenisnya yaitu: 1) Program informasi (berita) dan 2) Program Hiburan
(entertaintment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu
berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus
segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari
fakta, gosip dan opini. Soft news juga dapat berbentuk perbincangan (talk show)
(Pane, 2003).
Talk show adalah sebuah pertunjukkan yang dipusatkan pada
wawancara-wawancara, dan yang lainnya diselingi dengan penampilan penyanyi atau
pelawak (comedian). Namun, wawancara tetap menjadi sentral dalam talk show
dengan segala tipenya (Pane, 2003).
Menurut Darmanto (1998), talk show adalah acara perbincangan dengan
tukar menukar pendapat, dimana pemimpin acara dapat mengatur dan bertindak
mengambil peran aktif tanpa menarik kesimpulan.
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk
menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program
yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama, pemainan (game), musik,
pertunjukkan (Morissan, 2005).
Program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama
permainan (game show) dan pertunjukkan (Morissan, 2005). Program hiburan
adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam
bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam
kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan (Morissan, 2005).
Variety show
Variety show menurut Bignell (2004) adalah, sebuah program hiburan yang
terdiri dari campuran beberapa program seperti drama, komedi dan musik).
Dalam variety show diberikan tempat untuk berbagai hal.
Karakteristiknya yang terbanyak adalah porsi untuk perbincangan yang
feature, wawancara, drama, dan segala rupa siaran jurnalistik dan model artistik
dapat ditemukan dalam acara variety show (Schwarzmeier, 2011).
Variety show biasa dimulai dengan pembukaan, yang memperdengarkan
lagu pengawal acara, kemudian pembawa acara memberikan penjelasan
mengenai topik yang akan disampaikan. Waktu dalam variety show harus
benar-benar direncanakan, sehingga program dapat mencakup berbagai peristiwa
maupun kegiatan yang telah direncanakan masing-masing waktunya
(Schwarzmeier, 2011).
Efektivitas Komunikasi
Efektivitas menurut Umar (2000) adalah kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat. Untuk efektivitas program televisi, Chu dan Schramm (2004)
mengatakan, efektivitas televisi telah didemonstrasikan dengan baik oleh hampir
lebih dari 100 eksperimen. Kebanyakan hasil laporannya bertumpu pada apa
yang kita kenal dengan “kondisi favorit” dari apa yang dipelajari dari televisi dan
lebih spesifik lagi adalah yang kondisinya lebih disukai dari yang lainnya.
Jadi efektivitas menurut Chu dan Schramm (2004) adalah suatu kondisi
dimana program siaran tersebut lebih disukai dari program lainnya. Menurut
Wiloto (2006) komunikasi efektif bisa pula direalisasikan dengan menjalin
intimate relationship, sehingga memunculkan rasa saling percaya tanpa pamrih.
Sikap saling percaya ini mutlak dibutuhkan, ketika persaingan untuk mencari
dukungan terjadi dengan amat ketat seperti sekarang. Efektivitas komunikasi
juga dapat dijalankan dengan memilih strategi komunikasi yang sesuai dengan
target audience yang akan diraih (Wiloto, 2006).
Adapun Hardjana (2000), mengungkapkan, Efektivitas komunikasi
didefinisikan sebagai berikut:
a) Penerima/pemakai: antara penerima pesan dengan penerima yang dituju,
penerima pesan merupakan obyek yang diharapkan untuk menerima pesan
tersebut.
b) Isi: antara yang diterima atau tersalur dengan yang dimaksudkan, isi pesan
yang diterima memang sesuai dengan yang dimaksud oleh pengirim pesan.
c) Ketepatan waktu: sesuai jadwal atau menyimpang jadwal, pesan yang
dimaksudkan sampai kepada penerima pesan tepat pada waktunya. Artinya,
d) Media: antara saluran yang digunakan dengan saluran yang dimaksud. Media
yang digunakan untuk menyampaikan pesan sesuai dengan kebutuhan dan
diharapkan oleh pengirim pesan dan penerima pesan.
e) Format: antara struktur yang diterima dengan yang dikirim, terdapat
kesesuaian format acara yang dimaksudkan oleh pengirim dan penerima.
f) Sumber: antara orang yang melakukan dengan yang bertanggung jawab.
Artinya ada kejelasan sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan sehingga
pesan yang disampaikan akurat.
Pesan
Pesan (message) terdiri dari dua aspek, yakni isi pesan (The content of
message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Lambang utama
pada film dan televisi adalah gambar (Effendy, 2003). Pesan komunikasi massa
bersifat umum. Oleh karena itu pesan harus diketahui oleh setiap orang.
Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda satu sama lainnya.
Di sini dimensi seni tampak sangat berperan. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Severin dan Tankard (Ardianto & Erdinaya, 2006) bahwa komunikasi massa
adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art) dan sebagian ilmu
(science). Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin media surat kabar,
majalah, radio siaran, televisi dan film dapat memikat perhatian khalayak yang
pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku
komunikan.
Selanjutnya, mengenai bentuk dari isi pesan yang disampaikan media
massa oleh Sari (1993) dikategorikan ke dalam tiga bentuk, yaitu berita,
penerangan, dan hiburan. Pertama, format berita mencakup informasi tentang
jawaban dari pertanyaan yang oleh Wilbur Schramm dengan formula 5W + 1H.
Kedua, format penerangan juga mencakup informasi 5W + 1H, namun dengan
variasi penyajian yang beragam dengan eksplanasi yang lebih jelas dan
memberikan alternatif jawaban bagi permasalahan yang diekspos. Ketiga, format
hiburan yang juga mempunyai banyak variasi, secara implisit menyampaikan
pesan informasi yang ditata sebegitu rupa sehingga berbentuk hiburan yang
berpesan (informative entertainment).
Dengan kata lain televisi sebagai media komunikasi massa dituntut untuk
dapat menyajikan isi pesan yang sesuai dengan tujuan komunikasi yaitu:
informatif (sifatnya memberikan informasi), eksplanatif (yang sifatnya
memberikan hiburan (Wahyudi,1994). Untuk keperluan itulah maka salah satu
cara adalah dengan mengemas acara hiburan, tetapi di dalamnya dapat pula
disisipkan aspek pendidikan sehingga acara-acaranya menjadi bersifat rekreatif
edukatif (Effendy, 1993). Artinya, pesan yang disampaikan tidak hanya bersifat
menghibur semata, tapi lebih jauh lagi. Secara implisit menyampaikan pesan
informatif ini harus ditata sedemikian rupa, dengan menggabungkan unsur
hiburan dengan informasi, sehingga diharapkan dapat menanamkan
pengetahuan, pengertian dan keterampilan bagi penontonnya.
Suatu program berdasar pendapat Wilbur Schramm (1977) yaitu apa yang
ia katakan sebagai condition of success in communication, yakni kondisi yang
harus dipenuhi jika menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan
yang kita kehendaki, maka program tersebut dapat dikatakan efektif jika
pesannya sesuai dengan kondisi yang dirumuskan Wilbur Schramm sebagai
berikut (Schramm & Roberts, 1977):
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
b. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan
beberapa cara untuk memproleh kebutuhan tersebut.
d. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memproleh kebutuhan tadi yang
layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikendaki.
Khalayak Sasaran Media Televisi
Audience
Audience merupakan kumpulan orang-orang yang bertujuan untuk
mendengarkan. Istilah audience berlaku universal dan secara sederhana dapat
diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar,
pemirsa berbagai media atau komponen isinya (McQuail, 1987). Dalam istilah
lainnya, audience juga bisa diartikan sebagai khalayak. Audience memiliki
karakteristik tersendiri, dengan sifat-sifatnya sebagai berikut:
1. Heterogen
Artinya pendengar adalah massa, yaitu sejumlah orang yang sangat banyak.
berbeda. Di samping itu, perbedaan pendengar juga meliputi jenis kelamin,
tingkat pendidikan, frame of reference dan field of experience.
2. Pribadi
Oleh karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, maka isi pesan
akan dapat diterima dan dimengerti apabila sifatnya pribadi sesuai dengan
situasi dimana pendengar itu berada.
3. Aktif
Pendengar televisi aktif, terutama menemui sesuatu yang menarik dari
sebuah stasiun televisi. Mereka akan berpikir dan melakukan interpretasi.
4. Selektif
Pendengar dapat dengan leluasa memilih program dan channel televisi yang
diminati. Begitu banyak stasiun siaran dengan jenis acara siarannya yang
masing-masing berlomba untuk memikat perhatian pendengar. Isi siaran yang
tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sia.
Mengenai kebiasaan menonton televisi, Penelitian Shanti (2008) mengenai
Segmen dan Penilaian Khalayak terhadap Program Komedi di Televisi (Studi
Kasus Acara Extravaganza dan Komedi Betawi) mengungkapkan, bahwa tidak
semua orang memiliki kebiasaan yang sama dalam menonton televisi. Selain itu
juga terdapat faktor-faktor demografi yang mempengaruhi kebiasaan khalayak
dalam menikmati televisi, yaitu usia, jenis kelamin, kelas sosial, dan pendidikan.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa program komedi merupakan
acara yang paling banyak diminati.
Fine et al., 1990; Zillman and Bryant (Santrock, 2003) mengungkapkan
mengenai sebuah penelitian; bahwa perbedaan besar antara individu terdapat
pada segala bentuk penggunaan media remaja.
Selain perbedaan usia yang telah diutarakan, gender, etnis, status
sosial-ekonomi, dan kecerdasan, semuanya berhubungan dengan jenis media apa
yang digunakan, sejauh mana digunakan, dan untuk tujuan apa. Sebagai contoh,
remaja putri lebih banyak menonton televisi dan mendegar musik dibandingkan
dengan remaja putra; remaja Afrika-Amerika lebih banyak menonton televisi dan
mendengar musik dibandingkan remaja kulit putih, dengan remaja putri
Arika-Amerika yang paling banyak menonton TV dan mendengar musik (Greenberg,
1998 dalam Santrock, 2003). Remaja yang lebih cerdas dan remaja yang berasal
dari keluarga kelas menengah lebih cenderung membaca koran dan majalah
remaja yang kurang cerdas dan remaja dengan latar belakang pendapatan
rendah (Chafee & Yang, 1990 dalam Santrock, 2003).
Penelitian lainnya yang pernah dilakukan Napitupului dengan judul
penelitian “Efek Tayangan Sulanjana di Megaswara TV dalam Pelestarian
Kebudayaan Lokal (kasus Desa Babakan RW. 01 Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor),” Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, tahun 2011,
menekankan kepada karakteristik individu dalam menerima tayangan Sulanjana
sehingga akan berpengaruh kepada efek yang dihasilkan dari tayangan
berdasarkan karakteristik individu. Karakteristik individu tersebut adalah selective
attention, selective perception, selective retention, penyesuaian diri, dan
motivasi.
Dalam penelitian efektivitas variety show program KB melalui media televisi
lebih menekankan pada unsur-unsur dalam tayangan yang dapat menarik
perhatian pemirsa sehingga memberikan dampak, jadi lebih menekankan
bagaimana media membuat sebuah program yang menarik untuk memberi
dampak baik itu informasi, edukasi, eksplanasi dan entertainment.
Menurut Kuswandi (1996), ada tiga dampak yang ditimbulkan yaitu:
a. Dampak Kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap
dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan
pengetahuan bagi pemirsa.
b. Dampak peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayang-
kan televisi.
c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa
sehari-hari.
Generasi Remaja
Menurut Sarwono (2002), Pedoman umum batasan usia remaja adalah
usia 11 hingga 24 tahun dan belum menikah. Untuk remaja Indonesia terdapat
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai nampak (kriteria fisik).
2. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh,
baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi
3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan
jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity). Tercapainya fase genital
dari perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (kriteria psikologik).
4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi peluang
bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri
pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa
(secara adat/tradisi). Dengan perkataan lain, orang yang sampai batas usia 24
tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun
psikologi, masih dapat digolongkan remaja. Golongan ini cukup banyak
terdapat di Indonesia. Terutama dari kalangan masyarakat kelas menengah
ke atas yang mempersyaratkan berbagai hal (terutama pendidikan
setinggi-tingginya) untuk mencapai kedewasaan.
Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan, karena arti
perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh.
Seorang yang sudah menikah pada usia berapapun dianggap dan diperlakukan
sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan
masyarakat dan keluarga. Dalam penelitian ini, mendifinisikan remaja dibatasi
khusus untuk yang belum menikah.
Program Keluarga Berencana
Definisi Keluarga BerencanaKeluarga Berencana atau Family Planning menurut WHO “An Expert
Committee” (Chandra, 2006) adalah usaha menolong individu atau pasangan
antara lain untuk:
1. Mencegah terjadinya kelahiran yang tidak dikehendaki atau sebaliknya bagi
pasangan yang menginginkan anak.
2. Mengatur interval waktu kehamilan.
3. Mengontrol waktu kelahiran berhubungan dengan usia orang tua.
4. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana
Ruang lingkup program Keluarga Berencana yang modern menurut
Chandra (2006), tidak hanya sebatas definisi, tetapi juga melaksanakan program
sterilisasi, pendidikan seks, screening test, pada kelainan patologis sistem
reproduksi, konsultasi sebelum dan sesudah perkawinan, mengajar masyarakat
Tujuan Program
Tujuan umum program Keluarga Berencana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, yang merupakan juga tujuan nasional pada
umumnya, dilalui dengan upaya khususnya penurunan tingkat kelahiran untuk
menuju suatu norma keluarga kecil, sebagai jembatan meningkatkan kesehatan
ibu, anak, anggota keluarga lainnya menuju suatu keluarga atau masyarakat
bahagia sejahtera. Secara singkatnya tujuan gerakan Keluarga Berencana
adalah
- Tujuan kuantitatif adalah untuk menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan
pendududuk, dan
- Tujuan kualitatif adalah untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil yang
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Adapun untuk tujuan khusus, program Keluarga Berencana adalah:
- Untuk meningkatkan cakupan program, baik dalam arti cakupan luas daerah,
maupun cakupan penduduk usia subur yang memakai metoda kontrasepsi.
- Meningkatkan kualitas (dalam arti lebih efektif) metoda kontrasepsi yang
dipakai dengan demikian akan meningkatkan pula kelangsungan pemakaian
metode kontrasepsi termasuk pemakaian metoda kontrasepsi untuk tujuan
menunda, menjarangkan dan menghentikan kelahiran.
- Menurunkan kelahiran.
- Mendorong kemandirian masyarakat dalam melaksanakan Keluarga
Berencana, sehingga norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
(NKKBS) bisa menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat.
- Meningkatkan kesehatan khususnya ibu dan anak, sebab:
a.
Kehamilan sebelum umur 18 tahun dan sesudah 35 tahun akanmeningkatkan risiko ibu dan anak.
-
Setiap tahun lebih dari setengah juta ibu meninggal akibat kehamilandan persalinannya, di seluruh dunia.
-
Kehamilan sebelum umur 18 tahun, sering menghasilkan bayi beratbadan lahir rendah dan risiko juga bagi kesehatan bayi dan ibunya.
-
Kehamilan setelah umur 35 tahun, risiko terhadap bayi dan ibunyameningkat lagi. Termasuk juga risiko mendapat bayi dengan Sindrom
b.
Risiko kematian anak meningkat sekitar 50% jika jaraknya kurang dari 2tahun.
- Untuk kesehatan ibu dan anak, sebaiknya jarak anak tidak kurang dari 2
tahun.
- Jarak yang pendek, seringkali menyebabkan gangguan tumbuh
kembang pada anak. Anak terlalu cepat disapih dari ASI, ibu tidak
sempat lagi untuk menyiapkan makanan khusus buat anaknya dan
perhatian serta kasih sayang juga kurang. Kecerdasan anak juga lebih
rendah, karena kurangnya stimulasi mental.
- Ibu perlu waktu untuk mengembalikan kesehatan dan energinya untuk
kehamilan berikutnya. Agar ibu tidak melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah dan mengurangi komplikasi pada ibu akibat
kehamilannya.
c.
Mempunyai anak lebih dari empat akan meningkatkan risiko pada ibu danbayinya.
- Pada ibu yang sering hamil, lebih-lebih dengan jarak yang pendek, akan
menyebabkan ibu terlalu payah akibat dari hamil, melahirkan, menyusui,
merawat anak-anaknya terus-menerus.
- Risiko lainnya adalah anemia pada ibu, risiko pendarahan, mendapatkan
bayi cacat, bayi berat lahir rendah dan sebagainya (Soetjiningsih, 1995).
Sasaran Program
Secara langsung sasaran program ditujukan terhadap pasangan usia subur
(PUS). Pada awal terbentuknya BKKBN, sasaran terutama ditujukan kepada
keluarga yang mempunyai banyak anak, jadi tujuannya adalah untuk
menghentikan kelahiran anak selanjutnya. Kemudian program juga ditujukan
pada PUS yang lebih muda baik untuk menunda maupun menjarangkan
kelahiran dan disarankan untuk tidak melahirkan sebelum umur 18 tahun dan
setelah umur 35 tahun.
Dalam perkembangan selanjutnya sasaran program juga ditujukan pada
anggota masyarakat yang potensial, yang secara tidak langsung dapat
mendukung pelaksanaan program yaitu para pemuka agama, pemuka
Media seperti televisi memiliki daya tarik yang kuat, salah satunya adalah
karena programnya dirancang sedemikian rupa agar menarik minat pemirsanya.
Dibandingkan dengan media lainnya, media televisi mempunyai kelebihan yaitu
dapat langsung dilihat dan didengar. Gambar yang ditampilkannya begitu nyata
dan langsung seolah menyajikan peristiwa yang sedang terjadi langsung ke
setiap rumah para pemirsa dimanapun mereka berada
.
Televisi memberikangambar hidup seolah-olah kita berada dalam keadaan tersebut. Gambar ini
merupakan visual bergerak yang mampu menimbulkan kesan mendalam pada
penonton.
Media televisi, salah satunya adalah bersifat langsung, tidak berbelit-belit.
Oleh karena keistimewaan televisi tersebut, menyebabkan televisi dianggap lebih
efektif dalam penyampaian pesan kepada khalayak. Melalui saluran televisi,
variety show Keluarga Berencana BKKBN, diharapkan mampu menarik perhatian
serta memberi dampak pada kalangan remaja khususnya, agar dapat
mengetahui, memahami serta melaksanakan program keluarga Berencana.
Unsur-unsur komunikasi massa dalam hal ini adalah komunikator, pesan,
media, komunikan dan efek. Komunikator memiliki daya tarik tersendiri dalam
menyampaikan pesan, karenanya acara televisi mempertimbangkan salah satu
faktor tersebut dalam menyiarkan acaranya. Komunikator dapat dilihat dari
kredibilitasnya, yang terdiri dari dua unsur yakni expertise (keahlian) dan
trustworthiness (dapat dipercaya). Bila media massa ingin menampilkan kolom
atau narasumber dalam acara talk show tentang politik, tentu dia akan memilih
pakar politik. Unsur lain dalam persyaratan menjadi komunikator yaitu
acceptability.
Demikian halnya dengan pesan, pesan harus dirancang sedemikian rupa
agar sampai kepada pemirsa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu
perlu dilakukan perencanaan yang matang agar pesan tersebut dikemas sesuai
dengan khalayak sasarannya. Pesan harus menggunakan lambang-lambang
yang sama dengan khalayak sasaran. Di samping itu, pesan juga harus mampu
membangkitkan kebutuhan pribadi khalayak sasaran. Pesan dirancang dengan
mengisyaratkan untuk mudah diperoleh atau dilakukan pada situasi dimana
Seperti telah disinggung pada awal kalimat bahwa, televisi memiliki daya
tarik yang kuat bagi pemirsanya dibandingkan dengan media lain. Namun
demikian, masing-masing televisi memiliki persaingan dalam hal menyiarkan
program acaranya, Salah satunya adalah variety show. Variety show menurut
Bignell (2004) adalah sebuah program hiburan yang terdiri dari campuran
beberapa program seperti drama, komedi dan musik. Lebih lengkap lagi,
Schwarzmeier (2011) mengungkapkan bahwa, Variety show, terdiri dari berita,
laporan (reportase), komentar, feature, wawanc