• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstraksi Senyawa Gingerol dari Rimpang Jahe dengan Metode Maserasi Bertingkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekstraksi Senyawa Gingerol dari Rimpang Jahe dengan Metode Maserasi Bertingkat"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKSI SENYAWA GINGEROL DARI RIMPANG JAHE

DENGAN METODE MASERASI BERTINGKAT

FATIA TRIRIZQI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Ekstraksi Senyawa Gingerol dari Rimpang Jahe dengan Metode Maserasi Bertingkat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FATIA TRIRIZQI. Ekstraksi Senyawa Gingerol dari Rimpang Jahe dengan Metode Maserasi Bertingkat. Dibimbing oleh ERLIZA NOOR.

Jahe (Zingiber officinale) adalah rempah penting yang banyak digunakan baik pada industri makanan, minuman dan farmasi. Komponen bioaktif jahe yang diekstrak adalah 6-, 8-, 10-gingerol dan 6-shogaol. Penelitian ini bertujuan membuat ekstrak jahe dengan metode maserasi bertingkat menggunakan 3 pelarut, yaitu heksana, etil asetat dan etanol dan perlakuan waktu yang berbeda. Pengukuran dilakukan terhadap ekstrak jahe dan rendemen bioaktif. Analisis proksimat serbuk jahe kering menunjukkan kadar karbohidrat yang tinggi. Ekstrak jahe tertinggi diperoleh saat menggunakan pelarut etanol selama 6 jam dan kandungan senyawa bioaktif tertinggi diperoleh saat ekstraksi menggunakan pelarut heksana selama 6 jam namun kadar masing-masing senyawa bioaktif tertinggi diperoleh pada jenis pelarut dan waktu ekstrak yang berbeda. Kadar senyawa 6-, 8-, 10-gingerol dan 6-shogaol tertinggi berhasil diekstrak secara berurutan 24%, 32%, 46% dan 29%.

Kata kunci: jahe, gingerol, maserasi bertingkat

ABSTRACT

FATIA TRIRIZQI. Extraction Gingerol Compounds from Ginger Rhizome with Multistage Maceration Method. Supervised by ERLIZA NOOR.

Ginger (Zingiber officinale) is important spice that use for food, drink, pharmacy industries. The extracted bioactive components are 6-, 8-, 10-gingerol dan 6-shogaol. The purpose of this research was to make ginger extract with multistage maceration and different time treatments. Measurement done to ginger extract and bioactive yield. The proximate analysis of ginger dried powder showed that high carbohydrate content. Moreover, the highest ginger extract obtained when 6 hours extraction by ethanol solvent. The highest bioactive compound content obtained when 6 hours extraction by hexane solvent. Nevertheless each of the highest bioactive compound content obtained by different type of solvent and time. The content of , 8-, 10- gingerol and 6-shogaol are 24%, 32%, 46%, and 29%, respectively.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

EKSTRAKSI SENYAWA GINGEROL DARI RIMPANG JAHE

DENGAN METODE MASERASI BERTINGKAT

FATIA TRIRIZQI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Ekstraksi Senyawa Gingerol dari Rimpang Jahe dengan Metode Maserasi Bertingkat

Nama : Fatia Tririzqi NIM : F34090027

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Erliza Noor Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr-Ing Ir Suprihatin Plh. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Juli 2013 ini ialah ekstraksi jahe, dengan judul Ekstraksi Senyawa Gingerol dari Rimpang Jahe dengan Metode Maserasi Bertingkat.

Penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya kepada

1. Prof. Dr. Ir Erliza Noor selaku dosen pembimbing yang selalu memberi masukan, arahan dan bimbingannya kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian tugas akhir ini.

2. Ibu Egnawati, Ibu Rini dan seluruh laboran Departemen TIN yang membantu selama penelitian.

3. Ibu, Bapak, Umi, kakak-kakak dan adik tercinta atas doa dan cintanya.

4. Syarifah Aini, Liza Harmi, Nina Jusnita, Lisa Silvia, Nur Faizah atas bantuan dan dukungannya.

5. Fanty Rachmah, Aulia Anggraini, Agus Nurjani, Ariska Duti dan keluarga besar TIN 46 atas kekompakannya.

6. Mina Ervani dan penghuni Wisma Cantik Bara 4 atas canda tawanya

7. Seluruh teman-teman dan pihak yang turut membantu dan mendukung penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Analisis Proksimat Serbuk Jahe 4

Komponen Bioaktif Jahe 4

Komponen Bioaktif Serbuk Jahe Kering 5

Maserasi Bertingkat 6

Rendemen Ekstrak Kasar 6

Komponen Bioaktif Ekstrak Jahe 8

Persentasi Ekstraksi 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi pelarut yang digunakan dalam kolom HPLC 4

2 Analisis proksimat serbuk jahe kering 4

3 Nama rantai gingerol dan jumlah karbon atomnya 5 4 Nama rantai shogaol dan jumlah karbon atomnya 5 5 Karakteristik pelarut heksana, etil asetat dan etanol 7

6 Perbandingan hasil rendemen ekstrak kasar 8

DAFTAR GAMBAR

1 Skema pembuatan serbuk jahe kering 3

2 Skema ekstraksi jahe 3

3 Gingerol 5

4 Shogaol 5

5 Konsentrasi senyawa aktif pada serbuk jahe kering 6

6 Rendemen ekstrak kasar 7

7 Konsentrasi 6-gingerol pada ekstrak jahe 8

8 Konsentrasi 8-gingerol pada ekstrak jahe 9

9 Konsentrasi 10 gingerol pada ekstrak jahe 9

10 Konsentrasi 6-shogaol pada ekstrak jahe 10

11 Persentasi ekstraksi senyawa 6-gingerol 10

12 Persentasi ekstraksi senyawa 8-gingerol 11

13 Persentasi Ekstraksi Senyawa 10-gingerol 11

14 Persentasi Ekstraksi Senyawa 6-shogaol 11

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat Indonesia memanfaatkan tanaman obat tradisional sebagai salah satu pengobatan yang tidak membahayakan tubuh. Penggunaan tanaman obat tradisional meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif penggunaan obat sintetik. Satu di antara tanaman obat yang sering digunakan adalah jahe (Zingiber officinale). Jahe mengandung minyak atsiri yang bersifat menghangatkan tubuh. Selain itu kandungan oleoresin jahe akan memberikan rasa pedas.

Produksi jahe Indonesia tahun 2011 mencapai 94 745 159 kg (BPS 2012) dan merupakan komoditas tanaman obat-obatan yang diandalkan setiap tahunnya. Oleh karena itu penggunaan jahe harus dikembangkan tidak hanya sebagai sediaan obat biasa melainkan menjadi sediaan obat yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Jahe diketahui memiliki aktivitas analgesik, antiaggregan, antialkohol, antiallergik, antimikroba, antikanker, antidepresan, antiedemik, antiemetik, antiinflamasi, antimutagenik, antinarkotik, antioksidan, antiserotonigenik, antipiretik, antitrombik, antitusif, immunostimulan (Duke et al. 2002).

Nilai ekonomi tanaman ini terletak pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe digunakan dalam bentuk jahe segar ataupun jahe olahan. Jahe segar digunakan sebagai rempah obat tradisional. Jahe olahan dapat berupa jahe kering, jahe asin, jahe dalam sirup, jahe kristal, bubuk jahe, minyak atsiri dan oleoresin.

Komponen bioaktif yang dapat ditemukan dalam jahe antara lain gingerol, shogaol dan paradol. Gingerol memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Penggunaan gingerol di industri salah satunya ialah dalam crosslinking pati untuk mengikatsilangkan rantai karbon pada pati. Oleh karena itu ekstraksi gingerol dan shogaol dari jahe merupakan hal yang menarik untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

Gingerol perlu diekstrak karena senyawa murni dari jahe akan lebih mudah untuk diketahui aktivitas biologinya. Diperlukan metode ekstraksi terbaik untuk mendapatkan senyawa gingerol dari jahe.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan ekstrak dengan rendemen tertinggidari pelarut berpolaritas berbeda dan mengetahui persentasi ekstraksi senyawa gingerol.

Ruang Lingkup Penelitian

(12)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2013 di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan dan Laboratorium Teknik Kimia, Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jahe (Zingiber officinale) yang dipanen pada umur 9 bulan diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka IPB, pelarut heksana, etil asetat, etanol, kertas saring dan standar gingerol.

Alat

Peralatan yang digunakan untuk maserasi adalah blender, labu erlenmeyer, magnet stirrer, rotary evaporator, hot plate, neraca analitik, pompa vakum. Peralatan yang digunakan untuk analisis konsentrasi senyawa gingerol adalah HPLC (Shimpack ODS VP C18 150Lx4.6).

Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap ekstraksi dan tahap analisis. Tahap persiapan adalah tahap pembuatan serbuk jahe kering. Jahe kering didapatkan dari jahe segar yang dicuci bersih, diiris tipis dengan ketebalan 50 mm, dikeringkan dengan sinar matahari selama 2 hari, selanjutnya dihaluskan dengan blender hingga didapatkan serbuk jahe dengan ukuran 50 mesh. Rendemen serbuk jahe kering dihitung berdasarkan pada persentase antara bobot serbuk jahe yang didapat dengan bobot rimpang jahe awal yang digunakan. Tahap persiapan dilakukan seperti skema yang ditunjukkan pada Gambar 1. Serbuk jahe dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan utama dalam serbuk jahe kering. Prosedur analisis proksimat dapat dilihat pada Lampiran 1.

(13)

3 ruang. Ekstrak kemudian dianalisis dengan HPLC (Shimpack ODS VP C18 150Lx4.6). suhu kolom oven 40 C. panjang gelombang 280nm dan laju alir gerak 1 ml/menit. Pelarut yang digunakan dalam kolom C-18 adalah air (fase diam) dan asetonitril (fase gerak).Komposisi air dan asetonitril yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 1.

Gambar 1 Skema pembuatan serbuk jahe kering

(14)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Serbuk Jahe

Komposisi kimia jahe sudah diketahui sejak lama. Komponen-komponen yang bertanggung jawab atas rasa pedas dan tajam, yaitu gingerol, gingerdiol, dan shogaol, membentuk oleoresin sebanyak 8% (Ramji 2007). Gingerol memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Penggunaan gingerol di industri salah satunya ialah dalam crosslinking pati untuk mengikatsilangkan rantai karbon pada pati (Kikuzaki 2000). Oleh karena itu ekstraksi gingerol dari jahe merupakan hal yang menarik untuk dilakukan.

Pada tahap persiapan didapatkan bobot serbuk jahe kering sebanyak 3.71 kg. Dari bobot jahe segar sebanyak 35.5 kg. Sehingga rendemen yang didapatkan ialah 10.45%. Rendemen serbuk jahe kering berhubungan dengan kadar air yang terkandung pada kadar air rimpang. Kandungan air pada rimpang akan teruapkan selama pengeringan. Analisis proksimat dilakukan pada serbuk jahe kering mengetahui kandungan utama dalam serbuk jahe kering. Hasil analisis proksimat serbuk jahe kering ditunjukkan pada Tabel 2.

Analisis proksimat menunjukkan kadar karbohidrat by difference sebesar 67.69%. Hal ini sesuai dengan Koswara (1995) yang menyebutkan bahwa dalam 100 gram jahe kering terdapat 70 gram karbohidrat.

Komponen Bioaktif Jahe

Komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak jahe antara lain gingerol, shogaol, paradol dan yang lainnya. Komponen fenolik ini bertanggung jawab terhadap flavor jahe. Gingerol atau 1-(3’-metoksi-4’ -hidroksifenil)-5-hidroksialkan-3-ones memiliki rantai samping yang variatif. Rantai samping senyawa gingerol yang telah diidentifikasi adalah (3)-,(4)-,(5)-,(6)-,(8)-,(10)-, dan

Tabel 2 Analisis proksimat serbuk jahe kering

Kadar Nilai (%)

Tabel 1 Komposisi pelarut gradien yang digunakan dalam kolom HPLC

Waktu (menit) Air (%) Asetonitril (%)

0 60 40

10 60 40

(15)

5 (12)-gingerol memiliki karbon atom berturut-turut 7, 8, 9, 10, 12, 14, dan 16 (Araona et al 1999). Struktur molekul dan penamaan rantai karbon gingerol ditunjukkan pada Gambar 3 dan Tabel 3.

Selama proses pengolahan jahe seperti pengeringan dan penyimpanan akan mengubah gingerol menjadi shogaol. Tingkat kepedasan jahe akan berkurang karena perubahan tersebut. homolog-homolog shogaol yang telah diketahui antara lain (1)-, (4)-, (6)-, (14)-, dan (19)-shogaol. Struktur molekul dan penamaan rantai karbon shogaol ditunjukkan pada Gambar 4 dan Tabel 4.

Komponen Bioaktif Serbuk Jahe Kering

Konsentrasi senyawa tertinggi pada serbuk jahe ialah 6-gingerol kemudian 10-gingerol, 6-shogaol dan konsentrasi senyawa terendah ialah 8-gingerol. Fathona (2011) mengemukakan bahwa kandungan , 8-, 10-gingerol dan 6-shogaol jahe emprit ialah 22.57, 4.73, 6.68 dan 2.24 mg/g sedangkan hasil

Gambar 3 Gingerol

Tabel 3 Nama rantai gingerol dan jumlah karbon atomnya

n nama

4 (6)-gingerol 6 (8)-gingerol 8 (10)-gingerol

Gambar 4 Shogaol

Tabel 4 Nama rantai shogaol dan jumlah karbon atomnya

n nama

(16)

6

penelitian ini menunjukkan kandungan 6-, 8-, 10-gingerol dan 6-shogaol ialah 11.73, 1.55, 2.49, dan 2.10 mg/g secara berturut-turut. Kadar 6-, 8-, 10-gingerol lebih besar daripada kadar 6-shogaol karena gingerol bersifat termostabil. Gingerol bisa saja berubah menjadi zingeron dan heksanal melalui reaksi retroaldol serta menjadi shogaol melalui dehidrasi pada pemanasan di atas 200°C (Purseglove et al. 1981). Selain itu kadar gingerol jahe juga meningkat seiring dengan bertambahnya usia panen rimpang jahe (Vernin dan Parkanyi 2005). Komponen senyawa aktif pada serbuk jahe kering ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Konsentrasi senyawa aktif pada serbuk jahe kering Maserasi Bertingkat

Serbuk jahe kering diekstrak dengan metode maserasi bertingkat sesuai dengan metode Fathia (2011) dan modifikasi pada volume pelarut yang digunakan, waktu ekstraksi dan kecepatan putaran yang digunakan. Fathia (2011) mendapatkan rendemen ekstrak heksana sebanyak 3.57%, rendemen ekstrak etil asetat sebanyak 3.17%, dan ekstrak etanol sebanyak 3.02%. Waktu ekstraksi dan kecepatan putaran yang digunakan pada penelitian ini merujuk pada metode Ramadhan dan Phaza (2010), yang mendapatkan oleoresin jahe 12.65% pada ekstraksi menggunakan pelarut etanol pada suhu 40°C selama 6 jam dengan kecepatan putaran 450 rpm.

Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk jahe dalam pelarut. Prinsip metode maserasi yaitu terjadinya peristiwa leaching pada komponen aktif dalam bahan yang memiliki sifat kelarutan yang sama dengan pelarut yang digunakan (Singh 2008). Maserasi yang berulang untuk memperoleh ekstrak yang semakin banyak. Metode ini tergolong metode konvensional namun masih populer digunakan karena kemudahan pengerjaan dan biaya pengerjaan yang cukup murah dibandingkan metode lainnya (Yang et al. 2010). Maserasi bertingkat merupakan metode ekstraksi bertahap dengan menggunakan pelarut yang berbeda.

Rendemen Ekstrak Kasar

(17)

7 meningkat seiring dengan peningkatan tingkat ekstraksi. Namun rendemen ekstrak kasar yang diperoleh selama ekstraksi 4 jam lebih kecil dibandingkan ekstraksi selama 3 dan 6 jam. Hal ini disebabkan oleh kepolaran pelarut yang digunakan.

Ekstraksi dapat dilakukan menggunakan pelarut dengan polaritas yang berbeda untuk memperoleh komponen terlarut pada kisaran yang luas (Cowan 1999). Sifat komponen yang akan diekstrak bergantung pada polaritas, termostabilitas dan pH. Sifat pelarut yang akan digunakan bergantung pada polaritas, toksisitas, kemudahan terbakar, reaktivitas, ketersediaan dan harga. Berdasarkan perbandingan polaritasnya, heksana tergolong sebagai pelarut non polar, etil asetat tergolong sebagai pelarut semi polar dan etanol tergolong sebagai pelarut polar (Carey dan Sundberg 2007). Derajat polaritas bergantung pada

ketetapan dielektrik (ε), semakin besar tetapan dielektrik semakin polar pelarut tersebut. Tabel 5 menunjukkan karakteristik pelarut yang digunakan.

Ekstrak kasar mengandung minyak atsiri dan komponen-komponen resin yang larut dalam pelarut yang digunakan. Komponen resin di antaranya komponen bioaktif yang memberikan rasa pedas, warna, fixed oil, dan resin alami (Koswara 1995). Komponen minyak atsiri seperti zingiberol yang terkandung di dalam jahe termasuk golongan terpen yang memiliki polaritas mendekati etanol sedangkan komponen bioaktif seperti gingerol dan shogaol bersifat non-polar. Sehingga ekstraksi menggunakan etanol akan mendapatkan lebih banyak ekstrak kasar dibandingkan ekstraksi menggunakan heksana maupun etil asetat.

Gambar 6 Rendemen ekstrak kasar

Hasil rendemen ekstrak kasar yang diperoleh penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Namun bila dibandingkan Anam (2010), rendemen ekstrak kasar yang diperoleh penelitian ini lebih kecil, hal ini bisa saja terjadi karena rendemen ekstrak kasar yang dihasilkan dari suatu

Tabel 5 Karakteristik pelarut heksana, etil asetat dan etanol Pelarut Td (°C) Kelarutan dalam air (%) Ketetapan dielektrik (ɛ)

Heksana 69 <0.01 1.9

Etil asetat 77 80 6.0

Etanol 78 Sangat larut 24.5

(18)

8

ekstraksi dipengaruhi beberapa hal, misalnya ukuran serbuk jahe, pelarut yang digunakan, waktu ekstraksi, suhu ekstraksi, metode yang digunakan dan rasio bahan : pelarut. Tabel 6 menunjukkan perbandingan hasil rendemen kasar yang diperoleh pada penelitian sebelumnya.

Tabel 6 Perbandingan hasil rendemen ekstrak kasar

Peneliti Tahun Ukuran

Ekstrak jahe yang diperoleh dari maserasi bertingkat diuji komposisi kandungan 6-, 8-, 10- gingerol dan 6 shogaol. Konsentrasi 6-gingerol pada ekstrak heksana meningkat seiring peningkatan durasi ekstraksi.Sedangkan konsentrasi 6-gingerol pada ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat durasi 4 jam menurun dari durasi 3 jam dan kemudian meningkat pada durasi ekstraksi 6 jam.

Selanjutnya pada ekstraksi menggunakan pelarut etanol konsentrasi 6-gingerol mengalami peningkatan pada seiring peningkatan durasi ekstraksi. Konsentrasi senyawa 6-gingerol tertinggi diperoleh pada ekstrak menggunakan pelarut heksana durasi 6 jam, yaitu 2.81 mg/g serbuk sedangkan konsentrasi terendahnya diperoleh pada ekstrak tingkat ketiga durasi waktu 3 jam, yaitu 0.04 mg/g serbuk. Perubahan konsentrasi 6-gingerol pada berbagai tingkat dan waktu ekstraksi ditunjukkan pada Gambar 7.

(19)

9 Serupa dengan konsentrasi senyawa 6-gingerol, konsentrasi senyawa 8-gingerol pada ekstrak heksanamengalami peningkatan seiring peningkatan durasi. Sedangkan konsentrasi senyawa 8-gingerol ekstrak etil asetat dan etanol durasi 4 jam menurun dari durasi 3 jam dan konsentrasinya meningkat saat durasi 6 jam.

Konsentrasi senyawa 8-gingerol tertinggi diperoleh pada ekstrak heksana durasi waktu 6 jam, yaitu 0.50 mg/g serbuk, sedangkan konsentrasi terendahnya diperoleh pada ekstrak etanol durasi waktu 4 jam, yaitu 0.03 mg/g serbuk. Perubahan konsentrasi 8-gingerol pada berbagai tingkat dan durasi ekstraksi ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Konsentrasi 8-gingerol pada ekstrak jahe

Perubahan konsentrasi 10-gingerol pada berbagai tingkat dan waktu ekstraksi ditunjukkan pada Gambar 9. Konsentrasi senyawa 10-gingerol pada ekstrak heksana meningkat seiring peningkatan durasi. Sedangkan konsentrasi senyawa 8-gingerol pada ekstrak etil asetat dan etanol durasi 4 jam menurun dari durasi 3 jam dan konsentrasinya meningkat saat durasi 6 jam.

Konsentrasi tertinggi senyawa 10-gingerol juga diperoleh ekstrak heksana pada durasi 6 jam, yaitu 1.16 mg/g serbuk dan konsentrasi terendahnya saat ekstraksi menggunakan etanol pada durasi 4 jam, yaitu 0.04 mg/g serbuk.

Gambar 9 Konsentrasi 10 gingerol pada ekstrak jahe

(20)

10

dan etanol durasi 4 jam menurun dari durasi 3 jam dan konsentrasinya meningkat saat durasi 6 jam. Konsentrasi tertinggi senyawa 6-shogaol juga diperoleh pada ekstrak heksana durasi 4 jam, yaitu 0.62 mg/g serbuk dan konsentrasi terendah diperoleh saat ekstraksi tingkat ketiga durasi 4 jam, yaitu 0.02 mg/g serbuk. Perubahan konsentrasi 6-shogaol pada berbagai tingkat dan waktu ekstraksi ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Konsentrasi 6-shogaol pada ekstrak jahe

Secara umum konsentrasi senyawa bioaktif tertinggi diperoleh ekstrak heksana dan konsentrasi terendahnya diperoleh pada ekstrak etanol. Hal ini disebabkan oleh penggunaan heksana pada ekstraksi tingkat pertama. Heksana yang bersifat nonpolar akan lebih mudah mengekstrak senyawa bioaktif. Di ekstraksi tingkat kedua penggunaan etil asetat sebagai pelarut mampu mengekstrak hanya sebagian kecil komponen bioaktif.

Persentasi Ekstraksi

Persentasi ekstraksi dihitung dari perbandingan kandungan komponen bioaktif yang terdapat dalam ekstrak dengan total kandungan komponen bioaktif yang terdapat dalam serbuk. Ekstraksi senyawa 6-gingerol terbesar didapatkan pada ekstraksi menggunakan heksana dengan durasi 6 jam, yaitu sebesar 23.96%. Persentasi ekstraksi senyawa 6-gingerol ditunjukkan pada Gambar 11. Ekstraksi senyawa 8-gingerol terbesar didapatkan pada ekstraksi meggunakan heksana dengan durasi 6 jam sebesar 32.39%. Persentasi ekstraksi senyawa 8-gingerol ditunjukkan pada Gambar 12.

(21)

11

Gambar 12 Persentasi ekstraksi senyawa 8-gingerol

Ekstraksi senyawa 10-gingerol terbesar didapat pada ekstraksi menggunakan pelarut heksana dengan durasi 6 jam sebesar 46.62%. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 13. Persentasi ekstraksi terbesar senyawa 6-shogaol didapatkan pada ekstraksi menggunakan heksana dengan durasi 6 jam sebesar 29.37%. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 14. Persentasi ekstraksi keempat senyawa diperoleh pada saat ekstraksi yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan masing-masing senyawa diperlukan metode ekstraksi yang berbeda juga. Ekstraksi senyawa 10-gingerol merupakan persentasi ekstraksi terbesar dibandingkan 3 senyawa lainnya.

Gambar 13 Persentasi ekstraksi senyawa 10-gingerol

(22)

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konsentrasi senyawa tertinggi pada serbuk jahe kering ialah 6-gingerol, kemudian 10-gingerol, 6-shogaol dan konsentrasi senyawa terendah ialah 8-gingerol dengan nilai berturut-turut 11.73 mg/g, 2.9 mg/g, 2.10 mg/g dan 1.55 mg/g.

Rendemen ekstrak kasar terbaik diperoleh saat ekstraksi menggunakan pelarut etanol 6 jam yaitu 15%. Senyawa aktif yang terkandung dalam jahe dapat diekstrak dengan metode yang berbeda. Ekstraksi senyawa 6-, 8-, 10-gingerol tertinggi terjadi saat ekstraksi 6 jam menggunakan pelarut heksana, yaitu masing- masing 24%, 32%, dan 46%. Sedangkan ekstraksi senyawa 6-shogaol tertinggi terjadi saat ekstraksi 4 jam menggunakan pelarut heksana, yaitu 29%.

Saran

Perlu dilakukan analisis sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan untuk mendukung karakteristiknya yang lebih spesifik.

DAFTAR PUSTAKA

Anam, C. 2010. Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale) Kajian dari Ukuran Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu. Jurnal Pertanian MAPETA, Vol XII. No 2. 72-144.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists International. 1995. Official Methods of Analysis of AOAC International. Maryland (US). AOAC International.

Araona K, Elisabetsky E, Farnsworth N, Fong H, dan Hargono D. 1999. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants Volume 1. World Health Organization. Geneva

[BPS] Badan Pusat Statisik. 2012. Produksi tanaman obat-obatan menurut provinsi. Jakarta (ID).

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Bumbu dan Rempah-rempah: Penentuan Kadar Air (Metode Pemisahan dan Cara Penyulingan) SNI 01-3181-1992. Jakarta (ID)

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Bumbu dan Rempah-rempah, Penentuan Abu Total SNI 01-3187-1992. Jakarta (ID)

Carey FA dan Sundberg RJ. 2007. Advance Organic Chemistry. Fifth edition.Virginia (US). Springer.

(23)

13 Daryono, ED. 2011. Oleoresin dari Jahe menggunakan Proses Ekstraksi dengan

Pelarut Etanol. Jurnal Teknik Kimia, Vol 6, No 1.

Duke JA, Bogenschutz-Godwin J. duCellier M.J, dan Duke PAK. 2002. Handbook of medicinal herbs second edition. Florida (US). CRC Press. Fathia S. 2011. Aktivitas Antimikroba ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe)

terhadap beberapa bakteri patogen. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Houghton PJ dan Raman A. 1998. Laboratory Handbook for The Fractionation of Natural Extracts. London (GB). Thomson Science Publ.

Kikuzaki H. 2000. Ginger for drug and spice purpose. Di dalam:Herbs, Botanicals and Tea Mazza G dan Oomah BD (Ed). Canada (CN). Technomic.

Koswara. S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta (ID). Pustaka Sinar Harapan.

Purseglove JW, Brown EG, Green CL dan Robbins SRJ. 1981. Spices Volume II. New York (US). Longman Inc.

Ramadhan AE dan Phaza HA. 2010. Pengaruh konsentrasi etanol, suhu dan jumlah stage pada ekstraksi oleoresin jahe (Zingiber officinale rosc) secara batch [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Ramji D. 2007. Isolation of gingerols and shogaols from ginger and evaluation of their chemopreventive activity on prostate cancer cells and anti-inflammatory effect on 12-o-tetradecanoyl-phorbol-13acetate (tpa)-induced mouse ear inflammation [Disertasi]. New Jersey (US): Graduate School New Brunswick Rutgers, The State University of New Jersey.

(24)

14

Lampiran 1 Prosedur pengujian analisis proksimat serbuk jahe kering a) Kadar Air (SNI 01-3181-1992 yang dimodifikasi)

Labu didih dan tabung Bidwell-Sterling dikeringkan dalam oven bersuhu 105°C sebelum digunakan dan didinginkan dalam desikator. Bubuk jahe ditimbang sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam labu didih yang telah dikeringkan dan ditambakan 60-80 ml toluena. Setelah alat dirangkai, refluks pada suhu rendah selama 45 menit kemudian suhunya dinaikkan dan dipanaskan selama 60-90 menit. Volume yang terdestilasi dibaca. Penetapan faktor destilasi diperoleh dengan mengganti sampel ekstrak jahe dengan air (4gram). Kadar air bahan

Faktor destilasi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: W = bobot air yang akan didestilasi (g) V = volume air yang terdestilasi (ml) b) Kadar Abu (SNI 01-3187-1992 yang dimodifikasi)

Cawan dikeringkan dalam oven bersuhu 105°C sebelum digunakan dan didinginkan dalam desikator. Bubuk jahe ditimbang sebanyak 1.5 gram. Sebanyak 2 ml etanol dituang ke dalam cawan dan dibakar sampai etanol habis terbakar. Cawan dipanaskan menggunakan nyala api kecil lalu dipijarkan dalam tanur pada suhu 600°C selama 2 jam. Abu didinginkan dan dibasahi dengan beberapa tetes air, dikisatkan dan dipanaskan kembali dalam tanur selama satu jam pada suhu 600°C. Bila pada pembasahan ternyata abu telah bebas karbon, cawan dipindahkan ke dalam desikator dan dibiarkan dingin dan ditimbang.

Bila pada pembasahan masih terlihat adanya karbon, pembasahan dan pemanasan diulangi sampai tidak terlihat lagi bintik-bintik karbon, lalu cawan dipijarkan kembali dalam tanur selama satu jam.Bila masih terlihat adanya karbon, abu diaduk dengan air panas, disaring dengan kertas saring. Kertas saring dicuci dengan sempurna lalu kertas saring serta isinya dipindahkan ke dalam cawan untuk pengabuan. Cawan dikeringkan dan dipijarkan pada tanur dengan suhu 600°C selama satu jam sampai abu menjadi putih.

Cawan didinginkan, ditambah filtrat, dikisatkan sampai kering pada penangas air. Cawan dipanaskan lagi selama satu jam dalam tanur dengan suhu 600°C, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu contoh dihitung dengan rumus sebagai berikut

adar bu

(25)

15 M1 = bobot cawan dan contoh (g)

M2 = bobot cawan dan abu (g)

H = kadar air contoh (%) c) Kadar Protein (AOAC 1995)

Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode mikro-kjeldahl. Sampel dihomogenkan, kemudian sampel sebanyak 0.1 gram dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 100 ml lalu ditambahkan katalis (CuSO4 dan Na2SO4) dan 2.5 ml H2SO4 pekat 98%. Selanjutnya sampel

didekstruksi selama 30-40 menit sampai berwarna hijau bening.Setelah didinginkan, sampel ditambahkan dengan air suling hingga tanda tera.Sebanyak 5 ml larutan hasil pengenceran ditambahkan dengan 10 ml NaOH 40%, disuling selama 5 menit. Hasil penyulingan ditampung dalam erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat (2%) dan 0.1 ml campuran indikator hijau bromkresol 0,1% dengan merah metal 0,1% (5:1), kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N sampai berwarna merah muda. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut

adar l 4

s

Keterangan: A = selisih volume HCl yang digunakanuntuk menitrasi blanko dan contoh (ml) Contoh didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.

adar lemak bobot conto bobot lemak

e) Kadar Karbohidrat (by difference)

Pada analisis bahan baku, kadar karbohidrat dihitung dengan cara by different, yaitu pengurangan jumlah komponen bahan total dengan jumlah kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein dan kadar serat. Kadar karbohidrat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

adar karbo idrat ( ir bu emak

(26)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 2 November 1991, dari ayah Ahmad Budiman dan ibu Lilis Imamah Ichdayati. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 34 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Peralatan Industri Pertanian pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013, asisten praktikum Perhitungan Dasar Rekayasa Proses pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Satuan Operasi pada tahun ajaran 2012/2013, dan asisten praktikum Teknik Penyimpanan dan Penggudangan pada tahun 2012/2013. Penulis juga aktif mengajar mata kuliah Kalkulus TPB di bimbingan belajar dan privat mahasiswa Express Course IAAS LC.

Gambar

Gambar 1 Skema pembuatan serbuk jahe kering
Tabel 4 Nama rantai shogaol dan jumlah karbon atomnya
Gambar 5 Konsentrasi senyawa aktif pada serbuk jahe kering
Gambar 7 Konsentrasi 6-gingerol pada ekstrak jahe
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penulisan diharapkan dapat membantu mengetahui fungsi dari Smart Antenna serta untuk mengetahui teknologi yang ada sehingga dapat dijadikan acuan

Penelitian ini diharapkan diperoleh perbedaan keragaan ketiga kultivar, salah satunya sumber keragaman genetik pada lingkungan SP36 yang berbeda yaitu low (60 kg/ha), medium

Hal ini membuktikan bahwa variabel gaji, insentif, komisi, bonus, upah untuk waktu tidak bekerja, tunjangan asuransi, tunjangan pensiun, dan tunangan dinas karyawan

Setiap tahapan perhitungan yang akan dilakukan untuk menganalisa pengaruh pemakaian Debrish filter dan keandalan kondensor pada sistem pendingin di PLTU sektor

Penelitian pada iklan sabun Lifebuoy didasari oleh dominasi sabun Lifebuoy di masyarakat daripada sabun lainnya, dengan adanya iklan sabun Lifebuoy peneliti ingin

Efek bullwhipyang sering terjadi adalah ketika para supplier terlambat dalam melakukan pengiriman bahan baku kain sehingga proses penjahitan (proses produksi) akan

Tingkat kemasaman tanah (pH) dan tingkat porositas tanah ini mempengaruhi kualitas suatu lahan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.. Hasil uji ini menunjukkan bahwa metode

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa nilai koefisien determinasi yang dinyatakan dalam angka R 2 (R square) adalah sebesar 0,703, yang artinya besar pengaruh