• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi pada sub dinas pembinaan mental dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit di markas komando korps marinir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola komunikasi pada sub dinas pembinaan mental dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit di markas komando korps marinir"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLA KOMUNIKASI PADA SUB DINAS PEMBINAAN MENTAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PRAJURIT

DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Muhammad Sidiq NIM : 206051004140

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi islam (S.Kom.I)

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Maret 2011

(3)

iii

POLA KOMUNIKASI PADA SUB DINAS PEMBINAAN MENTAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN PRAJURIT

DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

MUHAMMAD SIDIQ NIM : 206051004140

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

(4)

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir, telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Maret 2011 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(5)

v ABSTRAK

Muhammad Sidiq 206051004140

”Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”

Disiplin bagi seorang anggota militer atau seorang Prajurit TNI merupakan suatu keharusan dan pola hidup yang harus dijalani. Pembentukan disiplin bagi Prajurit diawali dari masa pendidikan dasar keprajuritan. Pembinaan dan pengasuhan merupakan salah satu cara pembentukan disiplin bagi Prajurit. Pola pembinaan diberikan melalui intensitas kegiatan disertai doktrin bagi anggota TNI. Karena sifatnya yang ‘harus’ tadi, maka perlu diberlakukan suatu peraturan dan ketentuan demi lancarnya penegakan disiplin dalam tubuh organisasi militer. Disiplin prajurit adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh setiap prajurit yang didukung oleh kesadaran yang bersendikan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta bersikap dan berperilaku sesuai dengan aturan-aturan atau tata kehidupan prajurit.

Dari penjelasan diatas timbullah beberapa pertanyaan, bagaimana pola komunikasi yang baik agar disiplin tersebut tetap terjaga tanpa ada paksaan dari atasan. Selain itu apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit khususnya prajurit Marinir di Markas Komando Korps Marinir.

Metode penulisan skripsi ini adalah field research (penelitian lapangan), dimana penulis melakukan penelitian langsung ke lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara objektif suatu masalah dalam skripsi ini. Sedangkan teknik penulisan bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran terhadap subjek dan objek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumenter.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”.

Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata-1 (S-1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan 2 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Suhaimi, M.Si selaku pembimbing dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Keluarga besar terutama kedua Orang tua, bapak Sidiq dan ibu Darni yang selalu

memberikan dukungan moril sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 6. Bapak Mayor Laut (KH) Sjafari Suratna yang telah memberikan ijin untuk

melaksanakan kuliah.

(7)

vii

8. Rekan-rekan kerja di kantor yang selalu memberikan bantuan dan dorongan dalam melaksanakan kuliah dan skripsi ini.

9. Teman-teman Non Reguler Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang bekerja sama dalam proses belajar.

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu selama masa pendidikan hingga penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Ciputat, Maret 2011

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

D. Metodoligi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

F. Sistematika Penulisan... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Komunikasi... 12

1. Pengertian Komunikasi ... 12

2. Tingkatan Komunikasi ... 23

3. Teknik-teknik Komunikasi ... 25

4. Model Komunikasi ... 27

5. Hambatan komunikasi ... 29

B. Pola Aliran dan Arah Komunikasi dalam Organisasi... 32

1. Pola Aliran Komunikasi ... 32

2. Arah Aliran Komunikasi ... 33

C. Mental dan Disiplin Prajurit ... 36

1. Pengertian Mental ... 36

2. Pembinaan Mental Rohani ... 38

3. Pengertian Disiplin Prajurit ... 39

(9)

ix

BAB III SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM DISIPLIN PRAJURIT DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR

A. Sejarah Terbentuknya Markas Komando Korps Marinir ... 43

B. Kondisi Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir ... 45

C. Tugas Dan Wewenang Sub Dinas Pembinaan Mental ... 48

D. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir... 51

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN A. Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit Marinir ... 52

B. Upaya-upaya Peningkatan Disiplin Prajurit Marinir... 64

C. Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

B. Saran-saran... 78 DAFTAR PUSTAKA

(10)

x

DAFTAR TABEL

(11)

xi

DAFTAR BAGAN

1. Struktur Organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental ... 51

2. Bagan 1 Komunikasi ke bawah... 57

3. Bagan 2 Komunikasi ke atas... 61

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disiplin adalah sikap mental yang merupakan wujud dari kepribadian seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran. Sebagai organisasi militer yang berfungsi sebagai alat negara dalam menjaga kedaulatan negara dilengkapi alat-peralatan dan persenjataan yang dapat mematikan dan membunuh lawan (manusia). Alat-peralatan dan persenjataan yang dibeli dengan uang negara, dibenarkan secara hukum untuk digunakan TNI terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dengan kekuatan padanya mengancam integritas dan kedaulatan negara.

Dengan fungsi dan tugas serta tanggung jawabnya seperti itu, maka disiplin merupakan harga mati yang tidak dapat ditawar di dalam organisasi militer Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kekuatan persenjataan yang ada padanya, membuat militer berkemampuan untuk berbuat apa pun, tanpa ada kekuatan lain yang dimiliki negara mampu mencegahnya. Karena itu, disiplin, yang berarti ketaatan terhadap hukum dan peraturan serta ketaatan pada perintah, adalah hal mutlak bagi setiap anggota militer, karena hanya itulah yang mampu mencegah militer untuk berbuat apa pun sekehendaknya.

(13)

2

Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulul Amri (Pemegang kekuasaan diantara kamu). Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah (Al-quran) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Dari ayat di atas jelas bahwa kita diperintahkan untuk mentaati Allah Swt, Rasul dan Pemegang kekuasaan. Allah Swt Yang Maha Tahu mana yang terbaik buat manusia. Allah Swt memerintahkan manusia untuk shalat agar membentuk sikap ta’at dan berdisiplin tinggi dan tahu akan pentingnya waktu. Dalam lingkungan militer sebagai prajurit harus disiplin atau mentaati aturan-aturan dan perintah pimpinan atau atasan.

Disiplin menghadap Tuhan 5 kali sehari. Disiplin melakukan aturan-aturan shalat. Disiplin waktu, disiplin berjamaah, kebersamaan, disiplin kebersihan, disiplin mengikuti undang-undang ataupun aturan-aturan. Disiplin menghadap atau memberikan laporan kepada atasan, disiplin berbuat dan bekerja baik, hal ini sekaligus menjadikan manusia-manusia yang jujur, manusia yang bertanggung jawab, manusia bersih hati dan perbuatan, manusia bergotong-royong, manusia yang rajin dan sungguh-sungguh, manusia yang pandai mensyukuri pemberian Tuhan, manusia yang takut kepada Tuhan.1

Pasal 1(a) Peraturan Disiplin Militer berbunyi, "Disiplin Militer adalah suatu syarat mutlak untuk menepati semua peraturan militer dan semua perintah kedinasan dari tiap-tiap atasan, pun yang mengenai hal yang kecil-kecil, dengan tertib, tepat dan sempurna".

1

(14)

3

Disiplin merupakan rohnya militer. Maka di dalam beberapa hal, kehidupan militer menjadi amat berbeda dengan kehidupan masyarakat pada umumnya. Hak dan kewajiban antara atasan dan bawahan diatur secara ketat. Kewajiban bawahan untuk memberikan penghormatan pada atasannya di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Baju seragam dengan tanda pangkat yang menunjukkan atasan dan bawahan yang dibuat mencolok, dimaksudkan agar setiap anggota tentara dapat dengan cepat mengenali siapa atasannya dan siapa bawahannya. Dalam keadaan yang paling kritis sekali pun yang mungkin menyangkut nyawa dan keselamatan negara, seorang anggota militer dalam hitungan detik, harus dapat segera mengenali perintah yang diberikan itu dikeluarkan oleh orang yang berhak atau tidak2

Prajurit Markas Komando Korps Marinir sebagai bagian dari komponen utama dalam penyelenggaraan pertahanan Negara yang memiliki kemampuan keprajuritan dan dihadapkan pada tugas rutin, maupun operasional serta pengaruh lingkungan, perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi, arus globalisasi yang dapat membawa dampak negatif terhadap pola kehidupan prajurit. Sebagai seorang prajurit yang disatu sisi prajurit dihadapkan dengan tuntutan untuk memenuhi kesejahteraan keluarga namun di sisi lain harus menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin keprajuritan, dengan kondisi kesejahteraan prajurit yang pas-pasan, terkadang prajurit melakukan tindakan yang melanggar disiplin, Sebagai contoh dari tindakan prajurit yang melanggar disiplin seperti terlambat waktu masuk kekantor hingga Desersi atau tidak masuk kerja tanpa keterangan lebih dari dua hari, tidak melengkapi surat-surat kendaraan bermotor, hingga tindakan yang lebih besar seperti menjadi pengedar barang-barang terlarang (narkoba), menjadi bakking tempat-tempat hiburan malam dan berbagai masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut merupakan suatu masalah yang dihadapi Markas Komando Korps Marinir, dalam pembinaan disiplin prajurit. Dalam hal ini Sub Dinas Pembinaan Mental sebagai salah satu Satuan kerja yang mempunyai peran dalam hal pembinaan disiplin prajurit yang salah satu kegiatannya memberikan pengarahan

2

(15)

4

kepada prajurit untuk mewujudkan sikap dan tingkah laku yang memiliki watak dan jati diri sebagai prajurit dengan menjunjung tinggi norma-norma dasar kehidupan. Dalam proses pembinaan disiplin tersebut, sebagai prajurit dituntut tetap berpedoman kepada nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI-AL, dan Enam Tuntunan Korps Marinir.

Komunikasi adalah Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan).3 Dalam hal ini komunikasi yang baik merupakan salah satu proses yang diperlukan dalam peran pembinaan rohani Islam dalam pembinaan disiplin prajurit. Dengan adanya pola komunikasi yang baik maka sebuah organisasi akan memiliki kekuatan baik secara keanggotaan maupun jaringan di luar organisasi. Kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi maka proses pengelolaan keorganisasian akan macet dan berantakan4.

Dilihat dari pentingnya komunikasi dan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakdisiplinan prajurit dalam sebuah organisasi maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola komunikasi yang terjadi dalam sebuah struktur organisasi yang dalam memberikan pembinaan disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir agar dapat menekan tingkat penyimpangan prajurit demi terwujudnya prajurit yang tetap memelihara disiplin dalam melaksanakan tugas yang dilandasi dengan nilai-nilai Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI-AL, dan Enam Tuntunan Korps Marinir.

3

Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007) ,cet.ke-1,h.18.

4

(16)

5

Berdasarkan dari penjelasan di atas, penelitian ini di beri judul ”Pola Komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental (Subdisbintal) dalam Upaya

Meningkatkan disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini berfokus pada program kegiatan Sub Dinas pembinaan Mental dan disiplin prajurit pada tahun anggaran 2010, dalam bekerja ditinjau dari sudut pandang agama Islam.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi acuan penelitian ini adalah: a. Bagaimana Pola Komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit Marinir dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir? b. Apa Faktor Pendorong dan Penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian berikutnya.

b. Tujuan Praktis

(17)

6

- Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam mengkomunikasikan disiplin prajurit.

- Memberikan gambaran kepada pimpinan Markas Komando Korps Marinir dalam menentukan kebijakan dan keputusan yang menyangkut disiplin prajurit di Markas Komando Korps Marinir.

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini ada dua manfaat yakni: a. akademis :

- Mengembangkan kajian ilmu sosial dalam hal komunikasi mengenai pola komunikasi organisasi.

- Membuktikan antara dua data yaitu teori dan fakta di lapangan mengenai komunikasi organisasi yang menjadi bidang dalam komunikasi.

b. praktis:

- Menambah pengetahuan pembaca dan semua pihak yang terkait tentang pembinaan rohani Islam dalam meningkatkan disiplin prajurit.

- Sebagai masukan dan acuan untuk melaksanakan upaya-upaya dalam meningkatkan disiplin prajurit.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

(18)

7

perbandingan, dan menentukan langkah untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.5

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan pengurus yang terdapat di dalam organisasi Sub Dinas pembinaan mental Korps Marinir yang beralamat di Jl. Prapatan No.40 kwitang Jakarta pusat.

3. Tahapan penelitian

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, karena menggunakan metode penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif, maka penulis melakukan pengumpulan data membagi menjadi dua sumber yakni sumber data primer dan data sekunder.

Data Primer berupa data yang berasal dari : a. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan alat pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti.6

Wawancara ini dilakukan kepada orang-orang yang dianggap memiliki wewenang di Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir dalam hal ini Kasi Juang Mayor Laut (KH) Abdul Wadud, S.Ag dan Kasi Rohani Mayor Laut (KH) Syafrudin, S.Ag. Dalam metode wawancara nantinya penulis akan menggunakan catatan manual dan tape dalam setiap wawancara yang dilakukan. Dengan teknik ini

5

Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007) cet-13 h.24.

6

(19)

8

peneliti berharap informan dapat memberikan jawaban dengan bebas sesuai pikiran dan pengetahunnya, sehingga tercipta suasana yang harmonis pada saat wawancara dan peneliti memperoleh informasi yang lebih luas.

Sedangkan data Sekunder berasal dari: b. Pengamatan (observasi)

Observasi berguna untuk menjelaskan dan merinci gejala yang terjadi, seringkali observasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan teknik-teknik penelitian lainnya. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung proses kegiatan prajurit setiap harinya yang menyangkut dengan kedisiplinan prajurit dalam bekerja serta mencermati setiap tanda-tanda pada objek penelitian yaitu prajurit di Markas Komando Korps Marinir.

c. Dokumentasi

(20)

9 3.2 Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data-data dari sumber yang telah di tentukan maka data-data tersebut diklasifikasikan dan diolah melalui tabel-tabel. 3.3 Analisis Data

Dalam penulisannya, peneliti akan menggunakan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal khusus yang peneliti dapatkan dari lapangan menuju deduktif, yaitu menuju hal-hal yang bersifat menggeneralisasi atau umum dan untuk memperjelas data akan di kemukakan melalui tabel.

4. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Markas Komando Korps Marinir dengan pertimbangan bahwa peneliti ingin mengetahui tingkat disiplin prajurit melalui pembinaan rohani, serta lokasi penelitian ini sekaligus menjadi tempat kerja peneliti, sedangkan waktu penelitian di mulai tanggal 10 Desember 2009 sampai dengan Maret 2010.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, peneliti berpedoman pada buku CeQDA yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul ”Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”

E. Tinjauan Kepustakaan

(21)

10

penelitian ini juga membandingkan dengan penelitian terlebih dahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini sebagai pembanding. Berikut beberapa penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini:

- Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja di lingkungan Yayasan Al-Wafi Jakarta Selatan, oleh Haidir Th.2007

- Pola Komunikasi dalam pembinaan akhlak siswa MAN 4 Wujud Pondok Pinang Jakarta Selatan, oleh Agus Ratina Th.2009

- Pola Komunikasi remaja dalam upaya meningkatkan pemahaman agama melalui pengajian remaja tunas Islam, oleh Abdul Fatah Th.2007

- Pola komunikasi organisasi Nur Mahmudi sebagai Walikota Depok Dalam Implementasi kebijakan Publik, oleh Januar Ashari Th.2008

Dari keempat skripsi di atas terdapat beberapa perbedaan penelitian, dimana perbedaan tersebut terdapat pada tempat yang akan diteliti, dan yang menjadi objek penelitian merupakan instansi militer.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka penulis membaginya menjadi 5 (lima) bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut :

(22)

11

BAB II : Landasan Teori, yang di dalamnya menguraikan tentang komunikasi, mental, dan disiplin prajurit, serta bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh prajutir.

BAB III : Gambaran Umum Disiplin Prajurit Marinir Di Markas Komando Korps Marinir, membahas tentang Sejarah Terbentuknya Korps Marinir, kondisi Disiplin Prajurit Marinir, tugas dan wewenang serta struktur organisasi Sub Dinas Pembinaan Mental, aktivitas komunikasi pada Sub Dinas Pembinaan Mental Korps Marinir.

BAB IV : Temuan dan Analisa Data Lapangan, membahas tentang Pola Komunikasi Sub Dinas Pembinaan Mental dengan Prajurit, Faktor Pendorong dan penghambat Sub Dinas Pembinaan Mental dalam upaya meningkatkan disiplin prajurit.

(23)

12 BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.7

Menurut pakar komunikasi Hovland seperti dikutip Onong Uchjana dalam bukunya ilmu komunikasi teori dan praktek bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain.8 Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya , The Structure and Function of Communication in Society. Paradigma Lasswell tersebut terdiri dari lima unsur, yakni Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, Efek. Dari paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.9

Menurut Wilbur Schrarmn seperti dikutip dari buku pengantar teori komunikasi mengatakan bahwa dalam konteks komunikasi, suatu masyarakat dapat dilihat sebagai sejumlah hubungan (relationship) di mana masing-masing orang mengambil bagian (sharing) atas informasi10. Schrarmn menguraikan bahwa apabila

7

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke 21, hal. 9.

8

Ibid hal.10.

9

Ibid.

10

(24)

13

kita berkomunikasi sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide dan sikap. Dengan uraian tersebut Schrarmn menyimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness). Kesepahaman antara sumber dengan penerimanya. Sebuah komunikasi akan benar–benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.11

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan tersebut adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa.12

Menurut Stewart L.Tubbs dan Silvia Mass, ciri-ciri komunikasi yang baik dan efektif paling tidak menimbulkan 5 hal:

a. Memahami message yang disampaikan oleh komunikator.

b. Kesenangan, menjadikan hubungan yang akrab dan hangat serta menyenagkan.

c. Mempengaruhi sikap, dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.

11

Ibid.

12

(25)

14

d. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi.

e. Tindakan, membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan stimuli.13

Menurut Dr. Lasswell, ada lima unsur yang harus ada agar komunikasi berjalan lancar, yaitu:

a. Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender (pengirim komunikasi).

b. What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan komunikasi. c. Whom (siapa) yang kemudian disebut komunikan atau reeiver (khalayak). d. Channel (media) yang kemudian disebut sarana atau media

e. Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau efek komunikasi yan diimplementasikan dalam umpan balik (feed back).

Dari pengertian komunikasi sebagaimana di aatas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan terjadinya proses komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah:

a. Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya.14 Dalam proses komunikasi ini, arus pesan tidak hanya datang dari satu arah yaitu dari sumber ke sasaran, melainkan merupakan suatu proses interaktif dan konvergen. Ini berarti komunikator dan komunikan bisa berganti peran, yaitu yang tadinya sebagai komunikator kemudian

13

Jalaludin Rahmat.Psikologi Komunikasi, 2003, cet ke-20 hal 13-16.

14

(26)

15

berperan sebagai komunikan karena komunikan menyampaikan feed back kepada komunikator.

Agar komunikasi efektif terdapat dua faktor yang harus dipenuhi dalam diri seorang komunikator yakni:15

a) Kepercayaan pada komunikator, kepercayaan ini ditentukan oleh keahlian dan dapat tidaknya ia dipercaya. Bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedang kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang diterima komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris.

b) Daya tarik komunikator, seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuskan.

15

(27)

16

Ada beberapa ciri yang dilakukan oleh seseorang komunikator dalam melakukan kegiatannya, sesuai dengan situasi yang dihadapi. Ciri-ciri tersebut dapat dibedakan dalam beberapa model seperti:16

1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya adalah:

a. Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak pernah menganggap dirinya benar.

b. Ingin bekerja sama dan memperbincangkan suatu persoalan dengan sesamanya sehingga timbul saling pengertian.

c. Tidak terlalu mendominasi situasi dan mau mengadakan komunikasi timbal balik,

d. Menganggap bahwa pikiran orang banyak lebih baik dari seorang. 2. Komunikator yang mengendalikan, cirinya adalah:

a. Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik, sehingga ia tidak mau mendengarkan pendapat orang lain yang berada dilingkungannya dan orang yang di lluar lingkungannya.

b. Menginginkan komunikasi satu arah saja. 3. Komunikator yang melepaskan diri, cirinya adalah:

a. Lebih banyak menerima dari lawan komunikasinya.

b. Kadang-kadang rasa rendah dirinya timbul sehingga ketidakmampuannya keluar.

c. Lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak bersungguh-sungguh menghadapinya.

16

(28)

17

d. Sumbangan pikirannya tidak banyak mengandung arti sehingga ia lebih suka melempar tanggung jawabnya kepada orang lain.

4. Komunikator yang menarik diri, cirinya adalah:

a. Lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat diperbaiki lagi.

b. Lebih suka melihat keadaan apa adanya dan kalau mungkin berusaha menyadarkann keadaan tambah buruk.

c. Selelu diam dan tidak menunjukkan reaksi dan jarang memberikan buah pikiran.

b. Pesan

Adapun yang dimaksud pesan dalam proses komunikasi adalah suatu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.17

Pesan itu dapat berupa verbal maupun non verbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti: surat, buku majalah, memo, sedangkan yang secara lisan dapat berupa percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, radio, dan sebagainya. Pesan yang non verbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.18

Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berpa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengaruh di dalam usaha mengubah sikap dan tingkah

17

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara,1995), h.17.

18

(29)

18

laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikan.19

Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

a. Pesan harus dipersiapkan (direncanakan) secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca.

b. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak. c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.20

Pendapat lain menyatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi: a. Umum

Berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh komunikan/audience, bukan soal-soal yang hanya dipahami oleh seorang atau kelompok tertentu.

b. Jelas dan gamblang

Pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin, agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.

c. Bahasa yang jelas

Sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang mudah dipahami oleh pendengar atau penerima. Bahasa yang dipergunakan jelas dan sederhana

19

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosda-karya.2004) cet.ke-6 h. 6.

20

(30)

19

yang cocok dengan komunikan, daerah dan kondisi di mana komunikator berkomunikasi.

d. Positif

Secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.

e. Seimbang

Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan menafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, sehingga pesan tidak berubah makna.

f. Penyesuaian dengan keinginan komunikan

Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang disampaikan oleh komunikator selalu mempunyai keinginan tertentu. Misalnya pesan yang disampaikan kepada kelompok petani yang buta huruf haruslah dirumuskan sedemikian rupa hingga para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti yang diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk ini, maka pengirim pesan harus mengenal situasi dan kondisi sasaran.

c. Komunikan

Komunikan atau penerima pesan adalah orang yang menjadi sasran kegiatan komunikasi. Komunikan atau penerima pesan bisa bertindak sebagai pribadi atau orang banyak.21

21

(31)

20

Komunikan atau penerima pesan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Individu yaitu ditujukan pada sasaran yang tunggal.

b. Group atau kelompok, ditujukan pada group atau kelompok tertentu. Kelompok adalah suatu kumpulan manusia yang mempunyai hubungan sosil yang nyata dan memperhatikan struktur yang nyata pula. Hal ini group atau kelompok dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

1. Kelompok kecil (small group, micro group).

Menurut Robert F Bales dalam bukunya “Interaction Process Analysis” seperti dikutip Onong U.E dalam bukunya “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” bahwa kelompok kecil sebagai: sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka (face to face meeting), dimana setiap anggota mendapat kesan atau penglihatan antara satu sama yang lainnya cukup kentara, sehingga dia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan.22

2. Kelompok besar (large group, macro group) misalnya sekumpulan orang banyak di sebuah lapangan yang sedang mendengarkan pidato/ceramah.23

22

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h.72.

23

(32)

21

c. Organisasi, yaitu suatu kumpulan (sistem) individu yang bersama-sama melalui pembagian kerja yang berusaha mencapai tujuan tertentu.

d. Media

Media disini adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam hal ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Tanpa saluran/media, pesan-pesan tidak dapat menyebar secara cepat dan luas.24

Media/saluran berdasarkan banyaknya pengguna dapat dibedakan menjadi 2, yaitu media massa dan media nirmassa. Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikan berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Contoh media massa seperti, radio, dan televisi dan film bioskop. Sedangkan media nirmassa digunakan dalam komunikasi untuk orang-orang tertentu atau kelompok-kelompok tertentu. Contoh surat, telepon, telegram, papan pengumuman, poster, spanduk, pamflet, brosur, dll.25

24

Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT. Grasindo,2000) h.7.

25

(33)

22 e. Efek atau Hasil

Efek atau hasil akhir dari komunikasi, yakni sikap atau tingkah laku orang sebagai komunikan, sesuai atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator. Efek yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni:26

1. Dampak kognitif, yaitu dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator adalah berkisar pada upaya mengubah pemahaman/pengetahuan dari komunikan.

2. Dampak afektif, dampak ini lebih tinggi kadarnya dari dampak kognitif. Pesan yang disampaikan komunikator ditujukan bukan hanya sekedar komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya.

3. Dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.27

f. Umpan Balik

Umpan balik (feed back) adalah tanggapan/reaksi dari penerima kepada pengirim. Kemudian dapat pula timbul tanggapan atau reaksi kembali dari pengirim kepada penerima. Maka terjadilah komunikasi timbal balik.

26

A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, h.17.

27

(34)

23

Dengan adanya umpan balik inilah yang menjadikan komunikasi menjadi dinamis.28

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjutnya atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan. Oleh karena itu umpan balik dapat bersifat positif dan bersifat negatif. Umpan balik positif adalah tanggapan/reaksi komunikan yang menyenagkan komunikatornya sehingga komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan/reaksi komunikan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.29

2. Tingkatan Komunikasi

Berdasarkan situasi komunikan, maka komunikasi diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:30

a. Komunikasi pribadi (personal communication), tatanan komunikasi ini di

bagi menjadi dua macam yakni,

- Komunikasi Intra Pribadi (Intrapersonal communication) adalah: komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang ini berperan baik sebagai komunikator maupun komunikan.31

Menurut Ronald L.Applbum dalam bukunya “Fundamental Concept in Human Communication” (1973.13) seperti yang dikutip dalam buku “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi” bahwa komunikasi intra pribadi adalah

28

Sutarto, Dasar-dasar Komunikasi Administrasi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1991), h.46.

29

Efendy, Dinamika Komunikasi, h.14.

30

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet.ke-3, h.53.

31

(35)

24

komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita, ia meliputi kegiatan berbicara pada diri kita sendiri dan kegiatan-kegiatan mengamati dan memberikan makna kepada lingkungan.32

- Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal communication) Secara teoritis komunikasi antar pribadi di bagi menjadi dua macam menurut sifatnya yaitu:

a) Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang berlagsung antar dua orang yakni yang seseorang sebagai komunikator yang menyampaikan pesan dan yang seorang lagi sebagai komunikan yang menerima pesan. Oleh karena prilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang.33 - Komunikasi triadik adalah komunikasi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang menjadi komunikan.34

b. Komunikasi Kelompok (group communication) berarti komunikasi yang

berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.35

c. Komunikasi Massa (mass communication) ialah: komunikasi melalui

media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang sangat luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum.36

32

Ibid, h.58.

33

Ibid, h.62-63. 34 Ibid, h.63.

35

Ibid, h.75.

36

(36)

25

Berdasarkan sifat komponennya maka komunikasi massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:37

- Komunikasi massa berlangsung satu arah,

- Komunikator pada komunikasi massa melembaga, - Pesan pada komunikasi massa bersifat umum,

- Media pada komunikasi massa menimbulkan keserempakan, - Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

d. Komunikasi Medio (medio communication), mengenai pengertian

komunikasi medio, memang belum ada yang memberikan penjelasan, baik secara bahasa maupun istilah. Adapun bentuk komunikasi medio adalah seperti, surat, telepon, pamflet, poster, spanduk dan lain-lain.38

3. Teknik-teknik Komunikasi

istilah teknik berasal dari bahasa Yunani tecnikos yang berarti ketrampilan atau keperigelan.39 Berdasarkan ketrampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi dibagi menjadi:40

a. Komunikasi Informatif, yaitu memberikan keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil dari persuasif. b. Komunikasi Persuasif, yaitu berisikan bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa yang kita sampaikan akan

37

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-21, h.21-25.

38

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet.ke-3, h.54-55.

39

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Rosda Karya, 2007) h.55.

40

(37)

26

memberikan perubahan sikap, tetapi perubahan ini adalah atas kehendak sendiri (bukan paksaan).

c. Komunikasi instruktif/koersif, yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk yang terkenal dalam penyampaian model ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di kalangan publik. Koersif dapat berbentuk perintah-perintah, intruksi, dan sebagainya.

d. Hubungan Manusiawi, bila ditinjau dari ilmu komunikasi hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam komunikasi antarpersona sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi itu komunikasi karena bersifat action oriental, mengandung kegiatan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.41

Ada dua pengertian hubungan manusiawi yaitu,

- Hubungan manusiawi dalam arti luas ialah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan.

- Hubungan manusiawi dalam arti sempit ialah interaksi antar seseorang dengan orang lain. Akan tetapi, interaksi di sini hanyalah dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan.42

41

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) cet ke-21, h.138.

42

(38)

27 4. Model Komunikasi

Model dianggap sebagai penggambaran tentang suatu bagian atau sebuah realita yang sengaja dibuat sederhana dalam bentuk-bentuk grafik. Semua model berusaha menunjukkan elemen-elemen utama dari setiap struktur atau proses, dan hubungan antar elemen tersebut (McQuail dan Windahl,1981).43

a. Model KomunikasiLinear

Model komunikasi mula-mula diperkenalkan oleh Harold D. Lasswell dalam artikelnya tahun 1984 dengan satu kalimat yang terkenal dalam riset-riset komunikasi, ia menulis, “cara untuk mengatakan dengan tepat sebuah tindakan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan : Who (siapa), Says what (mengatakan apa), In which channel (dengan saluran yang mana), To whom (kepada siapa), Whit what effect? (dengan efek bagaimana?)”.44

Karena menganggap model Lasswell itu sederhana, beberapa ahli riset Braddock (1958) mengembangkannya dengan menambahkan dua hal yang ada hubungannya dengan tindakan komunikasi, yaitu situasi dimana sebuah pesan dikirimkan dan apa tujuan komunikator mengatakan sesuatu.

b. Model Komunikasi Transaksional

Model transaksional sebagai suatu sistem yang disusun, dari berbagai komponen (sumber, pesan dan saluran) dan tingkah laku. Beberapa perubahan dalam satu komponen akan mempengaruhi seluruh sistem komunikasi.

Komunikasi transaksional memiliki tujuan untuk mendapatkan tanggapan dari penerima. Mengamati perbedaan bentuk dari berbagai

43

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006) h.59-60.

44

(39)

28

komunikasi menunjukkan kepada kita bahwa komunikasi memiliki tujuan. Komunikasi transaksional merupakan komunikasi transaksi, ini adalah bukan seseorang berbuat sesuatu kepada orang lain. Perbedaan antara sumber dan penerima adalah berubah-ubah sejak keduannya aktif melibatkan dalam transaksi.

Komunikasi ini juga subjektif, dimana persepsi terhadap objek di dalam lingkungan kita, tindakan mendecoding pesan semaunya dipengaruhi oleh budaya.45

c. Model Komunikasi Konvergensi

Komunikasi sebenarnya bukan sekedar suatu proses pemindahan informasi tetapi adalah proses konvergensi dimana dua orang atau lebih berpartisipasi dalam tukar-menukar informasi untuk mencapai suatu saling pengertian antara satu dengan yang lainnya.

Yang dimaksud dengan konvergensi adalah proses kecenderungan menuju ke suatu titik yang sama atau menuju satu sama lain. Sedang yang dimaksud divergensi adalah sebaliknya yaitu menjauh atau memisah.46

45

Ibid, h.76-77.

46

(40)

29 5. Hambatan Komunikasi

Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai gangguan (noise). Manusia sebagai komunikan memiliki kecenderungan untuk acuh tak acuh, meremehkan sesuatu, salah menafsirkan, atau tidak mampu mengingat dengan jelas apa yang diterimanya dari komunikator. Setidaknya ada tiga faktor psikologis yang menandasari hal itu:

1. Selective attention, orang biasanya cenderung untuk mengekspos dirinya hanya kepada hal-hal yang dikehendakinya.

2. Selective perception, suatu kali, seseorang berhadapan dengan suatu peristiwa komunikasi ia cenderung untuk menafsirkan isi komunikasi itu sesuai dengan prakonsepsi yang sudah dimiliki sebelumnya.

3. Selective retention, meskipun seseorang memahami suatu komunikasi, tetapi orang berkecenderungan untuk hanya mengingat apa yang mereka ingin untuk diingat.47

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Ada banyak hal yang bisa merusak komunikasi. Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai dua sifat yaitu:

a) sifat objektif adalah gangguan terhadap jalannya komunikasi, yang tidak disengaja di buat orang lain, tapi mungkin disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.

b) sifat subjektif adalah gangguan yang sengaja di buat orang lain,sehingga merupakan gangguan, penentangan terhadap suatu usaha komunikasi.48

47

Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2006) h.9-10.

48

(41)

30

Berikut ini ada beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin komunikasinya sukses.49

1. Gangguan

Menurut sifatnya ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi:

a. Gangguan mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik. Hambatan mekanik dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh suara telepon yang krotokan, ketikan huruf yang buram pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, dll.50 b. Gangguan semantis, menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan. Ganguan semantis juga terjadi pada kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda.51

2. Kepentingan

Interest atau kepentinganakan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan, tingkah laku kita akan merupakan sifat reaktif

49

Ibid, h. 45.

50

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosda-karya.2004) cet.ke-6, h.15.

51

(42)

31

terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.52

3. Motivasi Terpendam

Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.53

4. Prasangka

Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena itu orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.54

52

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003) cet.ke-3, h.47-48.

53

Ibid, h.48.

54

(43)

32

B. Pola Aliran dan Arah Komunikasi dalam Organisasi

1. Pola Aliran Komunikasi

Kata “Pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, artinya bentuk atau system.55 Cara atau bentuk (struktur) yang tetap. Dimana pola juga diartikan sebagai model, contoh, pedoman (rancangan).

Ada lima pola aliran informasi yang dapat dijumpai di umumnya kelompok dan organisasi, diantaranya: 56

Pola Roda Pola Rantai Pola Lingkaran

Pola Bintang Pola Y

Penjelasan:

1. Pola lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota anggota bisa berkomunikasi dengan dua anggota lain disisinya.

55

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2002), h. 885.

56

Abdullah M, Komunikasi Organisasi dalamPerspektif Teori dan Praktek (Malang: UMM Perss, 2008), h. 57-58.

A D C E B C

A B D E

B

A C

(44)

33

2. Pola roda, memiliki pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.

3. Pola rantai sama dengan pola lingkaran kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat di sini. Orang yang berada di posisi tengah-tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisi lain.

4. Pola bintang atau semua saluran hampir sama dengan pola lingkaran dalam arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran, setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.

5. Pola Y relatif kurang tersentralisasi dibanding dengan pola roda, tetapi lebih tersentralisasi disbanding dengan pola lainnya. Pada pola Y juga terdapat pemimpin yang jelas. Anggota ini dapat mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.

2. Arah Aliran Komunikasi

(45)

34

tersebut terkadang dalam organisasi mengalir secara informal bersama-sama “selentingan”.

a. Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Ada lima jenis informasi yang bisa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, diantaranya: (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan. (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan. (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi. (4) informasi mengenai kinerja pegawai, (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas.57

b. Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi. Jenis komunikasi ini biasanya mencakup: (1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. (2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab. (3) berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan. (4) perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah lain yang serupa.58

c. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Adapun tujuan komunikasi horizontal dalam sebuah organisasi diantaranya adalah; (1) untuk mengkoordinasikan penugasan kerja. (2) berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan. (3) untuk memecahkan

57

Ibid, h. 64

58Ibid

(46)

35

masalah. (4) untuk memperoleh pemahaman bersama. (5) untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan. (6) untuk menumbuhkan dukungan antarpesona.59

d. Komunikasi Lintas Saluran

Dalam kebanyakan organisasi, muncul keinginan anggota untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka. Mereka tidak memiliki lini untuk mengarahkan orang-orang yang berkomunikasi dengan mereka dan terutama harus mempromosikan gagasan-gagasan mereka. Namun mereka memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi, mereka dapat mengunjungi bagian lain atau meninggalkan kantor mereka hanya untuk terlibat dalam komunikasi informal.60

e. Komunikasi Selentingan

Dalam istilah komunikasi, selentingan digambarkan sebagai ”metode penyampaian laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran biasa”. Karena informasi informal/personal ini muncul dari interaksi di antara orang-orang, informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga, dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine).61

59

Ibid, h. 68-70

60

Ibid, h. 70

61

(47)

36 C. Mental dan Disiplin Prajurit

1. Pengertian Mental

Seperti halnya fisik, kesehatan mental adalah penting bagi fase kehidupan. Kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stress, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.

Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain, sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan orang dari perasaan ragu dan bimbang serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).

Dapat diartikan bahwa kesehatan mental adalah terhindar nya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi yang ada semaksimal mungkin, dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.62

Jadi dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa mental adalah kondisi jiwa yang terpantul dalam sikap seseorang terhadap berbagai situasi yang dihadapinya.

Danang Hawari (PR,19-1-1995) mengemukakan pendapat WHO (organisasi kesehatan dunia), bahwa ada delapan criteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu:

a. mampu belajar dari pengalaman b. mudah beradaptasi

c. lebih senang memberi dari pada menerima d. lebih senang menolong dari pada ditolong e. mempunyai rasa kasih saying

62

(48)

37

f. memperoleh kesenangan dari hasil usahanya

g. menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman h. berpikir positif.

Sikun Pribadi (1981) mengemukakan bahwa ciri atau manifestasi jiwa yang sehat adalah sebagai berikut:

a. perasaan aman, bebas dari rasa cemas b. rasa harga diri yang mantap

c. spontanitas dan kehidupan emosi yang hangat dan terbuka

d. mempunyai keinginan yang sifatnya duniawi, jasmani yang wajar, dan mampu memuaskannya.

e. dapat belajar mengalah dan merendahkan diri sederajat dengan orang lain. f. tahu diri, artinya mampu menilai kekuatan dan kelemahan dirinya (baik fisik maupun psikis) secara tepat dan objektif.

g. mampu melihat realitas secara realitas dan memperlakukannya secara realitas (tidak menghayal).

h. toleransi terhadap ketegangan atau stress, artinya tidak panik ketika menghadapi masalah (fisik, psikis, dan sosial).

i. integrasi dan kemantapan dalam kepribadian.

j. kemampuan menyesuaikan diri dalam batas-batas tertentu dengan norma-norma kelompok, dimana kita jadi anggotanya (tidak melanggar aturan-aturan yang telah disepakati bersama atau ditentukan dalam kelompok).

(49)

38

Uraian diatas, menunjukkan ciri-ciri mental yang sehat, sedangkan ciri-ciri mental yang tidak sehat adalah sebagai berikut:63

a. perasaan tidak nyaman. b. perasaan tidak aman.

c. kurang memiliki rasa percaya diri. d. kurang memahami diri.

e. kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial. f. ketidakmatangan emosi.

g. kepribadiannya terganggu. 2. Pembinaan Mental Rohani

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe- dan akhiran – an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.64

Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercermin dalam sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan corak laku,

63

Ibid, h.23.

64

(50)

39

cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.

Pembinaan mental adalah segala usaha tindakan dan kegiatan untuk membentuk, memelihara, serta memantapkan mental anggota berdasarkan Pancasila, Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Trisila TNI AL dan Enam Tuntunan Prajurit Marinir melalui pembinaan rohani, serta pembinaan tradisi sehingga mampu dan mantap dalam melaksanakan tugasnya.

Pembinaan rohani adalah pembinaan kondisi jiwa seseorang/prajurit untuk mempertinggi moral, budi pekerti yang luhur dengan memperkuat keyakinan beragama, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, maupun dalam hubungan manusia dengan sesamanya ataupun dalam hubungan manusia dengan diri pribadinya.

Dengan demikian pembinaan mental rohani adalah usaha pekerjaan dan kegiatan untuk membentuk, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3. Pengertian Disiplin Prajurit

(51)

40

Disiplin adalah sikap mental yang merupakan wujud dari kepribadian seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran.

4. Jenis Pelanggaran Disiplin

Penegakkan hukum disiplin militer bersumber kepada peraturan-peraturan hukum disiplin prajurit. Terdapat beberapa peraturan yang berlaku ataupun sudah berlaku dalam rangka penegakkan hukum disiplin militer. Beberapa peraturan tersebut adalah :

1. Undang-undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit TNI.

2. Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang disahkan dengan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/22/VIII/2005 Tanggal 10 Agustus 2005.

3. Peraturan pelaksanaan lainnya yaitu Peraturan Urusan Dinas Dalam (PUDD).

4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

5. Dokumen-dokumen penting lainnya yang materinya menyangkut disiplin militer :

a) Sumpah Prajurit. b) Sapta Marga.

(52)

41

Dalam undang-undang nomor 26 tahun 1997 tentang hukum disiplin prajurit TNI menyebutkan pelanggaran disiplin militer terbagi menjadi dua (2), yakni pelanggaran disiplin militer murni dan pelanggaran disiplin militer tidak murni.

a. Pelanggaran disiplin militer murni adalah setiap perbuatan yang bukan tindak pidana, tetapi bertentangan dengan perintah kedinasan atau peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kehidupan prajurit.

b. Pelanggaran disiplin militer tidak murni merupakan Pelanggaran hukum disiplin tidak murni merupakan setiap perbuatan yang merupakan tindak pidana yang sedemikian ringan sifatnya sehingga dapat diselesaikan secara hukum disiplin prajurit.

(53)

42 1. Teguran;

2. Penahanan ringan, paling lama empat belas (14) hari;

3. Penahanan berat, paling lama dua puluh satu (21) hari.

Penjatuhan tindakan disiplin tidak menghapuskan kewenangan Ankum dalam memberikan hukuman disiplin kepada prajurit yang melakukan pelanggaran hukum disiplin militer.

Definisi Istilah

1. Pola Komunikasi adalah bentuk atau sistem. Cara atau bentuk (struktur) yang tetap. Pola komunikasi disini yang terjadi antara Kepala Sub Dinas Pembinaan Mental (Kasubdisbintal) dengan prajurit marinir.

2. Sub Dinas Pembinaan Mental adalah organisasi dibawah Dinas Administrasi Personel (Disminpers) yang bertugas membantu Kepala Disminpers dalam melaksanakan pembinaan kejuangan yang meliputi disiplin prajurit dan pembinaan kerohanian, termasuk pembinaan terhadap keluarga prajurit.

3. Disiplin Prajurit adalah sikap mental prajurit marinir yang merupakan wujud dari kepribadian seseorang yang tercermin dari sikap, perbuatan terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran.

(54)

43 BAB III

SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM DISIPLIN PRAJURIT DI MARKAS KOMANDO KORPS MARINIR

A. Sejarah Terbentuknya Korps Marinir

Terlahir dari patriotisme pemuda yang menginginkan patahnya belenggu kolonialisme, Korps Marinir sudah eksis sejak berkecamuknya perang merebut kemerdekaan. Setelah gema Proklamasi 17 Agustus 1945 dikumandangkan, pada tanggal 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia membentuk tiga badan yaitu Komite Nasional Indonesia, Party Nasional Indonesia dan Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Dalam lingkungan BPKKP inilah dibentuk satu badan keamanan yang dinamakan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Bagi pelaksanaan tugas keamanan dan ketertiban di pantai, lautan dan daerah-daerah pelabuhan dibentuk BKR Laut yang didirikan pada 10 September 1945.

Pada 5 Oktober 1945 Presiden mengeluarkan maklumat tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat di mana BKR menjadi inti TKR. Dengan demikian BKR Laut pun berubah menjadi TKR Laut. TKR ini kemudian berkembang menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

(55)

44

menggunakan nama Korps Marinir sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. Skep/1831/XI/1975 tanggal 15 Nopember 1975.65

Seiring dengan berkembangnya jaman terutama untuk menuju terbentuknya organisasi militer yang modern dan profesional, Korps Marinir baik secara organisatoris maupun pembinaan kekuatannya mengalami beberapa perubahan. Perubahan yang dimaksud antara lain mulai dari penyebutan unsur kekuatan, likuidasi beberapa satuan, penambahan kekuatan satuan baik di lingkup Komando Pelaksana (Kolak) maupun Satuan Pelaksana (Satlak) hingga ke tingkat pola pembinaan personel atau pengawak organisasi.

Di bidang organisasi, perubahan terakhir terjadi pada tahun 2004 di mana terbentuk kekuatan baru di jajaran Komando Pelaksana (Kolak) Korps Marinir yakni dengan terbentuknya Pasmar-2 dan Brigif-3 Marinir. Di masa mendatang, kekuatan Korps Marinir akan terus dikembangkan hingga mencapai bentuk yang ideal baik dari segi kualitas maupun kuantitas personel termasuk peralatan tempurnya.

Diawal terbentuknya KKO AL tahun 1945 dengan perimbangan kepentingan dinas yang waktu itu masih dalam suasana mempertahankan kemerdekaan maka pimpinan merasa perlu membentuk organisasi yang bertugas memelihara, memperhatikan dan mengurus segala yang berhubungan dengan kepentingan prajurit. Maka dibentuklah organisasi Personel yang didalamnya terdiri dari beberapa sub organisasi salah satunya Sub Dinas Pembinaan Mental yang salah satu tugasnya membina disiplin prajurit, keluarga dan membina spiritual/rohani prajurit Korps Marinir yaitu yang bernama Jawatan personel. Seiring dengan

65

(56)

45

perkembangan waktu Jawatan personel berubah menjadi Dinas Administrasi Personel (Disminpers) yang didalamnya terdapat Sub Dinas Pembinaan Mental yang semakin mendapat tantangan dalam berupaya menjaga kondisi disiplin prajurit yang mampu mempertahankan profesionalisme, dedikasi dan loyalitas sesuai perkembangan zaman.

B. Kondisi Disiplin Prajurit di Markas Komando Korps Marinir

Disiplin pada hakekatnya adalah suatu sikap mental yang merupakan gambaran dari kualitas mental seseorang, oleh sebab itu disiplin berkaitan erat dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Disiplin dapat ditanamkan melalui pendidikan dan latihan serta mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kepribadian seseorang.

Tujuan disiplin bukan untuk membatasi kebebasan, melainkan untuk menciptakan situasi tertib dan teratur sebagai syarat terwujudnya koordinasi, singkronisasi, maupun menyangkut keselamatan dan keamanan. Disiplin adalah syarat mutlak untuk mentaati semua peraturan-peraturan dan semua perintah kedinasan dari tiap-tiap atasn, termasuk hal-hal yang kecil.

(57)

46

a. Disiplin merupakan cermin kehidupan setiap prajurit, Sapta Marga yang dengan penuh kesadaran senantiasa mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku dilingkungan TNI/TNI AL/Korps Marinir.

b. Disiplin berlaku bagi setiap prajurit di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja.

c. Disiplin adalah tanggung jawab bagi setiap individu, setiap atasn, kesatuan dan organisasi.

d. Disiplin harus selalu ditegakkan, dipelihara dan di bina secara terus-menerus selama masih adanya keberadaan prajurit dan organisasi itu sendiri.

e. Setiap prajurit yang melanggar didiplin harus dikenai sanksi-sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku, tanpa kecuali.

f. Prajurit Korps Marinir yang disiplin adalah prajurit yang melaksanakan Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI, Trisila TNI AL dan, Enam Tuntunan Korps Marinir dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.

g. Prajurit tanpa disiplin sama saja dengan kelompok yang dipersenjatai dan dapat membahayakan kesatuan organisasi, lingkungan, bangsa dan Negara.

(58)

47

[image:58.612.129.535.158.558.2]

eskalasinya sudah ada penurunan dari tahun ke tahun. Kondisi ini tetap menjadi perhatian khusus, karena di Markas Komando Korps Marinir dijadikan barometer keberhasilan teganya disiplin prajurit di jajaran Korps Marinir. Adapun data jumlah pelanggaran tersebut pada tahun 2009 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 1

DATA PELANGGARAN DENMA MAKO KORMAR

Bulan Perwira Bintara Tamtama Ket

Januari 1 - 4 Pa 1 : Pengancaman

Ta 4 :

Gambar

Tabel 1 DATA PELANGGARAN DENMA MAKO KORMAR

Referensi

Dokumen terkait

Нова генерація українських композиторів та їх досягнення у різних жанрах музичної творчості (обробки народних пісень Л. Українська

perancangan Sistem Direktori Siswa yang dapat digunakan untuk mempermudah kinerja Wali Kelas dan karyawan tata Usaha dalam proses pelayanan dan pengelolaan berkas

Sesuai dengan ciri-ciri pajak daerah yang diungkapkan oleh Soetrisno, yaitu: a) Pajak daerah dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah daerah otonom. b) Pajak daerah

Budaya prasejarah yang berada di Situs Gua Babi dan Gua Tengkorak merupakan salah satu bagian dari kelompok budaya yang pernah berkembang pesat di kawasan karst yang ada di

Dimana dalam penelitain ini sampel yang digunakan adalah sebanyak90 responden sampel yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok dengan IMT kurang, IMT normal dan

Suasana dalam ruangan suatu bangunan selalu diusahakan supaya keadaannya dalam keadaan aman dan nyaman agar penghuninya terhindar dari perasaan gelisah dan membosankan. Untuk itu

Pencucian adalah proses pembersihan rimpang dari tanah, kotoran lainnya dan mikroba yang masih melekat pada rimpang dengan menggunakan air bersih dan