PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK,
MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN
AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN
WIDIA SYARAH NIM: 203082001949
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI
TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat- syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Widia Syarah
NIM : 203082001949
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Yulianti SE, M.Si
NIP. 196902032001121003 NIP.
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ii
Hari ini Rabu Tanggal 5 Bulan Januari Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Widia Syarah NIM: 203082001949 dengan judul
Skripsi “PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK,
MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN” Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 5 Januari 2011
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Yulianti, SE, M.Si Erika Amelia, SE, M.Si
Ketua Sekretaris
iii
Hari ini, tanggal 27 Bulan Januari Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian
Skripsi atas nama Widia Syarah, NIM 203082001949, dengan judul skripsi
“PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN”. Memperhatikan hasil dan kemampuan keilmuan siswa tersebut selama sidang berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Januari 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Yulianti, SE, M.Si
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS M. Arief Mufraini, Lc.,M.Si
Penguji I Penguji II
Rahmawati, SE., MM
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Widia Syarah
Tempat, Tanggal Lahir : Pulau Kijang, 09 Oktober 1984
Alamat : Jl. Kerta Mukti Gg. H. Nipan No. 123 Rt/Rw.
01/008, Pisangan, Ciputat
No. Telpon : 081808135633
E-mail : widiasyarah@yahoo.co.id
Pendidikan Formal
1990 SDN 003 Pulau Kijang (Riau)
1996 MTs Darudda’wah Walirsyad DDI Pulau Kijang (Riau)
1999 SMAN 01 Pulau Kijang (Riau)
2003 Universitas Islam Negeri SYAHID Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Jurusan Akuntansi
v
ABSTRACT
This research have the aim of analyzing differences perception between public accountants and accounting educators, public accountants and students of accounting, public accountants and employees section accounting, accountant educators and students of accounting, accountant educators and employees section accounting, students of accounting and employees section accounting against the accounting profession ethics.
Data used in this study using primary data obtained from respondents who deployed with four categories of respondents (public accountant, accounting educators, students of accounting and employees section accounting) . The method of analysis used in this research is One Way ANOVA (Analysis Of Variance).
The results of this study show that There are significant differences in perception accountant educators and employees section accounting, students of accounting and employees section accounting against the accounting profession ethics, While the perception of public accountants with accountants educators, public accountant with students of accounting, employee section accounting with accountant educators on ethical accounting profession there is no significant differences.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan pendidik, akuntan publik dan mahasiswa akuntansi, akuntan publik dan karyawan bagian akuntansi, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi, akuntan pendidik dan karyawan bagian akuntansi, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi terhadap etika profesi akuntan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari jawaban responden yang disebarkan dengan empat kategori responden (akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Way ANOVA (Analysis Of Varians).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara persepsi akuntan publik dengan karyawan bagian akuntansi dan persepsi mahasiswa akuntansi dengan karyawan bagian akuntansi terhadap etika profesi akuntan. Sedangkan persepsi akuntan publik dengan akuntan pendidik, akuntan publik dengan mahasiswa akuntansi, akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi, karyawan bagian akuntansi dengan akuntan pendidik terhadap etika profesi akuntan tidak terdapat perbedaan.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah
SWT. Teriring shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya. Dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Akuntan Publik, Akuntan
Pendidik, Mahasiswa Akuntansi dan Karyawan Bagian Akuntansi Terhadap Etika
Profesi”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan
dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai masalah
dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan
semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan, dorongan, bimbingan
dan pengarahan yang tidak ternilai harganya. Ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Teristimewa untuk kedua orangtuaku, Untuk Alm. Ayahku tercinta yang
sudah tenang disana, dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan masukan,
motivasi, sandaran dari setiap permasalahan yang timbul, doa, ridhonya serta
kasih sayangnya sehingga penulis mendapatkan semangat lebih untuk
menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas segala bimbingan, asuhan, kasih
sayangnya serta pengorbanannya dalam hidup penulis selama ini, semoga
ilmu yang didapat penulis selama ini dapat memberikan kontribusi yang besar
nantinya untuk menjaga, membanggakan, mencukupi dan membuat bangga.
viii
3. Untuk kakak-kakak dan abang-abang ku trutama kak mia, kak yuli, kak warda
dan bang akbar, bang holis, kak fitri (kak ipar) dan buat abang ku tercinta
alm. Ilham Wira Adi Kusuma yang telah tenang disana, yang selama ini telah
banyak membantu baik berupa materi maupun semangat yang sama-sama kita
lalu dalam suka dan duka selama beliau masih hidup. Terima kasih atas
semua doa yang telah diberikan kepadaku.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku dosen pembimbing I (satu) yang
telah berkenan meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan
tambahan ilmu kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Ibu Yulianti SE, Msi selaku dosen pembimbing II (dua) yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan dari setiap permasalahan dan
kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Prof. Dr. Abdul hamid, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Rahmah, Se, MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
8. Bapak Suhendra S.Ag., MM selaku Koordinator Teknis Jurusan Akuntansi.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Mbak Ani, Mas
Ajis, Mas Alfred, Mas Heri, dan Mpok).
11. Sahabatku sejatiku tercinta, (Endah, Putri, Yani, Suroh, Rosma) yang selalu
ada bukan hanya saat penulis senang tapi juga saat penulis menghadapi
masalah. Semoga persahabatan yang telah terbangun selama 7,5 tahun ini tak
akan putus.
12. Tami, miko, harry, ipank, meta, edho, riki teman-teman senasib seperjuangan
yang sama-sama berjuang untuk mendapatkan gelar sarjana dan saling
ix
13. Herry Budiman my love, kandaku termikasih yang tak terhingga atas segala
doa, support yang tak henti-henti dan terimakasih atas kesabarannya yang
telah lama menunggu. Semoga ini adalah penantian tidak sia-sia.
14. Teman-teman seperjuangan di Akuntansi B, Audit yang membantu dan
memberikanku semangat.
15. Para responden yang telah bersedia membantu peneliti untuk memperoleh
data yang diperlukan.
16. Pihak-pihak lain, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu oleh
penulis.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa apa yang terdapat dalam penulisan
skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, Maret 2011
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan Skripsi ... i
Halaman Pengesahan Komprehensif ... ii
Halaman Pengesahan Sidang Skripsi ... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Abstract ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xiv
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
Bab II Tinjauan Pustaka A. Persepsi ... 9
B. Akuntan Publik sebagai suatu profesi ... 10
C. Akuntan Pendidik ... 11
D. Etika ... 12
xi
2. Etika Audit ... 15
E. Kode Etik Sebaga Etika Profesi Akuntan ... 16
F. Akuntan publik, akuntan pendidik dan etika profesi akuntansi ... 21
G. Mahasiswa Akuntansi dan Etika Profesi Akuntan ... 23
H. Karyawan bagian akuntansi dan etika profesi akuntan ... 24
I. Kerangka Pemikiran ... 25
J. Perumusan Hipotesis ... 27
Bab III Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian ... 28
B. Metode Penentuan Sampel ... 28
C. Metode Pengumpulan Data ... 29
D. Metode Analisi Data ... 30
1. Uji Kualitas Data ... 30
2. Uji Hipotesis ... 31
E. Operasional Variabel Penelitian ... 32
Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelititan ... 39
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39
2. Sejarah Umum Objek Penelitian ... 41
xii
B. Hasil Uji Instrument Penelitian ... 44
1. Uji Validitas ... 44
2. Uji Reliabilitas ... 47
C. Hasil dan Pembahasan ... 48
1. Pengujian Normalitas Data ... 48
2. Uji Hipotesis ... 49
3. UJi beda dengan Post Hoc Test ... 51
Bab V Kesimpulan dan Implikasi A. Kesimpulan ... 56
B. Saran dan Implikasi ... 57
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
3.1 Operasional Variabel Penelitian 34
4.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang Diterima dan
Dapat Diolah
40
4.2 Distribusi Kusioner 40
4.3 Data Statistik Responden 44
4.4 Uji Validitas Independensi 45
4.5 Uji Validitas Kecakapan Profesional 45
4.6 Uji Validitas Integritas dan Objektivitas 45
4.7 Uji Validitas Kerahasiaan 46
4.8 Uji Validitas Bayaran Kontijen 46
4.9 Uji Validitas Tindakan Mendatangkan Aib 46
4.10 Uji Validitas Periklanan dan Penawaran 46
4.11 Uji Validitas Komisi 47
4.12 Uji Reliabilitas 47
4.13 Hasil Uji Normalitas Data 49
4.14 Hasil Uji Levene Test 50
4.15 Hasil Uji F atau ANOVA 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman tidak dapat dihindari.
Begitu pula dengan keberadaan maupun peran profesi akuntan dimasa
sekarang dan akan datang, serta perkembangan bisnis yang menuntut
profesionalisme dari seorang akuntan karena profesi akuntan merupakan salah
satu profesi yang melekat pada masyarakat bisnis. Oleh karena itu kesiapan
yang menyangkut profesionalisme seorang yang berprofesi sebagai akuntan
diperlukan, sebab sebagai seorang profesionalisme harus memiliki tiga hal
utama oleh setiap anggota profesi tersebut yaitu keahlian, berpengetahuan dan
berkarakter. Hal ini bertujuan untuk memenuhi peran dan tanggung jawabnya
kepada masyarakat para pemakai jasa profesionalisme profesi akuntan. Sikap
dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya di masyarakat,
pemakai jasa profesionalnya dan akan menentukan keberadaannya dalam
persaingan diantara rekan profesi dari negara lainnya (Yusup et al., 2007).
Di Indonesia sedang berkembang issue seiring dengan terjadinya
beberapa pelanggaran etika yang terjadi, baik yang dilakukan oleh akuntan
publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Hal ini tidak akan terjadi
jika setiap akuntan dan calon akuntan mempunyai pengetahuan pemahaman
dalam menerapkan etika secara memadai untuk melaksanakan tugasnya
2 dikerjakan dengan sikap yang professional yang sepenuhnya berlandaskan
pada standar moral dan etika yang ada. Dalam menjalankan profesinya sebagai
pemeriksa (audit), seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik profesi. Kode
etik profesi di Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Ikatan Akuntan
Indonesia (Renyowijoyo, 2005).
Pada Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pasal 1 ayat (2)
mengamanatkan bahwa setiap anggota harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, ia akan bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan
pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Dengan adanya kode etik,
masyarakat akan menilai sejauh mana seorang auditor telah bekerja sesuai
dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan oleh profesinya.
Menurut Hunt dan Vitel dalam Komsiyah dan Indriantoro (1998),
kemampuan seorang professional untuk dapat mengerti dan peka akan adanya
masalah etika dalam profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya
atau masyarakat dimana profesi itu berada, lingkungan profesinya, lingkungan
organisasi atau tempat ia bekerja serta pengalaman pribadinya. Sudibyo dalam
Komsiyah dan Indriantoro (1998) menyatakan dunia pendidikan akuntansi
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku etis akuntan. Oleh sebab
itu pemahaman seorang calon akuntan (mahasiswa akuntansi) sangat
diperlukan dalam hal etika dan keberadaan pendidikan etika ini juga memiliki
peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi di Indonesia. Mata
kuliah yang mengandung muatan etika tidak terlepas dari misi yang telah
3 tetapi pendidikan tinggi akuntansi yang bertanggung jawab pada pengajaran
ilmu pengetahuan yang menyangkut tentang etika yang harus dimiliki oleh
mahasiswanya dan agar mahasiswanya mempunyai kepribadian (personalitiy)
yang utuh sebagai calon akuntan yang professional. Abdullah dan Halim
(2002) menyatakan etika dalam profesi akuntansi mendapat sorotan karena
ternyata kurikulum pendidikan belum mencakup muatan etika yang cukup
berarti (Ludigdo dan Macfoedz, 1999 ; Engle dan smith, 1990), karena
akuntan pendidikbelum memiliki suatu kode etik dan adanya penolakan para
akademisi untuk mengajarkan etika dalam perkuliahan akuntansi.
Seorang akuntan dalam melaksanakan profesinya diatur oleh suatu
kode etik akuntan, berupa norma perilaku yang mengatur hubungan antara
akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara
profesi dengan masyarakat (Sihwajoeni dan Godono M, 2000).
Dalam hal etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang
tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi
pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi yang bersangkutan.
Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban
profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi
dan ditaati oleh setiap profesi. Setiap profesi yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat
prinsip-prinsip dan mengatur tentang prilaku profesionalisme (Murtanto dan
4 Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan bidang jabatan
dapat dicapai dengan mewajibkan standar pelaksanaan kerja dan perilaku yang
tertinggi bagi pelaksanaannya, kode etik jabatan dimaksudkan untuk
menyediakan standar perilaku bagi mereka yang melaksanakan praktik
pelayanan akuntan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sejak tahun 1973
telah mengesahkan ”Kode Etik Akuntan Indonesia” yang mengalami revisi
tahun 1986, 1994 dan terakhir tahun 1998 dalam pasal 1 ayat (2) yang
mengamanatkan ”setiap anggota harus mempertahankan integritas dan
obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya guna menjaga hubungan dengan
klien”.
Menurut Wiwik Utami et.al., (2009) Internal Federation of Accountans
(IFAC) pada tahun 2008 menerbitkan delapan standar pendidikan
internasional (international Education Standards/ IES). Dari delapan standar
tersebut, standar nomor 4 (IES 4) menyebutkan bahwa program pendidikan
akuntansi sebaiknya memberikan rangka nilai, etika, dan sikap professional
untuk melatih judgement professional calon akuntan sehingga dapat bertindak
secara etis di tengah kepentingan profesi dan masyarakat.
Penelitian etika profesi akuntan ini dilakukan karena profesi akuntan
dalam aktivitasnya tidak terpisahkan dengan prinsip-prinsip yang tercantum
dalam etika profesi. Selain itu, penelitian ini dilakukan kepada akuntan
pendidik karena mereka adalah pendidik dari pada calon akuntan yang
bertanggung jawab mendidik mahasiswa agar mempunyai kepribadian yang
5 dan akuntansi (transformasi ilmu). Penelitian ini juga dilakukan kepada
mahasiswa akuntansi karena mereka adalah calon akuntan yang seharusnya
terlebih dahulu dibekali pengetahuan mengenai etika sehingga kelak bisa
bekerja secara professional berlandaskan etika profesi seorang akuntan serta
dapat menerapkannya dengan baik didunia bisnis. Penelitian ini juga
dilakukan kepada akuntan publik dan karyawan bagian akuntansi karena
akuntan publik dan karyawan bagian akuntansi adalah penyedia jasa informasi
keuangan yang akan dilaporkan sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen perusahaan kepada pemilik (investor) dan pihak lain. Selain itu
dalam penelitian ini hanya menguji etika profesi akuntan saja. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris perbedaan persepsi
terhadap etika profesi akuntan dengan menekankan pada prinsip-prinsip etika
akuntan antara akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan
karyawan bagian akuntansi.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Renyowijoyo (2005)
mengenai profesi masyarakat dan akuntan terhadap etika profesi akuntan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan
objek yang digunakan, penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian
akuntan pemerintah sedangkan pada objek penelitian ini di ubah menjadi
akuntan pendidik, penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian
akuntan intern sedangkan pada objek penelitian ini di ubah menjadi
mahasiswa akuntansi yang telah melewati mata kuliah audit, penelitian
6 objek penlitian ini tetap menggunakan objek yang sama yaitu akuntan publik,
penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian masyarakat sedangkan
pada objek penelitian ini diubah menjadi karyawan bagian akuntansi.
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat suatu penelitian yang diberi
judul “PERSEPSI AKUNTAN PUBLIK, AKUNTAN PENDIDIK,
MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN
AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut diatas maka dapat
dirumuskan :
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara silmutan antara akuntan
publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian
akuntansi terhadap etika profesi akuntan?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan secara parsial antara akuntan
publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan karyawan bagian
akuntansi terhadap etika profesi akuntan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah tersebut diatas, maka penelitian
7
a. Untuk menganalisis perbedaan yang signifikan secara silmutan antara
akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan karyawan
bagian akuntansi terhadap etika profesi akuntan.
b. Untuk menganalisis perbedaan yang signifikan secara parsial antara
akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi, dan karyawan
bagian akuntansi terhadap etika profesi akuntan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
Memberikan masukan kepada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
salah satu organisasi profesi akuntan di Indonesia mengenai persepsi
akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi dan karyawan
bagian akuntan terhadap etika profesi akuntan. Hasilnya akan
digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan citra profesi akuntan
publik.
b. Bagi Akuntan Pendidik
Memberikan masukan kepada para akuntan publik, akuntan pendidik,
mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntan terhadap etika
profesi akuntan. Hasilnya akan digunakan sebagai acuan untuk
8
c. Bagi Karyawan Bagian Akuntansi
Memberikan bukti empiris mengenai persepsi akuntan publik, akuntan
pendidik, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntan terhadap
etika profesi akuntan.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Memberikan masukan dan memperdalam pengetahuan peneliti
selanjutnya prihal etika profesi akuntan yang selalu menjadi issue
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
Persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu
atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
indranya. Jadi persepsi diartikan sebagai proses kognitif setiap orang dalam
memahami setiap informasi tentang lingkungannya melalui panca indranya
(kamus besar bahasa Indonesia, 1995). Persepsi dalam penelitian ini diartikan
sebagai proses kognitif yang dialami seseorang dalam memahami setiap
informasi tentang lingkungannya melalui panca indranya, baik melihat,
mencium, mendengar, menyentuh maupun merasakan. Proses kognitif adalah
proses yang mana individu memberikan arti penafsiran terhadap rangsangan
(stimulus) yang muncul dari obyek, orang dan symbol tertentu. Persepsi
mencakup penerimaan, pengorganisasian dan penafsiran stimulus yang telah
diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk
sikap. Karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada obyek tertentu,
maka masing-masing individu akan memeliki persepsi yang berbeda walaupun
melihat obyek yang sama.
Para ahli banyak mengemukakan pendapat secara definitive yang
berbeda satu sama lain. Sabri dalam zamroni (2006) berpendapat bahwa
persepsi adalah proses individu dapat mengenali obyek atau fakta obyektif
10 obyek tidak berdiri sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa factor baik
dari dalam maupun dari luar dirinya.
Walgito (1997) dalam penelitian Yusup et al.,(2007), menyatakan bahwa
agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, maka ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Adanya obyek yang dipersiapkan (fisik).
2. Alat indera/ reseptor yaitu alat untuk menerima stumulus (fisiologis).
3. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan
persepsi (psikologis).
Pengertian persepsi etika dalam konteks Sihwajoeni dan Gundono
(2000), adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa
moral tertentu melalui kompleks, sehingga dia dapat memutuskan tentang apa
yang dilakukan dalam situasi tertentu.
B. Akuntan Publik sebagai suatu profesi
Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri
Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik
akuntan publik. (SPAP 2001)
Kegiatan yang dilakukan seorang akuntan publik dapat dikategorikan
sebagai profesi karena telah memenuhi kriteria yang ada, antara lain :
1. Memiliki disiplin ilmu tertentu, dimana akuntan publik harus terlebih
11
2. Memiliki persyaratan tertentu untuk memasuki profesi tersebut dan diatur
dalam UU No. 34 th 1954.
3. Memiliki kode etik yang bertujuan untuk mengatur moral anggota.
4. Mengutamakan kepentingan masyarakat.
5. Memiliki organisasi profesi, yaitu IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).
Profesi akuntan publik merupakan suatu profesi yang memberikan jasa
pemeriksaan akuntansi atas laporan keuangan yang disusun oleh manajemen.
Di Indonesia, keberadaan profesi akuntan telah diakui secara resmi oleh
pemerintah.
Menurut kamus Akuntansi (1985) akuntan publik adalah akuntan yang
sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang No. 34 tahun 1954 yang
terdaftar pada register negara dan mempunyai izin untuk membuka kantor
akuntan dari Menteri Keuangan.
C. Akuntan Pendidik
Menurut kesimpulan laporan komite yang dibentuk AAA (1971) dalam
Indriantoro (2002) mengatakan bahwa sebagai akuntan pendidik yang
professional sebagai akuntan pendidik memasukan materi etika ke dalam mata
kuliah akuntansi. Dalam aspek ini mempunyai keuntungan bahwa mahasiswa
lebih mudah mengaitkan aspek keprilakukan untuk topik tertentu pada saat
topik dibahas dan mengajarkan aspek keprilakuan mata kuliah tersendiri,
sehingga mahasiswa bisa menerima penjelasan atau mendiskusikan aspek
12
untuk membahas secara mendalam teori-teori keprilakuan dan
menghubungkannya secara langsung dengan topik akuntan yang mengandung
aspek keprilakuan.
Wiwik Utami et al.,(2009), di Indonesia, ada kecendrungan bahwa
dosen lebih memfokuskan pada penguasaan standar dan metode akuntansi,
namun sangat kurang dalam membahas (mendiskusikan) isu-isu etika. Padahal
dalam beberapa buku teks akuntansi terdapat kasus-kasus yang mengangkat
isu atau dilema etis.Jika dosen melakukan integrasi kasus etika tersebut ke
dalam materi ajar akuntansi keuangan, maka dapat diharapkan mahasiswa
menjadi peduli terhadap isu-isu etika dan kemudian mampu menentukan
sikap.
D. Etika
Etika adalah aturan yang disusun untuk mempertahankan suatu profesi
pada suatu tingkat terhormat untuk meyakinkan publik bahwa profesi akan
mempertahankan tingkat pemberian jasa yang lebih tinggi. Istilah etika jika
dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
(Depdiknas, 2003:309).
Didalam kode etik terdapat muatan etika, dalam bahasa Yunani terdiri
dari dua kata yaitu; ethos berarti kebiasaan atau adat, dan ethikos berarti
perasaan batin atau kecendrungan batin mendorong manusia dalam bertingkah
13 tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. Profesi itu
sendiri meliputi kombinasi unik dari penalaman dan pembelajaran
masing-masing individu seperti dikemukakan oleh Ward et.al.,(1993) dalam
Sihwajoeni dan Gudono (2000).
Jadi secara umum etika menggambarkan suatu perwujudan dan
penetapan suatu norma sikap dan tingkah laku yang membantu manusia
bertindak secara bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap
tindakan lahir dari keputusan pribadi yang bebas.
Alasan mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi pada
setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas
jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan.
Bagi akuntan publik penting untuk meyakinkan klien dalam laporan keuangan
akan kualitas audit dan jasa lainnya.
1. Prinsip Etika
Prinsip-prinsip etika yang dirumuskan oleh IAI dan dianggap menjadi
kode perilaku Akuntan Indonesia (IAI, 2001) adalah sebagai berikut :
a. Tanggung jawab
Setiap anggota IAI harus melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
profesional, akuntan harus mewujudkan kepekaan profesional dan
14
b. Kepentingan masyarakat
Setiap anggota IAI harus mewujudkan melakukan tindakan yang
mendahulukan kepentingan masyarakat, mengahargai kepercayaan
masyarakat dan menunjukkan komitmen pada profesionalisme.
c. Integritas
Setiap anggota IAI harus dapat mempertahankan dan memperluas
kepercayaan masyarakat, akuntan harus melaksanakan semua tanggung
jawab profesional dengan integritas tinggi.
d. Obyektivitas dan Independensi
Setiap anggota IAI harus dapat mempertahankan obyektivitas dan
bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab
profesional akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik harus
bersikap independensi dalam kenyataan dan penampilan pada waktu
melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya.
e. Keseksamaan
Setiap anggota IAI harus mematuhi standar teknis dan etika profesi,
berusaha keras untuk terus meningkatkan kompetensi dan mutu jasa,
dan melaksanakan tanggung jawab profesional dengan kemampuan
yang terbaik.
f. Lingkup dan Sifat jasa
Setiap anggota IAI harus menajalankan praktik sebagai akuntan publik,
akuntan harus mematuhi prinsip-prinsip perilaku profesional dalam
15
2. Etika Audit
Terdapat dua etika audit, yaitu :
a. Yang berlaku dikalangan akuntan, menganut prinsip sebagai barikut:
tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, obyektivitas,
kompetensi, kehati-hatian profesional, kerahasiaan, standar teknis, dan
perilaku profesional.
b. Yang berlaku non Akuntan, meliputi: obyektivitas, integritas, tanggung
jawab profesi, kerahasiaan, dan kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku.
Sihwajoeni dan Gudono. M (2000) kode etik yaitu norma perilaku yang
mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan
sejawatnya dan antara profesi dengan sejawatnya, dan atara profesi dengan
masyarakat. Di dalam kode etik berarti kebiasaan atau adat, dan ethikos yang
berarti perasaan perasaan batin atau kecendrungan batin yang mendorong
manusia dalam bertingkah laku. Pada dasarnya tujuan adanya kode etik adalah
untuk melindungi kepentingan anggota dan kepentingan masyarakat yang
menggunakan jasa profesi.Dengan demikian kaidah etika masyarakat adalah
pedoman, patokan atau ukuran yang tercipta melalui konsensus atau
keagamaan, maupun kebiasaan yang didasarkan pada nilai baik dan buruk.
Sedangkan Menurut Siagian (1996) dalam Wiwik Utami et al.,(2009),
menyebutkan bahwa ada empat alasan mengapa mempelajari etika sangat
penting: (1) etika memandu manusia dalam memilih berbagai keputusan yang
16 pada kesepakatan nilai-nilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat
tercapai, (3) dinamika dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan
nilai-nilai moral sehingga perlu dilakukan analisa dan ditinjau ulang, (4) etika
mendorong tumbuhnya naruli moralitas dan mengilhami manusia untuk
sama-sama mencari, menemukan dan menerapkan nilai-nilai hidup yang hakiki.
E. Kode Etik Sebaga Etika Profesi Akuntan
Masalah etika merupakan masalah yang selalu dihadapi dalam profesi
akuntansi karena menyangkut dua pihak, klien dan masyarakat atau publik
terutama terkait dengan laporan keuangan yang wajar atau fair (Shaub :
1993:146) dalam Khomsiyah dan Indrianto (1998).
Menurut Djajang (Cakrawala Ekonomi dan Keuangan), tahun VI, edisi
21 Jan-Mar 1999), menggambarkan kondisi etika profesi akuntan di Indonesia
dengan mengelompokkan menjadi empat kelompok sebagai berikut :
1. Para akuntan menjunjung tinggi etika profesi akuntan dan mereka sangat
peduli dengan nama baik profesi akuntan.
2. Para akuntan yang mengetahui dan menyadari akan etika profesi, namun
keadaan memaksa yang bersangkutan untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan etika tersebut.
3. Para akuntan yang mengetahui dan menyadari etika profesi, namun
menganggap enteng atau tidak peduli akn hal itu.
4. Para akuntan yang tidak tahu atau kurang mengetahui mengenai etika
17 IAI sejak tahun 1973 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan
Indonesia” yang telah mengalami revisi pada tahun 1986, 1994 dan terakhir
pada tahun 1998, secara garis besar pedoman-pedoman yang tercantum dalam
kode etik akuntan Indonesia tidak berbeda dengan Kode Etik Internasional
Federation of Accountans (IFAC), sebuah organisasi internasional yang
anggotanya terdiri dari orang-orang akuntan hampir diseluruh dunia.
Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.04/PRT/N/2006,
tujuan kode etik auditor adalah :
1. Melindungi para auditor dari pengaruh pihak lain yang mempunyai
kepentingan tertentu yang dapat menyebabkan tidak terpenuhinya prinsip
audit dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Memotivasi perkembangan profesi auditor secara berkelanjutan.
3. Mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi
prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksana pengendalian pemeriksaan
sehingga dapat terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang
optimal dalam pelaksanaan pemeriksaan dilingkungan departemen.
Etika merupakan seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang
mengatur perilaku manusia, baik apa yang harus ditinggalkan dan dianut oleh
sekelompok manusia atau masyarakat atau profesi (Yusup et al.,2007). Di
Indonesia etika diterjemahkan menjadi kesusilaan, karena sila berarti baik,
benar dan bagus. Selanjutnya, selain kaidah etika masyarakat juga terdapat apa
yang disebut dengan kaidah professional yang khusus berlaku dalam
18 maka etika tersebut dinyatakan secara tertulis atau formal dan selanjutnya
disebut sebagai “kode etik”. Sifat sanksinya juga moral psikologik, yaitu
dikucilkan atau disingkirkan dari pergaulan kelompok profesi yang
bersangkutan (Desriani, 1993 dalam Sihwajoeni dan Gudono, 2000).
Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dibagi menjadi empat bagian
sebagai berikut : (1) prinsip etika, (2) aturan etika, (3) interprestasi akuntan
etika, dan (4) tanya dan jawab. Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi
aturan etika yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa professional oleh
anggota.Prinsip etika disahkan oleh Kongres IAI dan berlaku bagi seluruh
anggota IAI, sedangkan aturan etika disahkan oleh Rapat Anggota
Kompartemen dan hanya mengikat anggota kompartemen yang bersangkutan.
Interprestasi etika merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh pengurus
kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak
yang berkepentingan lainnya.Sebagai panduan penerapan aturan etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.Tanya dan jawab
memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota kompartemen
tentang aturan etika beserta interprestasinya. Dalam kompartemen akuntansi
publik, tanya dan jawab ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik.
Dalam kode etik IAI yang berlaku sejak tahun 1998, organisasi IAI
menetapkan delapan prinsip etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI, baik
yang berada dalam kompartemen akuntan publik, kompartemen akuntan
19 kompartemen menjabarkan delapan prinsip etika tersebut ke dalam aturan
etika yang berlaku secara khusus bagi anggota IAI yang bergabung dalam
masing-masing kompartemen.
Menurut http://unwar0733122.wordpress.com/september3,2008 prinsip
etika profesi akuntan Indonesia terdiri atas delapan prinsip, yakni :
1. Tanggung jawab profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional.
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya, dengan
kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat
20 memperoleh manfaat dan jasa professional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban professional atau hokum untuk mengungkapkannya.
7. Prilaku Profesional
Setiap anggota harus berprilaku yang konsisten dalam reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar professional yang relevan.Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut
sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Rumusan kode etik saat ini sebagian besar merupakan rumusan kode
etik yang dihasilkan dalam kongres ke enam IAI dan ditambah dengan
masukan-masukan yang diperoleh dari seminar sehari pemuktakhiran kode
etik Akuntan Indonesia tanggal, 15 Juni 1994 serta asil pembahasan sidang
Komite Kode Etik Akuntan Indonesia tahun, 1994. Saat itu kode etik Akuntan
Indonesia terdiri atas delapan bab sebelas pasal dan enam pertanyaan etika
21 Alasan diperlukannya kode etik dalam kehidupan profesi adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai sarana pengendalian (social control) yang memberikan semacam
kriteria bagi calon anggota profesi dan membantu mempertahankan
pandangan anggota profesi lama terhadap keprofesian yang telah
digariskan.
2. Mencegah terjadinya campur tangan pihak luar (external), seperti
pemerinta, lembaga non pemerintah dan anggota masyarakat lainnya diluar
profesi, sehingga profesi (organisasi profesi) dapat lebih mandiri dalam
mengatur dirinya (self regulated).
3. Keberadaan kapitalisasi dari perilaku yang sudah dianggap benar menurut
pendapat umum berdasarkan metode dan prosedur yang sesuai dengan
keprofesian, sehingga diharapkan dapat mencegah timbulnya
kesalahpahaman atau konflik pada masyarakat terhadap kinerja pelayanan
anggota profesi.
F. Akuntan publik, akuntan pendidik dan etika profesi akuntansi
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan
keuangan tidak hanya semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya,
melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan auditan. Oleh sebab itu seorang akuntan publik dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya untuk mendukung
22 juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh
Institute Akuntan Publik Indonesia (IAPI), agar situasi penuh persaingan tidak
sehat dapat dihindarkan (Herawaty dan Susanto, 2009).
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus
memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang
mengatur tentang prilaku professional (Sukrisno Agoes 2004). Tanpa etika
profesi akuntan tidak aka nada karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia
informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu
profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para
anggotanya (Murtanto dan Marini 2003 dalam Herawaty dan Susanto 2009).
Hal lain yang dapat mempengaruhi seseorang berperilaku etis adalah
lingkungan dunia pendidikan (Sudibyo dalam Maurtanto dan Marini, 2003).
Sudibyo dalam khomsiyah dan Indriantoro (1997) menyatakan bahwa dunia
pendidikan akuntansi juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku
akuntan. Dunia pendidikan merupakan salah satu tempat yang strategis untuk
memupuk nilai-nilai pendidikan. Oleh karena itu, calon akuntan (mahasiswa)
perlu diberi pemahaman yang cukup terhadap masalah etika profesi yang akan
mereka hadapi. Terdapatnya mata kuliah yang berisi ajaran moral dan etika
sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa. Keberadaan pendidikan
etika memiliki peranan penting dalam perkembangan profesi akuntansi di
23 Penelitian sebelumnya yang meneliti perbedaan persepsi akuntan baik
akuntan publik maupun akuntan pendidik terhadap etika profesi akuntan
menyatakan, bahwa perbedaan persepsi akuntan publik berpengaruh signifikan
terhadap etika profesi akuntan (Renyowijoyo, 2005), sedangkan Murtanto dan
Marini (2003) menyimpulkan bahwa persepsi akuntan pria dan akuntan wanita
tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap etika profesi akuntan. Dalam
penelitian Yusup et al (2007), menyimpulkan bahwa perbedaan persepsi
akuntan berpengaruh signifikan terhadap etika profesi akuntan, dan
Sihwajoeni dan Gudono (2000), menyatakan bahwa persepsi akuntan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kode etik akuntan.
G. Mahasiswa Akuntansi dan Etika Profesi Akuntan
Mahasiswa akuntansi merupakan mahasiswa yang mengambil Jurusan
Akuntansi pada perguruan tinggi baik Perguruan Tinggi Negeri maupun
Perguruan Tinggi Swasta. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah
mahasiswa akuntansi yang sedang atau sudah pernah mengambil mata kuliah
Auditing II karena pada mata kuliah inilah biasanya materi etika
diperkenalkan. Materi etika sangat diperlukan dalam dunia pendidikan untuk
mendidik mahasiswa agar mempunyai kepribadian yang utuh sebagai
mahasiswa (Yusup et.al, 2007). Terdapatnya mata kuliah yang berisi ajaran
moral dan etika sangat relevan untuk disampaikan kepada mahasiswa dan
keberadaan pendidikan ini juga memiliki peranan penting dalam
24 Penelitian sebelumnya yang meneliti perbedaan persepsi mahasiswa
akuntan terhadap etika profesi akuntan menyimpulkan, bahwa persepsi
mahasiswa akuntansi berpengaruh signifikan terhadap etika profesi akuntan
(Yusup et.al., 2007). Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sugiarto
Prajitno (2006), yang meneliti perbedaan persepsi akuntan publik, akuntan
perusahaan dan akuntan pendidik terhadap etika bisnis dan etika profesi
akuntan. hasil penelitianya menyatakan bahwa secara simultan terdapat
perbedaan persepsi akuntan publik, akuntan perusahaan dan akuntan pendidik
terhadap etika bisnis dan etika profesi akuntan.
H. Karyawan bagian akuntansi dan etika profesi akuntan
Karyawan bagian akuntansi yang dimaksudkan adalah dimana para
karyawan atau staf yang melakukan kegiatan pembukuan akuntansi
diperusahaan dimana mereka bekerja dalam dunia bisnis. Praktik dalam dunia
bisnis sering kali dianggap sudah menyimpang dari aktivitas moral, bahkan
ada beranggapan bahwa dunia bisnis merupakan dunia amoral yang tidak lagi
mempertimbangkan etika, padahal pertimbangan etika penting bagi status
perofesional dalam menjalankan kegitannya (Yusup et.al, 2007).
Penelitian sebelumnya yang meneliti perbedaan persepsi masyarakat
pengusaha berpengaruh signifikan terhadap etika profesi akuntan
(Renyowijoyo, 2005). Yusup et.al., (2007) menyimpulkan bahwa perbedaan
persepsi karyawan bagian akuntansi berpengaruh signifikan terhadap etika
25
I. Kerangka Pemikiran
Keberadaan kode etik yang menyatakan secara eksplisit beberapa
criteria tingkah laku khusus terdapat pada profesi, maka dengan cara ini kode
etik profesi memberikan beberapa solusi langsung yang mungkin tidak
tersedia dalam teori etika yang umum. Di samping itu dengan adanya kode
etik, maka para anggota profesi akan lebih memahami apa yang diharapkan
profesi terhadap para anggotanya. Dalam bab VII pasal 10 Kode Etik IAI
disebutkan bahwa kode etik akuntan berlaku bagi seluruh anggota Ikatan
Akuntan Indonesia. Dengan demikian kewajiban untuk mematuhi kode etik ini
tidak terbatas pada akuntan yang menjadi anggota IAI saja, tetapi meliputi
semua orang yang bergelar akuntan (Sihwajoeni dan Gudono M. 2000).
Penelitian ini mengkaji perbedaan Persepsi antara Akuntan Publik,
Akuntan Pendidik, Mahasiswa Akuntansi dan Karyawan Bagian Akuntansi
terhadap Etika Profesi Akuntan, berdasarkan kerangka teori yang telah
dikemukakan, dapat disederhanakan dalam bentuk model penelitian sebagai
26
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Profesi Akuntan (Kepribadian, Kecakapan profesional, tanggung jawab)
Akuntan Publik
Akuntan Pendidik
Mahasiswa Akuntansi
Karyawan Bag. Akuntansi
Persepsi
One Way Anova (Analysis Of Varians)
Dengan varian kelompok :
1. Akuntan Publik
2. Akuntan Pendidik
3. Mahasiswa Akuntansi
4. Karyawan Bagian
Akuntansi
Hasil One Way Anova (Analysis Of Varians)
Hipotesis
27
J. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan pada kajian yang telah diuraikan dalam latar belakang
masalah, landasar teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran teoritis,
maka hipotesis yang diajukan untuk diuji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Ha1 : Terdapat perbedaan persepsi akuntan publik dan akuntan pendidik
terhadap etika profesi.
Ha2 : Terdapat perbedaan persepsi akuntan publik dan mahasiswa akuntansi
terhadap etika profesi.
Ha3 : Terdapat perbedaan persepsi akuntan publik dan karyawan bagian
akuntansi terhadap etika profesi.
Ha4 : Terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa
akuntansi terhadap etika profesi.
Ha5 : Terdapat perbedaan persepsi akuntan pendidik dan karyawan bagian
akuntansi terhadap etika profesi.
Ha6 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi dan karyawan
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian komparatif (comparative research).
Penelitian komparatif adalah penelitian yang menguji perbedaan atau
hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji perbedaan persepsi antara akuntan publik, akuntan
pendidik, mahasiswa akuntansi, karyawan bagian akuntansi terhadap etika
profesi akuntan.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian adalah para akuntan publik, akuntan pendidik,
mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi yang berada di Jakarta,
sampel untuk penelitian ini adalah akuntan publik, akuntan pendidik,
mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi yang berada di Jakarta.
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling karena menggunakan beberapa kriteria tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti.
Unit analisisnya meliputi akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa
29
1. Untuk akuntan publik, yang terpilih adalah akuntan yang bekerja di kantor
Akuntan Publik di Jakarta yang berpengalaman minimal 3 tahun, dan
memiliki pendidikan minimal S1.
2. Untuk akuntan pendidik, yang terpilih adalah dosen yang bekerja
diperguruan tinggi di Jakarta yang berpengalaman dalam mengajar
minimal 3 tahun dan memiliki pendidikian minimal S1.
3. Untuk mahasiswa akuntansi, yang terpilih adalah mahasiswa perguruan
tinggi di Jakarta yang mengambil jurusan akuntansi, dengan catatan bahwa
mahasiswa tersebut sedang atau telah mengambil mata kuliah auditing II.
4. Untuk karyawan bagian akuntansi, yang terpilih adalah karyawan atau staf
bagian akuntansi yang melakukan kegiatan pembukuan atau pencatatan
akuntansi perusahaan di Jakarta.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
berupa kuesioner, dengan memberikan pertanyaan kepada responden
mengenai persepsi mereka terhadap etika profesi akuntan. Kuesioner diberikan
kepada kelompok responden baik secara langsung (mendatangi dan bertemu
langsung dengan responden) maupun tidak langsung (kirim kuesioner melalui
30
D. Metode Analisis Data 1. Uji Kualitas Data
Sekumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini terlebih
dahulu dilakukan uji validitas, uji reabilitas, dan uji normalitas. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana data penelitian dapat diteruskan dan
layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut (Renyowijoyo, 2005).
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah
pertanyaan-pertanyaan kusioner itu sah atau valid dan dapat mengukur konstruk
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti dan mendapatkan
hasil yang akurat. Uji validitas dalam penelitian ini person
correlation. Signifikansi person coerrelation yang dipakai adalah 0,05.
Apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka butir pertanyaan
tersebut valid dan apa bila nilai signifikannya lebih besar dari 0,05
maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali, 2005).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsisten dari
responden melalui pertanyaan yang diberikan terhadap kusioner yang
disebarkan untuk menguji reliabilitas data, digunakan metode
Cronbach Alpha.
Jika nilai cronbach aplha lebih dari 0,6 maka jawaban dalam
31
Jika nilai cronbach aplha lebih kecil dari 0,6 maka jawaban dalam
kuesioner tersebut dikatakan tidak reliable (Ghozali, 2005).
c. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi secara normal atau tidak. Suatu data dikatakan normal jika
data yang akan diteliti terdistribusi normal. Uji asumsi normalitas
dilakukan dengan One Sample Kolmograv-Smirnov Test dengan
menggunakan tingkat alpha 5%. Dasar pengambilan keputusan dilihat
dari tingkat signifikan dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika nilai signifikannya yang dihasilkan lebih kecil dari nilai
signifikan yang telah ditetapkan sebesar 0.05 hal ini berarti data
terdistribusi secara tidak normal.
Jika nilai signifikan lebih besar dari nilai signifikan yang telah
ditetapkan sebesar 0,05 maka distribusi data adalah normal
(Singgih Santoso, 2002).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan One Way
Anova (Analysis Of Varians) dengan bantuan program SPSS 16.0 Anova
digunakan untuk menguji apakah rata-rata lebih dari dua sampel berbeda
secara signifikan ataukah tidak. Asumsi Anova adalah populasi yang diuji
berdistribusi normal, varians dari populasi-populasi tersebut adalah sama,
32 Kesimpulan dan keputusan yang diambil, apabila nilai probabilitas
< 0,05 maka ada perbedaan persepsi antara akuntan publik, akuntan
pendidik, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi (Singgih
Santoso, 2002).
E. Operasional Variabel Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah scala likert untuk
mengukur tingkat keyakinan responden terhadap pertanyaan yang diberikan,
maka digunakan scala likert dengan menggunakan 4 angka penilaian, yaitu :
(1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) setuju dan (4) sangat setuju. Dalam
scala likert ini, peneliti menghilangkan alternative pilihan netral (tidak pasti),
hal tersebut untuk menghilangkan keragu-raguan karena peneliti menghendaki
alternative pilihan yang pasti. Definisi operasional variabel dalam penelitian
ini adalah etika profsi akuntansi. Etika profesi akuntan yaitu suatu dasar
berperilaku akuntan terhadap tingkah laku yang dilakukan untuk membentuk
akuntan dengan moral atau kualitas yang baik.Variabel dalam penelitian ini
adalah :
1. Etika Profesi Akuntan sebagai variabel tunggal.
Etika profesi, menurut Boyton dan Kell (1996) dalam renyowijoyo
(2005) merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakannya
dengan profesi lain yang berfungsi mengatur tingkah laku para
anggotanya. Etika profesi disusun oleh suatu organisasi profesi dalam
33 standar perilaku yang diyakini dapat menarik kepercayaan masyarakat dan
memberitahu masyarakat bahwa profesi berkehendak untuk melakukan
pekerjaan yang merupakan imbalan masyarakat atas kepercayaan yang
diberikannya (Abdullah, 2002 dalam Renyowijoyo 2005).
Adapun yang menjadi sub variabel etika profesi akuntan adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian mencakup kewajiban setiap anggota harus
mempertahankan nama baik profesi dengan menjunjung tinggi etika
profesi serta hukum negara tempat ia melaksanakan pekerjaannya dan
mempertahankan tingkat integritas dan objektivitas yang tinggi dalam
melakukan pekerjaannya.
2. Faktor Kecakapan profesional
Kecakapan profesional adalah keterampilan, kemampuan dan
kemahiran profesional dari seorang akuntan dalam melaksanakan semua
aktivitas mereka (Muliawan dalam Titik maryani 2001).
3. Faktor Tanggung jawab
Faktor tanggung jawab mencakup kewajiban anggota untuk
bertanggung jawab secara moral, tanggung sosial, dan tanggung jawab
profesional dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
pekerjaannya, dan tidak boleh terlibat dalam pengungkapan fakta atau
34
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel No. Indikator Ukuran
Etika Profesi Akuntan
Faktor Kepribadian
A. Independensi Ordinal
1. Seorang akuntan publik harus
mempertahankan independensinya.
2. Bila seorang akuntan publikt idak
independen, maka ia harus menolakuntuk menerima atau mengundurkan diri dari penugasan yang ada.
3. Akuntan publik dilarang memiliki saham
atau investasi langsung dari klien audit walau pemilikan jumlahnya tidak material.
4. Pinjaman antara sebuah kantor akuntan
dengan klien yang diauditnya dilarang karena akan mempengaruhi
independensinya.
5. Anggota akuntan publik tidak boleh
mempunyai investasi dalam suatu perusahaan dimana klien kantor akuntan tempatnya bekerja juga memiliki
investasi.
6. Seorang akuntan publik tidak boleh
mempunyai investasi dalam suatu perusahaan dimana klien kantor akuntan tempatnya bekerja juga memiliki
investasi.
7. Tidak diperkenankan akuntan publik
membuat laporan keuangan dan sesudah itu menyelenggarakan audit atas laporan keuangan tersebut,
ataumelakukanjasaakuntandan audit untukklien yang sama.
8. Auditor penerus tidak diharuskan untuk
berkomunikasi dengan auditor
sebelumnya dalam memutuskan apakah akan menerima suatu penugasan atau tidak.
9. Akuntan publik harus menjamin bahwa
laporan keuangan dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku umum.
35
Variabel Sub Variabel No. Indikator Ukuran
B. Integritas dan Objektivitas
11. Akuntan publik harus memberikan pendapatnya atas laporan keuangan suatu perusahaan karena melalui pendidikan pelatihan dan pengalaman akuntan publik harus memenuhi standar kecakapan dan standar teknis dalam melakukan audit. 12. Pengawasan masyarakat, khususnya para
pemakai jasa sangat diperlukan untuk meningkatkan integritas dan objektivitas akuntan publik.
13. Dihindarkan sedapat mungkin hubungan Kantor Akuntan Publik dengan klien yang mempunyai itikad kurang baik. 14. Perlunya peer_review oleh akuntan lain
untuk meningkat objektivitas dan integritas.
15. Saya harus mempertahankan tingkat integritas dan objektivitas yang tinggi dalam melakukan pekerjaan.
16. Seorang akuntan harus selalu
berpedoman kepada kode etik agar dapat bertugas secara profesional
Faktor Kecakapan Profesional
17. Akuntan publik harus berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat data relevan yang mencukupi guna mendapat dasar yang layak untuk menarik kesimpulan.
18. Akuntan publik tidak dibenarkan
mengerjakan penugasan atau menerima pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan atau tidak sesuai dengan keahlian profesinya.
19. Akuntan publik menyelenggarakan jasanya tidak harus sesuai dengan norma pemeriksanaan akuntan yang ada.
20. Harus ada pendidikan professional yang berkesinambungan serta kegiatan latihan agar pemeriksa bisa meningkatkan kariernya.
21. Rekrutmen pemeriksa harus memiliki karakter yang sesuai serta integritas dan kompetensi yang cukup.
36
Variabel Sub Variabel No. Indikator Ukuran
23. Saya harus meningkatkan kecakapan profesi agar mampu memberikan manfaat yang optimal dalam pelaksanaan tugas. 24. Jika saya tidak bekerja sebagai akuntan
publik, maka tidak boleh memberikan pernyataan pendapat akuntan.
Faktor Tanggung Jawab
A. Kerahasiaan
25. Akuntan publik dilarang membocorkan informasi rahasia yang diperoleh selama mengerjakan tugas professional tanpa syarat.
26. Semua informasi dapat diberikan asalkan mendapat ijin dari klien yang
bersangkutan.
27. Informasi yang diperoleh kantor akuntan dari kliennya mempunyai hak istimewa. 28. KAP dapat menggunakan kerahasiaan
sebagai alasan untuk tidak mengajukan keberatan atas pelaksanaan kerja yang kurang memadai terhadap KAP yang lain.
29. Akuntan publik yang memperoleh informasi selama melakukan jasa professional tidak menggunakan atau terlihat menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau
kepentingan pihak ketiga.
B. Bayaran Kontijen
30. Bayaran kontijen diberikan tergantung pada hasil dan jasa yang diberikan. 31. Akuntan publik berhak untuk menarik
honorarium sesuai dengan manfaat yang akan diperoleh klien.
32. Untuk mempertahankan objektivitas dan independesi dilakukan pembalasan bayaran kontijensi atas semua jasa yang diberikan.
37
Variabel Sub Variabel No. Indikator Ukuran
34. Fee dianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengaturdalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
C. Tindakan Mendatangkan Aib
35. Akuntan publik tidak boleh menahan catatan klien dengan alasan apapun. 36. Akuntan publik tidak boleh membantu
klien untuk mengisi Surat Pemberitahuan Pajak (SPP) demi keuntungan klien. 37. Akuntan publik tidak boleh memilih
klien berdasarkan perbedaan yang ada (diskriminasi).
38. Kelalaian untuk mengembalikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPP) dengan tidak sengaja bagi akuntan publik adalah wajar. 39. Akuntan publik tidak diperkenankan
melakukan tindakan dan/ atau mengucap kan perkataan yang mencemarkan profesi.
D. Periklanan dan Penawaran
40. Asalkan atas permintaan calon klien yang bersangkutan, akuntan publik boleh menwarkan jasanya secara tertulis. 41. Bentuk penawaran atau iklan yang tidak
bersifat mendustai atau menyesatkan dapat diterima.
42. Dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
E. Komisi
43. Akuntan publik tidak boleh menerima komisi atas usaha mereka
merekomendasikan jasa pihak lain bagi kepentingan klien.
38
Variabel Sub Variabel No. Indikator Ukuran
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan empat kategori responden dengan
lokasi pada tiga perusahaan swasta untuk responden yang berprofesi sebagai
karyawan bagian akuntan, STIE Ahmad Dahlan dan Universitas
Muhamadiyah Jakarta untuk akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi
serta KAP Usman dan Rekan yang beralamat di Jl.Cipulir V no. 5,
Kebayoran Lama dan KAP Hertanto, Sidik dan rekan Jl. Darmawangsa VI,
Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160 untuk akuntan publik.
Pengiriman kuesioner dilakukan pada awal bulan Januari 2011,
sedangkan proses pengembalian dan pengumpulan data dilakukan sampai
bulan Februari 2011. Dari 100 buah kuesioner yang dikirim, 80 buah
kuesioner dikembalikan dengan tingkat pengembalian (80%). Adapun
penjabaran jumlah kuesioner yang terkumpul berdasarkan penyebaran
40
Tabel 4.1
Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang Diterima dan dapat Diolah No. Objek Penelitian Keterangan Jumlah
kuesioner
1 Universitas
Muhammadiyah Jakarta
Mahasiswa Akuntan Pendidik
10 5
2 STIE Ahmad Dahlan Mahasiswa
Akuntan Pendidik
10 5
3 Usman dan Rekan (KAP) Akuntan Publik
Akuntan Pendidik
10 5
4 Hertanto, Sidik dan
Rekan (KAP)
Akuntan Publik Akuntan Pendidik
10 5
5 JOB PERTAMINA
PETROCHINA SALAWATI
Karyawan Bagian Akuntansi
5
6 Asosiasi Profesionalis
Elektrikal Indonesia (APEI)
Karyawan Bagian Akuntansi
5
7 PT.Bangun Insan Prestasi
(SNAPY)
Karyawan Bagian Akuntansi
5
8 PT. Multi Niaga Tama Karyawan Bagian
Akuntansi
5
Sumber : Data Diolah
Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 20 buah atau 20%.
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 80 buah atau 80%. Gambaran
mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Kuesioner
Kuesioner Jumlah Persentase (%)
Kuesioner yang dikirim 100 100%
Kuesioner yang dikembalikan 80 80%
Kuesioner yang tidak dikembalikan 20 20%
Total kuesioner yang dapat diuji 80 80%