PADA KONSEP ENERGI BERNUANSA NILAI
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd) Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh: RIANITA 104.016.300.482
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) PADA KONSEP ENERGI
BERNUANSA NILAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA”, disusun oleh
Rianita, NIM 104016300482, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Agustus 2010,
dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana
S1 (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi
Pendidikan Fisika.
Jakarta, 12 Agustus 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc ... ...
NIP. 150 299 475
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA)
Nengsih Juanengsih, M.Pd ... ...
NIP. 19790510 2006042001
Penguji I
Dr. Zulfiani ... ...
NIP. 2005012 002
Penguji II
Iwan Permana S, M.Pd ... ...
NIP. 19780504 200901 1013
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Skripsi berjudul Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pada
Konsep Energi Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Islamiyah
Depok, yang disusun oleh Rianita, NIM 104 016 300 482, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika, telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I
Ir. Mahmud Siregar, M.Si
NIP 195403101988031001
Pembimbing II
Kinkin Suartini, M.Pd
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep energi yang bernuansa nilai. Penelitian ini dilakukan di SMP Islamiyah Sawangan, pada bulan Februari. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan jumlah sampel 30 siswa yang belajar menggunakan model Sains Teknologi dan Masyarakat. Pengambilan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran hasil belajar fisika siswa berdasarkan pada instrumen penelitian berupa tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan penskoran 0-1, yang selanjutnya diuji dengan statistik uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t thitung>ttabel, (6,41 >2,00),
pada taraf signifikansi 95 %. Dengan demikian dapat dinyatakan terdapat pengaruh yang signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah model Sains Teknologi dan Masyarakat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa dalam mempelajari konsep energi bernuansa nilai.
Kata kunci : Model Pembelajaran STM, Hasil Belajar
Education Program, Natural Sciences Major, Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta..
The aim of this research is to know whether there is influence of science technology and society model to the result study of chemistry of energy nuansa value concept. This research excecuted in SMP Islamiyah Sawangan, on February 2010. the research methode is quasy experiment, which are 30 students for sample that use science technology and society model. . This sample is a technic purposive sampling. The measurement of the result study pursuant to instrument to test is multiple choice consisting 20 questions and score is 0 until 1. according to the calculation using t test get value t count > t table, (6,41 >2,00), at signification at level 95 % , able to be expressed that there are influene which significant. Finally, it can be concluted that science technology and society model can give a positif effect to the student in the learning activity of energy nuansa value concept.
Keywords: Science Technology and Society model, Result Study
Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah SWT, Tuhan yang
telah menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang
dan bimbingan Allah Azza Wa Jalla Rabb yang telah memberikan kenikmatan
dunia sebagai ladang untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni
atas kelalaian dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam
kehidupan.
Allahumma shalli’ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah
untuk sebaik-baik mahluk ciptaan yang mewarisi kebenaran Ibrahim, tongkat
penuntun Musa, kasih sayang Isya, kebenaran Daud, dan kearifan Sulaiman, yang
menemani zaman memapah manusia menuju rumah kebahagiaan dengan sinar
Al-Islam. Amiin.
Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit
kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya
dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan
kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam.
3. Bapak Ir. Mahmud Siregar, M.Si., Dosen Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.
4. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd., Dosen Pembimbing II juga telah banyak
memberikan pemikiran dan waktu sehingga tuntasnya skripsi ini.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah
diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan.
6. Kepala SMP Islamiyah. Madamin, M.Pd, Bapak Irmansyah, M.Pd selaku guru
bidang studi fisika di SMP Islamiyah yang telah banyak sekali membantu
selama proses penelitian. Siswa kelas VIII.3 yang telah bersedia memberikan
sedikit waktunya untuk menjadi sampel.
iv
cita-cita dan impian penulis baik secara materi maupun secara moril. Hanya
Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang
terbaik untuk kalian.
9. Teman-teman seperjuangan Fisika angkatan 2004; Ajat, Hamid, Fahmi,
Misbah, Widya, Encih, Yuslina, Ijah dan teman lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaannya yang
menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik setiap harinya dan semua
keceriaan selama kuliah, sampai jumpa dalam kesuksesan.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
muda-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi
pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah
ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jakarta, Agustus 2010
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7
A. Deskripsi Teoritis ... 7
1. Model Pembelajaran STM ... 7
a. Pengertian STM ... 8
b. Karakteristik STM ... 11
c. Ranah STM ... 12
d. Keunggulan dan Tahap STM... 16
2. Hasil Belajar ... 19
a. Pengertian Hasil Belajar ... 19
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20
4. Konsep Energi ... 27
5. Kandungan Nilai dalam Konsep Energi ... 29
6. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
B. Kerangka Berpikir ... 32
C. Perumusan Hipotesis ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
B. Metode Penelitian ... 35
C. Variabel Penelitian ... 35
D. Desain Penelitian ... 35
E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
F. Teknik Pengambilan Sampel ... 36
G. Instrumen Penelitian ... 37
H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 37
1. Validitas ... 37
2. Reliabilitas ... 38
3. Taraf Kesukaran... 39
4. Daya Pembeda ... 40
I. Teknik Aalisis Data ... 40
1. Uji Prasyarat Analisi Data ... 40
a. Uji Normalitas ... 41
b. Uji Homogenitas ... 42
c. Uji Hipotasis ... 42
2. Teknik Analisis Angket ... 43
vii
B. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 48
1. Uji Normalitas ... 48
2. Uji Homogenitas ... 49
3. Uji Hipotasis... 50
4. Analisis Data Angket ... 51
C. Interpretasi Data ... 52
D. Pembahasan... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
Tabel 2.1 Nilai dalam Sains ... 27
Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34
Tabel 3.2 Kualifikasi Koefisien reliabilitas ... 39
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ... 45
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen... 47
Tabel 4.3 Rekapitulasi data Hasil Belajar ... 48
Tabel 4.4 Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen... 48
Tabel 4.5 Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 49
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen ... 50
Tabel 4.7 Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen ... 50
Gambar 2.1 Ranah dalam Model Pembelajaran STM ... 14
Gambar 2.2 Bagan Hasil Belajar ... 20
Gambar 2.3 Nilai Sains menurut Einstein ... 26
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 33
Gambar 4.3 Histogram Hasil Pretest Kelompok Eksperimen... 46
Gambar 4.4 Histogram Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ... 47
Gambar 4.5 Histogram Hasil Angket Siswa ... 51
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 70
Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 78
Lampiran 4 Uji Coba Instrumen Penelitian ... 89
Lampiran 5 Tabel Validitas Uji Coba... 97
Lampiran 6 Tabel Reliabilitas Uji Coba ... 97
Lampiran 7 Perhitungan Taraf Kesukaran... 98
Lampiran 8 Tabel Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda ... 99
Lampiran 9 Penskoran kelompok Atas dan Bawah ... 100
Lampiran 10 Tabel Uji Instrumen Hasil Belajar ... 101
Lampiran 11 Instrumen Penelitian... 102
Lampiran 12 Kisi-Kisi Angket ... 108
Lampiran 13 Angket Siswa ... 109
Lampiran 14 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Siswa ... 110
Lampiran 15 Uji Analisis Data ... 122
Lampiran 16 Analisis Data Angket ... 123
Lampiran 17 Nilai-nilai Chi Kuadrat
Lampiran 18 Luas di bawah Lengkungan kurva Normal dari 0 s/d z
Lampiran 19 Nilai-Nilai dalam Distribusi t
[image:13.595.119.514.164.550.2]BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, kita berada pada abad ke-21 yang merupakan era globalisasi.
Trend teknologi pada era globalisasi sekarang ini telah memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap dunia pendidikan. Model pembelajaran konvensional
yang banyak mewarnai pembelajaran di Indonesia pada saat ini, dirasakan masih
terdapat beberapa kekurangan, baik dalam proses pembelajaran ataupun hasil
belajar siswa. Untuk menyikapi perkembangan Iptek yang begitu cepat, literasi
sains bagi masyarakat akan menjadi kebutuhan yang tak dapat ditunda. Literasi
sains sangat penting dalam lapangan pekerjaan. Banyak sekali pekerjaan yang
membutuhkan keterampilan tingkat tinggi, membutuhkan tenaga kerja yang dapat
belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Namun, dalam pembelajaran sains khususnya fisika, perhatian guru untuk
mengembangkan literasi siswa sangat kurang. Guru lebih cenderung berorientasi
pada materi yang tercantum kurikulum dan soal-soal ujian, tanpa menyentuh
aspek keterkaitan antara sains teknologi, dan masyarakat.
Sains dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Hampir semua aspek kehidupan manusia dewasa ini telah
tersentuh oleh produk-produk teknologi, yang merupakan penerapan dari
konsep-konsep sains.1 Sains dan teknologi ini memberikan dampak negatif bagi
kehidupan manusia. Masyarakat diharapkan mampu memilih dan mengantisipasi
dampak dari penerapan suatu teknologi.
Pada masa sekarang pengajaran sains, khususnya fisika di sekolah kurang
dikaitkan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat lingkungan
siswa. Pengajaran fisika di sekolah semata-mata berorientasi pada tuntutan
1
Rai Sujanem, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja,
kurikulum yang telah dituangkan di dalam buku teks. Para siswa, belajar fisika
hanya untuk keperluan menghadapi ulangan atau ujian dan tidak ada kaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran fisika dirasakan sebagai beban
yang harus diingat, dihafal, dipahami dan tidak dirasakan maknanya dalam
kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, diantaranya Wiseman
(1981), Nekhleh (1992), Kirkwood dan Symington (1996), sebagaimana yang
terdapat dalam Rusymansyah, menunjukkan bahwa siswa yang dapat dengan
mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam
memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika. Ketidaktahuan peserta didik
mengenai kegunaan fisika dalam praktek sehari-hari menjadi penyebab mereka
cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran fisika, di samping pendidik yang
mengajar terlalu monoton, metode pembelajaran yang kurang bervariasi dan
hanya berpegang pada diktat-diktat atau buku paket saja.2 Dalam upaya
meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip
fisika serta meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa, mestinya penyajian
materi fisika di sekolah baik SMA ataupun SMP selalu dikaitkan dan
disepadankan dengan isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan
di atas adalah model pembelajaran sains Teknologi Masyarakat (STM).
Pembelajaran STM merupakan suatu model pembelajaran yang
menggabungkan atau tidak memisahkan antara sains, teknologi, dan masyarakat
dalam materi IPA. Sains diperkenalkan kepada siswa berupa teori yang sesuai
dengan tingkat kelasnya yang dapat diperoleh dari teks book, majalah-majalah
ilmiah atau hasil penelitian, sedangkan teknologi dapat didemonstrasikan atau
dipraktekkan dalam bentuk dasar-dasar teknologi yang mendasari teknologi
sesungguhnya yang dapat dilihat secara langsung dilingkungan sekolah,
masyarakat, dijalan dan sebagainya. Sedangkan masyarakat akibat dari
pengembangan dan penerapan sains dan teknologi dilapangan yaitu baik untuk
2
produksi di industri industri, pemakaian sehari-hari dalam rumah tangga,
kantor-kantor, sekolah-sekolah, di jalan-jalan, dan sebagainya.3
Pembelajaran STM dalam pembelajaran fisika adalah merupakan perekat
yang mempersatukan antara sains (fisika), teknologi dan masyarakat (Rustum
Roy, 1983). Isu sosial dan teknologi di masyarakat merupakan kunci STM (Yager,
1992).4 Isu-isu tersebut dipakai sebagai titik acuan oleh guru untuk merancang
dan mengimplementasikan program pembelajaran. Melihat dasar pijakan
pengembangan model STM tersebut, maka tidak berlebihan kiranya jika model
STM dalam pembelajaran IPA layak dimunculkan sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini bisa dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan
kepada seorang guru ketika mengajar fisika lebih dari 50% siswa tersebut tidak
paham mengenai pelajaran tersebut. Melalui model pembelajaran STM, para
siswa belajar fisika dalam konteks pengalaman nyata yang mencakup penerapan
sains dan teknologi. Pengetahuan yang dibangun melalui model STM akan ada
pada diri siswa sebagai suatu yang nyata, sehingga siswa tahu manfaat belajar
fisika dan aplikasi apa saja yang ada di masyarakat ketika belajar fisika.
STM merupakan salah satu model pembelajaran yang cukup menjanjikan
untuk memenuhi harapan dan tuntutan di atas. Model pembelajaran ini
dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia
pendidikan, dan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari (Hidayat, 1996). Dengan model STM ini
diharapkan siswa memiliki landasan untuk menilai pemanfaatan teknologi baru
dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya ditengah derasnya arus
pembangunan pada era industrialisasi. Siswa dibiasakan untuk bersikap peduli
3
Adi Sutopo, Pengembangan Model pembelajaran STS untuk siswa SD Sebagai Pendukung Pelaksanaan Kurikulum KBK, (Medan: Laporan Penelitian, Universitas Negeri Medan, November 2004), h. 14.
4
akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi (susilo,1994).5
Konsep pada penelitian ini yang dipilih adalah konsep energi, karena
merupakan salah satu bahan ajar yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Dengan adanya berbagai macam bentuk energi yang ada di
lingkungan siswa, akan memunculkan dan mengungkapkan nilai-nilai yang
dimiliki siswa, seperti nilai religi, nilai intelektual dan nilai praktis. Selain dari itu
siswa juga dapat merealisasikan sikap langsung dengan lingkungannya,
mengingat sudah kurang sadarnya siswa dengan lingkungan sekitarnya, dan juga
akan menumbuhkan nilai-nilai yang sudah ada dalam diri siswa. Selain itu juga
dalam pembelajaran konsep energi lebih mudah menggali isu yang berkembang di
masyarakat saat ini, karena untuk mengkonkritkan hal-hal yang masih abstrak
pada konsep energi disebabkan materi energi erat kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas,
maka penulis merasa tertarik untuk membahas dan mengangkat masalah tersebut
menjadi sebuah judul skripsi yaitu: ”Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat Pada Konsep Energi Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar siswa.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan berikut:
1. Model pembelajaran konvensional banyak mewarnai pelajaran fisika
disekolah saat ini, sehingga dalam proses belajarnya kurang dikaitkan dengan
isu sosial dan teknologi yang ada dimasyarakat lingkungan siswa.
2. Ketidaktahuan peserta didik mengenai kegunaan fisika dalam praktek
sehari-hari menjadi penyebab mereka cepat bosan dan tidak tertarik pada pelajaran
fisika.
5
3. Melalui pembelajaran STM siswa belajar fisika dalam konteks pengalaman
nyata mencakup penerapan sains dan teknologi berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model STM yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada pendapat yang
dikemukakan oleh Prof. Dr. Anna Poedjiadi yang terdiri dari 5 tahap, yaitu
tahap invitasi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi, tahap pemantapan
konsep, dan tahap penilaian.6
2. Hasil belajar yang diukur hanya pada ranah kognitif berdasarkan taksonomi
Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Karthwhol hanya empat jenjang
berpikir, yaitu aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3),
dan menganalisis (C4).7
3. Nilai yang dikembangkan dalam konsep energi adalah nilai religius dan nilai
praktis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut: ”Bagaimana pengaruh model pembelajaran STM
terhadap hasil belajarsiswapada konsep energi bernuansa nilai?”.
Sedangkan pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran
STM pada konsep energi bernuansa nilai?
2. Bagaimana hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran
STM pada konsep energi bernuansa nilai?
3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran STM?
E. Tujuan Penelitian
6
Ibid
7
Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan STM
terhadap hasil belajar siswa.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran STM pada
konsep energi bernuansa nilai.
2. Hasil belajar siswa sesudah menggunakan model pembelajaran STM pada
konsep energi bernuansa nilai.
3. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran STM pada konsep
energi bernuansa nilai.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti: diharapkan dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan
khususnya mangenai model pembelajaran STM serta menambah pengalaman
dalam penelitian pembelajaran.
2. Bagi siswa: diharapkan belajar fisika lebih aktif dan kreatif sehingga dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
3. Bagi Guru: sebagai masukan yang dapat memperluas wawasan tentang
7
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) a. Pengertian Model Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan
siswa, baik didalam maupun diluar kelas dengan menggunakan berbagai sumber
belajar sebagai bahan kajian.1 Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.2 Dengan demikian,
pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru
dan siswa. Dalam proses tersebut guru memberikan bimbingan dan meyediakan
berbagai kesempatan yang mendorong siswa belajar dan memperoleh pengalaman
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai
oleh tingkat penguasaan konsep siswa.
Agar siswa dapat memahami materi subyek yang disampaikan oleh guru
dengan mudah, guru perlu mempersiapkan model dan metode pembelajaran yang
cocok untuk materi subyek yang telah diolah secara pedagogi.3 Model
pembelajaran adalah upaya-upaya yang sistematis dengan langkah-langkah yang
terancana, terarah dan teratur, agar pembelajaran berhasil guna atau efektif dan
efesien. Usaha–usaha untuk merancang pembelajaran yang efektif, seperti dengan
mengurutkan pokok bahasan, pemberian tentang bahan pengajaran, tugas-tugas
belajar, komponen pengajaran, ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa.4
Suatu prinsip untuk memilih model pembelajaran ialah belajar melalui
proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang
1
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), Cet.III, h.3
2
Undang-Undang Sisdiknas…, h. 4.
3
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) h.90
4
bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Dalam hal ini siswa termotivasi dan senang melakukan kegiatan
belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya, ini berarti penekanan belajar
mengajar sangat penting dalam kaitannya dengan keberhasilan siswa.
Penggunaan model pembelajaran di kelas sangat tergantung pada
kesediaan dan kemampuan guru. Dengan model pembelajaran yang tepat
pembelajaran dapat aktif dan efisien. Pemilihan dan penggunaan model
pembelajaran harus memperhatikan semua komponen yang ada di dalam sistem
pembelajaran. Dengan demikian tepat tidaknya model pembelajaran berpengaruh
pada proses pembelajaran dan akhirnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Maka semakin baik penerapan model pembelajaran akan semakin baik pula
prestasi belajar siswa yang dihasilkan siswa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka pikir atau cara pandang dan prosedur kerja secara umum dan
abstrak yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
penerapannya, model pembelajaran tidak dapat langsung operasional, melainkan
melalui startegi, pendekatan, atau metode.
Model pembelajaran yaitu pembelajaran yang disajikan secara khas (ada
tahap-tahap) oleh guru dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
Strategi pembelajaran yaitu cara konkrit yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Pendekatan
yaitu konsep dasar yang melatari lahirnya metode pembelajaran dengan
cangkupan teoritis tertentu. Sedangkan metode yaitu urutan, langkah-langkahm,
prosedur yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat
Secara Etimologi, Fisher menyatakan kata sains berasal dari bahasa latin
yaitu science yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan.5 Kata sains
menurut Jenkins dan Whitefield didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan
5
skema konseptual yang saling berhubungan yang dikembangkan dari hasil
eksperimentasi dan observasi serta sesuai untuk eksperimentasi dan observasi
berikutnya.6 Chalmer menyatakan bahwa sains didasari oleh hal-hal yang kita
lihat, dengar, raba, dan lain-lain.7 Mengacu pada definisi terakhir sains bersifat
objektif dan dapat dibuktikan, namun istilah sains secara umum mengacu pada
masalah alam yang dapat diuji kebenarannya.
Menurut Mulyati Arifin, sains atau ilmu pengetahuan adalah suatu proses,
produk serta informasi yang diperoleh melalui metode ilmiah dan melalui
penemuan yang logis.8 Dengan demikian pada hakikatnya sains merupakan suatu
produk dan proses.
Menurut Aikenhead yang dikutip dalam jurnal La Moranta Galib
menyatakan teknologi merupakan studi tentang man-made-world atau manusia
merekayasa dunia. Ini berarti, dengan teknologi diperoleh solusi masalah yang
dirasakan masyarakat. Jadi antara sains dan teknologi terjalin sebuah simbiosis.9
Sementara itu, pengertian teknologi menurut Mulyati Arifin, teknologi
diartikan sebagai tingkah laku manusia dalam mengelola lingkungan fisik seperti
industri, trnsportasi, ilmu dan seni.10 Pemahaman sains tentunya sangat
bermanfaat dalam penggunaan teknologi secara benar, karena adanya dampak
positif dan negatif pada suatu teknologi. Sehingga diharapkan teknologi dapat
digunakan dengan efektif dan efisien. Anna Poedjiadi mengatakan bahwa tujuan
baik itu akan berwujud bila sains, teknologi serta manfaatnya buat masyarakat
telah diperkenalkan pada anak-anak sejak mereka menjadi siswa sekolah dasar.
Karena dalam pembelajaran sains perlu dikaitkan dengan teknologi sederhana
yang ada dalam masyarakat. Sehingga nantinya selain anak mengerti konsep
6
ibid
7
ibid
8
Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Kimia, (bandung: UPI Press, 2000), hlm.105
9
La Moranta Galib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di sekolah, Jurnal pendidikan dan kebudayaan,
(http://www.depdiknas.co.id/jurnal/34/pendekatan_sains_teknologi_masyarakat.htm,2003), akses tanggal 10 september 2007
10
sains, mereka juga melihat contoh-contoh konsep ilmiah dalam kehidupan berupa
fenomena alam dan teknologi sederhana dalam kehidupan masyarakat.11
STM merupakan terjemahan dari Science Teknologi and society (STS).
Yaitu suatu usaha untuk menyajikan suatu pembelajaran dengan mempergunakan
masalah-masalah dari dunia nyata. STM adalah suatu pembelajaran yang
mencakup seluruh aspek pendidikan, yaitu: tujuan, topik/masalah yang akan
dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan/kinerja guru.
Pembelajaran ini melibatkan murid dalam menentukan tujuan, prosedur
pelaksanaan, pencarian informasi, dan juga dalam evaluasi. Tujuan utama
pembelajaran STM ini adalah menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai
bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta dapat mengambil tindakan sehubungan
dengan keputusan yang diambilnya tersebut.12
Menurut Iskandar dalam Purba dan Wartono, Sains Teknologi Masyarakat
didefinisikan sebagai berikut, yaitu pembelajaran sains dan teknologi dalam
konteks pengalaman manusia. Jadi sains, teknologi, dan masyarakat adalah istilah
yang diberikan kepada usaha mutakhir untuk menyajikan konteks dunia nyata
dalam pendidikan sains dan pengalaman sains.13
Dengan demikian, secara konseptual model STM dapat dikaitkan asumsi
bahwa sains, teknologi, dan masyarakat memiliki keterkaitan timbal balik, saling
mengisi, saling ketergantungan, saling mempengaruhi dan mendukung dalam
mempertemukan antara permintaan dan kebutuhan manusia serta membuat
kehidupan masyarakat lebih baik dan mudah.14
11
Sri Irawati, Pengembangan Pengajaran IPA Melalui Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat di Sekolah Dasar, Laporan Penelitian Depdikbud, (Jakarta: LIPI, 1999), hlm 9
12
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat (bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 97
13
Purba, dkk, Implementasi Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPA sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa Kelas IV SD No 6 Banjar Jawa Singaraja,
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Desember 2005, h. 100
14
c. Karakteristik Sains Teknologi dan Masyarakat
STM Merupakan istilah dari Science-Technology-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari
dunia nyata. STM adalah suatu model yang mencakup seluruh aspek pendidikan
yaitu tujuan, aspek masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran,
evaluasi dan persiapan kinerja guru.
Menurut Srini M. Iskandar (1994) model STM memiliki karakteristik
sebagai berikut:15
1). Identifikasi masalah (oleh siswa) di dalam masyarakat yang mempunyai dampak negatif. 2). Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan. 3). Menggunakan sumber daya yang terdapat di dalam masyarakat baik materi maupunmanusia sebagai narasumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari. 4). Meningkatkan pengajaran IPA melampaui batas jam pelajaran dalam kelas, ruang kelas, dan gedung sekolah. 5). Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi. 6). Memperluas wawasan siswa mengenai ilmu pengetahuan alam lebih dari sesuatu yang perlu dikuasai untuk lulus ujian/tes semata. 7). Mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari. 8). Memperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam institusi dan dalam masyarakat. 9). Memfokuskan pada karier yang erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam dan teknologi. 10). Meningkatkan kesadaran siswa akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dalam menyelesaikan masalah yang timbul di dalam masyarakat terutama masalah-masalah yang erat hubungannya dengan IPTEK. 11). Ilmu pengetahuan alam merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi murid. 12). Ilmu pengetahuan alam yang mengacu kepada masa depan.
Model STM yang dikembangkan tidak mengubah pokok bahasan yang ada
dalam kurikulum tetapi membantu memperjelas pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep yang harus dikuasainya. Jika dilihat dari kedudukannya dalam
kurikulum, model STM menyempurnakan pencapaian tujuan kurikulum
15
khususnya GBPP dan tidak mengubah pokok-pokok pengajaran yang tercantum
dalam GBPP; memungkinkan siswa memperoleh kemudahan dalam memahami
bahan pelajaran yang dipelajarinya dan meningkatkan kebermaknaan
pembelajaran sains bagi siswa; mengkaitkan bahan pelajaran dengan lingkungan
hidup siswa, dengan demikian bahan-bahan pengajaran lokal akan dengan
sendirinya terpelajari dengan baik; meningkatkan keterampilan intelektual siswa
dan daya berpikir positif, kritis, dan logis; merupakan bahan pengajaran yang utuh
antara kegiatan intra dan ekstrakurikuler, dan meningkatkan kepedulian siswa
terhadap lingkungan dan masyarakat.16
Model STM dilandasi oleh tiga hal penting, yaitu:
1). Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat
2). Dalam proses belajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada
pokoknya menggambarkan bahwa si pelajar membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya
3). Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah
pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas,dan ranah
hubungan dan aplikasi.
Model STM selalu berfokus pada kelima ranah yang saling berkaitan ini.
Melalui ranah-ranah ini siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilan
sainsnya untuk mengklasifikasikan dan menguatkan nilai-nilai mereka dan
kemudian menerapkannya dalam tindakan mereka sebagai warga negara yang
bertanggung jawab.17
d. Ranah Model Sains Teknologi Masyarakat
Menurut Yager dan McCormack, (dalam Golib,...) ada enam ranah
utama untuk pengajaran dan penilaian. Keenam ranah tersebut selanjutnya
dinyatakan dalam gambar 2.1.
1) Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan
kekhasan masing-masing bidang ilmu.
16
Anna Poedjidi, Ibid.,
17
2) Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep atau
bagaimana cara-cara memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu.
Kalangan filsafat ilmu menyebutnya dengan istilah epistimologi ilmu.
3) Kreativitas mencakup lima prilaku individu, yakni: a). Kelancaran, Prilaku ini
merupakan kemampuan seseorang dalam menunjukkan banyak ide untuk
menyelesaikan masalah. b). Fleksibilitas, Seorang kreatif yang fleksibel
mampu menghasilkan berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan
orang. c). Originalitas, Seseorang yang memiliki originalitas dalam
mencobakan suatu ide memiliki kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan
individu lain. d). Elaborasi, Seseorang yang memliki kemampuan elaborasi
mampu meneraokan ide-ide secara rinci. e). Sensivitas, Kemampuan kreatif
terakhir ini adalah peka terhadap masalah atau situasi yang ada
dilingkungannya.
4) Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari, yang dalam hal ini siswa
mampu memilih atau merencanakan tindakan terkait dengan usaha
mempermudah kelangsungan hidup ataupun kepedulian terhadap
pemeliharaan produk teknologi.
5) Sikap, yang dalam hal ini mencakup menyadari kebebasan Tuhan,
menghargai hasil penemuan para ilmuan dan penemu produk teknologi,
namun menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi,
peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung. Ranah sikap meliputi:
pengembangan sikap positif terhadap guru-guru dan pelajaran sains di
sekolah, kepercayaan diri, motivasi, kepekaan, daya tanggap, rasa kasih
sayang sesama manusia, ekspresi perasaan pribadi, membuat keputusan
tentang nilai-nilai pribadi, serta membuat keputusan-keputusan isu-isu
lingkungan dan sosial.
6) Cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu
Masyarakat Pandangan dunia
Aplikasi
[image:27.595.113.492.111.515.2]Pandangan dunia siswa
Gambar 2.1 Enam Ranah dalam Sains Teknologi Masyarakat
e. Teori yang Mendasari Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana proses informasi diperoleh siswa dan
bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berlandaskan teori
belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa
sebagai hasil belajar. Teori belajar yang digunakan untuk mendukung model
pembelajaran sains teknologi masyarakt (STM) adalah teori konstruktivisme.
Menurut Yager, yang diungkap kembali oleh Mariana (1999), model STM sejajar
dengan pelaksanaan konstruktivisme dalam pembelajaran.18
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang
memandang bahwa siswa belajar sains dengan cara mengkonstruksi pengertian
atau pemahaman baru tentang fenomena dari pengalaman yang telah dimiliki
18
Made Alit Mariana, Op Cit
Kreativitas
Sikap Konsep
Proses
sebelumnya.19 Dalam pendekatan ini ditekankan bahwa siswa belajar sains
melalui keaktifan untuk membangun pengetahuannya sendiri, membandingkan
informasi baru dengan pemahaman yang telah dimiliki, dan menggunakan semua
pengetahuan atau pengalaman itu untuk bekerja melalui perbedaan-perbedaan
yang ada pada pengetahuan baru dan lama untuk mencapai pemahaman baru.
Teori konstruktivisme dikembangkan berdasarkan gagasan Piaget dan
Vygotsky. Menurut kedua ahli tersebut perubahan kognitif hanya terjadi jika
konsep-konsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melaui suatu proses
ketidak seimbangan dalam upaya memahami informasi baru. Dalam memahami
informasi baru, konstruktivisme mengasumsikan bahwa informasi tersebut
ditentukan tidak hanya olel lingkungan tetapi juga pengetahuan yang dibentuk
oleh individu melalui interaksi dengan orang-orang dan lingkngan secara fisik.
Konstruktivisme beranggapan bahwa pegetahuan kita merupakan bentuk
(konstruksi) dari diri kita.20
Menurut konstruktivisme mengajar bukan kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan
siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan pengetahuan awal yang telah
dimiliki siswa.21 Menurut teori konstruktivisme, belajar tidak sekedar menghafal.
Agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang
diperolehnya maka siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.22
Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam belajar mengajar. Siswa menjadi pusat
kegiatan, dan bukan guru. Di dalam kelas konstruktivisme, peran guru adalah
19
Ahmad Sofyan, Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA/Sains, (Prosiding Seminar Internasional Pendidikan IPA 2007) h. 8.
20
Ritawati Mahyuddin, penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman bagi Siswa Kelas V SDN Sumbersari 3Malang, Jurnal Penelitian
21
Desak made Citrawathi, Penerapan Suplemen Bahan ajar Berwawasan Sains Teknologi Masyarakat dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Literasi sains dan Teknologi Siswa SMUN 1 Singaraja, 9Bali: IKIP Singaraja, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2, Th. XXXVI, April 2003), h. 15.
22
membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri,
bukan memberi ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.23
Menurut Yager dalam Mariana, bahwa penerapan konstruktivisme dalam
pembelajaran berarti menempatkan siswa pada posisi sentaral dalam keseluruhan
program pengajaran. Pertanyaan yang muncul digunakan sebagai bahan diskusi,
investiagasi, dan kegiatan kelas/laboratorium. Model STM sangat memperhatikan
hal-hal tersebut di atas, bahkan memberi kesempatan siswa sebagai pengambil
keputusan di samping kesadaran pada pengembangan karier.
Dari uraian-uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar menurut
pandangan konstruktivisme adalah proses aktif, sehingga dalam pembelajaran
fisika perlu diupayakan agar dalam belajar siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang diperoleh dengan memperhatikan pengatahuan awal yang
dimiliki siswa. Jika pengatahuan awal tersebuat tidak sesuai dengan konsep ilmiah
(miskonsepsi) perlu dilakukan klarifikasi melalui kegiatan observasi, eksperimen,
atau dengan memberikan masalah masalah yang menimbulkan konflik kognitif.
f. Keunggulan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Adapun keunggulan dari penerapan model pembelajaran STM menurut
Sayuti (2005) antara lain:
1) Siswa bersifat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran
2) Kemampuan pemahaman siswa yang tinggi dan rendah akan meningkat
3) Meningkatnya hasil belajar tanpa tambahan waktu dan tanpa tambahan
peralatan/bahan yang mahal
4) Meningkatnya perhatian yang sukarela
5) Siswa menghasilkan kemampuan aplikasi dalam kehidupan
g. Tahapan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
Dari analisis terhadap penelitian tentang model STM yang telah
dilakukan dalam proses pembelajaran terlihat adanya tahap yang tidak boleh
23
diabaikan yaitu adanya pemantapan konsep yang menuntut kejelian guru, untuk
mencegah terjadinya miskonsepsi. Sebagai contoh, Yager mengajukan empat
tahap strategi dalam pembelajaran dengan memperhatikan konstruktivisme yaitu:
invitasi, eksplorasi, mengajukan penjelasan dan solusi, dan terakhir penentuan
langkah.24 Dengan mengembangkan tahap pembelajaran yang diajukan Yager,
Anna Poedjiadi membuat tahap dalam model pembelajaran STM sebagai
berikut:25
1) Tahap Invitasi
Tahap ini merupakan tahap pendahuluan, guru hendaknya mengemukakan
isu atau masalah yang ada dalam masyarakat yang dapat digali dari siswa. Tetapi
apabila guru tidak berhasil memperoleh tanggapan dari siswa dapat saja
dikemukakan oleh guru sendiri. Tujuan dari tahap ini untuk memusatkan
perhatian dalam pembelajaran, melakukan apersepsi dalam kehidupan,
meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa
yanglain.sedang tujuan dikemukakan isu atau masalah pada awal pembelajaran
adalah untuk mengajak siswa berpikir untuk menganalisis isu tersebut, apabila ada
pro dan kontra dalam menganalisis masalah maka akan terjadi interaksi yang
menuntut seseorang untuk berpikir tentang ide-ide dan analisis yang akan
dikemukakan atau cara mempertahankan pandangan tentang isu tersebut.
Bagi guru kesempatan ini dapat dipergunakan untuk melakukan eksplorasi
terhadap kemampuan siswa. Apabila masalah yang dikemukakan berasal dari
guru, siswa tetap harus berpikir tentang penyesalan masalah yang direncanakan
meskipun konsep-konsep sebagai produk pengetahuan untuk menyelesaikan
masalah belum diketahui karena belum dilaksanakan pembentukan konsep.
2) Tahap Pembentukan Konsep
Proses pembentukan konsep dapat melalui berbagai pendekatan den
metode. Tujuan tahap ini adalah siswa telah dapat memahami apakah analisis
24
Alit Mariana, Op.Cit, hal 46.
25
terhadap isu-isu atau masalah yang dikemukakan diawal pembelajaran telah
menggunakan konsep-konsep yang tepat untuk diikuti. Hal ini bisa diperoleh
setelah melalui konstruksi dan rekonstruksi pengetahuan serta pandangan siswa
sebelumnya.
3) Tahap Aplikasi
Pada tahap ini, berbekal konsep yang benar dalam melakukan analisis isu
atau penyalesaian masalah selanjutnya siswa diharapkan dapat mengaplikasikan
konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami
konsep terjadinya atau hal-hal yang menyebabkan sesuatu terjadi diharapkan
siswa mampu memilih atau merencanakan tindakan terkait dengan usaha
mempermudah kelangsungan hidup ataupun kepedulian terhadap pemeliharaan
produk teknologi.
4) Tahap Pemantapan Konsep
Selama proses pembentukan konsep, penyelesaian masalah atau analisis
isu guru perlu meluruskan kalau terjadi miskonsepsi selama kegiatan berlangsung,
kegiatan inilah yang dilakukan pada tahap pemantapan konsep. Apabila selama
kegiatan belajar sebelumnya tidak tampak adanya miskonsepsi pada siswa, guru
harus tetap melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada
konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini
dilakukan untuk mengatasi apabila ada siswa yang mengalami miskonsepsi tetapi
tidak terdeteksi oleh guru, selain itu konsep-konsep kunci yang ditekankan pada
akhir pembelajaran akan memiliki retensi yang lebih lama dibanding kalau tidak
dimantapkan atau ditekankan di akhir pembelajaran.
5) Tahap Penilaian
Pada tahap ini guru melakukan penilaian untuk mengetahui seberapa jauh
tujuan pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa. Penilaian dapat dilakukan
2. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.26 Cronbach di
dalam bukunya Educational Psychology, sebagaimana yang dikutip oleh
Suryabrata, menyatakan bahwa: Learning is shown by a change in behavior as
result of experience.27 Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami dan dalam mengalami itu si siswa mempergunakan panca
inderanya.
Proses belajar siswa secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada
pada diri siswa seperti kesehatan, intelegesi dan bakat, minat, motivasi, dan gaya
belajar. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang ber ada di luar diri
siswa meliputi keadaan lingkungan keluarga, sekolah, guru, sarana, dan prasarana
pembelajaran, dan lingkungan sosial siswa.28
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat
transaksional, artinya di ketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan murid.
Semua usaha di kerahkan semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Selain itu, suatu proses pembelajaran dapat di katakan berhasil apabila
siswa bisa telah memahami dan menerapkan makna dari apa yang telah di
pelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu indikator keberhasilan siswa
dapat dinyatakan dari hasil belajarnya.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti
sesuatu yang terjadi didiri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya
perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada
prilaku. Dan prilaku belajar seseorang yang dipelajari dapat diketahui melalui
tes yang pada akhirnya memunculkan nilai belajar dalam bentuk riil atau non
riil.
26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) h.133.
27
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 231
28
Pengetahuan
Perilaku
Belajar Tes Hasil Belajar
[image:33.595.122.502.149.252.2]Nilai Gambar 2.2 Bagan Hasil Belajar
Dari bagan di atas mencerminkan, bahwa hasil belajar diakibatkan oleh
adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena
adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat tergantung dari
pengetahuan dan perubahan prilaku dari individu yang bersangkutan terhadap
apa yang dipelajari.
Hasil belajar kognitif meliputi hasil belajar yang berhubungan dengan
berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah seperti pengetahuan
komprehensif, aplikatif, sinetis dan pengetahuan evaluatif. Hasil belajar afektif
berkaitan dengan minat, apresiasi, sikap, nilai, dan kebiasan hanya dapat
dievaluasi melalui suatu proses dan bukan merupakan produk suatu proses belajar.
Hasil belajar Psikomotor berhubungan dengan gerak spikis atau motorik dari
spikis. Dasar kemampuan yang di ukur dalam ranah psikomotor adalah
kemampuan fisik ( physical abilities ). Kemampuan fisiknya akan berkembang
dan melalui pengalaman belajar dan aktivitas fisiknya akan dipertinggi oleh
kemampuan apersepsinya (perceptual abilities).29 Dengan demikian, keberhasilan
belajar sangat tergantung pada tingkat aktual yang mencakup tiga sapek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Diantara ketiga aspek tersebut, hasil belajar
kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:30
29
Nana Sudjana, Sains Teknologi…,h. 28-29
30
a. Faktor internal yang meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek
psikologis, yang terdiri dari lima faktor, yaitu:
1) Intelegensi siswa
2) Sikap siswa
3) Bakat siswa
4) Minat siswa
5) Motivasi siswa
b. Faktor eksternal yang terdiri atas dua macam, yakni:
1) Lingkungan sosial
2) Lingkungan non sosial (sarana dan prasarana), termasuk di dalamnya
media pembelajaran
c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Faktor-faktor tersebut di atas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa,
karena dalam proses pembelajaran siswalah yang menentukan terjadi atau
tidaknya suatu proses belajar. Untuk belajar siswa menghadapi masalah-masalah
baik internal maupun eksternal. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalah
tersebut, maka ia tidak belajar dengan baik. Dalam penelitian ini, faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar yang dimaksud adalah faktor lingkungan
nonsosial yang meliputi sarana dan prasarana serta faktor pendekatan belajar.
Dalam proses pembelajaran guru menggunakan strategi penggunaan media
permainan kartu dengan metode diskusi kelompok.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil
belajar dapat dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman
dengan pertimbangan belajar yang telah dialami peserta didik.
Selain itu mengidentifikasi sejauh mana tingkat pemahaman siswa
terhadap proses belajar mengajar, hasil belajar juga bermanfaat untuk keperluan
penelitian terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga aabila hasil
belajar siswa tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka dapat dilakukan
pembelajaran. Hasil belajar siswa juga dapat untuk mengetahui sifat-sifat baik
dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik mereka.31
Dalam penilaian hasil belajar, yang umum digunakan adalah dengan
menggunakan tes, baik tes objektif ataupun tes essay, tes tertulis maupun tes
lisan. Tes belajar menurut Ngalim Purwanto adalah tes yang dipergunakan untuk
menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada
murid-muridnya atau ajaran yang telah diberikan dosen kepada mahasiswanya dalam
jangka waktu tertentu.32
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar
merupakan proses yang berlangsung dalam interaksi aktif antara subjek dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik pada diri
seseorang, baik dalam hal pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, maupun
sikap yang bersifat menetap dan konsisten.
3. Pembelajaran Bernuansa Nilai
Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam proses
pembelajaran yang berlangsung pada saat ini menuntut peningkatan intensitas dan
kualitas pelaksanaan pendidikan nilai atau pendidikan budi pekerti dalam lembaga
pendidikan formal. Tuntutan itu terjadi karena adanya fenomena-fenomena yang
berkembang mengenai meningkatnya kenakalan remaja dalam lingkungan
masyarakat. Selama ini pendidikan kita telah memberikan penilai dalam mata
pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan nilai, namun belum secara total
mengukur secara utuh pribadi anak. Maka dari itu pelaksanaan pendidikan nilai
disekolah perlu menggunakan berbagai metode yang dapat menyentuh totalitas
emosional anak supaya dapat terwujudnya kualitas karakter bangsa yang
diharapkan untuk generasi masa depan.
31
Ign. Masidjo,Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Bandung: Kanisius, 2001, h. 27-
29
32
Nilai berasal dari bahasa latin ”value” yang berarti bernilai kuat. Nilai
adalah kualitas sesuatu yang membuatnya menjadi diidamkan, bermanfaat atau
jadi objek ketertarikan.33
Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya. Definisi ini dikemukakan oleh Gardon Allport (1964) sebagai seorang
ahli psikolog kepribadian. Bagi Allport, nilai terjadi pada wilayah psikologis yang
disebut keyakinan.
Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif (Kupperman, 1983).
Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma sebagai faktor eksternal yang
mempengaruhi prilaku manusia. Oleh karena itu, salah satu bagian terpenting
dalam proses pertimbangan nilai (value judgement) adalah perlibatan nilai-nilai
normatif yang berlaku dimasyarakat.
Pembelajaran bernuansa nilai disini adalah dengan cara menanamkan
nilai-nilai kedalam diri siswa pada proses pembelajaran berlangsung. Model
pembelajaran secara tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki
kebutuhan yang sama, dalam ruang kelas yang tenang, dengan kegiatan materi
yang terstruktur secara ketat dan didominasi oleh guru. Pada hal model
pembelajaran yang dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsipnya dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a. Libatkan siswa secara aktif dalam belajar
b. Dasarkan pada perbedaan individu
c. Kaitkan teori dengan praktek
d. Kembangkan komunikasi dengan kerja dalam belajar
e. Tingkatkan keberanian siswa dalam mengambil resiko dan belajar dari
kesalahan
f. Sesuaikan pembelajaran dengan taraf perkembangan kognitif yang masih pada
taraf operasi kongkrit.34
33
Rohmat,Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alpabeta, 2004
34
Untuk menanamkan nilai-nilai dalam pendidikan ada beberapa pendekatan
atau campur tangan yang digunakan untuk melaksanakan pendidikan nilai. Setiap
pendekatan tersebut mempunyai pandangan yang khusus tentang hakikat realiti,
manusia, nilai, pengetahuan, pengajaran, dan pembelajaran. Misalnya, menurut
Superka, Ahrens, dan Hedstorm (1976), terdapat lima pendekatan asas bagi
pelaksanakan pendidikan moral, yaitu pemupukan nilai (inculcation),
perkembangan (dilema) moral, analisis nilai, penjelasan nilai, dan pembelajaran
tindakan (action learning)
a) Pendekatan Pemupukan (Penerapan) Nilai
Pendukung pendekatan pemupukan nilai membuatpengandaian bahwa
terdapat suatu set nilai mutlak yang disetujui oleh masyarakat, dan nilai
tersebut tidak berubah dan dapat digunakan dengan sewajarnya dalam semua
keadaan. Pendekatan ini menganggap bahwa nilai berasal dari Tuhan atau
terbit dari hukum alam yang terjadi. Peran guru adalah untuk memindahkan
nilai tersebut kedalam diri para pelajar dan memastikan mereka bertingkah
laku selaras dengan nilai tersebut.
b) Pendekatan Perkembangan (Dilema) Moral
Pendukung pendekatan perkembangan moral membuat pengandaian bahwa
pemikiran moral berkembang dalam enam peringkat melalui urutan yang
khusus. Mereka memberi tumpuan kepada nilai moral bukan kepada
komponen perwatakan yang lain seperti emosi dan tingkah laku.
c) Pendekatan Analisis Nilai
Pendukung pendekatan analisis nilai membuat pengandaian bahwa keputusan
moral dan perwatakan dibuat secara rasional, dan pembentukan nilai adalah
satu proses kognitif yang melibatkan penentuan dan justifikasi fakta dan
kepercayaan yang diterbitkan dari pada fakta tersebut. Pendekatan ini
memberikan tumpuan kepada pemikiran rasional dan pengertian nilai sosial
dan kepada dilema moral yang bersifat pribadi.
d) Pendekatan Penjelasan Nilai
Pendukung pendekatan penjelasan nilai membuat pengandaian bahwa proses
subproses pemilihansecara bebas dari pada satu himpunan alternatif, dan
kemudian menjalankan tindakan selaras dengan pemilihan tersebut
e) Pendekatan Pembelajaran Nilai
Pendukung pendekatan pembelajaran tindakan membuat pengandaian bahwa
pembentukan nilai melibatkan proses pengembangan dan pelaksanaan.
Pendekatan ini memberi tumpuan kepada keperluan untuk menyediakan
peluang yang khusus kepada pelajar untuk bertindak selaras dengan nilai yang
mereka miliki.
Pendidikan nilai dalam pembelajaran merupakan salah satu pendekatan
terpadu karena melibatkan disiplin ilmu agama yang secara bertahap bisa
mempengaruhi terhadap nilai-nilai yang lainnya seperti menurut Einstein, bahwa
sains mengandung lima nilai:35
1. Nilai Praktis, adalah kandungan nilai yang berhubungan dengan aspek-aspek
manfaat sains untuk kehidupan manusia. Sains telah membuka jalan ke arah
penemuan-penemuan yang manfaatnya langsung dapat digunakan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Aplikasi (penerapan) sains dalam
bidang ini adalah teknologi.
2. Nilai Religius, Nilai religius merupakan nilai yang dapat membangkitkan rasa
percaya dan menanamkan keyakinan bahwa sesuatu yang ada mesti ada yang
menciptakan dan yang mengatur, yang akhirnya timbul kesadaran adanya
Allah. Seorang yang beragama akan lebih tebal keimanannya kepada Tuhan
karena kepercayaan tentang adanya Tuhan tidak hanya disokong oleh
dogma-dogma, ayat-ayat Al-Qur’an, melainkan juga oleh ratio yang ditunjang oleh
segala pengamatan yang merupakan manifestasi kebesaran Tuhan.
3. Nilai Intelektual, adalah kandungan nilai yang mengajarkan kecerdasan
seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan
tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mistik, tetapi agar lebih kritis,
35
analitis, dan kreatif (sikap ilmiah / scientific attitude) terhadap pemecahan
masalah yang lebih efektif dan efisien.
4. Nilai Sosial-Politik, merupakan suatu model menjalin hubungan sesama
manusia makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi senantiasa
memerlukan yang lain dalam melakukan berbagai kegiatan. Di bidang politik,
kemajuan sains suatu negara akan menempatkan negara itu dalam kedudukan
politik yang menguntungkan.
5. Nilai Pendidikan, adalah kandungan nilai yang dapat memberi inspirasi atau
idea untuk pemenuhan kebutuhan manusia dengan belajar dari prinsip-prinsip
atau aturan-aturan yang berlaku dalam sains.
Walaupun demikian sebutan nilai-nilai tersebut ada unsur kesamaan dan
perbedaan dalam pengertiannya antara ahli yang satu dengan ahli lainnya.
Science without religion is blind, religion without science is limb
Gambar 2.3 Nilai Sains Menurut Einstein
Berbeda dengan Bishop dalam jurnalnya mengklasifikasikan nilai dalam
pendidikan sains, yakni:36
36
[image:39.595.106.507.116.616.2]Tabel 2.1 Nilai dalam sains
Sains
Rasionalisme
Sebab, penjelasan, alasan hipotetis, abstraksi, pemikiran logis, teori
Empiris
Atomisme, tujuan, materialisasi, simbolisasi, pemikiran analogis, pengukuran, ketepatan, koherensi, ketertarikan, keterbatasan, identifikasi masalah
Kontrol
Prediksi, penguasaan masalah, pengetahuan, aturan, paradigma, kondisi aktifitas
Kemajuan
Pertumbuhan, perkembangan pengetahuan secara kumulatif, generalisasi, pemahaman mendalam, alternatif kemungkinan
Keterbukaan
Artikulasi, sharing, kredibilitas, kebebasan individu, konstruksi pribadi
Misteri
Intuisi, perkiraan, khayalan, keingintahuan, kesan
4. Konsep Energi a. Pengertian Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi
merupakan besaran skalar yaitu besaran yang hanya memiliki nilai saja. Satuan
energi dalam Satuan International adalah joule (J). Hukum kekekalan energi
berbunyi ”Energi tidak dapat dicipakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi lain”.
b. Konversi Satuan Energi
1 joule = 1 Nm = 107 erg
1 kalori = 4,2 joule
1 eV = 1,6 x 10-19 joule
1 kWh = 3,6 x 106 joule
Energi terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya energi (kalor), energi
bunyi dan lain-lain. Energi dapat dirubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi
yang lainnya, dan energi dapat dimanfaatkan meskipun energi tersebut berubah
bentuk. Beberapa perubahan bentuk energi antara lain sebagai berikut:
b. Perubahan energi listrik menjadi energi panas (kalor), misalnya pada setrika
listrik, kompor listrik, rice cooker, dan lain-lain.
c. Perubahan energi gerak menjadi energi panas (kalor), misalnya pada proses
pembuatan api dari gesekan batu atau ranting kering
d. Energi gerak menjadi energi bunyi, misalnya pada gitar atau kecapi yang
dipetik.
e. Energi kimia menjadi energi listrik, misalnya pada baterai dan akumulator.
f. Energi gerak menjadi energi listrik, misalnya pada generator dan dinamo.
c. Energi Mekanik
Energi mekanik merupakan energi yang berkaitan dengan keadaan gerak
suatu benda. Energi mekanik merupakan jumlah dua energi, yaitu energi potensial
dan energi kinetik.
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh benda karena
kedudukannya. Energi potensial tersimpan dalam suatu benda dan dapat muncul
pada keadaan tertentu. Secara matematis energi potensial gravitasi dapat
dinyatakan sebagai berikut.
Ep = m.g.h ...[2.1]
dengan:
Ep = energi potensial gravitasi (Joule)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h = kedudukan atau tinggi benda (m)
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak
(memiliki kecepatan). Bentuk persamaan energi kinetik dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Ek = . . 2
2 1
v m
Ek = ...[2.2]
Ek = energi kinetik (joule)
m = massa benda (kg)
besarnya energi dapat dituliskan sebagai berikut:
Em = Ep + Ek ...[2.3]
dengan:
Em = energi mekanik (joule)
d. Berbagai energi alternatif dari sumber energi
Pada saat ini pakar energi berusaha mengembangkan berbagai energi dari
sumber energi terbaharui sebagai pengganti energi konvensional yang berasal dari
fosil. Beberapa energi alternatif itu adalah:
a) Energi angin, kincir angin dimanfaatkan untuk memutar generator listrik
sehingga menghasilkan tenaga listrik.
b) Energi air, air memiliki energi potensial tertentu dibendung pada suatu
tempat, energi kinetik air dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin.
c) Energi gelombang, gelombang laut membawa energi yang cukup besar
pemanfaatan energi gelombang dapat menghasilkan energi listrik.
d) Energi panas bumi, batuan panas yang terbentuk berupa kilometer di bawah
permukaan bumi memanaskan air disekitarnya sehingga akan dihasilkan uap
panas atau geiser. Pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga panas bumi
disebut Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
e) Energi biomassa, adalah energi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
binatang. Tumbuhan seperti ubi kayu, gandum, dan rumput laut dapat dirubah
menjadi alkohol. Seperti halnya bensin dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar dalam mesin. Kebijakan pemerintah kita saat ini juga mendorong pihak
swasta untuk mengembangkan energi biodiesel, baik dari minyak sawit
mentah maupun dari biji jarak.
5. Kandungan Nilai Dalam Pembelajaran Konsep Energi
Berikut ini adalah nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam
1) Nilai Religius
Allah memerintahkan manusia untuk melakukan Nadhar dapat dimaknai
agar manusia hendaklah melakukan pengamatan akan tanda-tanda kebesaran
Allah, sebagai contoh energi kalor dimanfaatkan dalam sebuah mesin, bila bahan
bakar terbakar maka mesin akan bergerak, karena keterbatasan bahan bakar yang
tersedia di bumi manusia terus berusaha membuat mesin yang terus dapat bekerja
tanpa bahan bakar akan tetapi tidak pernah berhasil. Kenyataan ini menunjukkan
kebesaran Allah yang menciptakan alam semesta ini dan sekaligus menunjukkan
kebesaran Allah yang menciptakan alam semesta ini dan sekaligus menunjukkan
bahwa manusia tidak dapat menciptakan energi. Contoh di atas menunjukkan
bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya
dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Pernyataan ini dikenal
sebagai hukum kekekalan energi.
2) Nilai Praktis
• Energi listrik dimanfaatkan untuk menyalakan lampu, peralatan elektronik, ataupun menggerakkan mesin-mesin industri.
• Energi bunyi dimanfaatkan untuk menikmati suara musik yang merdu.
• Energi biogas dimanfaatkan sebagi sumber gas metana
• Energi panas dimanfaatkan untuk menyetrika
• Energi angin dimanfaatkan untuk membuat pembangkit listrik
• Energi nuklir dimanfaatkan untuk menciptakan bom nuklir dan
pembangkit listrik tenaga nuklir.
• Energi air dimanfaatkan untuk membuat pembangkit listrik tenaga air.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan teori, dalam pembelajaran dengan menggunakan model STM,
siswa lebih antusias dan senang belajar sains dan lebih mudah memahami
konsep-konsep, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Teori ini sesuai
Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, dalam laporan penelitiannya yang
berjudul implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran kimia di SMUN
kota banjarmasin, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pendekatan
STM dalam pembelajaran kimia memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan hasil pendekatan yang biasa dilakukan oleh guru. Sedangkan hasil angket
menunjukkan tanggapan yang positif dari siswa dan siswa menginginkan agar
pendekatan STM diterapkan guru dalam proses belajar mengajar.37
Mana Sukmawati, skripsi UIN Jakarta tahun 2009 dengan judul penerapan
pendekatan STM yang terintegrasi dengan nilai-nilai untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui
pendekatan STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa.38
Penelitian tentang hasil belajar melalui pembelajaran dengan model STM
juga dilakukan oleh Verawati, yang kesimpulannya menunjukkan bahwa model
pembelajaran STM dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar.39
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model tersebut siswa
lebih antusias dan senang belajar sains dan lebih mudah memahami
konsep-konsep, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
37
Rusmansyah dan Yudha Irhasyuarna, Implementasi Pendekatan STM dalam pembelajaran kimia di SMUN kota banjarmasin,.
38
Mana Sukmawati, Penerapan Pendekatan STM yang Terintegrasi Dengan Nilai-Nilai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
39
C. Kerangka Berpikir
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa pembelajaran merupakan proses
memanipulasi lingkungan untuk memudahkan orang belajar, untuk mengukur
apakah pembelajaran telah berhasil atau tidak dapat dilihat dari hasil belajar yang
telah dicapai siswa. Dewasa ini pembelajaran disusun tidak hanya menekankan
pada apa yang akan dipelajari, tetapi juga bagaimana menggunakan apa yang telah
dip