• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Inovasi Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Pada Usaha Ritel (Studi Kasus Pada Distro Kontjo Brothers Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Strategi Inovasi Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Pada Usaha Ritel (Studi Kasus Pada Distro Kontjo Brothers Medan)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA 1 MEDAN

PENGARUH STRATEGI INOVASI TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN ULANG PADA USAHA RITEL (STUDI KASUS

PADA DISTRO KONTJO BROTHERS

MEDAN)

DRAFT SKRIPSI OLEH

INDRA YURIKO SIMBOLON 030502145

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ... ... i

Daftar Gambar ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

1 Batasan dan Identifikasi Variabel... 8

2. Definisi Operasional Variabel ... 8

3 Pengukuran Variabel ... 11

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

5 Populasi dan Sampel ... 11

6. Jenis Data ... 12

7. Teknik Pengumpulan Data ... 13

8. Teknik Analisis Data ... 13

BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Inovasi ... 17

C.Bisnis Ritel ... 23

D.Keputusan Pembelian Ulang ... 27

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 31

B. Visi, misi, dan prinsip perusahaan ... 31

(3)

D. Uraian Tugas ... 33 E. Pasar sasaran ... 36

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis Deskriptif ... 36 B. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36 C. Hasil Uji Hipotesis Dengan Metode Linier Berganda ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 54

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1.1 Operasional Variabel ... 8

2. Tabel 1.2 Keputusan Autokorelasi...15

3. Tabel 3.2 Daftar Mesin Permaianan Amazone ... 49

4. Tabel 4.1 Item-Total Statistics...52

5. Tabel 4.2 Validitas Instrumen 53 6. Tabel 4.3 Reability Instrumen 55 7. Tabel 4.4 Reability Statistics 56 8. Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 58 9. Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 58 10. Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 59

11. Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Sense 60 12. Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Feel ... 60

13. Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Think ... 61

14. Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Act ... 61

15. Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Relate ... 62 16. Tabel 4.13 Coefficientsa

(5)

17. Tabel 4.14 Model Summaryb 64

18. Tabel 4.15 Coefficienta 67

19 Tabel 4.16 Kolmogrov Smirnov 70

20. Tabel 4.17 Deskriptive Statistic 71

21. Tabel 4.18 Model Summary 72

22. Tabel 4.19 ANOVAb 74

23 Tabel 4. 20 Coefficienta 77

DAFTAR GAMBAR

Halam an

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha Kecil Menengah (UKM) memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dalam penciptaan lapangan kerja. UKM juga memiliki potensi untuk meningkatkan penerimaan ekspor. Hanya saja potensi ini belum dimanfaatkan dengan optimal (ANTARA News, 2007). Era perdagangan bebas, di mana siklus produk relatif pendek dan sangat ditentukan oleh selera konsumen, mengharuskan setiap pelaku bisnis memiliki akses yang cukup terhadap pasar dan kemampuan inovasi produk, guna meningkatkan daya saingnya. Hal ini merupakan titik lemah yang dimiliki oleh Usaha Kecil Menengah pada umumnya.

(7)

usaha di bawahnya menjadi dilupakan. Akibatnya usaha menengah juga menjadi sosok yang terbiasa dengan proteksi, captive market dan menginginkan berbagai fasilitas yang disertai dengan manajemen yang tradisional membuatnya sulit berkembang. Fenomena struktur usaha yang timpang di mana usaha menengah secara kuantitas tidak bisa menjadi penyangga struktur industri menunjukkan tidak berkembangnya usaha menengah.

Pengembangan UKM berada pada dua pola berpikir yang berkembang. Pertama, UKM ditempatkan sebagai unit usaha yang perlu mendapat dukungan melalui proteksi khususnya terhadap persaingan dan dukungan melalui pola “bapak angkat”. Pola ini menghasilkan kebijakan yang bersifat “government and protection policy”. UKM menjadi tidak cukup mampu untuk bersaing (bahkan

untuk skala menengah sekalipun), lemah dalam melakukan inovasi dan kurang mampu melakukan penetrasi pasar yang lebih luas.

Pemikiran kedua menempatkan posisi dan pengembangan UKM sebagaimana unit usaha bisnis yang harus tumbuh dalam lingkungan persaingan. UKM tidak perlu diberikan proteksi dan bantuan yang berlebihan dan bahkan dirasakan akan sangat berkembang dalam iklim persaingan ekonomi pasar yang sehat dengan intervensi yang seminimal mungkin. Pola pemikiran kedua ini tidak mengarahkan pada pola do nothing policy tapi lebih cenderung kepada pemikiran market driven policy.

Kemampuan UKM untuk bertahan dalam kondisi krisis terjadi karena dua faktor utama. Pertama, kandungan lokal yang tinggi pada input produksinya. Local content yang tinggi tidak semata-mata menghindarkan keterpurukan akibat

(8)

yang banyak menggunakan input impor. Keunggulan faktor pertama ini juga dapat diteruskan untuk menghasilkan untuk menghasilkan komoditas dengan keunikan dan kekhasan tertentu yang menjadi nilai lebih produk untuk membuatnya memiliki daya saing lebih dipasar.

Suatu produk akan memiliki nilai lebih dan daya saing dipasar ketika produk yang dihasilkan dapat menjadi yang terbaik (to be number one) di kelasnya atau menjadi satu-satunya (to be the only one). Kemampuan melakukan inovasi yang lemah dan merasa cukup puas dengan apa yang sudah didapat menjadi faktor yang membuat kemampuan untuk bersaing daya produk yang dihasilkan tidak cukup kuat.Inovasi merupakan kunci utama yang seringkali menjadikan suatu pihak memiliki keunggulan kompetitif. Inovasi tidak hanya dibutuhkan dalam level bisnis saja, melainkan hingga level negara.Inovasi kini mempunyai peran yang begitu penting karena merupakan sumber dalam menggapai competitive advantage. Tanpa kehadiran inovasi, maka negara bisa kalah bersaing secara global.

Faktor kedua adalah kemampuan fleksibilitas UKM dalam merespon fluktuasi permintaan pasar yang bersumber dari keunggulan skala ekonomi untuk melakukan penyesuaian pemanfaatan kapasitas produksi dengan cepat. Perubahan permintaan yang terjadi dengan cepat dipasar pada saat krisis mampu direspon oleh UKM tanpa terjadinya inefisiensi yanhg begitu besar. Studi CESS dan The Asia Foundation (2002) terhadap industri skala menengah dan besar menunjukkan

(9)

produksi menjadi faktor yang mendukung kecilnya dampak penurunan output pada usaha skala kecil dan menengah.

Bisnis ritel sebagai bagian dari UKM merupakan salah satu pilar ekonomi Indonesia merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek cukup baik. Terutama jika mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang lebih 220 juta jiwa. Alhasil, rasio keberadaan ritel khusunya ritel modern apabila dibandingkan dengan total penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar (satu ritel masih harus melayani 500.000 jiwa). Keberadaan ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani segmen ekonomi bawah.

Pergeseran pola perilaku belanja pelanggan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hanya dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tardisional mulai harus peka menanggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam. Pengelolaan ritel modern skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft maupun hard skill) dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel (continous competitive advantage).

(10)

yang ritelnya tumbuh 21%-22%, tetapi masih lebih tinggi dari Cina yang bisnis ritelnya tumbuh 11%. India merupakan negara berkembang yang bagus dalam berinovasi dan India terpilih menjadi negara terbaik kedua yang punya kondisi terbaik untuk inovasi.

Perkembangan bisnis ritel di Indonesia hingga akhir 2008 berkembang sangat pesat (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia : 2009). Hampir di setiap jalan

bermunculan pasar, swalayan, hypermarket, yang rata-rata selalu dipadati pengunjung. Belum lagi di perumahan-perumahan, makin banyak lagi nama baru untuk mini market yang tersembul diantara rumah-rumah yang seragam. Sumber dari aprindo menyebutkan bahwa setiap bulan dana masyarakat Indonesia yang dibelanjakan kebutuhan harian tak kurang Rp 5 trilliun, membuktikan masyarakat Indonesia sangat konsumtif dan surga masa depan bisnis ritel.

Distro (distibution outlet) adalah sebagai salah satu jenis usaha ritel yang memberikan bukti nyata.Menurut Creative Independent Clothing Community (2009) menyatakan jumlah distro (distribution outlet) di Indonesia akan bertahan di angka 1.000 gerai dengan omzet Rp 40 miliar per bulan hingga akhir 2008. Ekspor produk kreatif distro Indonesia sudah sampai ke Singapura, Malaysia, Australia, Selandia Baru, Filipina, Thailand, AS, Hongaria, Finlandia dan Belanda dengan perkiraan omzet 3% dari penjualan distro sekitar Rp 1,2 miliar

(11)

sama,yaitu memiliki outlet fashion dengan mengangkat brand sendiri dengan maksud mengambil pangsa pasar yang selama ini dikuasai oleh pabrikan Bandung, dengan menghadirkan hingga 60-an varian produk seperti pakaian,merchandise, pernak-pernik, kerajinan tangan (handicraft), assesoris pria dan wanita, topi, ikat pinggang, sepatu.stiker, pembungkus kado, kotak kado, kemasan rokok, dll, yang terorientasi untuk memenuhi kebutuhan trend anak muda.

Berdasarkan latar belakang diatas,penulis tertarik untuk memilih judul Pengaruh Strategi Inovasi terhadap keputusan pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh Strategi Inovasi yang terdiri dari : inovasi kemasan, produk dan inovasi tempat terhadap keputusan pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

(12)

Kerangka Konseptual Gambar 1.1

Sumber: Nursiah (2006:44), data diolah

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun oleh peneliti, yang masih perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka dihipotesiskan sebagai berikut: Strategi Inovasi yang terdiri dari : inovasi produk, inovasi kemasan dan inovasi tempat berpengaruh secara positif terhadap keputusan pembelian ulang pada Distro Kontjo Brothers

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh strategi Inovasi terhadap keputusan pelanggan pada distro kontjo brothers

b. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang pada usaha ritel distro kontjo brothers.

2. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Inovasi kemasan (X1)

Inovasi produk (X2)

Keputusan Pembelian Ulang

(13)

a. Bagi perusahaan, memberikan sumbangan pemikiran yang positif untuk mengetahui pengaruh tentang dimensi-dimensi strategi inovasi terhadap keputusan pembelian ulang.

b. Bagi program manajemen, memberikan kontribusi bagi pemikiran untuk memperluas cakrawala berpikir ilmiah dalam bidang manajemen khususnya bidang pemasaran.

c. Bagi peneliti lainnya, sebagai bahan referensi yang dapat menjadi bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa mendatang, khususnya penelitian yang berkaitan dengan strategi inovasi

E. Metode Penelitian

1. Batasan dan Identifikasi Variabel

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen (X), terdiri dari : inovasi kemasan(X1), inovasi produk

(X2), inovasi tempat (X3). Variabel Dependen (Y), adalah keputusan pembelian

ulang pada Distro Kontjo Brothers 2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Strategi inovasi (X), antara lain :

Inovasi kemasan (X1) : sarana yang membawa produk dari produsen ke tempat

(14)

menarik dicermati dalam hal ini untuk karakteristik masyarakat kita yaitu kecenderungan melihat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang unik, dan sesuatu yang aneh.

Inovasi produk (X2) : dengan melakukan pengembangan produk baru, baik

yang berbasis dari produk yang sudah ada ataupun produk yang baru.

Inovasi tempat (X3) : yakni tempat di mana kita menjual agar lebih atraktif dan

‘catchy’ (menarik pandangan), kita bisa lihat bagaimana kios ala brand produk tertentu yang tersebar di mana-mana. Bahkan, di dalam supermarket pun, semua produsen berlomba manata rak dan cara mendisplay produknya.

(15)

Tabel 1.1

Definisi Operasional Variabel

Variabel Defenisi Operasional Indikator Pengukuran

inovasi

kemasan

(X1)

di mana sentuhan pembaharuan

dilakukan kepada aspek kemasan,

namun isi sama, dengan tujuan

untuk meningkatkan daya tarik

(attractiveness), sehingga secara

visual akan cukup kompetitif, bila

dipajang berjejer dengan para

pe-saing. Kemasan yang atraktif juga

dapat menjadi elemen promosi

yang efektif karena keunikan yang

dimiliki,proses pembuatannya

yang tidak dimiliki oleh distro

lain

bangan produk baru, baik yang

berbasis dari produk yang sudah

ada ataupun produk yang baru.

-tingkat kesalahan produk

Yakni kemampuan distro untuk

membuat tempat agar lebih

atraktif dan ‘catchy’ (menarik

pandangan),

perilaku pasca pembelian dimana

konsumen mengambil tindakan

lebih lanjut setelah membeli

berdasarkan rasa puas atau tidak

puas ayng terletak pada hubungan

antara harapan konsumen dan

prestasi yang diterima dari produk

-kepuasan atas tampilan

(16)

3. Pengukuran Variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah inovasi kemasan,inovasi produk dan ninovasi tempat.Ketiga variabel tersebut diukur dengan Skala Likert yang merupakan skala yang bertujuan untuk membedakan indikator dalam suatu variabel dengan asumsi bahwa ada urutan atau tingkatan skala.

Kriteria pengukuran datanya adalah sebagai berikut : Sangat setuju : diberi skor 5 Setuju : diberi skor 4 Kurang setuju : diberi skor 3 Tidak setuju : diberi skor 2 Sangat tidak setuju : diberi skor 1

Pada penelitian ini responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu (5,4,3,2,1). Skor responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor inilah yang ditafsir sebagai posisi responden dalam Skala Likert. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Distro Kontjo Brothers yang berlokasi di Jln. Halat No. 93-a Medan. Waktu penelitian yaitu dari Maret hingga Juli 2009

5. Populasi dan Sampel a. Populasi

(17)

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel di mana sampel dipilih dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005:78). Adapun kriteria pelanggan yang dapat dijadikan sampel adalah pelanggan yang telah melakukan pembelian minimal 3 kali ke Distro Kontjo Brothers dan dapat berkomunikasi dengan baik serta berusia di atas 15 tahun, karena pada usia ini dianggap sudah mempunyai kemampuan untuk memahami daftar pertanyaan yang diberikan. Menurut Gay dalam Umar (2000:79), jumlah 10 % dari populasi sudah dianggap mewakili populasi, dengan rumus:

n = N x 10% n = 600 x 10% n = 60 sampel dimana :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi 6. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu :

Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan memberikan kuesioner dan wawancara kepada responden terpilih.

(18)

7. Teknik Pengumpulan Data a. Daftar Pertanyaan (questionare)

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang terpilih, yakni pada pelanggan Distro Kontjo Brothers, bertempat di Distro Kontjo Brothers.

b. Wawancara (interview)

Yaitu melakukan tanya-jawab secara langsung dengan pihak yang berhak dan berwenang memberikan data dan informasi di Distro Kontjo Brothers

c. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data dan informasi yang diperoleh dari Distro Kontjo Brothers, bertempat di Distro Kontjo Brothers dan dari buku-buku literatur, jurnal, majalah dan internet yang berkaitan dengan penelitian.

8. Teknik Analisis Data a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menginterpretasi data sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Analisis Regresi Linear Berganda

(19)

Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y = skor dimensi keputusan pembelian ulang

a = konstanta

b1,b2,b3 = koefisien regresi

X1 = inovasi kemasan

X2 = inovasi produk

X3 = inovasi tempat

e = standar error

Penelitian ini menggunakan beberapa pengujian, antara lain : a. Uji Secara Simultan

Uji secara simultan (Uji-F) digunakan untuk menunjukkan pengaruh secara serentak variabel bebas (X) yang terdiri dari : inovasi kemasan (X1), inovasi

produk (X2), inovasi tempat (X3),terhadap variabel terikat (Y). Model hipotesis

yang digunakan dalam uji Fhitung ini adalah :

H0 : b1, b2, b3 = 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat.

Ha : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel terikat.

Nilai Fhitung dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi

software SPSS 13.00 for windows. Selanjutnya nilai Fhitung akan dibandingkan

dengan Ftabel dengan tingkat kesalahan (α = 5%) dan derajat kebebasan (df)=(n-k),

(20)

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada CI = 95%

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada CI = 95%

b. Uji Parsial (Uji-t)

Uji signifikasi parsial (Uji-t) menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = 0, artinya variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap

variabel terikat.

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel

terikat.Selanjutnya nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria

pengambilan keputusan, yaitu :

H0 diterima jika thitung < ttabel pada CI = 95%

Ha diterima jika thitung > ttabel pada CI = 95%

c. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, dan reliabel berarti instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2005:109). Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan progran software SPSS ( Statistic Product and Service Solution ) versi 13.00 untuk memperoleh hasil yang lebih terarah. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menguji validitas sebagai berikut:

(21)

c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

Nilai korelasi antara data pada masing-masing persyaratan dengan skor total dihitung dengan memakai SPSS (Statistical Production and Service Solution) versi 13.0

Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pertanyaan tersebut valid.

Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang strategi inovasi telah dilakukan oleh Nursiah (2006:57), dengan judul “Pengaruh Strategi Inovasi Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Industri Manufaktur (Studi Kasus Pada Usaha Ritel Merchandise Yogyakarta)”. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terhadap 63 perusahaan manufaktur, dengan teknik purposive sampling. Pada peneltian sebelumnya yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur merchandise yang berada di Yogyakarta.Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh inovasi – inovasi terhadap kepuasan konsumen. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu variabel inovasi produk dan inovasi tempat berpengaruh positif dan signifikan terhadap sedangkan variabel inovasi kemasan tidak signifikan mempengaruhi kepuasan konsumen. Faktor yang paling dominan mempengaruhi inovasi produk dan inovasi tempat.

Pada penelitian diatas dilakukan dengan menggunakan regresi berganda Penelitian tersebut dilakukan dengan didasarkan oleh variabel inovasi kemasan, inovasi produk, dan inovasi tempat.

B. Inovasi

(23)

De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam proses inovasi dalam 4 tahap sebagai berikut:

1. Melihat kesempatan bagi karyawan untuk mengidentifikasi kesempatan- kesempatan. Kesempatan berawal dari ketidakkongruenan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidaksesuaian dengan pola yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung, adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya indikasi trends yang sedang berubah.

2. Mengeluarkan ide. Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide adalah mengombinasikan dan mereorganisasikan informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidaksesuaian antara kinerja aktual dengan kinerja potensial.

(24)

bernegosiasi. Untuk mengimplementasikan ino-vasi sering dibutuhkan koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi. 4. Aplikasi. Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk

membangun, menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan, terdiri atas:

a. mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan teknis dan desain. b. resolusi masalah yaitu meliputi mengambil keputusan dan memecah ide ke dalam komponen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk tiap komponen atau elemen, membagi alternatif masalah, dan menilai desain alternatif menggunakan kriteria yang telah dipaparkan dalam tahap pertama fase yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi dan implementasi

Hussey (2003) berupaya membentuknya dalam tahapan dan dibuat dengan akronim EASIER yaitu:

a) Envisioning yaitu proses ini meliputi penyamaan pandangan mengenai masa depan untuk membentuk tujuan berinovasi. Visi ini harus meliputi ukuran, inovasi apa yang dilakukan untuk organisasi, ruang lingkup inovasi, dan bagaimana visi tersebut sesuai dengan visi organisasi.

2. Activating yaitu penyampaian visi ke publik agar tercapai sebuah komitmen terhadap visi sehingga strategi akan relevan dengan visi begitupula dengan implementasi visi.

(25)

namun juga keterampilan di dalam menginspirasi bawahannya untuk bertindak inovatif. Dalam hal ini diperlukan kepekaan pemimpin dalam memahami bawahannya. Oleh karena itu, pemimpin hendaknya bersikap emphatik.

4. Installing yaitu pada tahapan ini merupakan tahapan implementasi. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kompleksitas strategi yang diperlukan dalam berinovasi dan konsekuensi yang diterima. Beberapa hal yang dapat membantu seseorang di dalam memberikan masukan dalam implementasi sebuah inovasi sebagai berikut:

a. meyakinkan bahwa konsekuensi yang terjadi dapat dipahami kemudian, b. mengidentifikasi apakah tindakan yang dilakukan membawa perubahan, c. mengalokasikan tanggung jawab dari berbagai tindakan yang diterima, d. memprioritaskan tindakan yang diterima,

e. memberikan anggaran yang sesuai, mengatur tim kerja dan struktur yang dibutuhkan,

f. mengalokasikan orang-orang yang tepat,

g. dan menentukan kebijakan yang dibutuhkan untuk memperlancar implementasi inovasi.

(26)

6. Recognizing yaitu tahapan ini meliputi segala macam bentuk penghargaan terhadap bentuk inovasi. Hal tidak hanya meliputi reward dalam bentuk finansial tapi dapat juga berbentuk kepercayaan, ucapan terima kasih yang tulus, serta bentuk promosi.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tahap dalam proses inovasi adalah sebagai berikut:

a) Melihat peluang. Peluang muncul ketika ada persoalan yang muncul atau dipersepsikan sebagai suatu kesenjangan antara yang seharusnya dan realitanya. Oleh karenanya, perilaku inovatif dimulai dari ketrampilan melihat peluang.

b) Mengeluarkan ide. Ketika dihadapkan suatu masalah atau dipersepsikan sebagai masalah maka gaya berfikir konvergen yang digunakan yaitu mengeluarkan ide yang sebanyak-banyaknya terhadap masalah yang ada. Dalam tahap ini kreativitas sangat diperlukan.

c) Mengkaji ide. Tidak Semua ide dapat dipakai, maka dilakukan kajian terhadap ide yang muncul. Gaya berfikir divergen atau mengerucut mulai diterapkan. Salah satu dasar pertimbangan adalah seberapa besar ide tersebut mendatangkan ke-rugian dan keuntungan. Ide yang realistik yang diterima, sementara ide yang kurang realistic dibuang. Kajian dilakukan terus menerus sampai ditemukan alternative yang paling mempunyai probabilitas sukses yang paling besar.

(27)

resiko sebaiknya dalam taraf sedang. Hal ini berakaitan dengan probabilitas untuk sukses yang disebabkan oleh kemampuan pengontrolan perilaku untuk mencapai tujuan atau berinovasi.

Ulrich (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa ada 3 premis yang berkaitan dengan inovasi yaitu persoalan inovasi, inovasi itu multifaceted, dan inovasi sebuah budaya Hickman & Raia (dalam Hyland & Beckett, 2004) mengatakan bahwa inovasi dapat terjadi dalam lingkungan yang berfikir divergen, imajinasi, ketidakaturan, uncertainty, dan toleransi terhadap ambigiusitas. Bukan dalam sistem berfikir konvergen yang mempertahankan aturan organisasi. Strategi yang perlu diperhatikan dalam memunculkan inovasi,yaitu; Pertama, perlu mempertimbangkan pertambahan keuntungan yang akan dicapai. Hal ini dapat dilakukan melalui pengukuran sampai sejauh mana kompetitor akan sulit mengikuti langkah yang diambil. Kedua, apakah ada kemungkinan untuk memperluas keuntungan yang akan diperoleh (Hussey, 2003). Dengan demikian, bagian akhir dari sebuah inovasi adalah sejauh mana langkah yang diambil dapat menguntungkan dan tidak diambil keuntungannya oleh pesaing dan mendapatkan keuntungan.

(28)

dengan tim, tetapi yang mempunyai ide yang baru adalah individu. Oleh karenanya inovasi membutuhkan tim. Budaya atau kepribadian kelompok memainkan peran penting dalam inovasi. Beberapa budaya mendukung inovasi tetapi yang lain tidak. Ketika invididu seorang yang kreatif dan membangun sebuah tim dengan kemampuan pemecahan masalah yang kreatif, kurang optimal jika lingkungan organisasi kurang menghargai pendapat ide-ide baru. Organisasi inovatif dikatakan Bryd & Brown (2003) adalah sebagai berikut:

a. Adanya dorongan bagi para anggotanya untuk bekerja secara mandiri

b. Memberikan penghargaan kepada para anggota yang memiliki arahan tersendiri (inner-directed) dan mengembangkan ide-ide mereka

c. Menilai keunikan dan bakat tiap kontributor

d. Menampilkan ketangguhan ketika menghadapi hambatan

e. Mengetahui bagaimana cara berkembang di lingkungan yang ambigu/ tidak menentu

f. Menciptakan lingkungan yang setiap orang yang berada di dalamnya dihargai dan dinilai karena menjadi dirinya sendiri

g. Memperkenalkan perilaku penerimaan yang baik C. Bisnis Ritel

Toko eceran (ritel) dapat diklasifikasikan berdasar pada berbagai karakteristik yang berbeda yaitu (buat sumbernya):

1. Jumlah jasa

a. Pengecer Swalayan (self service retailer)

(29)

b. Pengecer dengan layanan (limited service retailer)

Menyajikan layanan penjualan lebih banyak, karena mereka menjual barang belanjaan yang mana pembelinya membutuhkan informasi lebih banyak.

c. Pengecer dengan layanan penuh

Toko khusus dan departemen store kelas atas, para tenaga penjual membantu pelanggan dalam setiap proses berebelanja.

2. Lini Produk

Para pengacar dapat diklasifikasikan berdasarkan luas dan kedalaman bauran produk mereka, yaitu terdiri dari:

a.Toko khusus, adalah toko eceran yang menjual lini produk yang sempit dengan bauran produk yang mendalam untuk setiap lini yang dijual.

b.Departemen store, yaitu suatu organisasi pengecer yang menjual lini produk yang sangat bervariasi, biasanya pakaian, peralatan rumah tangga, dan furniture. Setiap lini dioperasikan oleh departemen terpisah yang dikelola oleh bagian pem-belian khusus

c.Supermarket, yaitu toko besar, berbiaya rendah, bermarjin rendah, bervolume tinggi, dan swalayan yang menjual variasi bahan makanan, laundry, dan produk rumah tangga yang sangat beragam.

(30)

3. Harga Relatif

Pengecer dapat diklasifikasikan berdasarkan pada harga yang mereka tetapkan, sebagian besar pengecer menetapkan harga standar dan menyediakan barang dan layanan pelanggan dengan kualitas normal. Pengecer yang menetapkan harga rendah yaitu:

a.Toko Diskon, adalah sebuah institusi eceran yang menjual barang-barang standar pada harga yang lebih rendah dengan cara memotong marjin dan menjual pada jumlah yang lebih tinggi.

b.Pengecer Off-Price, yaitu pengecer yang membeli dengan harga perusahaan perkulakan yang lebih rendah dari umumnya dan menjual pada tingkat harga eceran lebih rendah.

c.Toko Katalog, yaitu operasi pengeceran yang menjual ragam barang mahal dan bermerek, perputaran tinggi dengan harga diskon.

4. Pengeceran Non Toko

Walaupun sebagian besar barang dan jasa dijual melalui toko, pengeceran non toko selama ini lebih berkembang jauh lebih cepat ketimbang pengeceran toko. Pengeceran non-toko dibagi menjadi:

a) Pemasaran langsung (direct marketing), yaitu komunikasi langsung dengan individu yang dibidik dengan cermat untuk mendapatkan respon yang segera.

b) Penjualan langsung (direct selling), biasanya disebut pengeceran pintu ke pintu (door to door retailing).

(31)

5. Dilihat dari Persaingan dan Homogenitas Produk

Pada dasarnya semakin suatu industri bersaing maka semakin sulit bagi penjual yang berada di dalamnya untuk mendapatkan keuntungan lebih. Apabila penjual menaikkan harga barang yang dijualnya maka dalam pasar yang bersaing konsumen akan dengan mudah untuk berpindah ke konsumen lain. Persaingan akan semakin ketat dengan semakin homogennya barang (barang tidak terdiferensiasi). Dilihat dari bentuk bentuk riteler diatas bahwa retailer yang menjual barang yang homogen dalam melakukan diskon sulit untuk berbohong. Konsumen akan dengan mudah membandingkan harga dengan retailer lain kerena konsumen bebas untuk membeli barang yang sama di retailer manapun. Usaha untuk berbohong tentang diskon akan dengan mudah diketahui konsumen. Usaha membohongi hanya dapat dilakukan di jenis ritel non swalayan, produk terdiferensiasi dan dengan produk terdiferensiasi butuh interaksi langsung antara penjual dan konsumen sehingga informasi tentang nilai tambah produk bisa dilakukan. Selain itu perlu disadari bahwa margin laba untuk setiap perusahaan (riteiler) dapat berbeda- beda sehingga sulit untuk membuktikan bahwa penjual

berbohong dalam melakukan diskon.

6. Dilihat dari cara menjual dan pemberian informasi ke konsumen

(32)

konsumen tidak dapat menolak atau mengabaikan informasi yang diberikan pemasar karena akan terus dipengaruhi sampai memutuskan membeli. Dalam proses interaksi antara pemasar dan konsumen pemasar akan terus memberikan informasi tentang produknya dengan harapan nilai produk dimata konsumen meningkat.

D. Keputusan pembelian ulang (Repeat Purchasing)

Setiap hari konsumen banyak melakukan keputusan pembelian. Perilaku konsumen terarah pada pemenuhan needs and wants yang pada akhirnya akan terbentuk menjadi suatu demand bila disertai dengan kemampuan daya beli dan pengalaman nyata seta harapan akan kepuasan dalam menggunakan barang dan jasa.Apabila barang dan jasa tersebut dianggap dapat memuaskan kebutuhannya, maka konsumen akan mengadakan pembelian ulang (repeat purchase). Perusahaan yang ingin terus berkembang haruslah dapat memuaskan konsumennya

Proses Keputusan Membeli

Menurut (Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:

a. Pengenalan Masalah

Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.

b. Pencarian Informasi

(33)

yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.

c. Evaluasi alternatif

(34)

prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis.

d.Keputusan Membeli

Konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsu-men. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.

e. Tingkah laku pasca pembelian.

(35)
(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Distro Kontjo Brothers adalah usaha gerai yang bergerak dalam produksi dan penjualan produk-produk yang merangkup kebutuhan trend anak muda, berdiri pada tanggal 03 Juli 1997. Pemilik Distro Kontjo Brothers adalah Bapak Jum yang bertindak sebagai pengusaha dan pembayar upah. Distro Kontjo Brothers terletak di kawasan yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat tepatnya di Jl. Halat No. 93-A Medan,dengan memilih rumah sebagai tempat usaha sekaligus,.

B. Visi, Misi dan Prinsip Perusahaan

(37)

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standardisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran satuan kerja.

Struktur organisasi suatu perusahaan terlalu kompleks untuk disajikan secara verbal, oleh karena itu diperlukan suatu bagan organisasi untuk menggambarkannya. Dalam bagan akan diperlihatakan susunan-susunan, fungsi-fungsi, dan saluran organisasi serta hubungan didalamnya.

(38)

Sumber: Distro Kontjo Brothers (2009)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Distro Kontjo Brothers

D. Uraian Tugas

Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing satuan organisasi dapat diuraikan secara terperinci.Tugas dan tanggung jawab masing-masing satuan organisasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan

a. Menyusun kebijaksanaan pelaksanaan kerja pada masing-masing lini distro

b. Membina pelaksanaan kerja kepada karyawan agar fasih pada bidangnya masing-masing

c. Mengkoordinasikan setiap unsur karyawan yang ada di Distro Kontjo Brothers

d.Mengawasi pelaksanaan operasional secara langsung distro sesuai dengan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku serta sesuai visi dan misi perusahaan.

Pimpinan

Pengrajin Pengawas

Kasir Desainer Basic

(39)

e. Menetapkan harga masing-masing produk yang ada pada Distro Kontjo Brothers

2. Kasir

a. Mengaudit sistim/ prosedur pembayaran pada Distro Kontjo Brothers b. Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap mobilisasi dana. c. Membuat laporan keuangan/ pembukuan.

3. Pengawas

a. Mengawasi secara langsung produk-produk yang dipajang di stand gerai b. Melaksanakan instruksi pimpinan dalam melayani pelanggan yang datang c. Melakukan pelayanan langsung terhadap konsumen yang datang.

d. Mengawasi penggunaan fasilitas distro. 4. Pengrajin

a. Meliputi produksi produk-produk berdasarkan desain yang dirancang oleh disainer distro.

b. Melakukan koreksi terhadap rancang gambar dan model yang telah diproduksi.

5. Desainer

a. Mengamati trend motif dan pola bordir yang sesuai untuk anak muda Medan.

b. Merancang desain untuk semua produk-produk distro.

c. Mengevaluasi desain-desain produk yang dimiliki oleh kompetitor yaitu distro-distro yang ada di medan.

(40)

e. Mengumpulkan gagasan yang inovatif dan cemerlang dalam desain artistik 6. Basic Controller

a. Bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku agar tidak mengganggu proses produksi pada bagian pengrajin.

b. Menyusun kalkulasi rata-rata penjualan,dan stok produk yang tidak laku. c. Menerima laporan keluhan konsumen dari pengawas distro.

d. Mengatur jumlah suplai dan distribusi produk-produk Distro Kontjo Brothers.

Adapun variasi produk dan harga pada Distro Kontjo Brothers adalah: Tabel 3.1

Variasi produk yang dijual pada Distro Kontjo Brothers Jenis Produk Rentang Harga

Kemeja Rp 30.000-Rp 150.000

Celana Rp 25.000-Rp 200.000

Kaos Rp 40.000-Rp 100.000

Pernak-pernik Rp 5.000-Rp 200.000 Kemasan Unik Rp 10.000-Rp 70.000 Sepatu Rp 100.000-Rp 800.000

Kaos kaki Rp 10.000-Rp 40.000 Ikat pinggang Rp 50.000-Rp 90.000 Jaket Rp 90.000-Rp 300.000

Kacamata Rp 40.000-Rp 100.000

Tas Rp 80.000-Rp 400.000 Sendal Rp 35.000-Rp 180.000 Souvenier Rp 10.000-Rp 500.000 Sumber Distro Kontjo Brothers (2009)

E. Pasar Sasaran

(41)

akan mempunyai kebutuhan dan keinginan yang beragam pula. Apalagi perusahaan akan kalah bersaing dengan perusahaan lainnya apabila beroperasi pada seluruh segmen pasar.Pasar sasaran (konsumen) Menurut segmentasi konsumen Distro Kontjo Brothers dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:

1. Menurut golongan ekonomi

Segmentasi menurut golongan ekonomi terdiri dari: a. Kalangan ekonomi menengah

b. Kalangan ekonomi bawah 2. Menurut usia

Sedangkan segmentasi menurut usia terdiri dari : a.Remaja (usia 11 s/d 18 tahun)

b. Dewasa (usia 18 tahun ke atas).

(42)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diukur dalam Skala Likert untuk menanyakan tanggapan konsumen tentang pengaruh strategi inovasi terhadap keputusan pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers. Variabel keputusan pembelian ulang terdiri dari 5 butir pertanyaan, sedangkan variabel strategi inovasi terdiri dari 3 variabel yaitu variabel inovasi produk (X1), inovasi kemasan (X2), inovasi tempat (X3), terdiri

dari 17 butir pertanyaan. Kuesioner penelitian ini disebarkan kepada 60 orang responden.

Gambaran umum responden adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No. Status Jumlah Persentase

1. Laki-laki 53 88,3 %

2. Perempuan 7 11,7 %

Jumlah 60 100%

(43)

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki 53 orang (88,3%) sedangkan perempuan 7 orang (11,7%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2

Karakteristik Responden berdasarkan Umur No. Usia Jumlah Persentase

1. 15-19 27 %

2. 20-24 18 %

3. 25-30 15 %

Jumlah 60 100%

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan umur didominasi oleh pengunjung atau pelanggan yang berumur antara 15-19 tahun yang berjumlah 27 orang dengan persentase 45%, kemudian disusul pengunjung atau pelanggan yang berumur berkisar antara 20-24 tahun yang berjumlah 18 orang dengan persentase 30 %, dan seterusnya 25-30 tahun yang berjumlah 15 orang dengan persentase 25 %,.

3. Distribusi Jawaban Responden

(44)

Tabel 4.3

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Inovasi Produk Item

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada item pertanyaan 1 yang menyatakan produk yang dihasilkan distro Kontjo Brothers sangat beranekaragam, terdapat sebanyak 20 orang responden yang menyatakan sangat setuju dan 40 orang menyatakan setuju. Pada item pertanyaan 2 yang menyatakan produk distro Kontjo Brothers sangat bermanfaat, terdapat sebanyak 2 orang responden menyatakan sangat setuju dan 58 orang menyatakan setuju. Pada item pertanyaan 3 yang menyatakan produk distro Kontjo Brothers memiliki kualitas yang baik, terdapat sebanyak 6 orang responden menyatakan sangat setuju dan 54 orang menyatakan setuju. Pada item pertanyaan 4 yang menyatakan produk distro Kontjo Brothers unggul dari produk distro sejenis lainnya,

(45)

41 orang responden menyatakan setuju dan 19 orang menyatakan kurang setuju.

b. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Inovasi Kemasan Distribusi jawaban responden terhadap variabel inovasi kemasan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini yaitu :

Tabel 4.4

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada item pertanyaan 1 yang menyatakan kemasan produk-produk distro Kontjo Brothers sangat menarik, terdapat sebanyak 2 orang responden yang menyatakan sangat setuju dan 58 orang menyatakan setuju. Pada item pertanyaan 2 yang menyatakan kemasan produk-produk terlihat unik, terdapat sebanyak 58 orang responden menyatakan setuju dan 2 orang menyatakan kurang setuju. Pada item pertanyaan 3 yang menyatakan pengemasan produk distro Kontjo Brothers sangat berbeda dari pengemasan distro sejenis

(46)

prestise, terdapat sebanyak 37 orang responden menyatakan sangat setuju dan 23 orang menyatakan kurang setuju.

c. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Inovasi Tempat Distribusi jawaban responden terhadap variabel inovasi tempat dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini yaitu :

Tabel 4.5

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pada item pertanyaan 1 yang menyatakan Lokasi Distro Kontjo Brothers mudah untuk ditemukan, terdapat sebanyak 13 orang responden yang menyatakan sangat setuju dan 47 orang menyatakan setuju. Pada item pertanyaan 2 yang menyatakan konsumen merasa sangat nyaman berbelanja di distro Kontjo Brothers, terdapat sebanyak 10 orang responden menyatakan sangat setuju dan 50 orang menyatakan setuju. Pada item pertanyaan 3 yang menyatakan konsumen tidak merasa bosan untuk berkunjung ke distro Kontjo Brothers, terdapat sebanyak 8 orang responden menyatakan

(47)

pertanyaan 5 yang menyatakan tata ruang distro Kontjo Brothers sangat unik, terdapat sebanyak 29 orang responden menyatakan setuju, 29 orang menyatakan kurang setuju, dan 2 orang menyatakan tidak setuju. Pada item pertanyaan 6 yang menyatakan distro Kontjo Brothers memiliki penataan yang jauh kreatif dibandingkan distro lainnya, terdapat sebanyak 23 orang responden menyatakan setuju, 35 orang menyatakan kurang setuju, dan 2 orang menyatakan tidak setuju.

d. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keputusan Pembelian Ulang

Distribusi jawaban responden terhadap variabel keputusan pembelian ulang dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini yaitu :

Tabel 4.6

Distribusi Jawaban Responden Terhadap Keutusan Pembelian Ulang

(48)

setuju. Pada item pertanyaan 3 yang menyatakan konsumen memilih untuk membeli produk-produk distro Kontjo Brothers karena adanya pengaruh pengalaman dari teman lainnya, terdapat sebanyak 1 orang responden menyatakan sangat setuju, 35 orang menyatakan setuju, 22 orang menyatakan kurang setuju, dan 2 orang menyatakan tidak setuju. Pada item pertanyaan 4 yang menyatakan konsumen memilih membeli produk-produk distro Kontjo Brothers karena mencerminkan gaya hidupnya, terdapat sebanyak 38 orang responden menyatakan setuju dan 22 orang menyatakan kurang setuju. Pada item pertanyaan 5 yang menyatakan berbelanja di distro Kontjo Brothers sangat berkesan, terdapat sebanyak 9 orang responden menyatakan sangat setuju dan 51 orang menyatakan setuju.

B. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Kuesioner sebagai sumber data utama dalam penelitian ini haruslah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang baik dengan menggunakan banuan paket program statistik SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 13. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar konstruk pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel. (Nugroho, 2005:67). Dengan Kriteria pengambilan keputusan :

Ketentuan untuk pengambilan keputusan:

(49)

2. Jika rhitung negatif atau rhitung < rtabel maka butir pertanyaan tersebut tidak

valid.

3. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected item total correlation.

Hasil uji validitas dan reliabilitas berdasarkan data yang diolah penulis dengan software statistik SPSS versi 13.0 pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Item-Total Statistics

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (data diolah) Interprestasi item total statistic, yaitu :

1. Scale mean if item deleted menerangkan nilai rata-rata total jika variabel tersebut dihapus, misalnya jika pertanyaan (item) 1 dihapus maka rata variabel sebesar 82,85, jika pertanyaan (item) 2 dihapus maka rata-rata totalnya bernilai 82,90, dan seterusnya.

(50)

2. Scale Variance if item deleted menerangkan besarnya variance total jika variabel (butir) tersebut dihapuskan. Misalnya variabel (butir) item 1 dihapus maka besarnya variance adalah sebesar 55,292, sedangkan jika variabel (butir) item 2 dihapus adalah 55,042, dan seterusnya.

3. Corrected item total correlation merupakan korelasi antar skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Nilai pada kolom Corrected item total correlation merupakan nilai rhitung yang akan dibandingkan dengan rtabel untuk mengetahui

validitas pada setiap butir pertanyaan. rtabel pada α 0,05 dengan derajat

bebas: df = n – k (22 – 4) = 18, maka rtabel (0,05;18) pada uji satu arah

(uji satu sisi) adalah 0,468. Penyebaran kuesioner dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 20 konsumen diluar responden

Tabel 4.8

r tabel Validitas

(51)

Pertanyaan 15 .521 0,468 Valid

Hasil analisis tersebut menunjukkan semua butir pernyataan dapat digunakan karena r hitung > r tabel sehingga dapat dikatakan memenuhi syarat validitas.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’c Alpha > 0,06. (Nugroho, 2005:72). Hasil uji reliabilitas berdasarkan data yang diolah penulis dengan bantuan software SPSS versi 13 dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .938 22

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Output SPSS diatas menunjukkan Tabel Reliability Statistics pada

(52)

C. Hasil Uji Hipotesis Dengan Metode Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression)

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1), inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3) terhadap variabel

keputusan pembelian ulang. Analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 13.0.

a Dependent Variable: Keputusan_Pembelian_Ulang Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Analisis :

(53)

Interprestasi dari hasil estimasi parameter dari persamaan regresi linear berganda yang telah diperoleh, diambil dari kolom B yaitu kolom Unstandardized Coefficients, karena pada kolom Unstandardized Coefficients

terdapat nilai Constant, dimana dapat dilihat bahwa:

a. Konstanta bernilai -9,867 hal ini menunjukkan bahwa jika tidak ada pengaruh variabel independent yaitu inovasi produk (X1), inovasi

kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3) maka keputusan pembelian ulang

akan berkurang sebesar 9,867.

b. Variabel inovasi produk (X1) bertanda positif terhadap keputusan

pembelian ulang dengan koefisien regresi sebesar 0,895 menunjukkan bahwa variabel inovasi produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang, artinya setiap terjadi peningkatan variabel inovasi produk sebesar 1 satuan maka pengaruh keputusan pembelian ulang akan meningkat sebesar 0,895 satuan.

c. Variabel inovasi kemasan (X2) bertanda positif terhadap keputusan

pembelian ulang dengan koefisien regresi sebesar 0,596 menunjukkan bahwa variabel inovasi kemasan berpengaruh terhadap keputusan pembelian ulang, artinya setiap terjadi peningkatan variabel inovasi kemasan sebesar 1 satuan maka pengaruh keputusan pembelian ulang akan meningkat sebesar 0,596 satuan.

d. Variabel inovasi tempat (X3) bertanda negatif terhadap keputusan

(54)

kemasan sebesar 1 satuan maka pengaruh keputusan pembelian ulang akan menurun sebesar 0,128 satuan.

2. Pengujian Hipotesis

a. Hasil Uji Thitung (Uji Parsial)

T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independent secara individual (parsial) terhadap variabel dependent. Hasil uji ini dapat dilihat pada Tabel Coefficientsa

Ho : bi = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari variabel bebas yaitu variabel inovasi produk (X1), inovasi

kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3)terhadap keputusan pembelian ulang

(Y).

Ha : bi ≠ 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas yaitu variabel inovasi produk (X1), inovasi

kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3)terhadap keputusan pembelian ulang

(Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan:

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5%

Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5%

Thitung (pada kolom t) lebih besar dari ttabel (df = n – k atau 60 – 4 = 56). k adalah jumlah variabel independent, jadi nilai ttabel adalah 2,000. Output SPSS menunjukkan:

(55)

Model a Dependent Variable: Keputusan_Pembelian_Ulang

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Pada Tabel 4.11 Coefficients dapat dilihat bahwa :

1. Nilai thitung variabel inovasi produk (X1) adalah 16,333 dan ttabel bernilai

2,000 sehingga thitung > ttabel (16,333 > 2,000), maka dapat disimpulkan

bahwa variabel inovasi produk (X1) berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap keputusan pembelian ulang.

2. Nilai thitung variabel inovasi kemasan (X2) adalah 11,562 dan ttabel

bernilai 2,000 sehingga thitung > ttabel (11,562 > 2,000), maka dapat

disimpulkan bahwa variabel inovasi kemasan (X2) berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian ulang.

3. Nilai thitung variabel inovasi tempat (X3) adalah -3,188 dan ttabel

bernilai 2,000 sehingga thitung > ttabel (-3,188 < 2,000), maka dapat

disimpulkan bahwa variabel inovasi tempat (X3) tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap keputusan pembelian ulang. b. Hasil Uji Fhitung (Uji Serentak)

Uji ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel inovasi produk (X1), inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3)

(56)

Ho: b1 = b2 = b3 = 0 artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh positif

dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).

Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 artinya serentak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5%

Nilai Fhitung untuk variabel yang diperoleh dengan bantuan aplikasi software

SPSS 13 for Windows dapat dilihat pada tabel Annova berikut ini

a Predictors: (Constant), Inovasi_Tempat, Inovasi_Produk, Inovasi_Kemasan b Dependent Variable: Keputusan_Pembelian_Ulang

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Berdasarkan tabel 4.12 Anova, nilai Fhitung sebesar 113,226 dan nilai

(57)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1), inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3)

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Y).

c. Hasil Uji Determinan (R2)

Uji koefisien determinasi (R²), yaitu untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas yaitu strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1),

inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3) terhadap variabel terikat

yaitu keputusan pembelian ulang (Y). R-Square atau determinan (R2) mendekati satu berarti pengaruh variabel bebas yaitu strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1), inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat

(X3), terhadap keputusan pembelian ulang (Y) adalah besar dan sebaliknya.

Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: D = r² x 100%.

Tabel 4.13 Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 ,927(a) ,858 ,851 ,486

Predictors: (Constant), Inovasi_Tempat, Inovasi_Produk, Inovasi_Kemasan Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (data diolah)

Tabel 4.13 menunjukkan angka Adjusted R-Square sebesar 0,851 berarti variabel independent yaitu strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1), inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3) mempunyai

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis-analisis dan pengujian, maka peneliti mengambil kesimpulan variabel strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1), inovasi

(59)

terhadap keputusan pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers. Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers adalah inovasi produk (X1), dimana variabel inovasi produk mempunyai koefisien regresi yang

paling besar yaitu sebesar 16,333. Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,851 yang berarti 85,1 % variabel strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1),

inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3) mempengaruhi keputusan

pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers.

B.Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel strategi inovasi yang terdiri dari inovasi produk (X1), inovasi kemasan (X2), dan inovasi tempat (X3)

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers. Hal ini berarti bahwa distro Kontjo Brothers telah menerapkan strategi inovasi dengan cukup baik dan harus tetap mempertahankannya agar para konsumen tetap merasa nyaman untuk berbelanja di distro Kontjo Brothers. Inovasi produk (X1) adalah variabel yang paling

dominan mempengaruhi keputusan pembelian ulang pada bisnis ritel distro Kontjo Brothers, artinya produk yang dihasilkan adalah produk-produk yang diciptakan dengan kualitas yang baik dan memiliki model yang berbeda dari distro sejenis lainnya. .Banyak pemilik distro merasa penjualan di toko mereka sangat baik, jumlah pengunjung, pembeli dan pelanggan juga banyak tetapi mereka merasa keuntungan yang didapat sangat kecil tidak sebanding dengan resiko usaha dan tenaga yang mereka keluarkan.

(60)

Mengelola toko memang tidak semudah menjaga warung rokok yang diurus dan dijaga oleh pemiliknya sendiri. Terlebih jika mengelola toko yang luas dan memiliki banyak jenis barang, sehingga harus mempekerjakan bebeapa pramuniaga,terlebih lagi bila jumlah unit usaha sudah lebih dari satu. Untuk itu perlu dikelola dengan cara manajemen ritel modern sehingga diharapkan unit

usaha tersebut akan semakin berkembang,beroperasi dengan efektif dan efisien, peningkatan penjualan diimbangi pula dengan peningkatankeuntungan.Khususnya

(61)

DAFTAR PUSTAKA

Adair, J. 2006. Effective Innovation. How to Stay Ahead of the Competition. London: PanBooks.

Amirrulah . 2002. Perilaku Konsumen. Graha Ilmu :Yogyakarta

Byrd, J & Brown, P.L. 2003. The Innovation Equation. Building Creativity and Risk Taking in Your Organization. Jossey-Bass/Pfeiffer. A Wiley Imprint: San Fransisco.

De Jong, J & Hartog, D D. 2003. Leadership as a determinant of innovative behaviour. A Conceptual framework. A Wiley Imprint: San Fransisco.

Hussey, D.E (eds). 2003. The Innovation Challenge. John Wiley & Sons: New York.

Sugiono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung

Umar, Husein, 2000, Riset Pemasaran Dan Perilaku Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

.

Agung, 2005, Studi CESS dan Swisscontact (2003) terhadap UKM. Majalah Entrepreneurship.

De Jong, JPJ & Kemp, R. 2003. Determinants of Co-workers’s Innovative Behaviour: An Investigation into Knowledge Intensive Service. International Journal of Innovation 4 Management. 7 (2) (Juni 2003) 189 - 212.

Hyland, P.W & Beckett, R.C. 2004. Innovation and enhancement of enterprise capabilities International Journal of Technology Management and Sustainable Development. 3 (1) 35 – 46.

Janssen, O. 2003. Innovative Behaviour and Job Involvement at the Price Conflict and Less Satisfactory Relations with Co-workers. Journal of Occupational and Organizational Psychology. 76. 347 - 364.

Nugraha,2005.Strategi jitu memilih model statistik penelitian dengan SPSS,Yogyakarta

Nursiah, 2006,Pengaruh Strategi Inovasi Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Industri Manufaktur (Studi Kasus Pada Usaha Ritel Merchandise Yogyakarta). FE UGM: Yogyakarta

(62)

Setiawan, Agung 2006. Direction news

Tambunan, Mangara.2009. Majalah Pengusaha - Peluang Usaha dan Solusinya Memposisikan Usaha Kecil Menengah dalam Persaingan Pasar Global

Wahyuni,Dwi,2007. Pangsa Pasar Ritel Nasional Seharusnya 75 Persen. Antara News : Jakarta.

http://www okezone

.

com

http://www.eim.net /pdf-ez/H200303.pdf. 21 April 2009

(63)

KUESIONER PENELITIAN

Saudara responden yang terhormat,

Dalam rangka pengumpulan data untuk sebuah penelitian, mohon kesediaannya menjawab dan mengisi beberapa pertanyaan dari kuesioner yang diberikan.

(64)

1. Nama : 2. Jenis Kelamin :

a. Pria b. Wanita 3. Usia Anda saat ini : Tahun

4.Berapa kali Anda melakukan pembelian di Distro Kontjo Brothers (kalau kurang dari dua kali diharapkan tidak meneruskan kuesioner).

a. 3 kali

b. Lebih dari 3 kali II. Petujuk Pengisian

Berilah tanda silang (√) pada kolom yang anda anggap sesuai. Setiap responden diperbolehkan hanya memilih satu jawaban.

Keterangan :

1 Produk yang dihasilkan distro Kontjo Brothers sangat beranekaragam

2 Produk distro Kontjo Brothers sangat bermanfaat bagi anda

3 Produk distro Kontjo Brothers memiliki kualitas yang baik

4 Produk distro Kontjo Brothers unggul dari produk distro sejenis lainnya

5 distro Kontjo Brothers memiliki produk-produk yang tidak ketinggalan zaman

6 Desain-desain produk distro kontjo brothers tidak anda temukan di distro lainnya

(65)

1 Kemasan produk-produk distro Kontjo Brothers sangat menarik

2 Kemasan produk-produk terlihat unik

3 Pengemasan produk distro Kontjo Brothers sangat berbeda dari pengemasan distro sejenis lainnya

4 Kemasan produk distro Kontjo Brothers tidak dimiliki oleh distro lain

5 Kemasan produk distro Kontjo Brothers memiliki nilai prestise

VARIABEL INOVASI TEMPAT SS S KS TS STS

1 Lokasi Distro Kontjo Brothers mudah untuk ditemuka n

2 Anda merasa sangat nyaman berbelanja di distro Kontjo Brothers

3. Anda tidak merasa bosan untuk berkunjung ke distro Kontjo Brothers

4 Tampilan ruang distro Kontjo Brothers sangat menarik

5 Tata ruang distro Kontjo Brothers sangat unik 6 Distro Kontjo Brothers memiliki penataan yang

jauh kreatif dibandingkan distro lainnya

VARIABEL KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG

SS S KS TS STS 1 Anda terbiasa membeli produk di distro Kontjo

Brothers

2 Anda membeli produk-produk distro Kontjo Brothers karena pengalaman yang anda rasakan sebelumnya

(66)

4 Anda memilih membeli produk-produk distro Kontjo Brothers karena mencerminkan gaya hidup anda

5 Berbelanja di distro Kontjo Brothers sangat berkesan bagi anda

Gambar

Gambar 1.1
Tabel 1.1
Tabel 3.1 Variasi produk yang dijual pada Distro Kontjo Brothers
Tabel 4.1 berikut ini:
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah kali ini membahas tentang pembuatan aplikasi WAP informasi jadwal pesawat terbang, yang dapat menyajikan segala informasi yang dibutuhkan setiap saat,

[r]

Dengan aplikasi ini diharapkan bagi anak Sekolah Dasar dan siswa/i Taman Kanak Kanak untuk lebih mengembangkan daya pikirnya dalam belajar serta kreatifitasnya

[r]

Dalam Penulisan Ilmiah ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan website ini teruatama mengenai menu pencarian jenis tumbuhan obat yang dapat memberikan informasi

[r]

– Tidak sedang dikenakan sanksi oleh Ditjen Dikti (termasuk yang terkait dengan penyimpangan dalam pelaksanaan hibah sebelumnya). – Tidak sedang memiliki masalah internal

Berdasarkan hasil penelitian menegenai hubungan iklim organisasi sekolah dan supervisi akademik dengan kinerja mengajar guru SMA Negeri di Kabupaten Kubu Raya,