• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF Student Teams-Achievement Divisio (STAD) DENGAN Group Investigation (GI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG KONSERVASI MANGROVE DI DESA GEBANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF Student Teams-Achievement Divisio (STAD) DENGAN Group Investigation (GI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA TENTANG KONSERVASI MANGROVE DI DESA GEBANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Indonesia termasuk ke dalam kategori lima besar di dunia dalam hal

keanekaragaman hayati. Berbagai jenis satwa dan tumbuhan banyak ditemukan di tanah Indonesia. Data mencatat bahwa tingkat pembalakan hutan sebagai habitat jutaan flora dan fauna Indonesia cukup tinggi. Setiap hari hutan Indonesia berkurang dan apabila dibiarkan terus, tidak tertutup kemungkinan satu demi satu flora dan fauna di Indonesia akan semakin berkurang bahkan punah (Iwan, 2011 : 22). Untuk mempertahankan keberadaan jenis flora dan fauna tersebut, Indonesia membutuhkan suatu program konservasi yang bertujuan untuk mempertahankan keberadaan jenis flora dan fauna tersebut sehingga kekayaan alam yang ada dapat dipertahankan dari generasi ke generasi dan dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata (Iskandar, 2000 : 35).

(2)

dapat menimbulkan keaktifan dan semangat siswa dalam belajar sehingga pembelajaran bisa terjadi secara dua arah, yang artinya guru sebagai pengajar dan siswa bisa saling berinteraksi di dalam kelas. Disinilah tugas seorang guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah berperan, yaitu menyusun strategi dengan cara menata fungsi setiap komponen pengajaran menjadi sistem pengajaran yang efektif dan efisien sehingga dicapai tujuan pendidikan yang maksimal.

Roosevelt (1902 : 15) merupakan orang Amerika pertama yang

mengemukakan tentang konsep konservasi. Menurut Roosevelt (1902)

dalamWidada (2001 : 52), konservasi berasal dari kataConservationyang terdiri atas katacon(together) danservare(keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Menurut Primack (1998 : 11), konservasi adalah suatu ilmu terapan yang bertujuan untuk menghindari kepunahan spesies dengan mengembalikan spesies yang terancam ke ekosistem yang masih berfungsi. Tujuan pembangunan konservasi diarahkan pada perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan dari flora dan fauna secara lestari untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang (KSDA Yogyakarta, 2007 : 17).

(3)

konservasi yang berada di luar habitatnya seperti pengelolaan flora atau fauna di kebun raya, kebun binatang, taman safari, upaya penangkaran oleh masyarakat dan sebagainya (Anonim, 2007 : 10). Salah satu contoh upaya konservasi pada flora yaitu konservasi mangrove yang semakin lama berkurang akibat kerusakan lingkungan ataupun yang disebabkan karena ulah manusia.

Menurut Primack (1998 :44), adanya berbagai kerusakan yang terjadi terhadap punahnya fauna pada dasarnya disebabkan oleh perilaku manusia yang semena-mena terhadap keberadaan fauna tersebut seperti penebangan hutan yang merupakan tempat berlindung bagi flora dan fauna serta

pengambilan flora dan fauna yang terus menerus tanpa melestarikan, akibatnya hewan dan tumbuhan tersebut menjadi langka dan tidak

menutup kemungkinan tidak terdapat lagi. Perilaku manusia yang semena-mena terhadap flora dan fauna tersebut terjadi karena masih rendahnya sikap kepedulian mereka terhadap flora dan fauna itu sendiri, sehingga mereka hanya mengambil keuntungan saja tanpa memikirkan cara melestarikannya. Menurut NurkancanadanSumartana (1983 :33), Sikap adalah kecenderungan untuk melakukan suatu respon dengan cara tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu maupun objek tertentu. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang diterima seseorang merupakan unsur pembangunan sikap yang akan membentuk perilaku tertentu (NewcombdalamMar’at,

(4)

terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan lainnya (Muhibbinsyah, 1997 : 15). Dalam hubungannya dengan perubahan sikap yang selama ini cenderung merusak lingkungan ke sikap yang berusaha untuk menjaga lingkungan. Semakin banyak informasi atau pengetahuan yang diberikan akan mampu mengubah perilaku serta memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan baik itu berupa hewan maupun tumbuhan.

Tabel 1.1 Hasil Semester Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI SD Negeri 1 Gebang Pesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012

No. Kelas

Interval nilai

Jumlah siswa

<67 ≥67

1. VIA 17 13 30

2. VIB 19 11 30

Jumlah Siswa 36 24 60

Persentasi 60,00 40,00 100%

Sumber: Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD Negeri 1 Gebang

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPA siswa pada umumnya masih tergolong rendah. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang berlaku di SD Negeri 1 Gebang yaitu sebesar 67, dari jumlah siswa sebanyak 60 yang mendapat nilai lebih dari 67 sebanyak 24 siswa atau 40,00% berarti sebanyak 36 siswa atau 60,00% memperoleh nilai kurang dari 67. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa kelas VI semester genap SD Negeri 1 Gebang Tahun Pelajaran 2011/2012 relatif rendah. Hal ini didukung oleh pendapat Djamarah, (2000 :18), ”apabila bahan pelajaran yang diajarkan

(5)

pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah dan proses pembelajaran

kurang efektif”. Proses pembelajaran yang kurang efektif tersebut diduga

disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang sesuai, guru-guru masih menggunakan metode langsung atau metode ceramah yang tidak dikombinasikan dengam metode mengajar lainnya, sehingga mengakibatkan waktu yang dipergunakan kurang efisien, serta kurang kondusifnya situasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Penggunaan metode langsung atau metode ceramah membuat peran guru menjadi sangat dominan, sehingga partisipasi dan keaktifan siswa menjadi terbatas dalam proses pembelajaran. Siswa hanya menerima materi yang telah disampaikan guru tanpa menggalinya lebih dalam lagi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran yang kemudian berdampak pada pencapaian hasil belajar ekonomi yang lebih baik diperlukan suatu model pembelajaran yang efektif dan merangsang aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajarancooperative learning(model

pembelajaran kooperatif).

(6)

pembelajaran sehingga akan terkondisi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif ada beberapa macam, diantaranya pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation

(GI),Think Pair Share(TPS), danTeams Games Tournament(TGT), Jigsaw,Numbered Heads Together(NHT),Students Teams Achievement Divisions(STAD). Tiap-tiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah, kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangannya masing-masing. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memusatkan keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung, disini guru hanya sebagai fasilitator. Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa tidak merasa jenuh dan tercipta

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan alam, maka peneliti tertarik meneliti keefektifan

pembelajaran kooperatif. Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, kemampuan awal siswa diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Peneliti menerapkan dua model

pembelajaran kooperatif yaitu tipe tipeStudent Team Achievment Division

(7)

Dalam upaya membina sikap bertanggung jawab, maka perlu

menanamkan upaya konservasi sedini mungkin melalui pendidikan formal yaitu pada siswa sekolah dasar. Menurut Munandar, (1985 : 14), masa sekolah dasar merupakan masa perkembangan dimana pada masa ini anak memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting atau esensial bagi persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan di masa dewasa. Melalui pendidikan, siswa akan belajar untuk mengadakan perubahan didalam dirinya seperti perubahan tingkah laku, sikap, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap diri dari yang negatif menjadi positif (Mudzakir, dan Sutrisno, 1996 : 56). Dengan belajar siswa sekolah dasar akan memperoleh pengetahuan dasar yang akan merubah sikap yang lebih baik, sehingga mereka dapat

bertindak positif terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu maupun objek-objek lainnya. HerawatidalamDahiwi (2001 : 10) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka sikapnya akan semakin positif.

(8)

menerapkan strategi inkuiri melalui metode pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning/CL).

Strategi inkuiri adalah strategi pengajaran yang berpolakan kegiatan pencarian untuk menemukan sesuatu, melibatkan peserta didik dalam rangka penemuannya, serta memungkinkan peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Jadi jelaslah bahwa strategi inkuiri adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti pelajaran di kelasnya. Sedangkan metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu cara untuk mengatasi kemampuan siswa yang heterogen sehingga dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok atas maupun pada siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas yang dimaksud adalah kelompok siswa yang memiliki nilai tinggi dan siswa kelompok bawah adalah siswa yang memiliki nilai rendah. Metode pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari

keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks.

(9)

laki-laki dan perempuan; siswa dengan latar belakang suku yang berbeda di kelas; dan siswa penyandang cacat bila ada. Kelompok beranggota heterogen ini tetap belajar pada kelompoknya selama beberapa kali

pertemuan sampai mereka dapat belajar bekerja sama dengan baik sebagai sebuah tim. Ada beberapa tehnik pembelajaran kooperatif yang bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas yang sudah dikembangkan dan diteliti. Setiap metode memiliki landasan teoritik berdasarkan perspektif filosofi dan psikologis yang berbeda.

Seperti misalnya, model kooperatifStudent Teams-Achievement Division

(STAD) yang berlandaskan psikologi behavioristik (Jacobs,et al., 1996 dalam Warpala 2006 : 41), merupakan kelompok/tim belajar yang beranggotakan empat orang siswa yang berkemampuan campur. Tehnik ini merupakan metode belajar kooperatif yang paling sederhana dan telah lama digunakan dalam berbagai penelitian di sekolah-sekolah. Strategi belajar koopertif STAD juga lebih sesuai dipakai untuk semua jenjang kelas, berbagai materi ajar, dibandingkan dengan bentuk-bentuk strategi belajar kooperatif lainnya (Slavin, dalam Warpala 2006 : 43).

(10)

upaya untuk memecahkan suatu masalah. Dengan kekhususan ciri dan perbedaan landasan teoritik yang dimiliki oleh masing-masing metode, maka setiap metode diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa (Warpala 2006 : 63). Mengacu pada hal-hal tersebut, dalam penelitian ini akan digunakan dua strategi belajar kooperatif STAD dan GI.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara siswa untuk mengerjakan pekerjaannya sehingga mereka termotivasi untuk melakukan aktivitas yang baik seperti diskusi. Dari motivasi siswa tersebut diharapkan dapat memperoleh pengetahuan dari apa yang dipelajarinya dan terjadi suatu perubahan baik sikap atau perilaku setelah memperoleh pengetahuan. Berdasarkan uraian diatas dan dalam upaya menanamkan pengetahuan tentang konservasi tumbuhan yang salah satunya adalah mangrove dan sikap dari siswa sekolah dasar terhadap konservasi mangrove yang diharapkan terbentuk dari pembelajaran konservasi mangrove menggunakan model kooperatif STAD dan GI.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(11)

2. Apakah terdapat perbedaan antara model kooperatif STAD dan Group Investigation (GI) dalam pembelajaran konservasi mangrove terhadap sikap siswa kelas VI Sekolah Dasar.

C. Tujuan Penelitian

a. Membuktikan terdapat dan tidak terdapatnya perbedaan pengetahuan siswa kelas VI Sekolah Dasar dalam pembelajaran konservasi

mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan Group Investigation (GI).

b. Membuktikan terdapat dan tidak terdapatnya perbedaan sikap setelah dilakukannya pembelajaran konservasi mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan Group Investigation (GI).

D. Hipotesis Penelitian

a. Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap antara kelompok siswa yang diberikan perlakuan menggunakan model kooperatif STAD melalui strategi inkuiri dengan kelompok siswa yang menggunakan model kooperatif Group Investigation (GI) dalam pembelajaran konservasi mangrove.

(12)

model kooperatif Group Investigation (GI) dalam pembelajaran konservasi mangrove.

E. Manfaat Penelitian

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan siswa tentang tumbuhan mangrove serta upaya penyelamatan.

b. Dapat menjadi masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas Pembelajaran IPA di sekolah agar dapat berperan dalam pembentukan sikap siswa yang bertanggung jawab terhadap pelestarian tumbuhan mangrove.

F. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah identifikasi masalah yang telah di paparkan, terlihat bahwa hasil belajar ilmu pengetahuan alam

(13)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan pada kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Gebang tahun ajaran 2011/2012

a. Materi yang diambil adalah Pelestarian Mahluk Hidup yang berhubungan dengan pembelajaran tentang konservasi mangrove b. Model yang digunakan adalah model kooperatif tipe STAD dan

Group Investigation (GI).

c. Pengetahuan siswa tentang pembelajaran konservasi mangrove yang dilihat dari hasil pretest dan postest

(14)

A. Pengertian Pembelajaran

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari terjadi proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari proses belajar ini akan diperoleh suatu hasil yang pada umumnya disebut sebagai hasil belajar. Agar memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir dengan baik. Dengan belajar manusia dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, nilai dan sikap yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat umumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Gredler (1994:

1), bahwa: “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap”.

(15)

“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.

Pengalaman adalah sebagai sumber pengetahuan dan keterampilan bersifat pendidikan yang bersifat kontinyu dan interaktif. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.

Menurut Latif (2005: 23), gagasan yang menyatakan bahwa:

“Belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme, berarti juga bahwa belajar membutuhkan waktu. Belajar terjadi bila perilaku manusia telah berubah yaitu perilaku yang menyangkut aksi atau tindakan.

Komponen terakhir dalam definisi belajar ialah sebagai suatu hasil pengalaman. Istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar”.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran mencakup dua aspek yaitu guru dan siswa,dimana guru berperan dalam mengajar sedangkan siswa sebagai pelajar atau yang belajar.

(16)

Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar, dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Hasil belajar menurut Anni (2004: 4) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar menurut Sudjana (1990: 22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau

keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Setiap siswa pada dasarnya menginginkan dapat mencapai hasil belajar yang baik. Namun, pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat dan kesempatan untuk meningkatkan hasil belajar tetapi, dalam kenyataanya hasil yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal

1. Faktor biologis (jasmaniah)

(17)

otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.

2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

Faktor Eksternal

1. Faktor lingkungan keluarga

(18)

pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.

2. Faktor lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

3. Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena

keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Kooperatif

(19)

anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Proses belajar belum pernah selesai apabila salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran (Depdiknas, 2004).

Dalam pembelajaran kooperatif peranan guru sangat kompleks, disamping sebagai fasilitator, guru berperan juga sebagai manager dan konsultan dalam memberdayakan kerja kelompok siswa. Menurut teori motivasi yang dikemukakan oleh M. Nur dalam Muslim, dkk (2000 : 20), motivasi siswa pada pembelajaran kooperatif terutama terletak pada bagaimana bentuk penghargaan atau struktur pencapaian tujuan saat siswa

melaksanakan kegiatan. Ada tiga macam tujuan tersebut yaitu : (1) individualistik artinya siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tidak ada hubungannya dengan upaya siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut, (2) kompetitif artinya siswa yakin mereka akan mencapai tujuan mereka apabila siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut, (3) kooperatif artinya siswa yakin tujuan mereka akan tercapai apabila siswa lain juga akan mencapai tujuan tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan

(20)

Menurut Muslim, dkk (2000 : 32) model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu : (1) kemampuan akademik artinya meskipun pembelajaran

kooperatif diarahkan untuk mencapai berbagai macam tujuan sosial namun juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu artinya penerimaan yang luas terhadap perbedaan individu seperti ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan, (3) pengembangan keterampilan sosial untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Menurut Lie A. dalam Ningsih (2005 : 76) ada beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif yaitu : (1) siswa dapat meningkatkan

kemampuannya untuk bekerja sama dengan siswa lain, (2) siswa

mempunyai lebih banyak kesempatam untuk menghargai perbedaan, (3) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat, (4)

mengurangi kecemasan siswa, (5) meningkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif, dan (6) meningkatkan prestasi belajar siswa. Kelompok pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok biasa. Pada pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap saling ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan ini

(21)

dengan sungguh-sungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan tugas-tugas kelompok. Perbedaan antara kelompok pembelajaran

kooperatif dengan kelompok biasa dapat disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1 Perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif dengan kelompok biasa

1. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif

Menurut Depdiknas (2004 : 51) terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi yang seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa

dikelompokkan kedalam tim-tim belajar, tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja No Kelompok Pembelajaran

Kooperatif

Kelompok Biasa 1 Kepemimpinan bersama Satu pemimpin

2 Saling ketergantungan yang positif Tidak saling ketergantungan 3 Keanggotaan yang heterogen Keanggotaan yang homogen 4 Mempelajari

keterampilan-keterampilan kooperatif

Asumsi adanya keterampilan-keterampilan sosial

5 Tanggung jawab terhadap hasil belajar pada seluruh anggota kelompok

Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri

6 Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif

Hanya menekankan pada tugas

(22)

kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Tabel 2.2 fase-fase pembelajaran kooperatif

FASE–FASE TINGKAH LAKU GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5 Evaluasi

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Guru mengevaluasi tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

2. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif

Keterampilan-keterampilan kooperatif antara lain :

(23)

partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu.

2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi : menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, mengurangi ketegangan

3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi : mengolaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.

C. Model Kooperatif TipeStudent Teams-Achievement Division(STAD)

(24)

Menurut Suardana dalam Susanti, (2007 : 85) bahwa umumnya siswa dalam satu kelas keadaannya sangat heterogen, mereka berbeda dalam hal bakat, kemampuan awal, kecerdasan, kecepatan belajar, motivasi dan hal lainnya. Dalam STAD (a) siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok harus

heterogen. (b) Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. (c) Seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan pada saat kuis ini mereka tidak boleh saling membantu. (d) Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasinya yang lalu. Poin tim anggota ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan yang lain (Depdiknas, 2004 : 35).

Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa yang bersifat heterogen tersebut digabungkan dalam kelompok (tim) belajar untuk bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik sehingga siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama meningkat kemampuan akademiknya karena siswa kelompok atas bertindak sebagai tutor bagi siswa kelompok bawah dan siswa kelompok bawah

(25)

oleh guru lebih mudah dipahami karena mereka biasanya menggunakan bahasa dan ungkapan-ungkapan yang sama (Suryati, 2006 : 102).

D. Model Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)

Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan tehnik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau

menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memaparkan laporannya kepada seluruh kelas untuk berbagi dan saling bertukar informasi temuan mereka (Burns, et al., tanpa tahundalamWarpala, 2006 : 44).

Belajar kooperatif dengan tehnik GI sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi (Slavin, dalam

(26)

bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, dimana atau sejenisnya).

Menurut Slavin dalam Warpala (2006 : 78), strategi belajar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran biologi (IPA). Ada 6 langkah dalam pembelajaran melalui strategi belajar kooperatif adalah: (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengkategorisasi saran-saran; para siswa bergabung dalam kelompok belajar dengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau memfasilitasi dalam memperoleh informasi), (2) merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, yang meliputi: apa yang diselidiki;

(27)

berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan dan pengalaman-pengalaman afektifnya).

E. Konservasi (pelestarian) Mangrove

Masalah-masalah lingkungan hidup yang ada di Indonesia meliputi : Penebangan hutan, polusi air dari limbah industri dan pertambangan, polusi udara daerah perkotaan, asap dan kabut dari kebakaran hutan, penambakan suaka alam atau margasatwa, penghancuran terumbu karang, kerusakan hutan mangrove, pembuangan samapah B3 atau radioktif yakni pembuangan sampah tanpa pemisahan atau pengolahan, serta terjadinya hujan asam yang merupakan akibat dari polusi udara. (www.

id.wikipedia.orga/ wiki/lingkungan.hidup.)

Dari masalah-masalah diatas masalah utama di Indonesia yang akan kita amati adalah kerusakan wilayah pesisir pantai. Kerusakan wilayah pesisir sendiri sebagian besar meliputi kerusakan terumbu karang, hutan

mangrove atau bakau serta kerusakan pesisir pantai seperti pengeboman, pukat harimau, trawl, pembuangan sampah di laut, penangkapan

rebon(udang kecil) dengan menggunakan putasium atau zat-zat beracun. Menurut Dinas Kelautan sendiri kerusakan hutan bakau atau mangrove di sepanjang perairan Indonesia sudah mencapai 80 % sampai tahun 2011 ini (dalam www.air.bappenas.go.id/doc/pdf/kliping.).

(28)

mengalami kerusakan yang cukup besar. Menurut Dinas Kelautan keadaan terumbu karang di pantai pesisir Lampung mencapai 50%, sedangakan untuk mangrove mencapai 80% sebanyak 737,17 Ha dari satu juta Ha dalam keadaan rusak.

Bila kita pelajari alangkah besarnya kerusakan pesisir pantai yang sebenarnya merupakan sumber kekayaan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Dimana banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari sumber kekayaan alam tersebut. Misalnya dengan adanya mangrove dapat mencegah terjadinya abrasi pantai, selain itu juga sebagai peredam

gelombang besar supaya air laut tidak naik ke daratan, serta menahan apabila ada angin badai, dengan demikian dapat melindungi daerah kawasan pantai.

Sekolah sensitive, sadar, motifasi diri dan mampu sebagai pelopor dan teladan dalam usaha turut serta mengatasi permasalahan lingkungan. Sekolah, guru dan peserta didik mempertahankan lingkungan secara menyeluruh sesuai situasi dan berorientasi pada “tindakan” serta tidak

terbatas pada pengetahuan saja. Guru dalam proses pendidikan dan

pengajaran berperan dalam menyadarkan peserta didik terhadap peran dan tanggung jawab terhadap lingkungannya.

(29)

melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal, baik dengan pengembangan kemampuan pengetahuan kognitif maupun melalui berbagai kegiatan nyata yang membentuk prilaku yang sadar, peduli dan ramah lingkungan. Hal lain yang bisa dilakukan melalui berbagai media informasi, kampanye, penyadaran, dan pembiasaan praktek hidup yang ramah dan peduli lingkungan baik secara individual maupun kelompok. Upaya ini perlu ditempuh sejak usia dini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Upaya ini dapat dilakukan melalui berbagai hal sederhana dan kecil tetapi mempunyai dampak nyata bagi

pembangunan watak dan prilaku yang ramah dan peduli lingkungan. Melalui cara inilah pada akhirnya terbangun sebuah kehidupan budaya yang ramah dan peduli lingkungan.

(30)

F. Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar

Pendidikan seseorang didapat dari adanya informasi. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang dapat mendidik seseorang untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan melalui usaha belajar yang akan memperoleh

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang nantinya mengantarkan seseorang menuju kedewasaan. Sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pengetahuan. Pengetahuan yang diterima seseorang merupakan unsur pembangunan sikap yang akan membentuk perilaku tertentu (Mar’at, 1982: 91).

Untuk memperoleh pengetahuan, seseorang harus belajar sehingga dapat menghasilkan suatu perubahan pada diri seseorang seperti sikap,

keterampilan, pemahaman dan pengetahuan. Pada anak kecil misalnya, sikap dapat diajarkan melalui imitasi terutama meniru tingkah laku orang tuanya yang akan membentuk perilaku pada diri anak dalam bertindak. Karena sikap lebih banyak diperoleh dari belajar, ini berarti pendidikan seseorang memegang peranan penting. Menurut Mulyani, (2000 : 105), faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penghubung dalam media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama dan faktor emosi dalam diri individu.

(31)

sedini mungkin melalui pendidikan formal yaitu pada siswa sekolah dasar. Menurut Munandar, (1985 : 231), masa sekolah dasar merupakan masa perkembangan karena pada masa ini anak diharapkan memperoleh pengetahuan dasar yang dipandang sangat penting (esensial) bagi

persiapan dan penyesuaian diri terhadap kehidupan dimasa dewasa. Pada umumnya masa sekolah dasar lebih mudah diasuh jika dibandingkan dengan sebelumnya (masa kanak-kanak) dan sesudahnya (masa remaja) karena pada masa pra sekolah dan masa remaja termasuk fase yang penuh gejolak (masa goncangan).

Masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual karena pada masa ini anak memiliki keterbukaan dan keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Masa usia sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua fase yaitu (1) masa kelas-kelas rendah sekolah dasar sekitar usia 6-9 tahun dan (2) masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar sekitar 10-13 tahun. Siswa kelas VI sekolah dasar termasuk dalam fase masa kelas-kelas tinggi dimana anak-anak pada masa ini memiliki sifat-sifat khas yakni : a. Minat kepada kehidupan praktis konkret sehari-hari, kecenderungan

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis b. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-mata pelajaran khusus

(32)

ukuran yang tepat terhadap prestasi sekolah (Munandar, 1985 : 142)

MenurutMar’at (1982: 77), menyatakan bahwa perubahan sikap merupakan hasil komunikasi sosial yang sebenarnya merupakan proses informasi (pengetahuan). Dalam hubungannya dengan perubahan sikap, maka sikap terbaik bagi manusia terhadap lingkungan saat sekarang adalah merubah sikap yang selama ini cenderung merusak lingkungan ke sikap yang berusaha untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari. Semakin banyak informasi atau pengetahuan yang diberikan akan mampu mengubah perilaku selama ini kearah perilaku yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan baik itu hewan maupun tumbuhan.

(33)

sikap siswa. Indikator sederhana untuk mengetahui perubahan bentuk sikap bisa dinyatakan melalui derajat tingkat pengukuran dari siswa menghargai mangrove yang ada disekitarnya (Ruyani et al. 2007 : 91).

G. Sikap siswa terhadap pembelajaran

Dalam upaya untuk mencapai pelestarian terhadap tumbuhan mangrove, hal utama yang harus ditumbuhkan dalam setiap pribadi manusia adalah sikap. Sikap sangat penting karena sikap erat hubungannya dengan penilaian seseorang tentang baik dan buruk, suka atau tidak suka, bernilai atau tidak bernilainya sesuatu bagi individu terhadap objek tertentu (MullerdalamKartawidjaya, 1996 : 254). Sikap merupakan

kecenderungan perbuatan dan respon terhadap sesuatu objek.

Kecenderungan sikap dapat berbentuk penerimaan dan penolakan terhadap suatu objek. Jika suatu objek diterima maka subjek cenderung mendekat kepada objek. Jika suatu subjek menolak objek maka subjek akan menjauh dari objek tersebut (Sukmadinata. 2005 : 112).

(34)

afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang tetap terhadap objek orang, barang, baik secara positif maupun negatif.

Pasaribu dan Simanjuntak (1984 : 54) mengatakan bahwa sikap adalah pandangan atau sikap perasaan yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap suatu objek. Pada diri individu terdapat suatu keyakinan, perasaan dan kecenderungan untuk bertindak sehingga sikap dapat dipandang sebagai suatu pola respon suatu

kecenderungan berpikir dan bertindak dengan suatu cara tertentu.

Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1984 : 56), sikap memiliki dua ciri yaitu ada yang bersifat khusus dan ada yang bersifat umum. Ciri sikap yang bersifat khusus adalah unsur-unsur sikap yang berupa perasaan, keyakinan dan kecenderungan bertindak. Ciri sikap yang bersifat umum adalah:

1. Sikap bukan dibawa orang sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Sikap dapat berubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari oleh orang lain atau masyarakat.

3. Sikap mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek.

4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu atau kumpulan dari beberapa hal.

(35)

membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki seseorang.

6. Mempunyai arah dan tujuan artinya bahwa efek yang membekas yang dirasakan terhadap suatu objek dapat bersifat positif atau negatif.

Menurut Mar’at (1982: 85) adanya satu kesatuan antara sikap dengan tingkah laku yang merupakan suatu hubungan interaksi antara beberapa komponen sikap yang terdiri dari komponen kognisi yang berhubungan dengan ide dan konsep, komponen afeksi yang menyangkut kehidupan emosional, serta komponen konasi yang merupakan kecenderungan berperilaku.

Tabel 2.3 Persamaan dan perbedaan antara model kooperatif STAD dan model kooperatif GI pada pembelajaran tentang konservasi mangrove

No

Aspek yang

dipersiapkan/dilaksan akan

Model kooperatif STAD Model kooperatif GI

1 LKS Merancang kegiatan

dengan merujuk pada dari mangrove dan siswa mengetahui habitan/ 2 Pembagian kelompok -Anggota kelompok

terdiri dari 4-5 orang

(36)

-Heterogen berdasarkan

pelajaran Biasanya guru Biasanya siswa

4 Langkah 5 Kegiatan inti: Persentasi kelas

(37)

Diskusi dan langkah kerja yang ada

(38)
(39)

kalian lakukan jika

-Terjadi pada saat diskusi dan pemahaman konsep yaitu pada saat pembagian kelompok

-Terjadi pada saat guru melakukan persentasi kelas dan siswa bekerja dalam

kelompok/melakukan diskusi kelompok

-Terjadi pada saat siswa mengumpulkan tugas dan

mempresentasikan ke depan kelas

-Terjadi pada tahap eksplorasi yaitu pada saat pembegian

kelompok berdasarkan

topik yang sama

-Terjadi pada saat siswa melakukan investigasi atau penyelidikan untuk mengumpulkan data

-Terjadi pada saat siswa melakukan

Berdasarkan deskripsi persamaan dan perbedaan yang disajikan dalam tabel 2.3 menunjukkan bahwa pada pembelajaran baik yang menggunakan model

kooperatif STAD dan model kooperatif GI, peserta didik didorong untuk

(40)

kepemilikan yang sangat sulit dilupakan sehingga siswa merespon sikap positif dari pembelajaran yang telah dilakukan. Respon positif tersebut berupa menyukai, menyayangi dan mengetahui cara untuk melindungi dan melestarikan tumbuhan mangrove.

Pada pembelajaran yang telah dilakukan terdapat keterampilan-keterampilan kooperatif yang terdiri dari keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir. Pada model kooperatif STAD, keterampilan kooperatif muncul pada tahap diskusi dan pemahaman konsep dimana pada saat pembagian kelompok, siswa melakukan keterampilan kooperatif tingkat awal yaitu berada dalam kelompok dan tugas, menyelesaikan tugas pada waktunya, menghormati perbedaan individu. Pada keterampilan kooperatif tingkat menengah terjadi pada saat guru melakukan persentasi kelas, dimana pada keterampilan ini siswa mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan dan menerima tanggung jawab yang diperlukan pada saat siswa melakukan diskusi.

Keterampilan kooperatif tingkat mahir terjadi pada saat siswa melakukan diskusi dan persentasi kelas dimana pada keterampilan ini siswa memeriksa dengan cermat pekerjaan mereka dan berkompromi.

(41)

melakukan penyelidikan/investigation dimana siswa mendengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan dan menerima tanggung jawab. Sedangkan

keterampilan kooperatif tingkat mahir muncul pada saat siswa melakukan diskusi dan pemahaman konsep untuk menyelesaikan tugas mereka dan

(42)

Tabel 2.4 Adapun kerangka konseptual dari pembelajaran yang menggunakan model kooperatif STAD dengan GI

Model Kooperatif GI :

1. Mengidentifikasi topik dan

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

- Siswa menelaah sumber belajar, memilih topik

- Pembagian kelompok

berdasarkan ketertarikan topik yang sama dan heterogen - Guru membantu/memfasilitasi

dalam memperoleh informasi 2. Merencanakan tugas belajar

(direncanakan bersama-sama oleh siswa meliputi apa yang akan diselidiki, pembagian kerja) 3.Melaksanakan investigasi (siswa

mencari informasi, menganalisis data, bertukar pikiran, berdiskusi, membuat kesimpulan)

4.Menyiapkan laporan akhir 5.Mempersentasikan laporan akhir 6.Evaluasi

Model Kooperatif STAD :

1. Persentasi kelas (guru menyajikan pelajaran untuk memberi konsep penting dalam membantu siswa melakukan diskusi)

2.Pembentukan kelompok (siswa dikelompokkan dengan anggota 4-5 orang, heterogen)

3.Pelaksanaan kuis (seluruh siswa dikenakan kuis tentang materi yang diajarkan dan tidak boleh saling membantu)

4.Penentuan peningkatan skor individual (dilihat dari hasil sebelum dan sesudah pembelajaran)

5.Pemberian penghargaan

1.Siswa didorong untuk menyelidiki masalah untuk mencari penjelasan

penjelasan yang ada dengan menggunakan keterampilan-keterampilan ilmiah - Pada model kooperatif STAD, siswa saling membantu untuk menuntaskan

materi pelajaran dimana siswa yang berkemampuan tinggi

akan membagi informasi kepada siswa yang berkemampuan rendah.

- Pada model kooperatif GI, siswa saling membantu melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan data.

2.Siswa akan memperoleh informasi dari pembelajaran yang telah dilakukan 3.Konsep diri menjadi bertambah dengan penemuan-penemuan yang

mereka peroleh

4.Menggunakan sumber belajar berupa objek langsung yaitu mangrove sehingga membuat siswa memperoleh pengetahuan dari penemuannya.

(43)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di SD Negeri 1 Gebang, Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran.

B. Jenis Penelitian

Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah sauatu penelitian yang bersifat membandingkan. Menguji hipotesis komparatif berarti menguji parameter populasi yang berbentuk

perbandingan (Sugiyono, 2005: 115). Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel, yaitu pengetahuan dan sikap siswa.

(44)

ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2009:16).

Penelitian ini merupakan eksperimen di bidang pendidikan sehingga dapat didefinisikan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan, tindakan, treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan tersebut dibandingkan dengan tindakan lain. Berdasarkan tindakan tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk penelitian

pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.

Penelitian ini bersifat quasi eksperimen dengan pola Penelitian ini bersifat

quasi eksperimendangan polanon-equifalent cantrol group design.

Penelitian quasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16).

(45)

Adapun jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu penelitian yang mengungkapkan hubungan antara 2 variabel/lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya (Ibrahim dan Sudjana, 1990 : 70). Penelitian ini dilakukan dengan rancangan/desain Control group pre-test post- test untuk menguji hipotesis dengan rancangan penelitian dimana kedua sampel diberi perlakuan berbeda yaitu sebagai berikut :

Subjek Pengukuran

(Pre-test) Perlakuan

Pengukuran (Pos-test)

AR O X1 O1

BR O X2 O1

Ket:

AR dan BR : Kelas A dan Kelas B yang dilakukan secara acak dalam

menentukan model kooperatif STAD dan GI.

O : Pelaksanaan tes awal (pre-test) pada kedua kelompok sampel O1 : Pelaksanaan tes akhir (Pos-test) pada kedua kelompok sampel

X : Kegiatan belajar mengajar pada kelas A dengan menggunakan model koopertif STAD dan kegiatan belajar mengajar pada

(46)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian pada suatu wilayah penelitian. Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2002 : 15). Lokasi penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Gebang. Populasi penelitian adalah SD Negeri 1 Gebang. Sampel penelitian dilakukan secarapurposive random samplingyaitu penyampelan dipilih berdasarkan penilaian atau kriteria tertentu dan dilakukan secara acak. Penelitian ini termasuk penelitian populasi dimana subjek penelitian meliputi siswa yang terdapat di dalam populasi

(Arikunto, 2002 : 20). Sampel penelitian ini adalah kelas VI SD Negeri 1 Gebang dikarenakan memiliki dua kelas, mengapa kelas VI yang diambil kerena mereka memperoleh materi pelestarian mahluk hidup yang

berkaitan dengan konservasi mangrove. Untuk menentukan kelas VIA atau kelas VIB yang mendapatkan model kooperatif STAD atau GI maka dilakukan secara acak dengan undian. Sampel penelitian adalah 60 siswa dimana 30 siswa untuk kelas VIA dan 30 siswa untuk kelas VIB.

D. Prosedur Penelitian

(47)

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, dan lembar

angket sikap.

f. Melakukan uji ahli pada soal pretes/postes.

g. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas

eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester genap. Setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan PBMopen-ended

(48)

Kelas Eksperimen (Model Pembelajaran STAD) a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk pilihan ganda untuk materi pokok pelestarian makhluk hidup tentang konservasi mangrove.

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, ”mempelajari materi tentang konservasi mangrove”. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelestarian makhluk hidup, penyelamatan, dan pemanfaatan. 3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari

materi ini kita dapat mengetahui nilai/manfaat suatu keanekaragaman hayati Indonesia serta pentingnya usaha pelestariannya, sehingga keberlangsungan keanekaragaman hayati Indonesia akan tetap terjaga dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang”.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang siswa. Tiap kelompok terdiri dari anggota yang heterogen, baik dari segi jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan segi kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Siswa duduk berkumpul di kelompoknya masing-masing.

(49)

3. Guru memberi materi diskusi kepada setiap kelompok untuk dibahas bersama oleh setiap kelompok. Materi diskusi berbentuk soal.

4. Masing-masing kelompok membahas materi atau soal yang diberikan oleh guru secara kooperatif, guru mengamati aktivitas siswa dalam kelompok dan membantu siswa jika menemui kesulitan.

5. Setelah diskusi selesai, salah satu siswa dalam setiap kelompok sebagai perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa mengejakan post-tes.

2) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

3) Siswa mengerjakan pekerjaan rumah.

Kelas Kontrol (Model Pembelajaran GI) a. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk pilihan ganda untuk materi pokok pelestarian makhluk hidup tentang konservasi mangrove.

(50)

mangrove”. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelestarian makhluk hidup, penyelamatan, dan pemanfaatan. 3.Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari

materi ini kita dapat mengetahui nilai/manfaat suatu keanekaragaman hayati Indonesia serta pentingnya usaha pelestariannya, sehingga keberlangsungan keanekaragaman hayati Indonesia akan tetap terjaga dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang”.

b. Kegiatan Inti

1. Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang siswa. Tiap kelompok terdiri dari anggota yang heterogen, baik dari segi jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) dan segi kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Siswa duduk berkumpul di kelompoknya masing-masing dan mencatat ketua kelompoknya dan penyaji pada setiap kelompok.

2. Guru menyampaikan topik materi tentang hutan mangrove dan zonasi hutan mangrove.

3. Guru memanggil ketua kelompok untuk memilih subtopik materi pelajaran.

(51)

diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil investigasi kelompok mereka. Setiap kelompok

mempresentasikan hasilnya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa mengerjakan post-tes

2) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru.

3) Siswa diberikan pekerjaan rumah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen untuk memperoleh data pengetahuan dan sikap dalam penelitian ini adalah lembar tes dan angket. Lembar tes dan angket yang akan

digunakan dirujuk dari Modul Pegangan Guru Mengenal Jenis mangrove. Tes merupakan sederet pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

(52)

terdiri atas 40 butir pertanyaan dengan 4 pilihan. Tes dilakukan 2 kali yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Pre-tes dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan pos-tes dilakukan untuk mengukur sejauh mana proses pembelajaran yang diberikan dapat dipahami oleh siswa.

Hasil Pretes-Postes

Dari data nilai hasil skor test pada pembelajaran konservasi mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan GI diperoleh nilai rata-rata hasil skor test pada kelas VIA(pembelajaran yang menggunakan

model kooperatif STAD) dan kelas VIB(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif GI) yang dapat disajikan pada tabel 3.1

Tabel 5.1 Nilai rata-rata pengetahuan siswa kelas VIA(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif STAD ) dan kelas VIB(pembelajaran

yang menggunakan model kooperatif GI)

Kelas N

Rata-rata Nilai Test Selisih rata-rata (Δ )nilai test Pre-Test Post-Test

VIA(model

kooperatif STAD)

VIB(model

(53)

Hasil Angket

Dari data nilai hasil pengisian angket setelah dilakukannya pembelajaran konservasi mangrove yang menggunakan model kooperatif STAD dan diperoleh nilai rata-rata hasil skor angket pada kelas VIAdan kelas VIByang di sajikan pada tabel 3.2.

Tabel 5.2 Distribusi nilai sikap siswa kelas VIA(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif STAD)

Interval Kategori f %

47 - 50 rendah 51 - 54 sedang 55 - 59 tinggi

Jumlah

Tabel 5.3 Daftar Nama Siswa Kelas VIA

(Kelas Eksperimen/Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD)

(54)

20. 8614

Tabel 5.4 Distribusi nilai sikap siswa kelas VIB(pembelajaran yang

menggunakan model kooperatif GI)

Interval Kategori f %

42 - 44 rendah 45 - 47 sedang 48 - 50 tinggi

Jumlah

Tabel 5.5 Daftar Nama Siswa Kelas VIB

(Kelas Kontrol/Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI)

(55)

18. 8572 19. 8573 20. 8574 21. 8575 22. 8576 23. 8577 24. 8578 25. 8579 26. 8580 27. 8581 28. 8582 29. 8583 30. 8584

Angket merupakan butir-butir pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

(56)

ANGKET SIKAP Tabel 5.6. Angket Sikap

Variabel Indikator Sikap Butir Angket SS S TS STS

Sikap Mengenal dan mencintai

tumbuhan mangrove

1.Mangrove adalah tumbuhan yang tidak ada manfaatnya 2.Mempelajari mangrove

menumbuhkan rasa cinta dan peduli pada lingkungan 3.Sebaiknya mangrove

ditebang saja

4.Pohon mangrove bisa dijadikan untuk kayu bakar 5.Mangrove hanya sebagai

perusak bagi tumbuhan lain Melindungi dan

Menjaga

1.Apabila menemukan tumbuhan mangrove sebaiknya dijaga dan dilindungi

2.Mangrove lebih baik ditebang dan dijadikan tambak

3.Mangrove dapat mencegah naiknya air laut ke daratan 4.Mangrove tempat ikan

berlindung dan mencari makan

5.Pohon mangrove dapat dimanfaatkan kayunya dan dapat dijual

Melakukan Konservasi

1.Apabila mangrove ditebang maka akan terjadi Tsunami 2.Banyak sekali manfaatnya

apabila mangrove dijaga dan dilestarikan

3.Mengajak masyarakat untuk menyelamatkan mangrove 4.Melakukan pembibitan

mangrove

(57)

F. Tehnik Analisa Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini lebih dahulu akan dilakukan: 1 . Uji Normalitas Distribusi

Uji normalitas data dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan program SPSS versi 16.

a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung< Ltabelataup-value> 0,05, tolak Ho untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Uji Homogenitas

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 16.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung< Ftabelatau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima

- Jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(58)

3. Uji Hipotesis (Uji-t)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 16.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0= Rata-rata N-gainkedua sampel tidak berbeda secara

signifikan.

H1= Rata-rata N-gainkedua sampel berbeda secara signifikan.

2) Kriteria Uji

- Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabelmaka Ho ditolak

(Pratisto. 2004:13).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0= Rata-rata N-gainpada kelompok eksperimen sama dengan

kelompok kontrol.

H1= Rata-rata N-gainpada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. 2) Kriteria Uji :

- Jika–ttabel< thitung< ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel, maka Ho ditolak

(59)

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan siswa yang menggunakan model kooperatif STAD dan GI dalam pembelajaran konservasi mangrove.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap siswa yang menggunakan model koopertif STAD dan GI dalam pembelajaran konservasi mangrove.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan pembelajaran tentang konservasi mangrove dengan model pembelajaran STAD dan GI yang diterapkan oleh peneliti dikelas eksperimen dan kontrol.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini ada saran yang ingin disampaikan oleh penulis yaitu : 1. Bagi guru pada pembelajaran IPA yang melaksanakan sebaiknya dapat

(60)

2. Sikap bersifat kecenderungan berprilaku sehingga untuk penyadaran konservasi melalui pembelajaran tetap dilakukan secara

berkesinambungan melalui berbagai mata pelajaran secara terintegrasi disesuaikan dengan kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran.

(61)

iv

SISWA TENTANG KONSERVASI MANGROVE DI DESA GEBANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

Endro Sucipto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(62)

xiii

ABSTRAK...i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN...iv

BAB I. PENDAHULUAN Halaman A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...11

D. Hipotesis Penelitian ...11

E. Manfaat Penelitian ...12

F. Batasan Masalah ...12

G. Ruang Lingkup penelitian ...13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran ...14

B. Model Pembelajaran Kooperatif ...18

C. Model Kooperatif Tipe STAD ...23

D. Model Kooperatif Tipe GI ...25

E. Konservasi/Pelestarian Mangrove ...27

F. Pengetahuan Siswa Sekolah Dasar ...30

G. Sikap Siswa Terhadap pembelajaran ...33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian...43

B. Jenis Penelitian ...43

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ...46

D. Prosedur Penelitian ...46

E. Tehnik Pengumpulan Data ...51

F. Tehnik Analisa Data ...57

1. Uji Normalitas Distribusi ...57

2. Uji Homogenitas ...57

(63)

xiv

1. Hasil Pretest - Postest ...59

2. Hasil Angket ...60

3. Hasil Uji Prasyarat ...63

4. Hasil Uji Hipotesis ...64

B. Pembahasan ...65

1. Deskripsi Pretest - Postest ...65

2. Deskripsi Hasil Angket ...69

3. Analisis Hasil Uji Hipotesis ...72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...76

B. Saran ...76

(64)

xv

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Nilai KKM kelas VI SDN 1 Gebang ...4

Tabel 2.1 Perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif Dengan kelompok biasa ...21

Tabel 2.2 Fase-fase pembelajaran kooperatif ...22

Tabel 2.3 Persamaan dan perbedaan antara model kooperatif STAD dan model kooperatif GI pada pembelajaran tentang konservasi mangrove...35

Tabel 2.4 Kerangka konseptual ...42

Tabel 3.1 Penilaian pengetahuan siswa...52

Tabel 3.2 Distribusi nilai sikap kelas eksperimen...53

Tabel 3.3 Daftar nama siswa kelas eksperimen...53

Tabel 3.4 Distribusi nilai sikap kelas kontrol...54

Tabel 3.5 Daftar nama siswa kelas kontrol...54

Tabel 3.6 Angket sikap...56

Tabel 4.1 Nilai rata-rata pengetahuan siswa (menggunakan model kooperatif STAD dan GI)...59

Tabel 4.2 Distribusi nilai sikap kelas eksperimen...60

Tabel 4.3 Daftar nilai tes kemampuan kelas eksperimen...60

Tabel 4.4 Distribusi nilai sikap kelas kontrol...61

(65)

xvi

Gambar Halaman

(66)

xvii

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Silabus...81

Lampiran 2. RPP kelas eksperimen ...83

Lampiran 3. RPP kelas kontrol ...95

Lampiran 4. Daftar nama siswa kelas eksperimen ...106

Lampiran 5. Daftar nama siswa kelas kontrol ...107

Lampiran 6. Daftar nama kelompok kelas eksperimen ...108

Lampiran 7. Daftar nama kelompok kelas kontrol ...109

Lampiran 8. Modul mangrove ...110

Lampiran 9. Lembar kerja siswa ...166

Lampiran 10. Kisi-kisi soal ...183

Lampiran 11. Soal pretest dan postest ...185

Lampiran 12. Kunci jawaban soal pretes dan postest ...197

Lampiran 13. Lembar angket ...198

Lampiran 14. Hasil pretest dan postest kelas eksperimem ...200

Lampiran 15. Hasil pretest dan postest kelas kontrol ...201

Lampiran 16. NilaiN-gainkelas eksperimen ...202

Lampiran 17. NilaiN-gainkelas kontrol ...203

Lampiran 18. Data SPSS Pretest ...204

Lampiran 19. Data SPSS postest ...206

(67)

xviii

Lampiran 23. Uji barlet homogenitas ...211

Lampiran 24. SPSS ujiN-gainkesamaan dan perbedaan ...212

Lampiran 25. Foto aktivitas di kelas ...215

(68)

vi 1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. __________

Sekretaris : Pramudiyanti, S. Si., M. Si. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(69)

vii Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Endro Sucipto

Nomor Pokok Mahasiswa : 0513024025 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan

sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Desember 2012 Yang menyatakan

(70)

v

Achievement Division(STAD) DenganGroup Investigation(GI) Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Kelas VI Tentang Konservasi Mangrove Di Desa Gebang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

Nama Mahasiswa : Endro Sucipto Nomor Pokok Mahasiswa : 0513024025 Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed. Pramudiyanti, S. Si., M. Si. NIP. 195711071986031002 NIP 19730310 199802 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(71)

ix

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,

sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (Al-baqorah : 153)

Barang siapa memberikan kemudahan kepada orang yang mengalami kesulitan

maka Allah akan memberikan kemudahan kepadanya di dunia dan di akhirat

(H.R. Muslim)

Sesungguhnya Allah itu lemah-lembut, Ia mencintai Kelemah lembutan dalam

segala hal dan Ia akan memberi apa saja yang Ia tidak berikan kepada kekerasan

(Shahih Bukhari)

Orang kaya bukanlah orang yang memiliki segala hal tetapi orang yang dapat

menikmati apapun yang dimiliki dan hidup akan lebih bahagia jika kita dapat

menikmati apa yang kita miliki Modal terbesar adalah kemandirian, Keberanian

terbesar adalah kesabaran,Kehormatan terbesar adalah kesetiaan, Rekreasi terindah

adalah bekerja dan kegagalan terbesar adalah keputus asaan

(Ali Bin Abutholib)

Jika ada senyum yang pertama kali aku temui, itulah senyum kedua orang tua ku.

Jika ada kasih sayang yang pertama kali aku temui, itulah kasih sayang kedua

orang tua ku. Jika ada pengorbanan yang tiada meminta balasan, itulah

pengorbanan orang tua ku. Doa yang selalu aku ucapkan dari lidah ku adalah

untuk kedua orang tua ku. Jika kebahagian menghampiri ku, ku persembahkan

untuk kedua orang tua ku. Tetapi, kesedihan terberat bagi ku adalah ketika kedua

orang tua ku meningggalkan ku untuk selama-lamanya

(72)

x

PERSEMBAHAN

Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Syukur Alhamdullilah Segala puji hanya Milik-Mu dan atas Ridho-Mu

akhirnya dapat ku rasakan juga kebahagiaan yang tak ternilai harganya.

Liku-liku perjalanan menuju kesuksesan untuk meraih cita-cita tak luput

dari cobaan-Mu yang penuh dengan maghfiroh dan hidayah-Mu.

Atas kebahagian ini kupersembahkan skripsi ini untuk :

Allah SWT sebagai sandaran dan tempat harapanku, Rasulullah dan

Agamaku Tercinta. Ayahanda tercinta (A. Anshori) dan Ibunda (Sugiyem).

Ibunda tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa serta dengan

tulus dan sabar menanti keberhasilanku. Adik ku tersayang (Rahmat

Arifin) yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan selalu

mendoakan keberhasilanku.

Sahabat-sahabatku yang ku sayangi, terimakasih banyak atas segala

bantuan kalian, kebersamaan, suka duka, membuat semuanya sangat

berarti dan tidak dapat aku lupakan. Buat Pandawa Lima (love you

friends).

(73)

viii

Endro Sucipto merupakan anak pertama dari 2 bersaudara pasangan suami istri bapak A. Ansori dan ibu Sugiyem. Lahir di Tanjung Karang pada tanggal 22 Sepetember 1987.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Amarta Tani, Kedaton Bandar Lampung (1992-1993), SDN 3 Rajabasa Bandar Lampung (1993-1999), SMP Al-Kautsar Bandar Lampung (1999-2002), SMA Al-Al-Kautsar Bandar Lampung

(2002-2005). Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur SPMB.

Berbagai macam kegiatan yang diikutinya tidak membuatnya berpuas diri dan bahkan terus berupaya ditingkatkannya. Semangat untuk bertindak telah merubah cara pandang dalam dirinya. Disamping kuliah, maka pada tahun 2007 Endro panggilan akrabnya mengikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir laut dan pulau-pulau kecil di Lampung dengan terlibat aktif di Lembaga Swadaya

Masyarakat Mitra Bentala sebagai Staf Pendidikan, yaitu mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di sekolah-sekolah.

Penulis adalah Juara 1 Pemuda Pelopor Tingkat Propinsi Lampung (20120, Juara 2 Pemuda Pelopor Tingkat Nasional (2010), dan salah satu dari 4 Pemuda se-Indonesia yang dipilih oleh Team BBC London dalam kegiatan Get Inspired di 3 Kota (2011).

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Semester Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI SD Negeri 1 GebangPesawaran Tahun Pelajaran 2011/2012
Tabel 2.1 Perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif dengankelompok biasa
Tabel 2.3 Persamaan dan perbedaan antara model kooperatif STAD danmodel kooperatif GI pada pembelajaran tentang konservasimangrove
gambar kura-kura dan
+6

Referensi

Dokumen terkait

NEWS READER : DEKRANAS ADAKAN PAMERAN KREASI JOGJA UNTUK INDONESIA. PAMERAN PRODUK KERAJINAN / SELAMA INI TETAP MENJADI ANDALAN PERAJIN UNTUK MENJUAL HASIL

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa subjek DY dan QL memiliki kemampuan berpikir reflektif tinggi pada materi bentuk aljabar karena melalui tiga

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

NAMA PAKET PENGADAAN KEGIATAN

Pada hari ini, Kamis tanggal Dua bulan April tahun Dua Ribu Lima Belas, kami Pokja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Manggarai, telah mengadakan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Peningkatan Jalan Dengan Konstruksi HRS-Base dalam kawasan Perumahan RSS Oesapa dan

Dari hasil penelitian, Bagian Tata Pemerintahan perlu meningkatkan profesionalitas pengawasan terhadap program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang ada denga adanya tindakan tegas