• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK BERDASARKAN UJI TEKAN BEBAS MENGGUNAKAN TX - 300

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK BERDASARKAN UJI TEKAN BEBAS MENGGUNAKAN TX - 300"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK BERDASARKAN UJI TEKAN BEBAS

MENGGUNAKAN TX - 300

Oleh

APRIRIANDI PUTRA

Suatu konstruksi atau bangunan sangat berhubungan dengan keadaan kondisi fisik dan mekanis tanah. Untuk memperbaiki sifat tanah merugikan yang dapat mengakibatkan daya dukung menjadi rendah, maka diperlukan perbaikan tanah yang salah satunya adalah menggunakan metode stabilisasi. Usaha stabilisasi yang banyak dilakukan adalah stabilisasi dengan menggunakan bahan . Salah satunya menggunakan bahan alternatif yaitu TX-300 yang diharapkan mampu memperbaiki sifat tanah sehingga dapat mendukung suatu konstruksi.

Sampel tanah yang di uji pada penelitian ini adalah tanah lempung lunak yang berasal dari daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Variasi kadar campuran yang digunakan yaitu 0,4 ml, 0,7 ml, 1,0 ml, dan 1,3 ml. Pada tiap kadar campuran dilakukan perendaman selama 7 hari ,14hari ,21hari, 28hari. Berdasarkan pemeriksaan unsur kimia tanah dan pemeriksaan sifat fisik tanah asli, USCS mengklasifikasikan sampel tanah sebagai tanah berbutir halus, dan termasuk ke dalam kelompok CH.

Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa bahan additive

menggunakan TX-300 dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanik tanah lempung

lunak. Pada pengujian fisik seperti berat jenis dan batas-batas Atterberg

mengalami kenaikan setelah distabilisasi, sementara pada pengujian mekanik penggunaan TX-300 dapat meningkatkan nilai Kuat Tekan Bebas tanah tersebut. Dari hasil pengujian Kuat Tekan Bebas, tanah yang distabilisasi dengan TX-300 mengalami peningkatan sampai pada kadar TX maksimum 1,3 ml.

(2)

ABSTRACT

SOAKING EFFECT OF POWER SUPPORT CLAY SOIL TEST UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTHUSING TX - 300

By

APRIRIANDI PUTRA

A construction or building is closely related to soil physical and mechanical conditions. To improve soil characteristic, soil should be stabilized. One of soil stabilization effort is using additive material. One of additive materials is TX-300 that is expected to improve soil characteristic to support a construction.

Soil sample to test in this research was soft clay soil from Rawa Sragi, East Lampung. Variations of concentration mixtures between TX-300 and soil are 0.4 ml, 0.7 ml, 1.0 ml, and 1.3 ml. There two treatments for every mixture concentration the mix was letting aside while soaked in 7 days, 14 days, 21 days. 28 days. based on examinations of soil chemical element and original soil characteristic, USCS classified sample as soil with fine granule in CH group.

The results showed that TX-300 additive material was able to improve physical and mechanical characteristics of soft clay soil. Physical test on specific gravity and Atterberg limits showed improvement after soil stabilization, while mechanical test on soil mixture with TX-300 showed that TX-300 improved unconfined compressive strength (UCS). The UCS test results showed that stabilized soil with TX-300 could improve into TX maximum of 1,3 ml.

(3)

BEBAS MENGGUNAKAN TX - 300

Oleh

APRIRIANDI PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK

BERDASARKAN UJI TEKAN BEBAS MENGGUNAKAN TX - 300

Nama Mahasiswa : Apririandi Putra

No. Pokok Mahasiswa : 0445011006

Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Ir. Setyanto, M.T. Iswan, S.T, M.T.

NIP. 195508301984031001 NIP. 19720608 200501 1001

2. Ketua Jurusan

(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah dilakukan oleh orang lain, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar

pustaka, selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya

sendiri.

Apabila pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia dikenai sanksi sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 12 April 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tanjung Karang, pada tanggal 06 April 1986.

Penulis merupakan anak ketiga dari 4 (Empat) bersaudara

pasangan Bapak Mukrin Abdullah dan Ibu Darty Sabky.

Riwayat pendidikan penulis adalah dimulai dari pendidikan Taman

Kanak–kanak (TK) Darmawiyata Bandar Lampung diselesaikan pada tahun

1991, Sekolah Dasar (SD) di SD Darmawiyata Bandar Lampung diselesaikan,

pada tahun 1998, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMPN 2 Tanjung

Karang, Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2001, dan Sekolah Menengah

Umum (SMU) di SMUN 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004.

Pada tahun 2004, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil

Universitas Lampung. Pada tahun 2004, Penulis melakukan Kerja Praktek di

Proyek Normalisasi Sungai Dan Pembentukan Tanggul Way Bulok Hulu Ka/Ki

(7)

SANWACANA

Assalamualaikum, Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP DAYA

DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK BERDASARKAN UJI TEKAN

BEBAS MENGGUNAKAN TX - 300” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Dalam kesempatan pada penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak

bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A., selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

(8)

Pembimbing Akademik yang telah memberikan kesediaan waktunya

memberikan bimbingan dan pengarahan, serta nasehat selama penulis

menyusun skripsi dan menempuh perkuliahan.

3. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing I skripsi, atas

kesediaan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan, serta nasehat

selama penulis menyusun skripsi.

4. Bapak Iswan,ST.,M.T., selaku Dosen Pembimbing II skripsi, atas

kesediaan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan, serta nasehat

selama penulis menyusun skripsi.

5. Seluruh Dosen pengajar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

kepada penulis selama menjadi Mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

6. Seluruh karyawan di Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

7. Seluruh karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah, Universitas

Lampung yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penulis

melakukan penelitian.

8. Orang Tuaku, Papa, Mama serta adik-adik yang aku sayangi yang telah

memberikan do’a serta dukungan baik dalam hal moral dan materi dalam

penyelesaian skripsi maupun dalam menyelesaikan kuliah di Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

9. Teman - teman seperjuangan :Candra, Gani, Reza, Yanuar, Ikson, Yogi,

Surya, Romlah, Eca dan Kalong Fm , terima kasih untuk bantuannya

(9)

kebaikan, kebersamaan, dukungan dan bantuan selama perkuliahan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para

pembaca. Selain itu penulis berharap dan berdo’a, semoga semua pihak yang telah

memberikan bantuan dan semangat kepada penulis mendapatkan ridho dari

ALLAH SWT. Amin . . .

Bandar Lampung, 12 April 2013 Penulis,

(10)

xi

3. Karateristik Fisik Tanah lempung Lunak ... 20

D. Stabilisasi Tanah ... 23

J. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 38

III.METODE PENELITIAN ... 41

A. Metode Pengambilan Sampel ... 41

(11)

xii

D. PerbandinganNilai UCS dengan Perendaman Pada Bahan Stabilisasi Yang Sama Terhadap Pemakaian Jenis Tanah dan Variasi campuran yang berbeda ... 71

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Nilai-nilai Batas Atterberg Untuk Subkelompok Tanah ... 13

2.Motor Grader Pada Saat Melakukan Pemindahan Tanah ... 33

3.Proses Pemadatan Tanah Dengan Menggunakan Compactor ... 33

4.Proses Pemadatan Dan Curing ... 34

5.Batas-batas Atterberg ... 36

6.Bagan Alir Penelitian ... 55

7.Grafik Analisis Saringan ... 57

8.Hubungan Berat Volume Kering dengan Kadar Air Optimum ... 59

9.Diagram Plastisitas ... 62

10. Hubungan Berat Jenis dengan Kadar TX – 300 ... 64

11. Hubungan Batas Atterberg dengan Kadar TX – 300 ... 66

12. Hubungan Nilai UCS Terhadap Kadar TX – 300 ... 69

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO ... 13

2. Sistem klasifikasi tanah unified ... 15

3. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified ... 16

4. Sifat Tanah Lempung... 19

5. Deskripsi lempung berdasarkan kompresibilitas ... 37

6. Hasil Pengujian Analisis Saringan ... 56

7. Hasil pengujian sampel tanah asli ... 60

8. Hasil pengujian berat jenis (Gs) ... 63

9. Hasil pengujian Batas Cair ... 65

10.Hasil pengujian Batas Plastis ... 65

11.Hasil pengujian Indeks Plastisitas ... 66

(14)

xiii

DAFTAR NOTASI

γ = Berat Volume

γd = Berat Volume Kering

γw = Berat Volume Basah

γu = Berat Volume Maksimum

ω = Kadar Air

A = Luas Sampel

D = Diameter

Gs = Berat Jenis

H = Tinggi

LL = Batas Cair

PI = Indeks Plastisitas

PL = Batas Plastis

qu = Kompresibilitas

V = Volume

W = Berat Tanah

Wai = Berat Tanah Tertahan

Wbi = Berat Saringan + Tanah Tertahan

Wc = Berat Container

Wci = Berat Saringan

(15)

xiv

Wds = Berat Container + Sampel Tanah Setelah dioven

Wm = Berat Mold

Wms = Berat Mold + Sampel

Wn = Kadar Air Pada Ketukan ke-n

Ws = Berat Sampel

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pandangan teknik sipil, tanah merupakan akumulasi partikel mineral,

bahan organik dan endapan–endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Di antara partikel–partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori–pori (void space) yang berisi air dan/atau udara. Ikatan yang lemah antar partikel tanah disebabkan oleh adanya zat organik,

karbonat atau oksida yang mengendap di antara partikel tersebut. Pelapukan

tanah akibat reaksi kimia menghasilkan susunan kelompok partikel berukuran

koloid dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,002 mm yang disebut mineral

lempung (clay mineral). Lempung (clay) sebagian besar terdiri dari partikel

mikroskopis dan submikroskopis yang berbentuk lempengan–lempengan pipih

dengan permukaan khusus dan mengandung muatan listrik negatif. Tanah yang

memiliki partikel berukuran lempung dapat diklasifikasikan sebagai tanah

lempung.

Namun tanah lempung tersebut belum tentu selalu mengandung mineral–

mineral lempung yang sama. Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk

menganalisis kapasitas dukung tanah, stabilitas tanah lereng dan gaya dorong

pada dinding penahan tanah. Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang

(17)

pengertian tersebut, bila tanah mengalami pembebanan akan ditahan oleh

kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya serta gesekan

antara butir–butir tanah.

Tanah juga berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan

teknik sipil, di samping itu tanah juga berfungsi sebagai pendukung pondasi

dari bangunan. Ketika akan dilakukan suatu konstruksi bangunan di daerah

tertentu, maka tanah yang berada di daerah tersebut diharapkan mampu

menahan beban bangunan diatasnya. Salah satunya dapat ditinjau dari segi

parameter kuat geser tanah.

Mengingat bahwa setiap daerah memiliki jenis dan kualitas tanah yang

berbeda, maka terdapat banyak variasi jenis tanah dengan kualitas yang

beragam,Selain itu tanah lempung lunak juga memiliki daya dukung yang kecil

dan kompresibilitasnya yang besar. Tentunya hal ini akan sangat

membahayakan konstruksi yang akan dibangun di atasnya. Selain itu, tanah

lempung lunak ini pun akan sangat berbahaya bila dijumpai pada daerah

lereng. Tanah longsor yang tiba-tiba akibat hujan deras merupakan salah satu

bahayanya.Oleh karena itu, perlu diadakan suatu inovasi dalam teknologi

konstruksi terutama yang dapat meningkatkan daya dukung tanah secara

signifikan.

Stabilisasi daya dukung tanah biasanya dipilih sebagai salah satu alternative

dalam perbaikan tanah. Perbaikan tanah dengan cara Stabilisasi bisa

(18)

3

macamnya, diantaranya menggunakn bahan campuran / additive dan

melakukan pemadatan dengan cara mekanis.

Daya dukung tanah adalah besarnya tekanan atau kemampuan tanah untuk

menerima beban dari luar sehingga menjadi labil. Daya dukung tanah dasar

dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase, dan

lain-lain.

Uji Kuat Tekan Bebas (unconfined compressive strength )

Untuk mengetahui kekuatan tekan bebas suatu jenis tanah yang bersifat

kohesif dalam keadaan asli (andisturbed) atau dalam keadaan buatan dibentuk

kembali (remoded).Kuat tekan bebas adalah besarnya tekanan aksil persatuan luas pada saat sempel tanah mengalami keruntuhan atau pada saat regangan

aksial mencapai regangan 20%

Dalam penelitian ini metode Stabilisasi tanah dilakukan dengan menggunakan

bahan campuran / additive. Bahan campuran yang akan digunakan diharapkan

dapat mengurangi atau menghilangkan sifat-sifat tanah yang kurang baik dan

kurang menguntungkan dari tanah yang akan digunakan. Untuk memperbaiki

mutu tanah digunakan bahan percampuran yang salah satunya adalah TX-300.

TX-300 adalah cairan konsentrat (campuran unik bahan kimia yang multi

guna), bila diaplikasikan secara tepat akan memadatkan tanah dan menjadikan

struktur tanah yang keras dan tahan air. TX-300 tidak berbahaya, tidak korosif,

(19)

dapat digunakan hampir semua tipe tanah atau kombinasi tanah, termasuk jenis

tanah lempung lunak.

Pada penelitian ini akan digunakan jenis tanah lempung lunak yang dicampur

dengan TX-300 dengan kadar campuran yang berbeda yang kemudian

dipadatkan dan diharapkan dengan penambahan TX-300 ini dapat

meningkatkan daya dukung tanahnya.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah mengenai bagaimana pengaruh

pencampuran TX-300 yang dianggap sebagai bahan campuran kimia untuk

Stabilisasi pada tanah lempung lunak dengan kadar campuran yang

berbeda-beda, sampai manakah perubahan yang dialami oleh tanah yang melingkupi

perubahan nilai batas-batas konsistensi (batas Atterberg) seperti cair, batas plastis, batas susut serta nilai kuat dukung tanah asli dengan tanah yang telah

dicampur atau distabilisasi menggunakan TX-300 sebagai bahan additive, sehingga nantinya dapat disimpulkan bahwa TX-300 ini dapat digunakan

sebagai bahan alternative untuk stabilisasi tanah.

C. Pembatasan Masalah

Masalah pada penelitian ini dibatasi pada sifat dan karakteristik tanah

sebelum dan sesudah dicampur menggunakan TX-300 dengan melaksanakan

pengujian yang dilakukan di laboratorium. Adapun ruang lingkup dan batasan

(20)

5

1. Sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah lempung lunak berasal

dari daerah Rawa Sragi, Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung,

Kabupaten Lampung Timur.

2. Bahan yang digunakan untuk stabilisasi tanah adalah TX-300 yang

merupakan produk stabilisasi tanah secara kimiawi.

3. Pengujian-pengujian yang dilakukan di laboratorium antara lain, sebagai

berikut :

a. Pengujian pada tanah asli meliputi :

1) Uji Analisis Saringan

2) Uji Berat Jenis

3) Uji Kadar Air

4) Uji Batas-batas Atterberg

5) Uji Pemadatan Tanah

6) Uji Kuat Tekan Bebas (UCS)

b. Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi meliputi :

1) Uji Berat Jenis

2) Uji Batas-batas Atterberg

3) Uji Kadar Air

(21)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui nilai daya dukung, batas konsistensi, dan pengembangan

tanah lempung lunak dengan stabilisasi TX-300 setelah dilakukan proses

perendaman dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik fisik tanah sebelum dan

sesudah dilakukan stabilisasi dengan TX-300 melalui pengujian di

laboratorium.

3. Untuk mengetahui proporsi TX-300 yang sesuai untuk meningkatkan daya

dukung tanah.

4. Untuk mengetahui peningkatan daya dukung tanah Lempung yang

distabilisasikan dengan menggunakan campuran TX-300 ditinjau dari nilai

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanah

Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral

padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari

bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai

dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara

partikel-partikel padat tersebut (Das, 1988). Selain itu dalam arti lain tanah merupakan

akumulasi partikel mineral atau ikatan antar partikelnya, yang terbentuk

karena pelapukan dari batuan (Craig,1991).

Tanah juga merupakan kumpulan-kumpulan dari bagian-bagian yang padat

dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin material

organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air

(Verhoef,1994). Sedangkan Tanah (soil) menurut teknik sipil dapat

didefinisikan sebagai sisa atau produk yang dibawa dari pelapukan batuan

dalam proses geologi yang dapat digali tanpa peledakan dan dapat ditembus

dengan peralatan pengambilan contoh (sampling) pada saat pemboran.

(Hendarsin, 2000)

Tanah juga didefinisikan sebagai akumulasi partikel mineral yang tidak

(23)

dari batuan. Diantara partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang

disebut pori-pori yang berisi air dan udara.

Ikatan yang lemah antara partikel-partikel tanah disebabkan oleh pengaruh

karbonat atau oksida yang tersenyawa diantara partikel-partikel tersebut, atau

dapat juga disebabkan oleh adanya material organik bila hasil dari pelapukan

tersebut di atas tetap berada pada tempat semula maka bagian ini disebut

tanah sisa (residu soil).

Hasil pelapukan terangkut ke tempat lain dan mengendap di beberapa tempat

yang berlainan disebut tanah bawaan (transportation soil). Media

pengangkutan tanah berupa gravitasi, angin, air dan gletsyer.

Pada saat akan berpindah tempat, ukuran dan bentuk partikel-partikel dapat

berubah dan terbagi dalam beberapa rentang ukuran.

Tanah menurut Bowles (1989) adalah campuran partikel-partikel yang terdiri

dari salah satu atau seluruh jenis berikut :

1. Berangkal (boulders), merupakan potongan batu yang besar, biasanya lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran antara 150 mm

sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles).

2. Kerikil (gravel), partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.

3. Pasir (sand), partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm,

berkisar dari kasar (3-5 mm) sampai halus (kurang dari 1 mm).

4. Lanau (silt), partikel batuan berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.

Lanau dan lempung dalam jumlah besar ditemukan dalam deposit yang

disedimentasikan ke dalam danau atau di dekat garis pantai pada muara

(24)

9

5. Lempung (clay), partikel mineral berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah yang

kohesif.

6. Koloid (colloids), partikel mineral yang “diam” yang berukuran lebih kecil

dari 0,001 mm.

Istilah tanah dalam bidang mekanika tanah dapat digunakan mencakup semua

bahan seperti lempung, pasir, kerikil dan batu-batu besar. Metode yang

dipakai dalam teknik sipil untuk membedakan dan menyatakan berbagai

tanah, sebenarnya sangat berbeda dibandingkan dengan metode yang dipakai

dalam bidang geologi atau ilmu tanah.

Sistem klasifikasi yang digunakan dalam mekanika tanah dimaksudkan untuk

memberikan keterangan mengenai sifat-sifat teknis dari bahan-bahan itu

dengan cara yang sama, seperti halnya pernyatan-pernyataan secara geologis

dimaksudkan untuk memberi keterangan mengenai asal geologis dari tanah.

B. Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah

yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam

kelompok-kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu

bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah

yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).

Sistem klasifikasi tanah dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang

karakteristik dan sifat-sifat fisik tanah serta mengelompokkannya sesuai

(25)

dalam urutan berdasarkan suatu kondisi fisik tertentu. Tujuan klasifikasi

tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, serta

untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari suatu daerah kepada

daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar.

Klasifikasi tanah juga berguna untuk studi yang lebih terinci mengenai

keadaan tanah tersebut serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan

sifat teknis tanah seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi,

dan sebagainya (Bowles, 1989).

Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indek pengujian yang sangat

sederhana untuk memperoleh karakteristik tanahnya. Umumnya klasifikasi

didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan

(percobaan sedimentasi) dan plastistasnya (Hardiyatmo, 1992).

Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan

banyak fraksi-fraksi (kerikil, pasir, lanau dan lempung), sifat plastisitas butir

halus. Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi beberapa golongan

tanah dengan kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama yang sama.

Ada dua cara klasifikasi yang umum yang digunakan :

1. Sistem Klasifikasi AASTHO

Sistem Klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway

(26)

11

dipergunakan hingga sekarang, yang diajukan oleh Commite on

Classification of Material for Subgrade and Granular Type Road of the Highway Research Board (ASTM Standar No. D-3282, AASHTO model M145).

Sistem klasifikasi ini bertujuan untuk menentukan kualitas tanah guna

pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (sub-base) dan tanah dasar (subgrade).

Sistem ini didasarkan pada kriteria sebagai berikut :

a. Ukuran butir

Kerikil : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter

75 mm dan tertahan pada saringan diameter 2 mm

(No.10).

Pasir : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter

2 mm dan tertahan pada saringan diameter 0,0075

mm (No.200).

Lanau & lempung : bagian tanah yang lolos saringan dengan diameter

0,0075 mm (No.200).

b. Plastisitas

Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari tanah

mempunyai indeks plastisitas (PI) sebesar 10 atau kurang. Nama

berlempung dipakai bila bagian-bagian yang halus dari tanah

(27)

c. Apabila ditemukan batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) dalam

contoh tanah yang akan diuji maka batuan-batuan tersebut harus

dikeluarkan terlebih dahulu, tetapi persentasi dari batuan yang

dikeluarkan tersebut harus dicatat.

Sistem klasifikasi AASTHO membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama

yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah berbutir yang 35 % atau kurang dari

jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan No.200 diklasifikasikan ke

dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3.

Tanah berbutir yang lebih dari 35 % butiran tanah tersebut lolos ayakan

No.200 diklasifikasikan ke dalam kelompok A-4, A-5 A-6, dan A-7.

Butiran dalam kelompok A-4 sampai dengan A-7 tersebut sebagian besar

adalah lanau dan lempung.

Untuk mengklasifikasikan tanah, maka data yang didapat dari percobaan

laboratorium dicocokkan dengan angka-angka yang diberikan dalam

Tabel 1. Kelompok tanah dari sebelah kiri adalah kelompok tanah baik

dalam menahan beban roda, juga baik untuk lapisan dasar tanah jalan.

(28)

13

Tabel 1 Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO

Klasifikasi umum

Tanah berbutir

(35% atau kurang dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200

Klasifikasi kelompok

Kerikil dan pasir yang berlanau atau berlempung

Penilaian sebagai bahan

tanah dasar Baik sekali sampai baik

Klasifikasi umum

Tanah berbutir

(Lebih dari 35% dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200

Klasifikasi kelompok A-4 A-5 A-6 A-7 Indeks Plastisitas (PI)

Maks 40

paling dominan Tanah berlanau Tanah Berlempung

Penilaian sebagai bahan

(29)

Plastisitas (PI) untuk tanah data kelompok A-2, A-4, A-5, A-6, dan A-7.

Gambar 1. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah.

(Hary Christady, 1992)

2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS)

Sistem klasifikasi tanah unified atau Unified Soil Classification System

(USCS) diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya

dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan

United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials (ASTM) memakai USCS sebagai metode standar untuk mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk sekarang,

sistem ini banyak digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik.

Sistem klasifikasi USCS mengklasifikasikan tanah ke dalam dua kategori

utama yaitu :

a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan

No.200. Simbol untuk kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil

(30)

15

dengan simbol W untuk tanah bergradasi baik dan P untuk tanah

bergradasi buruk.

b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari 50% berat total contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol

kelompok ini adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau

organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan

kandungan organik tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk

plastisitas rendah dan H untuk plastisitas tinggi

Tabel 2. Sistem klasifikasi tanah unified (Bowles, 1991)

Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks

Kerikil G Gradasi baik W

Gradasi buruk P

Pasir S Berlanau M

Berlempung C

Lanau M

Lempung C wL < 50 % L

Organik O wL > 50 % H

(31)

Tabel 3 . Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified

Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi

Ta

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW

GM Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau GC Kerikil berlempung, campuran

kerikil-pasir-lempung

Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW

SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau SC Pasir berlempung, campuran

pasir-lempung sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung

Diagram Plastisitas:

Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.

berlanau, lempung “kurus” (lean clays)

Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, kandungan organik sangat tinggi

PT

Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi

Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488

Sumber : Hary Christady, 1996.

(32)

17

C. Tanah Lempung Lunak

1. Definisi Tanah Lempung Lunak

Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak susah

dicirikan secara umum. Warna tanah pada tanah lempung tidak

dipengaruhi oleh unsur kimia yang terkandung di dalamnya, karena tidak

adanya perbedaan yang dominan dimana kesemuanya hanya dipengaruhi

oleh unsur Natrium saja yang paling mendominasi.

Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-masing

unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur

warna tanah dipengaruhi oleh nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda (Marindo, 2005).

Tanah lempung lunak merupakan partikel mineral yang berukuran lebih

kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari

kohesi di dalam tanah yang kohesif (Bowles, 1991).

Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai

dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur

kimiawi penyusun batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan

kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih

(33)

2. Sifat Tanah Lempung Lunak

Tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya

daya dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas

yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser yang

kecil. Kondisi tanah seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun

konstruksi di atasnya.

Tanah lempung adalah tanah yang mempunyai partikel mineral tertentu

yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air

(Grim, 1953).

Mineral lempung merupakan senyawa alumunium silikat yang kompleks

yang terdiri dari satu atau dua unit dasar, yaitu silica tetrahedral dan

alumunium octahedral. Silicon dan alumunium mungkin juga diganti sebagian dengan unsur lain yang disebut dengan substitusi isomorfis.

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut

(Hardiyatmo, 1999) :

a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm.

b. Permeabilitas rendah.

c. Kenaikan air kapiler tinggi.

d. Bersifat sangat kohesif.

e. Kadar kembang susut yang tinggi.

f. Proses konsolidasi lambat.

(34)

19

Tabel 4. Sifat Tanah Lempung

Tanah Sifat Uji Lapangan

Sangat Lunak Meleleh diantara jari ketika diperas

Lunak Dapat diperas dengan mudah

Lempung Keras Dapat diremas dengan jari yang kuat

Kaku Tidak dapat diperas dengan jari,

dapat digencet dengan ibu jari

Sangat Kaku Dapat dipencet dengan kuku ibu jari

Sumber : Mekanika Tanah 1, R.F CRAIG, 1989

Tanah b e r butir halus khususnya tanah lempung akan banyak

dipengaruhi oleh air. Sifat pengembangan tanah lempung yang

dipadatkan akan lebih besar pada lempung yang dipadatkan pada

kering optimum daripada yang dipadatkan pada basah optimum.

Lempung yang dipadatkan pada kering optimum relatif kekurangan

air, oleh karena itu lempung ini mempunyai kecenderungan yang

lebih besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah

mengembang (Hardiyatmo, 1999).

Selain itu juga lempung mempunyai sifat thixotrophyl, yaitu tanah yang mengalami kehilangan kekuatan setelah diremas, kemudian akan dapat

kembali sebagian dari kekuatan yang hilang itu, ini disebabkan karena

(35)

3. Karateristik Fisik Tanah lempung Lunak

Menurut Bowles (1989), mineral-mineral pada tanah lempung umumnya

memiliki sifat-sifat:

1. Hidrasi.

Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel

lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh

lapisanlapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi. Lapisan

ini pada umumnya mempunyai tebal dua molekul karena itu disebut

sebagai lapisan difusi ganda atau lapisan ganda. Lapisan difusi ganda

adalah lapisan yang dapat menarik molekul air atau kation disekitarnya.

Lapisan ini akan hilang pada temperatur yang lebih tinggi dari 600

sampai 1000C dan akan mengurangi plasitisitas alamiah, tetapi sebagian

air juga dapat menghilang cukup dengan pengeringan udara saja.

2. Aktivitas.

Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk mengidentifikasi

tanah ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada Skempton (1953)

mendefinisikan aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara

Indeks Plastisitas (IP) dengan prosentase butiran yang lebih kecil dari

0,002 mm yang dinotasikan dengan huruf C, disederhanakan dalam

(36)

21

3. Flokulasi dan Dispersi.

Apabila mineral lempung terkontaminasi dengan substansi yang tidak

mempunyai bentuk tertentu atau tidak berkristal maka daya negatif netto,

ion- ion H+ dari air gaya Van der Waals dan partikel berukuran kecil

akan bersama-sama tertarik dan bersinggungan atau bertabrakan di dalam

larutan tanah dan air. Beberapa partikel yang tertarik akan membentuk

flok (flock) yang berorientasi secara acak atau struktur yang berukuran

lebih besar akan turun dari larutan itu dengan cepatnya membentuk

sedimen yang lepas. Flokulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel

lempung di dalam larutan air akibat mineral lempung umumnya

mempunyai pH>7. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan

menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam (ion H+),

sedangkan penambahan bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi.

Untuk menghindari flokulasi larutan air dapat ditambahkan zat asam.

4. Pengaruh Zat cair

Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang

tidak murni secara kimiawi. Pada pengujian di laboratorium untuk batas

Atterberg, ASTM menentukan bahwa air suling ditambahkan sesuai

dengan keperluan. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat

membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah

di lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air yang berfungsi

sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung. Satu molekul air memiliki

muatan positif dan muatan negative pada ujung yang berbeda (dipolar).

(37)

terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida (Ccl4)

yang jika dicampur lempung tidak akan terjadi apapun.

5. Sifat kembang susut (swelling potensial)

Plastisitas yang tinggi terjadi akibat adanya perubahan syistem tanah

dengan air yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-gaya

didalam struktur tanah. Gaya tarik yang bekerja pada partikel yang

berdekatan yang terdiri dari gaya elektrostatis yang bergantung pada

komposisi mineral, serta gaya van der Walls yang bergantung pada jarak

antar permukaan partikel. Partikel lempung pada umumnya berbentuk

pelat pipih dengan permukaan bermuatan likstik negatif dan

ujung-ujungnya bermuatan posistif. Muatan negatif ini diseimbangkan oleh

kation air tanah yang terikat pada permukaan pelat oleh suatu gaya

listrik. Sistem gaya internal kimia-listrik ini harus dalam keadaan

seimbang antara gaya luar dan hisapan matrik. Apabila susunan kimia air

tanah berubah sebagai akibat adanya perubahan komposisi maupun

keluar masuknya air tanah, keseimbangan gaya–gaya dan jarak antar

partikel akan membentuk keseimbangna baru. Perubahan jarak antar

partikel ini disebut sebagai proses kembang susut. Tanah-tanah yang

banyak mengandung lempung mengalami perubahan volume ketika

kadar air berubah.

(38)

23

Tingkat pengembangan secara umum bergantung pada beberapa faktor

yaitu:

1. Tipe dan jumlah mineral yang ada di dalam tanah.

2. Kadar air.

3. Susunan tanah.

4. Konsentrasi garam dalam air pori.

5. Sementasi.

6. Adanya bahan organik, dll.

D. Stabilisasi Tanah

Stabilisasi tanah adalah suatu proses untuk memperbaiki sifat-sifat tanah

dengan menambahkan sesuatu pada tanah tersebut, agar dapat menaikkan

kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan geser. Stabilisasi tanah secara

prinsip adalah suatu tindakan atau usaha yang dilakukan guna menaikkan

kekuatan tanah dan mempertahankan kekuatan gesernya.

Adapun tujuan stabilisasi tanah adalah untuk mengikat dan menyatukan

agregat material yang ada sehingga membentuk struktur jalan atau pondasi

jalan yang padat.

Pada umumnya cara yang digunakan untuk menstabilisasi tanah terdiri dari

salah satu atau kombinasi dari pekerjaan-pekerjaan berikut (Bowles, 1991):

1. Mekanis, yaitu pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis seperti

(39)

2. Bahan Pencampur (Additiver), yaitu penambahan kerikil untuk tanah kohesif, lempung untuk tanah berbutir, dan pencampur kimiawi seperti

semen, gamping, abu batu bara, semen aspal, sodium dan kalsium klorida,

limbah pabrik kertas dan lain-lainnya.

Metode atau cara memperbaiki sifat-sifat tanah ini juga sangat bergantung

pada lama waktu pemeraman, hal ini disebabkan karena didalam proses

perbaikan sifat-sifat tanah terjadi proses kimia yang dimana memerlukan

waktu untuk zat kimia yang ada didalam additive untuk bereaksi. Sifat-sifat tanah yang telah diperbaiki dengan cara stabilisasi dapat meliputi kestabilan

volume, kekuatan atau daya dukung, permeabilitas, dan kekekalan atau

keawetan.

Menurut Bowles, 1991 beberapa tindakan yang dilakukan untuk menstabilkan

tanah adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kerapatan tanah.

2. Menambah material yang tidak aktif sehingga meningkatkan kohesi atau

tahanan gesek yang timbul.

3. Menambah bahan untuk menyebabkan perubahan-perubahan kimiawi atau

fisis pada tanah.

4. Menurunkan muka air tanah (drainase tanah).

5. Mengganti tanah yang buruk.

Tanah yang akan digunakan pada suatu konstruksi bangunan harus memiliki

(40)

25

bahwa tidak semua tanah dalam kondisi aslinya memiliki sifat-sifat yang

diinginkan.

Apabila tanah bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan, permeabilitas

yang terlalu tinggi, dan sifat-sifat lain yang tidak diinginkan sehingga tidak

sesuai untuk proyek pembangunan, maka tanah tersebut harus distabilisasi.

E. Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah adalah besarnya tekanan atau kemampuan tanah untuk

menerima beban dari luar sehingga menjadi labil. Daya dukung tanah dasar

dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase,

dan lain-lain. Tingkat kepadatan dinyatakan dengan persentase berat volume

kering (γk) tanah terhadap berat volume kering maksimum (γk maks).

Daya dukung tanah bisa kita dapat dengan cara mekanis seperti dengan

bantuan alat berat. Ada beberapa cara seperti melakukan penggilasan dengan

alat penggilas, menjatuhkan benda berat, ledakan, melakukan tekanan stastis,

melakukan proses pembekuan, pemanasan dan sebagainya.

Tanah yang memiliki daya dukung yang baik memiliki tingkat kerapatan yang

besar.

Tanah pada kondisi ini memiliki penurunan tanah yang sangat kecil dan

dalam jangka waktu yang sangat lama. Penurunan muka air tanah juga sangat

(41)

Tujuan perbaikan daya dukung tanah yang paling utama adalah untuk

memadatkan tanah yang memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan spesifikasi

pekerjaan tertentu.

Perbaikan daya dukung juga merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan

tanah dengan pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan

partikel (Bowless, 1989). Energi pemadatan dilapangan dapat diperoleh dari

alat-alat berat, pemadat getaran, mesin gilas dan dari benda-benda berat yang

dijatuhkan.

Di laboratorium untuk mendapatkan daya dukung dilakukan dengan gaya

tumbukan (dinamik), alat penekan, alat tekan statik yang memakai piston dan

mesin tekan.

Rumus daya dukung tanah

qu = Cu * Nc + γ * D

Di mana :

D : Kedalaman tanah

Cu : Kuat geser undrained (undrained shear strength)

γ : Berat isi tanah

Nc, : Faktor daya dukung yang tergantung pada sudut geser

Menurut Bowless (1989), ada beberapa keuntungan pemadatan :

1. Berkurangnya penurunan permukaan tanah (subsidence) yaitu gaya

vertikal pada massa tanah akibat berkurangnya angka pori.

2. Bertambahnya kekuatan tanah.

3. Berkurangnya penyusutan, berkurangnya volume akibat berkurangnya

(42)

27

Kerugian utamanya adalah bahwa pemuaian (bertambahnya kadar air dari

nilai patokannya) dan kemungkinan pembekuan tanah itu akan membesar.

F. Stabilisasi Elektro-Kimiawi TX 300

TX 300 adalah bahan polimer cair yang berfungsi untuk menstabilisasi,

mengeraskan, dan menguatkan daya dukung tanah. Bahan kimia yang

terkandung di TX-300 memiliki proses ikatan reaksi kimia seperti yang

ditemukan di stabilisator sulfat atau klorida berbasis, yang bersifat korosif.

Sebaliknya, TX-300 bersifat koloid, yang dibentuk melalui pertukaran ion -

menghasilkan pembentukan gel yang mengubah mereka dari cair ke padat,

membentuk suatu ikatan, tetap kaku ditembus, itu memberikan ketahanan

terhadap kelembaban seperti mengisi pada rongga tanah, mengurangi indeks

plastisitas dan penurunan tegangan permukaan sebagai sementasi pada

akhirnya meningkatkan kapasitas atau daya dukung tanah.

Polimerisasi dari TX-300 menjadi sebuah kumpulan yang solid dan

ketika mengeras, menyebarkan air. Komponen mencapai viskositas

maksimum dan ditetapkan menjadi kuat, ikatan anorganik yang tidak

biodegradable. Ketika diterapkan dengan baik, TX-300 menembus permukaan untuk mengikat partikel halus bersama-sama, sehingga ikatan dan

kekuatan materi dasar ada dua metode yaitu dehidrasi dan mekanisme

pengaturan bahan kimia yang merubah bahan menjadi lekatan, lebih kental

(43)

TX-300 aman terhadap lingkungan dan tidak memerlukan label peringatan

berbahaya. TX-300 dapat disimpan untuk periode waktu yang panjang dalam

kontainer baja. TX-300 ini adalah bahan non korosif, tidak mudah terbakar,

tidak menyebabkan alergi dan tidak beracun.

TX-300 terdiri dari bahan baku alami dan tidak mengandung

bahan atau produk daur ulang. Ini berisi inhibitor korosi, itu memberikan

100% lebih sedikit korosif dari pada air keran, sangat membantu melindungi

peralatan logam.

TX 300, bila diaplikasikan secara tepat akan memadatkan tanah dan

menjadikan struktur tanah yang keras dan tahan air.

Fungsi lain dari TX-300 adalah :

1. TX-300 tidak berbahaya, tidak korosif, tidak mengandung bahan yang

membuat alergi, dan tidakmengandung bahan yang dapat terbakar. Yang

harus diperhatikan hanya pada saat menambahkan larutan TX-300 ke

dalam tangki air, Safety Goggle dibutuhkan dalam prosedur ini.

Larutan TX-300 lengket dan walaupun tidak akan merusak mata,

dibersihkan dengan air yang mengalir akan dibutuhkan.

2. TX-300 berfungsi untuk memadatkan tanah dengan mengikat

partikel-partikel tanah antara satu dengan yang lainnya dengan proses “ionisasi”

yang menghasilkan peningkatan nilai CBR (California Bearing Ratio)

hingga 3X lipat dari nilai awal dan menurunkan Index Plastisitas tanah

hingga 50% dari nilai awal sehingga tingkat kelicinan tanah saat terkena

(44)

29

3. Tanah yang sudah diolah dengan TX-300 akan membentuk sebuah lapisan

tanah yang sulit dipenetrasi oleh air, kuat karena padat (bukan kering

karena proses kristalisasi seperti semen), secara umum dapat tahan

terhadap perubahan cuaca dan hanya memerlukan perawatan yang minim

atau tidak sama sekali.

4. TX-300 dapat dipakai untuk membuat “base” jalan aspal atau beton

(menggantikan keperluan batu) atau sebagai jalan tanah yang lebih tahan

lama, minim perawatan, tidak begitu licin saat hujan (kendaraan masih

dapat lewat dengan kecepatan yang dibatasi), Tidak terlalu berdebu saat

kering.

5. Karakteristik bahan TX-300 :

1. Cairan konsentrat (campuran unik bahan kimia yang multi guna),

Mudah diaplikasikan (dilarutkan dengan air).

2. Tidak berbahaya, tidak korosif, tidak mengandung bahan penyebab

alergi, dan tidak mudah terbakar.

3. Dapat digunakan hampir di semua tipe atau kombinasi tanah. Kecuali

pasir murni (perlu dicampur dengan tanah, lempung, atau bahan

lainnya).

Keuntungan menggunakan TX-300 :

1. Daya dukung yang kuat atau kokoh, TX-300 memberikan struktur

dasar yang kuat sehingga mampu membuat jalan yang mulus dan

tidak berdebu.

2. Waktu konstruksi yang cepat, lebih cepat dibandingkan dengan

(45)

3. Lebih ekonomis, meminimalisasi penggunaan bahan lapisan

penutup jalan (aspal atau beton). Atau tidak menggunakan lapisan

penutup sama sekali.

4. Tahan lama, baik dengan perawatan yang minimal atau tanpa

perawatan sama sekali.

5. Ramah lingkungan dan aman bagi manusia (lulus persyaratan dan

standard dari US EPA dan ISO 9002).

G. Metode Aplikasi TX-300

Untuk mengolah 15 cm/30 cm tanah

1. 1 drum TX-300 dapat dipakai untuk mengolah ±570 m³ tanah. Hitungan

ini tergantung dari jenis tanah dan kondisi tanah pada saat pengerjaan.

Untuk menghitung keperluan TX-300 dapat menggunakan hitungan di

bawah ini:

 Hitung kubikasi tanah yang akan diolah:

 (Luas)... Meter X (Lebar)...Meter X (Tebal)...Meter = ...Meter

Kubik Kalikan total kubikasi yang akan diolah dengan koefisien 0,35

untuk mendapatkan jumlah TX-300 yang dibutuhkan: ...Meter

Kubik X 0,35 = ... Liter TX-300

Contoh:

300 Meter Panjang X 6 Meter Lebar X 0,15 Meter Tebal = 270 Meter

Kubik 270 Meter Kubik X 0,35 = ±94 ,5 Liter TX-300

Komposisi pencampuran dengan air (Air dibutuhkan untuk membantu

(46)

31

Dapat dilakukan dengan dua cara :

 Jika jumlah air yang dibutuhkan tanah untuk dapat mencapai OMC

(Optimum Moisture Content) sudah diketahui-melalui tes tanah,

tambahkan TX-300 sesuai jumlah yang dibutuhkan berdasarkan

perhitungan di atas.

 Dengan metode “Rule of Thumb”:

a. Kondisi tanah kering: 100-100 bagian air untuk 1 bagian TX-300.

b. Kondisi tanah normal: 80 bagian air untuk 1 bagian TX-300.

c. Kondisi tanah basah: 40-60 bagian air untuk 1 bagian TX-300.

2. Isi tangki air dengan air bersih (air yang tidak terkontaminasi limbah,

air keruh tidak menjadi masalah asalkan tidak terkontaminasi limbah

industri atau bahan kimia).

3. Tambahkan cairan TX-300 ke dalam tangki air yang sudah disiapkan.

4. Tandai area yang akan diolah oleh 1 drum TX-300. Jika diperlukan

dapat disiapkan air (tanpa campuran TX-300) yang disiramkan

kemudian untuk dapat mencapai Optimum Moisture Content (OMC)

tanah.

5. Gemburkan/bongkar permukaan tanah dengan menggunakan

Rotavator/Scarifier (Ripperumumnya Motor Grader sudah dilengkapi

dengan alat ini) hingga mencapai ketebalan tanah yang diinginkan.

Tergantung dari peralatan yang digunakan, proses ini dapat diulangi

(47)

6. Siramkancampuran TX-300 ke tanah tersebut, ulangi proses hingga

OMC tercapai. Cara termudah untuk menentukan moisture content

adalah dengan metode “Hand Test”, yaitu dengan mengambil

segenggam tanah, kemudian diremas dengan telapak tangan.

Kemudian buka telapak tangan.

Jika tanah tersebut masih seperti tepung dan tidak dapat

mempertahankan bentuk yang dibuat oleh telapak tangan, serta pecah

berantakan ketika dijatuhkan menandakan kondisi tanah terlalu

kering. Jika tanah tersebut dapat dibentuk dan pecah menjadi

beberapa bongkahan kecil ketika dijatuhkan, menandakan tanah

tersebut mempunyai moisture content yang tepat.

Jika tanah tersebut sangat liat ketika di dalam genggaman,

meninggalkan sisa-sisa kelembapan di tangan, menandakan moisture

content yang berlebih.

 Jika terlalu basah (over OMC), tambahkan tanah.

 Jika terlalu kering (under OMC), tambahkan air tanpa TX-300.

7. Setelah OMC tercapai, aduk tanah dengan menggunakan Rotavator

atau Grader. Pastikan tanah teraduk dengan baik, singkirkan

bongkahan batu atau material yang tidak dibutuhkan dari tanah

(48)

33

8. Gunakan Motor Grader untuk memindahkan tanah yang diolah ke

kedua isi area. Ulangi proses hingga ketebalan yang diinginkan

tercapai. Siram dengan campuran TX-300/Air jika

diperlukan.

Gambar 2. Motor Grader Pada Saat Melakukan Pemindahan Tanah

9. Dengan menggunakan Motor Grader, tebarkan kembali tanah yang

sudah diolah tersebut dan dibentuk sesuai kebutuhan (Levelling,

dikontur).

(49)

10.Padatkan dengan Compactor 2-3 kali tanpa menggunakan Vibro.

Pemadatan awal ini adalah untuk membentuk permukaan jalan.

11.Padatkan kembali dengan menggunakan Vibro hingga tanah terlihat

kering dan keras. Pemadatan dengan Vibrasi akan mengeluarkan

kandungan air di dalam tanah untukmempercepat proses pengeringan.

Di tahap ini dapat disemprotkan air ke permukaan tanah untuk

memperlambat proses “Curing” sehingga mengurangi “retak rambut”

yang timbul di permukaan saat tanahmengering.

Gambar 4. Proses Pemadatan dan curing

12.Biarkan tanah mengering dalam 1 hari. Jika setelah pemadatan tanah

sudah kering, dapat langsung digunakan. Lalu lintas yang lewat di

permukaan tanah tersebut akan membantu proses pemadatan dan

“Curing” dari tanah tersebut.

Catatan:

 Setelah proses aplikasi TX-300, biasanya akan timbul “retak

(50)

35

di bawah permukaan akan keluar ke permukaan sehingga

mendorong permukaan yang sudah rapat oleh pemadatan dan

menimbulkan“retak rambut” tersebut.

 Jika timbul “retak rambut”, akan hilang dengan sendirinya seiiring

dengan waktu jika sering dilewati dan tidak diperlukan pengerjaan

tambahan. Jika diperlukan dapat di Vibro untuk menghilangkan

“retak rambut” tersebut dan mempercepat proses konsolidasi tanah.

H. Batas-Batas Atterberg

Batas kadar air yang mengakibatkan perubahan kondisi dan bentuk tanah

dikenal pula sebagai batas-batas konsistensi atau batas-batas Atterberg (yang mana diambil dari nama peneliti pertamanya yaitu Atterberg pada tahun (1911). Pada kebanyakan tanah di alam, berada dalam kondisi plastis.

Kadar air yang terkandung dalam tanah berbeda-beda pada setiap kondisi

tersebut yang mana bergantung pada interaksi antara partikel mineral

lempung. Bila kandungan air berkurang maka ketebalan lapisan kation akan

berkurang pula yang mengakibatkan bertambahnya gaya-gaya tarik antara

partikel-partikel.

Sedangkan jika kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan

menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang

dikandung tanah, tanah dapat dibedakan ke dalam empat (4) keadaan dasar,

(51)

Gambar 5. Batas-batas Atterberg

Adapun yang termasuk ke dalam batas-batas Atterberg antara lain : 1. Batas cair (Liquid Limit).

Batas cair (LL) adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan

keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.

2. Batas plastis (Plastic Limit).

Batas plastis (PL) adalah kadar air pada kedudukan antara daerah plastis

dan semi plastis, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan

diameter silinder 3 mm mulai retak-retak ketika digulung.

3. Batas susut (Shrinkage Limit).

Batas susut (SL) adalah kadar air yang didefinisikan pada derajat

kejenuhan 100%, dimana untuk nilai-nilai dibawahnya tidak akan

terdapat perubahan volume tanah apabila dikeringkan terus. Harus

diketahui bahwa batas susut makin kecil maka tanah akan lebih mudah

mengalami perubahan volume.

4. Indeks plastisitas (Plasticity Index).

Indeks plastisitas (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis.

Indeks plastisitas merupakan interval kadar air tanah yang masih bersifat

plastis.

5. Berat spesifik (Specific Gravity).

(52)

37

Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat volume butiran

padat (γs) dengan berat volume air (γw) pada temperature tºC.

I. Kuat Tekan Bebas

Kuat tekan bebas adalah besarnya gaya aksial per satuan luas pada saat sampel

tanah mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksial telah mencapai

20% (pilih yang lebih dahulu tercapai saat pengujian).

Uji kuat tekan bebas adalah salah satu cara untuk mengetahui geser tanah. Uji

kuat tekan bebas bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas suatu

jenis tanah yang bersifat kohesif, baik dalam keadaan asli (undisturbed),

buatan (remoulded) maupun tanah yang dipadatkan (compacted).

Konsistensi tanah lempung dapat ditentukan berdasarkan kekuatan

kompresinya (qu), sebagaimana dalam tabel 5 terlihat bahwa konsistensi

dibagi menjadi 6 kategori dari sangat lunak sampai keras, yaitu antara nilai

kompresibilitas (qu) antara 0 sampai dengan lebih besar dari 4.

Tabel 5 Deskripsi lempung berdasarkan kompresibilitas

(53)

J. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian laboratorium yang menjadi bahan pertimbangan dan

acuan penelitian ini dikarenakan adanya kesamaan metode dan sampel tanah

yang digunakan, akan tetapi untuk bahan additive dan variasi campuran serta

waktu pemeraman yang berbeda, antara lain

1. Stabilisasi Dengan Menggunakan ISS 2500

Penelitian yang dilakukan oleh Luki Sandi pada tahun 2010 adalah

mengenai Stabilisasi Tanah Lunak dengan menggunakan ISS. Hasil dari

penelitian tersebut mengatakan bahwa penggunaan bahan campuran ISS

2500 sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung lunak Rawa Sragi mampu

meningkatkan kekuatan daya dukungnya. Penggunaan ISS 2500 juga cukup

efektif dalam meningkatkan daya dukung tanah lunak yang berasal dari

Rawa Sragi terutama sebagai subgrade, akan tetapi peningkatan yang terjadi tidak terlalu signifikan.

2. Stabilisasi Dengan Semen

Penelitian yang dilakukan oleh Candra Hakim Van Rafi’i pada tahun 2009

adalah mengenai Pengaruh Durabilitas Terhadap Daya Dukung Lapisan

Soil Cement Base Pada Tanah Lempung. Hasil yang didapat adalah bahwa

pengaruh dari durabilitas terhadap lapisan soil cement base yaitu

menggangu kestabilan lapisan fondasi tersebut, pengaruh dari durabilitas

tersebut dapat dilihat dari perilaku rendaman (siklus). Dari hasil pengujian

di laboratorium, didapat bahwa terjadi penurunan nilai CBR disetiap

(54)

39

3. Stabilisasi Dengan Aspal Buton

Penelitian yang dilakukan oleh Christian Simpa pada tahun 2010 adalah

mengenai Stabilisasi Tanah Lempung menggunakan Aspal Button.

Penambahan Aspal Buton terhadap nilai CBR pada stabilisasi tanah

mempunyai kecenderungan yang semakin meningkat sejalan dengan

meningkatnya presentase penggunaan Aspal Buton tersebut. Tetapi

penambahan Aspal Buton cenderung menurunkan nilai berat jenis bila

dibandingkan dengan nilai berat jenis tanah asli tersebut, hal ini

disebabkan karena bercampurnya dua bahan dengan berat jenis yang

berbeda.

4. Stabilisasi Tanah Timbunan Menggunakan ISS 2500

Penelitian yang dilakukan oleh Ade Ridwan pada tahun 2010 adalah

mengenai Stabilisasi Tanah Timbunan menggunakan ISS 2500.

Penambahan ISS terhadap nilai CBR pada stabilisasi tanah mempunyai

kecenderungan yang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya

presentase penggunaan ISS tersebut. Tetapi penambahan ISS cenderung

menurunkan nilai berat jenis bila dibandingkan dengan nilai berat jenis

tanah asli tersebut. Penggunaan ISS 2500 cukup efektif jika digunakan

pada jenis tanah timbunan karena meningkatan daya dukung tanah.

6. Stabilisasi Tanah Lempung Dengan Abu Cangkang Sawit

Penelitian yang dilakukan oleh Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T.,

M.Eng.Sc. pada tahun 2009 adalah Stabilisasi Tanah Lempung Dengan

(55)

tekan adalah suatu usaha yang selalu dilakukan untuk meningkatkan

ketahanan tanah terhadap tegangan tekan maupun tegangan geser.

Sehingga, sampai saat ini stabilisasi tanah merupakan kajian yang menarik

untuk diteliti baik metodenya mapun bahan-bahan yang dipakai untuk

stabilisasi tanah tersebut. Bahan-bahan yang digunakan selama ini antara

lain : GEOSTA yang masih diimpor dan harganya relatif mahal, abu

terbang, yang dahulu merupakan limbah saat ini dimanfaatkan untuk

pozzolan pada adukan beton maupun untuk stabilisasi tanah, sehingga nilai

(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Pengambilan Sampel

Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa

paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

ditekan perlahan-lahan sampai kedalaman 50 cm, kemudian diangkat ke

permukaan sehingga terisi penuh oleh tanah dan ditutup dengan plastik agar

terjaga kadar air aslinya. Sampel yang sudah diambil ini selanjutnya

digunakan sebagai sampel untuk pengujian awal, dimana sampel ini disebut

tanah tidak terganggu. Sedangkan pengambilan sampel untuk tanah

terganggu, dilakukan dengan cara penggalian dengan menggunakan cangkul

kemudian dimasukkan ke dalam karung plastik.

B. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk analisis

saringan, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas-batas konsistensi dan peralatan

lainya yang ada di Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Teknik Sipil,

Fakultas Teknik Universitas Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi

(57)

C. Benda Uji

Adapun benda uji yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu :

1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak yang berasal

dari daerah Rawa Seragi, Lampung Timur.

2. Stabilizing Agent, yaitu TX-300.

D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan TX-300

Metode pencampuran masing-masing kadar larutan TX-300 adalah :

1. Larutan TX-300 dicampur dengan sampel tanah yang telah ditumbuk

(butir aslinya tidak pecah) dan lolos saringan No.4 (4,75 mm) dengan

variasi kadar campuran larutan TX-300 antara lain adalah 0,4 ml, 0,7 ml,

1,0 ml dan 1,3 ml.

2. Sampel tanah yang sudah tercampur larutan TX-300 siap untuk

dipadatkan, lalu diperam selama tujuh hari dan direndam selama empat

hari, tujuh hari, empat belas hari, dua puluh satu hari dan dua puluh

delapan hari. Pada perendaman tujuh hari dilakukan pengujian batas-batas

Atterberg, serta pengujian berat jenis.

E. Pelaksanaan Pengujian

Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Pengujian yang

dilakukan terdiri dari 2 bagian yaitu pengujian untuk tanah asli dan pengujian

untuk tanah yang distabilisasi menggunakan TX-300.

(58)

43

1) Pengujian Sampel Tanah Asli

a. Pengujian Analisis Saringan

b. Pengujian Berat Jenis

c. Pengujian Kadar Air

d. Pengujian Batas Atterberg

e. Pengujian Pemadatan Tanah

f. Pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS)

2) Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi larutan TX-300

a. Pengujian Berat Jenis

b. Pengujian Kadar Air

c. Pengujian Batas Atterberg

d. Pengujian Kuat Tekan Bebas (UCS)

Pada pengujian tanah yang distabilisasi, setiap sampel tanah dibuat campuran

dengan kadar larutan TX-300 yaitu 0,4 ml, 0,7 ml, 1,0 ml dan 1,3ml dengan

dilakukan masa perendaman yang bervariasi dan kemudian dilakukan

pegujian.

1. Uji Analisis Saringan

Analisis saringan adalah mengayak atau menggetarkan sampel tanah

melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin

kecil secara berurutan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui

presentase ukuran butir sampel tanah yang dipakai. Pengujian ini

menggunakan standar ASTM D-422, AASHTO T88 (Bowles, 1991).

Langkah Kerja :

(59)

b.Meletakkan susunan saringan diatas mesin penggetar dan memasukkan

sampel tanah pada susunan yang paling atas kemudian menutup rapat.

c. Mengencangkan penjepit mesin dan menghidupkan mesin penggetar

selama kira-kira 15 menit.

d.Menimbang masing-masing saringan beserta sampel tanah yang

tertahan di atasnya.

Perhitungan :

a. Berat masing-masing saringan (Wc)

b.Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di

atas saringan (Wcs)

c. Berat tanah yang tertahan (Ws) = Wcs – Wc

d.Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Ws 

Wtot)

e. Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan

(Pi)

f. Presentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q) :

(60)

45

2. Uji Berat Jenis

Pengujian ini mencakup penentuan berat jenis (specific gravity) tanah dengan menggunakan botol piknometer. Tanah yang diuji harus lolos

saringan No.4. Bila nilai berat jenis dan uji ini hendak digunakan dalam

perhitungan untuk uji hydrometer, maka tanah harus lolos saringan # 200

(diameter = 0,074 mm). Uji berat jenis ini menggunakan standar ASTM

D-854.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-854, antara lain :

a. Menyiapkan benda uji secukupnya dan mengoven pada suhu 60oC

sampai dapat digemburkan atau dengan pengeringan matahari.

b.Mendinginkan tanah dengan Desikator lalu menyaring dengan saringan

No.4 dan apabila tanah menggumpal ditumbuk lebih dahulu.

c. Mencuci labu ukur dengan air suling dan mengeringkannya.

d.Menimbang labu tersebut dalam keadaan kosong.

e. Mengambil sampel tanah.

f. Memasukkan sampel tanah kedalam labu ukur dan menambahkan air

suling sampai menyentuh garis batas labu ukur.

g. Mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap di

dalam butiran tanah dengan menggunakan pompa vakum.

h.Mengeringkan bagian luar labu ukur, menimbang dan mencatat

(61)

Dimana :

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah

yaitu perbandingan antara berat air dengan berat tanah kering. Pengujian

ini menggunakan standar ASTM D-2216.

Bahan : Sampel tanah asli seberat 30-50 gram sebanyak 3 sampel.

Adapun cara kerja berdasarkan ASTM D-2216, yaitu :

Gambar

Tabel 1  Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
Gambar 1. Nilai-nilai batas Atterberg untuk subkelompok tanah.
Tabel 3 . Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified
Tabel 5 Deskripsi lempung berdasarkan kompresibilitas

Referensi

Dokumen terkait

PENGUJIAN DAMPAK VARIASI WAKTU PERENDAMAN TERHADAP DAYA DUKUNG DAN PENGEMBANGAN TANAH LEMPUNG LUNAK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN IONIC SOIL STABILIZER

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan fiber terhadap karakteristik tanah lempung khususnya nilai daya dukung tanah.. Sampel uji terdiri

tanah asli digunakan untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah AASHTO. Dari data hasil pengujian pemadatan tanah untuk sampel tanah asli grafik

Krakteristik deformasi tanah lempung lunak di desa rawa urip kecamatan panganan kabupaten CIREBON yang diperbaki dengan menggunakan sement.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode elektrokinetik pada tanah lempung lunak dapat menurunkan kadar air tanah di sekitar kutub anoda, sehingga

Dari hasil pengujian CBR laboratorium, tanah yang telah distabilisasi dengan campuran TX 300 dapat digunakan sebagai tanah dasar pada konstruksi jalan dikarenakan nilai CBRnya ≥ 6

Secara umum tanah lempung lunak adalah suatu jenis tanah kohesif yang mempunyai sifat yang sangat kurang menguntungkan dalam konstruksi teknik sipil yaitu kuat geser

Hasil percobaan pembebanan dengan menggunakan cerucuk dan penambahan lapis anyaman bambu sebagai bahan perkuatan pada tanah lempung lunak menunjukkan bahwa secara