• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN SHOOTING PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN SHOOTING PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN SHOOTING PADA SISWA EKSTRAKURIKULER

SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

Oleh

DADANG GUSTIAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh latihan circuit training dalam meningkatkan keterampilan shooting pada siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 1 Kotagajah.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Dengan populasi siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 1 Kotagajah sebanyak 20 orang. Pengumpulan data dengan pre test dan post test menggunakan instrumen shooting ke sasaran. Instrumen tes ini berlaku untuk pelajar dengan koefisien validitas sebesar 0,65 dan reliabelitas tes sebesar 0,77.

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Pada tes awal didapat nilai t hitung = 0,000 < ttabel = 2,101 artinya pada tes awal tidak ada perbedaan hasil shooting yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.2) Pada tes akhir didapat nilai thitung = 3,749 > t tabel = 2,101 artinya pada tes akhir ada perbedaan hasil shooting antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3) Hasil uji-t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen diperoleh nilai thitung = 9,798 > ttabel = 2,262 artinya ada pengaruh yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan berupa latihan circuit training terhadapa hasil shooting pada siswa. 4) Hasil uji-t tes awal dan tes akhir pada kelompok kontrol diperoleh nilai thitung = -0,429 ≥ - t tabel = -2,262 artinya tidak ada pengaruh shooting pada kelompok kontrol karena tidak adanya latihan yang diberikan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan circuit training terhadap keterampilan shooting sepakbola pada siswa

(2)

Oleh

DADANG GUSTIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Circuir Training Terhadap Kemampuan Shooting Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola Sma Negeri 1 kotagajah

Nama Mahasiswa : Dadang Gustiawan Nomor Pokok Mahasiswa : 061305039

Program Studi : Penjaskes

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Akor Sitepu, M.Pd. Drs. Wiyono, M.Pd.

NIP 19590117 198703 1 001 NIP 19570111 198303 1 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(4)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Akor Sitepu, M.Pd. …………

Sekretaris : Drs. Wiyono, M.Pd.. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M. Pd. …………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

vi

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Dadang Gustiawan

NPM : 06305039

Tempat tanggal lahir : Metro, 22 agustus 1986

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Circuit Training Terhadap Keterampilan Shooting Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola Sma Negeri 1 Kotagajah” adalah benar hasil karya penulis. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, plagiat dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan dan dapat dipertangung jawabkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 25 April 2013

(6)

vii

Penulis dilahirkan di Metro Pusat Kotamadya Metro pada tanggal 22 agustus 1986. Anak kelima dari lima bersaudara pasangan Bapak Nanang dan Ibu Sartini.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Taman Kanak-Kanak di TK Aisyiyah Metro tamat pada tahun 1992, melanjutkan Sekolah Dasar di SDN 1 Metro tamat tahun 1998, kemudian menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 3 Metro tamat pada tahun 2001 dan melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Karya Wiyata Punggur tamat tahun 2005.

(7)

ix MOTTO

”Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dibalas pahalanya tanpa Perhitungan” (QS. Az-Zumar:10)

“Jalanilah kehidupan dengan kesabaran, keikhlasan dan ibadah.”

(8)

viii

Tanpa mengurangi rasa syukur pada Allah SWT., Ku persembahkan karya kecilku ini kepada Bapak yang saya sayangi dan Ibu tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa. Banyak Pelajaran hidup yang

diberikan, dengan penuh rasa syukur dan kesabaran setiap menghadapi persoalan hidup

Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang Dan atas semua pengorbanan dan jerih payahmu Orang tua adalah segala-galanya bagi kebahagiaan hidupku Merekalah yang dapat memahami segala kekurangan pada diriku

Diiringi dengan doa tulus, keberhasilan ini dapat kuraih

Untuk

Saudara-saudaraku tercinta, serta seseorang yang spesial dalam hidupku yang selalu menanti keberhasilanku.

Buat

(9)

x

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul Pengaruh Circuit Training Terhadap Keterampilan

Shooting Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola Sma Negeri 1 Kotagajah adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana

Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi.Bujang Rahman. M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs.Baharrudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(10)

xi

5. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd selaku dosen pembahas sekaligus Ketua Program Studi, atas saran dan bimbingan yang telah diberikan untuk kesempurnaan skripsi penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

7. Kepala SMAN 1 Kotagajah yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa ekstrakurikuler sepakbola.

8. Siswa ekstrakurikuler sepakbola, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini

Akhir kata, penulis berharap semmoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 25 April 2013 Penulis

(11)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Permainan Sepakbola ... 9

B. Teknik Dasar Bermain Sepakbola ... 10

C. Teknik Dasar Tendangan ... 14

D. Pengembangan Keterampilan Motorik ... 16

E. Kondisi Fisik ... 19

F. Latihan... 22

G. Latihan Circuit Training ... 26

H. Kerangka Berpikir ... 29

I. Hipotesis ... 31

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian... 32

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Prosedur Penelitian... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrumen Penelitian... 35

G. Program Latihan ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 41

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Deskripsi Data ... 45

(12)

xiii

A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 45

2. Hasil Analisis Uji Normalitas ... 48

3. Hasil Analisis Uji Homogenitas ... 48

(14)

xiv

Gambar Halaman

1. Gerakan Shooting Sepakbola ... 15

2. Rancangan Penelitian ... 32

3. Skema Pembagian Kelompok Dengan Ordinal Pairing ... 33

4. Lapangan Tes Menendang Ke Sasaran (Shooting) ... 36

5. Lari zig-zag dengan menggiring bola ... 38

6. Lari bolak-balik sambil menggiring bola kemudian oper ke teman.... 38

7. Lari 10 meter sambil menggiring bola dengan cepat... . 39

8. Lompat dua kaki... . 39

9. Lompat kijang... 40

10.Menendang bola... 40

11.Grafik Hasil Penelitian Kelompok Eksperimen ... 46

12.Grafik Hasil Penelitian Kelompok Kontrol... 46

13.Grafik Perbandingan Hasil Tes Akhir ... 47

14.Grafik Perbandingan T-Hitung ... 50

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai

perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan.

(16)

bertahap dan berkesinambungan yang dimulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai dengan pendidikan tinggi. Pada setiap jenjang pendidikan, Pendidikan Jasmani diberikan dengan harapan dapat menunjang prestasi olahraga nasional, karena sekolah adalah tempat yang strategis untuk pertumbuhan bibit - bibit olahraga. Untuk memperoleh prestasi yang baik, perlu diajarkan gerakan yang benar dengan mengunakan metode yang tepat. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi apabila diketahui unsur – unsur pokok pada struktur gerakan dari cabang olahraga yang diajarkan.

Dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia, maka pembinaan olahraga tersebut harus dimulai dari proses pembentukan sikap dan

pembangkitan motivasi yang dapat diperoleh melalui Pendidikan Jasmani. Kurikulum Pendidikan Jasmani yang akan dipelajari di setiap jenjang pendidikan akan mengandung materi-materi mencakup teknik/ keterampilan dasar permainan dan olahraga; aktivitas pengembangan; uji diri/ senam; aktivitas ritmik; aquatik (aktivitas air); dan pendidikan luar kelas (out door). Kesemua materi tersebut tidak lain adalah agar tercapainya tujuan Pendidikan Jasmani itu sendiri, yaitu sebagai sarana pembinaan mutu sumber daya manusia Indonesia seutuhnya dalam memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan

(17)

3

bukan melalui pengajaran konvensional dari dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam Pendidikan Jasmani

disusunlah pembelajaran yang bermutu dan berkualitas. Alokasi waktu yang diberikan untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMA adalah satu kali dalam satu minggu dengan lama waktu 2 x 45 menit. Untuk itu selain kegiatan intrakurikuler, kurikulum juga memberikan waktu di luar jam pelajaran yaitu dalam kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan tempat pembinaan serta pengembangan olahraga sebagai bagian dari usaha peningkatan prestasi dibidang olahraga. Ekstrakurikuler juga merupakan wadah yang tepat untuk menyalurkan bakat, minat, dan potensi akademik peserta didik dengan maksud menjaring siswa-siswa yang kompeten sejak dini, sehingga dapat dilakukan pembinaan lebih awal guna pembentukan watak, disiplin, sportifitas dan pengembangan prestasi olahraga.

(18)

dalam pembinaan olahraga setiap siswa harus diberikan latihan yang baik dan teratur sehingga dapat meningkatkan keterampilan bermain sepakbola.

Permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain. Setiap pemain bebas memainkan bola dengan seluruh anggota badan kecuali dengan lengan, hanya penjaga gawang yang dapat memainkan bola dapat menggunakan semua anggota badannya. Adapun tujuan utama dalam suatu permainan sepakbola adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya ke

gawang lawan dan menjaga gawang sendiri agar tidak kemasukan bola dari lawan. Dalam segala hal, keberhasilan tim sangat bergantung pada pemain yang bekerja dalam kombinasi untuk menguasai bola dan menciptakan peluang mencetak gol.

Untuk dapat bermain sepakbola dengan baik maka penguasaan teknik dasar merupakan salah satu persyaratan yang sangat menentukan. Ada beberapa teknik dasar sepakbola yang harus dikuasai siswa antara lain menendang,

menghentikan bola, menggiring, menyundul, melempar bola (throw-in), dan menangkap bola (bagi penjaga gawang). Selain menguasai teknik dasar, untuk menjadi pemain sepakbola yang berprestasi harus ditunjang oleh kesegaran fisik yang mencakup : kekuatan, kecepatan, daya tahan, daya otot, kelenturan,

(19)

5

Salah satu teknik dasar yang sering digunakan dalam sepakbola adalah menendang bola ke gawang atau shooting. Menendang bola ke gawang atau shooting merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dengan benar oleh pemain sepakbola, karena dalam menendang bola ke gawang seorang pemain harus benar-benar ahli dalam penempatan guna menciptakan peluang untuk mencetak gol. Maka sangat penting untuk meningkatkan kemampuan menendang atau shooting dalam bermain sepakbola. Kemampuan tersebut hanya dapat ditingkatkan jika siswa telah memiliki kondisi fisik yang menunjang.

Dari hasil observasi penulis pada saat ekstrakurikuler sepakbola, ternyata penguasaan teknik dasar bermain sepakbola pada siswa relatif rendah. Pada saat latihan di jam ekstrakurikuler, peneliti melihat bahwa siswa masih sering melakukan kesalahan teknik dan gerakan pada saat mempertahankan gawang maupun penyerangan ke gawang lawan. Kesalahan tersebut di antaranya ketika melakukan teknik gerakan dengan bola misalnya pada saat menendang bola ke gawang seringkali hasil tendangan tidak masuk gawang (gol), atau tendangan untuk mengoper pada lawan tendangan tidak terarah sehingga mudah diambil oleh musuh. Selain itu, masih banyak siswa yang cepat merasa kelelahan saat bermain, misalnya setelah mengejar bola dan dapat diambil lawan terkadang ia sudah tidak kuat lagi untuk merebut kembali, atau setelah menggiring bola dari jauh dan serangan akhir dengan shooting ia tidak menendang dengan kuat dan tepat sehingga bola tidak masuk gawang (gol).

(20)

performa permainan siswa. Dalam menunjang suatu permainan yang baik, pemain sepakbola dituntut memiliki kemampuan yang lebih seperti; daya tahan aerobik dan anaerobic, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelenturan, dan koordinasi. Aspek-aspek tersebut merupakan jenis kesiapan dari bentuk kondisi fisik yang harus dimiliki oleh setiap pemain sepak bola, dengan kekomplekkan ini diharapkan dalam penampilannya pemain dapat memperlihatkan kebolehannya secara individu dengan maksimal. Untuk mengatasi kondisi fisik pemain, perlu disusun suatu bentuk latihan yang lebih efektif dan baik terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar sepakbola, oleh karena itu perlu adanya suatu bentuk latihan yang dapat menunjang keterampilan pemain.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian yang berjudul ” Pengaruh Circuit training Terhadap Keterampilan Shooting Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepakbola SMA Negeri 1 Kotagajah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka permasalahan yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kemampuan penguasaan keterampilan shooting pada siswa ekstrakurikuler sepakbola belum baik.

2. Tingkat kondisi fisik (kekuatan otot kaki, perut, kecepatan, dan koordinasi) pada siswa ekstrakurikuler sepakbola perlu ditingkatkan.

(21)

7

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan circuit training terhadap

keterampilan shooting pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA Negeri 1 Kotagajah, yang berjumlah 20 siswa.

D. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

”Apakah ada pengaruh latihan circuit training terhadap peningkatan keterampilan shooting pada siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 1 Kotagajah?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh latihan circuit training terhadap peningkatan keterampilan shooting pada siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 1 Kotagajah”

F. Manfaat

(22)

1. Bagi siswa

Membantu siswa meningkatkan kondisi fisik yang menunjang keberhasilan shooting dalam bermain sepakbola.

2. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui secara jelas seberapa besar pengaruh latihan circuit training terhadap keterampilan shooting.

3. Bagi pelatih sepakbola maupun guru Pendidikan Jasmani,

Sebagai salah satu metode dalam melatih sepakbola khususnya dalam hal melatih keterampilan shooting dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. 4. Bagi Program Studi

Sebagai solusi untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran Penjas untuk diaplikasikan dalam praktik kepelatihan olahraga prestasi,

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Permainan Sepakbola

Sepakbola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain (Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat, 1995:918). Bagi setiap pemain bebas memainkan bola dengan seluruh anggota badan kecuali dengan lengan. Sedangkan bagi penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan semua anggota badannya. Seperti dikemukakan Joseph A. Luxbacher (2004:2) ”kiper diperbolehkan untuk mengontrol bola dengan tangannya di dalam daerah pinalti, pemain lainnya tidak diperbolehkan menggunakan tangan atau lengan untuk mengontrol bola, tetapi menggunakan kaki, tungkai atau kepala”.

Permainan sepakbola dimainkan di lapangan berumput dan rata serta berbentuk persegi panjang. Pada kedua garis lebar lapangan di tengah-tengahnya, masing-masing didirikan sebuah gawang yang saling berhadap-hadapan. Bola yang digunakan dalam permainan yaitu pada bagian luarnya terbuat dari kulit dan bagian dalamnya terbuat dari karet yang berisi udara.

Permainan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit dan dibantu oleh dua orang penjaga garis atau disebut asisten wasit. Tujuan dari masing-masing

(24)

lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk menjaga atau melindungi agar gawangnya tidak kemasukan bola. Permainan sepakbola dilakukan dalam dua babak, antara babak pertama dan kedua diberi waktu istirahat, dan setelah waktu istirahat dilakukan pertukaran tempat. Kesebelasan yang dinyatakan menang adalah kesebelasan yang sampai akhir pertandingan lebih banyak memasukkan bola ke gawang lawannya. Kerjasama dalam suatu tim merupakan suatu tuntutan dalam

permainan sepakbola untuk mencapai kemenangan. Tanpa kerjasama tim yang baik maka tujuan untuk mencetak gol ke gawang lawan pun akan sulit.

B. Teknik Dasar Bermain Sepakbola

Menurut Sukatamsi (1984: 34) sepakbola salah satu cabang olahraga yang sangat populer bila dibandingkan dengan olahraga yang lain baik di Indonesia maupun di internasional. Teknik dasar merupakan salah satu fungsi bagi seseorang untuk dapat bermain sepakbola. Pengertian dari teknik dasar adalah semua kegiatan yang mendasari sehingga dengan modal sedemikian itu sudah dapat bermain sepakbola (Sarumpaet, 1992: 17). Dalam bermain sepakbola teknik yang digunkan ada dua cara yaitu teknik badan (lari, lompat, dan gerak tipu) dan teknik bola (menendang, menyundul, mengumpan, menahan).

(25)

11

menentukan. Jadi teknik dasar bermain sepakbola adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan atau mengerjakan sesuatu yang terlepas sama sekali dari permainan sepakbola.

Menurut Sukatamsi (1984:34) teknik-teknik sepakbola dibagi menjadi dua golongan, yaitu teknik dasar dengan bola dan teknik dasar tanpa bola. 1. Teknik Dasar Dengan Bola

Teknik dasar dengan bola yaitu semua gerakan yang dilakukan menggunakan bola, yang terdiri dari:

a) Menendang bola

Menendang bola merupakan salah satu karakteristik permainan sepakbola yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik menendang dengan baik akan dapat bermain secara efisien. Tujuan menendang bola adalah untuk mengumpan (passing), menembak ke gawang (shooting on the goal), dan menyapu untuk menggagalkan serangan lawan (sweeping).

b) Menghentikan bola

(26)

c) Menggiring bola

Menggiring bola adalah seni menggunakan bagian-bagian kaki menyentuh atau menggulingkan bola terus menerus di tanah sambil berdiri. Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola. Menggiring bola bertujuan antara lain untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan.

d) Gerak tipu dengan bola

Seorang pemain sambil menguasai bola berusaha melewati lawannya dengan melakukan gerak yang tidak sebenarnya.

e) Merampas atau merebut bola

Merampas bola merupakan upaya untuk merebut bola dari penguasan lawan. Merampas bola dapat dilakukan sambil berdiri (standing tacling) dan sambil meluncur (sliding tackling).

f) Melempar bola

Melempar bola dilakukan apabila bola keluar dari garis samping lapangan. g) Teknik khusus penjaga gawang

Teknik khusus penjaga gawang yaitu sikap badan dalam siaga menangkap bola, meninju bola, menepis bola, dan menerkam bola.

h) Menyundul bola

(27)

13

2. Teknik Dasar Tanpa Bola

Teknik dasar tanpa bola yaitu semua gerakan tanpa menggunakan bola : a) Lari cepat dan mengubah arah

Pemain sepakbola harus dapat mendadak dan segera lari dengan

kecepatan maksimal dapat mencapai bola. mengubah arah yaitu dengan gerakan memperlambat langkah dengan memperkecil langkah

mengurangi kecepatan lari untuk menjaga keseimbangan badan. b) Melompat dan meloncat

Dalam permainan sepakbola untuk memenangkan posisi, untuk mengejar bola-bola lambung dan tinggi di udara digunakan teknik melompat. Melompat dengan ancang-ancang (sikap berdiri). c) Gerak tipu tanpa bola

Gerak tipu tanpa bola merupakan gerak tipu dengan menggunakan badan, misalnya gerak tipu dengan mengubah lari. Gerak tipu merupakan gerak pura – pura dari badan yang oleh lawan dianggap gerakan yang sebenarnya sehingga pemain lawan mengikutinya. d) Gerakan khusus penjaga gawang

Gerakan khusus penjaga gawang pada umumnya merupakan sikap menunggu dari gerakan pemain lawan.

C. Teknik Dasar Tendangan

(28)

maupun melayang di udara. Dalam permainan sepakbola, teknik menendang merupakan teknik dasar yang paling banyak digunakan. Seseorang pemain yang tidak menguasai teknik menendang dengan baik, pemain tersebut tidak akan menjadi pemain yang baik, dan kesebelasan yang baik ialah kesebelasan yang semua pemainnya menguasai teknik menendang bola dengan baik (Sukatamsi,1984:44).

Fungsi ataupun tujuan dari pada menendang bola ada beberapa macam, antara lain: a) untuk memberi umpan kepada teman atau mengoper bola, b) untuk menembakkan bola ke dalam gawang lawan untuk membuat gol kemenangan, c) untuk menghidupkan bola kembali setelah terjadi suatu pelanggaran seperti (tendangan bebas, tendangan penjuru, tendangan hukuman, tendangan gawang dan sebagainya), d) untuk melakukan clearing ataupun pembersihan dengan jalan menyapu bola yang berbahaya di daerah sendiri atau dalam usaha membendung serangan lawan pada daerah pertahanan sendiri (Sarumpaet, 1992:20).

Kemampuan menendang bola khususnya shooting secara terarah bertambah penting artinya apabila lawan bermain bertahan sehingga ruang gerak sempit, maka untuk dapat ditembus salah satunya dengan shooting yang baik.

(29)

15

kaki seperti kura-kura bagian dalam, kura-kura kaki bagian luar dan kura-kura kaki bagian atas.

Gambar 1. Gerakan Shooting Sepakbola.

Pada umumnya menendang dengan punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the goal). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki adalah sebagai berikut :

1. Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan di samping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk.

2. Kaki tendang berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap ke depan.

3. Kaki tendang ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai bola.

(30)

5. Gerak lanjut kaki tendang diarahkan dan diangkat ke arah sasaran. 6. Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran.

D. Pengembangan Keterampilan Motorik

Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efisien dan efektif. Keterampilan gerak merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian yang telibat dalam gerakan. Semakin komplek pola gerak yang harus dilakukan semakin komplek pula koordinasi dan kontrol tubuh yang harus dilakukan, dan ini berarti makin sulit juga untuk dilakukan.

Keterampilan gerak adalah gerak yang mengikuti pola atau bentuk tertentu yang memerlukan koordinasi dan kontrol sebagian atau seluruh tubuh yang bisa dilakukan melalui proses belajar. Keterampilan gerak diperoleh melalui proses belajar yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran fikir akan benar atau tidaknya gerakan yang dilakukan.

(31)

17

Suatu proses belajar keterampilan gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan sistem syaraf, otak dan ingatan. Tugas utama dari proses pembelajaran motorik adalah menerima dan menginterpretasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menyusun informasi-informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk keterampilan. Menurut Lutan (1988) jadi belajar motorik dapat menghasilkan perubahan yang relatif permanen, yaitu Perubahan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama.

Dalam proses untuk menyempurnakan suatu keterampilan motorik menurut Fitts (1964) : Fitts dan Dosner (1967) dalam Lutan (1988) berlangsung dalam tiga tahapan yaitu : a) Tahap Kognitif, b) Tahap Fiksasi, dan c) Tahap

Otomatis.

1. Tahap Kognitif

Merupakan tahap awal dalam belajar gerak keterampilan motorik. Dalam tahap ini peserta didik harus memahami mengenai hakikat

kegiatan yang akan dilakukan. Peserta didik harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual mengenai tugas gerakan atau model teknik yang akan dipelajari agar dapat membuat rencana

pelaksanaan yang tepat. 2. Tahap Fiksasi

(32)

umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah. Lebih penting lagi peserta didik dapat mengkoreksi kesalahan. Pola gerakan sudah sampai pada taraf merangkaikan urutan-urutan gerakan yang didapatkan secara keseluruhan dan harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga penguasaan terhadap gerakan akan semakin meningkat. 3. Tahap Otomatis

Setelah peserta didik melakukan latihan dalam jangka waktu yang relatif lama, maka akan memasuki tahap otomatis. Secara fisiologis hal ini dapat diartikan bahwa pada diri siswa telah terjadi suatu kondisi reflek bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak reflek yang sangat efisien dan hanya akan melibatkan unsur motor unit yang benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diinginkan. Pada tahap ini kontrol terhadap gerakan semakin tepat dan penampilan semakin konsisten dan cermat.

Penampilan gerak yang konsisten dan cermat pada tahap otomatis dapat dilihat dari ciri-ciri khusus sebagai berikut:

1)Antisipasi gerakan mengarah pada kemampuan otomatis dan irama gerakan terlihat nyata.

2)Penampilan gerakan dapat dilakukan diberbagai situasi dan kondisi yang berubah-ubah tanpa menghilangkan kelancaran dan kemulusan gerakan. 3)Proses dan hasil gerakan diperlihatkan dalam penampilan yang konstan.

E. Kondisi Fisik

(33)

19

pecaya diri, ketelitian dan sebagaianya. Secara psikologis kelelahan fisik pun nampaknya sangat besar pengaruhnya dalam lingkungan kegiatan kita, terutama dalam berinteraksi. Dalam olahraga dibutuhkan kondisi fisik seseorang yang prima yang mampu beraktifitas dalam tempo yang lama.

Sajoto (1995 : 8) mengemukakan bahwa kondisi fisik adalah satu kesatuan tubuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaanya. Selanjutnya Harsono (1988 : 153) menjelaskan bahwa kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisme tubuh antara lain berupa :

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung 2. Akan ada peningkatan dalam kekuatan, ketekunan, stamina dan

kemampuan kondisi fisik lainya

3. Akan ada elenami gerak yang lebih baik pada waktu latihan

4. Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.

Dalam olahraga dibutuhkan beberapa unsur kondisi fisik ataupun kemampuan biomotorik dasar yang terdiri dari : 1) kekuatan, 2) daya tahan, 3) kecepatan,

(34)

optimal, banyak tekanan harus diberikan pada perkembangan tubuh secara keseluruhan yang secara teratur harus ditambah dalam intensitasnya. Proses conditioning menurut Harsono (1988 : 154) adalah suatu proses yang harus

dilakukan dengan hati-hati, sabar dan penuh kewaspadaan terhadap atlit.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam permainan sepakbola sangat membutuhkan kemampuan fisik, salah satunya dengan meningkatkan daya tahan untuk melakukan pertandingan. Sebab daya tahan adalah suatu keadaan yang mampu bekerja dalam waktu yang lama (James Tangkudung, 2006:65). Dalam olahraga permainan khususnya sepakbola yang merupakan salah satu cabang olahraga yang berlangsung dalam waktu yang lama. Oleh karena itu setiap pemain harus mempunyai fisik yang sempurna agar nanti dalam pertandingan tidak cepat kehabisan tenaga dan keterampilan tekniknya tidak menurun yang disebabkan kurangnya daya tahan.

Adapun penerapan kondisi fisik dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan pada saat latihan. Kemampuan tersebut antara lain:

1) Kekuatan

(35)

21

2) Ketepatan

Ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran-sasaran ( Sajoto, 1995:9) ini dapat menerapkan suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.

3) Kelenturan

Kelenturan ( Flexibility) merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi ( Harsono, 1988:163) kecuali oleh ruang gerak sendi, kelenturan juga dilakukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendon dan logamen. Dengan demikian orang yang flexibel adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot-otot yang elastis.

4) Keseimbangan

Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot seperti dalam hand standatau dalam mencapai keseimbangan sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu / tergelincir. Di bidang olahraga banyak hal yang harus dilakukan atlit dalam masalah kaseimbangan ini baik dalam menghilangkan ataupun mempertahankan keseimbangan. 5) Kecepatan

(36)

F. Latihan

1. Pengertian Latihan

Menurut Pate dkk yang diterjemahkan Dwijowinoto (1993 : 317) latihan dapat didefinisikan sebagai peran serta yang sistematis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsional fisik dan daya tahan latihan.

Menurut Harsono (1988:101) latihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah beban latihannya atau pekerjaan. Yang dimaksud dengan sistematis latihan adalah berencana menurut jadwal yang telah ditentukan, juga menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari mudah kesusah, teratur dari sederhana ke kompleks. Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah karena terbiasa. Selanjutnya dalam Harsono (2004:7) latihan adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan variabel-variabel internal dan eksternal, antara lain motivasi dan ambisi atlet, kuantitas dan kualitas latihan, volume dan intensitas latihan, pengalaman bertanding.

(37)

23

yang komplek dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan organisasional yang sesuai dengan tujuan.

Menurut Bompa dalam Suharjana (2004: 13) latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada cirri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan.

2. Tujuan Latihan

Harsono (2004:40) menyatakan secara umum tujuan latihan yaitu untuk mengembangkan kondisi fisik, meningkatkan kemampuan komponen-komponen biomotorik khusus yang diperlukan cabang olahraga,

menanamkan karakteristik psikologi yang khusus untuk cabang olahraga yang bersangkutan, melatih dan mengembangkan keterampilan teknik spesifik cabang olahraga serta mengajarkan pengetahuan teoritis mengenai teori dan metodologi latihan untuk cabang olahraga yang bersangkutan. Untuk mencapai hal tersebut perhatikan beberapa aspek latihan berikut: a. Latihan fisik (Physical training)

Latihan ditujukan untuk perkembangan fisik secara menyeluruh, karena olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima. b. Latihan Teknik (Technical Training)

(38)

c. Latihan taktik (Tactical Training)

Latihan untuk menumbuh kembangkan inteprestasi atau daya tafsir siswa. Teknik-teknik gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasi-formasi

permainan serta strategi dan taktik pertahanan dan penyerangan sehuingga berkembang menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna.

d. Latihan Mental (Physcological Training)

Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut.

3. Prinsip dan Azas Latihan

Harsono (2004:9) menyatakan secara ringkas beberapa prinsip dan asas latihan yang penting dipahami oleh pelatih ialah :

a. Prinsip beban berlebih (Overload), prinsip ini mengatakan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah secara periodik dan progresif ditingkatkan. Kalau beban latihan tidak pernah ditambah, maka berapa lama pun dan berapa seringpun atlet

berlatih, prestasi tidak akan mungkin meningkat. Namun demikian, kalau beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada peluang untuk istirahat, performanyapun kemungkinan tidak akan meningkat secara progresif. Karena itu, metodologi pelatihanya haruslah

dengan menganut “sistem tenaga”, atau pula disebut sistem ombak. b. Prinsip individualisasi, tak ada manusia yang sama karakteristiknya

fisiologis dan psikologisnya. Selalu akan ada perbedaan dalam kemampuan, potensi, adaptasi, dan karakteristik belajarnya. Karena itu agar latihan bisa menghasilkan hasil yang terbaik bagi setiap individu, prinsip individualisasi harus senantiasa diterapkan dalam latihan. Artinya, beban latihan harus disesuaikan dengan

kemampuan adaptasi, potensi, serta karakteristik spesifik dari setiap individu.

(39)

25

semula atau kondisinya tidak akan meningkat. Contoh menurut Astrand dalam Harsono (2004:10) menyatakan tiap minggu istirahat akan menurunkan VO2max sebasar 17-20%. Lalu diperlukan 4-6 minggu untuk merecover 25% dari VO2max yang hilang, dan daya otot akan menurun setelah 2 minggu tidak aktif.

d. Prinsip spesifik, prinsip ini mengatakan bahwa manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi msiswaala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.

e. Perkembangan multilateral, prinsip ini menganjurkan agar agar siswa usia dini jangan terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu. Pada permulaan dia berlatih cabang olahraga bebaskan dia untuk menjelajahi beragam aktivitas agar dia bisa mengembangkan dirinya secara menyeluruh baik dalam aspek fisik, mental, maupu sosial.

f. Prinsip pulih asal (recovery), perkembangan atlet bergantung pada pemberian istirahat yang cukup sesuai latihan agar regenerasi tubuh dan dampak latihan bisa dimaksimalkan. Lamanya masa pemulihan tergantung dari kelelahan yang dirasakan akibat latihan sebelumnya. g. Variasi latihan, untuk mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus

kreatif dan pandai menerapkan variasi-variasi dalam latihan. h. Intensitas latihan, Atlet haru dilatih melalui suatu program yang

intensif yang dilandaskan pada prinsip beban lebih yang secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan, serta kadar intensitas repetisi tersebut.

i. Volume latihan, volume latihan mengacu pada kuantitas atau banyaknya materi dan bentuk latihanyang diberikan kepada atlet. j. Asas overkompensasi, asas ini menganjurkan agar atlet pada waktu

pertandingan berada pada tahap overkompensasi, karena pada tahap inilah atlet memiliki energi/kinerja yang paling tinggi.

k. IPTEK, latihan keras dengan intensitas yang tinggi tak akan banyak manfaatnya bila tidak diintervensi dengan sentuhan IPTEK.

G. Latihan Circuit Training

(40)

sedikit kecerdikan dan kreatifitas pelatih akan dapat mendesain suatu sirkuit yang paling cocok untuk cabang olahraganya.

Harsono (2004:26) menyatakan secara umum circuit training yaitu suatu sistem yang dapat memperbaiki kondisi fisik secara keseluruhan, yaitu unsur-unsur power, daya tahan, kekuatan, kelincahan, kecepatan, dan lain – lain komponen fisik. Karena itu bentuk-bentuk latihan dalam latihan circuit training biasanya merupakan kombinasi dari semua unsur fisik.

Circuit training” berarti beberapa kelompok olah raga atau pos yang berada di area dan harus diselesaikan dengan cepat. Tiap peserta harus menyelesaikan satu pos dahulu sebelum ke pos lainnya. Circuit training ialah suatu program latihan yang di ciptakan oleh R.E. Morgan and G.T. Anderson pada tahun 1953, dalam program latihan ini, terdapat beberapa stasiun kebugaran jasmani, seperti push up, sit up, dan lain-lain. Dalam program pelatihan ini biasanya digunakan peralatan mesin, peralatan hidrolik, beban tangan dan biasanya jarak tiap stasiun 15 detik sampai 3 menit untuk menjaga agar otot tidak kelelahan. Bentuk sederhana dari circuit training adalah lari keliling lapangan 10 kali, push up 10 kali, dan seterusnya.

Beberapa komponen jasmani yang dilatih dalam circuit training ialah: 1. Kebugaran jasmani

(41)

27

Selanjutnya Harsono (1988: 228) menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan berlatih dengan circuit training ini:

1. Meningkatkan berbagai komponen kondisi fisik secara serempak dalam waktu yang relatif singkat

2. Setiap atlet dapat berlatih menurut kemajuannya masing-masing 3. Setiap atlet dapat mengobservasi dan menilai kemajuannya sendiri 4. Latihan mudah diawasi

5. Hemat waktu, karena dalam waktu yang relative singkat dapat menampung banyak orang berlatih sekaligus

Akan tetapi walaupun demikian, ada kelemahan dari sistem latihan circuit training seperti yang dikatakan Harsono (1988: 230) bahwa sesuai dengan

sifatnya dan pelaksanaan latihannya, beban latihan dalam circuit training tidak bisa dibuat seberat latihan sebagaimana yang diberikan dalam latihan kondisi fisik khusus. Oleh karena itu, setiap unsur fisik tidak akan bisa berkembang sama optimalnya dengan perkembangan melalui latihan kondisi fisik khusus, kecuali stamina.

Adapun tujuan latihan circuit training adalah untuk melatih unsur-unsur kondisi fisik meliputi :

1. Latihan Aerobik/ Daya Tahan

(42)

2. Kekuatan Otot

Suharjana (2004: 25) Untuk meningkatkan dan mempertahankan

kebugaran otot, latihan yang efektif adalah dengan latihan beban (weight training). Latihan beban harus bersifat progresif, beban ditingkatkan secara bertahap. Beban latihan terdiri dari beban dalam dan beban luar. Beban dalam adalah beban badan sendiri seperti chin-up, push-up atau back-up, sedangkan beban luar bisa menggunakan beban bebas seperti dumbbell, barbell atau mesin latihan.

3. Latihan Daya Ledak Otot

(43)

29

4. Latihan Kelentukan

Latihan untuk meningkatkan kelentukan dapat dilakukan dengan

peregangan. Peregangan ada bermacam-macam antara lain : peregangan statis, peregangan dinamis, peregangan pasif dan peregangan kontraksi-relaksasi.

5. Latihan Kecepatan

Latihan kecepatan dilakukan dengan lari sprint dengan jarak pendek 10 meter sampai dengan 100 meter.

6. Latihan Kelincahan

Latihan kelincahan dilakukan dengan melatih siswa untuk lincah mengubah arah, seperti latihan dengan lari zig-zag dan shuttle run.

H. Kerangka Berpikir

Dalam suatu kerangka pemikiran harus memuat suatu teori sebagai arahan untuk membimbing penelitian ini dalam memilih data yang relevan dan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis. Dalam mempelajari gerak keterampilan olahraga, siswa akan berusaha untuk mengerti gerakan yang akan dipelajari, selanjutnya memberi perintah pada otot-otot tubuhnya untuk mewujudkan dalam gerakan yang sesuai dengan pola gerakan yang dipelajari. Dengan demikian belajar keterampilan gerak merupakan proses yang berbentuk kegiatan mengamati, menirukan, berulang-ulang

(44)

perubahan prilaku. Siswa akan melakukan gerakan tertentu apabila

mempunyai kemampuan untuk bergerak dan merasa perlu untuk melakukan gerakan.

Berdasarkan uraian di atas, menjadi jelas bahwa tujuan utama belajar keterampilan gerak adalah untuk meningkatkan keterampilan gerak yaitu perubahan prilaku yang bersifat psikomotor dan perubahan itu dapat ditafsirkan dalam perubahan penguasaan keterampilan gerak suatu cabang olahraga.

Sepak bola merupakan cabang olahraga yang di dalamnya terdapat beberapa macam teknik dasar bermain sepakbola. Teknik dasar bermain sepakbola dibedakan menjadi dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola. Kedua teknik tersebut merupakan komponen yang saling mendukung di dalam permainan. Oleh karena itu bagi setiap pemain harus menguasai teknik dasar tersebut agar mampu bermain sepakbola dengan terampil. Dengan menguasai teknik dasar akan mendukung penampilan dalam bermain dan bertanding, memilki rasa percaya diri yang baik, optimis dan semangat yang tinggi sewaktu bermain atau bertanding.

Salah satu teknik dasar yang paling banyak dipakai dalam bermain

(45)

31

daerah sendiri atau dalam usaha membendung serangan lawan pada daerah pertahanan sendiri, namun diantara itu semua melakukan tendangan adalah untuk menembakkan bola ke dalam gawang lawan dengan tujuan membuat gol kemenangan. Hal ini adalah terpenting dalam suatu permainan sepakbola, karena penyelesaian akhir suatu penyerangan adalah menendang bola ke gawang. Dengan tendangan yang masuk gawang atau gol, maka tim yang mendapatkan gol terbanyak akan menjadi pemenang.

Atas dasar itulah penting bagi setiap pemain (diutamakan seorang striker) untuk menguasai kemampuan menendang bola ke gawang dengan tepat, cepat dan akurat. Dan untuk dapat menguasai teknik tersebut dengan optimal maka perlu ditunjang pula dengan kondisi fisik yang prima. Seorang pemain dengan tingkat kondisi fisik buruk atau lemah, akan sangat mustahil untuk dapat meningkatkan performa prestasi bermainnya. Peneliti memilih menggunakan latihan circuit training yang pada dasarnya merupakan jenis latihan yang dapat meningkatkan fitness secara keseluruhan dalam satu kali latihan. Dengan demikian latihan circuit yang diberikan akan efektif dan efisien untuk meningkatkan kondisi fisik sekaligus perbaikan kemampuan bermain sepakbola, khususnya kemampuan shooting ke gawang.

I. Hipotesis

(46)
(47)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang

dihadapi. Menurut Arikunto (1998 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Menurut Riduwan (2005: 50) penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi terkontrol secara ketat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen sungguhan (true-eksperimental research) dengan menggunakan dua kelompok sampel sebagai berikut :

[image:47.595.139.517.609.697.2]

1. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan circuit training. 2. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan

Gambar 2. Rancangan Penelitian Pre test

P S OP

X1

X2

Treatment

Post test Tanpa

(48)

Keterangan :

P : Populasi

S : Sampel

OP : Ordinal Pairing Pretest : Tes awal shooting X 1 : Kelas eksperimen X 2 : Kelas kontrol

Treatment : Tindakan dengan circuit training Tanpa Treatment : Tanpa pemberian tindakan Posttest : Tes akhir shooting

Pembagian kelompok eksperimen didasarkan prestasi keterampilan shooting pada tes awal dirangking, kemudian subyek yang memiliki kemampuan setara

dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 dan kelompok 2. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing sebagai berikut:

Keterangan:

A = Kelompok eksperimen B = Kelompok kontrol

[image:48.595.156.458.419.558.2]

1,2,3 dst = Rangking (hasil tes awal) OP = Ordinal pairing

Gambar 3. Skema Pembagian Kelompok dengan Cara Ordinal Pairing.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Arikunto, 1998:118).

(49)

35

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin terlaksana. Menurut Arikunto (1998 : 106), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari pengertian tersebut populasi penelitian ini adalah siswa yang tergabung di dalam kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 1 Kotagajah sebanyak 20 orang.

2. Sampel

Menurut Arikunto (1998 : 120) sampel penelitian adalah suatu objek yang akan menjadi bahan penelitian. Adapun besarnya sampel yang akan diteliti, untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua, sehingga penilitian ini disebut penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25%. Sampel penelitian ini menggunakan sampel total atau populasi sampel, sehingga jumlah sampel sama dengan populasi yaitu 20 siswa.

D. Prosedur Penelitian

Sebelum melakukan penelitian dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ; 1. Mengurus surat izin penelitian

2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan 3. Mempersiapkan tenaga pembantu

(50)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan shooting diambil sumber dari Nurhasan (2001). Instrumen tes ini berlaku untuk pelajar dengan koefisien validitas sebesar 0,65 dan reliabelitas tes sebesar 0,77. Tujuan : mengukur tingkat kemampuan shooting ke sasaran Peralatan : 1. Stopwatch.

2. Bola kaki

3. Sepuluh lembing 4. Kapur

5. Blangko dan alat tulis untuk mencatat hasil tes. Pelaksanaan : Adapun pelaksanaan tes menendang bola ke sasaran

(shooting test) adalah:

1. Bola diletakkan pada sebuah titik 13 m dari gawang tepat pertengahan gawang.

2. Lakukan menandang bola tadi ke sasaran (shooting). Penilaiann : Skor tembakan, angka pada gawang yang dikenai oleh

bola, bila bola mengenai garis-garis antara kotak di dalam gawang maka skor tertinggi yang dicatat sebagai skornya.

(51)
[image:51.595.141.515.87.293.2]

37

Gambar 4. Lapangan Tes Menendang Ke Sasaran (Shooting), (Nurhasan, 2001)

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan tes. Nurhasan (2001:3) menjelaskan tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

(52)

G. Program Latihan

Adapun jenis latihan yang dilakukan pada pos-pos circuit training adalah sebagai berikut :

1. Lari zig-zag dengan menggiring bola

[image:52.595.151.346.257.403.2]

Bertujuan untuk melatih kelincahan menggiring bola, melatih insting untuk mengalihkan bola ke kiri dan ke kanan melewati corong.

Gambar 5. Lari zig-zag dengan menggiring bola.

2. Lari bolak-balik sambil menggiring bola kemudian oper bola ke teman Bertujuan untuk melatih kecepatan dalam menggiring bola kemudian kembali lagi untuk mengoper bola ke teman yang akan melakukan lari.

[image:52.595.169.427.542.660.2]
(53)

39

3. Lari 10 meter sambil menggiring bola dengan cepat

[image:53.595.153.382.166.283.2]

Bertujuan melatih kecepatan dalam membawa bola yang biasanya digunakan saat akan melakukan tendangan shooting dari berlari.

Gambar 7. Lari 10 meter sambil menggiring bola dengan cepat.

4. Gerak ke kanan ke kiri sambil passing ke teman.

Bertujuan melatih akurasi dan ketepatan mengoper ke teman dalam keadaan bergerak.

5. Lari bolak – balik sambil shooting ke gawang.

Bertujuan melatih akurasi dan ketepatan shooting ke gawang. 6. Lompat dua kaki

Bertujuan menguatkan kedua kaki yang sangat dibutuhkan dalam tendangan agar menghasilkan tendangan yang kuat, cepat dan akurat.

[image:53.595.153.424.552.708.2]
(54)

7. Lompat kijang

[image:54.595.152.403.193.360.2]

Bertujuan untuk melatih kemampuan salah satu kaki bergantian untuk melompat, dengan kekuatan tersebut dapat meningkatkan hasil tendangan bola yang dilakukan oleh kaki terkuat.

Gambar 9. Lompat kijang.

8. Menendang bola

Bertujuan untuk melatih akurasi tendangan agar tepat dan cepat masuk ke sasaran (gawang).

[image:54.595.153.405.492.673.2]
(55)

41

H. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung hasil tes awal dan akhir servis bulutangkis menggunakan teknik analisa data uji t. Namun sebelum menggunakan uji-t, maka diperlukan uji prasayarat seperti uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun penjelasan rumus uji prasyarat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti produser Sudjana (2005 : 466) yaitu :

a. Pengamatan , dijadikan bilangan baku , dengan menggunakan rumus ( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)

b. Untuk bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F( ) = P (z ≤ )

c. Selanjutnya dihitung proporsi , yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka

d. Hitung selisih F( ) – S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut. Setelah

(56)

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005 : 250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :

terkecil Varians

terbesar Varians

F

Varians dinyatakan homogen apabila hipotesis nol (Ho) diterima (Fhit Ftabel), dan varians dinyatakan tidak homogen apabila hipotesis altenatif (Ha) diterima (Fhit > Ftabel) dimana distribusi F mempunyai dk pembilang = (n1 – 1) dan dk penyebut = (n2 – 1).

3. Uji Hipotesis a. Uji t-Pengaruh

Untuk menganalisis hasil pre-test dan post test masing-masing kelompok, dengan level α=0,05 dan derajat kebebasan = N-1. Kaidah pengujian jika t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel berarti maka tolak Ho, dan terima Ha. Adapun rumus yang digunakan adalah :

n SD

B thitung

Keterangan :

B : selisih rata-rata pre test dan post tes

SD : standar deviasi selisih antara pretest dan post tes n: akar dari jumlah sampel.

(57)

43

Menurut Sudjana (2005 : 239) berdasarkan kenormalan atau tidak serta homogen atau tidaknya varians antar kedua kelompok sampel maka ada beberapa alternatif analisis :

1. Data berdistribusi normal dan kedua kelompok mempunyai varians yang homogen (σ1 = σ2) maka uji t yang dipergunakan untuk

menguji hipotesis penelitian sebagai berikut : thitung = 2 1 2 1 1 1 n n S X X gab 2 . ) 1 ( . ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n Sgab Keterangan :

X1 : Rerata kelompok eksperimen X2 : Rerata kelompok kontrol

S1 : Simpangan baku kelompok eksperimen S2 : Simpangan baku kelompok kontrol n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : Jumlah sampel kelompok control

2. Salah satu data berdistribusi normal dan data yang lain tidak berdistribusi normal (σ ≠ σ) kedua kelompok sampel mempunyai

varians yang homogen atau tidak homogen menggunakan rumus :

thitung = 2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X Keterangan :

(58)

X2 : Rerata kelompok kontrol

S1 : Simpangan baku kelompok eksperimen S2 : Simpangan baku kelompok kontrol n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : Jumlah sampel kelompok kontrol

3. Bila kedua data berdistribusi tidak normal, kedua kelompok sampel homogen atau tidak, maka rumus yang digunakan adalah :

Z = 2 1 2 2 1 2 1 2 1 N N N N N N U U = 2 1 1 2 1 2

1N n n R

N U = 2 2 1 2 1 2

1N n n R

N

(59)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :

“Ada pengaruh yang signifikan dari latihan circuit training terhadap keterampilan shooting sepakbola pada siswa ekstrakurikuler sepakbola di SMAN 1 Kotagajah”, hal ini ditunjukkan dari hasil uji-t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen diperoleh nilai thitung = 9,798 > ttabel = 2,262 artinya ada pengaruh/peningkatan yang signifikan pada kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan berupa latihan circuit training terhadap hasil shooting pada siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarankan bagi :

1. Siswa dapat meningkatkan kemampuan shooting sepakbolanya . 2. Peneliti lainnya dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam

(60)

3. Pelatih sepakbola maupun guru Pendidikan Jasmani untuk dapat menggunakan latihan circuit training guna meningkatkan kondisi fisik siswa penunjang keberhasilan shooting dalam bermain sepakbola.

4. Program Studi untuk mengembangkan inovasi dalam pembelajaran Penjas untuk diaplikasikan dalam praktik kepelatihan olahraga prestasi,

(61)

57

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta.

A. Sarumpaet dkk. 1992. Permainan Besar. Jakarta : Depdikbud.

Batty, Eric. 2007. Latihan Metode Baru Sepakbola Pertahanan. CV Pionir Jaya. Bandung.

Depdikbud, 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar : Garis-Garis Besar Program Pengajaran, Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar.

Gifford, Clive. 2007. Keterampilan Sepakbola. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta. Hadi, Sutrisno. 2004. Metodolagi Research. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Depdikbud Dirjen Dirti PPLPTK. Jakarta.

_______. 2004. Perencanaan Program Latihan. KONI Pusat. Jakarta. Lampung, Universitas. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Luxbacher, Joseph. 2004. Sepakbola Langkah – langkah Menuju Sukses. Penerbit

PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

McClenaghan, Pate Rotella, diterjemahkan Kasiyo Dwijowinoto. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP Semarang Press. Semarang.

(62)

Moeliono, Anton. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Dirjen

Olahraga. Jakarta.

Riduwan. 2005.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Penerbit Alfabeta. Jakarta.

Sajoto, Mochamad. 1995. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.

Scheunemann, Timo. 2008. Dasar – Dasar Sepakbola Modern untuk Pemain dan Pelatih. Penerbit DIOMA. Malang.

Sneyers, Jozef. 1990. Sepakbola Remaja. PT. Rosda Jayaputra. Jakarta. Sucipto. Dkk. 1999/2000. Olahraga Pilihan:Sepakbola. Dirjen Dikdasmen.

Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Penerbit Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Sukatamsi. 1984. Sepak Bola. Universitas Terbuka. Jakarta: Depdikbud

Tangkudung, James. 2006. Pembinaan Prestasi Olahraga. Penerbit Cerdas Jaya. Jakarta.

Tim PSSI. 2000. Peraturan Permainan 2000. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Gerakan Shooting Sepakbola.
Gambar 2. Rancangan Penelitian
Gambar 3. Skema Pembagian Kelompok dengan Cara Ordinal Pairing.
Gambar 4. Lapangan Tes Menendang Ke Sasaran (Shooting), (Nurhasan, 2001)
+4

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemampuan, yang meliputi aspek pengetahuan (kognisi), keterampilan, ketelitian, dan sikap kerja dalam melaksanakan koordinasi

JUARA SATU CABANG OLAH RAGA TENNIS MEJA DALAM PORSENI BMPD DIY 2009 / BERHASIL. DIRAIH OLEH KONTINGEN BI

Sehingga ditemukan bahwa pada apartemen di Kota Malang terdapat beberapa view yang dapat dimanfaatkan seperti pada Apartemen Malang City Point view ke arah

[r]

Terima kasih saya ucapkan kepada sahabat dan sekaligus teman sekamar dan teman sekelas saya yang sudah 3 tahun bersama dalam suka-duka, yang selalu memberikan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang

Hasil dari perhitungan Analisa koefisien korelasi yang bertujuan untuk mengetahui erat (kuat atau lemah) dan arah hubungan antara promosi dengan volume penjualan menghasilkan r

Penelitian ini merekomendasikan untuk segera dilakukan pengangkatan pengurus Baznas masing-masing pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan UU Nomor 23 tahun