HUKUM ACARA PIDANA
HUKUM ACARA PIDANA
Oleh :
ROCKY MARBUN, S.H., M.H.
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
PEMBAGIAN HUKUM PIDANA
Hukum Pidana Dalam Arti Luas
HUKUM PIDANA MATERIIL
HUKUM PIDANA FORMIL
KUHPIDANA
HUKUM ACARA PIDANA
PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI
HUKUM
PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI
HUKUM
Simon. HAP / hukum pidana formil : mengatur bagaimana caranya Negara
dengan perantaraan alat-alat kekuasaanya menggunakan haknya untuk menghukum dan menjatuhkan hukuman, dengan demikian ia memuat acara pidana .
Van hamel. HAP/hukum pidana formil adalah menunjukkan bentuk-bentuk dan
jangka-jangka waktu yang mengikat pemberlakuan hukum pidana material.
Andi Hamzah. : Hukum acara pidana merupakan bagian dari hukum pidana
dalam arti yang luas. Hukum pidana dalam arti yang luas meliputi baik hukum pidana substantive (materiil) maupun hukm pidana formal atau hukum acara pidana.
L.J. Van Apeldoorn HAP/Hukum acara pidana adalah mengatur cara
Mochtar Kusuma Atmadja. Hukum Acara Pidana adalah peraturan hukum
pidana yang mengatur bagaimana cara mempertahankan berlakunya hukum pidana materil. Hukum Pidana Formil memproses bagaimana menghukum atau tidak menghukum seseorang yang dituduh melakukan tindak pidana (makanya disebut sebagai HukumAcara Pidana)
Wirjono Prodjodikoro. Hukum Acara Pidana adalah rangkaian peraturan yang
memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa, yakni kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana
Bambang Poernomo . Hukum acara pidana itu beranggapan bahwa hukum
acara pidana mempunyai dasar norma-norma tersendiri, bahkan dilihat dari
susunan serta substansi hukum acara pidana mengandung struktur ambivalensi dari segi perlindungan manusia dan bersegi majemuk dari segi kewenangan alat perlengkapan Negara dalam rangka usaha mempertahankan pola integrasi
kehidupan bermasyarakat.
Van hattum HAP/ hukum pidana formil adalah memuat peraturan-peraturan
PENGERTIAN SECARA UMUM
Hukum Acara Pidana /HAPID:
FUNGSI HAPID
FUNGSI HAPID
Fungsi Represif
HAPID
Fungsi Represif
HAPID
Fungsi Preventif
HAPID
Fungsi Preventif
HAPID
HAPID dipergunakan untuk melakukan tindakan2
terhadap perilaku menyimpang atau perbuatan
yang bertentangan dengan undang2, mis:
Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan, dan
Pemidanaan
HAPID dipergunakan untuk menjamin
TUJUAN HAPID
TUJUAN HAPID
PEDOMAN PELAKSANAAN KUHAP (DEPKEH RI
Tahun 1982)
SUMBER HAPID
SUMBER HAPID
SEBELUM TAHUN 1981
SEBELUM TAHUN
1981 SESUDAH TAHUN 1981
SESUDAH TAHUN 1981 Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR) Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR)
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 ttg
Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 ttg
Hukum Acara Pidana (KUHAP)
INQUISITOIR
INQUISITOIR
ACCUSATOIR
ACCUSATOIR
Para Pihak adlh Subyek
Para Pihak adlh Subyek
Para Pihak adlh Obyek
DASAR HUKUM
HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA
DASAR HUKUM
HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA
Umum
UUD NRI 1945
UU Kekuasaan Kehakiman
UU Mahkamah Agung
UU Peradilan Umum
UU Kepolisian
UU Kejaksaan
KUHAP
Khusus
DASAR FILOSOFI KUHAP (1)
KONSIDERAN: MENIMBANG
DASAR FILOSOFI KUHAP (1)
KONSIDERAN: MENIMBANG
Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945
DASAR FILOSOFI KUHAP (2)
DASAR FILOSOFI KUHAP (2)
Bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana termaktub dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan. Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978) perlu mengadakan usaha peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari Wawasan Nusantara.
Bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana termaktub dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan. Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978) perlu mengadakan usaha peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari Wawasan Nusantara.
Bahwa hukum acara pidana sebagai yang termuat dalam Het Herziene Inlandsch Reglement (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44) dihubungkan dengan dan Undang-undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 81) serta semua peraturan pelaksanaannya dan ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan lainnya sepanjang hal itu mengenai hukum acara pidana, perlu dicabut, karena sudah tidak sesuai dengan cita-cita hukum nasional
LANDASAN YURIDIS (1)
KONSIDERAN : MENGINGAT
LANDASAN YURIDIS (1)
KONSIDERAN : MENGINGAT
Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 5 ayat (1)
Pasal 20 ayat (1)
Pasal 27 ayat (1)
Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
Segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
Segala warga negara bersamaan
kedudukannya dalam hukum dan
LANDASAN YURIDIS (2)
LANDASAN YURIDIS (2)
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang
GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN)
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang
GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN)
E. WAWASAN NUSANTARA : (1). Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Politik ; e. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu Kesatuan
Hukum dalam arti bahwa hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi kepada
Kepentingan Nasional
E. WAWASAN NUSANTARA : (1). Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Politik ; e. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu Kesatuan
Hukum dalam arti bahwa hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi kepada Kepentingan Nasional
15. Sasaransasaran yang hendak dicapai dalam berbagai bidang dengan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang adalah sebagai berikut: Bidang Politik :
LANDASAN YURIDIS (3)
LANDASAN YURIDIS (3)
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2951).
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3879 )
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4358)
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Lembaran Negara Republik
PIHAK-PIHAK YANG DIATUR DALAM KUHAP
PENASEHAT HUKUM
KEPOLISIAN KEJAKSAAN PENGADILAN LAPAS
Pra-peradilan Pengadilan Negeri KIMWASMAT
Pengadilan Tinggi
ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA
1. ASAS LEGALITAS
Asas atau prinsip legalitas dengan tegas disebut dalam konsideran KUHAP seperti
yang dapat dibaca pada huruf a, yang berbunyi:
"Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta
yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
2. ASAS KESEIMBANGAN
Asas ini dijumpai dalam konsideran huruf c yang menegaskan bahwa dalam penegakan
hukum harus bcrlandaskan prinsip keseimbangan yang serasi antara: 1.perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dengan,
2. perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat.
MODEL SISTEM PERADILAN PIDANA:
3. ASAS PRA-DUGA TAK BERSALAH
Asas "praduga tak bersalah" atau
presumption of innocent
dijumpai dalam penjelasan butir 3 huruf c.
Dengan dicantumkan asas praduga tak bersalah dalam
Penjelasan KUHAP, dapat disimpulkan, pembuat
undang-undang telah menetapkannya sebabagai asas hukum yang
melandasi KUHAP dan penegakan hukum
(law enforcement).
Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai
adanya putusan pengadilan menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap
3. ASAS PEMBATASAN
PENAHANAN
Penjelasan Umum angka 3 huruf b:
Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan hanya dilakukan berdasarkan perintah
tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh
undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan
cara yang diatur dengan undang-undang;
4. ASAS GANTI KERUGIAN
Penjelasan Umum angka 3 huruf d:
Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi;
Penjelasan Umum angka 3 huruf d:
Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi;
Pasal 1 angka 21 Pasal 30
Pasal 68 Pasal 77 Pasal 81 Pasal 82
BAB XII Pasal 95-96 BAB XIII Pasal 98-101
Ganti Kerugian Rehabilitasi
Pasal 1 angka 22 Pasal 68
Pasal 77 Pasal 81 Pasal 82
5. PERADILAN CEPAT, SEDERHANA DAN BIAYA
RINGAN
Penjelasan Umum angka 3 huruf e:
Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan
5. ASAS BANTUAN HUKUM
Penjelasan Umum angka 3 huruf f:
Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi
kesempatan memperoleh bantuan hukum yang
semata-mata
diberikan
untuk
melaksanakan
kepentingan
pembelaan atas dirinya
Penjelasan Umum angka 3 huruf f:
Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi
kesempatan memperoleh bantuan hukum yang
semata-mata
diberikan
untuk
melaksanakan
kepentingan
pembelaan atas dirinya
Pasal 1 angka 13 Pasal 54
Pasal 59 Pasal 60
BAB VII Pasal 69-Pasal 74 Pasal 114
Pasal 1 angka 13 Pasal 54
Pasal 59 Pasal 60
BAB VII Pasal 69-Pasal 74 Pasal 114
BAB XI Pasal 56-57 UU No. 48/2009
6. ASAS TERBUKA UNTUK UMUM
Penjelasan angka 3 huruf i:
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah
terbuka untuk umum kecuali dalam hal yang
diatur dalam undang-undang
Penjelasan angka 3 huruf i:
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah
terbuka untuk umum kecuali dalam hal yang
diatur dalam undang-undang
Pasal 153 ayat (3) KUHAP
7. ASAS PENGAWASAN
Penjelasan angka 3 huruf j:
Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam
perkara pidana ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri
yang bersangkutan
Penjelasan angka 3 huruf j:
Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam
perkara pidana ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri
yang bersangkutan
Pra-Adjudikasi
Pasal 109 ayat (1) KUHAP
Penyidik SPDP JPU
Adjudikasi
Pasal 276 KUHAP
BAB XX Pasal 277-Pasal 283 KUHAP
8. ASAS PEMERIKSAAN KEHADIRAN TERDAKWA
Penjelasan angka 3 huruf h:
Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan
hadirnya terdakwa
Penjelasan angka 3 huruf h:
Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan
hadirnya terdakwa