• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Hukum Acara Pidana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul Hukum Acara Pidana"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ACARA PIDANA

HUKUM ACARA PIDANA

Oleh :

ROCKY MARBUN, S.H., M.H.

(2)

PEMBAGIAN HUKUM PIDANA

PEMBAGIAN HUKUM PIDANA

Hukum Pidana Dalam Arti Luas

HUKUM PIDANA MATERIIL

HUKUM PIDANA FORMIL

KUHPIDANA

HUKUM ACARA PIDANA

(3)

PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI

HUKUM

PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI

HUKUM

Simon. HAP / hukum pidana formil : mengatur bagaimana caranya Negara

dengan perantaraan alat-alat kekuasaanya menggunakan haknya untuk menghukum dan menjatuhkan hukuman, dengan demikian ia memuat acara pidana .

Van hamel. HAP/hukum pidana formil adalah menunjukkan bentuk-bentuk dan

jangka-jangka waktu yang mengikat pemberlakuan hukum pidana material.

Andi Hamzah. : Hukum acara pidana merupakan bagian dari hukum pidana

dalam arti yang luas. Hukum pidana dalam arti yang luas meliputi baik hukum pidana substantive (materiil) maupun hukm pidana formal atau hukum acara pidana.

L.J. Van Apeldoorn HAP/Hukum acara pidana adalah mengatur cara

(4)

Mochtar Kusuma Atmadja. Hukum Acara Pidana adalah peraturan hukum

pidana yang mengatur bagaimana cara mempertahankan berlakunya hukum pidana materil. Hukum Pidana Formil memproses bagaimana menghukum atau tidak menghukum seseorang yang dituduh melakukan tindak  pidana (makanya disebut sebagai HukumAcara Pidana)

Wirjono Prodjodikoro. Hukum Acara Pidana adalah rangkaian peraturan yang

memuat cara bagaimana badan-badan pemerintah yang berkuasa, yakni kepolisian, kejaksaan dan pengadilan harus bertindak guna mencapai tujuan negara dengan mengadakan hukum pidana

Bambang Poernomo . Hukum acara pidana itu beranggapan bahwa hukum

acara pidana mempunyai dasar norma-norma tersendiri, bahkan dilihat dari

susunan serta substansi hukum acara pidana mengandung struktur ambivalensi dari segi perlindungan manusia dan bersegi majemuk dari segi kewenangan alat perlengkapan Negara dalam rangka usaha mempertahankan pola integrasi

kehidupan bermasyarakat.

Van hattum  HAP/ hukum pidana formil adalah memuat peraturan-peraturan

(5)

PENGERTIAN SECARA UMUM

Hukum Acara Pidana /HAPID:

(6)

FUNGSI HAPID

FUNGSI HAPID

Fungsi Represif

HAPID

Fungsi Represif

HAPID

Fungsi Preventif

HAPID

Fungsi Preventif

HAPID

HAPID dipergunakan untuk melakukan tindakan2

terhadap perilaku menyimpang atau perbuatan

yang bertentangan dengan undang2, mis:

Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan, dan

Pemidanaan

HAPID dipergunakan untuk menjamin

(7)

TUJUAN HAPID

TUJUAN HAPID

PEDOMAN PELAKSANAAN KUHAP (DEPKEH RI

Tahun 1982)

(8)

SUMBER HAPID

SUMBER HAPID

SEBELUM TAHUN 1981

SEBELUM TAHUN

1981 SESUDAH TAHUN 1981

SESUDAH TAHUN 1981 Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR) Het Herziene Inlandsch Reglement (HIR)

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 ttg

Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 ttg

Hukum Acara Pidana (KUHAP)

INQUISITOIR

INQUISITOIR

ACCUSATOIR

ACCUSATOIR

Para Pihak adlh Subyek

Para Pihak adlh Subyek

Para Pihak adlh Obyek

(9)

DASAR HUKUM

HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA

DASAR HUKUM

HUKUM ACARA PIDANA DI INDONESIA

Umum

UUD NRI 1945

UU Kekuasaan Kehakiman

UU Mahkamah Agung

UU Peradilan Umum

UU Kepolisian

UU Kejaksaan

KUHAP

Khusus

(10)

DASAR FILOSOFI KUHAP (1)

KONSIDERAN: MENIMBANG

DASAR FILOSOFI KUHAP (1)

KONSIDERAN: MENIMBANG

Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Bahwa pembangunan hukum nasional yang demikian itu di bidang hukum acara pidana adalah agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian hukum demi terselenggaranya negara hukum sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945

(11)

DASAR FILOSOFI KUHAP (2)

DASAR FILOSOFI KUHAP (2)

Bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana termaktub dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan. Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978) perlu mengadakan usaha peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari Wawasan Nusantara.

Bahwa demi pembangunan di bidang hukum sebagaimana termaktub dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan. Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978) perlu mengadakan usaha peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan kodifikasi serta unifikasi hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari Wawasan Nusantara.

Bahwa hukum acara pidana sebagai yang termuat dalam Het Herziene Inlandsch Reglement (Staatsblad Tahun 1941 Nomor 44) dihubungkan dengan dan Undang-undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 81) serta semua peraturan pelaksanaannya dan ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan lainnya sepanjang hal itu mengenai hukum acara pidana, perlu dicabut, karena sudah tidak sesuai dengan cita-cita hukum nasional

(12)

LANDASAN YURIDIS (1)

KONSIDERAN : MENGINGAT

LANDASAN YURIDIS (1)

KONSIDERAN : MENGINGAT

Undang-Undang Dasar 1945

Pasal 5 ayat (1)

Pasal 20 ayat (1)

Pasal 27 ayat (1)

Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

Segala warga negara bersamaan

kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

Segala warga negara bersamaan

kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

Segala warga negara bersamaan

kedudukannya dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya

Segala warga negara bersamaan

kedudukannya dalam hukum dan

(13)

LANDASAN YURIDIS (2)

LANDASAN YURIDIS (2)

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN)

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang

GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN)

E. WAWASAN NUSANTARA : (1). Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu  Kesatuan Politik ; e. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu Kesatuan 

Hukum dalam arti bahwa hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi  kepada 

Kepentingan Nasional

E. WAWASAN NUSANTARA : (1). Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu  Kesatuan Politik ; e. Bahwa seluruh Kepulauan Nusantara merupakan satu Kesatuan 

Hukum dalam arti bahwa hanya ada satu Hukum Nasional yang mengabdi  kepada  Kepentingan Nasional

15.  Sasaran­sasaran  yang  hendak  dicapai  dalam  berbagai  bidang  dengan  pelaksanaan  Pembangunan Jangka Panjang adalah sebagai berikut: Bidang Politik : 

(14)

LANDASAN YURIDIS (3)

LANDASAN YURIDIS (3)

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 2951).

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3879 )

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4358)

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Lembaran Negara Republik

(15)

PIHAK-PIHAK YANG DIATUR DALAM KUHAP

PENASEHAT HUKUM

KEPOLISIAN KEJAKSAAN PENGADILAN LAPAS

Pra-peradilan Pengadilan Negeri KIMWASMAT

Pengadilan Tinggi

(16)

ASAS-ASAS HUKUM ACARA PIDANA

1. ASAS LEGALITAS

Asas atau prinsip legalitas dengan tegas disebut dalam konsideran KUHAP seperti

yang dapat dibaca pada huruf a, yang berbunyi:

"Bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta

yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

(17)

2. ASAS KESEIMBANGAN

Asas ini dijumpai dalam konsideran huruf c yang menegaskan bahwa dalam penegakan

hukum harus bcrlandaskan prinsip keseimbangan yang serasi antara: 1.perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia dengan,

2. perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat.

MODEL SISTEM PERADILAN PIDANA:

(18)

3. ASAS PRA-DUGA TAK BERSALAH

Asas "praduga tak bersalah" atau

presumption of innocent

dijumpai dalam penjelasan butir 3 huruf c.

Dengan dicantumkan asas praduga tak bersalah dalam

Penjelasan KUHAP, dapat disimpulkan, pembuat

undang-undang telah menetapkannya sebabagai asas hukum yang

melandasi KUHAP dan penegakan hukum

(law enforcement).

Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai

adanya putusan pengadilan menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap

(19)

3. ASAS PEMBATASAN

PENAHANAN

Penjelasan Umum angka 3 huruf b:

Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan

penyitaan hanya dilakukan berdasarkan perintah

tertulis oleh pejabat yang diberi wewenang oleh

undang-undang dan hanya dalam hal dan dengan

cara yang diatur dengan undang-undang;

(20)

4. ASAS GANTI KERUGIAN

Penjelasan Umum angka 3 huruf d:

Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi;

Penjelasan Umum angka 3 huruf d:

Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan wajib diberi ganti kerugian dan rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi;

Pasal 1 angka 21 Pasal 30

Pasal 68 Pasal 77 Pasal 81 Pasal 82

BAB XII Pasal 95-96 BAB XIII Pasal 98-101

Ganti Kerugian Rehabilitasi

Pasal 1 angka 22 Pasal 68

Pasal 77 Pasal 81 Pasal 82

(21)

5. PERADILAN CEPAT, SEDERHANA DAN BIAYA

RINGAN

Penjelasan Umum angka 3 huruf e:

Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan

(22)

5. ASAS BANTUAN HUKUM

Penjelasan Umum angka 3 huruf f:

Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi

kesempatan memperoleh bantuan hukum yang

semata-mata

diberikan

untuk

melaksanakan

kepentingan

pembelaan atas dirinya

Penjelasan Umum angka 3 huruf f:

Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi

kesempatan memperoleh bantuan hukum yang

semata-mata

diberikan

untuk

melaksanakan

kepentingan

pembelaan atas dirinya

Pasal 1 angka 13 Pasal 54

Pasal 59 Pasal 60

BAB VII Pasal 69-Pasal 74 Pasal 114

Pasal 1 angka 13 Pasal 54

Pasal 59 Pasal 60

BAB VII Pasal 69-Pasal 74 Pasal 114

BAB XI Pasal 56-57 UU No. 48/2009

(23)

6. ASAS TERBUKA UNTUK UMUM

Penjelasan angka 3 huruf i:

Sidang pemeriksaan pengadilan adalah

terbuka untuk umum kecuali dalam hal yang

diatur dalam undang-undang

Penjelasan angka 3 huruf i:

Sidang pemeriksaan pengadilan adalah

terbuka untuk umum kecuali dalam hal yang

diatur dalam undang-undang

Pasal 153 ayat (3) KUHAP

(24)

7. ASAS PENGAWASAN

Penjelasan angka 3 huruf j:

Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam

perkara pidana ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri

yang bersangkutan

Penjelasan angka 3 huruf j:

Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam

perkara pidana ditetapkan oleh ketua pengadilan negeri

yang bersangkutan

Pra-Adjudikasi

Pasal 109 ayat (1) KUHAP

Penyidik  SPDP  JPU

Adjudikasi

Pasal 276 KUHAP

BAB XX Pasal 277-Pasal 283 KUHAP

(25)

8. ASAS PEMERIKSAAN KEHADIRAN TERDAKWA

Penjelasan angka 3 huruf h:

Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan

hadirnya terdakwa

Penjelasan angka 3 huruf h:

Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan

hadirnya terdakwa

Referensi

Dokumen terkait

Peking atau Republik Rakyat Tiongkok di balik skenario kudeta PKI. Fragmen keenam yang menyiratkan Soeharto menjadi bagian dari skenario G30S adalah ketika ia dikatakan

Lalu peneliti menarik kesimpulan data yang sudah dikumpulkan dari proses wawancara yang kemudian akan diperoleh hasil penelitian yang dapat menjawab rumusan masalah

Pendapat lain yang mendukung tentang pengaruh panas terhadap penurunan kadar aloin adalah yang dikemukakan oleh Ramachandra and Rao (2008) yang menyatakan bahwa

Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia mengalami kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah tidak sanggup mengontrol mata

[r]

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian tentang Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Kelas VIII Reguler dan Kelas Unggulan,

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa media video pembelajaran mata pelajaran sejarah pada materi perang dunia dan kelembagaan dunia untuk