• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN MENGANALISIS ARGUMEN PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN MENGANALISIS ARGUMEN PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Lailda Gita Kurnia

ABSTRAK

ANALISIS KEMAMPUAN MENGANALISIS ARGUMEN PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

Oleh

LAILDA GITA KURNIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan pada materi sistem koloid meggunakan model pembelajaran problem solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5

Tahun Ajaran 2012/2013 SMA N 1 Natar Lampung Selatan yang berjumlah 40 siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental dengan one –shot case study design.

(3)

60% berkriteria baik, kelompok sedang 15% berkriteria sangat baik, 50% berkri-teria baik dan 35% berkriberkri-teria cukup, sedangkan untuk kelompok rendah 30% ber-kriteria baik, 50% berber-kriteria cukup dan 20% berber-kriteria kurang.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

I. PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ………. 5

C. Tujuan Penelitian ………... 5

D. Manfaat Penelitian ………. 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ………. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 8

A. Pembelajaran Problem Solving ………. 8

B. Keterampilan Berpikir Kritis ………. 9

C. Kemampuan Kognitif ……… 16

D. Analisis Konsep ………. 18

E. Kerangka Pemikiran ……….. 23

F. Anggapan Dasar ……… 24

G. Hipotesis Umum ……….……….. 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 26

(8)

vii

vii

B. Metode dan Desain Penelitian ……….. 26

C. Data Penelitian ……….. 27

D. Instrumen Penelitian ………. 27

E. Validitas Instrumen Penelitian ……….. 28

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ………... 29

G. Teknik Pengelompokan Siswa ……….. 31

H. Teknik Analisis Data ……… 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 36

A. Hasil Penelitian ………. 36

B. Pembahasan ………... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN ……… 52

A. Simpulan ……… 52

B. Saran ……….. 53

DAFTAR PUSTAKA 54 LAMPIRAN 57 1. Pemetaan ... 58

2. Silabus ……… 62

3. RPP ………. 73

4. Lembar Kerja Siswa ………... 105

5. Soal Pretes ………. 133

6.Kunci Pretes ……… 134

7. Kisi-kisi Soal Posttest ……… 136

8. Soal Posttest ………... 140

(9)

viii

10. Kuesioner ………. 147

11. Penentuan Kelompok Kognitif Siswa Berdasarkan Nilai Pretest Mengenai Materi Hasil Kali Kelarutan ………. 150 12. Hasil tes Tertulis Berbasis Keterampilan Berfikir Kritis …………. 152

13. Penentuan Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa ... 154

14. Lembar Observasi Guru ………... 156

15. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……….. 166

16. Surat Ijin Penelitian………. 176

(10)

ix

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis …….……… 12

2 Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis ………... 13

3 Analisis konsep ... 18

4 Kriteria pengelompokan siswa ……….. 32

5 Penggelompokan kognitif siswa ……… 33

6 Kriteria tingkat kemampuan siswa ……… 34

6 Hubungan antara nilai presentase dengan tafsiran ………. 35

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bagan alur pelaksanaan penelitian ... 31 2 Rata-rata nilai siswa pada tiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah

pada kemampuan mencari persamaan dan perbedaan serta

mengidentifikasi kesimpulan………. 36

3 Persentase siswa tiap kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk tiap kemampuan mencari persamaan dan perbedaan………….…………...

37 4 Persentase siswa tiap kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk tiap

(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(13)

KBKr merupakan kegiatan belajar-mengajar dalam mengaplikasikan, berpikir yang tinggi, meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Ennis(1989) menyatakan bahwa berpikir me-rupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Hal yang sama diutarakan juga Pressesien dalam Costa (1985) bahwa berpikir membuat sese-orang dapat mengembangkan informasi yang diperoleh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Keterampilan yang dapat dikembangkan dalam KBKr di antaranya memberi penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan langsung, dan strategi dan trik. Melalui keterampilan-keterampilan tersebut diharapkan siswa dapat mengembangkan ide-ide mereka dan menyampaikannya, yang akhirnya dapat menemukan sendiri konsep-konsep materi kimia.

(14)

3

tanpa adanya kegiatan menganalisis dari siswa. Selain itu berdasarkan wawancara dengan guru kimia diketahui bahwa belum pernah dilakukan analisis evaluasi mengenai KBKr terutama pada indikator mengidentifikasi kesimpulan dan mencari persamaan dan perbedaan.

Hal seperti ini tidak sesuai dengan pembelajaran KTSP, dimana siswa dituntut berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa diharuskan menemukan sendiri konsep materi belajar melalui masalah yang diberikan, siswa dapat menganalisis dan menyelesaikannya dengan memanfaatkan media yang ada seperti : buku, internet dan lain-lain. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Untuk men-ciptakan pembelajaran yang menyenangkan, membuat siswa aktif dalam kelas dan dapat melatih dan mengembangkan keterampilan berfikir kritis (KBKr) dibutuh-kan suatu model pembelajaran yang sesuai.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aeniah,R(2012) yang berjudul “ Ana-lisis Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Kelas XI pada Pembelajaran HidroAna-lisis Garam Menggunakan Model Problem Solving”. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pencapaian KBKr siswa kategori tinggi, sedang dan rendah untuk seluruh indikator termasuk dalam kriteria baik dengan persentase secara berturut-turut 79,7%, 62,9%, dan 63,7% dengan nilai paling tinggi diperoleh oleh siswa dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran problem solving dapat mengembangkan KBKr siswa kelompok tinggi, sedang

(15)

ini siswa dituntut untuk aktif dalam mempelajari, mencari dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori dan kesimpulan.

Salah satu materi yang dapat disampaikan dengan menggunakan model pembela- jaran problem solving dan dapat melatih KBKr siswa adalah materi sistem koloid. Sistem koloid dengan Standar kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar :(1) Meng- elompokkan sistem koloid berdasarkan hasil pengamatan, (2) Mengidentifikasi sifat-sifat Koloid dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari. Materi koloid dipilih karena banyak materi koloid yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari seperti penghamburan cahaya oleh sinar mobil pada malam sehari-hari, proses pen- jernihan air, dan proses pencucian darah.

Melalui materi koloid , banyak keterampilan berpikir kritis yang dapat dikem-bangkan. Salah satunya adalah menganalisis argumen dengan indikator mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan. Kemampuan me-nentukan persamaan dan perbedaan melatih siswa agar mampu mengklasifikasi-kan jenis-jenis koloid berdasarmengklasifikasi-kan fase terdispersi dan medium pendispersinya. Sedangkan kemampuan mendeskripsikan kesimpulan bertujuan melatih analisis siswa pada suatu argumen / pendapat, supaya siswa dapat mengidentifikasi maksud dari suatu argumen.

(16)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Natar kelas XI IPA5 dalam

mencari persamaan dan perbedaan pada materi koloid menggunakan model pembelajaran Problem Solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa SMA Negeri 1 Natar kelas XI IPA5 dalam

mengidentifikasi kesimpulan pada materi koloid menggunakan model pembelajaran Problem Solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk men-deskripsikan kemampuan siswa dalam mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan pada materi koloid menggunakan model pembela-jaran Problem Solving untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(17)

2. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia SMA Negeri 1 Natar Kab. Lampung Selatan mengenai tingkat kemampuan berpikir kritis siswanya yang meliputi indikator mencari persamaan dan perbedaan serta mengidetifikasi kesimpulan pada materi koloid menggunakan model pembelajaran Problem Solving.

3. Sebagai referensi kepada sekolah untuk perbaikan mutu pembelajaran yang melatih kemampuan berpikir kritis siswa, diantaranya mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah (KBBI, 2008).

2. Kemampuan mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan merupakan indikator keterampilan berpikir kritis dengan sub keterampilan menganalisis argumen.

3. Model pembelajaran Problem Solving adalah salah satu model pembelajaran berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 5 tahap yaitu pencarian masalah, mencari data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, me- netapkan jawaban sementara, menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dan menarik kesimpulan. (Depdiknas dalam Nessinta, 2009)

(18)

7

(19)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Problem Solving

Problem solving adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk meme-

cahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manu- sia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang seder- hana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang meng- andung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri indi-vidu yang hendak memecahkan masalah tersebut.

(20)

9

9 teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pemecahan masalah menuntut kemam- puan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006). Langkah-langkah pembelajaran problem solving (Depdiknas dalam Nessinta, 2009)yaitu meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah ke-dua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa ja-waban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jaja-waban se-mentara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metodemetode lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan ter-akhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Kelebihan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002) adalah sebagai berikut.:

a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehi-dupan.

b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara te-rampil.

c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan ber-fikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses bela-jarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.

B. Keterampilan Berpikir Kritis

(21)

10 tegi. Keterampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari (Nickerson, 1985).

Proses berpikir berhubungan dengan pola perilaku yang lain dan membutuhkan keterlibatan aktif pemikir. Menurut Presseisen dalam Costa (1985) pengertian ini mengindikasikan bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan refleksi bahkan suatu pengalaman yang kreatif. Berpikir membuat seseorang dapat mengolah in-formasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemapuan yang di-miliki. Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf tinggi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Adanya kemampuan berpikir pada manusia merupakan pembeda yang khas antara manusia dengan binatang. Melalui berpikir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan. Berpikir dianggap suatu proses kognitif, suatu proses mental untuk memperoleh pengetahuan (Presseisen dalam Costa, 1985). Walaupun demikian, aspek kognitif berkaitan dengan cara-cara bagaimana mengenal sesuatu seperti persepsi, penalaran, dan intuisi. Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran sebagai fokus utama dalam aspek kognitif.

(22)

11

11 Menurut Elam dalam Liliasari dan Redhana (2008), keterampilan berpikir kritis telah menjadi tujuan pendidikan tertinggi. Sementara itu Candy dalam Liliasari dan Redhana (2008), menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang paling penting dalam semua sektor pendidikan.

Presseisen dalam Saputra (2012) mengatakan bahwa

berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wa-wasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola pe-nalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan me-yakinkan

Ennis (1989) menyatakan bahwa ”berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau dilakukan”. Dalam pendidikan, berpikir kritis di-definisikan sebagai pembentukan kemampuan dalam aspek logika, seperti ke-mampuan memberikan argumentasi, silogisme, dan penalaran yang proporsional (Arifin, 2003). Sudut pandang berpikir kritis disampaikan oleh Muhfahroyin dalam Gustini (2010) yang menyatakan bahwa berpikir kritis adalah: 1) sebuah keinginan untuk mendapatkan informasi, 2) sebuah kecenderungan untuk mencari bukti, 3) keinginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan, 4) sikap dari keterbukaan pikiran, 5) kecenderungan untuk mengeluarkan pendapat (menyatakan penilaian), 6) menghargai pendapat orang lain, 7) toleran terhadap keambiguan.

(23)

asum-12 si-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik ke-simpulan dan menentukan kevalidan dari keke-simpulan-keke-simpulan. Menurut Amri (2010) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya.

Terdapat enam komponen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 1

Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat

mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau

pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang

telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.

(24)

13

13 kemampuan terdiri dari 5 kemampuan dan 12 sub kemampuan berpikir kritis yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Keterampilan Berpikir Kritis Keterampilan

berpikir kritis

Sub keterampilan

berpikir kritis Indikator

(1) (2) (3)

1. Memberikan penjelasan sederhana

1.Menfokuskan pertanyaan

a.Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan

b.Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria jawaban yang mungkin. c.Menjaga pikiran terhadap situasi

yang sedang dihadapi 2.Menganalisis

argumen

a.Mengidentifikasi kesimpulan b.Mengidentifikasi alasan yang

di-nyatakan

c.Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan

d.Mencari persamaan dan perbedaan e.Mengidentifikasi dan menangani

ketidaktepatan

f. Mencari struktur dari argumen g.Meringkas

3.bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang

a.bertanya dan menjawab pertanyaan mengapa?

b.Apa alasan utama Anda?

c.Apa yang Anda maksud dengan ...? d.Apa yang menjadi contoh?

e.Apa yang bukan menjadi contoh? f. Bagaimana mengaplikasikan ke

kasus ini?

g.Apa yang menjadi perbedaan? h.Apa faktanya?

i. Apakah ini yang Anda katakan,...? j. Apakah yang ingin Anda katakan lagi

mengenai hal tersebut? 2. Membangun

kemampuan dasar

4. Mempetimbang-kan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

a.Keahlian

b.Mengurangi konflik yang menarik perhatian

c.Kesepakatan antarsumber d.Reputasi

e.Menggunakan prosedur yang tepat. f. Mengetahui resiko

(25)

14 Tabel 2. (Lanjutan)

(1) (2) (3)

5. Mengobservasi dan mempertimbangka n hasil observasi

a.Mengurangi menggunakan dugaan b.Mempersingkat waktu antara

observasi dengan laporan c.Laporan yang dilakukan oleh

pengamat

d.Mencatat hal-hal yang diperlukan. e.Pembuktian

f. Kemungkinan dalam pembuktian g.Kondisi akses yang baik

h.Kompeten dalam menggunakan teknologi

i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria

3. 6.Mendeduksi dan

mempertimbang-kan hasil deduksi

a.Kelas logika

b.Mengkondisikan logika

c.Menginterpretsi suatu pernyataan 1)Penyangkalan

2)Kondisi yang dibutuhkan dan secukupnya

3)Kata logika lainnya: “hanya”, “jika dan hanya jika”. “atau”,

“beberapa”, “kecuali”. “tidak keduanya”, dll

7.Menginduksi dan mempertimbang-kan hasil induksi

a.Menggeneralisasi

1)Kekhasan dari sebuah data: batasan cakupan data

2)Pengambilan contoh 3)Tabel dan grafik

b.Menyimpulkan kesimpulan yang bersifat penjelasan dan hipotesis 1)Tipe-tipe kesimpulan yang bersifat

menjelaskan dan hipotesis: a)Pernyataan sebab akibat b)Menyatakan hal yang dapat

dipercaya dan sikap orang lain. c)Menginterpretasikan maksud

penulis

d)Menyatakan secara historikal tentang hal-hal yang terjadi e)Melaporkan definisi

f) Menyatakan sesuatu yang merupakan alasan dan kesimpulan yang tidak tercantum.

2) Menginvestigasi

(26)

15

15 Tabel 2. (Lanjutan)

(1) (2) (3)

b) Mencari fakta dan fakta yang berlawanan

3)Mencari penjelasan yang mungkin 4)Kriteria – memberikan anggapan

yang tepat.

a) Mengemukakan kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta

b) Mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta

c) Alternatif kesimpulan yang tidak sesuai fakta

d) Mengemukakan kesimpulan yang masuk akal

8. Membuat dan mengkaji hasil pertimbangan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Menerapkan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas) d. Mempertimbangkan alternatif e. Menyeimbangkan, menimbang,

dan memutuskan 4. Membuat penjelasan lanjut 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbang-kan definisi

Ada 3 dimensi:

a. Bentuk: sinonim, klasifikasi, rentang, ekspresi yang sama, cara kerja, contoh dan non contoh b.Strategi definisi

1) Tindakan: melaporkan maksud, menetapkan maksud,

mengungkapkan posisi pada suatu permasalahan (termasuk rencana dan definisi yang meyakinkan) 2) Mengidentifikasi dan

mengendalikan

a) Memberikan perhatian kepada keadaan

b) Jenis-jenis respon yang mungkin: (i) “Definisi yang kurang tepat”

(respon yang sederhana) (ii)Pengurangan keadaan yang

bukan-bukan “Menurut definisi tersebut, ada hasil yang tidaksesuai”

(iii)Mempertimbangkan alternatif interpretasi

c. Mendefinisikan istilah dan

(27)

16 Tabel 2. (Lanjutan)

(1) (2) (3)

10.Mengidentifikasi asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Asumsi yang dibutuhkan:

rekonstruksi argumen 5. Strartegi dan

taktik

11. Memutuskan suatu tindakan

a. Mendefinisikan masalah b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan alternatif solusi d. Memutuskan hal-hal yang akan

dilakukan sementara

e. Merivew, memasukkan sumber ke dalam laporan dan membuat keputusan

f. Memonitor pelaksanaan 12.Berinteraksi

dengan orang lain

a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik

d. Mempresentasikan posisi,baik lisan ataupun tulisan

(Ennis dalam Costa, 1985)

Pada penelitian ini, keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan adalah : 1. Memberikan penjelasan sederhana dengan indikator mengidentifikasi

kesimpulan, sub indikator menganalisis argumen.

2. Memberikan penjelasan sederhana dengan indikator mencari persamaan dan perbedaan, sub indikator menganalisis argumen.

C.Kemampuan Kognitif

(28)

17

17 nali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Kemampuan kogitif menurut Nasution (2000) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Secara alami kemampuan kognitif dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi. Jika dikelompokkan, maka akan terdapat 3 kelompok yaitu, ke- lompok siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Menurut Usman dalam Winarni (2006), apabila siswa memiliki tingkat kemampuan kognitif berbeda ke-mudian diberi pengajaran yang sama, maka hasil belajar pemahaman konsep akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena hasil belajar ber-hubungan dengan kemampuan siswa dalam mencari dan memahami materi yang dipelajari.

(29)

18

D. Analisis Konsep

Tabel 3. Analisis konsep materi koloid. No Label Konsep Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. Campuran Campuran

merupakan gabungan dari dua atau lebih senyawa dengan perbandingan tidak tentu dapat dipisahkan dengan cara fisika,diantaranya larutan , koloid, dan suspensi

Konsep konkret

Suspensi  Larutan  Koloid

 Jenis komponen Campuran Jumlah komponen Campuran  Klasifikasi Materi

Zat Tunggal Suspensi  Larutan  Koloid

Udara Gas O2 , gas

nitrogen

2. Suspensi Suspensi

merupakan

campuran heterogen yang terdiri dari dua fasa dan dapat dibedakan antara zat terlarut dengan zat pelarut.

Konsep konkret

 Campuran heterogen  Zat terlarut Zat pelarut

 Ukuran Partikel  Zat terlarut Zat pelarut

 Campuran  larutan  koloid

-

Campuran air dengan pasir.

Santan, susu

3. Larutan Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari satu fasa dan tidak

Konsep konkret

 Campuran homogen Zat terlarut  Zat pelarut

 Ukuran partikel Zat terlarut  Zat pelarut

 Campuran  suspensi

(30)

19

19 No Label Konsep Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

dapat dibedakan antara zat terlarut dengan zat pelarut.

 Larutan asam basa

4. Koloid Koloid merupakan

campuran senyawa yang terdiri dari fase terdispersi dan fase pendispersi, dan memiliki sifat sifat tertentu seperti Efek Tyndall, Gerak Brown, Elektroforesis, Adsorbsi, Dialisis, Koagulasi, serta terbagi kedalam 4 jenis diantaranya Sol, Emulsi, Buih, dan Aerosol. Dapat dibuat menggunakan 2 cara. Konsep abstrak contoh konkret

 Fase Terdispersi  Fase

Pendispersi  Efek Tyndall Gerak Brown  Elektroforesi

s

 Adsorbsi  Dialisis  Koagulasi  Sol  Emulsi  Buih  Aerosol  Cara Dispersi  cara

Kondensasi

 Fase Terdispersi  Fase

Pendispersi  Ukuran

Partikel  Sifat-sifat  Jenis-jenis  Pembuatan

Sistem Koloid

 Campuran  larutan

 suspensi  Efek Tyndall  Gerak

Brown  Elektrofores

is  Adsorbsi  Dialisis  Koagulasi  Sol  Emulsi  Buih  Aerosol

Susu, santan ,cat ,tinta Campuran air dengan minyak, campuran pasir dengan air

5. Fase Terdispersi Zat yang

didispersikan dalam medium pendispersi

Konsep abstrak

-

(31)

20 No Label Konsep Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

6. Fase Pendispersi Zat yang berperan mendispersikan zat lain.

Konsep abstrak

-

 Zat  Koloid  Fase Terdispersi - Zat pengencer (air) dalam tinta. Air dalam campuran minyak dan air

7. Efek Tyndall Efek Tyndall adalah terhamburnya berkas cahaya oleh sistem koloid dikarenakan ukuran partikel.

Konsep abstrak

 Penghambur an berkas cahaya oleh partikel koloid

 Ukuran partikel

 Sifat-sifat koloid

 Gerak Brown  Elektroforesi

s

Adsorbsi  Dialisis  Koagulasi

- Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut Pemurnian gula tebu

8. Gerak Brown Gerak Brown adalah suatu gerak zig-zag partikel koloid yang dapat diamati dengan mikroskop ultra

Konsep abstrak

Gerakan zig-zag dari partikel koloid Ukuran Partikel Sifat-sifat koloid Efek Tyandall  Koagulasi  Adsorpsi Elektroforesi

s  Dialisis

- Pengamatan partikel koloid pada susu Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut

9. Elektroforesis Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan dalam medan listrik Konsep abstrak parikel koloid dalam medan listrik Muatan partikel Sifat-sifat koloid Efek Tyandall  Koagulasi  Adsorpsi  Gerak brown  Dialisis

- Untuk identifikasi DNA dalam mengidentifik asi pelaku kejahatan Pengamata n partikel koloid pada susu

10. Adsorpsi Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan berbagai macam zat pada permukaan

Konsep abstrak

 Penyerapan zat

dipermukaan oleh partikel koloid.

 Muatan partikel

 Sifat-sifat koloid

 Efek Tyandall  Koagulasi  Elektroforsis  Gerak brown

-

 Pemurnian gula  Penjernian

(32)

21

21 No Label Konsep Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

sistem koloid.  Dialisis berkabut

11. Koagulasi Koagulasi yaitu peristiwa penggumpalan pada sistem koloid Konsep abstrak  Penggumpal an sistem koloid

 Muatan partikel

 Sifat-sifat koloid

 Efek Tyandall  Adsorpsi  Elektroforsis Gerak brown  Dialisis

-

Sol Fe(OH)3 ditetesi larutan NaCl

Pemutihan gula tebu

12. Dialisis Dialisis yaitu proses pemurnian sistem koloid dari ion-ion pengganggu. Konsep abstrak  Pelepasan ion-ion penggangu dari sistem koloid.

 Partikel koloid  Ion-ion

pengganggu

 Sifat-sifat koloid

 Efek Tyandall  Adsorpsi  Elektroforsis  Gerak brown Koagulasi - Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal Sol Fe(OH)3 ditetesi larutan NaCl

13. Aerosol Aerosol merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi padat atau cair dan fase pendispersi gas. Konsep abstrak contoh konkret

 Fase terdispersi padat atau cair  Fase

pendispersi gas

 Fase zat  jenis-jenis koloid

 sol  emulsi buih

 Aerosol padat Aerosol cair

Asap, debu dalam udara Kabut dan awan Air sungai, cat

14. Sol Sol merupakan

jenis koloid dengan fase terdispersi padat dan fase pendispersi padat

Konsep abstrak contoh konkret

 Fase terdispersi padat  Fase

pendispersi

 Fase zat  jenis-jenis koloid

 aerosol  emulsi  buih

 Sol cair  Sol padat

Sol sabun, sol detergen, sol kanji

(33)

22 No Label Konsep Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

Contoh Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

atau cair. padat atau

cair

15. Emulsi Emulsi merupakan

jenis koloid dengan fase terdispersi cair dan fase pendispersi padat atau cair.

Konsep abstrak contoh konkret

 Fase terdispersi cair  Fase

pendispersi padat atau cair

 Fase zat  jenis-jenis koloid

 aerosol  sol  buih

 Emulsi padat  Emulsi cair

Susu,santan, mutiara, jeli

Kabut, awan

16. Buih Buih merupakan

jenis koloid dengan fase terdispersi gas dan fase pendispersi padat atau cair.

Konsep abstrak contoh konkret

 Fase terdispersi gas  Fase

pendispersi padat atau cair

 Fase zat  jenis-jenis koloid

 aerosol  sol emulsi

 Buih cair  Buih padat

Buih sabun, karet busa batu apung

susu, santan, jeli

17. Cara Dispersi Cara dispersi yaitu pembuatan koloid dari partikel yang berukuran lebih besar (suspensi).

konkret  Pembuatan sistem koloid dari partikel yang lebih besar.

 Ukuran Partikel

 Cara Pembuatan koloid

 Cara kondensasi  Cara dispersi langsung  Homogenis asi  Peptisasi  Busur bredig Pembuatan sol belerang Pembuatan sol Fe(OH)3

18. Cara Kondensasi Cara kondensasi yaitu pembuatan koloid dari partikel yang berukuran lebih kecil (larutan).

konkret  kondensasi Ukuran Partikel Cara Pembuatan koloid

Cara dispersi  Reaksi Hidrolisis  Reaksi Redoks  Pertukaran ion

Pembuatan sol Fe(OH)3

(34)

23

23

E. Kerangka Pemikiran

Dalam proses pembelajaran tujuan utama yang ingin dicapai yaitu hasil belajar siswa dan pemahaman siswa dalam suatu materi. Hasil belajar dan pemahaman siswa terhadap suatu materi dipengaruhi oleh tingkat kemampuan siswa, tingkat kemampuan siswa berkaitan dengan proses pembelajaran yang direncanakan de-ngan baik oleh guru. Selain itu model pembelajaran juga memegang peranan pen-ting. Karena pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat dapat mempenga-ruhi proses belajar mengajar, hal ini dapat berdampak pada keaktifan siswa dan bisa juga menimbulkan kejenuhan pada siswa.

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menentukan persamaan dan perbedaan serta mendeskripsi-kan kesimpulan pada materi sistem koloid melalui penerapan model pembelajaran problem solving. Subyek peneli-tian yang digunakan satu kelas dengan penerapan pembelajaran problem solving. Melalui kelas ini diperoleh data yang diambil dari tes yang diberikan pada akhir pembelajaran (posttest). Soal posttest yang diberikan disusun menjadi dua bagian yang nantinya dapat mengukur kemampuan menentukan persamaan da perbedaan serta mendeskripsikan kesimpulan.

(35)

sol-24 ving, siswa dihadapkan pada suatu masalah. Pada tahap ini, diharapkan siswa

dapat berfikir untuk mendefinisikan masalah yang sedang mereka hadapi. Pada tahap kedua yakni mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk me-mecahkan masalah, siswa akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi. Kemudian, pada tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara, siswa akan terpacu untuk mencari fakta-fakta sehingga siswa dapat memberikan alasan terhadap jawaban yang telah dibuat. Pada tahap kelima yakni menarik kesimpulan, ketika siswa telah mendapatkan kesimpulan dari per- masalahan diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan hasilnya dengan yang lain dan memberikan penjelasan sederhana dari data yang didapat untuk menyelesai- kan masalah. Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, diharapkan model pembelajaran problem solving pada materi koloid dapat me- ningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa dalam menentukan persamaan dan perbedaan serta mendeskripsikan kesimpulan.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penilitian ini adalan siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1

(36)

25

25

G.Hipotesis Umum

(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Subyek Penelitian

Penentuan subyek penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan kelas yang memiliki kemampuan kognitif heterogen. Dalam penentuan subyek penelitian ini, peneliti meminta bantuan pihak sekolah, yaitu guru bidang studi kimia untuk memberikan informasi mengenai kemampuan kognitif siswa di sekolah tersebut, maka dipilih siswa kelas XI IPA5 SMAN 1 Natar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun Ajaran 2012/2013 dengan jumlah 40 siswa sebagai subyek penelitian.

B.Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pra-eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah one shot case study. Pada desain ini hanya di-beri suatu perlakuan kemudian diobservasi. Dengan desain sebagai di-berikut (Creswell, 1997) :

Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan O = Posttest

(38)

27

C.Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Data hasil tes sebelum pembelajaran (pretest) mengenai materi hasil kali kelarutan yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitifnya.

2. Data kinerja guru. 3. Data aktivitas siswa.

4. Data hasil tes setelah pembelajaran (posttest) mengenai materi koloid menggunakan model pembelajaran problem solving.

5. Data keterlaksanaan proses pembelajaran koloid dengan menggunakan model pembelajaran problem solving.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Silabus dan RPP

(39)

3. Tes Tertulis yang digunakan yaitu

(a) pretest materi hasil kali kelarutan yang terdiri dari 5 soal dalam bentuk uraian yang digunakan untuk mengelompokkan siswa sesuai dengan kelompok kognitif nya.

(b) posttest materi koloid yang terdiri dari 4 soal dalam bentuk uraian yang sesuai untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang meliputi kemampuan mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan.

4. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar aktivitas siswa dan lembar kinerja guru. Pengisian lembar observasi dilakukan dengan cara memberi tanda check list pada kolom yang telah disediakan.

5. Kuesioner (Angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran materi koloid menggunakan model pembelajaran problem solving. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

E.Validasi Instrumen Penelitian

(40)

29

itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Dalam mekanisme kerjanya, cara judgment memerlukan ketelitian dan keahlian penilai. Untuk itu peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini pe-neliti meminta bantuan kepada Dra. Ila Rosilawati, M.Si. dan Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 1 Natar untuk melaksanakan penelitian.

b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat diguna-kan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi pokok koloid berdasarkan keterampilan berpikir kritis yang ingin dikem-bangkan.

(41)

2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu: a. Tahap persiapan

1) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mengum-pulkan data mengenai keterampilan berpikir kritis siswa melalui pene-rapan model pembelajaran Problem Solving.

2) Melakukan validasi instrumen sebelum digunakan dalam penelitian. b. Tahap pelaksanaan penelitian

1) Melaksanakan proses pembelajaran materi koloid pada subyek pene-litian menggunakan model pembelajaran Problem Solving.

2) Memberikan posttest kepada subyek penelitian.

3) Memberikan kuesioner (angket) kepada subyek penelitian setelah pem-belajaran materi koloid.

c. Tahap analisis data

1) Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa dan jawaban kuesioner (angket) untuk memperoleh informasi mengenai keterampil-an berfikir kritis siswa.

(42)

31

[image:42.595.122.521.143.467.2]

Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut ini:

Gambar 1. prosedur pelaksanaan penelitian

G.Teknik Pengelompokan Siswa

Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan kognitifnya ke dalam tiga kelom-pok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penentuan kelomkelom-pok ini berdasarkan hasil nilai pretest mengenai materi hasil kali kelarutan.

Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitifnya, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mengurangi nilai terbesar dengan nilai terkecil untuk menentukan rentang. Observasi Pendahuluan

Posttest Kuesioner Pembelajaran Problem Solving Membuat instrumen penelitian Validasi instrumen penelitian

Analisis Data

Simpulan Pembahasan

Menentukan Subyek Penelitian

Perbaikan Perbaikan

(43)

b. Menentukan banyak kelas interval menggunakan rumus:

n = banyak data

c. Membagi rentang dengan banyak kelas untuk menentukan panjang interval. d. Menentukan mean menggunakan rumus:

∑ ∑

Keterangan: Mx = Mean

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑ = Jumlah frekuensi siswa

e. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:

√∑

Keterangan:

SDx = Standar Deviasi

∑ = Jumlah frekuensi siswa

∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah

∑ = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah

f. Menghitung mean + SD dan mean – SD

[image:43.595.114.380.668.729.2]

g. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).

Tabel 4. Kriteria pengelompokkan siswa

Kriteria pengelompokkan Kriteria

Nilai ea + SD Tinggi Mean –SD ilai < mean + SD Sedang

(44)

33

[image:44.595.114.518.125.199.2]

h. Berdasarkan perhitungan data pretes diperoleh hasil : Tabel 5. Pengelompokkan kognitif siswa

Kriteria pengelompokkan Kriteria Kelompok Jumlah Siswa Nilai ≥ mean + SD Nilai ≥ 71,88 Tinggi 10 Mean –SD ≤ nilai < mean + SD 46,22 ≤ Nilai < 71,88 Sedang 20 Nilai < mean – SD Nilai < 46,22 Rendah 10

H.Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan data tes tertulis

Untuk menganalisis data yang berasal dari tes tertulis berupa soal uraian, dilaku-kan dengan cara:

a. Memberi skor pada setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian ber-dasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.

b. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan indikator mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan.

c. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:

d. Menghitung rata-rata nilai siswa untuk kemampuan mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan pada kelompok tinggi, sedang dan rendah

(45)
[image:45.595.126.367.191.284.2]

e. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk rata-rata nilai yang dida-pat pada poin berdasarkan skala kriteria tingkat kemampuan siswa seperti yang diungkapkan oleh Arikunto (1997).

Tabel 6. Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa

Skor Kriteria

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat kurang

f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa untuk nilai siswa pada kemam-puan mencari persamaan dan perbedaan serta mengidentifikasi kesimpulan berdasarkan Tabel 5.

g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.

2. Pengolahan data kuesioner (angket)

Analisis data kuesioner dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor dengan kriteria skor 1 untuk jawaban “ya” dan skor 0 untuk jawaban “tidak”.

(46)

35

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (2002).

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban siswa

∑S = Jumlah siswa yang menjawab ya Smaks = Jumlah total siswa

[image:46.595.129.379.363.481.2]

d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan taf-siran Koentjaraningrat (1990) seperti pada Tabel 6.

Tabel 7. Hubungan antara presentase dengan tafsiran

Presentase Tafsiran

0% Tidak ada

1%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir separuhnya

50% Separuhnya

51%-75% Sebagian besar

76%-99% Hampir seluruhnya

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian penerapan model pembelajaran Problem solving pada materi sistem koloid dapat disimpulkan bahwa:

1.Kemampuan siswa dalam mencari persamaan dan perbedaan, pada kelompok tinggi 40% siswa berkriteria sangat baik dan 60% berkriteria baik. Pada kelompok sedang, 20% berkriteria sangat baik dan 55% berkriteria baik dan 25% berkriteria cukup. Pada kelompok rendah, 40% berkriter baik, 40% berkriteria cukup, dan 20% lainnya berkriteria kurang

(48)

53

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disarankan bahwa: 1. Pembelajaran problem solving hendaknya diterapkan dalam pembelajaran

kimia, terutama pada materu sistem koloid karena terbukti siswa lebih memahami dan tertarik pada pembelajaran kimia.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Aeniah, R.(2012). Analisis Keterampilan Berfikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidroloisis Garam Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi Diakses Tanggal 1 Juli 2012 dari

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=13833

Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 2003. Ilmu Pendidikan (Cetakan Ke-Dua). PT Rineka Cipta. Jakarta.

Amelia, D. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam

Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Mengkomunikasikan Siswa pada Materi Koloid. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. IMSTEP JICA. Bandung. Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarrta: BSNP

Costa, A.L. 1985. Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. ASCD. Alexandria.

Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi IV). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(50)

55

Hidayati, M. 2006. Model Problem Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kalor dan Perpindahannya pada Siswa MTsN 1 Tanjung Karang. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Hamalik Oemar.2004.Proses Belajar Mengajar (Cetaka Ketiga).jakarta:PT Bumi Aksara

Keenan, C.W.1979.Kimia Untuk Universitas Jilid 2 Edisi keenam.Erlangga:Jakarta. Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta Kurniawan, A.H. 2012. Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Kemampuan

Psikomotorik Mata Pelajaran Produktif Alat Ukur Siswa Kelas X Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Di SMK Muhammadiyah Prambanan. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada 30 Juni 2013 dari

http://eprints.uny.ac.id/8549/

Liliasari dan Redhana, I. W. Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi untuk Siswa SMA. Jurnal Forum Kependidikan Volume 27 Nomor 2 Maret 2008. Diakses tanggal 2 Juni 2013 dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/27207103114_0215-9392.pdf Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta.

Bumi Aksara.

Nickerson, R.S. 1985. The Theaching of Thinking. Lawrence Erlbaum Associates Publesher. New Jersey.

.

Partana, C.F. 2009. Mari Belajar Kimia untuk SMA-MA Kelas XI IPA/MA. Pusat Perbukuan Departmen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Saputra, A. 2012. Model Pembelajararn Problem Solving pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak

dipublikasikan.

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta. Sudbudhy, Endang R dan I M Nuryata. 2010. Pembelajaran Masa Kini.

Sekarmita. Jakarta.

Gambar

Tabel   Halaman
Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis
Tabel 2. (Lanjutan)
Tabel 2. (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di Kelurahan Talang Jawa wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Agung Kabupaten OKU

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa Faktor yang berpengaruh nyata terhadap jumlah hasil tangkapan ikan di daerah penelitian adalah variabel kapasitas kapal, sedangkan variabel

Usaha menengah adalah: “Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

Cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra yang berwujud prosa. Terdapat dua sifat cerpen yaitu fiktif dan nonfiktif. Cerita yang ditampilkan dalam sebuah cerpen biasanya

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Sistem yang diterapkan pada ruang koleksi refrense yaitu sistem layanan terbuka dimana pengunjung dapat mengambil buku secara langsung di rak yang tersedia, namun

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Hasil diketahui bahwa Ho ditolak t hitung lebih besar dari t

huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman,