• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PRINGSEWU SELATAN TAHUN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN METODE KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PRINGSEWU SELATAN TAHUN 2012/2013"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Matematika merupakan ilmu yang sangat penting diberikan pada jenjang pendidikan dasar supaya siswa memperoleh pengetahuan , ketrampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Kesemua ini tak lepas dari peran dan perhatian guru dalam mengajar.

Berdasarkan pengamatan, prestasi dan aktivitas belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan masih rendah. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran

Matematika guru lebih mendominasi dalam pembelajaran, kurang member kesempatan pada siswa untuk berani menyampaikan ide/gagasan, maupun pikirannya sehingga siswa menjadi pasif dan cepat bosan.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 dengan penggunaan metode kerja kelompok.

Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus, pada siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan dan siklus 2 juga 2 kali pertemuan. Pada prestasi belajar siswa pada siklus 1 dengan ketuntasan belajar mencapai 61%. Pada siklus 2 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 88%. Pada aktivitas belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya.dari siklus 1 indikator bertanya yaitu (23%) meningkat pada siklus 2 menjadi (42%), untuk indikator menjawab pertanyaan pada siklus 1 (23%), meningkat menjadi (57%) pada siklus 2.begitu pula pada indikator kerja kelompok siklus 1 (61%) meningkat (80%) pada siklus 2, memberikan ide/pendapat pada silkus 1 (19% meningkat menjadi (46%) dan memberikan tanggapan pada saat presentasi juga mengalami peningkatan dari (11%) menjadi (38%).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya yang berkualitas. Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari segi pendidikan. Hal ini terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, selain beriman, bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa serta sehat jasmani dan rohani, juga memiliki kemampuan dan keterampilan.

Penegasan hal di atas berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui model pengajaran yang efektif dan efisien serta mengikuti perkembangan zaman.

Berbicara mengenai pembelajaran Matematika di SD banyaklah kekurangan yang terjadi, banyak sekali guru masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas di setiap pembelajaran. Sangat jarang guru merencanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan nyata yang mengaktifkan siswa, karena mereka menganggap pembelajaran yang demikian kurang bermanfaat, membingungkan dan banyak menyita waktu.

(3)

dan sulit karena harus berfikir keras. Hal serupa juga dialami siswa kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan.

Pengalaman peneliti di kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini masih mendominasi pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas saja sehingga keterlibatan siswa sangat minim. Pembelajaran seperti ini rasanya sulit menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan dan beragam masalah di masa depan.

Dominasi guru dalam pembelajaran menyebabkan siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, akibatnya siswa menjadi pasif, apabila diberi pertanyaan siswa kurang antusias untuk menjawab. Demikian juga apabila diberi kesempatan untuk bertanya, siswa tidak/kurang berani bertanya. Guru kurang memberi kesempatan pada siswa untuk berani menyampaikan ide-ide/gagasan maupun pikiran dalam pembelajaran.

Siswa menganggap bahwa pelajaran Matematika terlalu rumit, sehingga siswa tidak tertarik dan cepat bosan, mereka hanya ngobrol dengan sesama teman, bahkan terdapat beberapa siswa yang mengganggu teman lainnya sehingga suasana belajar menjadi tidak kondusif. Kondisi ini jika berlanjut akan mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah.

Hal ini dapat dilihat dari data hasil ulangan sumatif mata pelajaran Matematika siswa kelas IV semester genap SDN 1 Pringsewu Selatan Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2011/2012 yang masih rendah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1: Hasil Ulangan Sumatif Siswa Kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan

No. Nilai KKM (71) F (%)

1. 91 – 100 - - 0

(4)

3. 71 – 80 Tuntas 7 26,9

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jelas bahwa nilai hasil ulangan sumatif siswa kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan pada mata pelajaran Matematika semester ganjil belum memuaskan, yakni masih 57,69% yang masih di bawah KKM (belum tuntas). Kondisi tersebut menggugah peneliti untuk mencari alternatif pemecahan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(5)

dengan Penggunaan Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan Tahun 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pendekatan yang digunakan guru dalam pembelajaran Matematika masih

monoton yaitu dengan menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas saja. 2. Guru cenderung meminimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran

Matematika.

3. Guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran.

4. Guru kurang memberi kesempatan pada siswa untuk berani menyampaikan gagasan/ide-ide maupun pikiran dalam pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:

“Apakah dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi dan aktivitas

belajar Matematika siswa kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012/2013?”

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif.

b. Meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan dengan menggunakan metode kerja kelompok

(6)

Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Siswa

1) Termotivasi untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.

2) Memperoleh pengalaman memecahkan masalah dalam pembelajaran Matematika.

b. Guru

1) Meningkatkan kemampuan memperbaiki dalam pembelajaran Matematika. 2) Memberikan alternatif untuk pembelajaran Matematika yang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

3) Tumbuh rasa percaya diri yang kuat dalam memecahkan masalah pembelajaran Matematika.

c. Sekolah

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang menirukan ucapan lewat gerak bibir ibunya, seorang anak yang sedang menonton film kesayangannya di TV, seseorang anak yang sedang belajar naik sepeda, dan masih banyak lagi. Sebenarnya hal tersebut merupakan tindakan proses belajar dari tidak bisa menjadi bisa. Walaupun hal tersebut tidak bisa dideteksi secara langsung proses yang terjadi dari kegiatan orang yang melakukan proses belajar tersebut.

Belajar merupakan kegiatan yang memiliki proses dan belajar adalah unsur yang sangat penting fundamental dalam setiap penyelanggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah ataupun di lingkungan rumahnya sendiri. Maka, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi yang dimiliki terhadap proses belajar dan hal-hal yang yang berkaitan dengannya akan berakibat kurangnya hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa.

(8)

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar, Menurut Azhar Arsyad (2007:1)

“belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang

dengan lingkungannya”. Jadi belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa

harus secara formal dilingkungan sekolah. Sedangkan belajar menurut Gagne ( Dimyati

2006; 10).“Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan

kapabilitas”. Jadi belajar menyangkut perubahan dalam suatu makhluk hidup yang membutuhkan waktu sebagai bentuk proses. Untuk mengukur belajar, kita amati perilaku makhluk hidup sebelum dan sesudah diberi suatu perlakuan atau pengalaman tertentu. Jika ada perubahan perilaku, berarti makhluk hidup tersebut itu telah belajar.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan beberapa unsur penting yang menjadi ciri atas pengertian belajar, yaitu: (1) belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu mengarah ke tingkah laku yang lebih baik; (2) belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; (3) untuk bisa disebut

(9)

psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Definisi pembelajaran yang lain, yaitu ( menurut UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 20) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.”.

Menurut Nurhadi (2004:30).Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang untuk mengembangkan kreativitas mereka, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika

Menurut Isjoni (2009: 11) Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Proses pembelajaran memiliki isi yang berupa bahan ajar atau materi belajar yang bersumber pada kurikulum dalam suatu program pendidikan, di dalamnya terdapat langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.

(10)

menyenagkan, menggairahkan dan mampu memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar.

Dari beberapa pendapat di atas, pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa.

B. Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar menurut teori behaviorisme adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Oleh karena itu, lingkungan yang sistematis, dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus) yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan respon yang sesuai. Dalam pembelajaran di sekolah teori ini banyak digunakan. Guru mengajukan pertanyaan (S), siswa menjawab pertanyaan guru (R). Guru memberi PR (S), siswa mengerjakannya (R). Dengan demikian belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.

Teori belajar kognitivisme menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan proses mental internal yang orang gunakan dalam usaha mereka membuat dunia ini dapat dimengerti atau perubahan dalam struktur mental seseorang yang menyediakan kapasitas bagi terwujudnya perubahan dalam tingkah laku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan, keyakinan, ketrampilan, harapan-harapan, dan mekanisme lain. Fokus dari teori kognitif menekankan pentingnya proses mental seperti berpikir dan memusatkan pada apa yang terjadi pada peserta didik.

(11)

menggunakan pendekatan konstruktivisme didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.

Nik Azis Nik Pa (Lapono 2009: 1-25) mengatakan bahwa keaktifan peserta didik menjadi syarat utama dalam pembelajaran konstruktivisme. Peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan siswa secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing.

Upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler ( Lapono, dkk 2009: 1-29) memberi beberapa saran yaitu:

1. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan gagasannya dengan bahasa sendiri.

2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi kreatif dan imajinatif.

3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru.

4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik.

5. Mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. 6. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

(12)

diberi kesempatan untuk memecahkan masalah sendiri. Perbandingan peranan peserta didik dan guru dalam pembelajaran konstruktivisme dapat dirangkum seperti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Peran Peserta Didik dan Guru dalam Pembelajaran Konstruktivisme

Peranan Peserta Didik Peranan Guru

1. Berinisiatif mengemukakan pen -dapat atau gagasannya dengan bahasa sendiri.

2. Bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya.

3. Secara aktif bersama teman sekelasnya mendiskusikan penyelesaian masalah dan apabila dirasa perlu dapat menanyakan -nya kepada guru.

4. Secara langsung belajar saling mengukuhkan pemikiran diantara mereka sehingga jiwa sosial mereka dapat dikembangkan.

(13)

Menurut Hudoyo ( Aisiyah 2007.1-1) matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Sebagai guru matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar matematika utamanya bagaimana menanamkan pengetahuan konsep-konsep dan pengetahuan prosedural.

Hubungan antara konseptual dan prosedural sangat penting, pengetahuan konseptual mengacu pada pemahaman konsep, sedangkan pengetahuan prosedural mengacu pada ketrampilan melakukan suatu algoritma atau prosedur menyelesaikan soal-soal matematika. Menurut Sutawijaya (Aisiyah 2007.1-1) memahami konsep saja tidak cukup, karena dalam praktek kehidupan sehari-hari siswa memerlukan keterampilan matematika,

mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang di susun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif.

Menurut aisiyah dkk, (2007: 1-4) pada hakikatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (sipelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut bukan berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

Metode kerja kelompok dapat diterapkan pada pembelajaran Matematika dengan memperhatikan karakteristik materi yang akan disajikan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran Matematika dilihat dari keaktifan siswa pada saat penerapan metode kerja kelompok berlangsung aktif, dan penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika standar kompetensi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data.

D. Metode Kerja Kelompok

(14)

dalam proses belajar, karena keaktifan merupakan faktor pendorong bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Penggunaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi. Kemampuan siswa dalam kerja kelompok dapat memupuk rasa menghormati dan menghargai pendapat orang lain, yang kesemuanya ini dapat mempermudah dalam pemecahan masalah.

Sagala (Abimanyu 2009: 7-1) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan untuk di selesaikan secara bersama-sama.

Dalam kerja kelompok terjadi interaksi antara siswa, saling tukar menukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah sehingga semua siswa aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

Menurut Schein (Dimyati : 167), dalam berkelompok, maka siswa dididik mewujudkan cita kemanusiaan secara objektif dan benar.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok adalah metode pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan untuk dibicarakan dan menemukan alternatif pemecahannya. Dalam pembelajaran dengan metode kerja kelompok lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama.

Tujuan menggunakan metode kerja kelompok adalah :

(15)

Menurut Abimanyu dkk (2009 : 7). Kelebihan dan Keterbatasan Metode Kerja Kelompok

1. Kelebihan Metode Kerja Kelompok:

a. Membiasakan siswa bekerja sama< musyawarah dan bertanggung jawab. b. Menimbulkan kopetensi yang sehat antar kelompok, sehingga membangkitkan

kemampuan belajar yang sungguh-sungguh.

c. Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup disampaikan kepada para ketua kelompok.

d. Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, dan anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.

2. Kelemahan Metode Kerja Kelompok:

a. Sulit membentuk kelompok yang homogeny baik dari segi minat, bakat, prestasi maupun intelegensi.

b. Pemimpin kelompok sering mengalami kesulitan untuk memberikan pengertian kepada anggotanya, menjelaskan dan membagi kerja.

c. Anggota kelompok kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompak.

d. Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari rencana karena kurang control dari pemimpin kelompok atau guru.

e. Sukar membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama untuk kerja kelompok yang komplementer.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok 1. Kegiatan persiapan:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut kedalam tugas-tugas kelompok.

c. Mengindentifikasikan sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan kerja kelompok.

d. Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat memulai dan mengakhiri serta tata tertib lainnya.

2. Kegiatan pelaksanaan:I pembelajaran: a. Kegiatan awal pelajaran:

(16)

2) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

3) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran tersebut.

b. Kegiatan inti:

1) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari. 2) Membentuk kelompok.

3) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau langsung kepada semua siswa.

4) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

5) Mengawasi, memonitor dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa melakukan kerja kelompok.

6) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok, pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

c. Kegiatan mengakhiri pelajaran:

1) Meminta siswa untuk merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja kelompok.

2) Melakukan evaluasi hasil dan proses.

3) Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajar ulang materi yang belum dikuasai oleh siswa maupun member tugas pengayaan bagi siswa yang telah menguasai materi tersebut.

F. Kerangka Pikir

(17)

dilakukan di sekolah khususnya pembelajaran matematika, siswa hanya berperan penerima informasi dari guru melalui latihan-latihan soal. Selain itu siswa kurang mendapat kesempatan untuk mencuri dan menemukan jawaban-jawaban sendiri sehingga siswa mudah lupa dan akhirnya berpengaruh pada hasil belajar. Agar pembelajaran matematika bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka diperlukan pembelajaran ysng menekankan pada kegiatan siswa dalam belajar.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai beriktu:

1. Jika metode kerja kelompok diterapkan dalam pembelajaran Matematika maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV mata pelajaran matematika SDN 1 Pringsweu Selatan tahun pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siwa perempuan. Siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok kecil @ 5 anak.

B. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013 selama 3 bulan.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap pengamatan terhadap tindakan dan tahap refleksi terhadap tindakan, seperti gambar di bawah ini :

(19)

Modifikasi dari Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2010:120)

D. Pelaksanan Tindakan.

Penelitian Tindakan Kelas ini terbagi dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Langkah-langkah pada setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Uraian tahap-tahap dari siklus sebagai berikut:

a. Menetapkan dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan dikelas sebagai tindakan dalam siklus I.

(20)

d. Mempersiapkan lembar pengalaman. e. Mempersiapkan perangkat tes. 2. Tahap Pelaksanaan:

a. Melaksanakan rencana tindakan yang telah dipersiapkan .

b. Memantau pelaksanaan tindakan, dengan menggunakan instrument daftar dibantu dengan foto, sehingga lebih akurat.

c. Melakukan penilaian sesuai instrumen untuk melihat hasil belajar. 3. Tahap Observasi

Pengamatan di sini adalah kegiatan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh teman observer (teman sejawat) terhadap siswa dan praktikan sebagi obyeknya dengan menggunakan lembar pengamatan.

4. Tahap Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan menyimpulkan atas dasar hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh peneliti dan observer untuk merinci dan menganalisis semua kendala yang dihadapi siswa serta hasil implementasi pemecahan masalah untuk menentukan perkembangan kemajuan yang akan datang. Sedangkan kelemahan yang terjadi dipakai sebagai dasar perbaikan perencanaan dan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya.

E. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari hasil tes formatif siswa setiap siklus, lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas guru.

(21)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan teknik tes,observasi aktivitas belajar siswa dan observasi aktivitas guru. Data hasil belajar siswa diperoleh dengan cara pemberian tes formatif dan lembar observasi belajar siswa . Tes formatif dan observasi aktivitas belajar siswa dilakukan sebanyak dua kali dan dilaksanakan setiap siklus tindakan. Begitu pula aktivitas guru dilakukan sebanyak dua kali dan dilaksanakan setiap siklus tindakan.

G. Teknik Analisis Data

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses pembelajaran pada setiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut:

Nilai rata-rata kelas tersebut akan digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran untuk perencanaan pembelajaran siklus selanjutnya. b. Penilaian Ketuntasan Belajar

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Matematika yang digunakan di SDN 1 Pringsewu Selatan, siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh nilai minimal 71.

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar tiap siklus akan dianalisis menggunakan rumus berikut:

(22)

Sumber data : Buku evaluasi dan pengayaan SDN 1 Pringsewu Selatan

H. Instrument Penelitian

Instrument yang dipakai selama pelaksanaan penelitian adalah:

1. Lembar pengamatan aktivitas siswa untuk mengumpilkan data mengenai aktivitas kegiatan pembelajaran.

2. Lembar pengamatan aktivitas guru dalam aktivitas kegiatan pembelajaran.

3. Tes akhir yang berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa mengenai materi dan untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran.

Table 3.1. kreteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam persen.

NO Tingkat Keberhasilan (%) Makna Keterangan

1. 91-100 Sangat Tinggi Tuntas

2. 81-90 Tinggi Tuntas

3. 71 – 80 Sedang Tuntas

4. 61 – 70 Rendah Belum Tuntas

5. < 60 Sangat Rendah Belum Tuntas

I. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil jika:

1. Tingkat ketuntasan belajar siswa lebih tinggi dari KKM yang sudah ditentukan sekolah.

(23)

J. Jadwal Penelitian Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam waktu 3 bulan seperti tertera pada tabel 3.2 berikut :

No Jenis Kegiatan

Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Menentukan kelas, mata pelajaran dan materi

x

2 Menyusun Proposal x

3 Seminar Proposal x

4 Analisis Situasi x

5 Rancangan PTK x

6 Implementasi dan refleksi siklus I

x x x x x

(24)

siklus I

8 Penyusunan Laporan PTK x x x x x

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Prestasi belajar siswa kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan semester ganjil pada pembelajaran Matematika tahun pelajaran 2012/2013 pada kompetensi dasar mengurutkan bilangan dan kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode kerja kelompok.

Rata-rata prestasi belajar dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Sebelum menggunakan metode kerja kelompok rata-rata prestasi belajar siswa belum memuaskan, yaitu 69 dengan ketuntasan belajar siswa 42,3%. Setelah menggunakan metode kerja kelompok rata-rata prestasi belajar siswa pada siklus 1 kompetensi dasar mengurutkan bilangan mengalami peningkatan yaitu 73,7 dengan ketuntasan belajar mencapai 61% yang berarti tingkat keberhasilan siswa sedang. Pada siklus 2 kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan yaitu menjadi 81,3 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 88% yang berarti tingkat keberhasilan siswa tinggi.

(26)

memberikan tanggapan pada saat presentasi juga mengalami peningkatan dari (11%) menjadi (38%).

Pada aktivitas guru juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus satu indikator perencanaan pembelajaran nilai rata-ratanya 81,38 meningkat menjadi 82,50 dan pada indikator pelaksanaan pembelajaran nilai rata-ratanya pada sikulus 1 yaitu 81,91 meningkat di siklus 2 menjadi 91, 96.

B. Saran

1. Bagi Guru

a. Dalam kegiatan pembelajaran Matematika, rekan-rekan guru dapat menggunakan metode kerja kelompok sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam kompetensi dasar mengurutkan bilangan dan kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian

b. Penggunaan metode kerja kelompok dapat dikembangkan tidak hanya pada pembelajaran Matematika saja tetapi pada mata pelajaran lain.

2. Bagi Peneliti

Untuk para peneliti berikutnya, tentu dapat lebih mengembangkan lagi penggunaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran sebagai salah satu bahan penelitian dalam konteks pembelajaran di sekolah dasar.

3. Bagi Lembaga

(27)

PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN METODE

KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PRINGSEWU SELATAN

TAHUN 2012/2013

Oleh :

AHMAD HAKIM

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PGSD Starata 1 Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(28)

PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN METODE

KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PRINGSEWU SELATAN

TAHUN 2012/2013

OLEH :

AHMAD HAKIM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(29)

iv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

(30)
(31)

ii

H. Instrument Penelitian . . . 24

I. Indikator Keberhasilan . . . 25

J. Jadwal Penelitian Tindakan . . . 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Penelitian . . . 27

B. Prosedur Penelitian . . . 27

1. Tindakan Siklus I . . . 27

2. Tindakan Siklus II . . . 33

C. Pembahasan Hasil Penelitian. . . 39

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan . . . 41

B. Saran . . . 42

(32)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Izin penelitian dari Unila . . . 45

2. Keterangan telah melaksanakan PTK dari Kepala sekolah . . . 46

3. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus 1 . . . 47

4. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 . . . 57

5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Mengajar Siklus 1 dan 2 . . . 67

6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 dan 2 . . . 71

7. Hasil uji Kompetensi Siklus 1 dan 2 . . . 73

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli, dkk (2009) Strategi Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Aisiyah Nyimas dkk. 2007 Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar,: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta

Azhar Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung

Lapono. dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Jakarta Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Pertanyaan dan Jawaban. Grasindo. Jakarta

(34)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Hasil Ulangan Sumatif Kelas IV . . . 3

Peran Siswa dan Guru dalam Pembelajaran Kontruktivisme . . . 13

Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa . . . 25

Jadwal Penelitian Tindakan . . . 26

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran . . . 27

Prestasi Belajar Siswa pada Siklus 1 . . . 30

Prestasi Belajar Siswa pada Siklus 2 . . . 36

(35)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena dengan karunia-Nya Proposal Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diselesaikan dengan baik.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi dan akyivitas belajar matematika pada kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar matematika pada kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan. Jumlah siswa kelas IV tersebut adalah 26 orang, terdiri dari 13 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, berlangsung selama 3 (tiga) bulan yaitu bulan Juni sampai dengan agustus 2012

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih :

1. Kepala SD Negeri 1 Pringsewu Selatan yang telah memberikan ijin sebagai tempat penelitian dan selalu memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyelesaian penelitian ini.

2. Istri Agustia Rini Sofianti dan anak tercinta Azriel Kanz Hakim, yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

3. Orang tua dan saudara-saudara ku yang telah mendoakan dan menantikan kelulusan ku.

4. Rekan-rekan guru SD Negeri 1 Pringsewu Selatan yang telah membantu menjadi observasi, penilaian dalam pelaksanaan penelitian ini.

(36)

Saya menyadari bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi dan Aktivitas Belajar Matematika dengan Penggunaan Metode Kerja Kelompok Pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun 2012/2013 masih belum sempurna. Oleh karena itu mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penelitian dimasa yang akan datang.

Pringsewu, Agustus 2012 Peneliti

(37)

MENGESAHKAN

1.

Tim Penguji

Penguji

: Drs. Sumardi, M.Pd

Penguji

Bukan Pembimbing

: Dr. Riswanti Rini, M.Si

2.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si

NIP 196003151985031003

(38)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini saya :

Nama : Ahmad Hakim

NPM : 1013119117

Program Studi : S1 PGSD Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Judul E-TA : Peningkatan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Matematika

Dengan Penggunaan Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Pringsewu Selatan Tahun 2012/2013

Menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah di publikasikan atau ditulis oleh orang lain atau dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas atau Institut lain.

Demikian surat pernyataan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Pringsewu, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan

(39)

Judul

: PENINGKATAN PRESTASI DAN AKTIVITAS

BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN

METODE KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV

SDN 1 PRINGSEWU SELATAN TAHUN 2012/2013

Nama Mahasiswa

:

Ahmad Hakim

No. Pokok Mahasiswa : 1013119117

Program Studi

: S1 PGSD PPKHB

Fakultas

: Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

An. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Pembimbing

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd.

Drs. Sumardi, M.Pd

Gambar

Tabel 2.1. Peran Peserta Didik dan Guru dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Table 3.1. kreteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam persen.
tabel 3.2 berikut :
Tabel Hasil Ulangan Sumatif Kelas IV  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Referensi

Dokumen terkait

Lahirnya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang saat ini telah berganti nama menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah mengubah paradigma baru dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah baru-baru ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi

Pada tahun 2013, Indonesia menerapkan kurikulum yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang

Pada tahun 2013, Indonesia menerapkan kurikulum yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SD Kelas IV semester 2, Standar Kompetensi yang harus dicapai siswa adalah

Kurikulum Satuan pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini dikembangkan berdasarkan pada Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK), Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)

Tujuan membaca permulaan kelas satu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan tujuan Kompetensi Dasar, yaitu siswa dapat membaca nyaring kata-kata dan